Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEDARURATAN BENCANA

(SISTEM INFORMASI KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA)

DISUSUS OLEH

KELAS A

PRODI : D-III ANALIS KESEHATAN

NAMA KELOMPOK IV :

1. PANJI IBNU MAULANA


2. REZKI AMALIA
3. RIAN KHARISSUDDIN
4. SARI WULAN CAHYA
5. SHAFIRA IKA ARIANI W.
6. SISKA SEPTIAWATI
7. SITI MASITAH
8. SUSI HANDAYANI
9. WINDY APRYANI
10. YULIA HARDININGSIH
11. YUDHA TJEANG P.
12. ZAMZAMI NAJDI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAMJURUSAN ANALIS
KESEHATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati kami haturkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, berkat segala kemudahan dan anugrah yang telah diberikan-Nya sehinnga makalah
Kedaruratan Bencana yang berjudul “Sistem Informasi Krisis Kesehatan Akibat Bencana” ini
dapat terselesaikan. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi
teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Nuruk inayati,
S.Si.,M.Sc. selaku dosen mata kuliah Kedaruratan bencana yang telah memberikan tugas,
petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas ini. 2. Teman-teman
yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini
selesai. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,

Demikian isi singkat yang dapat kami sampaikan, semoga apa yang tersaji ini dapat
membantu para mahasiswa didalam mengembangkan minat belajar.

Mataram, 18 September 2019

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................................

BAB 1 : PENDAHULUAN ...........................................................................................................

1. Latar Belakang ....................................................................................................................


2. Rumusan Masalah ...............................................................................................................
3. Tujuan .................................................................................................................................

BAB 2 : PEMBEHASAN ..............................................................................................................

1. Pengertian System Informasi ..............................................................................................


2. Pengertian System Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ............
3. Dasar hokum .......................................................................................................................
4. Dampak kesehatan akibat bencana ....................................................................................

BAB 3 : PENUTUP .......................................................................................................................

1. Kesimpulan .........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Alam Indonesia kembali meradang. Banjir bandang, tsunami, letusan gunung
merapi, dan beberapa kejadian didaerah lain seakan menjadikan Negara ini menjadi
incubator bencana. Lengkap belahan menerjang mulai dari upuk barat sampai dengan
upuk timur, menjangkau darat, laut dan udara. Tentu saja yang paling merasakan adalah
korban yang terkena imbas langsung dilokasi. Dampak kritis saat terjadi bencana adalah
keselamatan dan kesehatan korban. Begitpun dalam masa penanganan setelah terjadinya
bencana, kesehatan korban adalah prioritas pertama.
Berdasakan profil kesehatan Indonesia 2008, pusat penanggulangan krisis
departemen kesehatan mencatat telah terjadi 456 kali kejadian bencana pada tahun 2008
dihampir seluruh wilayah Indonesia yang mengakibatkan krisis kesehatan. Bencana
tersebut terdiri dari bencana alam seperti tanah longsor, banjir, putting beliung, bencana
dibidang kecelakaan industry, ataufun konflik social. Dari itu semua bancana alam
tercatat menyambung frekuensi dengan persentase berturut-turut: banjir (42%), tanah
longsor (17%), dan angin putting beliung (14%). Tanah longsor menyumbangkan korban
meninggal dunia terbesar sebanyak 103 jiwa, dan banjir memakan korban 58 jiwa. Belum
lagi jumlah yang mengungsi akibat bencana tersebut. Ada lebih 300 ribu jiwa pengungsi
banjir, 23 ribu lebih pengungsi banjir bandang, dan 10 ribu lebi pengungsi akibat gempa.

2. Rumusan Masalah
a. Apa itu system informasi?
b. Apa yang dimaksud dengan system informasi penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana?
c. Dasar hukum?
d. Apa dampak kesehatan akibat bencana?
3. Tujuan
Umum:
Tersedianya informasi penanggulang krisis akibat bencana yang cepat,tepat,
akurat dan sesuai kebutuhan untuk optimalisasi upaya penanggulang.
Khusus:
Tersedianya informasi pada tahap pra, saat dan pasca bencana, tersedianya
mekanisme pengumpulan, pengelolaan, pelaporan informasi masalah kesehatan akibat
bencana mulai dari tahap pengumpulan sanpai penyajian informasi.
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengertian System Informasi


Merupakan kumpulan modul atau komponen yang dapat mengumpulkan,
mengelola, memproses, menyimpan, menganalisa dan mendistribusikan informasi untuk
tujuan tertentu.

2. Dampak bencana terhadap kesehatan


Beberapa gangguan kesehatan pascaterjadinya bencana alam. Dampak letusan
gunung merapi adalah tercemarnya udara dengan abu (vulkanik) yang mengandung
bermacam-macam gas mulai dari silika, mineral, dan bebatuan, khlorida, natrium,
kalsium, magnesium, sulfur dioksida, gas hidrogen sulfide atau nitrogen dioksida, serta
beberapa partikel debu. Benda-benda ini berpotensial meracuni makhluk hidup di
sekitarnya.
Paparan debu sangat berbahaya bagi bayi, anak-anak, warga usia lanjut dan orang dengan
penyakit paru kronis seperti asma. Debu gunung berapi bisa mengakibatkan luka bakar,
iritasi pada kulit dan mata, atau penyakit infeksi dan pernapasan seperti pneumonia dan
penyakit paru akibat debu yang mengandung silika. Gas yang keluar dari gunung berapi
adalah gas yang larut dalam air, karbondioksida, dan sulfur dioksida. Sulfur dioksida
dapat menyebabkan gangguan pernapasan, baik pada orang sehat maupun penderita
penyakit paru. Secara umum berbagai gas dari letusan gunung berapi dalam dosis rendah
dapat mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan, tapi dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan sesak napas, sakit kepala, pusing serta pembengkakan .
Masalah kesehatan pascatsunami adalah kerusakan multisektoral antara lain kerusakan
fasilitas kesehatan, sehinga anggota masyarakat yang sakit atau cacat akibat ‘serangan’
tsunami mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan seperti pengobatan
yang adequat. Kondisi kesehatan lingkungan pascatsunami memprihatinkan dengan
sanitasi yang buruk. Minimnya fasilitas air bersih, binatang perantara bibit penyakit
merajalela (tikus, lalat, nyamuk dan zoonosis lainnya) yang potensial menimbulkan
epidemi penyakit (malaria, demam berdarah, filariasis, cikungunya, leptospirosis, kolera,
diare, dan penyakit infeksi lainnya). Tak kalah pentingnya adalah beban ‘trauma’ psikis
yang berkepanjangan bagi yang kehilangan anggota keluarga dan harta benda lainnya.
Selanjutnya kurang tersedianya sandang dan pangan yang memadai mengakibatkan
anggota masyarakat mengalami kekurangan ‘intake’ zat makanan atau gizi yang optimal.
Beberapa penyakit yang potensial mengganggu kesehatan masyarakat dan perlu
diwaspadai pascabanjir adalah diare. Penyakit ini berkaitan erat dengan konsumsi air
bersih untuk minum dan memasak. Saat musim penghujan, khususnya saat banjir, banyak
sumber air bersih termasuk sumur dan air ledeng ikut tergenang dan tercemar, sehingga
kondisi ini berdampak pada sulitnya mengakses air yang layak untuk dikonsumsi. Diare
dapat menular dengan cepat dari satu individu ke individu lainnya karena selain akses air
bersih yang sulit juga kontaminasi kuman ‘agent’ diare bisa menjalar ke tempat-tempat
yang menjadi sumber mata air minum bersama. Penyakit lainnya yang terkait dengan
kontaminasi air adalah kelainan yang timbul seperti iritasi kulit, kutu air, dermatitis dan
penyakit kulit lainnya. Hal ini disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan pada genangan
air, khususnya pada anak-anak yang memanfaatkan genangan air untuk bermain.
Demam berdarah (DBD), malaria, filariasis, dan chikungunya juga meningkat
pascabanjir.
Dampak lain bencana alam dalam skala besar adalah memunculkan banyak tenda
pengungsi atau dengan kata lain anggota masyarakat yang selamat biasanya diungsikan
dan ditampung sementara di tempat pengungsian. Masalah muncul karena penanganan
pengungsi biasanya tidak optimal, khususnya dari aspek kesehatan. Kelompok penduduk
paling rentan terhadap di tempat pengungsian adalah kelompok bayi dan balita, kelompok
manusia lanjut usia, kelompok wanita dan ibu hamil dan menyusui.
Kelompok anak bayi dan balita, kondisi tempat pengungsian biasanya “tidak ramah”
sehingga bayi sangat rentan terhadap penyakit tertentu seperti campak, ISPA dan diare.
Kelompok anak balita tingkat kerentanannya pada masalah kekurangan gizi, penyakit
infeksi seperti tetanus, diare dan ISPA dan penyakit kulit. Kelompok manusia lanjut usia
(Manula) tingkat kerentanannya tinggi karena ‘keterbatasan’ fisik, kepadatan penghuni
bisa memicu penyakit TB paru, ISPA dan penyakit infeksi lainnya.
Sedangkan kelompok terakhir yang cukup rentan adalah kelompok wanita dan ibu-ibu,
biasanya karena ‘keterbatasan’ fasilitas dan sarana sehingga wanita mengalami kesulitan,
misalnya wanita yang mengalami ‘datang-bulan’ padahal akses air bersih terbatas dan ibu
menyusui rentan dengan berbagai risiko kesehatan baik untuk dirinya maupun untuk
bayinya.

3. Dasar Hukum
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 24 tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana
2) Peraturan emerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
penyelenggaraan Bencana
3) Peraturan emerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2008 Tentang endanaan dan
pengelolaan Bantuan Bencana
4) Undang-undang nomor 23 tahun 19992 tentang kesehatan
5) Unang-undang nomor 32 tahun 2003 tentang pemerintah daerah
6) Permenkes nomor 1575/menkes/PER/XI/2005 tentang organisasi dan tata kerja
depkes
7) Kepmenkes nomor 064/menkes/SK/II/2006
4. System informasi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
Merupakan rangkaian kegiatan untuk menghasilkan informasi terkait dengan
upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.

Upaya yang di lakukan untuk penanggulangan bencana


Kegiatan yang yang mempunyai fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, pelakasanaan dan pengendaliandalam lingkup “siklus penanggulang
bencana (Disaster Management Cycle).
Jenis infomasi dan waktu penyampaian
A. Pra bencana
Jenis informasi yang dibutuhkan:
1. peta denah rawan bencana
2. data sumber daya: tenaga, dana, sarana dan prasarana
3. informasi dikumpulkan setahun sekali pada bulan juli-Agustus
B. Saat dan pasca bencana
1. informasi pada awal terjadi bencana, meliputi:
a. jenis dan waktu kejadian: tangga, bulan, tahun dan waktu kejadia.
b. lokasi bencana: desa, kec, kab/kot, provinsi
c. letak geografi: pegunungan.pulau, pantai, dll.
d. jumlah korban: korban meninggal, hilang, luka berat, luka ringan dan jumlah
pengungsi
e. lokasi pengungsi
f. akses ke lokasi:
- kab/kota kelokasi dengan pilihan muda/sukar waktu tempuh berapa lama
dan sarana transportasi yang digunakan
- jaur komunikasi yang masih dapat digunaka
- keadaan jaringan listrik

2. infomasi penilaian kebutuhan cepat


a. jenis bencana dan waktu kejadian
b. tingkat keseriusan, mis : ketinggian banir, kekuatn gempa bumi dll.
c. tingkat kelayakan yaitu lua dari dampak yang di timbulkan
d. kecepatan perkembangan, mis: konflik antar suku bila idak cepat di cegahdapa
meluas danberkembang.
e. lokasi bencana: dusen, desa, kec/kab, rprov.
f. letak geografis
g. jumlah penduduk yang terancam
h. jumlah korban: hilang, lika pengungsi ( balita,bmil, buteki,lansia) lokai
pengungsi jumlah korban yng dirujuk ke puskesmas dan rumah sakit
i. jenis dan kondisi sarana kesehatan, kndisi fisilitas kesehatan,ketersediaan air
bersih, sarana sanitasi dan kesehatan lingkungan
j. akses ke lokasi
k. kondisi sanitasi da kesehatan lingkungan dilokasi penampungan pengungsi
l. kondisi logistik dan saran pendukung pelayanan kesehatan
m. upaya penanggulang yang telah dilakukan
n. bantuan kesehatan yang diperlikan
o. rencana tidak lanjut.
p. tanggal, bukan dan tahun pelapor

informasi perkembangan kejadian bencana

a. tanggal bulan dan tahun kejadian

b. jenis bencana

c. lokasi bencana

d. waktu kejadian bencana

e. jumlah korban terakhir: meninggal, hilang, luka, pengungsi, jumlah yang dirujuk

f. upaya penanggulangan yang telah dilakukan .

g. bantaun segera yang diperlukan

h. rencana tidak lanjut

i. tanggal, bulan, tahun laporan

sumbre informasi
A. Pra bencana

Sumber informasi:

1. Dinas kesehatan
2. rumah sakit
3. instansi terkait
4. puskesmas

B. Saat dan pasca bencana

1. Awal kejadian bencana:

a) masyarakat
b) sarana pelayanan kesehatan
c) dnas kesehatan
d) lintas sektor

2. informasi penilaian kebutuhan cepat. Informasi dikumpulkan oleh tim penilain


kebutuhan cepat yang bersumber dari: masyarakat, sarana pelayanan kesehatan, dinas kesehatan,
lintas sektor

3. informasi perkembangan kejadian bencana. Informasi disaapaikan oleh institusi


kesehatan dilokasi bencana informais disampaikan melalui: telepon, faksimili, telepon seluler,
internet, radio komunikasi

Alur, mekanisme penyampaian informasi


A. Tingkat pusksmas
 menyampaikan informasi pra bencana ke dinas kesehatan kbupaten
(BPBD kab)
 menyampaikan informasi rujukan kerumah sakit kabupaten bila
diperlukan
 menyampaikan informasi perkembangan bencanake dinas kesehatan
kab.
B. Tingkat kabupaten
 dinas kesehatan kabupaten menyampaikan informasi awal bencana ke
dinkes prov.
 dinkes kab. Melakukanpenilaian kebutuhan pelayanan dilokasi bencana
 dinkes kab. Menyampaikan laporan hasil penilaian kebutuhan
pelayanan ke dinkes prov dan member respon ke puskesmas dan rumah
sakir kab.
 rumah sakit kab. Menyampaikan informasi rujukandan
perkembangannya kedinas kesehatankab. Dan rumah sakit provinsibila
diperlukan
BAB 3

PENUTUP

1. Kesimpulan

Bencana adalah persitiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu


kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan ataufaktor
non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwamanusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis di
luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya. Negara tercinta kita Indonesia
seolah-olah tidak pernah berhenti menerimacobaan berupa bencana alam yang silih
berganti terjadi di seluruh wilayah Indonesiadalam periode waktu yang berdekatan.
Masih segar dalam ingatan kita ketika headline s e l u r u h s u r a t k a b a r d a l a m
negeri memuat berita-berita bencana tersebut.

Informasi merupakan salah satu sumber da ya yang sangat


d i p e r l u k a n dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam lingkup bencana. jalur
informasi yang efisien dan sistematis berbasis teknologi sangat diperlukan pada saat terjadinya
bencana dengan tujuan mendapatkan informasi yang sahih. Informasi yang sahi h
diperlukan untuk membantu penanganan bencana yang menghendaki kecepatan
dalam membantu korban, mendorong berbagai masyarakat ikut andil dalam
memberikan bantuan. Bencana apapun, kebutuhan akan informasi menjadi sangat kritis, media
yang digunakan baik elektronik maupun cetak (e-maile-mail SMS dll)
berisikan pertanyaan mengenai kondisi wilayah, kondisi korban, mencari sanak saudara,
mencari bantuan, mencari pertolongan.
Di sisi lain, para relawan yang berusaha membantu juga tidak kalah pusingnya mencari
lokasi yang membutuhkan pertolongan, mencari alamat tempat pengiriman bantuan,
pengiriman makanan, obat-obatan, mencari lokasi longsor, m e n e m u k a n
penampungan pengungsi, semua serba simpang siur tidak ada
s u m b e r informasi yang terpusat, tidak ada komunikasi yang reliable. oleh karena
itu, kita akan membutuhkan sebuah sistem informasi yang memungkinkan korban,
sanak saudara maupun relawan, pemerintah, tim SAR saling berinteraksi dan
berkoordinasi satu s a m a l a i n .
Masukan ke sistem dapat berupa laporan dari tim SAR,relawan,
bahkan masyarakat melalui HP maupun telepon. Perbaikan koordinasi dan manajemen
penanggulangan di daerah rawan bencana m e r u p a k a n s a l a h s a t u p r i o r i t a s
u p a y a k e s i a p s i a g a a n . S i s t e m i n f r o m a s i m a n a j e m e n penanggulangan bencana,
dapat disajikan sebagai salah satu wadah yang berperan dalam pengkoordinasian tindakan
tanggap darurat bencana. Dengan adanya koordinasi dan kerja sama yang baik antar lintas sektor
diharapkan penanggulangan bencana dapat lebih terkoordinir dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

-https://www.kompasiana.com/zulef/5500406da333115b74510089/penanggulangan-krisis-
kesehatan-masyarakat-akibat-bencana

Anda mungkin juga menyukai