Anda di halaman 1dari 14

syamsudin nurse Blog's

Selasa, 24 Desember 2013


MAKALAH TOKSOPLASMOSIS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat
ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama
Toxoplasmosis gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia
dan hewan peliaharaan. Penderita Toxoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu tanda
klinis yang jelas sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering
terabaikan dalam praktik dokter sehari-hari. Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai
wanita hamil trismester ketiga dapat mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau
epilepsi.
Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi penyakit ini
juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan peliharaan lainnya.
Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan di atas penyakit toxoplasmosis
ini paling sering dijumpai pada kucing dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis
tidak hanya terjadi pada orang yang memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi
pada orang lainnya yang suka memakan makanan dari daging setengah matang atau sayuran
lalapan yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.
1.2  Tujuan
a.       Untuk mengetahui pengertian toxoplasmosis secara jelas.
b.      Agar pembaca dan penulis mengenal siklus hidup toxoplasmaosis.
c.       Untuk menambah pengetahuan pembaca dan penulis dalam penularan toxoplasmosis.
BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 Definisi
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat
ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama
Toxoplasmosis gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia
dan hewan peliaharaan. Penderita Toxoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu tanda
klinis yang jelas sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering
terabaikan dalam praktik dokter sehari-hari. Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai
wanita hamil trismester ketiga dapat mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau
epilepsi.
Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi penyakit ini
juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan peliharaan lainnya.
Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan di atas penyakit toxoplasmosis
ini paling sering dijumpai pada kucing dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis
tidak hanya terjadi pada orang yang memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi
pada orang lainnya yang suka memakan makanan dari daging setengah matang atau sayuran
lalapan yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.
Penyakit toksoplasmosis adalah infeksi yang bisa mengancam pertumbuhan janin dan
bisa menyebabkan keguguran. Parasit penyebabnya adalah Toxoplasma gondii, yang
berkembang biak dalam saluran pencernaan kucing dan ikut keluar bersama fesesnya,
terutama hidup di bak pasir tempat BAB kucing dan di tanah atau pupuk kebun. Anda bisa
terinfeksi oleh parasit ini ketika membersihkan kotoran kucing atau memegang tanah yang
terdapat feses kucing. Anda juga bisa terkena toksoplasma karena mengonsumsi daging yang
dimasak setengah matang (dimana daging tersebut terinfeksi dengan parasit toksoplasma).
Meskipun kucing adalah tempat hidup utama parasit ini, toksoplasma juga bisa hidup pada
anjing, unggas dan hewan ternak seperti babi, sapi atau kambing. Janin bisa terinfeksi
toksoplasma melalui saluran plasenta jika si ibu terserang toksoplasmosis ketika sedang
mengandung. Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat bawaan seperti
kerusakan pada otak dan fungsi mata.
Toxoplasma gondii pada tahun 1908 pertama kali ditemukan pada binatang pengerat yaitu
Ctenodactylus gundi, di suatu laboratorium di Tunisia dan pada seekor kelinci di suatu
laboratorium di Brazil (Nicolle & Splendore). Pada tahun 1937, parasit ini ditemukan pada
neonatus dengan enfalitis. Walaupun trransmisi secara intrauterin transplasental sudah
diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas, ketika ditemukan
daur seksualnya pada kucing (Hutchison). Setelah dikembangkan tes serologi yang sensitif
oleh Sabin dan Feldman (1948), zat anti Toxoplasma gondii ditemukan kosmopolit, terutama
di daerah beriklim panas dan lembab.
Pada manusia penyakit toxoplasmosis ini sering terinfeksi melalui saluran pencernaan,
biasanya melalui perantaraan makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan agent
penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya karena minum susu sapi segar atau makan
daging yang belum sempurna matangnya dari hewan yang terinfeksi dengan penyakit
toxoplasmosis. Penyakit ini juga sering terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan
warnanya indah yang biasanya disebut dengan mink, pada kucing ras mink penyakit
toxoplasmosis sering terjadi karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging
segar (mentah) dan sisa-sisa daging dari rumah potong hewan.

2.2 Etilogi Penyakit Toxoplasmosis


Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang menyerang
hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki maka penyakit yang
disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk famili babesiidae.
Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel endothelial pada
berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan
dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh
seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, pam-pam, otak, ginjal, urat daging, jantung
dan urat daging licin lainnya.
Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2,4 dan seterusnya,
belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni. Pada
preparat ulas dan sentuh dapat dilihat dibawah mikroskop, bentuk oval agak panjang dengan
kedua Ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari coccidium. Jika ditemukan
diantara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya
terletak dibagian ujung yang berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak,
tetapi peneliti-peneliti belum ada yang berhasil memperlihatkan flagellanya. Toxoplasma
baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endoteleal, sel alat tubuh viceral
maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri 2,4 dan seterusnya.
Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit menyebar melalui peredaran
darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya. Toxoplasma gondii mudah mati
karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Cepat mati karena pembekuan darah induk
semangnya dan bila induk semangnya mati, jasad inipun ikut mati. Toxoplasma membentuk
pseudocyste dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan yang diserangnya
secara khronis. Bentuk pseudocyste ini lebih tahan dan dapat bertindak sebagai penyebar
toxoplasmosis.
2.3 Siklus Hidup Dan Morpologi Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, dan Ookista.
Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang
memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi
menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit.
Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10-
100 um. Kista penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot
jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista yang berukuran
10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan
feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan
siklus atau gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama
feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali exkresi akan
mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti manusia,
sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk
kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak
dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan
tikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus
kucing tersebut.
2.4 Cara Penularan Toxoplasmosis
Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang yang
mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa, tikus, dan
melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi utero melalui
placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada
peneliti yang bekerja dengan menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan
toxoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi
dengan toxoplasma gondii.
  2.5 Tanda dan Gejala
Pada individu imunokompeten yang tidak hamil, infeksi toxoplasma gondii biasanya
tanpa gejala. Sekitar 10-20% pasien mengembangkan limfadenitis atau sindrom, seperti flu
ringan ditandai dengan demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit tenggorokan,
limfadenopati dan ruam. Dalam beberapa kasus, penyakit ini bisa meniru mononukleosis
menular. Gejala biasanya dapat hilang tanpa pengobatan dalam beberapa minggu ke bulan,
meskipun beberapa kasus dapat memakan waktu hingga satu tahun. Gejala berat, termasuk
myositis, miokarditis, pneumonitis dan tanda-tanda neurologis termasuk kelumpuhan wajah,
perubahan refleks parah, hemiplegia dan koma, tapi jarang. Ensefalitis, dengan gejala sakit
kepala, disorientasi, mengantuk, hemiparesis, perubahan refleks dan kejang, dapat
menyebabkan koma dan kematian. Nekrosis perbanyakan parasit dapat menyebabkan
beberapa abses dalam jaringan saraf dengan gejala lesi. Chorioretinitis, miokarditis, dan
pneumonitis juga terjadi. Penularan Toksoplasmosis tidak secara langsung ditularkan dari
orang ke orang kecuali dalam rahim (Institute for International Cooperation in Animal
Biologics, 2005).
Tanda-tanda yang terkait dengan toksoplasmosis yaitu (Medows, 2005):
1.      Toxoplasma pada orang yang imunokompeten
Hanya 10-20% dari infeksi toksoplasma pada orang imunokompeten dikaitkan dengan
tanda-tanda penyakit. Biasanya, pembengkakan kelenjar getah bening (sering di leher).
Gejala lain bisa termasuk demam, malaise, keringat malam, nyeri otot, ruam makulopapular
dan sakit tenggorokan.

2.      Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah


Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah misalnya, pasien
dengan AIDS dan kanker. Pada pasien ini, infeksi mungkin melibatkan otak dan sistem
syaraf, menyebabkan ensefalitis dengan gejala termasuk demam, sakit kepala, kejang-kejang
dan masalah penglihatan, ucapan, gerakan atau pemikiran. manifestasi lain dari penyakit ini
termasuk penyakit paru-paru, menyebabkan demam, batuk atau sesak nafas dan miokarditis
dapat menyebabkan gejala penyakit jantung, dan aritmia.
3.      Toxoplasma Okular
Toksoplasmosis okular oleh uveitis, sering unilateral, dapat dilihat pada remaja dan
dewasa muda, sindrom ini sering merupakan akibat dari infeksi kongenital tanpa gejala atau
menunda hasil infeksi postnatal. Infeksi diperoleh pada saat atau sebelum kehamilan sehingga
menyebabkan bayi toksoplasmosis bawaan. Banyak bayi yang terinfeksi tidak menunjukkan
gejala saat lahir, namun sebagian besar akan mengembangkan pembelajaran dan visual cacat
atau bahkan yang parah, infeksi yang mengancam jiwa di masa depan, jika tidak ditangani.
4.      Toksoplasmosis pada wanita hamil
Kebanyakan wanita yang terinfeksi selama kehamilan tidak menunjukkan tanda-tanda
penyakit. Hanya wanita tanpa infeksi sebelumnya dapat menularkan infeksi ke janin.
Kemungkinan penyakit toksoplasmosis bawaan terjadi ketika bayi baru lahir, tergantung pada
tahap kehamilan saat infeksi ibu terjadi. Pada kondisi tertentu, infeksi pada wanita selama
kehamilan menyebabkan abortus spontan, lahir mati, dan kelahiran prematur. Aborsi dan
stillbirths juga dapat dipertimbangkan, terutama bila infeksi terjadi pada trimester pertama.
Tanda dan gejalanya yaitu penglihatan kabur, rasa sakit, fotofobia, dan kehilangan sebagian
atau seluruh keseimbangan tubuh.

5.      Toxoplasmosis congenital


Bayi yang terinfeksi selama kehamilan trimester pertama atau kedua yang paling
mungkin untuk menunjukkan gejala parah setelah lahir. Tanda-tandanya yaitu demam,
pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kuning (menguningnya kulit dan mata), sebuah
kepala yang sangat besar atau bahkan sangat kecil, ruam, memar, pendarahan, anemia, dan
pembesaran hati atau limpa. Mereka yang terinfeksi selama trimester terakhir biasanya tidak
menunjukkan tanda-tanda infeksi pada kelahiran, tetapi mungkin menunjukkan tanda-tanda
toksoplasmosis okular atau penundaan perkembangan di kemudian hari.
2.6 Perubahan Makroskopis Pada Penyakit Toxoplasmosis
Sarang-sarang nekrosa dapat ditemukan didalam paru-paru, hati, limpa, anak ginjal dan sel-
sel disekitar sarang-sarang ini mengandung toxoplasmosis yang tergabung dalam koloni-
koloni terminal (Pseudo-cysts) atau parasit-parasit itu terletak bebas dalam jaringan-jaringan.
Toxoplasma banyak dijumpai didalam sel-sel pada pinggir ulkus-ulkus usus.
Didalam otak parasit-parasit terlihat didalam sel-sel glia atau neuron sebagai paraasit-
parasit intra selluler atau sebagai koloni-koloni terminal (pseudo cysts).. Protozoa itu juga
berada bebas dalam jaringan. Reaksi radang umumnya jelas terlihat, sebagai gliosis,
mikroglia, atan astrosit-astrosit. Penyerbukan limfosit-limfosit dalam ruang virchow robin,
disamping nekrosa lokal jaringan otak. Juga terjadi proliferasi sel-sel adventisia, disamping
nekrosa lokal jaringan otak. Perubahan-perubahan itu paling banyak terdapat dalam cortex
cerebralis. Parasit itu juga bisa dijumpai pada selaput otak.
Hati memperlihatkan perdarahan-perdarahan lokal yaitu gambaran degenerasi dan reaksi
seluler disamping sarang-sarang nekrosa tersebut di atas. Parasit-parasit dapat ditemukan
didalam makrofag atau didalam sel-sel hati. Didalam limpa kadang-kadang dijumpai sel-sel
reticulum dan makrofag-makrofag. Parasit-parasit terlihat didalam miokard yakni didalam
makrofag-makrofag atau didalam miofibril. Disamping itu serabut-serabut otot degenerasi.
Toxoplasmosis sekali-sekali ditemukan di dalam mata anjing. Disamping itu juga
memperlihatkan gejala renitis, newritis. Pada unggas toxoplasmosis otak merupakan
perubahan-perubahan yang sering terlihat.
2.7 Diagnosis Toxoplasmosis
Meskipun insiden infeksi toksoplasmosis tinggi, diagnosis klinis jarang dilakukan karena
tanda klinis dari toxoplasmosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya. Uji laboratorium
biasanya digunakan untuk diagnosis. Hanya mendeteksi antibodi yang spesifik saja tidak
cukup karena banyak manusia dan binatang memiliki titer antibodi. Sebuah infeksi baru dapat
menjadi pembeda dengan deteksi peningkatan jumlah antibodi (seroconversion) dari isotypes
yang berbeda (IgG, IgM, IgA) atau dari sirkulasi. Deteksi parasit yang bebas (takizoit) pada
kombinasi dengan gejala klinis dapat mengkonfirmasikan suatu infeksi, sebagai contoh pada
biopsi atau abortion material. Deteksi kista jaringan (hanya seperti antibodi saja) tidak
mengkonfirmasi infeksi aktif.
Identifikasi Toxoplasma gondii dalam darah atau cairan tubuh (Medows, 2005), yaitu :
1.                 Isolasi T. gondii dalam darah atau cairan tubuh (misalnya, CSF, cairan ketuban) dengan
inokulasi kultur jaringan.
2.                 Fluorescent antibodi atau tachyzooites pewarnaan immunoperoxidase.
3.                 Reaksi berantai polimerase (PCR) untuk deteksi T. gondii DNA.
4.                 Serologi, yaitu :
a.       ELISA untuk mendeteksi IgG, IgM, IgA atau antibodi IgE
b.      IFA deteksi IgG atau IgM
IgM spesifik tes yang dilakukan bila diperlukan untuk menentukan waktu infeksi,
misalnya dalam sebuah pregnansi. Sebuah tes negatif yang kuat IgM menunjukkan bahwa
infeksi ini tidak baru, tetapi tes IgM positif sulit untuk menginterpretasikan. IgM spesifik
toksoplasma dapat ditemukan hingga 18 bulan setelah infeksi akut dan positif palsu yang
umum.
c.       Uji aviditas imunoglobulin G.
d.      Immunosorbant aglutinasi untuk IgM atau IgA.
e.       Uji Sabin-Feldman dye, hemaglutinasi tidak langsung, aglutinasi lateks, aglutinasi
dimodifikasi dan fiksasi komplemen.
5.                 Pencitraan Radiologi
a.       Computed Tomography (CT) atau radiologi dapat menunjukkan toksoplasmosis otak, USG
dapat digunakan pada janin dan kalsifikasi atau ventrikel membesar dalam otak bayi baru
lahir.
b.      CT atau MRI dapat menunjukkan beberapa kontras, bilateral meningkat ("cincin-lesi") dalam
otak.
2.8  Diagnosis Toxoplasmosis Kongenital Pada Bayi.
Di Indonesia sering dijumpai bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongnital. Penyebab
kelainan kongenital karena infeksi termasuk golongan toxoplasma janin mulai membentuk
zat anti pada akhir trimester pertama, yang terdiri dari IgM zat anti ini biasanya menghilang
setelah 1-3 bulan. Zat anti IgM pada bayi didapat dari ibunya melalui plasenta Konsentrasi
IgG pada neonatus berkurang, dan akan naik lagi bila bayi dapat mebuat IgG sendiri pada
umur lebih kurang 3 bulan. Serodiagnosis infeksi kongenital berdasarkan kenaikan jumlah zat
anti IgG spesifik mau deteksi zat anti IgM spesifik. Tujuan penulisan makalah ini untuk
mengingat kembali kepentingan pemeriksaan zat anti IgG pada paired sera untuk diagnosis
toxoplasmosis kongenital bila zat anti IgG tidak ditemukan.
Pada bulan Januari 1986 Sampai Juni 1988 staf bagian parasitologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia yaitu Srisasi Ganda Husada telah melakukan penelitian tentang
toxoplasmosis yaitu telah memeriksa 99 bayi berumur 1 hari sampai 6 bulan yang tersangka
menderita toxoplasmosis kongenital. Bayi-bayi ini dikirim oleh RS. Dr. Cipto
Mangunkusumo, rumah sakit lain yang ada di Jakarta dan dari dokter-dokter praktek pribadi.
Kelainan klinik pada bayi-bayi yang tersangka toxoplasmosis kongenital ini adalah
merupakan trias klasik yaitu Hidrocephalus, korioretinitis, dan perkapuran otak. Ada bayi
yang hanya menunjukkan suatu kelainan seperti hepatosplenomegali katarak, mikrosefalus,
kejang, dan ada yang menunjukkan lebih dari satu kelainan di atas.
Dari tiap bayi diambil darah vena atan darah tali pusat serum dipisahkan dari gumpalan

darah dan disimpan dalam frezer pada suhu 20C sampai diperiksa 2m anti IgM ditentukan
dengan Elisa dengan menggunakan test kit Eti-Toxox-M reverse dari sorin Biomedica. Dalam
test kit ini tersedia lempeng-lempeng plastik dengan sumur-sumur ini diisi dengan serum

kontrol dan serum pendertia, kemudian diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37 0C. Bila dalam
serum tersebut terdapat IgM spesifik, maka IgM ini akan diikat dan menempel pada dasar
sumur. Cairan dalam sumur-sumur dibuang dan lempeng-lempeng dicuci. Kemudian sumur-
sumur diisi dengan toxoplasmosis entigen yang dibuat dari toxoplasma gondii RH Strain
antigen ini dicanlpur dengan Enzyme tracer yang mengandung IgG terhadap toxoplasma
gondii (dari tikus) yang dikonjugasi pada horse radish peroxydase. Setelah diinkubasi

kembali selama 1 jam pada 370C, maka toxoplasma gondii akan terikat pada IgM spesifik
dan enzim tracer yang menempel pada IgG terhadap toxoplasma gondii. Dengan demikian
antivitas enzim ini proposional dengan konsentrasi IgM spesifik dalam serum penderita atau
kontrol. Aktivitas enzim diukur dengan menambahkan Tetra Methilbenzidene
chromogen/substrat yang tidak warna. Lempeng-lempeng diinkubasi selama 30 menit pada
suhu kamar. Enzym dicampur dengan chromogen substrat menimbulkan warna kuning yang
diukur dengan spektrofotometer dengan filter 450mm setelah reaksi dihentikan dengan
laluran H2SO4In. Yang dianggap positif adalah nilai besar dari pada Cut off Control.

Zat anti IgG pada bayi yang datang sebelum Juni 1987 di tentukan dengan mikroteknik tes
hemagtutinasi tidak langsung (IHA) menurut Milgram dengan menggunakan antigen dari
laboratorium NAMRU 2 yang dibuat dari RH strain toxoplasma gondii sebelum diperiksa
serum diinativasi pada suhu 56°C selama setengah jam,. Titer dimana masih tampak
aglutinasi. Mulai Juni 1987 telah tersedia Toxo Elisa Test Kit dari MA Bio product dan untuk
penentuan zat anti IgG lalu digunakan Test Kit tersebut. Dalam Test Kit tersebut digunakan
lempeng-lempeng plastik dengan sumur-sumur yang telah dilapisi dengan antigen
toxoplasma gondii. Sumur-sumur ini diisi dengan senun kontrol dan serum penderita.
Kemudian diinkubasi 45 menit pada suhu kamar. Bila serum yang diperiksa mengandung zat
anti IgG spesifik maka zat anti ini terikat pada antigen. Setelah dicuci sumur-sumur diisi
dengan antihuman IgG yang dikonjugasi pada enzim alkalin fosfatase. Lempeng-lempeng
diinkubasi selama 45 menit pada subu kamar. Konjugat ini akan terikat pada IgG spesifik
(bila) ada pada dasar sumur diisi dengan substat P-nitro fenifostat. Setelah diinkubasi kembali
selama 45 menit subtract akan dihirrolisa oleh enzim yang menimbulkan warna kuning.
Setelah reaksi dihentikan dengan larutan NaOH I N perubahan warna dibaca dengan
spektrofotometer dengan filter 405 mm. Intentitas perubahan warna sejajar dengan jumlah
IgG spesifik. Yang dianggap positif adalah nilai yang sama dengan atau lebih besar dapat
pada 0,21.
2.9 Penanganan
Indikasi infeksi pada janin bisa diketahui dari pemeriksaan USG, yaitu terdapat cairan
berlebihan pada perut (asites), perkapuran pada otak atau pelebaran saluran cairan otak
(ventrikel). Sebaliknya bisa saja sampai lahir tidak menampakkan gejala apapun, namun
kemudian terjadi retinitis (radang retina mata), penambahan cairan otak (hidrosefalus), atau
perkapuran pada otak dan hati. Pemeriksaan awal bisa dilakukan dengan pengambilan
jaringan (biopsi) dan pemeriksaan serum (serologis). Umumnya cara kedua yang sering
dilakukan. Pada pemeriksaan serologi akan dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya
reaksi imun dalam darah, dengan cara mendeteksi adanya IgG (imunoglobulin G), IgM, IgA,
IgE. Pemeriksaan IgM untuk ini mengetahui infeksi baru. Setelah IgM meningkat, maka
seseorang akan memberikan reaksi imun berupa peningkatan IgG yang kemudian menetap.
IgA merupakan reaksi yang lebih spesifik untuk mengetahui adanya serangan infeksi baru,
terlebih setelah kini diketahui lgM dapat menetap bertahun-tahun, meskipun hanya sebagian
kecil kasus.
Sebenarnya sebagian besar orang telah terinfeksi parasit toksoplasma ini. Namun sebagian
besar diantaranya telah membentuk kekebalan tubuh sehingga tidak berkembang, dan parasit
terbungkus dalam kista yang terbentuk dari kerak perkapuran (kalsifikasi). Sehingga wanita
hamil yang telah memiliki lgM negatif dan lgG positif berarti telah memiliki kekebalan dan
tidak perlu khawatir terinfeksi. Sebaliknya yang memiliki lgM dan lgG negatif harus
melakukan pemeriksaan secara kontinyu setiap 3 bulan untuk mengetahui secara dini bila
terjadi infeksi.
Bagaimana bila lgM dan lgG positif ? Untuk ini disarankan melakukan pemeriksaan ulang.
Bila ada peningkatan lgG yang signifikan, diduga timbul infeksi baru. Meski ini jarang
terjadi, tetapi adakalanya terjadi. Untuk lebih memastikan akan dilakukan juga pemeriksaan
lgA. Pemeriksaan bisa juga dilakukan dengan PCR, yaitu pemeriksaan laboratorium dari
sejumlah kecil protein parasit ini yang diambil dari cairan ketuban atau darah janin yang
kemudian digandakan.
Bila indikasi infeksi sudah pasti, yaitu lgM dan lgA positif, harus segera dilakukan
penanganan sedini mungkin. Pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian sulfa dan
pirimethamin atau spiramycin dan clindamycin. Sulfa dan pirimethamin dapat menembus
plasenta dengan baik sehingga dianjurkan untuk pengobatan pertama. Terapi harus dilakukan
terus sampai persalinan. Bahkan setelah persalinan akan dilakukan pemeriksaan pada bayi.
Bila didapat lgM positif maka bisa dipakstikan bayi telah terinfeksi. Meski hasilnya negatif
sekalipun, tetap harus dilakukan pemeriksaan berkala sesudahnya. Dengan pemeriksaan dan
pengobatan secara dini penularan pada bayi akan bisa ditekan seminimal mungkin. Selain itu
pengobatan dini yang tepat saat awal kehamilan akan menurunkan secara signifikan
kemungkinan janin terinfeksi.
2.10 Pencegahan Toxoplasmosis
Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit
toksoplasmosis, antara lain (Chin, 2000):
1.      Mendidik ibu hamil tentang langkah-langkah pencegahan:
a.       Gunakan iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 150°F (66°C) sebelum dimakan.
Pembekuan daging tidak efektif untuk menghilangkan Toxoplasma gondii.
b.      Ibu hamil sebaiknya menghindari pembersihan sampah panci dan kontak dengan kucing.
Memakai sarung tangan saat berkebun dan mencuci tangan setelah kerja dan sebelum makan.
2.      Makanan kucing sebaiknya kering, kalengan atau rebus dan mencegah kucing tersebut
berburu (menjaga mereka sebagai hewan peliharaan dalam ruangan).
3.      Menghilangkan feses kucing (sebelum sporocyst menjadi infektif). Feses kucing dapat
dibakar atau dikubur. Mencuci tangan dengan bersih setelah memegang material yang
berpotensial terdapat Toxoplasma gondii.
4.      Cuci tangan sebelum makan dan setelah menangani daging mentah atau setelah kontak
dengan tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing.
5.      Control kucing liar dan mencegah mereka kontak dengan pasir yang digunakan anak-anak
untuk bermain.
6.      Penderita AIDS yang telah toxoplasmosis dengan gejala yang parah harus menerima
pengobatan profilaksis sepanjang hidup dengan pirimetamin, sulfadiazine dan asam folinic.

2.11 Pengobatan Toxoplasmosis


Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine dengan
trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan menghambat siklus p-
amino asam benzoat dan siklus asam foist. Dosis yang dianjurkan untuk pyrimethamine ialah
25-50 mg per hari selama sebulan dan trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000-6.000 mg sehari
selama sebulan. Karena efek samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka
dianjurkan untuk menambahkan asam folat dan selama pengobatan. Trimetoprimn juga
ternyata efektif untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi
antara pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah
efektifitasnya.
Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek sampingnya
kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis spiramycin yang dianjurkan
ialah 2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Beberapa peneliti
menganjurkan pengobatan wanita hamil trimester pertama dengan spiramycin 2-3 gram
sehari selama seminggu atau 3 minggu kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian
berselang seling sampai sembuh. Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan gejala
klinis jelas dan terhadap bayi yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di
berbagai negara juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering kali Input dari
pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkannya memberikan beban berat bagi
masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat kongenital. Diagnosis secara laboratoris
cukup mudah yaitu dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM terhadap toxoplasma
gondii akan dapat diketahui status penyakit penderita.
Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang menyerang
hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki maka penyakit yang
disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk famili babesiidae. Tanda-
tanda yang terkait dengan toksoplasmosis tanpa gejala. Pasien mengembangkan limfadenitis
atau sindrom, seperti flu ringan ditandai dengan demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit
tenggorokan, limfadenopati dan ruam. myositis, miokarditis, pneumonitis dan tanda-tanda
neurologis termasuk kelumpuhan wajah, perubahan refleks parah, hemiplegi, koma, dan
ensefalitis. Diagnosis dapat dilakukan dengan cara Isolasi, pewarnaan immunoperoxidase,
PCR, serologi, dan pencitraan radiologi. Pencegahan dapat dilakukan dengan pendidikn pada
ibu hamil, memperhatikan makanan kucing, menghilangkan feses kucing, PHBS, kontrol
kucing liar, dan pengobatan profilaksis pada penderita AIDS.
3.2 Saran
1.      Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamil trimester pertama
akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.
2.      Bagi wanita yang mengindap toxoplasmosis sebaiknya tidak hamil dahulu sampai sembuh
atau virus dalam keadaan istirahat.
3.      Ibu hamil sebaiknya menghindari kontak langsung deng kucing.
4.      Gunakanlah iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 1500F (660C) sebelum
dimakan.

DAFTAR PUSTAKA

http://keluargacemara.com/wp-content/upload/04-055fi-jpg
http://keluargacemara.com/kesehatan/kehamilan/infeksi-kehamilan-karena-
toxoplasma.html#ixzz1pe3XIgdB
http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/05/makalah-toxoplasmosis.html
http://www.totalkesehatananda.com/toxoplasmosis1.html
http://www.vet-indo.com/Kasus-Medis/Pengertian-Toxoplasmosis.html

Anda mungkin juga menyukai