Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Malaria

Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk
anopheles betina. Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae.
Malaria adalah salah satu masalah kesehatan penting di dunia. Secara umum ada 4 jenis
malaria, yaitu tropika, tertiana, ovale dan quartana. Di dunia ada lebih dari 1 juta meninggal
setiap tahun (Dirjen P2Pl, 2011).

Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus
plasmodium Penyakit ini secara alami ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.
Penyakit malaria ini dapat menyerang siapa saja terutama penduduk yang tinggal di daerah
dimana tempat tersebut merupakan tempat yang sesuai dengan kebutuhan nyamuk untuk
berkembang. Nyamuk Anopheles.

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium yang
dapat dengan mudah dikenali dari gejala meriang (panas, dingin dan menggigil) serta demam
berkepanjangan. Penyakit ini menyerang manusia dan juga sering ditemukan pada hewan
berupa burung, kera, dan primata lainnya (Achmadi, 2008).

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (Plasmodium) yang ditularkan
oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi (vector borne desease). Malaria pada manusia dapat
disebabkan oleh P. malariae, P. vivax, dan P. ovale. Pada tubuh manusia, parasit membelah
diri dan bertambah banyak di dalam hati dan kemudian menginfeksi sel darah merah
(Kemenkes, 2011).

Penyakit malaria juga dapat dikatakan sebagai penyakit yang muncul kembali (reemerging
disease). Hal ini disebabkan oleh pemanasan global yang terjadi karena polusi akibat ulah
manusia yang menghasilkan emisi dan gas rumah kaca, seperti CO2, CFC, CH3, NO,
Perfluoro Carbon dan Carbon Tetra Fluoride yang menyebabkan atmosfer bumi memanas dan
merusak lapisan ozon, sehingga radiasi matahari yang masuk ke bumi semakin banyak dan
terjebak di lapisan bumi karena terhalang oleh rumah kaca, sehingga temperatur bumi kian
memanas dan terjadilah pemanasan global (Soemirat, 2004).

1
Menurut sejarah kata malaria berasal dari bahasa Italia yang terdiri dari dua suku kata,
mal dan aria yang berarti udara yang jelek. Mungkin orang Italia pada masa dahulu
mengira bahwa penyakit ini penyebabnya ialah musim dan udara yang jelek. Penyakit
malaria sudah dikenal sejak 4000 tahun yang lalu yang mungkin sudah mempengaruhi
populasi dan sejarah manusia.

B. Anatomi Fisiologi
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut
oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan
tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung
berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari
berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui
darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen
sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan
oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi
dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam
pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju
paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap
oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui
vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran
pembuluh darah aorta.
Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah
yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui
pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah juga mengangkut
bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk
diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.

Komposisi Darah Manusia


Terdiri dari dua komponen:
Korpuskuler adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah 4 Eritrosit, Lekosit,
Trombosit.

1. Eritrosit (Sel Darah Merah)

2
Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc
darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Berbentuk Bikonkaf, warna merah
disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen. Kadar 1 Hb
inilah yang dijadikan patokan dalain menentukan penyakit Anemia. Eritrosit berusia sekitar
120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa. Hemoglobin dirombak kemudian
dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu).
2. Leukosit (Sel Darah Putih)
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 9000 sel/cc darah. Fungsi utama dari sel
tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam
tubuh. Maka
jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh.
Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk adanya infeksi misalnya radang paru-
paru.
Leukopenia - Berkurangnya jumlah lekosit sampai di bawah 6000
sel/cc darah.
Leukositosis Bertambahnya jumlah lekosit melebihi normal (di
atas 9000 sel/cc darah).
Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman jauh di
luar pembuluh darah. Kemampuan lekosit untuk menembus dinding pembuluh darah
(kapiler) untuk
mencapai daerah tertentu disebut Diapedesis. Gerakan leukosit mirip dengan amoeba Gerak
Amuboid.
Jenis Leukosit
Granulosit. Leukosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula).
Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil. Eosinofil mengandung granola berwama
merah (Warna Eosin) disebut juga Asidofil. Berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi
cacing). Basofil mengandung granula berwarna biru (Warna Basa). Berfungsi pada reaksi
alergi. Neutrofil (ada dua jenis sel yaitu Neutrofil Batang dan Netrofil Segmen). Disebut juga
sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear). Berfungsi sebagai fagosit.
Agranulosit. Leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula. Jenisnya adalah limfosit
dan monosit. Limfosit (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B). Keduanya berfungsi untuk
menyelenggarakan imunitas (kekebalan) tubuh. Sel T4 imunitas seluler sel B4 imunitas
humoral. Monosit merupakan leukosit dengan ukuran paling besar.

3
Trombosit (KEPING DARAH). Disebut pula sel darah pembeku. Jumlah sel pada orang
dewasa sekitar 200.000 500.000 sel/cc. Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor
pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor).
Plasma Darah. Terdiri dari air dan protein darah Albumin, Globulin dan Fibrinogen.
Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah. Protein dalam serum
inilah yang bertindak sebagai Antibodi terhadap adanya benda asing (Antigen). Zat antibodi
adalah senyawa Gama Globulin. Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan
reaksinya bermacam-macam.
Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen Presipitin.
Antibodi yang dapat menguraikan antigen Lisin.
Antibodi yang dapat menawarkan racun Antitoksin.
C. Etiologi

Agent

Agent penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae, dan order
Coccidiidae. Ada empat jenis parasit malaria, yaitu:
Plasmodium falciparum Menyebabkan malaria falciparum atau malaria
tertiana yang maligna (ganas) atau dikenal dengan nama lain sebagai malaria
tropika yang menyebabkan demam setiap hari.
P. vivax Menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana
benigna (jinak).
P. malariae Menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae.
P. ovale Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan
Pasifik Barat, menyebabkan malaria ovale.

Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian
disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni
campuran antara P. falciparum dengan P. vivax atau P. malariae. Kadang-kadang dijumpai
tiga jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya
terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.

Vektor

4
Nyamuk termasuk dalam Phylum Arthropoda; Ordo Diptera; klas Hexapoda; famili
Culicidae; Subfamili Anopheline; Genus Anopheles (Roden Wald, 1925) (Damar T, 2008).
Diketahui lebih dari 422 spesies Anopheles di dunia dan sekitar 60 spesies berperan sebagai
vektor malaria yang alami.

Di Indonesia hanya ada 80 spesies dan 22 diantaranya ditetapkan menjadi


vektor malaria. 18 spesies dikomfirmasi sebagai vektor malaria dan 4 spesies diduga
27 berperan dalam penularan malaria di Indonesia. Nyamuk tersebut hidup di daerah
tertentu dengan kondisi habitat lingkungan yang spesifik seperti daerah pantai, rawa-
rawa, persawahan, hutan dan pegunungan (Gandahusada, 2006). Nyamuk Anopheles
dewasa adalah vektor penyebab malaria. Nyamuk betina dapat bertahan hidup selama
sebulan. Siklus nyamuk Anopheles sebagai berikut (CDC, 2004).
1. Telur
Nyamuk betina meletakkan telurnya sebanyak 50-200 butir sekali bertelur. Telur-
telur itu diletakkan di dalam air dan mengapung di tepi air. Telur tersebut tidak
dapat bertahan di tempat yang kering dan dalam 2-3 hari akan menetas menjadi
larva.
2. Larva
Larva nyamuk memiliki kepala dan mulut yang digunakan untuk mencari makan,
sebuah torak dan sebuah perut. Mereka belum memiliki kaki. Dalam perbedaan
nyamuk lainnya, larva Anopheles tidak mempunyai saluran pernafasan dan untuk
posisi badan mereka sendiri sejajar dipermukaan air. Larva bernafas dengan
lubang angin pada perut dan oleh karena itu harus berada di permukaan.
Kebanyakan Larva memerlukan makan pada alga, bakteri, dan mikroorganisme
lainnya di permukaan. Mereka hanya menyelam di bawah permukaan ketika
terganggu. Larva berenang tiap tersentak pada seluruh badan atau bergerak terus
dengan mulut.
Larva berkembang melalui 4 tahap atau stadium, setelah larva mengalami
metamorfisis menjadi kepompong. Disetiap akhir stadium larva berganti kulit,
larva mengeluarkan exokeleton atau kulit ke pertumbuhan lebih lanjut.
Habitat Larva ditemukan di daerah yang luas tetapi kebanyakan spesies lebih suka
di air bersih. Larva pada nyamuk Anopheles ditemukan di air bersih atau air payau
yang memiliki kadar garam, rawa bakau, di sawah, selokan yang ditumbuhi
rumput, pinggir sungai dan kali, dan genangan air hujan. Banyak spesies lebih
suka hidup di habitat dengan tumbuhan. Habitat lainnya lebih suka sendiri.

5
Beberapa jenis lebih suka di alam terbuka, genangan air yang terkena sinar
matahari.
3. Kepompong
Kepompong terdapat dalam air dan tidak memerlukan makanan tetapi
memerlukan udara. Pada kepompong belum ada perbedaan antara jantan dan
betina. Kepompong menetas dalam 1-2 hari menjadi nyamuk, 30 dan pada
umumnya nyamuk jantan lebih dulu menetas daripada nyamuk betina. Lamanya
dari telur berubah menjadi nyamuk dewasa bervariasi tergantung spesiesnya dan
dipengaruhi oleh panasnya suhu. Nyamuk bisa berkembang dari telur ke nyamuk
dewasa paling sedikit membutuhkan waktu 10-14 hari.
4. Nyamuk Dewasa
Semua nyamuk, khususnya Anopheles dewasa memiliki tubuh yang kecil dengan
3 bagian : kepala, torak dan abdomen (perut). Kepala nyamuk berfungsi untuk
memperoleh informasi dan untuk makan. Pada kepala terdapat mata dan sepasang
antena. Antena nyamuk sangat penting untuk mendeteksi bau host dari tempat
perindukan dimana nyamuk betina meletakkan telurnya. Pada Anopheles dewasa,
dibagi atas 3 bagian, yaitu
Kepala
1) Pada kepala terdapat mata, antena, probocis dan palpus
2) Mata disebut juga hensen
3) Antena pada anopeles berfungsi sebagai deteksi bau pada hospes yaitu pada
manusia ataupun pada binatang
4) Probocis merupakan moncong yang terdapat pada mulut nyamuk yang pada
nyamuk betina berfungsi untuk mengisap darah akrena probocisnya tajam dan
kuat, ini berbeda dengan yang jantan, sehingga yang jantan hanya mengisap
bahan-bahan cair.
5) Palpus terdpat pada kanan dan kiri probocis, yang berfungsi sebagai sensory
Torak
1) Bentuk torak pada nyamuk anopeles seperti lokomotif
2) mempunyai tiga pasang kaki
3) mempunyai dua pasang sayap
4) Antara torak dan abdomen terdapat alat keseimbangan yang di sebut halte, yang
berfungsi sebagai alat keseimbangan padaa waktu nyamuk terbang.
Abdomen
1) Berfungsi sebagai organ pencernaan dan tempat pembentukan telur nyamuk.
2) Bagian badannya mengembang agak besar saat nyamuk betina menghisap
darah.
3) Darah tersebut lalu dicerna tiap waktu untuk membantu memberikan sumber
protein pada produksi telurnya, dimana mengisi perutnya perlahan-lahan.
Karakteristik nyamuk

6
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh
nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya
sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di
Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada
pula yang bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar
(Slamet, 2002, hal 103).
Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a. Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah
b. Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
c. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit manusia
(menghisap darah)
d. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48
derajat
f. Daur hidupnya memerlukan waktu 1 minggu .
g. Lebih senang hidup di daerah rawa

D. Klasifikasi Malaria
Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling
berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia
yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria
tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium
falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3
diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (Double Chromatin).
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi
Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang
mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada
lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik
lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka
komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria,
dan Black Water Fever).
Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim
vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit

7
matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang
mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae
mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete.
Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada
kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum.
Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik
dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan
edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae,
skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di
tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk
eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan
fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua
malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau
pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang
terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.

Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)


Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda
yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan
plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax
berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen
kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit,
kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik
48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4
hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.

Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh,
malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang
ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya
komplikasi.

E. Manifestasi Umum
Masa Inkubasi

8
Masa tunas malaria sangat tergantung pada spesies Plasmodium yang
menginfeksi. Masa tunas paling pendek dijumpai pada malaria falciparum, dan
terpanjang pada malaria kuartana (P.malariae). Pada malaria yang alami, yang
penularannya melalui gigitan nyamuk, masa tunas adalah 12 hari (9-14) untuk
malaria falciparum, 14 hari (8-17 hari) untuk malaria vivax, 28 hari (18-40
hari) untuk malaria kuartana dan 17 hari (16-18 hari) untuk malaria ovale.
Malaria yang disebabkan oleh beberapa strain P.vivax tertentu mempunyai
masa tunas yang lebih lama dari strain P.vivax lainnya. Selain pengaruh
spesies dan strain, masa tunas bisa menjadi lebih lama karena pemakaian obat
anti malaria untuk pencegahan (kemoprofilaksis).
Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam. Keluhan antara
lain lesu, malaise, sakit kepala, sakit tulang belakang (punggung), nyeri pada
tulang atau otot, anoreksia, nyeri perut, diare ringan dan kadang-kadang
merasa dingin di punggung.

Gejala Umum (klasik)


Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya Trias Malaria (malaria
proxysm) secara berurutan :
1) Periode dingin (Cold stage)
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri
dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan
bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang
kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur.
2) Periode panas (Hot stage)
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai
40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-
muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai
terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2
jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
3) Periode berkeringat (Sweating stage)
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai
basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila
penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
Relaps dan rekrudesensi
Serangan malaria yang pertama terjadi sebagai akibat infeksi parasit malaria,
disebut malaria primer (berkorelasi dengan siklus sizogoni dalam sel darah

9
merah). Pada infeksi oleh P.vivax/P.ovale, sesudah serangan yang pertama
berakhir atau disembuhkan, dengan adanya siklus eksoeritrositik (EE)
sekunder atau hipnozoit dalam sel hati, suatu saat kemudian penderita bisa
mendapat serangan malaria yang kedua (disebut: malaria sekunder).
Berulangnya serangan malaria yang bersumber dari siklus EE sekunder pada
malaria vivax atau ovale disebut relaps. Umumnya relaps terjadi beberapa
bulan (biasanya>24 minggu) sesudah malaria primer, disebut long-term
relapse. Pada malaria karena P.falciparum dan P. malariae, relaps dalam
pengertian seperti diatas tidak terjadi, karena kedua spesies ini tidak memiliki
siklus EE sekunder dalam hati. Kemungkinan berulangnya serangan malaria
pada kedua jenis malaria ini disebabakan oleh kecenderungan parasit malaria
bersisa dalam darah, yang kemudian membelah diri bertambah banyak sampai
bisa menimbulkan gejala malaria sekunder. Kekambuhan malaria seperti ini
disebut rekrudesensi. Pada malaria karena P.falciparum rekrudesensi terjadi
dalam beberapa hari atau minggu (biasanya <8 minggu) sesudah serangan
malaria primer, disebut short term relapse.

F. Patofisiologi
Siklus di luar sel darah merah (eksoeritrositer) berlangsung dalam hati. Stadium ini
dimulai saat nyamuk anopheles betina menggigit manusia dan memasukan sporozoit
yang terdapat pada air liurnya ke dalam darah manusia. Beberapa menit kemudian
(0,5-1 jam) sporozoit tiba di hati dan menginfeksi hati. Di hati sporozoit mengalami
reproduksi aseksual (skizogoni) atau proses pemisahan dan menghasilkan parasit
anak (merozoit) yang kemudian akan di keluarkan dari sel hati. Pada plasmodium
vivax dan plasmodium ovale ditemukan dalam bentuk laten dalam hati yang disebut
hipnosoit, yang merupakan suatu fase hidup parasit malaria yang nantinya dapat
menyebabkan kumat/kambuh/rekurensi (long term relapse). P.vivax dapat kambuh
berkali-kali sampai jangka waktu 3-4 tahun sedangkan P. Ovale sampai bertahun-
tahun jika tidak di obati dengan baik.
Siklus dalam darah dimulai dengan keluarnya merozoit dari skizon matang di hati ke
sirkulasi. Siklus dalam sel darah merah (eritrositer) ini terbagi menjadi siklus sisogoni
yang menimbulkan demam dan siklus gametogoni yang menyebabkan seseorang
menjadi sumber penularan bagi nyamuk .
Gametosit matang dalam darah penderita yang terhisap oleh nyamuk akan mengalami
pematangan menjadi gamet (gametogenesis) sedangkan parasit malaria yang

10
berbentuk trofozoit, skizon, merozoit dicerna dalam lambung nyamuk. Mikro
gametosit membelah menjadi 4-8 mikro gamet (gamet jantan) dan makro gametosit
mengalami kematangan menjadi makro gamet (gamet betina).
Kemudian pembuahan terjadi antara mikro gamet dan makro gamet yang disebut
zigot. Pada mulanya berbentuk bulat kemudian berubah menjadi memanjang dan
dapat bergerak dan disebut ookinet. Ookinet menembus dinding lambung dan menjadi
bentuk bulat disebut ookista. Ookista makin lama makin besar dan di dalamnya
intinya membelah-belah dan masing-masing inti diliputi protoplasma dan mempunyai
bentuk memanjang (10-15 mikron) di sebut sporozoit. Ookista akan pecah dan ribuan
sporozoit akan dibebaskan dalam rongga nyamuk yang kemudian akan mencapai
kelenjar liur.

G. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk mendiagnosis
malaria, antara lain pemeriksaan mikroskopik, Quantitative buffy coat, Polymerase
chain reaction (PCR), serta Rapid Diagnostic Tests (RDT). Tes Malaria Quantitative
buffy coat menggunakan fluorochrome acridine orange sebagai pewarna sehingga
parasit bisa dideteksi dengan mikroskop fluorescence. Pengecatan ini dapat digunakan

11
untuk mendeteksi dan menghitung dengan mikroskop jumlah parasit di hapusan darah
dan di lapisan eritrosit (buffy coat) pada sampel darah yang sudah disentrifugasi. Cara
ini masih relatif mahal untuk banyak tempat, karena kurangnya teknologi sentrifugasi,
dan perlu modifikasi pada mikroskop. PCR dapat mendeteksi parasitemia yang
rendah, dan identifikasi semua spesies malaria. PCR memerlukan personil yang
terlatih, peralatan khusus, reagen labil, dan lingkungan pemeriksaan yang khusus.
Saat ini PCR tidak banyak digunakan untuk diagnosis malaria. Pemeriksaan
mikroskop sediaan darah tipis dan tebal serta RDT lebih sering digunakan daripada
PCR dan Quantitative buffy coat. Kedua pemeriksaan ini memberikan harapan besar
untuk diagnosis yang akurat yang merupakan komponen kunci dalam keberhasilan
pengendalian malaria.
Pemeriksaan Mikroskop
Pemeriksaan mikroskop hapusan darah masih menjadi baku emas untuk diagnosis
malaria. Preparat untuk pemeriksaan malaria sebaiknya dibuat saat pasien demam
untuk meningkatan kemungkinan ditemukannya parasit. Sampel darah harus diambil
sebelum obat anti malaria diberikan agar parasit bisa ditemukan jika pasien memang
mengidap malaria. Darah yang akan digunakan untuk membuat preparat diambil dari
ujung jari manis untuk pasien dewasa, sedangkan pada bayi bisa diambil dari jempol
kaki. Sebelum dilakukan pengambilan darah, dilakukan prosedur aseptik pada ujung
jari pasien. Dengan menggunakan lanset steril ujung jari pasien dicukit, kemudian
sampel diambil dengan kaca obyek. Ada 2 bentuk sediaan yang digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopik, yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis.
Hapusan darah tebal untuk deteksi parasit malaria di darah ketika parasitemia rendah.
Dibuat dengan meletakkan satu tetes darah berukuran besar pada kaca obyek yang
bersih, dan dengan menggunakan sudut dari kaca obyek yang kedua sebarkan darah
untuk membuat lingkaran dengan ukuran kira- kira sebesar uang logam. Setelah
dikeringkan dengan udara, preparat tadi tidak difiksasi tapi langsung diwarnai dengan
pewarna cair seperti Wright atau Giemsa. Paparan hapusan darah tebal dengan
pewarna cair tanpa fiksasi terlebih dahulu menyebabkan sel darah merah ruptur
sehingga pemeriksa bisa melihat bentuk parasit pada lapisan tebal dari materi organik
pada preparat. Preparat tebal selalu digunakan untuk mencari parasit malaria. Preparat
ini terdiri dari banyak lapisan sel darah merah dan sel darah putih. Saat pewarnaan,
hemoglobin di dalam sel darah merah larut (dehemoglobinisasi), sehingga darah
dalam jumlah besar dapat diperiksa dengan cepat dan mudah. Parasit malaria, jika

12
ada, lebih terkonsentrasi daripada di preparat tipis dan lebih mudah dilihat dan
diidentifikasi.
Hapusan darah tipis untuk pemeriksaan malaria dibuat dengan cara yang sama dengan
pembuatan hapusan darah rutin untuk evaluasi hematologis. Satu tetes darah
berukuran kecil diletakkan pada salah satu ujung dari kaca obyek yang bersih. Kaca
obyek yang kedua dipegang dengan sudut 45 terhadap kaca obyek yang pertama,
menyentuh tetesan darah tadi, dan menyebarkannya dengan hapusan yang tipis saat
kaca obyek yang kedua didorong sepanjang permukaan kaca obyek yang pertama ke
arah ujung yang lain. Setelah pengeringan dengan udara, preparat tadi difiksasi
dengan anhydrous methanol dan diwarnai dengan pewarna Fields, Wrights atau
Giemsa.
Preparat tipis digunakan untuk mengkonfirmasi spesies parasit malaria, ketika dengan
preparat tebal sulit dilakukan. Ini hanya digunakan untuk mencari parasit pada kondisi
tertentu. Preparat tipis yang disiapkan dengan baik terdiri dari satu lapis sel darah
merah dan sel darah putih yang tersebar pada setengah dari kaca obyek.
Pemeriksaan hapusan darah dengan mikroskop akan memberikan informasi tentang
ada tidaknya parasit malaria, menentukan spesiesnya, stadium plasmodium, dan
kepadatan parasitemia. Densitas parasit dapat membantu dalam menentukan
prognosis, dan pemeriksaan berkelanjutan dapat membantu dalam menentukan respon
parasit terhadap terapi. Untuk kepadatan parasit, ada 2 jenis penilaian, yaitu :
1. Semi Kuantitatif: (-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 lapangan
pandang besar (LPB); (+) = positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB); (+
+) = positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB); (+++) = positif 3
(ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB; dan (++++) = positif 4 (ditemukan >10
parasit dalam 1 LPB.
2. Kuantitatif. Pada jenis penilaian ini, jumlah parasit dihitung per mikro liter darah
pada sediaan darah tebal (leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit). Contoh:
Bila dijumpai 1.500 parasit per 200 leukosit, sedangkan jumlah leukosit 8.000/L
maka hitung parasit = 8.000/200 x 1500 = 60.000 parasit/L. Bila dijumpai 50
parasit per 1.000 eritrosit = 5 %. Bila jumlah eritrosit 450.000 maka hitung parasit
= 450.000/1.000 x 50 = 225.000 parasit/L. Seorang tenaga laboratorium yang
profesional dapat mendeteksi parasit dengan ambang batas 5-10 parasit/uL. Di
lapangan ambang batas antara 50-100 parasit/L lebih realistik. Di lokasi yang
terpencil dengan petugas mikroskopik yang kurang berpengalaman dan peralatan
yang kurang memadai, ambang batasnya bisa lebih tinggi. Pemeriksaan satu kali

13
dengan hasil negatif tidak mengesampingkan diagnosis malaria. Diagnosis malaria
dapat disingkirkan setelah dilakukan 3 kali pemeriksaan hapusan darah dan
hasilnya negatif. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga laboratorik yang
berpengalaman dalam pemeriksaan parasit malaria. Pemeriksaan mikroskop
memiliki sejumlah keterbatasan. Diantaranya pemeriksaan ini memerlukan
mikroskop berkualitas dan sumber listrik serta seorang mikroskopis yang ahli dan
berpengalaman. Pemeriksaan ini juga menghabiskan waktu, antara 20-60 menit.
Kualitas hapusan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Dimana variasi dalam
pewarnaan dan cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan mengolah sampel
darah mempengaruhi interpretasi preparat. Hasil pemeriksaan ini juga dipengaruhi
densitas parasit. Pemeriksaan mikroskop rutin tidak bisa secara meyakinkan dalam
mendeteksi parasitemia yang sangat rendah (5-10 parasit/L).

Rapid Diagnostic Test (RDT)/Tes Diagnosis Cepat

Test ini berdasarkan deteksi antigen dari parasit malaria yang lisis dalam darah
dengan metoda imunokromatografi. Prinsip uji imunokromatografi adalah cairan akan
bermigrasi pada permukaan membran nitroselulosa. Uji ini berdasarkan pengikatan
antigen di darah perifer oleh antibodi monoklonal yang dikonjugasikan dengan zat
pewarna atau gold particles pada fase mobile. Antibodi monoklonal kedua/ketiga
diaplikasikan pada strip nitroselulosa sebagai fase immobile. Bila darah penderita
mengandung antigen tertentu, maka kompleks antigen antibodi akan bermigrasi pada
fase mobile sepanjang strip nitroselulosa dan akan diikat dengan antibodi monoklonal
pada fase immobile sehingga terlihat sebagai garis yang berwarna.

Jenis RDT dapat berupa dipstik ataupun strip. Test ini biasanya memerlukan waktu
sekitar 15 menit (untuk jenis tertentu sampai 30 menit). Ada 3 jenis antigen yang
dipakai sebagai target, yaitu :

HRP-2 (Histidine Rich Protein-2), adalah antigen yang disekresi ke sirkulasi darah
penderita oleh stadium trofozoit dan gametosit muda P.falciparum.

pLDH (pan Lactate Dehydrogenase) Stadium seksual dan aseksual parasit malaria
dari keempat spesies plasmodium yang menginfeksi manusia menghasilkan enzim
pLDH. Isomer enzim ini dapat membedakan spesies P.falciparum dan P.vivax.

14
Pan Aldolase Adalah enzim yang dihasilkan ke empat spesies Plasmodium yang
menginfeksi manusia.

CARA KERJA

Cara kerja dilakukan sesuai dengan petunjuk kit RDT

- Ambil 2-5 l darah ujung jari dengan tabung mikro kapiler dan teteskan pada kotak
sampel yang terdapat pada dipstik. Tidak dianjurkan meneteskan darah secara
langsung ke kotak sampel. Pada beberapa jenis kit RDT dapat juga digunakan darah
dengan antikoagulan/plasma.

- Teteskan larutan buffer pada tempat yang sudah ditentukan sesuai dengan petunjuk
kit RDT. Buffer berisi komponen hemolisis dan antibodi spesifik yang sudah dilabel
dengan Gold koloid.

- Jika darah berisi Antigen Malaria, maka kompleks antigen antibodi akan terbentuk
dan terlihat sebagai garis sesuai dengan jenis antibodi yang ada pada strip tsb.
Sedangkan garis kontrol akan terlihat, walaupun darah tersebut tidak mengandung
antigen Malaria. Hal ini menunjukkan bahwa kit/strip tersebut masih memenuhi
syarat (berfungsi dengan baik)

- Waktu yang diperlukan untuk membaca hasil RDT berkisar antara 15-30 menit.

- Interpretasi hasil sesuai petunjuk pada kit.

H. Penatalaksanaan

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua
stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Tujuan dari pengobatan radikal adalah
untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan.
Masalah utama yang dihadapi dewasa ini adalah meningkatnya kasus resistensi terhadap Kina
di Papua. Oleh sebab itu WHO merekomendasikan pemakaian OAM kombinasi yang
mengandung derivat artemisin pada daerah endemis malaria. Semua obat antimalaria tidak
boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena menyebabkan iritasi lambung.

Terapi Malaria di Papua

Dihidroartemisinin dan piperakuin fosfat (DHP)

15
Warna Biru

Isi :

- Dihidroartemisinin 40 mg
- Piperakuin fosfat 320 mg

Dosis selama 3 hari. Berdasarkan berat badan :

Berat badan (kg) Jumlah tablet


1-7,9
8-10,9 3/4
11-16,9 1
17-24,9 1 1/2
25-35,9 2
36-59,9 3
60-79,9 4
80/> 5

Primakuin
Warna Cokelat
Dosis 15 mg, Berdasarkan jenis plasmodium :
- P. Falcifarum : diberikan hanya sehari/single dose 0,25xBB/15
- P.Vivax/ovale : diberikan selama 14 hari 0,5xBB/15
Kontraindikasi : Ibu hamil dan anak kurang dari 1 tahun.

Injeksi Artesunate
Indikasi : Malaria berat/komplikasi
Dosis 2,4-3,0/KgBB/12 jam (3 kali penyuntikan masing-masing pada jam ke 0-12-24)
Cara pemberian melalui i.m/i.v
1 Flacon=60 mg artesunic acid, dilarutkan dalam 1 ml 5% sodium bicarbonate (pelarut)
untuk menjadi sodium artesunate, kemudian dilarutkan dalam 5 ml 5% dekstrosa

Hari Jenis obat Jumlah tablet per hari berdasarkan kelompok u

0-1 2-11 1-4 5-9 10-14

16
bulan bulan tahun tahun tahun t

Artesunat 1 2 3

Amodiakuin 1 2 3

1 Primakuin - - 1 2

Artesunat 1 2 3

2 Amodiakuin 1 2 3

Artesunat 1 2 3

3 Amodiakuin 1 2 3

Terapi malaria secara umum

Jumlah tablet berdasarkan kelompok umur

1
1-4 10-14
Hari Jenis obat 0-1 bulan 2-11 bulan tahun 5-9 tahun tahun Tah

Klorokuin 1 2 3 3

H1 Primakuin - - 1

H2 Klorokuin 1 2 3 3

17
Primakuin - - 1

Klorokuin 1/8 1 1 2

H3 Primakuin - - 1

H4-14 Primakuin - - 1

18

Anda mungkin juga menyukai