Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT TROPIS

(MALARIA)
DALAM MEMENUHI PERSYARATAN MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

KELOMPOK 1

Chintya Dewi Rahmadhani (PO72201201674)


Dina Lestari (PO72201201675)
Firda Aulia Putri (PO72201201676)
Jamilah (PO72201201677)
Nabila Azzahwa (PO72201201684)
Novita (PO72201201687)
Sabrina Eka Saputri (PO72201201692)
Selvi Rachmatul Ummah (PO72201201694)
PEMBIMBING : DEWI PUSPA RIANDA, SST., MPH
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
PRODI DIII-KEPERAWATAN
TAHUN 2021
Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya bentuk aseksual didalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali (Harijanto, 2009).
Anatomi Fisiologi

Darah merupakan komponen esensial


makluk hidup yang berada dalam ruang
vascular, karena peranannya sebagai
media komunikasi antar sel ke berbagai
bagian tubuh dengan dunia luar karena
fungsinya membawa oksigen dari paru-
paru kejaringan dan karbondioksida dari
jaringan keparu-paru untuk dikeluarkan,
membawa zat nutrient dari saluran cerna
ke jaringan kemudian menghantarkan
hormone dan materi-materi pembekuan
darah (Tarwoto, 2008).
a. Karakteristik darah (Tarwoto, 2008)
1) Warna
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang berikatan dengan hemoglobin
dalam sel darah merah. Darah vena berwarna merah tua/gelap karena kurang oksigen dibanding
dengan darah arteri.
2) Viskositas
Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066.
3) pH
pH darah bersifat alkalin dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral 7.00).
4) Volume
Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB, atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.
5) Komposisi
a) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian besar terdiri dari air (92%), 7% protein,
1% nutrien, hasil metabolisme, gas pernapasan, enzim, hormon-hormon, faktor pembekuan dan
garam-garaman organic.

b) Sel-sel darah/ butir-butir darah (bagian padat) kira-kira 45%, terdiri atas eritrositatau sel darah
merah (SDM) atau red blood cell (RBC), leukosit atau sel darah putih (SDP) atau white blood cell
(WBC), dan trombositplatelet.
5) Komposisi
a. Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian besar terdiri dari air (92%), 7% protein, 1%
nutrien, hasil metabolisme, gas pernapasan, enzim, hormon-hormon, faktor pembekuan dan garam-
garaman organic. Protein-protein dalam plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1 globulin, alpha-2
globulin, beta globulin dan gamma globulin), fibrinogen, protombine dan protein essensien untuk koogulasi.
Serum albumin dan gamma globulin sangat penting untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid dan
gamma globulin juga mengandung antibody (immnuglobulin) seperti IgM, IgG, IgA, dan IgE untuk
mempertahankantubuh terhadap mikroorganisme.

b. sel-sel darah / butir-butir darah (bagian padat) kira-kira 45% terdiri atas eritrosit atau sel darah
merah (SDM) atau red blood cell (RBC), leukosit atau sel darah putih (SDP) atau white blood cell (WBC) dan
trombosit platelet. Sel darah merah merupakan unsur terbanyak dari sel darah (44%) sedangkan sel darah
putih dan trombosit 1%. Sel darah putih terdiri dari basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit dan monosit
b. Struktur sel darah
1) Sel darah merah (Eritrosit)
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan
diameter sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan
bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran
yang sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi diffusi oksigen,
karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel.
Dalam setiap militer kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Sel
darah merah matang mengandung 200-300 juta hemoglobin
(terdiri hem merupakan gabungan protoporfirin dengan besi dan
globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa
dan 2 rantai beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6 –
phosphate dehydogenase). Hemoglobin adalah protein berpigmen
merah yang terdapat dalam sel darah merah.
jumlah eritrosi normal laki-laki yaitu 4,5-5,5
Sel darah merah dibentuk dalam sum-sum tulang terutama dari tulang pendek, pipih dan tidak
beraturan dan jaringan kanselus pada ujung tulang pipa dan dari sum-sum dalam batang iga, iga dan
dari sternum (Evelyn C. Piere, 2006)
Sel darah merah biasanya bersikulasi selama 120 hari, septum menjadi rapuh dan mudah pecah.
Walaupun sel darah merah matang tidak memiliki nukleat, mitokondria ataupun retikulum
endoplasma, enzim sitoplasmanya mampu mengkonsumsi ATP untuk waktu yang terbatas ini. Fragmen
sel darah merah yang rusak atau terdisintegrasi akan mengalami fatogenesis oleh mikrofag dalam
limfa, hati, sum-sum tulang dan jarngan tubuh lain. Penghancuran sel darah merah dapat terjadi dalam
bentuk sebagai berikut :
1. Globin (bagian protein ) Hg A terdegredasi menjadi asam amino kemudian akan diperbaharui
untuk sintesis protein seluler.
2. Hem (bagian yang mengandung zat besi) dirubah menjadi biliverdin (pigmen hijau) dan kemudian
menjadi bilirubin (pigmen kuning) yang lepas kedalam plasma, bilirubin diserap hati dan disekresi
dalam empedu
3. Sebagian besar zat besi yag dileps oleh hem akan diambil untuk diperbaharui dalam proses
sintesis Hg A selanjutnya (Etheel Sloan, 2004)
2) Sel darah putih
Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit
5000- 10000 sel/mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu yang
granulosit dan yang agranulosit. Granulosit ialah sel darah putih
yang didalam sitoplasmanya terdapat granula, seperti eusinofil,
basofil dan netrofil. Agranulosit yaitu sel darah putih yang hanya
memiliki inti satu lobus dan sitoplasmanya bebas dari granula,
seperti limfosit dan monosit.

3) Trombosit
Trombosit merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram
dengan diameter 2-5 um, berasal dari pertunasan sel raksasa
berinti banyak megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang.
Pada keadaan normal jumlah trombosit sekitar 150.000-
300.000/mL darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1-2
minggu atau kirakira 8 hari. Trombosit tersusun atas substansi
fospolifid yang penting dalam pembekuan dan juga menjaga
keutuhan pembuluh darah serta memperbaiki pembuluh darah
kecil yang rusak.
c. Hemopoisis (hematopoisis)
Hemopoisis adalah proses pembentukan dan pematangan darah. Organ-organ yang
penting dalam hemopoisis adalah:

1) Limpa
Limpa berada dibawah diafragma sebelah kiri dari lambung. Tersusun atas 3 tipe jaringan
yaitu white pulp, red pulp dan marginal pulp, yang semua berperan dalam keseimbangan
pembentukan dan pemecahan sel darah.

2) Hati
Hati merupakan organ sangat penting dalam eritropoisis, terutama jika produksi sel
darah merah dalam susum tulang tidak normal.
d. Fungsi darah
1) Transport internal, Darah membawa berbagai macam substansi untuk fungsi metabolisme.
a) Respirasi. Gas oksigen dan karbondioksida dibawah oleh hemoglobin dalam sel darah merah
dan plasma, kemudian terjadi pertukaran gas di paru-paru.
b) Nutrisi, nutrient/zat gizi diabsorpsi dari usus, kemudian dibawa dalam plasma kehati dan
jaringan-jaringan lain yang digunakan untuk metabolisme.
c) Sekresi. Hasil metabolisme dibawa plasma kedunia luar melalui ginjal.
d) Mempertahankan air, elektrolit dan keseimbangan asam basa dan juga berperan dalam
hemoestasis.
e) Regulasi metabolisme, hormon dan enzim atau keduanya mempunyai efek dalam
mengaktivitas metabolisme sel, dibawa dalam plasma.
2) Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme, yang merupakan fungsi dari sel darah putih.
3) Proteksi terhadap cedera dan perdarahan Proteksi terdahap respon peradangan local
terhadap cedera jaringan. Pencegahan perdarahan merupakan fungsi dari trombosit
karena adanya faktor pembekuan, fibrinolitik yang ada dalam plasma.
4) Mempertahankam temperatur tubuh Darah membawa panas dan bersirkulasi keseluruh tubuh.
Hasil metabolisme juga menghasilkan energi dalam bentuk panas
(Tarwoto, 2008).
Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium dan
ditularkan oleh nyamuk species anopheles betina. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi
eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit.
Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina (Harijanto, 2009).
Genus Plasmodium merupakan penyebab penyakit malaria yang mempunyai keunikan
karena memiliki 2 hospes, yakni manusia sebagai hospes intermediate dan nyamuk anopheles
sebagai hospes definitif.
Selain di tularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti orang lain melalui
bawaan lahir dari ibu ke anak, yang disebabkan karena kelainan pada sawar plasenta yang
menghalangi penularan infeksi vertikal.
Metode penularan lainya adalah melalui jarum suntik, yang banyak terjadi pada pengguna
narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara tidak steril.
Model penularan infeksi yang terakhir adalah melalui tranfusi darah. Disebutkan dalam
literatur bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi
karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati (Widoyono, 2008).
5 Spesies Plasmodium yang dapat menginfeksi manusia

1. Plasmodium falciparum 2. Plasmodium vivax

Plasmodium falsiparum merupakan jenis yang


Plasmodium ini menyebabkan penyakit
paling berbahaya karena siklus perkembangan
tertian yang ringan dimana demam terjadi
yang cepat merusak sel darah merah dan dapat
setiap tiga hari. Parasit ini bisa dorman di hati
menyumbat aliran darah sehingga dapat
manusia “hipnozoid” dan dapat kambuh
mengakibatkan anemia dan cerebral. Masa
setelah beberapa bulan bahkan tahun. Masa
inkubasi sekitar 9-14 hari.
inkubasi 14-17 hari
Ciri dan gejalanya ialah timbul demam itermiten
Ciri dan gejalanya ialah demam tigashari
atau kontinu, demam tiap 24-48 jam, anemia,
sekali dengan puncak demam setiap 72 jam,
splenomegali, parasitemis yang banyak dan sering
panas yang irreguler, anemis, splenomegali.
terjadi komplikasi
3. Plasmodium 4. Plasmodium
5. Plasmodium knowlesi
ovale malariae

Parasit ini merupakan kasus baru yang


Menyebabkan malaria
Plasmodium ovale banyak ditemukan hanya ditemukan di Asia Tenggara,
kuartana. Siklusnya berada penularannya melalui monyet (monyet
di Afrika terutama Afrika Barat dan
di sel darah merah terjadi berekor panjang, monyet berekor coil)
pulau-pulau di Pasifik Barat, morfologi
selama 72 jam dan dan babi yang terinfeksi. Siklus
mirip Plasmodium vivax. Memberikan perkembangannya sangat cepat
menimbulkan demam
infeksi yang paling ringan dan dapat bereplikasi 24 jam dan dapat menjadi
setiap empat hari. Masa
sembuh spontan tanpa pengobatan, sangat parah. P. knowlesi dapat
inkubasi 12-14 hari
menyebabkan malaria ovale. Masa menyerupai baik Plasmodium falciparum
inkubasi tergantung pada daya tahan atau Plasmodium malariae. Masa
Ciri dan gejalanya ialah inkubasi 9-12 hari.
tubuh dan spesies plasmodiumnya.
demam tiga hari sekali,
Bisanya sekitar 11-16 hari
nyeri pada kepala dan Ciri dan gejalanya ialah demam, sakit
punggung, mual, kepala sebagai manifestasi klinis utama.
Ciri dan gejalanya ialah demam dengan Manifestasi berat berupa hipotensi,
pembesaran limfa dan
manifestasi klinis ringan. distress pernapasan, gagal ginjal akut,
malaise umum hiperbilirubinemia dan syok.
Manisfestasi
Klinis
1. Demam periodik,

Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa : kelesuhan, malaise, sakit
kepala, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia (hilang nafsu
makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin. Keluhan prodromal
sering terjadi pada Plasmodium vivax dan ovale, sedang pada plasmodium falcifarum dan
malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.

a. periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan
selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi
saling terantuk, diikuti dengan meningkatnya temperatur

b. periode panas :penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa
jam, diikuti dengan keadaan berkeringat

c. periode berkeringat : penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita
merasa sehat.
2. Anemia
Gejala anemia merupakan gejaia yang sering dijumpai. Derajat malaria
tergantung pada species penyebab yang paling berat adalah karena
Falciparum. Beberapa mekanisme terjadinya anemia adalah:
a. Pengerusakan eritrosit oleh parasit
b. Hambatan eritropoesis yang sementara
c. Hemolisis karena proses complemen mediatel immune complex
d. Eritrofagositosis
e. Penghambatan pengeluaran retikulosit

3. Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik, limpa akan teraba
setelah 3 hari dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan
hiperemis. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras
karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang
bertambah
Komplikasi
Menurut Widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit malaria sebagai
berikut :

a. Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan kesadaran. Pada orang dewasa
GCS ≤11, sedangkan pada anak berdasarkan Blantyre Coma Scale≤3, atau koma >30 menit setelah
serangan kejang yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.

b. Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/uL. Bila
anemia hipokromik mikrositik, harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia, atau
hemoglobinopati lainnya.

c. Gagal ginjal akut (urin <400 mL/24 jam pada orang dewasa atau <1 mL/kgBB/jam pada anak
setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin darah meningkat>3 mg%).

d. Edema paru atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).

e. Hipoglikemia : gula darah <40 mg%.

f. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <70 mmHg, disertai keringat dingin.
g. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.

h. Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia.

i. Asidema (pH <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmol/L).

j. Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan karena obat


antimalaria pada seseorang dengan defisiensi Glukosa-6- Posfat Dehidrogenase)
(Widoyono, 2008).
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan
1) Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan, dan suhu).
2) Cairan dan elektrolit
Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam penanganan malaria, biasanya diberikan
cairan 1500-2000 cc/hari apalagi bila sudah terjadi malaria berat. Pemberian cairan yang tida adekuat
akan menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut. Sebaliknya pemberian cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan udema paru. Cairan yang biasa digunakan adalah dextrose 5% untuk menghindari
hipoglikemi khususnya pada pemberian kina. Bila dapat diukur kadar elektrolit (natrium),
dipertimbangkan pemberian NaCl bila diperlukan.
3) Nutrisi
Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak. Diit lunak yang diberikan mengandung protein,
energy dan zat gizi lainnya. Makanan yang diberikan dalam bentuk mudah dicerna , rendah serat dan
tidak mengandung bumbu yang tajam.
4) Eliminasi
Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan eliminasi tapi pada malaria berat terjadig
angguan eliminasi BAK yaitu hemoglobinuria dan gangguan eliminasi BAB yaitu diare.
5) Aktifitas dan istirahat
Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas yang dibatasi, mengatur posisi yang nyaman
bagi pasien.
6) Bila terjadi anemia diberi tranfusi darah.
7) Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres alcohol dan air es) dan bila pasien menggigil
berikan selimut.
b. Penatalaksanaan non medis
1) Menggunakan kelambu pada waktu tidur.
2) Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk.
3) Menggunakan pembasmi serangga.
4) Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat tinggal diusahakan
jauh dari kandang ternak.
5) Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar lebih
jauh.
6) Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan memberantas sarang
nyamuk.
7) Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan
serta genangan air.
8) Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obati anti atau menebarkan ikan
pemakan jentik.
9) Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa sepanjang pantai
(Irianto, 2011)
c. Penatalaksanaan medis
Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit malaria terhadap obat malaria, maka
obat malaria dibagi lima golongan, yaitu :
1) Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamin dapat membasmi parasit praeritrosit,
sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam eritrosit.
2) Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat membasmiparasit daur eksoeritrosit dan
bentuk-bentuk jaringan plasmodium vivax dan ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal
infeksi ini bagi anti relaps.
3) Skizontisida darah; membasmi parasit yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala
klinik. Skizontisida darah yang ampuh adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin, sedangkan yang
efeknya terbatas adalah proguanil dan pirimetamin.
4) Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual, termasuk stadium gametosit
plasmodium falcifarum, juga mempengaruhi perkembangan parasit malaria dalam nyamuk
Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida bersifat sporontosida. Primakuin adalah
gametositosida untuk keempat spesies, sedang kina, klorokuin, dan amodiakuin adalah
gametositosida untuk plasmodium vivax, ovale dan malariae.
5) Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk ookista
dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini ialah
primakuin dan poquanil.
Gigitan nyamuk Anopheles betina

WOC Sporozoit masuk kedalam tubuh

Menginvassi sel parenkim hepar

Terjadi pembelahan Inti

Merozoite lepas

Masuk ke sirkulasi darah

Protein Membran Kopensasi Tubuh


Menginfeksi Eritrosit
eritrosit terinfeksi

Lemas
Peningkatan Kasus Eritrosit pecah Peningkatan
pada reseptor Metabolisme

Sumbatan Kapiler Peningkatan suhu Keletihan


tubuh
HB Menurun
Penurunan Aliran
Darah MK : MK : INTOLERANSI
HIPERTERMI AKTIVITAS
Lanjutan Kadar O2 dalam
darah menurun

Ginjal Serebral
Sirkulasi jaringan
terganggu
Darah ke ginjal Hipoksia
mengalami penurunan Jaringan

Produksi Urine Penurunan MK :


menurun Kesadaran KETIDAKEFE
KTIFAN
PERFUSI
JARINGAN
MK : GANGGUAN POLA OTAK
ELIMINASI URINE
Prioritas Masalah Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak


2. Hipertermi
3. Gangguan pola eliminasi urine
4. Intoleransi aktivitas
Asuhan Keperawatan pada Malaria
Menurut Marilyn Dongoes tahun 2000 adalah
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan produktifitas, Penurunan semangat untuk bekerja,
Kebutuhan untuk tidur dan istiraht lebih nyenyak
Tanda : Takikardi/takipnea, letargi, lesu, kelemahan otot dan penurunan kekuatan, keletihan, opistotonus

b. Sirkulasi
Gejala : Batuk, diaforesis, pegal, mengigil, kebas, badan terasa panas
Tanda : TD normal/menurun, takikardi/brakikardia, diaforesis, suhu badan meningkat, mengigil seluruh badan dan
bergetar, gigi saling terantuk, sianosis, membran mukosa kering, kunjungtiva anemia, sklera ikterus, bibir kering,
hemoglobin rendah, trombositopeni

c. Integritas ego
Gejala : Tinggal di daerah tropis, ansietas, perasaan tidak berdaya, putus asa
Tanda : Gelisah, letupan suasana hati, cemas, marah, tidak sabar

d. Eliminasi
Gejala : Diare, melena, albuminuria, hialin dan kristal yang granuler, poliuria, hialin, kristal granuler, perut tidak
enak
Lanjutan
Tanda : Nyeri pada perabaan limpa Poliuri, hialin, kristal granuler Limpa teraba pada palpasi

e. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia, nyeri epigastrium, muntah, mual, kehilangan berat badan, perut tidak enak
Tanda : Perubahan berat badan, turgor kulit jelek, mukosa kering, bibir kering, kulit kering. limpa membesar,
hepatomegali, dehidrasi, angka metabolik meningkat

f. Higiene
Gejala : Kesulitan/ketergantungan dalam melakukan beberapa hal dari kebutuhan sehari-hari, menggunakan alat
bantu khusus/jasa pelayan secara khusus
Tanda : Kebiasaan personal yang buruk yang menimbulkan penampilan yang lusuh

g. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, pusing, nyeri tubuh, kelemahan, mengigil, terasa capek
Tanda : Syok, delirium, malaise, apatis, somnolen, perdarahan dalam otak, vasokontriksi perifer, plasma meningkat

h. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejal : Nyeri kepala, epigastrium, tubuh, nyeri tekan pada limpa, perut tidak enak, berdebar
Tanda : Perilaku distraksi Gelisah
Lanjutan
i. Pernafasan
Gejala : Batuk, syok, hipoksia
Tanda : Respirasi meningkat, edema paru, sianosis/pucat, pneumoni

j. Keamanan
Gejala : Demam, nyeri tubuh, diaforesis, dingin pada punggung
Tanda : Suhu tubuh meningkat, diaforesis, integritas kulit kering, kulit kemerahan

k. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan hematologi
1) Kadar hemoglobin menunjukkan adanya anemia dari derajat ringan sampai berat, jumlah leukosit normal atau
lekopenia, LED meningkat, trombosit normal

2) Pemeriksaan mikroskopis/parasitologis miroskopis sediaan darah tebal dan sediaan tipis merupakan pemeriksaan
yang terpenting. Hitung parasit tetes tebal dihitung berdasarkan leukosit, sediaan tipis malaria dan parasit
plasmodium dihitung per 1000 eri atau IQOOOeritrosit

3) Pemeriksaan imunoserologis pemeriksaan kimia klinis menunjukkan tanda infeksi malaria tetapi pemeriksaan
mikroskopis negatif

4) Pemeriksaan biokimiawi/kimia klinis antara lain bilirubin, kreatinin, ureum, glukosa darah, urinalis termasuk
adanya hemoglobinuria, faal koagulasi
Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dan suhu tubuh
3. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan penurunan produksi urine
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Intervensi / Implementasi
No Diagnosa keperawatan Noc Nic
1 Ketidakefektifan perfusi jaringan otak Status sirkulasi Terapi oksigen
Kriteria hasil : - Periksa mulut, hidung dan sekret
Definisi - Tekanan sistol dan diastol dalam trakea
Keadaan ketika individu mengalami rentang yang diharapkan - Pertahankan jalan napas yang
penurunan sirkulasi jaringan otak - Tidak ada ortostatikhipertensi paten
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan - Atur peralatan oksigenasi
Batasan karakteristik : tekanan intrakranial - Monitor aliran oksigen
- Penurunan kesadaran - Mempertahankan tekanan - Pertahankan posisi pasien
- Perubahan tanda vital intrakranial - Observasi tanda-tanda hipoventilasi
- Papila edema - Tekanan darah dalam rentang - Monitor adanya kecemasan pasien
- Perubahan pola nafas normal terhadap oksigen
- Hasil pemeriksaan CT scan adanya - Tidak ada nyeri kepala
edema serebri, Hematoma - Tidak ada muntah Monitoring peningkatan
- Gangguan oklusif - Memonitor tingkat kesadaran intrakranial
- Hemoragic - Monitor tekanan perfusi serebral
- Vasospasme serebral - Catat respon pasien terhadap
- Edema serebral stimulasi
- Monitor tekanan intrakranial pasien
Berhubungan dengan : dan respon neurologi terhadap
- Aliran arteri terhambat aktifitas
- Reduksi mekanis dari aliran vena/arteri - Monitor intake dan output cairan
- Kerusakan transportasi oksigen - Kolaborasi dalam pemberian
melewati kapiler/alveolar antibiotic
No Diagnosa keperawatan Noc Nic
- Posisikan pasien pada posisi semi
fowler
- Minimalkan stimulasi dari ilngkungan

Monitoring tanda vital


- Monitor TD, nadi, suhu dan RR
- Monitor vital sign saat pasien berbaring,
duduk, dan berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monior adanya cushling triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifiksi penyebab dari perubahan vital
sign
No Diagnosa keperawatan Noc Nic

2 Hipertermia Termoregulasi Pengaturan suhu : perioperatif


Kriteria hasil : - Monitor tanda-tanda vital
Definisi : - Suhu tubuh dalam rentang - Monitor suhu berkali-kali jika
Suhu inti tubuh diatas kisaran normal normal diperlukan
- Nadi dan RR dalam rentang - Pantau pemantauan suhu secara
Batasan karakteristik : normal berkelanjutan
- Kulit kemerahan - Tidak ada perubahan warna kulit - Pantau warna kulit dan suhu
- Hipotensi - Temperatur kulit - Pantau untuk penurunan tingkat
- Gelisah - Temperatur tubuh kesadaran
- Letargi - Tidak adanya sakit kepala - Pantau aktitas berlebihan
- Kejang - Tidak adanya kejang pada otot - Monitor kadar WBC, Hgb dan Hct
- Kulit terasa hangat - Berkeringat ketika panas - Pantau intake dan output
- Mengigil ketika dingin - Pantau adanya abnormalitas elektrolit
Faktor yang berhubungan : - Kecukupan hidrasi - Tutup pasien dengan selimut jika
- Dehidrasi hanya diperlukan
- Aktivitas berlebihan - Atur pengobatan dengan anti piretik
- Pakaian yang tidak sesuai jika diperlukan
- Pemajanan suhu lingkungan tinggi - Tingkatkan sirkulasi udara dengan
- Penyakit menggunakan kipas angin
- Peningkatan laju metabolisme - Berikan pengobatan yang tepat untuk
- Agens farmaseutika mencegah atau mengontrol gemetaran
- Trauma - Atur oksigen, jika diperlukan
No Diagnosa keperawatan Noc Nic

3 Gangguan pola eliminasi urine Urinary elimination Urinary Retention Care


Urinary contiunence - Lakukan penilaian kemih yang
Definisi komprehensif berfokus pada
Disfungsi pada eliminasi urine Kriteria hasil : inkontinensia (misalnya output urine,
- Kandungan kemih kosong secra pola berkemih, fungsi kognitif dan
Batasan karakteristik : penuh masalah kencin praeksisten)
- Disuria - Tidak ada residu urine > 100-200 - Memantau penggunaan obat dengan
- Anyang-anyangan cc sifat antikolinergik atau property alpha
- Inkonteninsia - Intake cairan dalam rentang agnois
- Nokturi ritensi normal - Memonitor efek dari obat-obatan yang
- Bebas dari ISK diresepkan, seperti calcium channel
Faktor yang berhubungan - Tidak ada spasme bledder blockers dan antikolinergik
- Obstruksi anatomic - Balance cairan seimbang - Gunakan kekuatan sugesti dengan
- Penyebab multiple menjalankan air atau disiram toilet
- Gangguan sensori motoric - Merangsang refleks kandung kemih
- Infeksi saluran kemih dengan perut
- Gunakan spirit wintergreen di pispot
atatu urinal
- Menyediakan menaeuver crede yang
diperlukan
- Gunakan double-void tenik
- Masukkan kateter kemih, sesuai
- Anjurkan pasien atau keluarga untuk
merekam output urine, sesuai
No Diagnosa keperawatan Noc Nic

- Instruksikan cara-cara untuk


menghindari konstipasi atau impaksi
tinja
- Memantau asupan dan keluaran
- Memantau tingkat distensi kandung
kemih dengan palpasi dan perkusi
- Membantu dengan toilet secara
berkala
- Memasukkan pipa ke dalam lubang
tubuh untuk sisa
- Menerapkan kateterisasi intermiten
- Merujuk ke spesialis kontinensia
kemih
No Diagnosa keperawatan Noc Nic

4 Intoleran aktifitas Energy conservation - Monitor respon fisik, emosi,


- Menunjukkan keseimbangan sosial dan spiritual
Definisi antara aktivitas dengan - Kolaborasi dengan tenaga
Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk istirahat rehabilitasi medik
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan - Menggunakan teknik - Membantu klien untuk
sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan - Mengenali keterbatasan mengidentifikasi aktivitas
energi yang mampu dilakuan
Batasan karakteristik : - Menyesuaikan gaya hidup - Membantu untuk memillih
- Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas sesuai tingkat energi aktivitas konsisten
- Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas - Saturasi oksigen normal - Dorong pasien untuk
- Perubahan elektrokardiogram (EKG) - TTV normal mengungkapkan perasaan
- Ketidaknyamanan setelah beraktivitas - Tidak sesak nafas tentang keterbatasannya
- Dispnea setelah beraktivitas - Dapat melakukan ADL - Observasi nutrisi sebagai
- Keletihan sumber energi yang adekuat
- Kelemahan umum - Batasi stimulus lingkungan
- Hindari aktivitas selama
Faktor yang berhubungan : periode istirahat
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan - Dorong pasien untuk
oksigen melakukan aktifitas sesuai
- Imobilitas sumber energi
- Tidak pengalaman dengan suatu aktivitas - Bantu pasien atau
- Fisik tidak bugar keluarganya untuk
- Gaya hidup kurang gerak menentukan tujuan akhir
yang realistis
Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari seluruh pendokumentasian proses asuhan keperawatan.
Pada tahap ini seluruh proses keperawatan dinilai serta dievaluasi atau menilai apakah proses
keperawatan sudah berjalan dengan baik dan benar, ataukah sudah mencapai tujuan yang diinginkan
(Prabowo, 2017). Tujuan evaluasi ialah untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai
tujuan, menentukan apakah tujuan sudah tecapai atau belum, dan mengkaji penyebab jika tujuan
belum tercapai.Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilakukan segera setalah melakukan tindakan keperawatan sedangkan evaluasi sumatif
adalah evaluasi yang dilakukan setelah perawat melakukan serangkaian tindakan keperawatan.
Evaluasi disusun menggunakan metode SOAP yaitu subjective, objective, analisys dan planning.
Thanks!
Does anyone have any questions?

Anda mungkin juga menyukai