Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat 1 yang
Diampuh NS. ZULKIFLI B. POMALANGO
OLEH : KELOMPOK 2
Ariyati Pakaya (841416068)
Cindrawati (841416034)
Crisela Dewi Bolota (841416010)
Dita Tirawati Sanggilang (841416009)
Fadjria Sy. Ney (841416124)
Nur Sintiya Mohamad (841416095)
Sela P. Yunus (841416092)
Sri Juniarti (841416033)
Sri Nangsi Nt.Modjo (841416053)
Sri Rahmawaty Lalu (841416096)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas “Askep Trauma Termal”, guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat 1.
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan tugas ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga proposal ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3. Tujuan...........................................................................................................3
1.4. Manfaat.........................................................................................................3
BAB II KONSEP MEDIS...................................................................................4
2.1. Definisi...........................................................................................................4
2.2. Etiologi...........................................................................................................4
2.3. Manifestasi Klinis.........................................................................................5
2.4. Patofisiologi..................................................................................................6
2.5. Klasifikasi .....................................................................................................7
2.6. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................9
2.7. Penatalaksanaan...........................................................................................10
2.8. Komplikasi....................................................................................................14
2.9. Prognosis.......................................................................................................15
BAB KONSEP KEPERAWATAN ..................................................................17
3.1. Pengkajian....................................................................................................17
3.2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................24
3.3. Asuhan Keperawatan...................................................................................25
3.4. Pathway.........................................................................................................49
BAB IV PENUTUP.............................................................................................50
4.1 Kesimpulan....................................................................................................50
4.2. Saran..............................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................51
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan trauma termal
1.3.2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, klasifikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaks-
anaan, komplikasi dan prognosis dari trauma termal
b. Untuk mengetahui pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
asuhan keperawatan, dan pathway dari trauma termal
1.4. Manfaat
a. Bagi penulis
Menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan trauma termal
b. Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Dengan adanya laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi
atau menambah referensi mengenai asuhan keperawatan penyakit trauma
termal
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame),jilatan api
ketubuh (flash),terkena air panas(scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan - bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).
2.2 Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) : gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas
(scald), jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat
terpapar atau kontak dengan objek - objek panas lainnya(logam panas, dan
lain - lain) (Moenadjat,2005)
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali
yang biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan
pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga
(Moenadjat,2005).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api,
dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang
memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh
darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi
ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak
dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber
radio aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat
terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka
bakar radiasi (Moenadjat,2001).
2.4 Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung
atau radiasi elektromagnetik. Sel - sel dapat menahan temperatur sampai 44 oc
tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda
untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan
struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh
darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh
darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan
elektrolit.Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang
hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan
kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit,timbul
ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi
ini dikenal dengan syok (Moenajat,2001)
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi
sistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan
pembuluh darah kapiler,peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan
protein),sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan
intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat
mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan
terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi
jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang
menyuplai sirkulasi orang organ organ penting seperti : otak, kardiovaskuler,
hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan
kegagalan organ multi sistem.
2.5 Klasifikasi
Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, antara lain:
penyebab, luasnya luka, dan keparahan luka bakar.
a. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab
a) Luka bakar termal
Luka bakar yang biasanya mengenai kulit. Luka bakar ini bisa
disebabkan oleh cairan panas, berkontak dengan benda padat
panas, terkena lilin atau rokok, terkena zat kimia, dan terkena
aliran listrik (WHO, 2008).
b) Luka bakar inhalasi
Luka bakar yang disebabkan oleh terhirupnya gas yang panas, cairan
panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak
sempurna. Luka bakar ini penyebab kematian terbesar pada pasien luka
bakar (WHO, 2008).
b. Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar
a) Derajat I (superficial) hanya terjadi di permukaan kulit (epidermis).
Manifestasinya berupa kulit tampak kemerahan, nyeri, dan mungkin
dapat ditemukan bulla. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 3
hingga 6 hari dan tidakmenimbulkan jaringan parut saat
remodeling(Barbara et al.,2013).
b) Derajat II (partial thickness) melibatkan semua lapisan epidermis dan
sebagian dermis. Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan,
sedikit edem dan nyeri berat. Bila ditangani dengan baik, luka bakar
derajat II dapat sembuh dalam 7 hingga 20 hari dan akan
meninggalkan jaringan parut (Barbara et al.,2013).
c) Derajat III (full thickness) melibatkan kerusakan semua lapisan kulit,
termasuk tulang, tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak
kering dan mungkin ditemukan bulla berdinding tipis, dengan tampilan
luka yang beragam dari warna putih, merah terang hingga tampak
seperti arang. Nyeri yang dirasakan biasanya terbatas akibat hancurnya
ujung saraf pada dermis. Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat
dan biasanya membutuhkan donor kulit (Barbara et al.,2013).
c. Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka
Sedangkan berdasarkan luas lesi dapat diklasifikasikan menjadi 3 yakni:
a) Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I seluas <10% atau derajat
II seluas <2%.
b) Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I seluas 10 - 15% atau
derajat II seluas 5 -10%
c) Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II seluas >20% atau derajat
III seluas >10%
Untuk menilai luas luka menggunakan metode “Rule of Nine”
berdasarkan LPTT (Luas Permukaan Tubuh Total). Luas luka bakar
ditentukan untuk menentukan kebutuhan cairan, dosis obat dan
prognosis. Persentase pada orang dewasa dan ana - anak berbeda. Pada
dewasa, kepala memiliki nilai 9% dan untuk ektremitas atas memiliki
nilai masing - masing 9%. Untuk bagian tubuh anterior dan posterior
serta ekstremitas bawah memiliki nilai masing - masing 18%, yang
termasuk adalah toraks, abdomen dan punggung. Serta alat genital 1%.
Sedangkan pada anak - anak persentasenya berbeda pada kepala
memiliki nilai 18% danektremitas bawah 14% (Yapa, 2009).
2. Resusitasi Cairan.
Resusitasi cairan merupakan tatalaksana utama ada saat fase awal
penanganan luka bakar terutama pada 24 jam pertama. Pemberian cairan
yang adekuat akan mencegah syok yang disebabkan karena kehilangan
cairan berlebihan ada luka bakar.
Luka bakar data menyebabkan berbagai perubahan parameter
anatomis imunologis bahkan fisiologis tubuh. Luka bakar data
menyebabkan hilagnya cairan intravascular melalui luka atau jaringan
yang mengaami cidera. Teknik resusitasi cairan ada luka bakar mengacu
pada rumus parkland, yaitu:
4 cc/kg/luas permukaan tubuh + cairan rumatan.
Cairan rumatan dapat digunakan dekstrosa 5% dalam ringer laktat yang
jumlahnya disesuaikan dengan berat badan :
≤10 Kg: 100 mL/kg
11-20 Kg: 1000 mL + (Berat badan – 10 Kg) x 50 mL
>20 Kg: 1500 mL + (Berat badan – 20 Kg) x 20 mL
Pemberian cairan ini diberikan 24 jam pertama, 50% diberikan 8
jam pertama dan 50% diberikan 16 jam berikutnya. Formula ini telah
digunakan secara luas sejak 40 tahun yang lalu untuk terapi cairan pada
luka bakar selama 24 jam pertama setelah trauma, namun penelitian
terbaru mengatakan bahwa formula Parkland tidak dapat memprediksi
kehilangan cairan secara akurat khususnya pada pasien dengan luka bakar
luas, akibatnya pasien seringkali mendapatkan jumlah cairan lebih sedikit
dibandingkan seharusnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Cancio dkk
yang melaporkan bahwa penggunaan formula Parkland menyebabkan
penurunan kebutuhan cairan pada 84% pasien. Penelitian ini juga
menyebutkan jumlah cairan yang diberikan pada pasien luka bakar tidak
hanya memperhatikan luas serta kedalaman luka, namun harus
diperhatikan apakah pasien ini membutuhkan bantuan ventilasi mekanik
atau tidak karena diperkirakan hal ini dapat meningkatkan kebutuhan
cairan.
4. Dukungan Nutrisi
Pada keadaan luka bakar terlebih pada luka bakar derajat luas,
terjadi hipermetabolisme akibat respons stres berlebihan. Hal ini akan
mengakibatkan pasien akan mengalami keadaan malnutrisi, dan lambatnya
proses penyembuhan. Keadaan hipermetabolisme dapat bertahan sekitar
12 bulan setelah cedera. Keadaan ini berhubungan dengan luasnya luka
bakar, dan berkaitan dengan stres yang terjadi. Pada anak kebutuhan kalori
mencakup 60%-70% karbohidrat, 15%-20% lemak, sedangkan protein
harus terpenuhi 2,5-4gram/kgbb/hari. Apabila diberikan asupan berlebih
dapat menyebabkan peningkatan produksi CO2 yang dapat memperberat
fungsi paru dan dapat meperlambat proses penyapihan ventilator. Di
samping itu pemberian karbohidrat berlebihan akan menyebabkan
disfungsi hepar, hiperglikemia sehingga dapat memicu dehidrasi akibat
meningkatnya diuresis. Pemantauan proses metabolisme dilakukan melalui
pemantauan kadar gula darah, albumin, elektrolit, fungsi hati dan ginjal.
2.8 Komplikasi
Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari
ketidakmampuan tubuh saat proses penyembuhan luka (Burninjury, 2013).
1) Terganggunya suplai darah atau sirkulasi
Penderita dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat
menyebabkan kondisi hipovolemik atau rendahnya volume darah. Selain
itu, trauma luka bakar berat lebih rentan mengalami sumbatan darah
(blood clot) pada ekstremitas. Hal ini terjadi akibat lamanya waktu tirah
baring pada pasien luka bakar. Tirah baring mampu menganggu sirkulasi
darah normal, sehingga mengakibatkan akumulasi darah di vena yang
kemudian akan membentuk sumbatan darah (Burninjury, 2013).
2.9 Prognosis
Prognosis luka bakar akan lebih buruk bila terjadi pada area luka
yang lebih besar, usia penderita yang lebih tua, dan pada wanita. Adanya
trauma inhalasi atau trauma signifikan lain seperti fraktur tulang panjang
dan komorbiditas berat (penyakit jantung, diabetes, gangguan psikiatri dan
keinginan untuk bunuh diri) juga mempengaruhi prognosis (Tintinalli,
2010).
Selain itu juga dapat digunakan metode skoring Baux termodifikasi
untuk memprediksi persentase mortalitas trauma luka bakar. Rumus Baux
adalah umur + persentase area luka bakar + (17 x (trauma inhalasi, 1 = ya,
0 = tidak) (Osler et al., 2010).
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Data biografi
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt,
tnggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita
perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya
mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2
tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap
jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu
karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama
dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah
nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf.
Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe,
time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah
klien mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh
darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema
paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya
kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama
menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat
meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi
perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ),
fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien
sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika
klien mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis,
atau penyalagunaan obat dan alkohol
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai
masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan
6. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body
image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami
gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan
perawatan yang laam sehingga mengganggu klien dalam melakukan
aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
a. Bernafas
Pada klien yang terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi). Yang dikaji adalah serak; batuk
mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan
torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
b. Makan dan Minum
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila
terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada
pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia,
mual, dan muntah.
c. Eliminasi:
haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan
otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan
ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada
luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
d. Gerak dan Aktifitas :
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
e. Istirahat dan Tidur
Pola tidur akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh kondisi
klien ddan akan mempengaruhi proses penyembuhan
f. Pengaturan Suhu
Klien dengan luka bakar mengalami penurunan suhu pada beberapa
jam pertama pasca luka bakar, kemudian sebagian besar periode luka
bakar akan mengalami hipertermia karena hipermetabolisme
meskipun tanpa adanya infeksi
g. Kebersihan diri
Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena
klien tidak dapat melakukan sendiri.
h. Rasa Aman
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama
3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada
beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat,
dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah
jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
1) Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn
dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar.
Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah;
lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar
nasal.
2) Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit
samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal.
Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan
dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah
cedera.
3) Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit
di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi
luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan
aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi
(jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
i. Rasa Nyaman
Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu;
luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
j. Sosial
masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Sehingga
klien mengalami ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal,
menarik diri, marah.
k. Rekreasi
Mengetahui cara klien untuk mengatasi stress yang dialami
l. Prestasi
Mempengaruhi pemahaman klien terhadap sakitnya
m. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh klien akan mempengaruhi respon
klien terhadap penyakitnya
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas
sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran
bila luka bakar mencapai derajat cukup berat
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah
sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam
pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna
rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar,
grade dan luas luka bakar
2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi
adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan
serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat
luka bakar
3) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan
bulu hidung yang rontok.
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering
karena intake cairan kurang
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen
6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan
sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
Ekstrimitas atas
18% 18% 18 %
(kanan dan kiri)
Ektrimitas bawah
27% 31% 30%
(kanan dan kiri)
Genetalia 1% 1% 1%
Nyeri dan
3. Nyeri Akut D.0077 Psikologis
Kenyamanan
Keamanan dan
4. Resiko Infeksi D.0142 Lingkungan
Lingkungan
Mandiri
Mandiri Agar pasien melindungi bagian tubuh
dan tidak terganggu permukaan suatu
Dorong pasien untuk menggunakan benda
bagian tubuh yang tidak terganggu
dalam rangka mengetahui tempat
dan permukaan suatu benda
Dorong pasien menggunakan sepatu Beritahu klien untuk menggunakan
dengan ukuran yang pas, berhak sepatu dengan berhak dan berlembut
pendek dan berbahan lembut dan berukuran pas
- (sangat terganggu)
- (sangat terganggu)
- (cukup terganggu)
- (sedikit terganggu)
- (tidak terganggu)
Hidrasi
- Turgor kulit (teratasi dari
skala 1- skala 5)
- Intake cairan (teratasi dari
skala 1-skala 5)
- Output urin (teratasi dari
skala 1-skala 5)
- Haus (teratasi dari skala
1-skala 5)
Keternangan :
- (sangat terganggu)
- (Banyak terganggu)
- (cukup terganggu)
- (sekdikit terganggu)
- (tidak terganggu)
Kolaborasi
konsultasikan dengan ahli terapi Agar pasien dapat melakukan
fisik, untuk menentukan posisi gerakan dengan baik dan benar
optimal bagi pasien selama latihan sesuai dengan posisi dan
dan jumlah pengulangan untuk pengulangan gerakan latihan
setiap pola gerakan
Perlindungan Infeksi
Observasi :
Izinkan untuk makan sendirian jika Berikan pasien untuk bisa makan
sesuai (kondidsi pasien ) sendiri dan sesuaikan dengan kondisi
klien
Radiasi Terpapar api, bahan listrik
kimia
Terjadi sengatan listrik
Terpapar sinar X
Jngka panjang Jaringan hilang/rusak
Timbul energy panas
Kerusakan
Lapisan dermis/epidermis
Port de eniry
mikroorganisme epidermis
terbuka invasi
bakteri Luka bakar
RESIKO
INFEKSI Pelepasan toksit Efek terhadap kulit Takut
bakteri bergerak
Pergerakan GANGGUAN
terbatas RASA
NYAMAN
Kehilangan lapisan kulit
GANGGUAN Penguapan cairan disertai
INTEGRITAS protein dan energi
KULIT
Perangsang pelepasan
Permatelitas mediator kimia berlebihan
Kerusakan kapiler dehidrasi
meningkat (histamine, dll)
HIPOVOLEMIA
Cairan merember ke
Merangsang
intersisial
hosiseptor
Oedema
Medulla spinalis
Volume darah PERFUSI JARINGAN
PERIFER TIDAK Dipersepsikan dengan
Korteks serebri NYERI AKUT
EFEKTIF nyeri
Penurunan
curah jantung
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api
ketubuh (flash), terkena air panas(scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan - bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn).
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) : gas, cairan, bahan padat, Luka bakar
bahan kimia (Chemical Burn), Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
dan Luka bakar radiasi (Radiasi Injury).
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas
langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel - sel dapat menahan temperatur
sampai 44oc tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan
berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh
darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas.
Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar
dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein
plasma dan elektrolit. Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang
disebabkan oleh kegagalan organ multi sistem.
4.2 Saran
Dengan pembuatan askep luka bakar ini, semoga kami dan teman-
teman dapat memahami dan megerti tentang luka bakar, penyebab terjadinya
luka bakar, serta tindakan yang akan dilakukan pada luka bakar. Serta dapat
bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal
Bedah Keperawatan Dewasa.Yogyakarta: Nuha Medika.
Anggowarsito, Jose L.2014. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. Surabaya :
Universitas Katolik Widya Mandala. Jurnal Widya Medika Surabaya
Vol.2 No.2 Oktober 2014
Barbara AB, Glen G, Marjorie S. 2013. Willard and Spackman's Occupational
Therapy (12th Ed). Lippincott Williams & Wilkins. Diakses pada
tanggal 1 april 2019
Burninjury. 2013. Burn complications. Diakses pada tanggal 1 april 2019
Tersedia dari : http://burninjuryguide.com/burn-recovery/burn-
complications/
Doenges, Marilynn E.dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi
III.Alih Bahasa: I Made Kriasa.EGC.Jakarta. Diakses pada tanggal 1
april 2019
Edlich RF. Thermal burns. De la Torre JI. [cited July 2014], available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1278244. Diakses pada tanggal 1
april 2019
Moenadjat Y., 2001., Luka Bakar Pengetahuan klinis Praktis, Edisi Kedua, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta. Hal 5-170. Diakses pada tanggal 1 april 2019
Moenadjat Y. 2005. Resusitasi: Dasar - dasar manajemen luka bakar fase akut.
Jakarta: Komite medik asosiasi luka bakar Indonesia. hal.5 - 20, 54 - 60.
Diakses pada tanggal 1 april 2019
Murray C& Hospenthal DR. 2008. Burn wound infections. Diakses pada tanggal
10 Juli 2015. Tersedia dari :
http://emedicine.medscape.com/article/213595-overview
Nisanci M, EskiM, Sahin I, Ilgan S, Isik S. 2010. Saving the zone of stasis in
burns with activated protein C: an experimental study in rats. Burns.
36:397–402. Diakses pada tanggal 1 april 2019
Osler T, Glance LG, Hosmer DW. 2010. Simplified estimates of the probability of
death after burn injuries: extending and updating the baux score. J
Trauma. 68(3):690-7. Diakses pada tanggal 1 april 2019
Rudall N & Green A. 2010. Burns clinical features and prognosis. Clinical
Pharmacist. 2: 245-8. Diakses pada tanggal 1 april 2019
Tan JQ, ZhangHH, Lei ZJ, Ren P, Deng C, Li XY, et al. 2013. The roles of
autophagy and apoptosis in burn wound progression in rats.
Burns.39:1551–6. Diakses pada tanggal 1 april 2019
Tintinalli JE. 2010. Emergency medicine: a comprehensive study guide. New
York: McGraw-Hill Companies. Diakses pada tanggal 1 april 2019
WHO. 2008. World report on child injury prevention. p79 - 93. Diakses pada
tanggal 1 april 2019