Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH PENYAKIT MALARIA

Nama : Ayunadia I. Muhammad

NIM : 1614201044

KELAS : A2 Semester 2

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

Manado 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-NYA sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan
pada penyakit Malaria. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah keperawatan
Dewasa.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Di samping itu, saya
juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.

Sekian dapat saya kerjakan dari makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi semua
mahasiswa dan terutama bagi mahasiswa keperawatan di Universitas Pembangunan Indonesia
Manado.

Manado, April 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Menurut Sudoyo. W. Aru. (1999) Malaria adalah infeksi parasit yang disebabkan
oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan di tandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual di dalam darah. Sedangkan menurut WHO (1981), malaria merupakan penyakit
yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya. Malaria disebabkan oleh parasit
malaria (protozoa genus plasmodium) bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh
manusia di tularkan oleh nyamuk malaria (anopheles) betina ditandai dengan demam,
muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia. Agen penyebab penyakit
malaria adalah nyamuk anopheles betina. Parasit malaria pada manusia yang
menyebabkan malaria adalah Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium
ovale dan Plasmodium malariae.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Representasi dari makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami


tentang teori malaria serta mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan malaria.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar malaria meliputi;
defenisi, etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi, penatalaksanaan medis, penatalaksanaan keperawatan dan
pemeriksaan laboratorium.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada penderita malaria
c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada penderita
malaria
d. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi keperawatan pada pasien malaria
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan dan mengevaluasi
asuhan keperawatan yang telah dilkukan pada pasien malaria.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi rumah sakit
Dapat membantu meningkatkan pengetahuan perawat di Rumah Sakit
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit malaria
sehingga di harapkan dapat mengurangi angka kasus malaria.

1.3.2 Bagi mahasiswa


Untuk menambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan di
lapangan tentang penyakit malaria dan mampu melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyakit malaria.

1.4 Ruang lingkup


Dalam makalah ini membahas konsep dasar penyakit (defenisi, etiologi, anatomi
fisiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pentalaksaan medis,
penatalaksanaan keperawatan dan pemeriksaan laboratorium) dan asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyakit malaria (pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan
yang muncul, rencana asuhan keperawatan, implementasi serta evaluasi keperawatan).
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Defenisi
Kata malaria berasal dari bahasa Italia, yaitu “mal” yang artinya “busuk” dan “aria”
artinya “udara”, sehingga malaria berarti udara busuk (bad air). Hal ini disebabkan karena
malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium
(Sjaifoellah,H.M,1998:505)
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sporozoa dari genus plasmodium dengan
gejala-gejala proksimal dan periodic anemia serta splenomegali dan kadang-kadang
komplikasi permisiosa, seperti ikterus, diare, black water fever, acute tubular nekrosis
(ANT) dan malaria serebral (Rampengan,TH, Penyakit Infeksi Tropik pada Anak)
Malaria ialah penyakit yang bersifat akut maupun kronis, yang disebabkan oleh protozoa
genus plasmodium dan ditandai dengan panas, anemia dan splenomegali. (Staf Pengajar
Ilmu Kesehatan Anak UI, 1985:655)
Menurut Arif Mansjoer (1999) malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut
maupun kronik, di sebabkan oleh protozoagenus plasmodium. Sedangkan menurut Sudoyo
W. Aru (1999) malaria adalah infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan di tandai dengan di temukannya bentuk aseksual di dalam darah.

2.2. Etiologi / Penyebab


Penyebab malaria adalah plasmodium, selain menginfeksikan manusia juga
menginfeksikan binatang, plasmodium di bawa oleh nyamuk anopheles betina.
Jenis plasmodium:
a. Plasmodium vivax yaitu plasmodium yang menyebabkan malaria benigna/tertiana dan
Plasmodium ini banyak tersebar di India dan Amerika Selatan (di negara lain juga
ditemukan tetapi tidak banyak). Masa inkubasinya (masa dari penggigitan di tubuh
manusia hingga menimbulkan penyakit) adalah sekitar 8-13 hari. Infeksi parasit ini bisa
sampai ke bagian limpa. Parasit tipe ini bisa bersembunyi dari dalam hati dan kembali
lagi setelah kondisi memungkinkan.
b. Plasmodium falciparum yaitu plasmodium yang menyebabkan malaria tropica dan
Plasmodium yang paling banyak mengancam kehidupan. Hal ini karena parasit ini
sering kebal terhadap berbagai macam obat dan antibiotik. Masa inkubasinya adalah
selama 5-12 hari.
c. Plasmodium malariae yaitu plasmodium yang menyebabkan malaria quartana dan
Plasmodium yang banyak terdapat di mana-mana. Masa inkubasinya 2-4 minggu. Jika
tidak diobati, infeksi bisa bertahan dalam waktu tahunan.
d. Plasmodium ovale yaitu Plasmodium yang jarang dan hanya ditemukan di Afrika. Masa
inkubasinya adalah selama 8-17 hari. Parasit tipe ini juga bisa bersembunyi di dalam
hati dan kembali saat kondisi memungkinkan.

2.3. Anatomi Fisiologi

Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat penting
dalam tubuh yaitu transportasi. Darah mempunyai dua komponen yaitu komponen padat
dan komponen cair. Fungsi transportasi darah adalah membawa dan mengantarkan nutrisi
dan oksigen dari usus dan paru-paru kepada sel diseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa
metabolisme ke ogan-organ pembuangan. Darah juga membawa dan menghantar hormon-
hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Ia mengangkut enzim, zat buffer,
elektrolit, dan berbagai zat kimia untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
Peran penting dilakukan juga oleh sel darah, yaitu pengaturan suhu tubuh karena dengan
cara konduksi ia membawa panas tubuh dari pusat-pusat produksi panas untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh dan ke permukaan tubuh yang pada akhirnya diatur
pelepasannya dalam upaya homeostatis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusia
bervariasi tergantung berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70cc/kgBB.
Bagian padat darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Bagian padat darah
merupakan 45% dari seluruh volume darah, 55% adalah plasma yang merupakan komponen
cair darah.
Hepar

Limpa

a. Limfa
Limfa merupakan organ limfoid terbesar dan terletak di bagian depan dan
dekat punggung rongga perut di antara diafragma dan lambung. Secara anatomis, tepi
limfa yang normal berbentuk pipih.
Fungsi limfa yaitu mengakumulasi limfosit dan makrofaga, degradasi eritrosis,
tempat cadangan darah dan sebagai organ pertahanan terhadap infeksi. Partikel asing
yang masuk ke dalam darah.
Limpa di bungkus oleh kapsula. Yang terdiri dari atas 2 lapisan yaitu: satu
lapisan jaringan penyokong yang tebal dan satu lapisan otot halus. Perpanjangan
kapsula ke dalam parenkim limpa disebut trabekula. Trabekula mengandung arteri,
vena, saraf, dan pembuluh limfe. Parenkim limpa disebut pulpa yang terdiri atas pulpa
merah dan pulpa putih. Pulpa merah berwarna merah gelap pada potong limpa segar.
Pulpa merah terdiri atas sinusoid limpa. Pulpa putih tersebar dalam pulpa merah,
berbentuk oval dan bewarna putih. Pulpa putih terdiri atas pariarteriolar lymphoid
sheats (PALS), folikel limfoid dan zona marginal. Folikal limfoid umumnya tersusun
atas sel limfosit B, makrofag, dan sel debri. (http://id.wikipedia.org/wiki/limpa)

b. Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar pada tubuh yang berbentuk baji yang
dibungkus oleh jaringan ikat (Glisson’s Capsule), beratnya 1500 gram (1200-1600
gram dan menerima darah 1500 ml permenit), serta mempunyai fungsi yang sangat
banyak. Fungsi hepar terutama dapat dibagi menjadi tiga diantara lain dapat
memproduksi dan sekresi empedu, berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak,
protein, serta berperan dalam filtrasi darah, mengeliminasi bakteri dan benda asing
yang masuk peredaran darah dari saluran pencernaan. Hepar merupakan satu-satunya
organ yang bisa meregenerasi sendiri, jika salah satu bagian diangkat maka sisanya
dapat tumbuh kembali ke besar dan bentuk semula/
Hepar mempunyai dua facies (permukaan) yaitu:
1. Facies diaphragmatika
2. Facies visceralis (inferior)

2.4. Patofisiologi
Parasit malaria memberikan contoh yang baik bagi penjamu mengenai pangenalan,
perlekatan dan invasi oleh stadium parasit yang terinfeksi. Sporozit malaria dimasukkan ke
dalam aliran darah dari kelenjar ludah nyamuk yang kemudian menginvasi hepar. Di dalam
hepar setiap parasit membagi diri secara aseksual untuk menghasilkan banyak merozoit.
Merozoit yang banyak ini kemudian keluar dari hepatosit masuk ke aliran darah dan
menginvasi eritrosit. Parasit kemudian membagi diri dalam eritrosit untuk menghasilkan
banyak merozoit yang merusak sel dan menginvasi eritrosit lain pada siklus yang berulang
yang bertanggung jawab untuk penyakit klinis. Beberapa merozoit berkembang menjadi
gametosit yang jika terambil oleh nyamuk lain pada waktu nyamuk mengisap darah orang
yang terinfeksi menyebabkan perkembangan sporozoit yang inefektif untuk manusia.
Membrane permukaan sporozoit malaria ditutupi oleh protein spesifik stadium yang disebut
protein sirkumsporozoit (CSP) yang secara intensif telah diselidiki untuk mencari vaksin
malaria. Selain daerah sentral imunogenik, protein sirkumsporozoit yang mengandung
region karboksil- terminal (disebut region II) yang memiliki urutan asam amino serupa
demam daerah adesi sel yang dikenal dari protein antara trombospondin, uji mutakhir
memperlihatkan bahwa protein sporozoit melekat ke hepatosit dan tidak ke sel atau organ
lain dan khususnya melekat pada segmen membrane hepatosit bilateral yang terpapar
dengan aliran darah. Region II peptide sintetik bukan hanya dapat menghambat perlekatan
protein sirkumsporozoit rekombinan ke hepatosit, tetapi juga penetrasi sporozoit hidup ke
dalam sel mati yang menunjukkan bahwa motif molekul parasit adesif ini kritis terhadap
pangenalan dan invasi sel penjamu kasar.
Infeksi aliran darah dimulai jika merozoit plasmodium menginvasi sel darah merah. Selain
melekat pada permukaan eritrosit, merozoit harus berorientasi sendiri sehingga ujung
apicalnya (yang mengandung organel kunci untuk invasi) menghadap membrane sel
penjamu. Setelah membrane eritrosit dan parasit membentuk hubungan ketat, muncul
invaginasi pada membrane eritrosit membentuk vakuola parasitoforus yang menelan
merozoit. Spesies malaria yang berbeda memilih tipe eritrosit yang berbeda.
Setelah masuk ke aliran darah, merozoit dengan cepat menginvasi eritrosit. Pelekatan ini
diperantarai oleh reseptor permukaan eritrosit yang spesifik. Senyawa glikoforin yaitu
famili sialoglikoforin membiak merupakan tempat pada sel darah merah untuk pelekatan
merozoit plasmodium falciparum. Selama stadium awal perkembangannya, bentuk cincin
yang kecil dari keempat spesies parasit tampak serupa di bawah mikroskop cahaya dengan
membesarnya trofozoit, karakteristik spesifik spesies semakin nyata, pigmennya semakin
tampak jelas dan parasit tersebut mengambil bentuk irregular atau ameboid. pada akhir
siklus 48 jam (72 jam untuk plasmodium malaria). Parasit telah tumbuh untuk menempati
sebagian besar eritrosit. Fiksi nucleus (merogoni) yang multiple kemudian berlangsung dan
sel darah merah mengalami rupture untuk melepaskan 6-32 buah merozoit anak yang baru
masing-masing mampu menginvasi sel darah merah yang baru dan mengulangi siklus di
atas. Setelah periode reproduksi aseksual; sejumlah parasit berkembang menjadi bentuk
seksual (gametosit) yang secara morfologis berbeda; gametosit ini hidup labih lama dan
tidak mempunyai hubungan dengan keadaan sakitnya.

2.5. Manifestasi klinis

Adapun tanda dan gejala dari penyakit malaria adalah:

a. Demam
Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu;
 Menggigil (15 menit- 1 jam )
 Pucat demam (2-6 jam)
 Berkeringat (2-4 jam)
b. Kejang-kejang
Pasien/penderita malaria akan mengalami kejang karena suhu yang tinggi (40-41 C)
c. Anemia
Pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan eritropelesis sementara penghambatan
pengeluaran retikolosis dan pengaruh sitoksin. Menyebabkan suplai darah berkurang
d. Nafas sesak
Pada penderita malaria, adanya nyeri dada menyebabkan nafas penderita menjadi sesak.
e. Gangguan kesadaran
Keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls aferen dan impuls eferen.
f. Hilangnya nafsu makan
g. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik.
Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen
eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah. Pembesaran limpa terjadi pada beberapa
infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri,
lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada
palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke
bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.
Gejala malaria berdasarkan jenis malaria:
1. Gejala malaria vivax(M.benigna/tertiana)
 Demam ringan
 Keringan dingin dan menggigil
 Masa inkubasi 12-1 hari
 Limfa akan terasa pada minggu ke dua
 Oedema tungkai
 Terjadinya relaps

2. Gejala malaria falcifarum (M.tropica)


 Demam tinggi
 Anemia
 Suhu tubuh naik bertahap
 Inkubasi 9-14 hari
 Nyeri tungkai
 Lesu

3. Gejala malaria malariae (M.quartana)


 Serangan menyerupai malaria vivax
 Oedema
 Selang waktu setiap 72 jam
 Masa inkubasi 18-40 hari

4. Gejala malaria ovale


 Masa inkubasi 11-16 hari
 Pucat

2.6. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit malaria adalah:
a. Malaria serebral (koma)
Suatu akut ensepalopati yang menurut WHO defenisi malaria serebral memenuhi 3
kriteria yaitu: koma yang tidak dapat dibangunkan atau koma yang menetap >30 menit
setelah kejang disertai adanya plasmodium falciparum yang dapat ditunjukkan dan
penyebab lain akut ensefalopati telah disingkirkan.
b. Anemia berat (hb <10.000)
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah dalam merah dalam darah akibat dari
berkurangnya jumlah darah, badan terasa lemah dan cepat lelah.
c. Gagal ginjal akut
Gagal jantung adalah keadaan jantung yang memberikan sindrom klinik akibat
ketudakmampuan jantung memompakan darah secara adekuat untuk memenhi kebutuhan
metabolisme badan meskipun aliran balik masih baik.
d. Edema paru
Edema (oedema) atau sembab adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal
dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dari rongga badan)
edema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general).
e. Kelainan Hati
Kelainan hati disebabkan karena tergangguanya fungsi hati dalam menetralisir zat toksik.
f. Hipogmikemia
Keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dl atau kadar glukosa darah < 80 mg / dl.

2.7 Pencegahan
1. Pencegahan perkembangbiakan nyamuk anopheles yaitu dengan insektisida sebelum
sprozoit matang.
2. Obat-obat kemoprofilaksis. Pada anak, pentingnya pemberian obat ini jika anak akan
melakukan kunjungan pada daerah endemik malaria. Penggunaan secara teratur sebelum
2 minggu sebelum kunjungan dan berakhir 8 minggu sesudah meninggalkan daerah
tersebut. Contoh-contoh obat :
 Kloroguanid diminum setiap hari dalam jumlah 50 mg (pada anak sampai 2 tahun), 100
mg (2-6 tahun)
 Primetamin diminum setiap minggu 6, 25 mg (sampai 2 tahun), 12,5 mg (2-6 tahun) atau
25 mg.
 Klorokuin diminum setiap minggu dalam jumlah 37, 5 mg basa (sampai 1 tahun), 75 mg
(1-2 tahun), 112, 5 mg (2-6 tahun) atauu 300 mg.
Jika terjadi resistensi P.falcifarum terhadap primetamin dan kloroguanid, maka dilakukan
kombinasi potensiasi kloroguanid dengan dapson (setiap hari) dan primetamin dengan
dapson (setiap minggu). Namun penggunaannya untuk periode yang lebih lama dari 6
bulan dihindari karena kemungkinan efek samping yang berkaitan dengan aktivasi
antifolat.
2.8 Penatalaksanaan Medis
Terapi dibagi menjadi 4 kelompok :
1. Kemoterapi spesifik untuk serangan , apakah infeksi baru : obat digunakan sebelum infeksi
terjadi untuk mencegah timbulnya infeksi. Penyembuhan klinis semua jenis malaria dan
penyembuhan radikal malaria falcifarum dan kuartana dapat dicapai dengan menggunakan
regimen obat berikut :
1) Klorokuin fosfat atau hidroklorokuin sulfat 10 mg basa/kg secara oral, kemudian 5 mg
basa/kg 6 jam kemudian, kemudian 5 mg basa/kg setiap hari selama 2 hari.
2) Kuinin sulfat 25 mg/kg/24 jam, oral, dan dalam dosis terbagi setiap 8 jam, selama 10-14
hari. Walaupun pengobatan spesifik biasanya tidak boleh dilakukan sampai diagnosis telah
ditegakkan, abanyak dokter yang berpengalaman, bila dihadapkan dengan anak yang bsakit
berat atau koma dengan riwayat memberi kesan malaria atau pemajanan terhadap malaria,
atas pertimbangan tersebut menganjurkan untuk memberi kuinin atau klorokuin secara
parenteral sementara menunggu hasil pemeriksaan apusan darah.
3) Kuinin dehidroklorida diberikan secara intravena pada loading dose 20 mg gram/kg dalam
10mg/kg dekstrose 5 % selama 4 jam, disertai dengan 10 mg/kg selama 2-4 jam sampai
terapi oral dimulai.
4) Klorokuin hidroklorida dapat diberikan secara intravena dengan tetesan lambat dalam
jumlah 5 mg basa/kg dalam 10 mL/kg salin isotonis, diinfus selama masa 3 samapai 4 jam.
2. Pengobatan pendukung dan menjemen komplikasi/ pengobatan supresif : penggunaan obat untuk
mencegah timbulnya gejala klinis dan komplikasi. Kebutuhan metabolisme parasit dengan cepat
mengosongkan cadangan glukosa, vitamin, dan koenzim juga hemoglobin. Vitamin B1 dapat
diberikan dan bila fase akut telah lewat. Tranfusi packed red sell dapat bermanfaat pada anak
dengan anemia berat yang disebabkan oleh infeksi yang lama. Pada stadium koma malaria
serebral, disamping pengobatan malaria spesifik, dextran 75 mungkin berguna untuk mencegah
pengendapan intravaskuler.
3. Kemoterapi spesifik untuk mencegah relaps lambat infeksi vivax atau ovale. Disebut juga
pengobatan kuratif ; obat digunakan untuk terapi infeksi yang sudah berlangsung dan terdiri dari
pengobatan terhadap serangan akut dan pengobatan radikal. Primakuin diberikan selama 14 hari
dengan dosis harian 0,3 mg basa/kg; karena takut kemungkinan reaksi sampingan, beberapa ahli
lebih suka tidak memberikan obat ini pada anak kurang dari umur 3 tahun, tetapi untuk
mengobati serangan akut bersama klorokuin dan kemudian menempatkan penderita padaregimen
kemoprofilaksis selama beberapa bulan.
4. Kemoterapi spesifik untuk menghancurkan dan mensterilisasi gametosit dan dengan demikian
melindungi komunitas jika nyamuk ada. Disebut juga pengobatan untuk mencegah
transmisi/penularan. Gametosit dapat dihancurkan dengan dosis tunggal primakuin, 7,5 mg
basauntuk anak umur 1-3 tahun, 15 mg untuk mereka yang berumur 4-6 tahun, 30 mg untuk
mereka yang berumur 6-12 tahun, dan 45 mg untuk anak yang lebih tua ; perkembangannya yang
lebih lanjut pada nyamuk dapat dihambat dengan dosis tunggal kloroguanid atau primetamin.
5 penggolongan obat malaria, berdasarkan suspetibilitas berbagai macam stadium parasit
malaria terhadap obat antimalaria :
a. Skizontisida jaringan primer yang dapat membunuh parasit stadium praeritrossitik dalam hati
sehingga mencegah parasit masuk ke dalam eritrosit.
b. Skizontisida jaringan sekunder dapat membunuh parasit siklus eksosritrositik.
c. Skisontisida darah yang membunuh parasit stadium eritrositik, yang berhubungan dengan
penyakit akut disertai gejala klinis.
d. Gametositosida yang mengahncurkan semua bentuk seksual termasuk gametosit.
e. Sporontosida yang dapat mencegah dan menghambat gametosit dalamdarah untuk membentuk
ookista dan sporozoit dalam nyamuk.

Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari jenis
plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:
a. Malaria Tersiana/ Kuartana
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan
mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul
dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari).
b. Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari).
Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam).
Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan dengan
kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
c. Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal
sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/
hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Malaria adalah infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
(Sudoyo.w.aru.1999). Malaria disebabkan oleh plasmodium yang dibawa oleh nyamuk
anopheles betina. Adapun gejala dari malaria adalah demam, kejang-kejang, anemia,
nafas sesak, dan hilangnya nafsu makan. (Mansjoer, Arif. 1999)
Gejala yang muncul pada penyakit ini akan berlanjut dan pada akhirnya dapat
menyebabkan anemia berat, edema paru, kelainan hati, dan maturia serebral (koma).
Untuk itu perlu pencegahan untuk penyakit ini yaitu dengan cara menggunakan kelambu,
menggunakan pembasmi nyamuk, membersihkan sarang nyamuk dan tempat hinggap
nyamuk, memasang ventilasi dan menghindari rumah yang gelap. (Sudoyo. 1999)

3.2 Saran
Bagi Mahasiswa Universitas Pembangunan Indonesia Manado yang khususnya
jurusan keperawatan sangat diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai bahan
bacaan setelah melakukan presentasi ataupun pengumpulan makalah ini dapat menambah
wawasan mahasiswa dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dilapangan tentang
penyakit malaria dilingkup masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz alimul Hidayat. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta ; EGC

Doengeoes EM, Marlynn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta ; EGC

Mansjoer Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta ; FKUI

Nettina. M. Sandra. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta ; EGC

Sudoyo. W. Aru, dkk.1999. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta ; FKUI

Lukman. 2010. Kemenkes: 424 Kabupaten di Indonesia dengan Malaria www.infeksi.com


diakses tanggal 21 Januari 2011

Anda mungkin juga menyukai