Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

I. KONSEP TEORI
a. Anatomi Fisiologi.
Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh
darah yang berwarna merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap
tergantung pada banyaknya O₂ dan CO₂ di dalamnya. Darah yang mengandung
CO₂ warnanya merah tua. Adanya O₂ dalam darah diambil dengan jalan
bernafas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran / metabolisme
dalam tubuh. Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja
atau pompa jantung dan selama darah berada dalam pembuluh darah maka akan
tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi
beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan kedalam darah
tersebut sedikit obat anti pembekuan / sitras natrikus. Keadaan ini sangat
berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah. Pada tubuh
yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak 4 - 5 liter. Keadaan
jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan,
keadaan jantung atau pembuluh darah. Fungsi darah terdiri atas :
1. Sebagai alat pengangkut yaitu :
a) Mengambil O₂ / zat pembakaran dari paru - paru untuk diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh.
b) Mengangkat CO₂ dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan/alat tubuh.
d) Mengangkat / mengeluarkan zat - zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat-zat
antiracun.
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
Bagian-bagian darah terdiri atas Air 91%, Protein 3% ( Albumin, Globulin,
protombin, dan fibrinogen ), Mineral 0,9% ( Natrium Klorida, Natrium
Bikarbonat, Garam Fosfat, Magnesium, Kalsium dan zat besi ), Bahan Organik
0,1% ( glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolestrol dan asam amino ). Jika
darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair berwarna merah, tetapi
apabila dilihat dibawah mikroskop maka nyatalah bahwa dalam darah terdapat
sel-sel darah, sedangkan cairan berwarna kekuning-kuningan disebut plasma.
Jadi darah terdiri dari 2 bagian yaitu: sel– sel darah ada 3 macam ( eritrosit,
leukosit, trombosit ) dan plasma darah.
1. Eritrosit ( Sel Darah Merah ).
Berbentuk seperti cakram / bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Ukurannya ±
7,7 unit ( 0,007mm ) diameter. Tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5
juta dalam 1mm ( 4½ juta ). Warnanya kuning kemerah-merahan karena
didalamnya banyak mengandung O₂. Fungsinya adalah mengikat darah dari
paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat CO₂
dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru- paru. Pengikatan O₂ dan
CO₂ ini dikerjakan oleh Hemoglobin yang telah bersenyawa dengan O₂
disebut Oksihemoglobin (Hb + O₂→ HbO₂) jadi O₂ diangkat dari seluruh
tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan, akan
dilepaskan HbO₂→ Hb+ O₂ dan seterusnya Hb tadi akan mengikat dan
bersenyawa dengan CO₂ dan disebut Karbondioksihemoglobin (Hb + CO₂→
HbCO₂) yang mana CO₂ akan dilepaskan di paru-paru. Tempat pembuatan:
sel darah merah di dalam tubuh dibuat didalam sumsum tulang merah, limpa,
dan hati. Yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama 14-15 hari,
setelah itu akan mati. Hb yang keluar dari eritrosit akan mati terurai menjadi
2 zat yaitu hematosit yang baru dan Hemoglobin yaitu: suatu zat yang
terdapat di dalam eritrosit yang berguna mengikat O₂ dan CO₂. Jumlah
normal pada orang dewasa ± 11,5 – 15 gram dalam 100cc darah. Normal Hb
wanita 11,5 g % dan Hb laki - laki 13,0 g %. Di dalam tubuh banyaknya sel
darah merah ini berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel
darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia,
biasanya hal ini disebabkan oleh karena perdarahan yang hebat, hama
penyakit yang menghanyutkan eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit
sendiri terganggu.
2. Leukosit ( Sel Darah Putih ).
Keadaan bentuk dan sifat-sifat dari leukosit berlainan dengan eritrosit.
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki
palsu ( pseudopodia ), mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia
dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening ( tidak berwarna ),
banyaknya dalam 1mm3 darah ± 6.000 - 9.000.
Fungsinya :
a. Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan bibit penyakit /
bakteri yang masuk kedalam tubuh jaringan RES (retikulum endoplasma/
sistem retikulo endotel), tempat pembiakannya di dalam limpa dan
kelenjar limfe.
b. Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut / membawa zat lemak dari
dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah. Sel leukosit
disamping berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh
jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh
kemasukan kuman / infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam
darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit
yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar dalam
darah untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit penyakit
tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah ≥ 10.000 mm3 disebut
Leukositosis dan jika jumlah leukosit dalam darah ≤ 6.000 mm3 disebut
Leukositopenia.
3. Trombosit (Sel Pembeku).
Merupakan benda-benda kecil yang mati serta bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya putih, banyaknya
normal pada orang dewasa 200.000-300.000mm3. Fungsinya memegang
peranan penting di dalam pembekuan darah. Jika banyaknya kurang dari
normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul
perdarahan yang terus menerus. Trombosit ≥ 300.000 disebut
Trombositosis. Trombosit yang ≤ 200.000 dosebut Trombositopenia.
Terjadinya pembekuan darah didalam plasma darah terdapat suatu zat yang
turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan
fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Jika
terjadi luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan zat
yang disebut trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu dengan
protombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan
bertemu pula dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus, bentuk
jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan
demikian terjadilah pembekuan. Protombin dibuat di hati dan untuk
pembuatannya diperlukan Vitamin K, karena Vitamin K penting untuk
pembekuan darah.
4. Plasma Darah.
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening ke kuning -
kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu
terdapat pula zat - zat lain yang terlarut di dalamnya. Untuk mendapatkan
plasma darah kita harus mencampurkan dulu sedikit sitras natrikus ke dalam
darah, supaya darah tidak membeku sesudah itu campuran tadi dipasang
dengan suatu alat , dan dibiarkan beberapa lama, maka akan kelihatan
beberapa sel-sel darah turun atau mengendap dan bagian-bagian atasnya
tinggal cairan bening yaitu plasma darah yang di dalamnya terdapat serum
darah. Jika darah yang keluar dari tubuh dibiarkan membeku maka bagian
bawah bekuan tadi terdapat cairan yang juga berwarna bening, yang disebut
serum darah. Jadi serum merupakan plasma tanpa fibrinogen yang di dapat
dengan membekukan darah. Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah :
a. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral ( garam kalsium, kalium, natrium, dan lain – lain )
yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik.
c. Protein darah ( albumin, globulin ) meningkatkan viskositas darah dan
juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan
cairan dalam tubuh.
d. Zat makanan ( asam amino, glukosa, lemak, mineral, dan vitamin ).
e. Hormon yaitu zat yang dihasilkan kelenjar tubuh.
f. Antibodi / Antitoksin.
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah sebagian
besar terdiri dari air dan zat-zat yang larut di dalamnya misalnya zat
makanan, hormon dan antibodi. Sel-sel leukosit merupakan pertahanan
tubuh terhadap serangan penyakit.
(Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, 2011).
b. Definisi.
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin
( Hb ) atau sel darah merah ( eritrosit ) sehingga menyebabkan penurunan
kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen. (Badan POM, 2011).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2012).
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah
gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan
ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges,
Jakarta, 2011).
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit ( red cell mass ) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah tang cukup ke jaringan perifer ( penurunan
oxygen carring capacity ). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit ( red cell count ). Tetapi
yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit.
(Bakta IM, 2012).
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin ( Hb ) dan sel darah merah ( eritrosit ) lebih rendah dibandingkan
normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.
Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia dan jenis kelamin
adalah :
Kadar HB normal menurut WHO (2010) :
Wanita 12-16 gr/dL
Pria 14-18 gr/dL
Anak 10-16 gr/dL
Bayi baru lahir 12-24gr/dL
Derajat anemia berdasarkan kadar hemoglobin menurut WHO (2010) antara
lain :
a. Ringan sekali : Hb 10 gr%/dl – Batas normal
b. Ringan : Hb 8 gr%/dl – 9,9 gr%/ dL
c. Sedang : Hb 6 gr%/dl – 7,9 gr%/ dL
d. Berat : Hb < 6 gr%/dL
(Bakta IM, 2012).
c. Etiologi.
1. Hemolisis ( eritrosit mudah pecah ).
2. Perdarahan.
3. Penekanan sumsum tulang ( misalnya oleh kanker ).
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, dan vitamin C.
( Sudoyo, 2012 ).
Namun penelitian lain mengatakan bahwa etiologi anemia yaitu :
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan.
Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia karena kekurangan
zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup
persediaan zat besi.
3. Kehamilan.
Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi
dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu.
Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus disaluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
5. Obat-obatan.
Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung ( aspirin, anti
inflamasi dan lain – lain ). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin seperti antasid, pil KB, antiarthritis, dan
lain – lain.
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung ( gastrektomi ).
Hal ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi
dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
( Badan POM, 2011 ).
d. Epidemiologi.
Epidemiologi anemia cukup tinggi. WHO melaporkan terdapat lebih dari
273 juta anak usia 6 - 59 bulan menderita anemia dengan 9,6 juta diantaranya
merupakan anemia berat.
Anemia adalah masalah yang dihadapi secara global. World Health
Organization ( WHO ) mencatat, secara global pada tahun 2012, terdapat lebih
dari 273 juta anak usia 6 - 59 bulan menderita anemia dengan 9,6 juta
diantaranya merupakan anemia berat, lebih dari 496 juta wanita tidak hamil usia
15 - 49 tahun menderita anemia dengan 19,4 juta diantaranya merupakan
anemia berat, dan 32,4 juta wanita hamil usia 15 - 49 tahun menderita anemia
dengan 800 ribu diantaranya merupakan anemia berat. Kurang lebih 50 % dari
angka ini berkaitan dengan defisiensi besi ( anak : 42%, wanita tidak hamil 49
%, dan wanita hamil 50 % ).
Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2014, di Indonesia terdapat 21,7 %
pada anak ≥ 1 tahun, 28,1 % pada balita 12 - 59 bulan, 13,1 % pada wanita /
pria / lansia dan 37,1 % ibu hamil mengalami anemia.
Kematian pada anemia sering kali terjadi karena komplikasi dan anemia
berat. Anemia dalam kehamilan meningkatkan resiko kematian ibu dan
neonatus. Pada tahun 2014, secara global, tercatat sekitar 3 juta kematian
kematian ibu dan bayi karena anemia. Prevalensi kematian karena anemia berat
pada anak dan wanita adalah 0,9 % - 1,5 %. Salah satu studi meta-analisis
menunjukkan kenaikan Hb 1 g / dl dapat menurunkan kematian bayi sebanyak
1,8 juta. Anemia defisiensi besi sendiri menyebabkan sekitar 90.000 kematian
dinegara berkembang dan menyebabkan sekitar 1,6 kematian per 100.000
penduduk di Amerika Serikat.
(https://www.alomedika.com/. Diakses tanggal 20 oktober 2018).
e. Manifestasi Klinis.
1. Lemah, letih, lesu dan lelah.
2. Sering mengeluh pusing, mata berkunang-kunang dan rasa mengantuk.
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi.
4. Takikardi dan bising jantung ( peningkatan kecepatan aliran darah ) Angina
( sakit dada ).
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas ( pengiriman O2
berkurang ).
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus ( telinga berdengung ) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada sistem saraf pusat.
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF terjadi anoreksia, nausea, konstipasi
atau diare.
f. Patofisiologi.
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
( misalnya berkurangnya eritropoesis ) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksin, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
( dekstruksi ). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal
atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan
dekstruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah ( disolusi ) terjadi terutama
dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati
dan limfa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang terbentuk dalam
fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel darah
merah ( hemolisis ) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma,
( konsentrasi normalnya 1 mg / dl atau kurang; kadar diatas 1,5 mg / dl
mengakibatkan ikterik pada sklera ). Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan
hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma ( hemoglobinemia ).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada hasil tertentu disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar :
1. Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah.
2. Derajat proliferasi sel darah merah dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi.
3. Ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Perdarahan saluran cerna, Defisiensi besi, vit B12, asam Overaktif reticuloendotelial
uterus, hidung, gusi, luka folat, depresi sumsum tulang. system.
Eritropoetin menurun Sel darah merah abnormal

Kehilangan sel darah merah


Produksi sel darah merah Penghancuran sel darah merah
menurun

Pertahanan sekunder tidak


Resiko infeksi
adekuat

Penurunan jumlah eritrosit Penurunan kadar HB Efek gastro intestinal

Kompensasi jantung Gangguan penyerapan nutrisi


Kompensasi paru
dan defisiensi asam folat

Beban kerja dan curah jantung


Peningkatan frekuensi nafas
meningkat Glositis berat (lidah meradang),
diare, kehilangan nafsu makan

Takikardia, nyeri dada, Dyspnea (kesulitan bernafas)


iskemia miokardium, beban
Intake nutrisi menurun
kerja jantung tinggi
(anorexia)

Penurunan transport O₂
Ketidakefektifan perfusi
Ketidakseimbangan nutrisi
jaringan perifer
kurang dari kebutuhan
Nyeri akut
tubuh
Hipoksia

Peningkatan kontraktilitas

Palpitasi (berdebar - debar)


Lemah lesu, kesemutan, mati Ketidakefektifan pola
rasa, ataksia, gangguan nafas
koordinasi, bingung
Penebalan dinding ventrikel

Defisit perawatan diri


Kardiomegali
Intoleransi aktivitas
g. Komplikasi.

Komplikasi umum akibat anemia adalah: gagal jantung, parestisia dan


kejang. Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang
flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang
lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan
anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian,
dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia
bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak.

h. Manajemen Kolaboratif.
1. Pemeriksaan Diagnostik.
a) Laboratorium : kadar HB, eritrosit, MCV, MCHC, apusan darah tepi,
leukosit, trombosit, laju endap darah ( LED ), retikulosit.
b) pemeriksaan sumsum tulang : untuk memberikan informasi mengenai
keadaan sistem hematopoesis.
c) Pemeriksaan atas indikasi khusus untuk mengkonfirmasi dugaan
diagnostik awal yang memiliki komponen berikut ini :
1) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan
feritin serum.
2) Anemia megaloblastik : asam folat darah / eritrosit, vitamin B12.
3) Anemia hemolitik : hitung retikulosit, test coombs, dan
electroforesis HB.
4) Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
d) Pemeriksaan laboratorium non hematologis : faal ginjal,faal endokrin,
asam urat, faal hati dan biakan kuman.
e) Radiologi : thorax foto, bone survey, USG, limfangiografi.
f) Pemeriksaan sitogenetik.
g) Pemeriksaan biologi molekuler ( PCR = Polymerase chain raction ),
FISH = fluorescence in situ hybridization.
2. Medikasi.
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya,
yaitu :
a) Anemia aplastik : anemia yang disebabkan oleh agen neoplastik /
sitoplastik, terapi radiasi, antibiotic tertentu, obat anti konvulsan,
tyroid, senyawa emas, fenilbutason, benzene, infeksi virus (khususnya
hepatitis). Penatalaksanaan dengan transplantasi sumsum tulang dan
pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit (ATG).
b) Anemia pada penyakit ginjal : Pada klien dialisis harus ditangani
dengan pemberian besi dan asam folat. Kalau tersedia dapat diberikan
eritropoetin rekombinan.
c) Anemia pada penyakit kronis : berbagai penyakit inflamasi kronis yang
berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah
merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi
arthritis rematoid, abses paru, gagal ginjal, osteomilitis, tuberkolosis
dan berbagai keganasan. Kebanyakan klien tidak menunjukkan gejala
dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan
keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, maka anemia
akan terobati dengan sendirinya.
d) Anemia pada defisiensi besi dan asam folat : Asupan besi tidak
adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil dan menstruasi, gangguan
absorbsi ( post gastrektomi ) dan Kehilangan darah yang menetap
(neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll).
Diberikan penanganan dengan pemberian makanan yang adekuat, dapat
diberikan sulfas ferosus 3 x 10 mg / hari. Transfusi darah dapat
diberikan bila kadar HB ≤ 5 g / dl.
e) Anemia megaloblastik.
1) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,
bila difisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya
faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
2) Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup klien yang menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
3) Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
4) Anemia defisiensi asam folat tanpa gangguan absorbsi dapat
diberikan asam folat 3 x 5 mg / hari.
f) Anemia pasca perdarahan : dapat diberikan transfusi darah dan plasma.
Dalam keadaan darurat diberikan cairan intra vena dengan cairan infus
apa saja yang tersedia.
g) Anemia hemolitik : anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah seperti : Pengaruh obat-
obatan tertentu, Penyakit Hodkin, limfosarkoma, mieloma multiple,
leukemia limfositik kronik, defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase,
Proses autoimun, reaksi transfusi, dan penyakit malaria.
Penatalaksanaan dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah
yang hemolisis.
3. Pembedahan.
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan
karena Diverticulum Meckel.
(Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
NIC NOC, 2015).
4. Pengobatan Non Medikasi.
Mencukupkan asupan nutrisi Fe, asam folat, dan vitamin B12. Misalnya
dari sayur – sayuran hijau, kacang – kacangan, buah, ikan laut dan unggas.
5. Diet.
a) Bayam.
Bayam merupakan makanan yang sangat terkenal dapat mencegah
anemia. Bayam kaya akan kalsium, vitamin A, B9, E dan C, zat besi,
serat dan beta carotene. Bayam dapat membantu meningkatkan
kesehatan tubuh secara keseluruhan. Sekitar ½ cup bayam mengandung
3,2 mg zat besi ( 20% kebutuhan zat besi pada tubuh wanita).
Tambahkan jumlah bayam dalam salad yang anda konsumsi, dapat pula
dimakan bersama sayuran hijau lain seperti seledri, brokoli untuk
mencegah anemia. Makan satu mangkuk salad sayuran setiap harinya
untuk melawan anemia. Bayam juga dapat direbus atau dijadikan sayur
bayam.
b) Umbi merah.
Umbi merah mengandung zat besi yang dapat membantu memperbaiki
dan membuat sel darah merah. Dengan menambahkan buah bit dalam
diet anda dapat mengatasi anemia. Umbi merah dapat dicampur dengan
sayuran lain ( baik yang berdaun maupun tidak seperti wortel, tomat,
dan lain sebagainya) untuk membuat salad.
c) Daging merah.
Zat besi banyak ditemukan di daging sapi, kambing dan daging merah
lainnya. Zat besi yang dikandung adalah zat besi heme yang mudah
sekali diserap oleh tubuh. Bagian hati pada daging merah mengandung
zat besi yang tinggi. Hati sapi mengandung 600 % kebutuhan harian zat
besi. Daging merah juga merupakan sumber vitamin B12. Konsumsi
daging merah setidaknya 2 hingga 3 kali dalam seminggu untuk
melawan anemia.
d) Selai kacang.
Selai kacang kaya akan zat besi. Tambahkan selai kacang dalam menu
makanan Anda. Bila Anda tidak menyukai rasa selai kacang, Anda
dapat mengonsumsi kacang-kacangan lainnya dalam bentuk dimasak
atau dipanggang untuk melawan anemia. Dua sendok makan selai
kacang mengandung 0,6 mg zat besi.
e) Tomat.
Vitamin C dan lycopene merupakan kandungan utama dalam tomat.
Vitamin C yang terdapat di dalam tomat dapat membantu penyerapan
zat besi. Selain itu tomat juga kaya akan betakaroten dan vitamin E
yang dapat membantu melembabkan kulit dan rambut, serta menjaga
kesehatan mata. Tomat dapat dikonsumsi mentah, dimasukkan dalam
masakan ataupun dibuat jus.
f) Telur.
Telur kaya akan protein dan antioksidan yang dapat membantu
penyimpanan vitamin di dalam tubuh ketika sedang mengalami anemia.
Satu buah telur ukuran besar mengandung sekitar 1 mg zat besi. Telur
dapat direbus ataupun digoreng. Tambahkan telur dalam menu sarapan
untuk meningkatkan vitamin dalam tubuh.
g) Buah delima.
Buah delima terkenal mengandung zat besi dan vitamin C. Buah delima
membantu memperbaiki aliran darah di dalam tubuh dan juga efektif
mengurangi gejala anemia seperti lemas, pusing dan lelah.
h) Kacang kedelai.
Kacang kedelai kaya akan zat besi. Kacang kedelai mengandung
rendah lemak dan tinggi protein, sehingga merupakan salah satu pilihan
makanan bagi orang yang ingin menurunkan berat badan.
i) Roti gandum.
Roti gandum merupakan sumber zat besi non-heme. Sepotong roti
gandum mengandung sekitar 6% kebutuhan harian zat besi. Anda dapat
mencoba untuk mengganti roti putih anda dengan roti gandum.
j) Ikan laut.
Ikan laut juga dapat mencegah anemia karena mengandung zat besi.
Salmon, tuna, kerang kaya akan zat besi. Konsumsi setidaknya 3 x /
minggu hidangan laut untuk mencegah anemia.
k) Madu.
Madu sangatlah bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Madu mengandung
zat besi, sekitar 0,42 mg zat besi dalam 100 gram madu. Tambahkan
satu sendok makan madu ke dalam segelah jus lemon di pagi hari (saat
perut kosong) untuk membantu menambah daya tahan tubuh dan
melawan anemia.
l) Kurma, apel dan buah sitrus ( jeruk, lemon ).
Kurma, apel dan buah sitrus ( jeruk, lemon ) mengandung vitamin C
yang dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi di dalam
tubuh.
(https://www.klikdokter.com/ diakses tanggal 21 Oktober 2018).
6. Aktivitas.
a) Tingkatkan istirahat.
Meningkatkan istirahat bertujuan untuk menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh dari aktivitas yang memerlukan oksigen berlebih dan
meningkatkan regangan jantung dan paru-paru. Penghematan energi
tubuh bagi pasien dengan riwayat anemia sangat penting agar
menghindari terjadinya penurunan regangan jantung dan paru-paru
yang akan menyebabkan peningkatan kerja napas dan pemompaan
jantung yang dapat menyebabkan klien merasa sesak bahkan hingga
mengalami dekompensasi atau kegagalan sistem
b) Tinggikan kepala.
Meninggikan sandaran kepala tempat tidur secukupnya. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan, pengembangan paru-paru dan
memaksimalkan kebutuhan sel tubuh dengan oksigen yang mencukupi,
sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya hipoksia.
c) Sesuaikan suhu lingkungan dengan suhu tubuh.
Penyesuaikan suhu lingkungan dengan suhu tubuh. Hal ini bertujuan
agar kenyamanan pasien akan kebutuhan rasa hangat sesuai dengan
kebutuhan. Apabila terlalu panas dapat terjadi penurunan perfusi organ
akibat dari vasodilatasi yang berlebihan dan adanya risiko penurunan
sirkulasi pembuluh darah akibat vasokontriksi berlebih karena terlalu
dingin.
d) Asuhan nutrisi yang adekuat.
Mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh sangatlah penting. klien dengan
riwayat anemia sangat diharapkan untuk mengonsumsi makanan tinggi
protein, vitamin dan mineral yang sangat diperlukan untuk membantu
produksi sel darah merah. Selain itu makanan dengan zat besi yang
tinggi, vitamin B12 dan asam folat juga diperlukan tubuh. Hindari
makanan yang banyak menghasilkan gas seperti soda dan minuman
ringan karena akan menyebabkan gangguan lambung dan distensi
abdomen. Pola makan yang seharusnya diterapkan yakni sedikit porsi
dan frekuensinya sering. Hal ini bertujuan untuk menurunkan
kelemahan dan distensi / pelebaran lambung dalam mengolah makanan.
e) Jaga kebersihan mulut.
Memantau kebersihan mulutn sebelum dan sesudah makan dapat
meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral lainnya, menurunkan
pertumbuhan bakteri dan mengurangi terjadinya infeksi.
( https://beranisehat.com/ diakses pada tanggal 21 Oktober 2018 ).
7. Pendidikan Kesehatan.
a) Menjalani diet yang seimbang dengan nutrisi yang adekuat.
b) Asupan zat besi jangan terlalu berlebihan karena bisa mengakibatkan
sirosis, kardiomiopati, DM, kanker jenis tertentu.
c) Anjurkan makan makanan yang tinggi asam folat dan vitamin B12
seperti ikan, susu, kacang – kacangan, sayuran hijau tua, jeruk dan biji
– bijian.
d) Batasi minum alkohol dan pada ibu hamil dianjurkan untuk
mngkonsumsi suplemen asam folat untuk mencegah terjadinya anemia
defisiensi asam folat.
e) Pastikan untuk menggunakan alas kaki untuk menghindari resiko
cacingan.
f) Hindari pemaparan terhadap minyak, insektisida, zat kimia dan zat
toksik lainnya karena dapat menyebabkan anemia.
g) Kenali tanda – tanda komplikasi.
h) Ajarkan cara – cara melindungi diri dari infeksi.
i) Anjurkan untuk konsultasi ke dokter atau petugas kesehatan terdekat
bila ada gejala anemia menetap untuk mengetahui faktor – faktor
penyebab.
( Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC NOC, 2015 ).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.


a. Pengkajian.
1. Anamnesa.
a) Identitas klien.
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama : Biasanya klien mengeluh badan lemas, lesu, dan
pusing.
c) Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat Penyakit Sekarang.
Tanyakan sejak kapan klien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan klien
untuk menanggulanginya.
2) Riwayat Penyakit Dahulu.
Apakah klien dulu pernah mengalami perdarahan hebat. Dan
apakah klien dulu pernah kekurangan makanan yang mengandung
asam folat dan Fe.
3) Riwayat Penyakit Keluarga.
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering
terjadi pada beberapa keturunan, dan anemia defisiensi besi yang
cenderung diturunkan secara genetik.
2. Dasar data pengkajian klien.
a) Aktivitas / Istirahat
Gejala :
1) Keletihan, kelemahan, malaise umum.
2) Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja.
3) Toleransi terhadap latihan ringan.
4) Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda :
1) Takikardia / takipnea, dispnea pada bekerja atau istirahat.
2) Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada
sekitarnya.
3) Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
4) Ataksia, tubuh tidak tegak.
5) Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lain
yang menunjukkan keletihan.
b) Sirkulasi
Gejala :
1) Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat, angina, CHF ( akibat kerja jantung berlebihan ).
2) Riwayat endokarditis infektif kronis.
3) Palpitasi ( takikardia kompensasi ).
Tanda :
1) Tekanan darah : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan
tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
2) Disritmia abnormalitas EKG, misalnya depresi segmen ST dan
pendataran atau depresi gelombang T : takikardia.
3) Bunyi jantung : Murmur sistolik.
4) Ekstremitas ( warna ) : Pucat pada kulit dan membran mukosa
( konjungtiva, mulut, faring, bibir ) dan dasar kuku ( Catatan :
pada klien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu - abuan);
kulit seperti berlilin, pucat, atau kuning lemon terang.
5) Sklera : Biru atau putih seperti mutiara.
6) Pengisian kapiler melambat ( penurunan aliran darah ke perifer
dan vasokonstriksi kompensasi ).
7) Kuku : Mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia).
8) Rambut : Kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
prematur.
c) Integritas Ego.
Gejala :
1) Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misal : penolakan transfusi darah.
Tanda :
1) Depresi.
d) Eliminasi
Gejala :
1) Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
2) Flatulen, sindrom malabsorpsi.
3) Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
4) Diare atau konstipasi.
5) Penurunan haluaran urine.
Tanda :
1) Distensi abdomen.
e) Makanan dan Cairan.
Gejala :
1) Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah /
masukan produk sereal tinggi.
2) Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan ( ulkus pada faring ).
3) Mual / muntah, dispepsia, anoreksia.
4) Tidak pernah puas mengunyah.
Tanda :
1) Lidah tampak merah.
2) Membran mukosa kering dan pucat.
3) Turgor kulit : Buruk, kering, tampak kusut / hilang elastisitas.
4) Stomatis dan glositis.
5) Bibir : Selitis, misalnya Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
f) Hygiene
Tanda :
1) Kurang bertenaga, penampilan tak rapih.
g) Neurosensori.
Gejala :
1) Sakit kepala berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi.
2) Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata.
3) Kelemahan keseimbangan buruk, kaki goyah, parestesia tangan /
kaki.
4) Sensasi menjadi dingin.
Tanda :
1) Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis.
2) Mental tak mampu berespon, lambat dan dangkal.
3) Oftalmik : hemoragis retina.
4) Epistaksis : perdarahan dari lubang hidung.
5) Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan posisi,
tanda Romberg positif, paralisis.
h) Nyeri / Kenyamanan.
Gejala :
1) Nyeri abdomen samar, sakit kepala.
i) Pernapasan.
Gejala :
1) Riwayat TB paru, abses paru.
2) Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda :
1) Takipnea, ortopnea dan dispnea.
j) Keamanan.
Gejala :
1) Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misal Benzen,
insektisida, fenilbutazon, naftalen.
2) Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau
kecelakaan.
3) Riwayat kanker, terapi kanker.
4) Tidak toleran terhadap dingin atau panas.
5) Riwayat transfusi darah.
6) Gangguan penglihatan.
7) Penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda :
1) Demam rendah, mengiggil, berkeringat malam.
2) Limfadenopati umum.
3) Petekie dan ekimosis.
k) Seksualitas.
Gejala :
1) Perubahan aliran menstruasi, misal Menoragin atau amenore.
2) Hilang libido ( pria dan wanita ).
3) Impoten.
Tanda :
1) Serviks dan dinding vagina pucat.
(Doenges, 2010).
3. Pemeriksaan SADT.
Sediaan apus darah tepi memperlihatkan sel-sel eritrosit bersifat
hipokrom, mikrositik, kadang ditemukan target cell dan poikilosit
berbentuk pensil / pencil cell. Jumlah retikulosit rendah sebanding dengan
derajat anemia.
4. Pemeriksaan Fisik.
a) Anemis, tidak disertai ikterus.
b) Organomegali dan limphadenopati.
c) Stomatitis angularis, atrofi papil lidah.
d) Ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran
jantung.
b. Diagnosa Keperawatan.
1. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan perubahan ikatan O2
dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan inadekuat intake makanan.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (
penurunan Hb ).
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
6. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan.
7. Keletihan berhubungan dengan anemia.
( Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
NIC NOC, 2015 ).

c. Intervensi Keperawatan.
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI DAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL RASIONAL

1 Perfusi jaringan NOC : NIC :


tidak efektif - Circulation status. Peripheral Sensation
berhubungan - Tissue perfusion : a. Monitor adanya daerah
dengan perubahan cerebral. tertentu yang hanya peka
ikatan O2 dengan Kriteria hasil : terhadap
Hb, penurunan Mendemonstrasikan panas/dingin/tajam/tumpu
konsentrasi Hb status sirkulasi yang l.
dalam darah. ditandai dengan : Rasional : Untuk
- Tekanan systole dan mengetahui adanya
diastole dalam daerah tertentu yang peka
rentang yang terhadap panas, dingin,
diharapkan. tajam , tumpul dan
- Tidak ada tanda – membantu menentukan
tanda peningkatan intervensi.
TIK. b. Monitor adanya paretese.
Mendemostrasikan Rasional : Paratese
kemampuan menunjukkan
kognitip yang ketidakseimbangan
ditandai dengan : perfusi oksigen dijaringan
- Berkomunikasi jelas perifer.
dan sesuai c. Instruksikan keluarga
kemampuan. untuk mengobservasi
- Menunjukkan kulit jika ada lesi atau
perhatian, laserasi.
konsentrasi dan Rasional : Kolaborasi
orientasi. dengan keluarga
- Memproses mempermudah perawatan
informasi dan klien sehingga tujuan
menunjukkan perawatan dapat tercapai
keputusan yang dengan baik.
benar. d. Gunakan sarung tangan
Menunjukkan untuk proteksi.
fungsi sensori Rasional : Mencegah
motori cranial yang terjadinya infeksi
utuh : tingkat nosokomial.
kesadaran e. Tinggikan kepala tempat
membaik, tidak tidur sesuai toleransi.
ada gerakan Rasional : Meningkatkan
involunter. ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
f. Monitor kemampuan
BAB.
Rasional : Mencegah
kelelahan.
g. Kolaborasi pemberian
analgetik.
Rasional : Mengurangi
nyeri.
h. Monitor adanya
tromboplebitis.
Rasional : Mencegah
adanya infeksi lebih
lanjut.
Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
sensasi.
Rasional : Untuk
mengetahui adanya
daerah tertentu yang peka
terhadap panas, dingin,
tajam dan tumpul.
2 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari - Nutritional status Nutrition Management
kebutuhan tubuh food and fluid. a. Kaji adanya alergi
berhubungan - Nutritional status makanan.
dengan inadekuat - Nutrient intake. Rasional : Mencegah
intake makanan. - Weight control. terjadinya alergi.
Kriteria hasil : b. Kolaborasi dengan ahli
- Adanya peningkatan gizi untuk menentukan
berat badan sesuai jumlah kalori dan nutrisi
dengan tujuan. yang dibutuhkan klien.
- Berat badan ideal Rasional : Untuk
sesuai dengan tinggi menentukan diet yang
badan. tepat sesuai
- Tidak ada tanda – kebutuhannya.
tanda malnutrisi. c. Anjurkan klien untuk
- Tidak terjadi meningkatkan intake Fe.
penurunan berat Rasional : Untuk
badan yang berarti. mencegah anemia lebih
lanjut.
d. Anjurkan klien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C.
Rasional : Protein dan
vitamin C dapat
memenuhi kebutuhan
nutrisi.
e. Berikan substansi gula.
Rasional : Substansi gula
dapat meningkatkan
energy klien.
f. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi.
Rasional : Melancarkan
proses defekasi sehingga
tidak menambah banyak
energi yang terbuang yang
membuat klien merasa
kelelahan.
g. Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi).
Rasional : Untuk
membantu proses dalam
pemenuhan kebutuhan
nutrisi.
h. Ajarkan klien bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
Rasional : Catatan harian
makanan dapat
mengetahui asupan nutrisi
klien.
i. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori.
Rasional : Mengetahui
penyebab pemasukan
yang kurang sehingga
dapat menentukan
intervensi yang sesuai dan
efektif.
 j. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi.
Rasional : Agar klien
mengetahui tentang
pentingnya kebutuhan
nutrisi bagi proses
penyembuhan.
k. Kaji kemampuan klien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan.
Rasional : Untuk
mengetahui status nutrisi
yang dibutuhkan.

Nutrition Monitoring
a. BB klien dalam batas
normal.
Rasional : Memberikan
rasa kontrol.
b. Monitor adanya
penurunan berat badan.
Rasional : Peningkatan
nutrisi dapat diketahui
melalui peningkatan berat
badan 500gr/minggu dan
penurunan berat badan
mengindikasi adanya
kekurangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.
c. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan.
Rasional : Melibatkan
klien dalam pemilihan
menu.
e. Monitor lingkungan
selama
makan.
Rasional : Lingkungan
yang nyaman dapat
menurunkan stress dan
lebih kondusif untuk
makan.
f. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan.
Rasional : agar tidak
menghambat aktivitas
makan klien.
g. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi.
Rasional : Untuk
mengumpulkan dan
menganalisa data klien
untuk mempertahankan
integritas kulit.
h. Monitor turgor kulit.
Rasional : Mengetahui
pemenuhan nutrisi.
i. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah.
Rasional : kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah merupakan
indikasi kekurangan
protein.
j. Monitor mual dan
muntah.
Rasional : Keluhan mual
dan muntah
mempengaruhi
pemenuhan nutrisi.
k. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb dan
kadar Ht.
Rasional : Kadar albumin
dan elektrolit yang
normal menunjukkan
status nutrisi yang baik.
l. Monitor makanan
kesukaan.
Rasional : Menyajikan
makanan kesukaan akan
menambah nafsu makan
dan minat klien untuk
mendapatkan pemasukan
nutrisi.
m. Monitor pucat,
kemerahan, kekeringan
jaringan konjungtiva.
Rasional : Mengetahui
kekurangan kebutuhan
nutrisi klien
o. Monitor kalori dan intake
nutrisi.
Rasional : Mengetahui
penyebab pemasukan
yang kurang sehingga
dapat menentukan
intervensi yang sesuai
dan efektif.
p. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Rasional : Hiperemik
sering kali ditemukan
pada demam typoid,
papila lidah indikasi dari
anemia defisiensi.
q. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet.
Rasional : Lidah
berwarna magenta,
scarlet menunjukan tanda
kekurangan asam folat,
B12 dan vitamin B3.
3 Defisit perawatan NOC : NIC :
diri berhubungan - Fatique level Self Care assistane : ADLs
dengan kelemahan - Activity level a. Monitor kemampuan
fisik Kriteria hasil : klien untuk perawatan
- Mampu melakukan diri yang mandiri.
aktivitas fisik Rasional : Untuk
secara mandiri mengetahui
dengan atau tanpa perkembangan klien
alat bantu. dalam mobilisasi.
- Mampu b. Monitor kebutuhan klien
mempertahankan untuk alat-alat bantu
kebersihan pribadi untuk kebersihan diri,
dan penampilan berpakaian, berhias,
yang rapi secara toileting dan makan.
mandiri dengan Rasional :
atau tanpa alat Mengidentifikasi area
bantu. masalah.
- Menggunakan alat c. Sediakan bantuan sampai
bantu untuk klien mampu secara utuh
memudahkan untuk melakukan self-
dalam pemenuhan care.
kebutuhan ADLs. Rasional : Agar
- Mengungkapkan kebutuhan ADLs klien
kepuasan dalam dapat terpenuhi dan
pemenuhan mencegah cidera.
kebutuhan ADLs. d. Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang
dimiliki.
Rasional : Membantu
klien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs.
e. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
Rasional : Memandirikan
klien serta menjaga agar
tidak terjadi cidera fisik.
4 Resiko infeksi berh NOC : NIC :
ubungan - Immune status Infection Control (Kontrol
dengan pertahanan - Knowledge : infeksi)
sekunder tidak Infection control a. Bersihkan lingkungan
adekuat ( - Risk control setelah dipakai klien lain.
penurunan Hb ). Kriteria hasil : Rasional : Meminimalkan
- Klien bebas dari resiko infeksi.
tanda dan gejala b. Batasi pengunjung bila
infeksi. perlu.
- Menunjukkan Rasional : Membatasi
kemampuan untuk pengunjung dapat
mencegah meminimalkan adanya
timbulnya infeksi. kuman pathogen di
- Jumlah leukosit sekitar klien.
dalam batas c. Instruksikan pada
normal. pengunjung untuk
- Menunjukkan mencuci tangan saat
perilaku hidup berkunjung dan setelah
sehat. berkunjung meninggalkan
klien.
Rasional : Meminimalkan
pathogen yang ada di
sekitar klien.
d. Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan.
Rasional : Mencuci
tangan dengan sabun
lebih efektif membunuh
bakter yang dapat
menyebabkan infeksi.
e. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
Rasional : Mencegah
terjadinya infeksi
nosokomial.
f. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung.
Rasional : Mencegah
terjadinya infeksi
nosokomial.
g. Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat.
Rasional : Mencegah
terjadinya infeksi lebih
lanjut dan mencegah
penularan penyakit.
h. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum.
Rasional : Mencegah
terjadinya infeksi.
i. Tingkatkan intake nutrisi.
Rasional : Nutrisi yang
baik dan adekuat dapat
meningkatkan imunitas.
j. Berikan terapi antibiotik
bila perlu.
Rasional : Pemberian
antibiotik untuk
mencegah timbulnya
infeksi.
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
a. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan
lokal.
Rasional : Identifikasi
dini infeksi dan
mencegah infeksi
berlanjut.
b. Monitor kerentanan
terhadap infeksi.
Rasional : Untuk
mengetahui tinggi
rendahnya tingkat infeksi
sehingga memudahkan
dalam pengambilan
intervensi.
c. Monitor hitung
granulosit, WBC maupun
pletelet.
Rasional : Sebagai
indikator adanya reaksi
infeksi.
d. Batasi pengunjung.
Rasional : Membatasi
pengunjung dapat
meminimalkan adanya
kuman pathogen di
sekitar klien.
e. Pertahankan teknik
aseptik pada klien yang
beresiko.
Rasional : Mencegah
infeksi berkembang lebih
lanjut.
f. Berikan perawatan kulit
pada area epidema.
Rasional : Membantu
penyembuhan luka dan
mencegah terjadinya
infeksi.
g. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase.
Rasional : Identifikasi
dini proses infeksi dan
mencegah infeksi
berlanjut.
h. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah.
Rasional : Identifikasi
dini proses infeksi dan
mencegah infeksi
berlanjut.
i. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup.
Rasional : nutrisi yang
cukup dan adekuat
meningkatkan daya tahan
tubuh klien.
j. Dorong istirahat.
Rasional : Meminimalkan
terjadinya kelelahan dan
menjaga tubuh untuk
tetap sehat.
k. Instruksikan klien untuk
minum antibiotik sesuai
resep.
Rasional : Pemberian
antibiotika diharapkan
penyebaran infeksi tidak
terjadi atau
tertanggulangi.
l. Ajarkan klien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi.
Rasional : Agar klien dan
keluarga memahami
tanda dan gejala
terjadinya infeksi.
m. Ajarkan cara menghindari
infeksi.
Rasional : Agar klien dan
keluarga dapat secara
mandiri menghindari
infeksi tanpa bantuan
perawat.
n. Laporkan nilai leukosit.
Rasional : Nilai leukosit
merupakan indikator
adanya infeksi.
5 Intoleransi aktifitas NOC : NIC :
berhubungan - Energy Aktivity Therapy ( Terapi
dengan concervation Aktivitas ).
ketidakseimbangan - Activity tolerance a. Bantu klien untuk
suplai dan - Self care : ADLs memilih aktivitas yang
kebutuhan oksigen. Kriteria hasil : sesuai dengan kondisinya.
- Mampu Rasional : Aktivitas yang
melakukan terlalu berat dan tidak
aktivitas sehari sesuai dengan kondisi
hari secara klien dapat memperburuk
mandiri. toleransi terhadap latihan.
- Tanda – tanda b. Bantu klien untuk
vital normal. melakukan aktivitas fisik
- Level kelemahan. secara teratur.
- Berpartisipasi Rasional : Melatih
dalam kegiatan kekuatan irama jantung
fisik tanpa disertai selama aktivitas.
peningkatan c. Bantu klien agar
tekanan darah, mendapatkan alat bantu
nadi dan respirasi. aktivitas seperti kursi
roda, kruk dan lain lain.
Rasional : Untuk
mencegah cidera.
d. Sediakan penguatan
positif bagi klien yang
aktif beraktivitas.
Rasional : Untuk
memberikan semangat
klien dalam proses latihan
untuk mempercepat
penyembuhannya.
3 Energy Management
a. Tentukan pembatasan
aktivitas fisik pada klien.
Rasional : Mencegah
penggunaan energi yang
berlebihan karena dapat
menimbulkan kelelahan.
b. Tentukan penyebab
kelelahan.
Rasional : Identifiksi
penyebab kelelahan.
c. Monitor intake
nutrisiyang adekuat
sebagai sumber energi.
Rasional : Mengetahui
sumber asupan energi
klien.
d. Batasi stimuli lingkungan
untuk relaksasi klien.
Rasional : Menciptakan
lingkungan yang kondusif
untuk klien beristirahat.
e. Batasi jumlah
pengunjung.
Rasional : Memfasilitasi
waktu istirahat klien
untuk memperbaiki
kondisi klien.
6 Ketidakefektifan NOC : Airway Management
pola nafas - Respiratory ( manajemen jalan nafas)
berhubungan status : a. Buka jalan nafas dengan
dengan keletihan. ventilation. metode chin lift dan jaw
- Respiratory thrust.
status : airway Rasional : Jalan nafas
patency. yang paten dapat
- Vital sigh status. memberikan kebutuhan
Kriteria hasil : oksigen disemua jaringan
- Tanda vital dalam tubuh.
batas normal. b. Posisikan klien semi
- Menunjukkan jalan fowler.
nafas yang paten. Rasional : Untuk
- Saat melakukan memaksimalkan ventilasi.
aktivitas, pola c. Monitor pernafasan dan
nafas tetap status oksigen yang
normal. sesuai.
Rasional : Penurunan
status oksigen
mengindikasikan klien
mengalami kekurangan
oksigen yang dapat
menyebabkan hipoksia.
d. Lakukan fisioterapi dada
bila perlu.
Rasional : Memudahkan
klien dalam
mengeluarkan sekret
yang sulit dikeluarkan.
e. Berikan bronkodilator
bila perlu.
Rasional : Bronkodilator
adalah sebuah substansi
yang dapat memperlebar
luas permukaan bronkus
dan bronkiolus pada paru
– paru dan membuat
kapasitas serapan oksigen
paru – paru meningkat.
f. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Rasional :
Mengoptimalkan
keseimbangan cairan
untuk mencegah
komplikasi lanjutan.
Oxygen Therapy
( Terapi Oksigen )
a. Pertahankan posisi klien.
Rasional : Meningkatkan
ekspansi dada maksimal ,
membuat mudah bernafas
dan memberi rasa
nyaman.
b. Monitor frekuensi dan
irama pernafasan.
Rasional : Evaluasi
derajat disstress
pernafasan.m
c. Kolaborasi pemberian
oksigen.
Rasional :
Memaksimalkan
pernafasan dan
menurunkan kerja nafas.
Vital Sigh Monitoring
( Observasi Vital Sigh )
a. Monitor TTV
Rasional : Takikardi,
disritmia dan perubahan
tekanan darah dapat
menunjukkan efek
hipoksemia sistemik pada
fungsi jantung.
b. Monitor suhu,warna dan
kelembaban kulit.
Rasional : Merupakan
gambaran dari kondisi
klien saat terjadi
hipertermi dan
mempengaruhi
pengaturan suhu tubuh.
c. Monitor TTV sebelum,
selama dan sesudah
aktivitas.
Rasional : Untuk menilai
perubahan tanda vital
sebelum, selama dan
sesudah melakukan
aktivitas.
8 Keletihan NOC : NIC :
berhubungan - Concentration Energy management
dengan anemia - Energi ( manajemen energi).
Conservation a. Kaji faktor penyebab
- Nutritional status kelelahan.
- Endurance Rasional : Rasa lelah
Kriteria hasil : berkepanjangan menjadi
- Memverbalisasi indikasi suatu penyakit.
peningkatan b. Monitor nutrisi dan
energy dan merasa sumber nutrisi yang
lebih baik. adekuat.
- Istirahat cukup. Rasional : Kelelahan
mungkin merupakan
- Kualitas hidup gejala kekurangan gizi
meningkat. protein, defisiensi
- Mempertahankan vitamin, dan kekurangan
kemampuan untuk zat besi.
berkonsentrasi. c. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur klien.
Rasional : Perubahan
dalam pola tidur klien
mungkin menjadi faktor
pendukung dalam
pengembangan kelelahan,
bersamaan dengan kurang
tidur, tekanan emosional
dan penyakit dapat terus
berlanjut.
d. Bantu aktivitas sesuai
kebutuhan.
Rasional :
Meminimalisasi
terjadinya cidera dan
mengurangi pengeluaran
energi yang berlebihan.
e. Batasi pengunjung.
Rasional : Memfasilitasi
waktu istirahat klien
untuk memperbaiki
kondisi klien.
f. Konsultasi dengan ahli
gizi untuk meningkatkan
asupan makanan yang
berenergi tinggi.
Rasional : Untuk
menentukan kebutuhan
nutrisi klien sesuai
dengan diet dan
penyakitnya.

d. Evaluasi.
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah. ( Nursalam, 2012 ).
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan
proses mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan
dan evaluasi itu sendiri. ( Ali, 2011 ).
Adapun evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan anemia adalah :
1. Peningkatan perfusi jaringan.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3. Perawatan diri terpenuhi.
4. Resiko infeksi tidak terjadi.
5. Peningkatan toleransi aktivitas.
6. Pola nafas efektif.
7. Peningkatan energi.

III. DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2011. Dasar – dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.


Nursalam. 2012. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik. Jakarta
: Salemba Medika.
Evelyn Clare Pearce. 2011. Anatomi dan Fsisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Bakta I Made. 2012. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC.


https://www.alomedika.com/penyakit/hematologi/anemia-defisiensi-besi/
epidemiologi diakses tanggal 20 Oktober 2018.
https://www.klikdokter.com/rubrik/read/2699680/diet-sehat-untuk-penderita-anemia
diakses tanggal 21 Oktober 2018.
https://beranisehat.com/archives/9171 diakses tanggal 21 Oktober 2018.
https://www.academia.edu/9997069/BAB_II_ANEMIA diakses tanggal 20 Oktober
2018.
NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC NOC. Jilid I. Jogjakarta : MediAction.
Doenges, Marilynn E, dkk.2010.Rencana asuhan keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Evelyn C Pearce, 2011.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT
Gramedia
Smeltzer,S.C. and Bare,B.G.2010.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
vol 3. Jakarta : EGC
Mansjor Arif, 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Price,Sylvia.2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 8.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai