Anda di halaman 1dari 11

KUMPULAN ASUHAN KEPERAWATAN

Friday, 28 June 2013


ASKEP DIARE

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS GE

Pengertian
A        Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer,
Arif., et all. 1999).
A        Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari.

Etiologi
A        Penyebab utama :
Bakteri, parasit maupun virus (E. Coli, V. Cholerae Ogawa, Aeromonas sp.).
Penyebab lain ; toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama,
kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
Menurut Mansjoer, Arief., et all. (1999) dibagi menjadi :

Infeksi bakteri
 

Golongan :
V. Cholerae
C. Perfringers
S. Aureus
Vibro nonaglutinabel
 

Masuk ke mukosa usus halus (tak merusak)


   

Toksin ; meningkatkan kadar siklik AMP di dalam sel.


   

Sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus diikuti air, ion karbonat, natrium & kalium.
   

Feses (seperti cucian beras) deras & banyak.


Golongan :
Enteroinvasisive E. Coli
S. Paratyphi B.
S. Typhimurnin
S. Enteriditis
S. Choleraesues
Shigella
C. Perfringeus tipe C
 

Merusak dinding usus (nekrosis & ulserasi)


Bersifat sekretorik eksudatif
 

Feses bercampur lendir dan darah

Patofisiologi
Masukan makanan/minuman yang terkontaminasi
 

Infeksi pada mukosa usus


 

Makanan/zat tidak dapat diserap.


   
Tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi.
 
Terjadi pergeseran air & elektrolit ke dalam rongga usus
   
Isi rongga usus yg. berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya
 
Menimbulkan rangsangan tertentu yaitu :
Menimbulkan mekanisme tubuh untuk
mengeluarkan toksin
 

Peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus


 

Menimbulkan mekanisme tubuh untuk


mengeluarkan toksin
 
Peningkatan gerakan usus (hiperperistaltik).
 

Berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan


Diare
Banyak kehilangan elektrolit dan cairan
 

Resiko
Kekurangan Cairan & Elektrolit Gangguan Kenyamanan

Konsep Pengkajian
a.      Identitas klien :
A      Umur
Sering terjadi pada terutama usia 6 bulan sampai 2 tahun (WHO, 1995).
b.      Keluhan Utama
Dimulai dengan keluhan mual, muntah dan diare dengan volume yang banyak, suhu
badan meningkat, nyeri perut
c.      Riwayat penyakit
Terdapat beberapa keluhan, permulaan mendadak disertai dengan muntah dan diare.
Faeces dengan volume yang banyak, konsistensi cair, muntah ringan atau sering dan
anak gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat dan nafsu makan menurun.
c.      Pola aktivitas sehari-hari
A        Nutrisi
Makan menurun karena adanya mual dan muntah yang disebabkan lambung yang
meradang.
A        Istirahat tidur
Mengalami gangguan karena adanya muntah dan diare serta dapat juga disebabkan
demam.
A        Kebersihan
Personal hygiene mengalami gangguan karena seringnya mencret dan kurangnya
menjaga personal hygiene sehingga terjadi gangguan integritas kulit. Hal ini
disebabkan karena faeces yang mengandung alkali dan berisi enzim dimana
memudahkan terjadi iritasi ketika dengan kulit berwarna kemerahan, lecet disekitar
anus.
A        Eliminasi
Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan frekuensi, dimana
konsistensi lunak sampai cair, volume tinja dapat sedikit atau banyak. Dan pada buang
air kecil mengalami penurunan frekuensi dari biasanya.
d.      Pemeriksaan fisik.
A        Tanda-tanda vital
Terjadi peningkatan suhu tubuh, dan disertai ada atau tidak ada peningkatan nadi ,
pernapasan.
A         Bila terjadi kekurangan cairan didapatkan :
Haus
Lidah kering
Tulang pipi menonjol
Turgor kulit menurun
Suara menjadi serak
A         Bila terjadi gangguan biokimia :
Asidosis metabolik
Napas cepat/dalam (kusmaul)
A         Bila banyak kekurangan kalium
Aritmia jantung

A         Bila syok hipovolumik berat


Nadi cepat lebih 120 x/menit
Tekanan darah menurun sampai dari tak terukur.
Pasien gelisah.
Muka pucat
Ujung-ujung ektremitas dingin
Sianosis
A         Bila perfusi ginjal menurun
Anuria
Nekrosis tubular akut.
(Mansjoer, Arif., et all. 1999).
e.      Pemeriksaan Penunjang
A        Pemeriksaan tinja
Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya mukus
darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika diare
berhubungan dnegan penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita
Salmonella, E. Coli, Enterovirus dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan
dalam tinja menunjukkan kemungkinan adanya keradangan kolon. PH tinja yang
rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa tinja rendah / PH
kurang dari 5,5 maka penyebab diare bersifat tidak menular.
A        Pemeriksaan darah
Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan berat jenis plasma.
Penurunan PH darah disebabkan karena terjadi penurunan bikarbonas sehingga
frekuensi nafas agak cepat.
Elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor .

Penatalaksanaan
1.      Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.
a.      Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan RL, bila tak
tersedia dapat diberikan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5 % 50
ml.

b.      Jumlah cairan


Diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.
Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan beberapa cara :

Metoda Pierce :
Derajat Dehidrasi Kebutuhan cairan ( X kg BB)
Ringan 5%
Sedang 8%
Berat 10 %

c.      Jalan masuk atau cara pemberian cairan


Dapat dipilih oral atau IV.
d.      Jadwal pemberian cairan
Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan diberikan pada 2 jam pertama.
Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk memperhitungkan
kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir jam ke-3.
e.      Terapi simtomatik
Obat diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional.
A        Sifat antimotilitas dan sekresi usus.
A        Sifat antiemetik.
f.          Vitamin meneral, tergantung kebutuhannya.
A        Vitamin B12, asam folat, vit. K, vit. A.
A        Preparat besi , zinc, dll.
g.         Terapi definitif
Pemberian edukatif sebagailangkah pencegahan. Hiegene perseorangan, sanitasi
lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi.

Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan sekunder terhadap muntah dan diare.

2.      Perubahan kenyamanan berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah
sekunder akibat dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.
3.      Risiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang
berhubungan dnegan kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, dan
tanda-tanda serta gejala komplikasi.

Perencanaan
Diagnosa No. 1
A        Tujuan :
Kebutuhan volume cairan adekuat.
A        Kriteria hasil : Individu akan
A        Meningkatkan masukan cairan minimal 2000 ml (kecuali bila merupakan
kontraindikasi).
A        Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stress atau panas.
A        Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal (1,010 & 1,025).
A        Memperhatikan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi.

Intervensi general :
1.      Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian ( misal 1000 ml selama
siang hari, 800 ml selama sore hari, 300 ml selama malam hari).
R/ Deteksi dini memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk memperbaiki
defisit.
2.      Jelaskan tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan
metoda-metoda untuk mencapai tujuan masukan cairan.
R/ Informasi yang jelas akan meningkatkan kerjasama klien untuk terapi.
3.      Pantau masukan , pastikan sedikitnya 1500 ml cairan per oral setiap 24 jam.
R/ Catatan masukan membantu mendeteksi tanda dini ketidak seimbangan cairan.
4.      Pantau haluaran, pastikan sedikitnya 1000 - 1500 ml/24 jam. Pantau terhadap
penurunan berat jenis urine.
R/ Catatan haluaran membantu mendeteksi tanda dini ketidak seimbangan cairan.
5.      Timbang BB setip hari dengan jenis baju yang sama, pada waktu yang sama.
Kehilangan berat badan 2 - 4 % menunjukkan dehidrasi ringan. Kehilangan berat
badan 5 - 9 % menunjukkan dehidrasi sedang.
R/ Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilanagan cairan.
6.      Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan dengan muntah, diare,
demam, drain.
R/ Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya sudah tidak mencukupi untuk
mengkompensasi kehilangan yang tak kasap mata. Dehidrasi dapat meningkatkan laju
filtrasi glomerulus, membuat haluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa
metabolisme dengan baik dan mengarah pada peningkatan BUN dan kadar elektrolit.
7.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan kadar elektrolit darah, nitrogen ure
darah, urine dan serum, osmolalitas, kreatinin, hematokrit dan hemoglobin.
R/ Propulsi feses yang cepat melalui usus mengurangi absorpsi elektrolit. Muntah-
muntah juga menyebabkan kehilangan elektrolit.
8.      Kolaborasi dengan pemberian cairan secara intravena.
R/ Memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.

Diagnosa No.2
A       Tujuan : Klien merasa nyaman.
A       Kriteria hasil : Klien akan :
A         Melaporkan penurunan kram abdomen.
A         Menyebutkan makanan yang harus dihindari.

Intervensi :
1.      Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dnegan bantalan penghangat di
atas abdomen.
R/ Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan mengurangi kram.
2.      Singkirkan pemadangan yang tidak menyenangkan dan bau yang tidak sedap dari
lingkungan klien.
R/ Pemandangan yang tidak menyenangkan atau bau tak sedap merangsang pusat
muntah.
3.      Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan jernih (misal; teh encer, air jahe,
agar-agar, air) 30 sampai 60 ml tiap 1/2 sampai 1 jam.
R/ Cairan dalam jumlah yang kecil cairan tidak akan mendesak area gastrik dan
dengan demikian tidak memperberat gejala.
4.      Instruksikan klien untuk menghindari hal ini :
a.      Cairan yang panas dan dingin.
b.      Maknan yang mengandung lemak dan serat (misal ; susu, buah)
c.      Kafein.
R/ cairan yang dingin merangsang kram ; cairan panas menrangsang peristaltik ;
Lemak juga meningkatkan peristaltik dan kafein meningkatkan motilitas usus.
5.      Lindungi area perianal dari iritasi.
R/ Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat mengiritasi kulit perianal.

Diagnosa No. 3
A         Tujuan : Pengetahuan klien tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda-tanda serta
gejala komplikasi adekuat.
A         Kriteria hasil :
A         Klien dapat menjelaskan kembali kepada perawat setelah penjelasan dari perawat.

Intervensi :
1.      Jelaskan pembatasan diet :
a.      Makanan tinggi serat (sekam & buah segar).
b.      Makanan tinggi lemak ( susu, makanan goreng).
c.      Air yang sangat panas atau dingin.
R/ Makann ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.
2.      Jelaskan pentingnya mempertahankan kesimbangan antara masukan cairan oral dan
haluaran cairan.
R/ Muntah dan diare dapat dengan cepat menyebabkan dehidrasi.
3.      Jelaskan manfaat istirahat dan dorong untuk istirahat adekuat.

R/ Inaktivitas menurunkan peristaltik dan memungkinkan salurang GI untuk istirahat.


4.      Instruksikan untuk mencuci tangan dan :
a.      Desinfeksi area permukaan dengan desinfektan yang mengandung tinggi alkohol.
b.      Rendam peralatan makan dan termometer dalam larutan alkohol atau gunakan alat
pencuci piring untuk peralatan makan.
c.      Tidak mengijinkan menggunkan bersama alat-alat dengan orang sakit.
R/ Penyebaran virus dapat dikontrol dengan desinfeksi area permukaan area (kamar
tidur) dan peralatan makan. Desinfeksi dengan kandungan alkohol rendah tak efektif
melawan beberapa virus.
5.      Ajarkan klien dan keluarga untuk melaporkan gejala ini :
a.      Urine coklat gelap menetap selama lebih dari 12 jam.
b.      Feses berdarah.
R/ Deteksi dini dan pelaporan tanda dehidrasi memungkinkan intervensi segera
untuk mencegah ketidakseimbangan cairan atau elektrolit serius.
Daftar Pustaka

Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarata :
EGC
(2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarata : EGC
Makalah Kuliah . Tidak diterbitkan.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI :
Media Aescullapius.
Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK FK
Universitas Airlangga.
Price, Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarata : EGC.
Posted by Aji Sukmono at 02:26
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

1 comment:

1.

Ginny Laura11 July 2014 at 13:39

Artikel ini sangat bermanfaat.


Sambil baca artikel ini, Aku numpang promosi deh !
Agen Bola, Bandar Bola Online, Situs Taruhan Bola, 7meter

Reply

Load more...
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Lencana Facebook
Aji Onomkus | Buat Lencana Anda

Diriku

Aji Sukmono
Sleman, yogyakarta, Indonesia
View my complete profile

Blog Archive
 ▼  2013 (91)
o ►  September (47)
o ▼  June (44)
 ASKEP MANIA
 ASKEP CURIGA
 ASKEP NAPZA
 ASKEP MENARIK DIRI
 ASKEP DEPRESI
 ASKEP KEHILANGAN
 ASKEP HALUSINASI PERSEPTUAL
 ASKEP HARGA DIRI RENDAH
 ASKEP HALUSINASI DENGAR
 ASKEP DELIRIUM
 ASKEP TRAUMA TUSUK
 ASKEP PENEMUTHORAX
 ASKEP PERITONITIS
 ASKEP PD PASIEN DG PEMASANGAN CVP
 ASKEP INTOKSIKASI
 ASKEP HIPOGLIKEMIA
 ASKEP GAGAL NAFAS
 ASKEP NYERI DADA
 ASKEP CEDERA KEPALA
 ASKEP FRAKTUR CERVICALIS
 ASKEP HEPATOMA
 ASKEP CAD
 ASKEP HIV AIDS
 Askep Ventrikel Septum Defek (VSD)
 ASKEP TUMOR PARU
 ASKEP THALASEMIA
 ASKEP TETANUS
 ASKEP TBC (TUBERCULOSIS PARU)
 ASKEP TB PARU & HEMAPTOE
 ASKEP SYOCK
 ASKEP SLE
 ASKEP SIROSIS HEPATIS
 Askep PPOM
 ASKEP PENYAKIT JANTUNG REMATIK
 Askep Osteoartritis
 ASKEP Leptospirosis
 ASKEP HIPERTENSI
 ASKEP HEPATITIS
 ASKEP HEMATEMESIS MELENA
 Askep Gout
 Askep Gegantisme
 ASKEP DIARE
 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL
NAFAS
 ASKEP GAGAL GINJAL KRONIS

 ►  2012 (30)

Travel template. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai