Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi parasit utama di dunia yang mengenai
hampir 170 juta orang setiap tahunnya. Penyakit malaria juga berjangkit
hampir di 103 negara . Terutama di negara negara tropis pada ketinggian 400
2000 meter dari permukaan laut, dengan kelembaban udara kurang dari
60%. Upaya pemberantasan penyakit malaria ini sudah lama dilakukan namun
sampai saat ini penyakit malaria belum juga diberantas.
Di Indonesia penyakit malaria tergolong penyakit menular yang masih
bermasalah, penyakit ini berjangkit disemua pulau di Indonesia mulai dari
dataran rendah sampai daratan tinggi, Baik di kota maupun di daerah pedesaan
, di daerah yang kegiatan ekonominya berkaitan dengan hutan dan
perpindahan penduduk. Lebih dari 40 juta penduduk Indonesia bermukim
didaerah malaria, sekitar 11 juta diantaranya tinggal di Jawa dan Bali. Derajat
endemis malaria berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain,
sebagian besar wilayah Jawa dan Bali terbebas dari penularan, namun pada
bulan Juli dan Agustus 2002, sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta
dilaporkan terserang wabah malaria. Kabupaten Kebumen ( Jawa Tengah )
dilaporkan sekitar 3.000 orang ter serang. Sedangkan di kabupaten Purba
lingga dinyatakan sebagai daerah endemis setelah 10 -12 tahun tidak ada kasus
malaria.
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 terdapat 15 juta
kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Diperkirakan 35 %
penduduk Indonesia tinggal di daerah yang beresiko tertular penyakit malaria,
Dari 293 kabupaten/ kota yang ada di Indonesia . 167 kabupaten / kota
merupakan wilayah endemis malaria.

Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun


2006 di peroleh data 10 Penyakit terbesar yang ada di Kota Tanjungpinang.
Sebagai berikut ( Tabel 1.1 )
Tabel 1.1 10 Penyakit terbesar yang di Kota Tanjungpinang

NO

NAMA PENYAKIT

JUMLA

PERSENTASE

H
PASIEN
1

I SPA

8.699

52,43%

Rongga Mulit

2.228

13.43%

Jaringan Kulit dan Subkutan

2.068

12.46%

Penyaki Tulang

1.293

7.79%

Tekanan Darah Tinggi

1.057

6.37%

Infeksi Usus

574

3.46%

Infeksi Saluran Pernafasan Bawah

325

1.96%

Penyakit Mata

211

1.27%

Malaria

80

0.48%

10

Tuberkulosis

57

0.34%

( Sumber : Laporan Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2006)


Berdasarkan fenomena dari angka kejadian tersebut, maka penulis
tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam Makalah melalui penerapan
asuhan keperawatan pada salah seorang klien yang menderita Malaria
tertiana diruang Paviliun Mangkai Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Midiyato
S. Tanjungpinang.
B.

Tujuan Penulisan

1.

Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang penyakit Malaria
serta dapat melaksanakan dan menerapkan Asuhan Keperawatan secara
konprenhensif pada salah satu klien dengan diare, mulai dari klien masuk
Unit Gawat Darurat ( UGD ), Ruang rawat inap Paviliun Subi Kecil
sampai dengan klien pulang dari rumah sakit.

2.

Tujuan Khusus
a.

Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan malaria


tertiana .

b.

Mampu menentukan diagnosa keperawatan, analisa data


dan prioritas masalah.

c.

Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang


nyata sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien dengan malaria
tertiana.

d.

Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan yang


nyata sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien dengan kasus
malaria tertiana.

e.

Mampu

melaksanakan

evaluasi

dari

tindakan

keperawatan yang dilakukan terhadap klien dengan malaria tertiana.

C.

Metode Penulisan
1.

Cara Penulisan
Cara penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang dilakukan pada klien dengan kasus malaria
tertiana.

2.

Tehnik Pengumpulan data


Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a.

Observasi yaitu pengamatan terhadap klien dengan


menggunakan alat indera dan juga melalui asuhan keperawatan.

b.

Tahnik pemeriksaan fisik yang ditujukan langsung pada


salah satu klien dengan penyakit malaria.

c.

Wawancara yaitu perbincangan yang terarah terhadap


klien , keluarga, teman dan tenaga kesehatan lainnya untuk
mendapatkan informasi mengenai permasalahan klien, alat yang
dipergunakan adalah format pengkajian.

d.

Studi dokumentasi yaitu tehnik pengumpulan data yang


tidak diperoleh dari klien, keluarga tetapi melalui catatan medik,
catatan keperawatan dan catatan lainnya yang ada dirumah sakit.

e.

Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic lainnya. Tujuan


pemeriksaan laboratorium dan diagnostic lainya adalah sebagai data
penunjang yang berguna untuk mendukung penemuan data dari hasil
wawancara, observasid dan pemeriksaan fisik.

f.

Studi kepustakaan yaitu mencari data dan meteri yang


ada di buku dan sumber lainnya yang berhubungan dengan Makalah
ini.

3.

Pengolahan Data
Setelah data terkumpul selanjutnya data diolah secara manual yaitu
dengan

jalan

mengklasifikasikan,

menginterprestasikan

dan

menverifikasikan dan mendokumentasikan secara tekstual dengan


menggunakan format asuhan keperawatan.

D.

Ruang Lingkup
Virus

Infeksi

DHF, dsb

Bakteri

Parasit

Leptospirosis. dsb

Malaria

Gangguan
Hematologi

Anemia

Leukemia

Non
Infeksi

Malaria

Plasmadium

Tropikal

falsiparum

Malaria

Plasmadium

Tertiana

Vivak

Malaria
Quartana

Plasmadium
Malariae

Trombosis
vena dalam

Limfoma,dsb

E.

Sistimatika Penulisan
Adapun sistimatika penulisan Makalah terdiri dari 4 bab, yaitu :
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang
lingkup, dan sistimatika penulisan.

BAB II

: TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini terdiri dari sub Bab yaitu :

a.Konsep Dasar penyakit


Konsep dasar penyakit malaria terdiri dari Pengertian
penyakit, Fisiologi darah, Etiologi, Vektor penyakit
malaria , Patofisiologi, manifestasi, klinis, gambaran
laboratorium,

Komplikasi,

Pengobatan

dan

Pencegahan.
b. Konsep Dasar Keperawatan
Konsep dasar keperawatan terdiri dari Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi
dan Evaluasi..
BAB III

: PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan perbandingan antara teori dengan
kenyataan

yang

ada

dilapangan

selama

penulis

melakukan asuhan keperawatran dan disesuaikan dengan


tujuan pada bab I
BAB IV

: PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.

Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
( protozoa ) dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles. Istilah malaria diambil dari dua kata dari bahasa Italia,
yaitu Mal ( buruk ) dan Area ( udara ) atau udara buruk, karena dahulu
banyak terdapat didaerah rawa rawa yang mengeluarkan bau busuk.
Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain

seperti demam roma,

demam rawa, demam tropic, demam pantai, demam charges, demam kura
dan paludisme ( Arlan prabowo 2004: 2 )
Malaria adalah penyakit protozoa yang ditularkan ke manusia
melalui gigitan nyamuk anopheles ( Nach, 2003 : 207 ).
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera,
dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan
oleh protozoa dari genus plasmodium dan mudah dikenali gejala meriang
(

panas dingin menggigil ) serta

demam berkepanjangan ( http : //

www.Infeksi.com )
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama
prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria / protozoa genus
plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang
ditularkan oleh nyamuk anopeles betina ditandai dengan demam, muka
nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia, ( WHO. 1981 ).
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

manusia, Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk


anopheles betina. ( Drs. Bambang Mursito, Apt.M.Si.2002 )
Malaria adalah penyakit yang terjadi bila eritrosit di inovasi oleh
salah satu dari empat spesies parasit protozoa plasmodium ( Ilmu
Kesehatan Anak, Edisi 15, Volume 2. 2002 ).

2. Fisiologi Darah
Darah adalah suspensi dari partikel dalam koloid cairan yang
mengandung elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel
sel yang terinfeksi dalam tubuh dan lingkungan luar serta memiliki sifat
sifat protektif terhadap organisme sebagai suatu keseluruhan dan
khususnya

terhadap darah sendiri. ( Price Sylvia.A dan Wilson

Lorrainne.1995, Patofisiologi; 223 ).


Darah merupakan jaringan tubuh yang terdapat dipembuluh darah
yang berwarna merah. Warna merah keadaanya tidak tetap tergantung O 2
dan CO2 dalam darah. Adanya O2 dalam darah diambil dengan jalan
bernafas dan zat ini sangat berguna dalam pemakaian dan metabolisme
didalam tubuh. Darah yang mengandung O 2

berwarna merah segar dan

darah yang banyak mengandung CO2 berwarna merah tua.


Volume darah pada tubuh yang sehat / orang dewasa kira kira
1/13 dari berat badan atau kira- kira 4-5 liter. Sekitar 55% darah adalah
cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel darah. ( Syaifuddin, AMK.
Anfis untuk mahasiswa keperawatan. 2006 Edisi 3 : 143 ).
3. Etiologi
Penyebab

penyakit

malaria

adalah

mahluk

hidup

genus

plasmodium famili plasmodium dari Ordo Coccilidae. Genus Plasmodium


terdapat empat sepsis yang dapat menyerang manusia yaitu : Plasmodium

Falsiparum, Plasmodium Vivax, Plasmodium Malariae dan Plasmodium


Ovale.
a.

Plasmodium Falsiparum
Spesies

ini

yang

menyebabkan

malaria

tropika

dapat

menyerang organ tubuh dan menimbulkan kerusakan seperti : Otak,


Ginjal, Hati dan Jantung , yang mengakibatkan terjadinya malaria
berat / komplikasi, masa inkubasi 9 s/d 14 hari. Serangan dari
plasmodium ini diawali dengan rasa nyeri kepala , pegel linu dan nyeri
pinggang yang dilanjutkan dengan rasa mual, muntah dan diare, Suhu
tubuh tidak terlalu tinggi seperti serangan plasmodium yang lainnya
sehingga penderita tidak terasa seperti sakit malaria.
Bila keadaan ini tidak segera diobati, intensitas serangan
semakin berat , bahkan dapat menyerang limpa dan hati. Apabila hati
sudah terkena akan timbul gejala tambahan yang menyerupai penyakit
kuning

selain itu penderita merasa gelisah dan kadang kadang

mengigau diikuti dengan keluarnya keringat dingin dan disertai dengan


peningkatan frekwensi nadi serta pernafasan.
Penyakit ini dapat menyerang ginjal ditandai dengan warna
urine menjadi keruh dan menghitam, gejala selanjutnya mata
membengkak dan penderita tidak dapat mengeluarkan air kencing
dengan baik. Akibat paling buruk akan terjadi apabila plasmodium
tersebut menyerang otak sehingga mnyebabkan gumpalan darah pada
pembuluh darah .Akibat lebih lanjut dapat menyebabkan proses
kelumpuhan , menurunya kesadaran dan akhirnya penderita tersebut
meninggal dunia , Serangn dari plasmodium jenis ini memberikan
gejala yang paling berat sehingga proses pengobatan perlu dilakukan
dengan takaran tinggi , selain itu perlu diberikan tambahan obat
obatan yang lain untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan
( Bambang Mursito, 2004 : 6 ).

10

b.

Plasmodium Malariae
Spesies ini adalah penyebab malaria kuartana( tidak lazim
disebut malaria malariae), yang ditandai dengan serangan panas
berulang setiap 72 jam. Diduga mempunyai kecendrungan

untuk

menginfeksi sel sel darah merah yang tua. Biasanya, tingkat


parasitemia karena spesies ini lebih rendah dibandingkan spesies lain.
Plasmadium malariae akan mengakibatkan serangan demam
setiap 4 hari sekali sehingga sering dikenal dengan istilah malaria
kuartana. Jenis malaria ini dapat tumbuh subur didaerah tropic, baik di
dataran rendah maupun didataran tinggi. Masa inkubasi plasmodium
ini antara 18 s/d 40 hari. Gejala serangannya menyerupai plasmodium
vivax. Namun, demam dirasakan pada sore hari dengan frekuensi yang
teratur. Plasmodium malariae dapat menyebabkan gangguan pada
ginjal yang bersifat menahun. ( Bambang Marsito, 2004: 5-6 ).

4. Vektor Penyakit Malaria


Vektor penyakit malaria adalah melalui nyamuk anopheles betina .
Hanya nyamuk anopheles betina yang menghisap darah, darah ini
diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Di seluruh dunia terdapat sekitar
2.000 spesies anopheles, 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular
malaria. Di Indonesia ada sekitar 80 spesies anopheles, 24 spesies berbeda
beda tergantung berbagai factor seperti penyebara geografis, , iklim dan
tempat perinduknya. Semua nyamuk malaria

hidup sesuai dengan

ekologis setempat, Contohnya nayamuk malaria yang hidup di air payau


( anopheles sundaicus dan anopheles subpictus ), di sawah ( anopheles
aconitus ) atau air

sundaicus dan anopheles subpictus ), di sawah

( anopheles aconitus ) atau air bersih dipergunungan ( anopheles maculatus


). ( Arlan Prabowo,2004:7 )

11

Gambar 1.1 Nyamuk anopheles yang menularkan parasit malaria

Nyamuk anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis,


tetapi juga bias hidup di daearah yang ber iklim sedang. Nyamuk ini
jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2.000 s/d
2.500 meter. Wilayah penyebarannya terbentang luas meliputi belahan
bumi utara dan selatan, antara 64O Lintang Uatara dan 32O Lintang
Selatan . Jarak terbangnya tidak lebih dari 0,5 s/d 3 km dari tempat
perindukanya. Jika ada tiupan angin yang kencang bisa terbawa sejauh 20
s/d 30 km. Nyamuk anopheles juga dapat terbawa pesawat terbang atau
kapal laut, dan menyebarkan malaria daerah non endemis. Umur nyamuk
anopheles dewasa di alam bebas belum banyak diketahui, tetapi di
laboratorium dapat mencapai 3 s/d 5 minggu. ( Arlan Prabowo, 2004 : 8 ).

12

5.

Patofisiologi
a.

Siklus Hidup Parasit Malaria


Untuk kelangsungan hidupnya, parasit malaria memerlukan 2
macam siklus yaitu siklus aseksual dalam pejamu vertebrata
( manusia ) dikenal

sebagai skizogoni dan siklus seksual yang

membentuk sporozot didalam nyamuk sebagai sporogoni.


MANUSIA

NYAMUK
SPOROZOID

Dalam hati

Kelenjar liur

HIPNOZOID

SKIZON HATI
OOKISTA
MEROZOID

Dalam darah
TROPOZOID

OOKINET

SKIZON

MEROZID
MIKROGAME
T
MAKROGAMET

GAMETOSIT

ZYGOT

Sumber : Arief Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran, 2001

13

b.

Cara penularan Parasit Malaria


Malaria dapat ditularkan melalui berbagai cara yang ada pada
umumnya dibagi atas dua cara yaitu alamiah dan bukan alamiah.
1. Penularan secara alamiah (natural infection ), melalui gigitan
nyamuk anopheles.
2. Penularan bukan alamiah, dapat dibagi menurut cara penularanya,
yaitu :
a)

Malaria bawaan ( congenital ), terjadi pada bayi yang baru


dilahirkan karena ibunya menderita malaria. Penularan terjadi
melalui tali pusat atau plesenta.

b)

Secara mekanik, terjadi melalui transfusi darah atau jarum


suntik.

c)

Secara oral. Penularan ini pernah dibuktikan pada ayam


( plasmodium gallinasium ), burung dara ( plasmodium
relection ) dan monyet ( plasmodium knowlesi ).

6. Manifestasi Kliniks
Secara kliniks, gejala dari penyakit malaria infeksi tunggal pada
penderita non imun terdiri dari atas beberapa serangan terdiri dari atas
beberapa serangan demam dengan interval tertentu ( paroksisme ), yang
diselingi suatu periode ( periode laten ) dimana penderita bebas sama
sekali dari demam. Sebelum demam, penderita biasanya merasa lemah,
sakit kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau muntah. Pada penderita
dengan infeksi majemuk ( lebih dari satu jenis plasmodium atau satu jenis
plasmodium tetapi infeksi berulang dalam jarak waktu yang berbeda )
maka serangan demam bisa terus menerus ( tanpa interval ), sedangkan
pada pejamu yang imun, gejala klinisnya minimal,. ( Rampengan dan
Laurentz, 1997 ).

14

Periode paroksisme biasanya terdiri atas tiga stdium yang


berurutan, yakni stdium dingin ( cild stge ), stadium demam ( hot stage )
dan stadium berkeringat ( sweating stage ).
a.

Stadium dingin ( cold stage )


Stadium ini di mulai dengan menggigil dan perasaan sangat
dingin. Nadi penderita cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jari pucat
kebiru biruan ( sianosis ). Kulit kering dan pucat, pemderita mungkin
muntah dan pada penderita anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung selama 15 menit s/d 1 jam.

b.

Stadium demam ( hot stage )


Setelah menggigil / merasa dingin, selanjutnya penderita
mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi merah, kulitnya
kering dan dirasakan sangat panas seperti terbakar, sakit kepala
bertambah berat dan sering kali disertai dengan rasa mual atau muntah
muntah. Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita
merasa sangat haus dan suhu tubuh biasa meningkat sampai 41 OC.
stadium ini berlangsung selama 2 s/d 4 jam.

c.

Satadium berkeringat ( sweating stage)


Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, sampai
membasahi tempat tidur. Namun suhu tubuh pada fase ini turun dengan
cepat, kadang kadang sampai dibawah normal. Biasanya penderita
tertidur nyeyak dan pada saat terjaga , ia merasa lemah tetapi tanpa
gejala lain. Stadium ini berlangsung 2 s/d 4 jam.
Sesudah serangan panas pertama terlewati, terjadi interval
bebas demam selama 48 s/d 72 jam, lalu diikuti dengan serangan panas
berikutnya seperti yang pertama dan demikian selanjutnya. Gajala
gejala malaria seperti diuraikan diatas tidak selalu ditemukan pada
setiap penderita dan ini tergangung pada spesies parasit, umur dan
tingkat imunitas penderita.

15

7. Gambaran Laboratorium
a.

Sediaan Darah Merah


Ada dua jenis sediaan darah merah malaria, yaitu sediaan tipis (
thin film ) dan sediaan tebal ( thick film ). Agar bisa melihat parasit
malaria secara jelas dibawah mikroskop, sediaan itu perlu diberikan
pengecatan Giemsa ( untuk sediaan tipis dan tebal ), pengecatan Field (
untuk sediaan tebal ) dan Leishman ( untuk sediaan tipis).
Teknik pembuatan sediaan darah malaria adalah sebagai berikut :
1. Sediaan darah tipis
a)

Teteskan satu tetes darah atau diameter 2 mm darah pada


salah satu ujung ( 0,5 cm dari ujung objek gelas ).

b)

Tempatkan ujung yang tajam dari gelas objek lain seperti


bersentuhan dengan tetes darah sehingga dengan reaksi kapiler
tetes darah melebar sepanjang ujung gelas tadi. Pertahankan
posisi gelas objek ini dengan sudut 30O.

c)

Dengan gerakan kedepan yang setabil dan cepat, buat


hapusan darah sehingga terjadi bagian yang tebal disatu ujung
dan bagian yang tipis di ujung lainnya . ujung hapusan yang
tipis hendaknya berada kira kira ditengah tengah objek,
dengan bagian yang kosong terdapat di kedua sisinya, dan tebal
hapusan hanya setebal satu sel darah.

d)

Fiksasi sediaan tipis dengan methanol selama 30 detik, lalu


keringkan kembali dalam suhu kamar.
.

2. Sediaan darah tebal


a)

Tempatkan dengan memakai aplikator kaya, dua atau tiga


tetes kecil darah di atas objek. Dengan gerakan memutar,
lebarkan tetesan darah tadi sehingga menjadi satu lingkaran
darah berdiameter kira kira 15 mm.

16

b)

Bila sediaan tadi masih terlalu tebal, atau gelas terlalu


berminyak teteskan darah mungkin terlepas pada saat
dilakukan pengecatan.

c)

Keringkan sediaan dengan baik dalam suhu kamar, dan


hindari kontaminasi debu pada gelas objek. Sediaan tidak boleh
dikeringkan dengan panas api atau dengan suhu lingkungan
yang sengaja ditingkatkan.

b.

Gambaran Mikroskop Laboratorium


Sebagai pegangan, rangkuman tanda tanda kunci dibawah ini
bisa dipakai sebagai pedoman untuk identifikasi spesies parasit malaria
didalam sediaan darah.
1.

Plasmodium vivax
Dalam sediaan darah tepi semua stadium mungkin
ditemukan. Sesudah fase cincin, sel darah merah yang terinfeksi
bertambah berat ukurannya dan warnanya bertambah pucat. Pada
pengecatan yang agak kuat, dalam sitoplasma sel darah merah
dapat dilihat titik titik ( stippling ) yang halus berwana merah (
schuffneres dots ). Jumlahnya banyak dan bentuknya lebih halus
dibandingkan titik titik yang ditemukan pada infeksi oleh
plasmodium falsifarum.

2.

Plasmodium falsifarum
Biasanya bentuk plamodium yang ditemukan dalam sediaan
darah tepi bentuk cincin dan bentuk sabit, atau keduanya. Sel darah
merah tidak bertambah besar, tetapi jika mengandung bentuk sabit
( gametosit ) bentuk sel darah merah menjadi berubah. Warna sel
darah merah tidak berubah. Pada pengecatan yang kuat titik titik
Maurer yang bentuk dan ukurannya agak besar mungkin ditemukan
dalam jumlah yang tidak banyak.

17

8. Komplikasi
Akibat infeksi parasit malaria, ada beberapa perubahan hematology
pada penderita. Perubahan perubahan yang dapat menimbulkan
komplikasi yaiyu terdapat pada penderita malaria berat. Malaria berat
adalah penyakit malaria akibat infeksi plasmodium falsifarum yang
disertai dengan

gangguan di berbagai sistem/ organ tubuh. Criteria

diagnosis malaria berat yang ditetapkan oleh WHO, yaitu adanya satu atau
lebih komplikasi, seperti malaria serebral / otak , anemia berat, ginjal akut,
edema paru, hipoglkemia ( kadar gula < 40 mg% ), syok, perdarahan
spontan dari hidung, gusi dan saluran cerna, kejang berulang, asidemia dan
asidosis ( gangguan asam basa dalam tubuh berupa penurunan pH darah),
serta haemoglobunuria ( adanya darah dalam urine). ( Arlan Prabowo,
2004 :20 ).
Berikut ini beberapa komplikasi malaria berat :
a.

Malaria serebral
Malaria serebral ditandai dengan kejang dan kesadaran
menurun ( koma ). Malaria serebral merupakan yang paling sering
menimbulkan kematian. Diduga penyebabnya adalah sumbatan kaplter
pembuluh darah otak oleh sel darah merah yang mengandung parasit
malaria sehingga otak kekurangan aksigen ( anoksia otak ).
Gejala dapat timbul secara lambat atau mendadak. Biasanya
didahului oleh sakit kepala dan rasa mengantuk, disusul dengan
gangguan kesadaran, kelainan saraf dan kejang kejang. Biasanya
koma pada anak anak berlangsung satu hari, sedangkan pada orang
dewasa bias 2 s/d 3 hari.

b.

Gagal ginjal akut


Komplikasi gagal ginjal akut dapat menimbulkan asidosis metabolic,
hyperurisemia, gagal jantung kongestif, aritmia dan perikarditis.

18

c.

Demam kencing hitam ( black water


fever ).
Black water fever adalah sindroa dengan gejala serangan yang akut,
berupa demam, menggigil, penurunan tekanan darah, hemolisis
intravaskuler, hemoglobinuria dan gagal ginjal, namun parasit malaria
yang dijumpai dalam darah hanya sedikit.

d.

Anemia berat
Anemia berat timbul akibat penghancuran sel darah merah yang cepat
dan hebat. Anemia berat lebih sering dijumpai pada anak anak.
Anemia berat sering memberikan gejala serebral seperti tampak
bingung, kesadaran menurun sampai koma, serta gejala gejala
gangguan jantung paru.

e.

Gangguan fungsi hati


Timbul ikterus akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah dan
tanda kegagalan hati. Gangguan fungsi hati dapat menyebabkan
hipoglikemia, asidosis metabolic dan gangguan metabolisme obat
didalam tubuh.

f.

Komplikasi Lain
Malaria berat juga dapat menimbulkan komplikasi lainnya, seperti
edema paru, perdarahan spontan, hiperpireksia ( suhu tubuh di atas
40OC dan sepsis ).

9. Pengobatan
Berdasarkan pedoman penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia
Departemen Keshatan RI tahun 2006, obat anti malaria dapat digolongkan
di lihat pada table 1.4 sebagai beriku :

Susunan Kimia
Alkoloid chinchona

Nama obat
Kina

19

b
c
d
f

4 - aminoquinoline
8 - aminoquinoline
Diaminoprimidin
Sulfanamida

Cloroquine aminoquinoline
Primaquine
Pirimetamin
Sulfadoksin, sulfadiazine, sulfalen

Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan penderita,


mencegah kematian, mengurangi kesakitan, mencegah komplikasi dan
relaps, serta mengurangi kerugian social ekonomi ( akibat malaria ). Obat
yang ideal adalah yang memenuhi syarat :
a.

Membunuh semua stadium dan jenis parasit

b.

Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps.

c.

Toksisitas dan efek samping sedikit

d.

Mudah cara pemberiannya.

e.

Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan


masayarakat.

Dalam program pemberantasan penyakit malaria , obat yang digunakan


dibedakan anatara lain :
a. Obat standar, yang terdiri dari :
1)

Cloroquine ( klorokuin ): Cloroquine Sulfat dan Cloroquine


difosfat.

2)

Primaquine ( primakuin )

b. Obat alternative, yang terdiri dari :


1)

Kina

2)

Kombinasi Sulfadoksin + Pirimetamin ( SP)


Baik untuk tujuan pencegahan maupun pengobatan, serta tablet

klorokuin mengandung 150 mg basa, tablet primakuin 15 mg basa,


pirimetamin 25 mg basa, kina 200 mg dan fansidar ( kombinasi dari 500
mg sulfadoksin dan 50 mg pirimetamin ).
10. Pencegahan

20

Pencegahan malaria secara garis besarnya mencangkup 3 aspek sebagai


berikut :
a.

Mengurangi pembawa gametosit yang merupakan sumber


infeksi ( reservoir ). Pembawa gametosit adalah orang yang sudah
terinfeksi malaria, dimana dalam darahnya mengandung gametosit
dam jumlah yang besar. Untuk mencegah terjadinya penularan,
penderita malaria tersebut harus diobati dengan segera.

b.

Memberantas nyamuk sebagai vector malaria.


Memberantas nyamuk dapat dilakukan dengan menghilangkan tempat
tempat perindukan nyamuk, membunuh larva atau jentik dan
membunuh nyamuk dewasa. Pengendalian tempat perindukan dapat
dilakukan dengan menyingkirkan tumbuhan air yang menghalangi
aliran air, melancarakan aliran saluran air dan menimbulkan lubang
lubang yang mengandung air.

c.

Melindungi orang yang rentan dan beresiko terinfeksi


malaria
Secara prinsip upaya ini dikerjakan dengan cara sebagai berikut. :
1.

Mencegah gigitan nyamuk, yaitu rumah rumah


dilindungi dengan mengunakan

memasang kasa pada pintu,

jendela dan lubang angin. Perlindungan pribadi dilakukan dengan


mengunakan repellent (cairan penghalau serangga) atau memasang
kelambu pada tempat tidur.
2.

Memberikan obat obatan untuk mencegah infeksi


malaria (disebut proteksi atau profilaksis individu). Jika dipakai
untuk sebagian atau seluruh penduduk obat ini disebut proteksi
kolektif.

3.

Memberikan vaksinasi ( belum diterapkan secara


luas dan masih dalam tahap riset atau percobaan dilapangan ).

21

BAB III
PE M B AH AS AN

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus


malaria tertiana di ruang rawat inap P. Mangkai pada tanggal 13 April 2015
sampai dengan 16 April 2015, metode proses keperawatan melalui tahap tahap
pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Dalam melaksanakan proses keperawatan ini, penulis telah berupaya
semaksimal mungkin dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan, kiat
keperawatan serta dengan fasilitas yang ada agar dapat tercapai tujuan sesuai
dengan teoritis, namun masih ditemukan kesenjangan antara bahasan teori dengan
kenyataan yang penulis temukan.
Berdasarkan hal tersebut penulis akan membahas pelaksanaan kenyataan,
selama melaksanakan studi kasus ini dengan melihat kesenjangan antara teoritis
dengan kenyataan, selama melakukan studi kasus yang di mulai dari pengkajian,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.

A.

Pengkajian
Selama melakukan pengkajian pada klien dan keluarga, penulis tidak
banyak menemukan kesulitan dan hambatan, dalam memperoleh identitas
klien, riwayat kesehatan sekarang, keadaan lingkungan dan data laboratorium.
Demikian pula dalam pengumpulan
teknik observasi dan pemeriksaan fisik.

data fisik yang penulis peroleh dari

22

Kemudahan ini penulis peroleh karena sikap klien, keluarga yang


kooperatif, terbuka dan percaya kepada penulis. Pendukung lain dari
pengumpulan data ini adalah dengan adanya format pengkajian data dasar
yang penulis peroleh

dari institusi pendidikan, sehingga dapat menjadi

pedoman untuk memperoleh informasi yang lengkap tentang status kesehatan


klien. Namun demikian kesenjangan masih tetap ada, berikut ini akan
dijelaskan masing masing dari pengumpulan data sebagai berikut.
1.

Identitas Klien
Identitas yang diperoleh dari klien, penulis tidak menemukan
hambatan karena klien tidak menutup nutupi keadaan dirinya. Hal ini
disebabkan oleh karena adanya pendekatan dengan cara memperkenalkan
diri dan menjelaskan maksud dari pada pengkajian dan komunikasi yang
baik terhadap klien, sehingga klien mau bekerja sama dan terbuka dalam
menghadapi masalahnya.

2.

Diagnosa dan informasi medik yang penting


Diagnosa dan informasi medik yang penting, penulis dapatkan
melalui wawancara dan melihat status klien. Penulis mengetahui keadaan
klien waktu pertama sekali masuk rumah sakit karena pada saat
penerimaan dan pemeriksaan oleh dokter di UGD penulis berada ditempat

3.

Riwayat kesehatan sekarang


Pada riwayat kesehatan sekarang sebagian besar gejala yang ada
pada tinjauan teoritis di temukan pada tinjauan kasus seperti mual, nyeri
kepala, nafsu makan menurun tapi ada data yang tidak ditemukan pada
kasus yaitu peningkatan suhu tubuh, anemia, pembesaran limpa dan
penbesaran hati. Sewaktu penulis melakukan pengkajian klien telah
mendapatkan terapy obat anti malaria. Dimana obat anti malaria berfungsi
untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan parasit malaria sehingga
dapat menekan terjadinya penyebaran infeksi. Sehingga pada saat

23

pengkajian penulis tidak menemukan gejala peningkatan suhu tubuh,


anemia, pembesaran limpa dan pembesaran hati.
4.

Keadaan lingkungan
Secara teoritis bahwa siklus hidup parasit malaria di daerah antara pantai
dan rawa rawa, Tanjung uban merupakan tempat endemis malaria
dimana klien bertempat tinggal di Tanjung uban.

5.

Data Fisik
Dari data fisik yang ditemukan, sebagian besar gejala yang ada diteoritis
ditemukan pada kasus kecuali peningkatan suhu tubuh yang merupakan
ciri khas dari penyakit malaria.

6.

Data laboratorium
Menurut teoritis pada klien dengan malaria di sebutkan bahwa terjadi
peningkatan leukosit, penurunan hemoglobin, penurunan hematokrit,
plasmodium positif, tetapi pada kasus ini hanya ditemukan plasmodium
positif sedangkan leukosit, hemoglobin

dan hematokrit dalam batas

normal.

B.

Tahap Diagnosa Keperawatan


Setelah mendapatkan data dari pengkajian , selanjutnya data tersebut di
interpresentasikan dan di analisa untuk mengetahui masalah klien yang
muncul,

kemudian

penulis

menentukan

dan

menegakkan

diagnosa

keperawatan utama terhadap klien Ny. S dengan malaria tertiana.


Berdasarkan data yang diperoleh selama melakukan studi kasus, maka
di dapatkan lima diagnosa yang ditemukan pada teoritis. Berikut ini akan
dibahas diagnosa yang muncul pada klien Ny. S adalah :
a.

Gangguan rasa nyaman; Nyeri kepala berhubungan dengan


peningkatan tekanan vaskular serebral.

24

b.

Gangguan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

yang

berhubungan dengan intake yang kurang ( mual, anoreksia ).


c.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

d.

Perubahan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi dan


nyeri kepala.

e.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


tentang penyakit.

Diagnosa keperawatan yang tidak sesuai dengan teoritis yaitu diagnosa no. 4
perubahan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi dan nyeri kepala
sedangkan diagnosa keperawatan lain yang tidak muncul karena data data
baik subyektif maupun objektif belum penulis temukan pada klien saat ini.

C.

Tahap Perencanaan
Dalam perencanaan kasus semuanya sesuai dengan perencanaan pada
tinjauan teoritis, hanya pada diagnosa perubahan pola tidur berhubungan
dengan hospitalisasi dan nyeri kepala, penulis harus mencari literature yang
cukup sehingga penulis dapat menyusun rencana tindakan dalam mengatasi
masalah klien yang sesuai dengan teoritis.
Pada diagnosa gangguan rasa nyaman; nyeri kepala berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

perencanaan kasus sesuai

dengan teoritis, hambatan yang dihadapi yaitu klien masih tetap pusing kalau
tidak minum obat analgetik sehingga penulis harus melakukan kolaborasi
dengan tim medis dalam kasus ini. Pada diagnosa nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang ( mual, anoreksia )
perencanaan sesuai dengan teoritis dimana penulis tidak menghadapi
hambatan yang berarti
Pada diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum perencanaan sesuai dengan teoritis, aktivitas dilakukan secara bertahap.
Pada diagnosa perubahan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi dan

25

nyeri kepala intervensi sesuai dengan teoritis, pada diagnosa kurang


pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
penulis memberikan perencanaan sesuai dengan teoritis dengan mengunakan
bahasa yang mudah dimengerti oleh klien dengan mengingat tingkat
pengetahuan klien yang hanya tamatan sekolah dasar.
D.

Tahap Implementasi
Tahap ini adalah tahap kerja bagi penulis, rencana yang telah di susun
diterapkan langsung pada klien dalam bentuk studi kasus untuk memecahkan
masalah yang dialami klien. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien ny.S dengan malaria tertiana ruang rawat inap P Mangkai RSAL Dr
Midiyato. S Tanjungpinang, penulis masih menemukan beberapa hambatan
anatara lain .
a.

Dalam pemberian diet makanan, makanan yang disajikan tidak


sesuai dengan rencana tindakan yang ada di teoritis, seperti makanan
dalam bentuk yang kurang memikat selera klien, sehingga memperlambat
penyelesaian masalah yang dihadapi klien untuk itu penulis menyarankan
pada klien dan keluarga agar memberikan makanan kesukaan klien yang
tidak bertentangan dengan program pengobatan.

b.

Dalam pelaksanaan diagnosa perubahan pola tidur penulis


menemui hambatan dimana klien tidak bisa tidur jika lampu terang dan
suasana yang bising sedangkan klien sendiri berada diruang rawat inap
dengan kapasitas ruangan dua tempat tidur. Pada hari pertama ada pasien
disebelah klien sehingga klien sulit tidur tetapi dengan diberikannya
penjelasan dan menjalankan rencana tindakan yang ada akhirnya klien bisa
mengerti.

26

BAB IV
P ENUTUP

1.

Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan beberapa Bab mengenai asuhan
keperawatan pada klien dengan kasus malaria tertiana yang dimulai dari
pengkajian sampai dengan tahap evaluasi di ruang rawat Inap P. Mangkai
RSAL Dr. Midyato.s Tanjungpinang pada tanggal 13 April 2015 sampai
dengan 16 April 2015, maka dengan ini penulis dapat menarik kesimpulan
sesuai dengan tahap tahap sebagai berikut :
1. Dalam Melakuan pengkajian, penulis tidak menemukan kesulitan karena
sebelumnya sudah terjalin hubungan dengan baik antara penulis dengan
klien , keluarga serta tim kesehatan yang lainnya, sehingga memudahkan
penulis dalam mendapatkan data baik data subjektif, objektif atau data
data penunjang lainnya.
2. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien, perlu disusun beberapa
tindakan dengan menerapkan rencana tindakan yang sesuai dengan
prioritas masalah yang ditemukan dan bertujuan untuk mengatasi masalah
kesehatan klien.
3. Dalam melakukan implementasi keperawatan terhadap klien di usahakan
tindakan di sesuaikan dengan perencanaan yang telah disusun dan kerja
sama antara perawat, klien, keluarga dan tim kesehatan lainya. Namun
demikian tidak semua perencanaan dapat dilakukan terhadap klien karena
disesuaikan dengan keadaan klien dan fasilitas yang ada.

27

4. Evaluasi keperawatan terhadap klien, dilakukan dengan membandingkan


antara hasil dan tujuan yang diterapkan dalam rencana keperawatan. Dari
kelima diagnosa yang penulis angkat. Semua mencapai tujuan yang
diharapkan.

2.

Saran
Adapun saran saran yang dapat penulis berikan dalam usaha keperawatan
pada klien malaria tertiana ini adalah :
1. Diharapkan kepada perawat dalam melaksanakan pengkajian dan asuhan
keperawatan pada klien, hendaknya dilakukan dengan cara pendekatan
serta hubungan saling percaya sehingga tujuan yang dicapai sesuai dengan
yang diharapkan
2. Dalam

melaksanakan

rencana

tindakan

keperawatan

diharapkan

terjalinnya kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga dan tim
kesehatan lainnya serta tersedianya fasilitas untuk melaksanakan tindakan.
3. Perawat hendaknya dapat membuat rencana keperawatan yang matang
sesuai dengan prioritas agar masalah klien teratasi dan memberikan asuhan
keperawatan secara komprenhensif yang meliputi kebutuhan bio,
psiko,social dan spiritual.
4. Masalah keperawatan yang belum tercapai hasil yang diharapkan
diperlukan kelanjutan oleh perawat perawat yang lain agar hasil yang
telah ditetapkan dapat tercapai.
5. Pentingnya memberikan penjelasan pada klien tentang proses penyakit,
penyebab, pencegahan penyakit serta komplikasi akibat malaria agar klien
melakukan control ulang
6. Perawat hendaknya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar
dapat memberikan pelayanan yang professional pada klien.

28

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes. Marilynnn E. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jalarta :
EGC.
Mansjoer, Arief, et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesulapius.
Price A. Sylvia, Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC
Hhtp://www.Infeksi.Com/malaria

29

MAKALAH
iii

MALARIA

DISUSUN OLEH :
RIKO DWI PUTRA
NIM : 071311044

Dosen Pembibing :
Nur Meity S. A, S. Kep, Ns, M. Kep, CWT

30

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH
TANJUNGPINANG
2015
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul
Malaria.
Dalam penulisan makalah ini penulis menemukan kesulitan, namun berkat
bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini sesuai dengan waktu yang diberikan. Untuk itu pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati izinkanlah saya untuk
menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada yang terhormat :
1. Drs. Heri Priatna, S.StFT.,SKM.,MM., selaku Direktur Akademi
Keperawatan Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Nur Meity S. A, S. Kep, Ns, M. Kep, CWT, selaku dosen pembimbing.
3. Rekan rekan seperjuangan angkatan 7 Stikes Hang Tuah Tanjungpinang,
Yang telah memberikan dukungan , semangat, bantuan dan kerja sama
dalam membuat makalah.
Penulis menyadari Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun
demi kesempurnaan. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua khususnya profesi keperawatan.

Tanjungpinang, Desember 2015

31

Penulis

Riko Dwi Putra


DAFTAR
i ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Metode Penulisan
Ruang Lingkup
Sistematika Penulisan

1
2
3
5
5

BAB II : TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar Penyakit..............................................................................
1. Pengertian.............................................................................................
2. Fisiologi Darah.....................................................................................
3. Etioogi...................................................................................................
4. Vektor Penyakit Malaria.......................................................................
5. Patofisilogi............................................................................................
6. Manifestasi Klinis.................................................................................
7. Gambaran Labolatorium.......................................................................
8. Komplikasi............................................................................................
9. Pengobatan............................................................................................
10. Pencegahan...........................................................................................

7
7
8
8
10
12
13
15
17
18
19

BAB III : PEMBAHASAN


A.
B.
C.
D.

Pengkajian.............................................................................................
Tahap Diagnosa Keperawatan..............................................................
Tahap Pencegahan.................................................................................
Tahap Implementasi..............................................................................

21
23
24
25

BAB IV : PENUTUP
1. Kesimpulan................................................................................................ 26
2. Saran.......................................................................................................... 27

32

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ iii

ii

Anda mungkin juga menyukai