Anda di halaman 1dari 22

BAB 3

M5 (Marketing/mutu)

3.1 Data Umum Ruangan


Ruang Dahlia merupakan ruang rawat inap bangsal bedah yang berada di
bawah instalasi pelayanan rawat inap di peruntukkan bagi pasien pre dan post
operasi, pasien dengan luka bakar, pasien yang rutin menjalani kemoterapi. Hal
ini berkaitan kebijakan manajemen Rumah sakit untuk menempatkan pasien rawat
inap hanya membedakan pasien infeksi dan pasien non infeksi, tanpa
membedakan jenis penyakit nya. Pasien rawat inap di ruang Dahlia di dominasi
oleh pasien dengan keluhan sistem muskuloskletal dan digestif
Kapasitan tempat tidur di ruang Dahlia terdiri atas 42 tempat tidur, yang
berada dilantai 2. Rincian tempat tidur di ruang Dahlia adalah sebagai berikut:
Kelas I : 3 ruangan, dengan kapasitas 6 tempat tidur (untuk sementara 1
ruangan dengan kapasitas 2 tempat tidur dialih fungsikan menjadi
ruang isolasi/transit).
Kelas II : 1 ruangan, dengan kapasitas 4 tempat tidur.
Kelas III : 5 ruangan, dengan kapasitas 25 tempat tidur.
Ruang Luka Bakar : 1 ruangan, dengan kapasitas 2 tempat tidur (sementara
dialih fungsikan sebagai ruang isolasi/transit)
Ruang Kemoterapi : 1 ruangan, dengan kapasitas 5 tempat tidur
Ruangan Dahlia di pimpin oleh kepala ruangan dan di bantu oleh 2 orang
Ketua Tim dan 16 perawat pelaksana, 1 orang petugas administrasi, 1 orang
petugas gizi dan 3 orang clening service.
Model pemberian asuhan keperawatan yang di gunakan di ruang Dahlia
yaitu metode fungsional, dimana sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas
dinama fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana,
misalnya seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat,
perawat yang lain untuk mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda
vital, dan sebagainya (Nursalam, 2015).
3.2 Marketing/Mutu (M5)
3.2.1 Keselamatan Pasien
1. Sasaran I : Ketetapan identifikasi pasien
Diruangan Dahlia pasien menggunakan identitas yang berisi nama
pasien, tanggal lahir dan nomor rekam medis yang ditulis pada gelang
identitas pasien. Perawat memastikan kembali identitas pasien saat perawat
akan memberikan obat oral, obat suntikan intra vena, mengambil darah dan
melakukan tindakan perawat terlebih dahulu menanyakan identitas pasien
untuk pencocokan data.
2. Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
Perawat diruang Dahlia berupaya melakukan komunikasi kepada pasien
saat akan melakukan tindakan keperawatan, seperti memasang infus dan
tindakan yang lainnya yang berhubungan langsung dengan pasien. Perawat
diruang Dahlia melakukan komunikasi dengan rekan perawat lain saat
melakukan timbang terima setiap pergantian shift.
3. Sasaran III : Peningkatan keamaanan obat yang perlu diwaspadai
Pada ruang Dahlia penyimpanan obat injeksi dan oral sudah disediakan
ditempat penyimpanan tersendiri, dengan kondisi tempat penyimpanan obat
yang dingin dan ber AC. Perawat sudah berhati-hati dalam memberikan obat-
obatan yaitu memvalidasi kembali obat yang diberikan untuk pasien, namun
tempat penyimpanan obat oral sendiri-sendiri.
4. Sasaran IV : Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
Ruang Dahlia sudah menggunakan tanda identitas ruangan untuk pasien
laki-laki atau perempuan dalam melakukan tindakan keperawatan dan
tindakan kolaboratif perawat melakukan sesuai prosedur. Dalam pemberian
obat oral dan obat injeksi sudah melakukan tindakan dengan benar,
memberikan obat sesuai dosis dan sesuai jam pemberian.
5. Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Perawat menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti handscone
saat memberikan tindakan keperawatan. Di ruang Dahlia, wastafel ada disetiap
ruangan dan hand srub diletakkan disetiap depan pintu ruang kamar pasien
dan juga sudah terpampang cara cuci tangan 6 langkah dan petunjuk 5 momen.
6. Sasaran VI : Pengurangan resiko pasien jatuh
Tersedianya penanda bed dan stiker berwarna kuning untuk Resiko
jatuh, maka perawat selalu melakukan pengkajian penilaian resiko jatuh
kembali setibanya pasien di ruangan baik pasien masuk dari IGD atau dari
poli. Secara rutin melakukan pemeriksaan terhadap pagar pengaman pada
tempat tidur pasien.
7. Sasaran VII : Tenaga kesehatan/keunggulan RS
Dari segi tenaga keperawatan secara umum perawat sudah mengikuti
pelatihan-pelatihan khusus tentang perawatan luka, kemoterapi dan BHD atau
BTCLS. Pelatihan-pelatihan tersebut diikuti untuk menambah pengetahuan dan
juga untuk memenuhi syarat memperpanjang STR (surat tanda registrasi).
3.2.2 Proses
1. Fungsi Manajemen Keperawatan di Ruangan
1) Fungsi Perencanaan
a. Visi Misi Tujuan Ruangan
Berdasarkan wawancara Visi dan Misi yang digunakan adalah Visi
dan Misi Rumah Sakit, sedangkan untuk Visi dan Misi ruangan sendiri
belum ada.
b. SOP dan SAK
Adapun SOP yang dijalankan diruangan dahlia adalah:
a. SOP Identifikasi Pasien.
b. SOP Komunikasi Efektif.
c. SOP Resiko Jatuh.
d. SOP Insiden Keselamatan pasien.
e. SOP Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Berdasarkan kuisioner yang diberikan didapatkan :
Pelaksanaan prosedur keperawatan berpedoman pada Standart Operasional Prosedur (SOP)
10%

Selalu Sering

Kadang-kadang tidak pernah

90%

Keterangan:
Dari 12 kuisioner yang diberikan didapatkan, 10 orang (83%)
menyatakan selalu melakukan prosedur keperawatan sesuai standar
operasional prosedur (SOP), 2 orang (17%) menyatakan kadang-
kadang.
c. Standar Kinerja
Berdasarkan hasil wawancara, kepala ruangan dahlia mengatakan
bahwa perawat di Ruang Dahlia sudah bekerja dengan mengikuti
standar kinerja Rumah sakit.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan tampak para perawat
sebagian besar bekerja denan mengikuti standar kinerja rumah sakit.
Berdasarkan kuisioner didapatkan :
Konsisten dalam bekerja sesuai standar kinerja Rumah sakit

30%

Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah

70%

Keterangan:
Dari 12 kuisioner yang diberikan didapatkan data, 10 orang selalu
berusaha (kadang-kadang) konsisten dalam bekerja dengan mengikuti
standart kinerja Rumah Sakit, 2 orang menyatakan selalu.
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
1) Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil wawancara, kepala ruangan mengatakan bahwa di ruang
Dahlia sudah terdapat struktur organisasi yang terdiri dari Direktur, Wadir
Pelayanan medik, Keperawatan dan Penunjang, Kepala Instalasi Rawat
Inap, Kepala Ruangan Dahlia, perawat Primer, Perawat Pelaksana.
Berdasarkan hasil obsevasi yang dilakukan tampak terlihat struktur
organisasi di nurse station. Berdasarkan kuisioner yang sudah dibagi tentang
pengkajian pengorganisasian didapatkan hasil bahwa:
Pemberian asuhan keperawatan dengan metode MPKP

30%

selalu
50% sering
kadang-kadang
tidak pernah

20%

Keterangan :
Dari 12 orang perawat, 9 orang perawat mengatakan selalu memberikan
asuhan keperawatan dengan penerapan sistem MPKP di ruangan Dahlia, 3
orang menyatakan kadang-kadang dilakukan.
Memahami struktur organisasi
di ruangan

Selalu
Kadang-kadang
tidak pernah

100%

Keterangan :
Semua 12 orang perawat mengatakan selalu memahami struktur organisasi
diruangan.
Bekerja sesuai dengan uraian tugas yang sudah ditentukan

selalu
Kadang-kadang
tidak pernah

100%

Keterangan :
Semua 12 orang perawat mengatakan selalu melakukan tugas sesuai
dengan uraian tugas yang ditentukan oleh ruangan.
Jumlah tenaga keperawatan yang ada di ruangan telah sesuai dengan beban kerja

17% 28%

selalu
sering
kadang-kadang
tidak pernah

14%
42%

Keterangan :
Dari 12 orang perawat 10 orang yang mengatakan jumlah tenaga
keperawatan yang ada diruangan sudah sesuai dengan beban kerja.
2) Pengaturan pengorganisasian perawatan pasien
Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan mengatakan bahwa di ruang
Dahlia terdapat ruangan khusus pasien pre dan post operasi, ruangan
pasien luka bakar, ruangan pasien kemoterapi, jadi dalam pemberian
perawatan kepada pasien dilakukan oleh seluruh perawat yang berdinas
sesuai shift dinas yang sudah ditentukan
Berdasarkan hasil observasi tanggal 26 Agustus 2020 perawat yang
berdinas pagi 6 orang dengan total pasien dirawat 15 orang, dinas sore 3
orang dengan total pasien 15 orang dan malam total pasien 15 orang
dengan perawat yang berdinas 3 orang
Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan:
Pengaturan shift di ruangan berdasarkan
tingkat ketergantungan klien

31%

Selalu
Kadang-kadang
tidak pernah

69%

Keterangan :
Dari 12 orang perawat 9 orang yang mengatakan selalu pengaturan shif
yang ada di dalam ruangan berdasarkan dari tingkat ketergantungan klien
dan 4 orang mengatakan kadang-kadang.
3. Fungsi Pengaturan staf (Stafing)
1) Berdasarkan jenis dan tingkat pendidikan
No Jenis Tenaga PNS % TKK % Jlh
1. Medis
a. Dokter Spesialis 5 62,5 3 37,5 8
b. Dokter Umum - 0 3 100 3
2. Keperawatan
a. Perawat Profesional
1 33,3 2 66,7 3
(Ners)
b. Perawat Profesional
1 100 - 0 1
(S.Kep)
c. Perawat Mahir (DIII) 14 87,5 2 12,5 16
d. Perawat Kesehatan
1 100 - 0 1
(SPK)
3. Non Keperawatan
a. Tata Usaha (MR) 1 100 - 0 1
b. Ahli Gizi 2 100 - 0 2
c. Cleaning Service - - 4 100 4
Total 25 73,6 14 36,4 39
2) Berdasarkan Jenjang karir
No Jenis Tenaga Jumlah %
1. Perawat Klinis I - 0
2. Perawat Klinis II 17 85%
3. Perawat Klinis III 3 25%
4. Perawat Klinis IV - -
3) Jenis Pelatihan
No. Jenis Pelatihan Jumlah
1. Komunikasi Efektif 2
2. K3RS 2
3. BHD 3
4. Rekam Medik 1
5. Kemoterapi 3
6. Manajemen mutu 1
7. Perawatan Luka 1
8. Keselamatan Pasien 1
Dari 12 kuisioner yang di sebarkan semua terisi pernah mengikuti
pelatihan/penataran yang diselenggarakan di dalam maupun di luar RS,
tetapi hanya 3 kuisioner yang dituliskan jenis Pelatihan yang pernah di
ikuti.
4) Orientasi Staf perawat yang baru
Berdasarkan hasil wawancara, kepala ruangan mengatakan bahwa di ruang
Dahlia apabila ada perawat yang baru dilaksanakan orientasi staf.
5) Pengaturan Jadwal dinas
Berdasarkan hasil wawancara, kepala ruangan mengatakan bahwa di ruang
Dahlia pengaturan jadwal dinas dilakukan dengan musyawarah dan
fleksibel. Berdasarkan hasil observasi didapatkan jadwal dinas yang di
buat berdasarkan musyarah bersama.
Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan:
Pengaturan jadwal dinas dilakukan
dengan musyawarah dan fleksibel

10% 30%

Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak Pernah
40%

20%

Keterangan :
Dari 12 kuisioner didapatkan, semua perawat menyatakan selalu dibuat
pengaturan jadwal dinas dengan musyawarah dan fleksibel.
6) Perhitungan kebutuhan tenaga di ruangan
Berdasarkan hasil wawancara, kepala ruangan mengatakan bahwa di ruang
Dahlia perhitungan kebutuhan tenaga yang digunakan oleh kepala ruangan
belum sesuai dengan standar, hanya berdasarkan pembagian perawat dari
bidang keperawatan. Berdasarkan perhitungan standar kebutuhan perawat
menurut lokakarya (PPNI):
( 3,4 X 52 X 7 ) X ( 42 X 75 % )
TP= x 25 %
41 ( mgg ) x 40( jam)
1237,6 x 31,5
TP= x 25 %
1640
38,984
TP= x 25 %
1640
TP=29,71orang = 30 orang
Berdasarkan perhitungan Standar Kebutuhan Perawat menurut Lokakarya
(PPNI) berjumlah 30 orang, dan untuk jumlah tenaga perawat di Ruang
Dahlia saat ini berjumlah 20 orang.
4. Fungsi Pengarahan (Actuating)
1) Timbang terima (Hand Over)
Berdasarkan hasil wawancara, kepala ruangan mengatakan bahwa diruang
Dahlia kegiatan timbang terima (operan) dilakukan rutin secara lisan dan
tertulis, dan juga dilakukan secara berkala ke pasien langsung sesuai
kondisi pasien.
Program operan antar shift yang jelas

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

100%
Keterangan :
Semua 12 orang perawat menyatakan selalu ada program operan shift yang
jelas.
2) Pre conferen
Berdasarkan hasil wawancara proses pre conferen selalu dilaksanakan dan
dilakukan langsung di kamar pasien.
Kegiatan pre confrence dari ketua tim

Selalu
Kadang-kadang
tidak pernah

100%

Keterangan :
12 orang menyatakan selalu dilakukan pre confrence oleh ketua tim
kepada perawat pelaksana.
3) Post conferen
Berdasarkan hasil wawancara proses post conferen selalu dilaksanakan.
Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan :
Kegiatan post confrence

Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah

100%

Keterangan :
12 orang menyatakan selalu melakukan post conferen.
4) Motivasi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di ruangan, motivasi
kepada perawat sudah diberikan tetapi masih belum diterapkan secara
maksimal.
5) Pendelegasian
Di ruang Dahlia perawat diberikan delegasi oleh tim medis saat tim medis
melakukan visite pasien dan ketika terdapat keluhan yang baru dirasakan
pasien setelah visite atau ketika tim medis sedang di luar ruangan dan
pendelegasian dilakukan via telepon.
Berdasarkan dari wawancara dan obsevasi didapatkan di ruang Dahlia
sudah adanya pendelegasian secara langsung oleh kepala ruangan secara
langsung terkait masalah asuhan keperawatan pada pasien ruangan.
6) Supervisi
Di Ruang Dahlia untuk supervisi pendokumentasian dan pemberian
Asuhan Keperawatan dilakukan oleh kepala ruangan.
Untuk pelaksanaan supervisi, tidak terjadwal secara rutin, akan tetapi jika
terdapat permasalahan biasanya akan langsung dibahas dalam media sosial
yaitu WA group Ruang Dahlia
7) Berdasarkan kuisioner yang diberikan, didapatkan :
Kegiatan Supervisi

40%

Selalu
Kadang-kadang
tidak pernah
60%

Keterangan :
Dari 12 kuisioner, didapatkan 10 orang menyatakan selalu ada kegiatan
supervisi dan 2 orang mengatakan kadang-kadang.
8) Ronde Keperawatan
Di ruangan dahlia ronde keperawatan belum dilaksanakan. Hanya akan
dilaksanakan apabila ada mahasiswa Ners praktek stase manajemen.
5. Fungsi Pengendalian (Controlling)
1) Indikator Mutu
Indikator mutu dilakukan oleh kepala ruangan, yang datanya langsung
dilaporkan kepada komite keperawatan.
2) Audit dokumentasi keperawatan
Pelaksanaan audit di keperawatan, sebagai berikut:
a. Dilakukan oleh TIM mutu pelayanan keperawatan yang bertugas
menentukan masalah keperawatan yang perlu diperbaiki.
b. Menentukan kriteria untuk memperbaiki masalah serta menilai
pelaksanaan perbaikan yang telah ditetapkan.
c. Merupakan bagian integral dari TIM mutu RS dan bisa merupakan salah
satu komponen dari komite keperawatan.
d. Menyampaikan hasil laporan secara periodik pada komite keperawatan
untuk seterusnya disampaikan pada pimpinan rumah sakit sebagai bahan
pertimbangan kebijakan lebih lanjut.
e. Diperlukan kerja sama dengan berbagai bidang yang ada dirumah sakit
untuk dapat mengidentifikasi masalah, menentukan kriteria dan
merencanakan perbaikan, seperti bidang farmasi, infeksi nasokomial,
rekam medis, pelayanan medis, bagian pemasaran, dan lain-lain.

3.2.3 Indikator Pelayanan Efisiensi Ruangan


1. Indikator Mutu
Indikator mutu dilakukan oleh kepala ruangan, yang datanya langsung
dilaporkan kepada komite keperawatan. Di ruang Dahlia untuk indikator
peningkatan mutu seperti kejadian flebitis, kejadian decubitus, kejadian pasien
jatuh dan ketepatan dalam pemberian obat di gunakan sebagai tolak ukur untuk
meningkatkan pelayanan di Ruang Dahlia.
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui
tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-
indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap:
1) BOR (Bed Occupancy Ratio)
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan
kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat.
Angka BOR yang tinggi (lebih dari 85%) menunjukkan tingkat pemanfaatan
tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau
penambahan tempat tidur. Nilai indikator BOR yang ideal adalah antara 60-
85% (Kemenkes RI, 2011). BOR dihitung dengan menggunakan rumus
berikut ini:
Jumlah hari perawatan di rumah sakit
BOR = x 100 %
Jumlah TT tersedia X Jumlah hari dalam satu periode
Kasus:
Di ruang dahlia diketahui jumlah TT (Tempat Tidur) yang tersedia 42. Total
hari perawatan pada bulan Mei-Juli 2020 adalah 3229. Berapa persentase
pemakaian tempat tidur pada bulan Mei-Juli 2020? (setiap bulan adalah 30
hari).
Jawab:
3229
= 42 x 90 x 100 %
3229
= 3780 x 100 %

= 85.42%
Sehingga nilai parameter BOR yang didapat di ruang Dahlia untuk bulan Mei-
Juli 2020 adalah 85.42%.
2) AVLOST (Average Length of Stay)
AVLOST yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator
inidisamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapatmemberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Nilai AVLOST yang
ideal antara 6-9 hari. AVLOST dihitung dengan menggunakan rumus berikut
ini:
Lama dirawat
AVLOST =
Jumlah pasienkeluar (hidup+mati)
2735
=
546
= 5,00 = 5 hari
Jadi, rata-rata lama perawatan pasien di ruang Dahlia untuk bulan Mei-Juli
2020 adalah 5 hari.
3) TOI (Turn Over Internal)
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur pada periode tertentu tidak
terisi antara pasien keluar atau meninggal dan pasien masuk berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Idealnya tempat tidur kosong atau tidak terisi ada pada kisaran 1-3 hari (Juknis
SIRS, 2011). Idealnya tempat tidur kosong atau tidak terisi ada pada kisaran 1-
3 hari. TOI dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
( Jumlah TT x periode )−hari perawatan
TOI=
Jumlah pasien keluar hidup+ mati
( 42 x 90 )−3229
TOI =
546
551
TOI = = 1,00 = 1 hari
546

Jadi, rata-rata tenggang perputaran dari bulan Mei-Juli 2020 adalah 1 hari.
Hasil Evaluasi penerapan SAK (Instrumen ABC).
1) Instrumen A
Diagram hasil evaluasi penerapan SAK (instrumen ABC)
a. Pengkajian
Pengkajian
20% 20%

Pasien 1 Pasien 2

Pasien 3 Pasien 4

20% 20%
Pasien 5

20%

Keterangan:
Dari 5 status pasien yang di evaluasi didapatkan pengkajian 100%.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan
21% 21%

Pasien 1 Pasien 2

Pasien 3 Pasien 4
17%
21%
Pasien 5
21%

Keterangan:
Dari 5 status pasien, 1 status yang belum sesuai diagnosa keperawatan
dengan kondisi pasien.
c. Perencanan/Intervensi
Intervensi
20% 20%

Pasien 1 Pasien 2

Pasien 3 Pasien 4

20% 20%
Pasien 5

20%

Keterangan:
Dari 5 status pasien didapatkan intervensi dan perencanaan sudah 100%.
d. Implementasi
Implementasi
20% 20%

Pasien 1 Pasien 2

Pasien 3 Pasien 4

20% 20%
Pasien 5

20%

Keterangan:
Dari 5 status pasien didapatkan implementasi tindakan keperawatan sudah
100%.
e. Evaluasi

Evaluasi
21% 21%

Pasien 1
Pasien 2
Pasien 3
Pasien 4
17%
Pasien 5
21%

21%

Keterangan:
Dari 5 status pasien didapatkan 1 status yang evaluasinya belum lengkap.
2) Instrumen B Kepatuhan Sesuai SPO
a. Cuci tangan
(1) Persiapan Alat
Persiapan Alat

17%

Sesuai SOP Tidak Sesuai SOP

83%

Keterangan:
Dari 12 orang Perawat yang di observasi didapatkan 83% sesuai
SOP, dan 17% tidak sesuai SOP.
(2) Pra Interaksi
Pra Interaksi

Sesuai SOP Tidak Sesuai SOP

100%

Keterangan:
Dari 12 orang Perawat yang di observasi didapatkan 100 % sesuai
SOP pada tahap Interaksi
(3) Tahap Kerja
Tahap Kerja

8%

Sesuai SOP Tidak Sesuai SOP

92%

Keterangan :
dari 12 orang Perawat yang di observasi didapatkan 92%% tahap
kerja sesuai SOP dan 8% tidak sesuai SOP.
(4) Evaluasi Cuci Tangan 6 Langkah
Cuci Tangan 6 Langkah
8%

Sesuai SOP Tidak Sesuai SOP

92%

Keterangan :
Dari 12 orang perawat yang di observasi didapatkan 92% sesuai
SOP dan 8% tidak sesuai SOP.
b. Pemasangan infus
(1) Persiapan Alat
Persiapan Alat

Sesuai SOP

Tidak Sesuai SOP

100%

Keterangan :
Dari 12 orang perawat yang di observasi di dapatkan 100% sesuai
SOP.
(2) Persiapan Pasien
Persiapan Pasien

Sesuai SOP
Tidak Sesuai SOP

100%

Keterangan :
Dari 12 orang perawat yang di observasi didapatkan 100%
persiapan pasien sesuai dengan SOP.
(3) Tatalaksana
Tatalaksana
6%

Sesuai SOP

Tidak Sesuai SOP

94%

Keterangan :
Dari 12 orang perawat yang di observasi didapatkan 92%%
melakukan tatalaksana sesuai SOP, dan 8% tidak sesuai SOP.
c. Pemberian obat injeksi IV
Pemberian Obat Injeksi IV

Sesuai SOP Tidak Sesuai SOP

100%

Keterangan :
Dari 12 orang perawat yang di observasi didapatkan 100% malakukan
tindakan sesuai SOP.
d. Pemasangan tranfusi darah
(1) Persiapan Alat
Persiapan Alat

Sesuai SOP Tidak Sesuai SOP

100%

Keterangan :
Dari 12 Perawat yang di observasi didapatkan 100% perawat
melakukan persiapan alat sesuai SOP.
(2) Tatalaksana
Tatalaksana

Sesuai SOP Tidak Sesuai SOP

100%

Keterangan :
Dari 12 perawat yang diobservasi didapatkan 100% perawat
melakukan tindakan sesuai SOP.
e. Perawatan Luka
(1) Persiapan alat dan persiapan Pasien
Persiapan alat dan Persiapan Pasien

Sesuai SOP Tidak sesuai SOP

100%

Keterangan :
Dari 12 orang perawat yang diobservasi saat melakukan tindakan
didapatkan 100% melakukan tindakan sesuai SOP.
(2) Tahap Kerja
Tahap kerja

Sesuai SOP Tidak Sesuai SOP

100%

Keterangan :
Dari 12 orang perawat yang di observasi didaptkan 100%
melakukan sesuai SOP.
(3) Tahap Terminasi
Tahap Terminasi
20%

Sesuai SOP Tidak Sesuai SOP

80%

Keterangan :
Dari 12 perawat yang diobservasi didapatkan 100% melakukan
sesuai SOP pada tahap terminasi.
3.3 Analisis Swot
No. Analisis SWOT BOBOT RATING BOBOT x Rating
1 a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1. RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya 0.2 3 0.6
merupakan RS Pendidikan tipe B yang
merupakan rumah sakit rujukan di Kalimantan
Tengah
2. Adanya variasi karakteristik pelayanan
(Umum, BJPS, ASKES) 0.2 3 0.6
3. Sebagai tempat paktik mahasiswa keperawatan
D3 maupun S1
4. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di 0.2 4 0.8
rumah sakit 92 %
5. Tidak ada ada kejadian flebitis, kesalahan
pemberian obat untuk 3 bulan terakhir 0.2 4 0.8

0.2 4 0.8
Total 1 18 3.6
WEAKNESS
1. Rata-rata BOR cukup tinggi yakni 85,42% 0.3 4 1.2
2. Rata-rata beban kerja perawat cukup berat
3. Lama perawatan pasien 5 hari 0.4 3 1.2

0.3 2 0.6
Total 1 5 3
S-W : 3.6-3 = 0.6
 b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Mahasiswa praktik manajemen
Sebanyak 12 orang 0.6 3 1.8
2. Kerjasama yang baik antara perawat dan
mahasiswa
0.4 4 1.6

Total 1 7 3.4
THREATENED
1. Harapan masyarakat tentang pelayan yang lebih 0.2 3 0.6
profesional dan ideal
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan tingkat
kesehatan 0.3 2 0.6
3. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan
keperawatan
0.5 4 2
Total 1 9 3.2
O-T : 3.4-3.2 = 0.2

Anda mungkin juga menyukai