Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN KRITIS

TENTANG

CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE)

Disusun Oleh :

Krisna W Saruni

1614201059

PROGRAM STUDI S1

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Tuhan Yang Maha
Kuasa karena berkat penyertaan dan kasih-Nya sehingga makalah ini dengan judul
“Initial assessment Pada CHF (Gagal Jantung)” dapat diselesaikan sesuai dengan apa
yang diharapkan.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan penulis.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
guna memperbaiki dan menyempurnakan penulisan di masa mendatang.

Manado, Juli 2019

Penulis

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini Congestive Heart Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal
jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang
terus meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal
jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang
akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu,
gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan
perawatan ulang di rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan rawat
jalan telah diberikan secara optimal (R. Miftah Suryadipraja).

CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh


tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang
lanjut usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF
ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti:
hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga
dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard
infark.

Dalam makalah ini membahas CHF disertai penanganan dan asuhan


Keperawatan gawat darurat klien dengan CHF.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mendapatakn pengetahuan mengenai penyakit Gagal
Jantung Kongestif yang menyerang sistem kardiovaskuler dan dapat
mengetahui bahwa bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat pada
klien dengan Gagal Jantung Kongestif menggunakan pendekatan
proses keperawatan.

2
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gagal jantung
kongestif
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan gagal
jantung kongestif
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
gagal janutng kongestif
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
gagal jantung kongestif
e. Mampu melaksanakan evaluasi pada klien dengan gagal jantung
kongestif
C. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif
yaitu metode yang bersifat mengumpulkan data dan menarik kesimpulan
dan kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan metode kepustakaan
diantaranya studi kepustakaan yaitu mengumpulkan buku-buku yang
berhubungan dengan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Klien Dengan
Congestive Heart Failure (CHF).

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya
kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian
ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).

B. Etiologi
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup
ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif
atau inflamasi
2. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium
karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia
dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas
menurun.
3. Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load)
meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

4
5. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung.
Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah
yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan
jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif
konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme (missal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi
juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi
dalam 4 kelainan fungsional :
I. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
II. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
III. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
IV. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat
C. Patofisiologi
1. Proses perjalanan penyakit
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan menggunakan mekanisme
kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak
output, yaitu meliputi :
a. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau
kemoreseptor
b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk
menyesuaikan terhadap peningkatan volume
c. Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin
angiotensin

5
d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan
reabsorbsi terhadap cairan

Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya


volume darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan
peningkatan resistensi vaskuler oleh pengencangan jantung.
Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel dari
arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi
yang tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding akibat
dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan
pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung iskemik
atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme
pemompaan.

2. Manifestasi klinis
a. Gagal jantung kiri :
1) Letargi dan diaforesis
2) Dispnea/orthopnea
3) Palpitasi (berdebar-debar)
4) Pernapasan cheyne stokes
5) Batuk (hemaptoe)
6) Ronkhi basah bagian basal paru
7) Terdengar BJ3 dan BJ4/irama gallop
8) Oliguria dan anuria
9) Pulsus altenarus
b. Gagal jantung kanan
1) Edema tungkai /kulit
2) Central Vena Pressure (CVP) meningkat
3) Pulsasi vena jugularis
4) Bendungan vena jugularis/JVP meningkat
5) Distensi abdomen, mual, dan tidak nafsu makan
6) Asites
7) Berat badan meningkat

6
8) Hepatomegali (lunak dan nyeri tekan)
9) Splenomegali
10) Insomnia

D. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologis
a) Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b) Oksigenasi
c) Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah,
mengontrol atau menghilangkan oedema.
2. Terapi Farmakologis :
a) Glikosida jantung
b) Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung.Efek yang dihasillkan
adalah peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena
dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi
oedema.
3. Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping
hiponatremia dan hipokalemia.
4. Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk
mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan
peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel
kiri dapat diturunkan.

E. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Klien Dengan CHF


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
Airway : Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan
bantuan otot pernafasan, oksigen.

7
Breathing : Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bantal
Circulation : Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit
katub jantung, anemia, syok dll. Tekanan darah,
nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical,
bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang,
perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna
kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis,
hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles atau
ronchi, oedema

Pengkajian Sekunder

a) Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah,
dispnea saat istirahat atau aktifitas, perubahan status mental,
tanda vital berubah saat beraktifitas.
b) Integritas ego
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
c) Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih
pada malam hari, diare / konstipasi
d) Makanana/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB
signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi
garam penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema
umum, dll
e) Hygiene
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan
kurang.
f) Neurosensori

8
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
g) Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot,
gelisah.

h) Interaksi social
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya
curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis, thrombus atau
emboli.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan secret.
c. Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan
penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air

3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa :
Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya
curah jantung, hipoksemiajaringan, asidosis, thrombus atau emboli.

Intervensi :
a. Monitor frekuensi dan irama jantung
b. Observasi perubahan status mental
c. Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa
d. Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
e. Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai indikasi
f. Pantau pemeriksaan diagnostik dan lab. Missal EKG,
elektrolit, GDA (PaO2, PaCO2 dan saturasi O2), dan
pemeriksaan oksigen

9
Diagnosa :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan secret.
Intervensi :
a. Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan
otot Bantu pernafasan.
b. Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan/tidak
adanya bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan missal
krakles, ronchi
c. Lakukan tindakan untuk memperbaiki/mempertahankan
jalan nafas misal batuk, penghisapan lender
d. Tinggikan kepala / mpat tidur sesuai kebutuhan /
toleransi pasien

Diagnosa :

Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan


penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air,
peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein

Intervensi :

a. masukan/haluaran, catat penurunan, pengeluaran, sifat


konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
b. Observasi adanya oedema dependen
c. Timbang BB tiap hari
d. Pertahankan masukan cairan 2000 ml/24 jam dalam
toleransi kardiovaskuler
e. Kolaborasi : pemberian diit rendah natrium, berikan
diuretic.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada pengkajian ini ini penulis menyimpulkan data-data tentang klien
melalui wawancara dengan klien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik
secara bertahap serta mendapatkan informasi dari perawat rungan dan catatan
medik klien. Pada manifestasi klinis data yang ada pada teori tetapi tidak
terdapat pada kasus adalah ketegangan vena cordis. Pada kasus tidak
ditemukan ketegangan vena cordis.
Penatalaksanaan pada teori dan dilakukan pemeriksaan laboratorium
darah, EKG, foto thorax.Hasil laboratorium Hemoglobin13,9 g/dl, Lekosit
8700 u/l, Hematokrit 201.000 /ul,Ureum42 mg/dl, Creatinine 1,0 mg/dl, GDS
183 mg/dl. Hasil poto torax kesan adanya pembesaran pada jantung.
Diagnosa keperawatan di teori yang tidak muncul dalam kasus ini yaitu
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
Dalam perencanaan keperawatan tujuan dan tinjaun teori mengalami
kesenjangan yaitu pada teori menggunakan alokasi waktu sedangkan pada
kasus tidak dilakukan alokasi waktu karena keperawatan gawat darurat
bersifat segera dan tidak dibatasi waktunya.Untuk melaksanakan tindakan
keperawatan dikasus dilakukan semua oleh penulis. Alternative klien kerja
sama dengan perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Pada evaluasi keperawatan dapat disimpulkan adalah dari diagnosa yang
muncul belum tercapai dan tindakan keperawatan dilanjutkan di Ruangan
perawatan.
B. SARAN
Setelah kami menguraikan dan menyimpulkan, kami dapat mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan yang ada, maka selanjutnya kami akan
menyampaikan saran yang ditujukkan pada perawat ruangan, klien dan
keluarga sebagai berikut :

11
1. Kerjasama dengan klien dan keluarga tetap dipertahankan dan
ditingkatkan agar asuhan keperawatan yang diberikan pada klien akan
lebih optimal
2. Untuk perawat supaya setiap kali melakukan tindakan keperawatan
mendokumentasikan semua tindakan dan respon klien terhadap
tindakan yang dilakukan agar dapat melakukan evaluasi secara akurat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Bruner &
Suddart. Edisi 8. Jakarta: EGC

13

Anda mungkin juga menyukai