Anda di halaman 1dari 8

Indicator

No Masalah Tujuan Strategi Kegiatan Sasaran Method Waktu Pj


Keberhaslian
1 Belum 1. Untuk 1.Melakukan 1. Melakukan Semua Desimin 1. Kegiatan mulai Senin, 02- Klpok 1
optimalnya meningkatka koordinasi dan Desiminasi perawat asi tepat waktu 04-2020
proses dalam n upaya diskusi dengan yang 2. Kegiatan
melaksanaka standar mutu kepala ruangan didampingi diikuti semua
n handover pelayanan terkait masalah yang KARU atau PJ perawat yang
di ruangan. keperawatan ditemukan Shift kepada bertugas pada
2. Untuk 2.Berkoordinasi perawat saai itu.
mengoptima dengan kepala pelaksana
lkan ruangan tentang 2. Mengevaluasi
handover metode terkait kegiatan
pada ruanag masalah yang optimalnya
tersebut ditemukan proses dalam
3.Menjadi contoh melaksanakan
terkait pelaksanaan handover di
handover diruangan. ruangan
P. PLANING OF ACTION
BAB IV
IMPLEMENTASI

A. Solusi Penyelesaian Masalah


Ruang gideon adalah ruang rawat inap untuk dewasa, yang dikelolah oleh
seoramg kepala ruangan yang berdidikan S1 + Ners dengan pengalama kerja selama 11
tahun.
hasil kajian situasi yang dilakukan pada tanggal 09 maret di dapatkan suatu
masalah yaitu Belum optimalnya proses dalam melaksanakan handover di ruangan.
Dari masalah yang ditemukan maka kelompok mendapatkan solusi untuk
menyelesaikan masalah yaitu dengan cara melakukan desiminasi terkait dengan Belum
optimalnya proses dalam melaksanakan handover di ruangan. Adapun tahap-tahapan
dari penyelesaian masalah ini adalah sebagai berikut :
a. Melakukan koordinasi dan diskusi dengan kepala ruangan terkait masalah yang
ditemukan
b. Mencari literatur dari jurnal yang medukung terkait dengan Belum optimalnya
proses dalam melaksanakan handover di ruangan
c. Melakukan desiminasi terkait dengan masalah Belum optimalnya proses dalam
melaksanakan handover di ruangan
d. Berkoordinasi dengan kepala ruangan tentang metode terkait masalah yang
ditemukan
Adapun tahap-tahapan dari penyelesaian masalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap
pada saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana
fungsi inovasi tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami
tetapi membuka diri untuk mengetahui inovasi. Seseorang menyadari atau
membuka diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan secara
pasif.
2. Tahap Bujukan (Persuation)
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk
sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap
pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada
tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif atau perasaan. Seseorang
tidak dapat menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang inovasi.
Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran.
Seseorang akan berusaha mengetahui lebih banyak tentang inovasi dan
menafsirkan informasi yang diterimanya. Pada tahap ini berlangsung seleksi
informasi disesuaikan dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan
karakteristik inovasi dalam mempengaruhi proses keputusan inovasi.
3. Tahap Keputusan (Decision)
Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang
melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak
inovasi. Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi.
Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi. Sering terjadi seseorang
akan menerima inovasi setelah ia mencoba lebih dahulu. Bahkan jika mungkin
mencoba sebagian kecil lebih dahulu, baru kemudaian dilanjutkan secara
keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi
tidak semua inovasi dapat dicoba dengan dipecah menjadi beberapa bagian.
Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan lebih cepat diterima.
4. Tahap Implementasi (Implementation)
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila
seseorang menerapkan inovasi. Dalam tahap implementasi ini berlangsung
keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide
baru dibuktikan dalam praktek. Pada umumnya implementasi tentu mengikuti
hasil keputusan inovasi. Tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu hal sudah
memutuskan menerima inovasi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini
terjadi karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia. Kapan tahap implementasi
berakhir ? Mungkin tahap ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama,
tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri.
5. Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap
keputusan yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya
jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi semula.
Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi
keputusan menerima atau menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu yang
tak terbatas. Selama dalam konfirmasi seseorang berusaha menghindari
terjadinya disonansi paling tidak berusaha menguranginya.
B. Jurnal pendukung
1. Pendahuluan
Pengembangan dan peminatan terhadap handover di klinis telah berkembang
selama beberapa tahun terakhir ini, baik secara nasional maupun internasional,
terutama setelah World Health Organization meluncurkan The Nine Patient Safety
Solutions pada Mei 2007. Salah satu solusi ini berhubungan dengan "komunikasi
selama penyerahan pasien" (Australian Healtcare and Hospitals Association, 2009).
Transfer informasi dan tanggung jawab penting untuk perawatan pasien dari satu ke
penyedia layanan kesehatan lain dan merupakan komponen integral dari komunikasi
dalam perawatan kesehatan. Titik kritis perpindahan ini dikenal sebagai handover
atau handoff atau serah terima pasien. Serah terima pasien yang efektif mendukung
informasi penting dan kontinuitas perawatan dan pengobatan. Namun, literatur terus
menyorot efek dari serah terima pasien yang tidak efektif; efek samping, dan risiko
keselamatan pasien. Institute of Medicine (IOM) melaporkan bahwa "serah terima
pasien yang tidak memadai sering sebagai kegagalan pertama dalam keselamatan
pasien" (Hughes, 2008). Serah terima pasien yang tidak efektif dapat berkontribusi
terhadap kesalahan dan pelanggaran dalam keselamatan perawatan
2. Masalah
Suatu proses standar untuk memandu kegiatan serah terima pasien dalam
mentransfer informasi penting direkomendasikan. Penggunaan protokol yang
mencakup klarifikasi fonetik dan angka, penting dalam membantu menyampaikan
informasi secara akurat. Penggunaan protokol terkait dengan serah terima pasien dan
pemindahan telah di rekomendasikan untuk praktek yang aman dan lebih efektif.
Hughes (2008) membuat sebuah ringkasan tentang masalah dan hambatan faktor
individu, kelompok dan organisasi dalam proses serah terima pasien menurut hasil
kajian literatur berbasis bukti, sebagaif berikut:

3. Pembahasan Masalah
Faktor eksternal dan internal individu atau kelompok
1) Komunikasi
Masalah: Bahasa dapat menyebabkan masalah dalam beberapa cara serah terima
pasien. Dialek yang berbeda, aksen, dan nuansa dapat disalahpahami atau
disalahtafsirkan oleh perawat menerima laporan. Singkatan dan akronim yang
unik untuk pengaturan pelayanan keperawatan tertentu mungkin membingungkan
bagi seorang perawat yang bekerja di lingkungan yang berbeda atau khusus
2) Gangguan
Masalah: Faktor-faktor situasional selama serah terima pasien yang dapat
berkontribusi sebagai gangguan. Strategi untuk mengurangi kesalahan dan
meningkatkan keselamatan: Melaksanakan serah terima pasien di
lokasi/lingkungan yang dapat meminimalkan gangguan.
3) Interupsi
Masalah: Interupsi dilaporkan sering terjadi dalam pengaturan perawatan
kesehatan. Strategi untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan:
Membatasi dan mencegah interupsi dan menyediakan cakupan tugas selama serah
terima pasien untuk mendukung transisi informasi yang terfokus.
4) Kebisingan
Masalah: Latar belakang suara, seperti; pager, telepon, handphone, suara
peralatan, alarm, dan berbicara, berkontribusi dalam meningkatkan kesulitan
untuk mendengar laporan dan dapat mengakibatkan tafsiran informasi yang tidak
tepat.
5) Kelelahan
Masalah: Peningkatan kesalahan dapat terjadi oleh perawat yang bekerja pada
shift yang berkepanjangan. Strategi untuk mengurangi kesalahan dan
meningkatkan keselamatan: Batasi jumlah jam kerja untuk mengurangi kelelahan
dan kesalahan.
6) Pengetahuan/pengalaman
Masalah: Perawat pemula dan perawat ahli memiliki kebutuhan dan kemampuan
yang berbeda. Perawat pemula mungkin menghadapi masalah dengan serah
terima pasien. Perawat pemula mungkin memerlukan informasi tambahan yang
lebih selama serah terima pasien.
7) Komunikasi tertulis
Masalah: Mencoba untuk menafsirkan catatan yang tidak terbaca, mungkin akan
membuat kesalahan dalam komunikasi.
8) Hirakhi
Masalah: Struktur hirarkis dapat menghambat komunikasi terbuka. Perawat
mungkin tidak merasa nyaman mengajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi
informasi atau mungkin merasa terintimidasi
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kegiatan praktik manejemen mahasiswa profesi ners angkatan XXII di ruang gideon
telah sampai pada tahap pertengahan . di mana dari hasil kajian situasi yang di dapatkan
masalah yaitu “Belum optimalnya proses dalam melaksanakan handover di ruangan
“ .Setelah masalah dirumuskan, kemudian menyusun analisa SWOT dan bersama-sama
menyusun analisa fish bone. Setelah menyusun analisa fish bone kemudian
merancangkan POA. Implementasi terhadap masalah-masalah yang diangkat yaitu
desiminasi dan melakukan diskusi, implementasi akan di laksanakan dan mengevaluasi
ulang hasil dari intervensi yang di tetapkan , hasil dari implementasi akan di kaji
perbandingan antara sebelum dan setelah penerapan intervensi pada hendover di ruang
Gideon Rumah Sakit Immanuel Bandung .

B. SARAN
Seusai kajian situasi yang telah di temukan yaitu tentang belum optimalnya hendover di
runag gideon maka di harapkan sesuai intervensi yang di terapkan akan terus di
pertahankan,dan perawat di ruangan mempunyai ide-ide tersendiri untuk saling
mengingatkan ketika melakukan serah timbang terima atau hendover di ruang gideon
rumah sakit immanuel bandung
DAFTAR PUSTAKA

Blacius Dedi, (2020). Kepemimpinan dan Manajemen Pelayanan Keperawatan, Teori


Konsep dan Implementasi : Jakarta

Kaasean M, Jagoo ZB. ( 2012 ). Managing change in the nursing handover from
traditional to bedside handover - a case study from Mauritius. BMC Nursing
4 (1):1

Marquis, Bessie L., Huston, Carol J., and Propst, Joan. (2009). Leadership roles and
management functions in nursing. Journal of Nursing Staff Development:
Vol. 8 issue 6ppg 284 – 287

Marquis, B & Huston. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Jakarta:


Salemba medika

Nasution, S. 2004. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif . Bandung: Tarsito Agung.

Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam praktik keperawatan


professional, edisi 3, Jakarta : Salemba Medika.

Potter A. P, and Anne G. P.(2005). Fundamental Keperawatan . Edisi 7. Jakarta. Salemba


Medik

Supriyanto, Stefanus dan Nyoman Anita Damayanti. 2007. Perencanaan dan Evaluasi.
Surabaya: Airlangga University Press

World Health Organization (WHO), 2009, Who Guidelines On Hand Hygiene In Health
Care, Switzerland: WHO Press.

Anda mungkin juga menyukai