Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP MEDIS DHF


A. Pengertian
1. Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF ) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina
).
( Chrintantie Effendi. 1995. )
2. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada
anak dengan gejala utama demem, nyeri otot dan sendiyang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama. ( Soeparman.1993 : 16)
3. Demam Berdarah Dengue ( DBD ) adalah penyakit demam akut
dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapatmenyebabkan kematian. ( Suhadi,
Rita Yuliana.2001 : 419 )
4. Jadi Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF ) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue, virus yang tergolong arbovirus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
( betina ) dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi.

B. Anatomi Pembuluh Darah Dan Darah


1. Anatomi pembulah darah.
a. Arteri
Arteri bediri dari tiga lapisan Yaitu :

1
1) Tunika interna / intirna lapisan yang paling dalam sekali
berhubungan dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengahyang terdiri dari jaringan otot
yang sifatnya elastis dan termasuk otot polos.
3) Tunika eksterna / adventisa. Lapisan yang luar sekali terdiri
dari jartingan ikat gembur yang breguna menguatkan dinding
arteri.
Arteri membawa darah bersih kecuali arteri pulmonalis,
mempunyai dinding yang tebal, mempunyai jaringan yang
elastis, katup hanya ada permulaan keluar dari jantung.
Menunjukan adanya tempat untuk mendengarkan denyut
jantung.

b. Vena
Vena ( pembuluh darah balik ) merupakan pembuluh darah yang
membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh masuk kedalam
jantung. Katup-katup pada vena kebanyakan terdiri dari dua

2
kelompok yang gunanya untuk mencegah darah agar tidak kembali
lagi.

1) Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah


dari seluruh tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula
pembuluh balik.
2) Vena mempunyai tiga lapisan seperti arteri tetapi mempunyai
lapisan otot polos yang lebih tipis, kurang kuat dan mudah
kempes (kolaps).
3) Vena dilengkapi dengan katup vena yang berfungsi mencegah
aliran balik darah ke bagian sebelumnya karena pengaruh
gravitasi.
4) Katup vena berbentuk lipatan setengah bulat yang terbuat dari
lapisan dalam vena yaitu lapisan endotelium yang diperkuat
oleh jaringan fibrosa.

c. Kapiler
Kapiler ( pembuluh rambut ) merupakan pembuluh darah yang
sangat halus. Kapiler berfungsi alat penghubung antara pembuluh
darah arteri dan vena, tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara
darah dan cairan jaringan, mengambil hasil-hasil dari kelenjar,
menyerap zat makanan yang terdapat di usus, menyaring darah
yang terdapat diginjal.

3
Sumber : http://biologigonz.blogspot.com/2010/03/aorta-arteri-
vena-kapiler.html

2. Anatomi Darah
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh
darah yang warnanya merah. Darah terdiri dari dua bagian yaitu sel-sel
darah ( eritrosit, lekosit, trombosit ) dan plasma darah.
Susunan darah terdiri dari :
a. Air : 91%
b. Protein : 3% ( albumin, globulin, protombin dan fibrinogen )
c. Mineral : 0,9% ( natrium klorida, natrium bikarbonat, garam
fosfat, magnesium, kalsium dan zat-zat besi )
d. Bahan organik : 0,1% ( glukosa, lemak, asam urat, kreatinin,
kolesterol dan asam amino )
Darah terdiri dari :
a. Plasma Darah
Yaitu cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat alkali.
Fungsi plasma darah bekerja sebagai medium ( perantara ) untuk

4
penyaluran makanan, mineral, lemak, glukosa dan asam amino ke
jaringan.
Zat-zat dalam plasma darah ;
1) Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
2) Garam-garam mineral ( garam kalsium, natrium, kalium dan
lain-lain ).
3) Protein darah ( albumin, globulin ) meningkatkan viskositas
darah dan juga menimbulkan tekanan osmotik untuk
memelihara keseimbanagn cairan dalam tubuh.
4) Zat makanan ( asam amino, glukosa, lemak, mineral dan
vitamin ).
5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
6) Antibodi / anti oksidan.

b. Sel Darah
1) Sel darah merah ( eritrosit )

Bentuknya seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti.


Ukuran dimensi kira-kira 7,7 unit ( 0,007 mm ), tidak dapat
bergerak. Normalnya 5000/mm3 darah. Warnanya kuning
kemerah-merahan, karena didalam mengandung suatu suatu zat
yang disebut haemoglobin. Warna ini akan bertambah merah

5
jika didalamnya banyak mengandung oksigen. Fungsinya,
mengikat oksigen dan paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh dan mengikat karbondioksida dari jaringan
tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Tempat pembuatan
sal darah merah di dalam tubuh dibuat didalam sumsum tulang
merah, limpa, dan hati ayng kemudian akan beredar di dalam
tubuh selama 14 sampai 15 hari setelah itu akan mati.
Haemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai
menjadi dua zat yaitu haematin yang mengandung Fe yang
berguna untuk pembuatan eritrosit yang baru dan haemoglobin
yaitu suatu zat yang terdapat dalam eritrosit yang berguna
untuk mengikat oksigen dan karbondioksida. Jumlah normal
pada orang orang dewasa kira-kira 11,5 – 15 gram dalam 100
darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg
%.

2) Sel Darah Putih ( leukosit )

6
Bentuk dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantaraan kaki palsu ( pseudophadia ), mempunyai
bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut
inti selnya, warnanya bening ( tidak berwarna ). Normal
leukosit : 5000-10000 mm3 darah. Fungsi lekosit sebagai
serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES ( sistem
retikuloendotel ).
Macam-macam lekosit meliputi :
a) Agranulosit, sel lekosit yang tidak mempunyai granula
didalamnya yang terdiri dari :
 Limfosit, macam lekosit yang dihasilkan dari jaringan
RES dan kelenjar limpe, bentuknya dada yang basar
dan ada yang kecil, didalam sitoplasmanya tidak
terdapat granula dan intinay besar, banyaknya 20%-
25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri
yang masuk ke jaringan tubuh.
 Monosit, terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih
besar dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan
banyaknya 34%

b) Granulosit disebut juga lekosit granular terdiri dari:


 Neutrofil atau polimorfonuklear lekosit, mempunyai
inti sel yang kadang-kadang seperti terpisah- pisah,
protoplasmanya banyak bintik-bintik halus/granula,
banyaknay 60%-70%. Fungsinya untuk melindungi
terhadap benda asing khususnya parasit.

7
 Eusinofil, ukuran dan bentuknya hamper sama dengan
neutrofil tetapi granula dalam sitoplasmanyalebih besar,
banyaknya kira-kira 24%. Fungsinya melindungi tubuh
terhadap benda asing, khususnya parasit.
 Basofil, sel ini kecil dari eusonofil tetapi mempunyai
inti yang bentuknay teratur, didalamproto plasmanya
terdapat granula-granula besar. Banyaknya setengah
bagian di sumsum merah, Fungsinya tidak diketahui.

3) Trombosit ( sel pembeku )

Merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan


ukurannya bermacam-macam, warnanya putih, normal pada
orang dewasa 150.000-450.000mm3. Fungsinya dalam
pembekuan darah.

Fungsi darah
a) Sebagai alat pengangkut yaitu ;
 Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.

8
 Mengangkut karbondioksida dari jarinagn untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.
 Mengambil zat-zat makanan dari usu halus untuk diedarkan
dan dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.
 Mengankut/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b) Sebagai pertahanan tubuh terhadap seranagn penyakit dan racun
dalam tubuh dengan perantaraan lekosit dan anti bodi/zat-zat anti
racun.
c) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

Faktor-faktor pembekuan darah

 Faktor I : Fibrinogen
 Faktor II : Protrombin
 Faktor III : Tromboplastin
 Faktor IV : Kalsium
 Faktor V : Proaccelerin : factor labil Ac-globulin
 Faktor VII : Akselerator konversi protrombin serum
 Faktor VIII : Antihaemofilik ( faktor A )
 Faktor IX : Faktor kristmas
 Faktor X : Faktor stuart
 Faktor XI : anti hemofilik factor c )
 Faktor XII : Hageman
 Faktor XIII : Stabilitas fibrin ( Fletcher )

C. Etiologi

9
DHF disebabkan oleh virus dengue yang mempunyai 4 serotipe virus
( Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 ) yang masuk ke dalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk betina aedes aegypti. Virus dengue tergolong
arbovirus, artinya virus yang ditularkan melalui gigitan hewan
arthropoda, khususnya nyamuk.

Ciri- ciri nyamuk AEDES AEGYPTI:


1. Badan kecil
2. Hitam dan belang- belang
3. Menggigit pada siang hari
4. Badan datar saat menghinggap
5. Gemar hidup ditempat yang lembab
6. Jarak terbang kurang dari 100 meter
7. Senang menggigit manusia

10
D. Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan
terjadinya pembesaran plasma keruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita
adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (ptechie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran
hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali)
Aktivasi system komplemen pelepasan c3a dan c5a akan
mempengaruhi anafilaktosin sehingga kadar histamine meningkat.
Histamin sendiri akan mempengaruhi peningkatan permeabilitas vaskuler.
Fenomena patologis utama pada pasien DHF adalah meningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perembesan
plasma melalui endotel dinding kapiler ke ruang ekstra vaskuler. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume plasma, hipotensi, haemokonsentrasi,
hiponatremia, efusi dan renjatan ( syok ). Pada kasus berat renjatan terjadi
secara aktif, nilai haemotokrit meningkat bersamaan dengan
menghilangnya plasma melalui endotel pembuluh darah.
Meningkatnya nilai haemotokrit pada penderita menimbulkan dugaan
bahwa syok terjadi akibat kebocoran plasma keruang ekstra vaskuler
melalui kapiler yang rusak. Hal ini mengakibatkan menurunnya volume
plasma dan meningginya nilai haematokrit. Renjatan atau hipovolemik
berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolic acidosis dan
kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.

11
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita
DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hamper diseluruh alat tubuh
seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati
umumnya membesar dengan perlemakan dan koagulasi nekrosisi pada
daerah sentral atau parasentral lobules hati. ( Effendy, christiantie, 1995 :
1-4 ).

12
PATOFLOW DHF
Invasi virus dengue melalui gigitan nyamuk

Kompleks antigen- antibody Agegasi trombosit


Merangsang sel-sel monosit, eosinofil, netrofil,
makrofag

Pembersihan trombosit oleh


RES
Aktivasi komplemen

Mengeluarkan zat-zat pyrogen


endogen
Reaksi imunologik (pelepasan C3 Trombositopenia
dan C5 ) Tranfusi
trombosit
Perdarahan lebih lanjut: gusi, ptechie, Panas, sakit
/ FFP
Ekstravasasi cairan ke paru- paru melena, epitaksis, hematemesis, Viremia kepala
C3a dan C5a hematuri

MK: Resiko MK:


Permeabilitas kapiler Batuk, perdarahan Hypertermi
meningkat Efusi pleura MK: Kelebihan vol
Resusitasi ronchi berlanjut
cairan cairan

Kebocoran plasma
Masuk ke hati Mekanisme perlawanan
Masuk ke Masuk ke kelenjar adrenal Vasodilatasi
limfa tubuh
Terjadi perpindahan cairan dari
intra vascular ke ekstra
vaskuler yang menimbulkan Ke daerah
haus, dehidrasi, penurunan parasentral lobulus
Merangsang saraf
trombosit, peningkatan hati Pembesaran
spelenome Peningkatan metabolisme parasimpatis
hematokrit kelenjar getah
gali
bening

Perlemakan dan
Resusitasi koagulasi nekrosis
Peningkatan kebutuhan Peningkatan enzim HCl
MK: cairan
Ekstravasasi energi
Kekurangan cairan ke rongga
vol cairan abdomen
Hepatomegaly

syok
Acites 13
MK: Kelebihan vol
cairan
Pengisian
jantung
menurun Mual, muntah, tidak nafsu
makan, nyeri epigastrium
O2 ke otak
berkurang

Cardiac
output
MK: Perubahan
menurun
nutrisi kurang dari
Metabolisme anaerob kebutuhan tubuh
TD Pusing
menurun

vasokonstriksi Asam laktat


Lemas

Gangguan MK: Intoleransi


Perfusi difusi ke sel 2 ATP
jaringan
aktivitas
menurun

Suplai O2
menurun
hipoksia

Metabolisme an
Kerusakan aerob
kapiler

Peningkatan Asam
laktat
Koagulopati
konsumtif

Asidosis
metabolik
Perdarahan
masif

Kematian

14
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF
dengan masa inkubasi antara 13-15 hari. Penderita biasanya mengalami
demam akut ( suhu meningkat tiba-tiba selama 5-7 hari ) Sering disertai
menggigil, saat demam pasien kompos mentis.
Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah terjadinya
perdarahan pada saat demam dan tak jarang pula dijumpai saat penderita
mulai bebas dari demem. Perdarahan yang terjadi dapat berupa :
 Perdarahan pada kulit ( ptechie, ekimosis, haematoma ) serta
 Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri dan melena.
Selain demam dan perdarahan yang merupakan cirri khas DHF,
gambaran klinis lain yang tidak khas dan bias dijumpai pada penderita
DHF adalah :
 Keluhan pada saluran perbafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
 Keluhan pada saluran pencernaan mual, muntah, tidak nafsu makan
( anoreksia ),diare, konstipasi.
 Keluhan system tubuh yang lain nyeri atau sakit kepala, nyeri pada
otot, tulang dan sendi ( break bone fever ), nyeri otot abdomen, nyeri
ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit,
kemeraha ( flushing ) pada muka, pembengkakan pada mata lakrimasi
dan fotofobia, otot-otot sekitar mata mata sakit bila disentuh dan
pergerakan bola mata terasa pegal.
Pada penderita DHF sering juga dijumpai pembesaran hati
( hepatomegali ), limpa ( splenomegali ) dan kelenjar getah bening
yang akan kembali normal pada masa penyembuhan.Pada penderita
yang mengalami renjatan akanmmengalami cinosis perifer ( terutama
pada ujung-ujng jari dan bibir ), kulit terasa lembab dan dingin,
tekanan darah menurun ( hipotensi ), nadi cepat dan lemah.

15
F. Kasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis
dibagi menjadi ( WHO, 1986 ) :
 Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji
tourniquet ( + ) , trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet
dinyatakan positif bila pada 7,84 cm2didapat lebih 20 bintik-bintik.

Gambaran hasil uji touniquetnpositif dengan skala 1+ sampai 4+ :


1+ 2+ 3+ 4+
Sedikit bintik- Banyak bintik- Banyak Penuh dengan
bintik merah pada bintik pada bintik-bintik bintik-bintik
daerah lengan daerah lengan pada lengan pada seluruh
anterior anterior dan tangan lengan dan
tangan

 Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau ditempat
lain.
 Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat, dan lemah, tekanan
darah rendah
( hipotensi ), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari
( tanda-tanda dini renjatan ).
 Derajat IV
Renjatan berat ( DSS ) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak
dapat diukur.

G. Diagnosis

16
Patokan WHO (1975 ) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai
berikut :
 Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
 Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji tourniquet
positif dan salah satu bentuk lain ( ptechie, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi ), hematemesis dan atau melena.
 Pembesaran hati
 Renjatan yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan
darah menurun ( tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang
dan diastolic 20 mmHg atau kurang ), disertai kulit yang teraba dingin
dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita
gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

H. Komplikasi
Distress pernafasan dapat terjadi karena efusi pleura dan oedema pada
paru-paru akibat kebocoran kapiler paru. Oedema juga dapat terjadi pada
abdomen sehingga menyebabkan distress yang juga memperberat distress
pernafasan. Juga dapat terjadi perdarahan dalam abdomen ( saluran
pencernaan ). Kondisi syok yang tidak teratasi ataupun syok berulang
dapat menyebabkan kematian.

I. Pemeriksaan Penunjang
Data pemeriksaan l
a. Darah
1. Trombositopenia ( jumlah trombosit < 100.000/mm3
2. Hematokrit meningkat
3. Hemoglobin meningkat, leukosit pada hari ke 2 dan ke 3 terjadi
leucopenia dengan limfosit, monosit dan basofil meningkat )
4. Protein darah rendah
5. Hemokonsentrasi ( peningkatan 20% dari standar sesuai usia )
6. Dengue blot IgM gan IgG positif

17
b. Urine
Dijumpai albuminuria ringan
Data pemeriksaan penunjang yang lain pada tahap yang lebih lanjut :
1. Dengan foto thorax dapat ditemukan adanya pulmonary vaskuler
congestion dan pleura effusion
2. USG : hepatomegali dan splenomegali

J. Penatalaksanaan Penderita DHF


1. Tirah baring atau istirahat baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak ( 2-2,5 liter/24 jam ) dapat berupa susu, the manis,
sirop, dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF
4. Pemberian cairan intravena ( biasanya Ringer Laktat, Nacl faali ).
Ringer laktat merupakan cairan intravena yang paling sering
digunakan, mengandung Na 130 mEq/liter, K 4 mEq/liter, Korektor
basa 28mEq/liter.Cl 109mEq/liter dan Ca 3 mEq/liter
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam ( suhu, nadi, tensi, pernafasan )
jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam
6. Periksa Hb, Ht, dan trombosit tiap hari
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen.
Eukinin atau dipiron ( kolaborasi dengan dokter ). Juga pemberian
kompres hangat
8. Monitor tanda- tanda perdarahan lebih lanjut
9. Pemberian antibiotika bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder
( kolaborasi dengan dokter )
10. Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum,
perubahan tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium
yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam ( kolaborasi dengan
dokter )

18
II. KONSEP TUMBUH KEMBANG

1. Pengertian Anak Usia Prasekolah


Anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong, 2000), anak usia
prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi
pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan,
Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d
2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5
cm dan TB rata-rata 95 cm.
2. Perkembangan anak usia pra sekolah (3-6 tahun)
Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan ukuran
sel pada membelah diri dan sintesis protein baru, menghasilkan
peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian sel (Wong,
2008)
Perkembangan (development) merupakan perubahan dan perluasan
secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari dari yang
lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan
kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta
pembelajaran (Wong,2008)

a. Usia 3 tahun:

1) Motorik kasar:
a) Mengendarai sepeda roda tiga
b) Berdiri pada satu kaki dalam beberapa detik
c) Naik dan turun tangga dnegan kaki bergantian
d) Melompat jauh
e) Mencoba berdansa, mungkin belum
2) Motorik halus:
a) Membangun menara dari 9-10 kotak

19
b) Membangun jembatan dengan tiga kotak
c) Secara benar memasukan biji-bijian ke dalam botol
berleher sempit
d) Menggambarkan meniru lingkaran, silang dan
lingkaran dengan gambar wajah
3) Bahasa:
a) Mempunyai perbendaharaan sekitar 900 kata
b) Menggunakan kalimat lengkap dari 3-4 kata
c) Bicara tanpa henti tanpa peduli apakah seseorang
memperhatkannya
d) Mengulang kalimat dari 6 suku kata
e) Mengajukan banyak pertanyaan
4) Sosial/kognitif:
a) Berpakaian sendiri hampir lengkap, dibantu bila
dengan kancing dibelakang dan mencocokan sepatu
kanan atau kiri
b) Mengalami peningkatan rentang perhatian
c) Makan sendiri
d) Dapat menyiapkan makan sederhana seperti sereal
dan susu
e) Dapat membantu mengatur mmeja, mengeringkan
piring tanpa pecah
f) Takut pada kegelapan
g) Mengetahui jenis kelamin sendiri dan orang lain
h) Egosentrik dalam berpikir dan tingkah laku
i) Mulai memahami waktu
j) Mulai mampu memandang konsep dari perspektif
yang berbeda
k) Permainan paralel dan asosiatif: mulai mempelajari
permainan sederhana, tetapi sering mengikuti
aturannya sendiri, serta mulai berbagi

20
b. Usia 4 tahun
1) Motorik kasar:
a) Melompat dengan satu kaki
b) Menangkap bola dengan tepat
c) Melempar bola bergantian tangan
2) Motorik halus
a) Menggunakan gunting dnegan baik untuk memotong
gambar mengikuti garis
b) Dapat memasang sepatu tetapi tidak mampu
mengikat talinya
c) Dapat menggambar menyalin bentuk kotak, garis
silang atau segi tiga
3) Bahasa:
a) Perbendahraan sekitar 1500 kata
b) Menggunakan kalimat dari 4-5 kata
c) Menceritakan cerita dengan dilebih-lebihkan
d) Mengetahui lagu sederhana
e) Menyebutkan satu atau lebih warna
f) Memahami analogi seperti “bila es dingin, api...”
4) Sosial/ kognitif:
a) Sangat mandiri
b) Cenderung untuk keras kepala dan tidak sabar
c) Agresif secara fisik dan verbal
d) Mendapat kebanggaan dalam pencapaian
e) Memamerkan secara dramatis, menikmati
pertunjukan orang lain
f) Menceritakan/ cerita keluarga pada orang lain tanpa
batasan
g) Masih mempunya banyak rasa takut
h) Menghubungkan sebab akibat dengan kejadian

21
i) Memahami waktu dengan baik khususnya dalam
istilah urutan kejadian sehari-hari
j) Menilai segala sesuatu menurut dimensinya seperti
tinggi, lebar atau perintah
k) Egosentris berkurang dan kesadaran sosiallebih
tinggi
l) Dapat menghitung dengan benar
m) Patuh pada orang tua karena batasan buku karena
memahami salah atau benar
5) Permainan asosiatif
a) Mengkhayalakn teman bermain
b) Menggunakan alat dramatis, imajinatif, dan imitatif
c) Eksplorasi seksual dan keingintahuan ditunjukan
melalui bermain, seperti menjadi dokter atau
perawat
c. Usia 5 tahun

1) Motorik kasar:
a) Melompat dengan kaki bergantian
b) Melempar dan menangkap bola dengan baik
c) Melompat ke atas
d) Bermain skate dengan keseimbangan yang
baik
e) Berjalan mundur dengan tumit dan jari kaki
f) Keseimbangan pada kaki bergantian dengan
mata tertutup
2) Mototrik halus
a) Mengikat tali sepatu
b) Mengguanakan gunting, alat sederhana, atau
pensil dengan baik

22
c) Menggambar meniru gambar permata dan
segitiga, menambahkan 7-9 bagian dari
gambar garis, mencetak beberapa huruf,
angka atau kata, seperti nama panggilan
3) Bahasa
a) Mempunyai perbendaharaan sampai 2.100 kata
b) Menggunakan kalimat dengan 6-8 kata
c) Menyebutkan empat atau lebih warna
d) Menggambar atau melukis dengan banyak
komentar dan menyebutkan satu per satu
e) Mengetahui nama-nama hari dalam seminggu,
bulan dan kata yang berhubungan dengan waktu
lainnya
f) Dapat mengikuti tiga perintah sekaligus
4) Sosial/kognisi
a) Kurang memberontak dibanding sewaktu usia 4
tahun
b) Lebih tenang dan berhasrat untuk menyelesaikan
urusan
c) Mandiri tapi dapat dipercaya, tidak kasar, lebih
bertanggung jawab
d) Mengalami sedikit rasa takut, mengandalkan
otoritas luar untuk mengaendalikan dunianya
e) Berhasrat untuk melakukan sesuatu dengan benar
dan mudah, mencoba mengikuti aturan
f) Menunjukan sikap lebih baik
g) Memperhatikan diri sendirisecara total kecuali
gigi, berpakaian, atau higiene
h) Mulai bertanya apa yang dipikirkan orang tua
dengan membandingkannya dengan teman sebaya
dan orang dewasa lain

23
i) Lebih mampu memandang perspektif orang lain,
tetapi menoleransi perbedaan daripada
memahaminya
j) Mulai memahami penghematan angka melalui
penghitungan objek tanpa memandang
pengaturan
k) Menggunakan kata berorientasi waktu
l) Sangat ingin tahu tentang informasi faktual
mengenai dunia
m) Permainan asosiatif: mencoba mengikuti aturan
tetapi berlaku curang untuk menghindari
kekalahan

3. Teori –teori perkembangan anak usia Pra Sekolah


a. Perkembangan kognitif (Piaget)
Tahap pra oprasional (umur 2-7 tahun) dengan perkembangan
kemampuan sebagai berikut anak belum mampu
mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam
pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik
Tahun ketiga berada pada fase pereptual, anak cenderung
egosentrik dalam berfikir dan berperilaku, mulai memahami waktu,
mengalami perbaikan konsep tentang ruang, dan mulai dapat
memandang konsep dari perspektif yang berbeda.
Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu
lebih baik, menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul
berdasarkan persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran sosial
lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai
batasan bukan karena memahami hal benar atau salah.
Pada akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang
perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum

24
memahaminya, anak sangat ingin tahu tentang factual dunia (Zae,
2000).
b. Perkembangan psikosexual anak (Freud)
Tahap oedipal/phalik terjadi pada umur 3-5 tahun dengan
perkembangan sebagai berikut kepuasan pada anak terletak pada
rangsangan autoerotic yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan
dari beberapa daerah erogennya, suka pada lain jenis. Anak laki-
laki cenderung suka pada ibunya dari pada ayahnya demikian
sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya (Hidayat, Aziz
Alimul, 2005).
Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak mulai mengenal
perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan
mengidentifikasi figur atau perilaku orang tua sehingga mempunyai
kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa di
sekitarnya (Nursalam dkk, 2005).
c. Perkembangan psikososial anak (Erikson)
Tahap inisiatif, rasa bersalah terjadi pada umur 4-6 tahun
(prasekolah) dengan perkembangan sebagai berikut anak akan
memulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara
aktif dalam melakukan aktivitasnya, dan apabila pada tahap ini
anak dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah
pada diri anak (Hidayat, Aziz Alimul, 2005).
Menurut Erikson pada usia (3-5 tahun) anak berada pada fase
inisiatif vs rasa bersalah. Pada masa ini, anak berkembang rasa
ingin tahu (courius) dan daya imaginasinya, sehingga anak banyak
bertanya mengenai segala sesuatu disekelilingnya yang tidak
diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, maka hal
tersebut akan membuat anak merasa bersalah. Anak belum mampu
membedakan hal yang abstrak dengan konkret, sehingga orang tua
sering menganggap bahwa anak berdusta, padahal anak tidak
bermaksud demikian (Nursalam dkk, 2005).

25
Menurut Erikson perkembangan kepribadian dari segi psikososial
tertentu yang harus diatasi oleh anak agar dapat melewati stadium
selanjutnya. stadium perkembangan manusia dibagi menjadi 8
tugas yaitu:
a. Basic trust vs mistrust
b. Autonomy vs shame and doubt
c. Initiative vs guilt
d. Industriousness vs sense of inferiority
e. Identity information vs diffusion
f. Intimacy vs isolation
g. Procreation/generativity vs self absorption
h. Ego integrity vs despair
d. Perkembangan moral (Kohlberg)
Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Kohlberg dengan
memandang tumbuh kembang anak ditinjau dari segi moralitas
anak dalam menghadapi kehidupan, tahapan perkembangan moral
yaitu: tahap prakonvensional (orientasi pada hukum dan
kepatuhan), tahap prakonvensional (orientasi instrumental bijak),
tahap konvensional, tahap pasca konvensional (orientasi kontak
sosial) (Wong, 2008, hlm 119). Dalam teori perkembangan moral
anak prasekolah termasuk dalam tahap prakonvensional, dalam
tahap perkembangan ini anak terorientasi secara budaya dengan
label baik atau buruk, anak-anak menetapkan baik atau buruknya
suatu tindakan dari konsekuensi tindakan tersebut. Dalam tahap ini
anak tidak memiliki konsep tatanan moral, mereka menentukan
prilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang memuaskan kebutuhan
mereka sendiri meskipun terkadang kebutuhan orang lain. Hal
tersebut diinterprestasikan dengan cara yang sangat konkrit tanpa
kesetiaan, rasa terimakasih atau keadilan (Wong, 2008)
e. Perkembangan spiritual

26
Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun)
berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu
super ego. Kebutuhan spiritual ini harus diperhatikan karena anak
sudah mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit menerima
penjelasan mengenai Tuhan yang abstrak, bahkan mereka masih
kesulitan membedakan Tuhan dan orang tuanya

4. Prinsip-prinsip tumbuh kembang


a. Tumbuh terjadi secara teratur dan berurutan
Proses maturasi dapat diramalakan dan mengikuti urutan
perubahan yang universal. Pertumbuhan yang sangat pesat
terjadi selama satu tahun pertama, kemudian menjadi lebih
lambat selama pertengahan dan akhir masa kanak-kanak,
gigi menjadi ompong pada pertengahan masa kanak-kanak
dan ciri seks sekunder berkembang lebih pesat pada awal
masa remaja
b. Tumbuh kembang dipengaruh oleh lingkungan sosial
ekonomi
Keluarga. Teman sebaya danlingkungan menciptakan
suasana sosial dan ekonomi bagi anak. Adat istiadat,
peraturan, dan nilai yang berlaku disuatu daerah tertentu
berbeda dengan daerah lain sehingga anak mempunyai
perilaku yang berbeda-beda sesuai dengan asal daerahnya.
c. Kecepatan tumbuh kembang spesifik
Tiap sistem tubuh mempunyai tingkat kecepatan tumbuh
kembang yang tidak sama. Berbeda tersebut mencakup
penambahan ukuran, berat dan gunfsi maturasi. Misalnya
sistem syaraf dan kardiovaskuler berkembang lebih awal
dari pada sistem reproduksi
d. Tumbuh kembang terjadi dengan arah chepalocaudal dan
proksimodistal

27
Bagian kepala berkembang lebih dahulu daripada bagian
tarso, kemudian diikuti perkembangan pada tungkai dan
kaki. Bayi baru lahir memiliki kepala yang besar dari pada
tubuhnya. Bayi belajar bergulingan terlebih dahulu sebelum
belajar memegang benda dengan jari tangannya
e. Tumbuh kembang makin dapat dibedakan
Dalam semua aspek perkembangan bersifat umum dan
berkembang ke arah repons yang spesifik. Misalkan pada
saat menangis bayi akan menggerakan seluruh tubunya
sedangkan pada anak toddler saat menagis hanya
melibatkan mata dan gerakan tangannya.
f. Tumbuh kembang makin terintergasi dan
berkesinambungan
Perilaku berkembang dari yang sederhana ke perilaku yang
lebih komplek sesuai dengan keterampilan, pengetahuan
yang dipelajari
(Sujono Riyadi, 2009)

5. Tahap tumbuh kembang


Menurut Hamid Achir (2008), Usia prasekolah (3-5 tahun): anak
prasekolah telah menguasai keterampilan motorik kasar dan
motorik halus, serta sudah mengembangkan kemampuan
berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Selama tahap
ini, anak terus menghaluskan keterampilannya dan belajar
keterampilan lain dalam persiapannya agar dapat meluaskan
duniannya ke lingkungan tetangga dan sekolah. Anak prasekolah
memfokuskan pengembangan kemampuan motorik halus melalui
gerakkan, seperti menggunakan pensil dan menggambar. Menurut
teori Erikson, pada tahap prasekolah, anak mengembangkan
inisiatif vs rasa bersalah setelah berhasil menanmkan rasa percaya
dan otonomi yang berkembang pada tahap sebelumnya. Inisiatif

28
dapat berkembang jika anak merasa aman psikososial melalui
interaksi yang sesuai dengan orang tuanya. Karena rasa ingin tahu
yang besar, anak cenderung bertanya mengapa dan merasa lebih
yakin akan kemampuannya dengan fantasi dalam semua situasi.
Permainan yang memfasilitasi interaksi sangat penting untuk
mengembangkan kemampuan bermain bersama, rasa toleransi dan
menanmkan sifat-sifat baik.
Kemampuan kognitif terlihat melalui pemikiran magis dan cara
berpikir yang konkret. Anak pra-sekolah masih terbatas
kemampuan menentukan ukuran, bentuk, volume, usia dan waktu.
Mereka biasanya mengulangi perilaku yang memuaskan dirinya
dan orang yang berarti bagi dirinya, serta sudah tidak terlalu
bergantung pada orang tua untuk membatasi perilakunya.
Umur Pencapaian Tahap menurut Freud Tahap menurut Piaget
Tahap menurut Erikson
Balita awal Mengontrol pengeluaran kotoran, bermain secara
kooperatif, menggambarkan bentuk orang, banyak bertanya, lebih
lancar berbicara, belajar melangkahi dan melompati serta
berpakaian dan melepas pakaian Phalik Praoperasional
Inisiatif vs rasa bersalah
(Basant Puri, 2011)

29
Daftar Pustaka

Adriana Dian. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta.
Salemba Medika. 2013

Basant K. Puri. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta. EGC. 2011

Hamid Ashir Yani S. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC. 2008

Nursalam dkk. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta. Salemba Medika.
2005

Sujono Riyadi. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2009

30
III. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
Data yang dikumpulkan dapat dibagi menjadi dua yaitu data dasar
dan data khusus ( Carpenito, 1983 )
1) Data dasar adalah data mengenai
 Persepsi klien tentang kesehatan; upaya yang biasa dilakukan
untuk mempertahankan hidup sehat; alasan pasien masuk
rumah sakit ( keluhan utama ) yang dialami pasien; faktor
pancetus dan lama keluhan; timbulnya keluhan
( mendadak dan bertahap ); upaya yang dilakukan untuk
mengatasi keluhan
 Pola nutrisi : Frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
 Pola eliminasi BAB dan BAK
 Pola aktivitas dan latihan
 Pola tidur dan istirahat
 Pola pikir : persepsi, persepsi diri; mekanisme koping;sistem
nilai-kepercayaan
 Pengkajian fisik meliputi : keadaan umum pasie; sakit
( ringan, sedang, berat )
 Kesadaran : komposmentis; apatis; somnolen; soporo; koma;
refleks; sensibilitas; nilai Glasgow Coma Scale ( GCS )
 Tanda-tanda vital : suhu, tensi, nadi, pernafasan
 Keadaan kulit, kelenjar limpe, muka, kepala, mata, telinga,
hidung, mulut dan leher; rektum; alat kelamin; anggota gerak

31
 Sirkulasi : finger print; turgor; hidrasi
 Keadaan dada :
Paru-paru : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
Jantung : inspeksi, perkusi, auskultasi
Abdomen : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
2) Data khusus yaitu data yang diambil berdasarkan kondisi pasien
pada saat sekarang
3) Data subjektif adalah data yang dikumpulkan berdasarkan
keluhan yang dinyatakan oleh pasien : lemah, panas atau
demam, sakit kepala, anoreksia ( tidak nafsu makan ), mual,
haus, sakit saat menelan, nyeri ulu hati, nyeri pada oto dan
sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, konstipasi ( sembelit )
4) Data objektif adalah data yang diperoleh berdasarkan
pengamatan perawat atau kondisi pasien
 Suhu tubuh tinggi : menggigil, wajah tampak kemerahan
( flusing )
 Mukosa mulut kering : perdarahan gusi, lidah kotor ( kadang-
kadang )
 Tampak bintik merah pada kulit ( ptichie ), uji tourniqut
positif, epistaksis ( perdarahan hidung ), ekimosis, hematoma,
hematemesisi, melena
 Hiperemia pada tenggorokan
 Nyeri tekan pada epigastrik
 Pada palpasi teraba adanya pembesaran limpe dan hati
 Pada renjatan ( derajat IV ): nadi cepat dan lemah, nafas
dangkal

b. Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien DHF antara


lain sebagai berikut :

32
1) Peningkatan suhu tubuh ( hipertermi ) sehubungan dengan proses
penyakit ( viremia )
Hasil yang diharapkan :
 Suhu tubuh normal ( 36-370c )
 Pasien bebas dari demam

Intervensi Rasional
1. Kaji saat timbulnya 1. Untuk mengidentifikasi pola
demam demam pasien
2. Observasi tanda-tanda 2. Tanda-tanda vital merupakan
vital : suhu, nadi, tensi, acuan untuk mkengetahui
respirasi setiap 3 jam keadaan umum pasien
atau lebih sering
3. Berikan penjelasan 3. Penjelasan tentang kondisi yang
tentang penyebab dialami pasien dapat membantu
demam atau pasien/keluarga mengurangi
peningkatan suhu tubuh kecemasan yang timbul
4. Berikan penjelasan 4. Penjelasan tentang kondisi yang
tentang penyebab dialami pasien dapat membantu
demam atau pasien/keluarga mengurangi
peningkatan suhu tubuh kecemasan yang timbul
5. Berikan penjelasan 5. Keterlibatan keluarga sangat
kepada pasien/keluarga berarti dalam proses
tentang hal-hal yang penyembuhan pasien di rumah
dapat dilakukan untuk sakit
mengatasi demam dan
menganjurkan
pasien/keluarga untuk
kooperatif
6. Penjelasan yang diberikan
6. Jelaskan pentingnya
kepada pasien/keluarga akan

33
tirah baring bagi pasien memotivasi pasien untuk
akibatnya jika hal kooperatif
tersebut tidak dilakukan 7. Peningkatan suhu tubuh
7. Anjurkan pasien untuk mengakibatkan penguapan
banyak minum ± 2,5 tubuh meningkat sehingga perlu
liter/24 jam dan diimbangi dengan asupan cairan
jelaskan manfaatnya yang banyak
bagi pasien 8. Kompres dingin akan membantu
menurunkan suhu tubuh

8. Berikan kompres dingin 9. Pakaian yang tipis akan


( pada daerah aksila dan membantu mengurangi
lipatan paha ) penguapan tubuh
9. Anjurkan untuk tidak 10. Untuk mengetahui adanya
memakai selimut dan ketidakseimbangan cairan tubuh
pakaian yang tebal 11. Pemberian cairan sangat
10. Catat asupan dan penting bagi pasien dengan suhu
keluaran tinggi pemberian cairan
11. Berikan terapi merupakan wewenang dokter
cairan intra vena dan sehingga perawat perlu
obat-obatan sesuai berkolaborasi dalam hal ini
dengan program dokter
( masalah kolaborasi )

2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari


kebutuhansehubungan dengan mual, muntah, anoreksia
Hasil yang diharapkan :
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan
makanan sesuai dengan porsi yang diberikan/dibutuhkan.

34
Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan mual, sakit 1. Menetapkan cara mengatasi
menelan dan muntah yang mual pada klien
dialami oleh pasien
2. Kaji cara/bagaimana makanan 2. Cara menghidanhkan makanan
dihidangkan dapat empengaruhi nafsu makan
pasien

3. Berikan makanan yang mudah 3. Membantu mengurangi


ditelan seperti bubur, tim dan kelelahan pasien dan
dihidangkan saat masih Hangat meningkatkan asupan makanan
karena mudah ditelan
4. Berikan makanan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering 4. Menghindari mual dan muntah

5. Jelaskan manfaat
makanan/nutrisi bagi pasien 5. Meningkatkan pengetahuan
terutama saat pasien sakit pasien tentang nutrisi sehingga
motivasi untuk makan
6. Berikan umpan balik positif meningkat
saat pasien mau berusaha 6. Memotivasi dan meningkatkan
menghabiskan makanannya semangat pasien

7. Mencatat jumlah/porsi
makanan yang dihabiskan oleh 7. Untuk mengetahui pemenuhan
pasien setiap hari nutrisi pasien

8. Berikan nutrisi parenteral


( kolaborasi dengan doter) 8. Nutrisi parenteral sangat
bermanfaa bagi pasien terutama
jika intake peroral sangat
kurang. Jenis dan jumlah

35
pemberian nutrisi parenteral
merupakan wewenang dokter
9. Obat antasida ( antiemetic )
9. Berikan obat-obatan antasida membantu pasien mengurangi
( antiemetic ) sesuai program rasa mual dan muntah.
dokter Pemberian obat tersebut
diharapkan intake nutrisi pasien
meningkar

10. Untuk mengetahui status


10. Mengukur berat badan
gizi pasien
pasien setiap hari

3) Gangguan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan kondisi tubuh yang


lemah
Hasil yang diharapkan :
 Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi
 Pasien mampu mandiri setalah bebas dari demam

Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan pasien 1. Mengidentifikasi masalah-
masalah pasien
2. Kaji hal-hal yang mampu/tidak 2. Mengetahui tingkat
mampu dilakukan oleh pasien ketergantungan pasien dalam
sehubungan dengan kelemahan memenuhu kebutuhannya
fisiknya.
3. Pemberian bantuan sangat
3. Bantu pasien memenuhi
diperlukan oleh pasien pada
kebutuhan aktifitasnya sehari-
saat kondisinya lemah dan
hari sesuai dengan tingkat
perawat mempunyai tanggung
keterbatasan pasien seperti
jawab dalam pemenuhan

36
mandi, makan, eliminasi. kebutuhan sehari-hari pasien
tanpa membuat pasien
mengalami ketergantungan
pada perawat.

4. Bantu pasien untuk mandiri 4. Dengan melatih kemandirian


sesuai dengan perkembangan pasien maka pasien tidak
kemajuan fisiknya mengalami ketergantungan
pada perawat
5. Beri penjelasan tentang hal-hal 5. Dengan penjelasan yang
yang dapat membantu dan diberikan pasien termotivasi
meningkatkan kekuatan fisik untuk kooperatif selama
pasien perawatan terutama terhadap
tindakan yang dapat
meningkatkan kekuatan
fisiknya seperti pasien mau
menghabiskan porsi makannya
6. Membantu pasien untuk
6. Letakkan barang-barang di
memenuhi kebutuhannya
tempat yang mudah terjangkau
sendiri tanpa orang lain
oleh pasien
7. Pasien dapat segera meminta
7. Siapkan bel di dekat pasien
bantuan perawat saat
membutuhkannya

4). Potensial defisit volume cairan sehubungan dengan berpindahnya cairan


intravaskuler ke ekstravaskuler
Hasil yang diharapkan :

 Tidak terjadi deficit volume cairan

Intervensi Rasional
1. Kaji keadaan umum pasien 1. Menetapkan data dasar pasien,

37
( lemah, pucat, untuk mengetahui dengan cepat
tachikardi ),serta tanda-tanda penyimpangan dari keadaan
vital normalnya

2. Dapat segera dilakukan


2. Observasi adanya tanda-tanda tindakan untuk menangani syok
syok yang dialami pasien

3. Pemberian cairan intravena


3. Berikan cairan intravena sesuai sangat penting bagi pasien yang
program dokter mengalami deficit volume
cairan dengan keadaan umum
yang buruk karena cairan
langsung masuk kedalam
pembuluh darah, pemberian
sesuai dengan program dokter
karena merupakan wewenang
dokter
4. Anjurkan pasien untuk banyak 4. Asupan cairan sangat
minum diperlukan untuk menambah
volume cairan tubuh

5. Kaji tanda dan gejala 5. Mengetahui penyebab devisit


dehidrasi/hipovolemik volume cairan. Jika haluran
( riwayat muntah, diare, urine < 60ml/24 jam maka
kehausan, turgor jelek ) pasien mengalami syok

6. Kaji perubahan keluaran urine 6. Mengetaui keseimbangan cairan


(urine output < 25ml/jam atau
600ml/hari). Monitor asupan-
haluran

38
39
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah (2005 ). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2, Jakarta: EGC

Suriadi ( 2006 ) . Asuhan Keperawatan Pada Anak , Jakarta: EGC

Guyton ( 1997 ). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 9, Jakarta : EGC

Christantie Effendy. 1998. Perawatan Pasien DHF. Edisi Pertama. Jakarta: EGC.

40

Anda mungkin juga menyukai