LANDASAN TEORITIS
6
7
4) Plasma Darah
Merupakan komponen terbesar dalam darah dan merupakan
bagian darah yang cair, tersusun dari air 91%, protein
plasma darah 7%, asam amino, lemak, glukosa, urea, garam
sebanyak 0,9%, dan hormon, antibodi sebanyak 0,1%.
Protein Plasma mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-
satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus
membran kapiler untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein
plasma yang utama :
a. Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60%
tetapi ukurannya paling kecil. Albumin di sintesis di
dalam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotik
koloid darah. Mempertahankan tekanan osmotik agar
normal (25 mmHg).
b. Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan
beta globulin disintesis di hati, dengan fungsi utama
sebagai molekul pembawa lipid, beberapa hormone,
berbagai subtrat, dan zat penting lainnya. Gamma globulin
(immunoglobulin) fungsi utama berperan sebagai
antibodi.Berfungsi mengangkut sari makanan ke sel-sel
serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat
pembuangan selain itu plasma darah juga menghasilkan
zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.
2.2 Anemia
2.2.1 Pengertian
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, berakibat
pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi
harus di ingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter
tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi,
pendarahan akut, dan kehamilan. Oleh Karena itu dalam diagnosis
anemia tidak cukup hanya sampai kpada label anemia tetapi harus dapat
ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut (Sudoyo
Aru, dkk. 2009).
Anemia adalah defisiensi sel darah erah yang dapat disebabkan oleh
kehilangan sel darah merah terlalu banyak atau pebentukan sel darah
merah terlalu lambat. Pada anemia berat, viskositas darah dapat turun
sampai kurang dari setengah dari nilai normal yang menurunkan
resistensi aliran darah dalam pembuluh perifer sehingga jauh lebih
banyak darah kembali ke jantung (Syaifuddin,2012). Anemia adalah
pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan
volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah (Muttaqin,
2009).
2.2.2 Klasifikasi
Menurut Nanda Nic Noc (2015), klasifikasi anemia menurut
Etiopatogenesis
2.2.2.1 Anemia Karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum
tulang
a. Kekuranga bahan esensial pembentukan eritrosit
1) Anemia defisiensi besi
2) Anemia defisiensi asam folat
3) Anemia defisiensi vitamin B12
b. Gangguan penggunaan besi
1) Anemia akibat penyakit kronik
2) Anemia sideroblastik
c. Kerusakan sumsum tulang
1) Anemia aplastic
2) Anemia mieloplastik
3) Anemia pada keganasan hematologi
4) Anemia diseritropoitik
5) Anemia pada sindrom mielodisplastik
Anemia akibat kekurangan eritroprotein: anemia pada gagal
ginjal kronik.
2.2.2.2 Anemia akibat hemorologi
a. Anemia pasca pendarahan akut
b. Anemia akibat pendarahan kronik
2.2.2.3 Anemia hemolitik
a. Anemia hemolitik intrakospuskular
1) Gangguan membrane eritrosit
2) Gangguan enzim eritrosit: aneia akibat defisiensi G6PD
3) Gangguan hemoglobin
b. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
1) Anemia hemolitik autoimun
2) Anemia hemolitik mikroangiopatik
Menurut Tartowo dan Wartonah (2008), klsifikasi anemia
berdasarkan penyebabnya dikelompokan menjadi tiga kategori
yaitu:
a) Anemia karena hilangnya sel darah merah, terjadi akibat
pendarahan karena berbagai sebab seperti perlukaan,
pendarahan gastrointestinal, pendarahan uterus, pendarahan
hidung, pendarahan akibat operasi.
b) Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah,
disebabkan karena kekurangan unsur penyusun sel darah
merah (asam folat, vitamin B12 dan zat besi), gangguan
fungsi sumsum tulang, tidak adekuatnya stimulasi karena
berkurangnya eritropoitin (pada penyakit ginjal kroik).
c) Anemia karena meningkatnya destruksi/kekurangan sel
darah merah, dapat terjadi karena overaktifnya
Reticuloendothelial System (RES).
2.2.3 Etiologi
Anemia disebabkan oleh karena gangguan pembentukan eritrosit oleh
sumsum tulang, kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan), proses
penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (Nanda Nic Noc,
2015).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2008), penyebab anemia adalah :
2.2.3.1 Genetik
a. Hemoglobinopati
b. Thalasemia
c. Abnormal enzim glikolotik
d. Fanconi anemia
2.2.3.2 Nutrisi
a. Defisiensi besi, defisiensi asam folat
b. Defisiensi vitamin B12
c. Alkoholis, kekurangan nutrisi
2.2.3.3 Perdarahan
2.1.4.4 Immunologi
2.1.4.5 Infeksi
a. Hepatitis
b. Cytomegalovirus
c. Parvovirus
d. Clostrida
e. Sepsis gram negative
f. Malaria
g. Toksoplasmosis
2.2.4 Patofisiolgi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulang (misalnya, berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, terpapar zat toksik, invasi tumor, atau kebanyakan
akibat idiopatik. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolysis. Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat terjadi
akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
normal atau akibat beberapa faktor di luar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi)
terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial,
terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek samping proses ini, bilirubin,
yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma.
Perdarahan hemolisis
Kekurangan nutrisi
(destruksi sel darah merah)
Kegagalan sumsum tulang
Kehilangan sel darah merah
Anemia
Resiko infeksi
Penurunan transport O2
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi anemia menurut Muttaqin (2009) sebagai berikut :
2.2.6.1 Gagal jantung
Pembesaran jantung pada penderita anemia telah ditemukan sejak
satu abad yang lalu. Anemia akan menginduksi terjadinya
mekanisme kompensasi terhadap penurunan konsentrasi Hb untuk
memenuhi kebutuhan oksigen jaringan. Pada keadaan anemia,
jantung akan meningkatkan venois terurn maka sesuai mekanisme
Frank-Starling, jantung akan meningkatkan stroke volume sehingga
dapat terjadi hipetrofi ventrikel kiri, dengan myofibril jantung yang
memanjang, gagal jantung kongestif, kejadian gagal jantung
berulang dan kematian.
2.2.6.2 Gagal ginjal
Berkurangnya asupan oksigen ke jaringan misalnya pada ginjal akan
terjadi kerusakan ginjal yang menyebabkan gagal ginjal.
2.2.6.3 Hipoksia
Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai
fisiologik. Hb berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh
tubuh, jika terjadi penurunan Hb maka akan terjadi hipoksia bahkan
dapat menyebabkan kematian.
2.2.6.4 Anemia pada ibu hamil
Seorang wanita yang menderita anemia kemungkinan besar akan
melahirkan bayi yang mempunyai persendian zat besi sedikit atau
tidak mempunyai persendian zat besi sama sekali di dalam tubuhnya.
Selain itu, anemia pada ibu hamil juga dapat megakibatkan daya
tahan ibu menjadi rendah terhadap infeksi.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tartowo dan Wartonah (2009) untuk menentukan adanya kelainan
darah perlu dilakukan test diagnostik dan pemeriksaan darah. Beberapa
istilah yang lazim dipakai dalam pemeriksan darah diantaranya :
a. Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah, dinyatakan
sebagai jumlah sel per mm kubik.
b. Hitung jenis sel darah yaitu menentukan karakteristik morfologi darah
maupun jumlah sel darah.
c. Pengukuran hematokrit atau volume sel padat, menunjukan volume darah
lengkap. Pengukuran ini menunjukan presentasi sel darah merah dalam
darah.
d. Hitung leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1 mm darah
e. Hitung trombosit adalah jumlah eukosit dalam 1 mm darah.
f. Pemeriksaan pada sumsum tulang yaitu dengan melakukan aspirasi dan
biopsi pada sumsum tulang, biasanya pada sternum, prosesus spinosus
vertebrata, dan posterior. Pemeriksaan sumsung dilakukan jika tidak
cukup data-data yang diperoleh untuk mendiagnosa penyakit pada sIstem
hemotologik.
g. Pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan untuk mengukur kadar unsur-
unsur yang perlu bagi perkembangan sel-sel darah merah seperti kadar
besi serum, vitamin B12, dan asam folat.