Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER DI RUANG NURSE STATION 1


RUMAH SAKIT ISLAM LUMAJANG

Di susun oleh :
ANNI FARIDAH
(14901.08.21181)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG - PROBOLINGGO
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
DENGUE HAEMORAGIC FEVER DI RUANG NURSE STATION 1
RUMAH SAKIT ISLAM LUMAJANG

LUMAJANG, ................................

MAHASISWA

.....................................

PEMBIMBING RUANGAN PEMBIMBING AKADEMIK

KEPALA RUANGAN
I. Anatomi
Darah berasal dari kata “haima”, bahasa yunani yang berasal dari akar kata hemo atau hemato.
Merupakan suatu cairan yang berada di dalam tubuh yang mengalir dalam arteri, kapiler dan vena,
yang mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan membawa karbon dioksida dan hasil
limbah lainnya.
a. Kandungan Darah
Kandungan dalam darah:
 Air : 91%
 Protein : 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinigen)
 Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat,
magnesium, kalsium, dan zat besi).
 Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino)

b. Karakteristik Darah
 Volume darah : 7 - 10% BB (5 Lt pada dewasa normal)
 Komponen darah : eritrosit, leukosit, trombosit → 40 - 45% volume darah (tersuspensi dalam
plasma darah).
 PH darah : 7,37 – 7,45
 Temperature : 38°C
 Viskositas lebih kental dari air dengan BJ 1,041 – 1,067
c. Fungsi Darah
1. Sebagai alat pengangkut yaitu:
a) Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
b) Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh
jaringan/ alat tubuh.
d) Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui ginjal dan kulit.
e) Mengedarkan hormone (hormon untuk membantu proses fisiologis)
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaraan leukosit dan antibodi/ zat–zat anti racun
3. Regulasi dari pH dan komposisi dari cairan intersisial.
Sebagai pengatur regulasi yaitu, mempertahankan PH dan konsentrasi elektrolit pada cairan
interstitial melalui pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan interstitial.
4. Restriksi dari kehilangan cairan pada daerah yang luka.
5. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
6. Menjaga kesetimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari kerusakan.
d. Komposisi
Darah terdiri atas 2 komponen utama :
1. Plasma darah : bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektroit, dan protein
darah.
 Plasma protein terdiri dari albumin (58%), globulin α, β, γ (38%), fibrinogen (4%), other
solutes 2%.
2. Formed elements, yang terdiri atas :
• Eritrosit : sel darah merah (SDM)-red blood cell (RBC)
• Leukosit : sel darah putih (SDP)-white blood cell (WBC)
• Trombosit : butir pembeku-platelet

II. Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang warnanya merah.
Warna merah itu keadaannya tidak tetap bergantung darah yang banyaknya oksigen dan karbon dioksida
didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen
dalam darah diambil dengan jalan bernapas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau
metabolisme di dalam tubuh.
Bagian – bagian Darah :
a. Eritrosit (Sel darah merah)

Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Ukuran
diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat bergerak. Banyaknya kira–kira 5 juta dalam 1
mm3 (41/2 juta). Warnanya kuning kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu zat yang
disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung oksigen.
Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan
flexible, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler (pembuluh darah terkecil). Setiap
eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pernafasan yang mengikat
oksigen. Volume hemoglobin mencapai 1/3 volume sel. Hemoglobin adalah protein pigmen yang
memberi warna merah pada darah. Setiap hemoglobin terdiri dari protein yang disebut globin dan
pigmen non-protein yang disebut heme. Setiap heme berikatan dengan rantai polipeptida yang
mengandung besi (Fe2+). Fungsi utama hemoglobin adalah mengangkut oksigen dari paru-paru
membentuk oksihemoglobin.

b. Leukosit (Sel darah putih)

Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan sifat eritrosit apabila kita lihat di bawah mikroskop
maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki
palsu (pseudopodia), mempunyaibermacam- macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti
selnya, warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6000-9000.
Leukosit memiliki sebuah nukleus, tidak berwarna dan menunjukkan gerakan amuboid. Leukosit
keluar dari pembuluh kapiler apabila ditemukan antigen. Proses keluarnya leukosit disebut dengan
Diapedesis. Rentang kehidupan Leukosit, setelah diproduksi di sumsum tulang, leukosit bertahan
kurang lebih satu hari dalam sirkulasi sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan
selama beberapa hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan,tergantung jenis leukositnya.

c. Trombosit (sel pembeku darah)

Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-
macam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya putih,normal pada orang dewasa 200.000-300.000/
mm3 . Bagian ini merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari sumsum tulang.
Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu
membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses
koagulasi darah. Fungsinya memegang peranan penting dalampembekuan darah (hemostasis). Jika
banyaknya kurang dari normal, maka kalauada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul
perdarahan yang terus- menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit
yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit memiliki masa hidup dalam darah
antara 5-9 hari.
Trombosit yang tua atau mati diambil dari system peredaran darah, terutama oleh makrofag
jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam limpa, pada waktu darah
melewati organ tersebut.Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya
peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
mendapat luka. ketika kita luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan zat
yang dinamakan trombokinase. Trombokinasi ini akan bertemu dengan protrombin dengan
pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan
benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel darah,
dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin dibuat di dalam hati dan untuk membuatnya
diperlukan vitamin K, dengan demikian vitamin K penting untukpembekuan darah.

III. Definisi
Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik (Sudoyo, 2015).
Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena
banyak pasien yang meninggal akibat penanganan yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD)
disebut juga dengue hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue, dandengue shock
sindrom (DDS) (Widoyono, 2016).

IV. Etiologi
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah adalah virus dengue.
Virus ini tergolong dalam family/suku/grup flaviviridae yang dikenal ada 4 serotipe, dengue 1, dengue 2,
dengue 3, dengue 4, yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Infeksi dengan salah satu
serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan. Tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotype lain (Wijaya,2015).

V. Klasifikasi
Klasifikasi DHF menurut WHO 2011 dibagi sebagai berikut :
DD/DBD Derajat Gejala Laboratorium
DD Demam disertai dengan dua berikut Leukopenia (≤5000 sel/mm³)
: Trombositopenia ( hitung platelet<150.000
 Sakit kepala sel/mm³)
 Nyeri retro-orbital Peningkatan hematocrit ( 5%-10% )
 Mialgia Tidak ada bukti kehilangan plasma
 Arthralgia/nyeri tulang
 Ruam kulit
 Manifestasi perdarahan
 Tidak ada bukti kebocoran
plasma
DBD I Demam dan manifestasi perdarahan Trombositopenia <100.000 sel/mm³
( uji tourniquet positif ) dan ada Peningkatan hemaokrit >20%
bukti kebocoran plasma
DBD II Seperti pada derajat I ditambah Trombositopenia <100.000 sel/mm³
perdarahan spontan Peningkatan hemaokrit >20%
DBD III Seperti pada derajat I atau II Trombositopenia <100.000 sel/mm³
ditambah kegagalan sirkulasi ( nadi Peningkatan hemaokrit >20%
lemah, tek.nadi menyempit
(≤20mmHg), hipotensi, gelisah )
DBD IV Seperti pada derajat iii ditambah Trombositopenia <100.000 sel/mm³
syok berat dengan tek.darah dan Peningkatan hemaokrit >20%
nadi yang tidak dapat terdeteksi

VI. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa inkubasi antara 13-
15 hari. Adapun tanda dan gejala menurut WHO dikutip dari Amin & Hardi 2015, yaitu :
a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari

b. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif,seperti perdarahan pada kulit
(petekie, ekimosis.,Epistaksis,Hematemesis, Hematuri, dan melena)
c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)

d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun (tekanan sistolik
menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolic 20 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba
dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis
disekitar mulut.
Adapun gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai padapenderita
DHF adalah :
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare,konstipasi.
c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,tulang dan sendi, nyeri otot
abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal padasaluran tubuh dll.
d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia (kurang atau sama
dengan 100.000 mm) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih atau sama dengan
20%). (Padila. 2013)

VII. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama yang
terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody.
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a
dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat
sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan
terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
(syok).Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan
pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya
perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan
yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi
ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian
cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru
dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis
dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF
menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi
ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial
seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan
karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF ialah meningginya
permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta
aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler.Hal ini berakibat
berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya cairan
dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik
yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan,
asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat.
Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan
kelainan fungsi trombosit. (Hendarwanto, 2016).
VIII. PATHWAY

Arbovirus ( melalui nyamuk Aedes aegypti)

Beredar dalam aliran darah

Infeksi virus dengue

Mengaktifkan sistem komplemen

Membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a

PGE2 hipotalamus

g3 termoregulator

Hipertermi

peningkatan reabsorbsi Na+ dan H20

peningkatan membran permeabilitas

agregasi trombosit kerusakan endotel pembuluh darah renjatan hipovolemik dan


hipotensi
trombositopeni merangsang dan
mengaktivasi
faktorpembekuan Kebocoran plasma

DIC

Resiko Perdarahan

Ketidakefektifan Pefusi
Jaringan Perifer

Asidosis metabolik Hipoksia

Resiko Syok Kekurangan Vol.Cairan ektravaskuler


Hipovolemik

paru-paru hepar abdomen

efusi pleura hepatomegali ascites

mual, muntah
Ketidakefektifan Pola penekanan intraabodmen
Defisit Nutrisi
Napas
Nyeri Akut
IX. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
a. Trombosit menurun
b. Hematokrit meningkat 20% atau lebih
c. Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
d. Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
e. Hipoproteinemia( Protein darah rendah )
Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan systole dan diastole selama
10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang 20
pada diameter 2,5 inchi (Hendarwanto, 2016).

X. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet, makan lunak.
c. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri penderita oralit.
d. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi ketat tiap jam.
e. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
f. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan suhu menjadi <
39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial /salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) karena
dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis.
g. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk mengurangi
sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
h. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
i. Pemberianterapicairanmelaluiinfus.Pemberian cairan intra vena ( biasanya diberikan ringer
lactat, nacl ) ringer lactate merupakan cairan intra vena yg paling sering digunakan , mengandung Na
+ 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
(Effendi, 2015)

XI. Komplikasi
Komplikasi DHF adalah :
a. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,penurunan jumlah trombosit
(trombositopenia) <100.000 /mm³ dankoagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan
meningkatnyamegakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hiduptrombosit.
Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, ptekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan
saluran cerna, hematemesis dan melena.
b. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke2–7, disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas vaskuler sehingga terjadikebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan
peritoneum,hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya
aliran balik vena (venous return), prelod, miokardiumvolume sekuncup dan curah jantung, sehingga
terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.DSS juga disertai dengan
kegagalan hemostasis mengakibatkanperfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah
terganggudan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresifdan irreversibel,
terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akanmeninggal dalam 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubungan dengan nekrosis karena perdarahan,
yang terjadi pada lobulus hati dan selsel kapiler.Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang
lebih besardan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibody.
d. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yangmengakibatkan ekstravasasi aliran intravaskuler
sel hal tersebut dapatdibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusipleura
akan terjadi dispnea, sesak napas (Effendi, 2015)

XII. Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikam, agama, pekerjaan, tanggal MRS, No
register.
b. Keluhan utama
Merupakan faktor utama yang mendorong pasien berobat ke rumah sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang
Keluahan yang ditanyakan saat melakukan pengkajian. Perlu juga di tanyakan mulai kapan
keluhan itu muncul dan tindakan apa yang telah di lakukan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada hubungannya antara penyakit yang pernah diderita dahulu dengan penyakit DHF yang
dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF, penyakit itu bisa terulang.
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal didalam satu rumah atau
beda rumah dengan jarak rumah yang berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui
gigitan nyamuk aides aigepty.

2. Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan


a. Pola Personal Higyene
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk
membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. (Padila. 2013), untuk perawatan selama
hygiene dibantu oleh keluarga
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Mengukur tinggi dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien. Juga perlu di tanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.
c. Pola eliminasi
Dalam pengkajian eliminasi perlu di tanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah
MRS. Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri,(tahaplanjut).
d. Pola aktivitas dan latihan
Karena hambatan fisik pasien akan mengurangi aktivitasnya karna merasa tidak sanggup lagi
melakukan segala aktivitasnya sendiri tanpa ada bantuan.
e. Pola istirahat dan tidur
Pasien menjadi susah tidur karena keluhan yang dirasakan. Hospitalisasi juga dapat membuat
pasien tidak tenang karena suasana yang berbeda dengan lingkungan rumah.
f. Pola Cairan
Karena sakit pasien akan mengalami perubahan pemenuhan cairan

3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara Head to to. Status kesehatan umum, tingkat kesadaran pasien,
perlu di kaji bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama di lakukan
anamnesa. Sikap dan perilaku pasien terhadap petugas. Bagaimana mood pasien untuk mengetahui
tingkat kecemasan dan ketegangan pasien. Perlu juga di lakukan pengukuran tinggi dan berat badan.
a. Keadaan umum
Keadaan klien akan mengalami kelemahan, dan periksa status gizinya serta tingkat kesadaran
composmentis.
b. Tanda-tanda vital
Pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan vital sign. Biasanya pada pasien dengan DHF Nadi
cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dispnea.
4. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
4) Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak
adekuat akibat mual dan nafsu makan berkurang
5) Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan
6) Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah
(trombositopenia)

5. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1 Hipertermia Termoregulasi Manajemen hipertermia
Definisi Suhu tubuh meningkat Kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebab hipertermia
diatas rentang normal tubuh 1. Menggigil menurun (mis. Dehidrasi terpapar
Penyebab 2. Suh tubuh membaik lingkungan panas, penggunaan
1. Dehidrasi 3. Suhu kulit membaik incubator)
2. Terpapar lingkungan panas 2. Monitor suhu tubuh
3. Proses penyakit (mis. Status cairan 3. Monitor haluaran urine
Infeksi, kanker) Kriteria hasil : 4. Sediakan lingkungan yang dingin
4. Ketidak sesuaian pakaian 1. Output urine meningkat 5. Longgarkan atau lepaskan pakaian
dengan suhu lingkungan 2. Membran mukosa lembab 6. Berikan cairan oral (air mineral,
5. Peningkatan laju 3. Turgor kulit membaik teh manis).
metabolisme 4. Hemoglobin membaik
6. Respon trauma 5. Hematokrit membaik
7. Penggunaan incubator 6. Suhu tubuh membai
Gejala dan tanda mayor
DO:
1. Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan tanda minor
DO:
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
2 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Definisi pengalaman Kriteria hasil 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
sensorik/emosional yang 1. Keluhan nyeri menurun durasi, frek. Dan kulitas,
berkaitan dengan kerusakan 2. Meringis menurun intensitas nyeri
jaringan actual/fungsional, 3. Sikp protektif menurun 2. Identifikasi skala nyeri
dengan onset mendadak/lambat 4. Gelisa menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
dan berintensitas ringan hingga 5. Keulitan tidur menurun verbal
berat yang berlangsung kurang 6. Anoreksia menurun 4. Berikan teknik nonfarmakologi
dari 3 bulan 7. Nafsu makan membaik 5. Jelaskan penyebab,periode,dan
Penyebab 8. Frek.nadi membaik pemicu nyeri
1. Agen pencedera fisiologis( 6. Ajarkan teknik nonfarmakologi
mis.inflamasi,iskemia,neopla untuk mengurangi rasa nyeri
sma ) 7. Kolaborasi pemberian analgetik,
2. Agen pencedera kimiawi( jika perlu
mis.terbakar, bahan kimia
iritan )
3. Agen pencedera fisik (
mis.abses, amputasi,dll)
Gejala dan tanda mayor
DS:
1. Mengeluh nyeri
DO:
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
3. Gelisa
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
DO:
1. Tek.darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Napsu makan berunah

3 Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi


Definisi asupan nutrisi tidak Kriteria hasil 1. Identifikasi status nutrisi
cukup untuk memenuhi 1. porsi makanan yang 2. Identifikasi makanan yang disukai
kebutuhan metabolism dihabiskan 3. Monitor berat badan
Penyebab 2. nyeri abdomen 4. Sajikan makanan yang menarik
1. Ketidakmampuan menelan menurun dan suhu yang sesuai
makanan 3. Berat badan membaik 5. Berikan makanan tinggi kalori
2. Ketidakmampuan mencerna 4. Frekuensi makan dan tinggi protein
makanan membaik 6. Anjurkan posisi duduk , jika
3. Ketidakmampuan 5. Napsu makan membaik mampu
mengabsorbsi nutrient 6. Membrane mukosa 7. Kolaborasi pemberian medikasi
4. Peningkatan kebutuhan membaik sebelum makan ( mis.pereda
metabolism nyeri, antiemetic), jika perlu
5. Faktor ekonomi 8. Kolaborasi dengan ahli gizi, jika
6. Faktor psikologis( mis: perlu
stress,keengganan untuk
makan )

Gejala dan tanda mayor


1. Berat badan menurun 10%
dibawah rentan ideal
Gejala dan tanda minor
DS:
1. Cepat kenyang setelah
makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
DO:
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membrane mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok
8. diare
4 Hipovolemia Status cairan Manajemen hipovolemia
Definisi Kriteria hasil 1. Periksa tanda dan gelaja
Penurunan volume cairan 1. Kekuatan nadi hipovolemia
intravaskuler, interstisial, dan/ meningkat 2. Hitung kebutuhan cairan
intravaskuler 2. Turgor kulit meningkat 3. Berikan posisi trundelenburg
Penyebab 3. Output urin meningkat 4. Berikan asupan cairan oral
1. Kehilangan cairan aktif 4. Frek.nasi membaik 5. Anjurkan memperbanyak asupan
2. Kegagalan mekanisme 5. Tek.darah membaik cairan oral
regulasi 6. Membrane mukosa 6. Kolaborasi pemberian cairan IV
3. Peningkatan permiebilitas membaik 7. Kolaborasi pemberian produk
kapiler 7. Kadar hb membaik darah
4. Kekurangan intake cairan 8. Kadar Ht membaik
5. Evaporasi 9. Intake cairan membaik
Gejala dan tanda mayor 10. Suhu tubuh membaik
DO:
1. Frek.nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tek.darah menurun
4. Tek.nadi menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membrane mukosa kering
7. Volume urin menurun
8. Hematocrit meningkat
Gejala dan tanda minor
DS:
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
DO:
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan menurun tiba-
tiba

5 Resiko perdarahan Tingkat perdarahan Pencegahan perdarahan


Definisi Beresiko mengalami 1. Membran mukosa 1. Monitor resiko twrjadinya
kehilangan darah baik internal lembab meningkat perdarahan pada pasien
(terjadi di dalam tubuh) maupun 2. Kelembapan kulit 2. Catat nilai hemoglobin dan
eksternal (terjadi hingga keluar meningkat Hemoglobin hematokrit
tubuh). membaik 3. Monitor komponen koagulasi
Faktor resiko 3. Hematokrit membaik (trombositopenia)
1. Gangguan koagulasi (mis. 4. Tekanan darah 4. Monitor tanda ortostatik, termasuk
trombisitopenia) membaik tanda tanda vital
5. Suhu tubuh membaik 5. sikat gigi yang berbulu lembut
untuk perawatan rongga mulut
6. Implementasi
Implementasi Keperawatan merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan independen (mandiri) dan kolaborasi. (Tarwoto &
Wartonah, 2015)

7. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan untuk pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan (Suarni dan Apriyani,2017)
DAFTAR PUSTAKA

Anjasari, Fiana.2012. Anatomi Fisiologi Darah.


(http://fianaanjasari.blogspot.co.id/2012/03/anatomi-fisiologi-darah.html, diakses
tanggal 22 Maret 2012)

Azmi, arizal. 2013. Fisiologi Darah. (http://arijal-ridz-


arti.blogspot.co.id/2013/05/fisiologi-darah.html, diakses tanggal 18 Mei 2013)

Bakta, I made. Hematologi Klinik ringkas. 2012. Jakarta: EGC.

Fitria, Febriani. 2014. Anatomi dan Fisiologi Darah.


(http://fefitria.blogspot.co.id/2015/01/anatomi-dan-fisiologi-darah.html, diakses
tanggal 22 Januari 2015)

Effendi, christantie. (2015). Perawatan pasien DHF.EGC. Jakarta

Hendarwanto. (2016). Ilmu penyakit dalam.Jilid I. edisi ketiga.FKUI. Jakarta

Morton, G. (2015). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2.Media Aesculapius.Jakarta

Padila.(2016), Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika. Jogjakarta Wijaya,


S.A.

Putri, M. Y. (2015). Keperawatan Medikal Bedah : Keperawatan Dewasa, Teori, Contoh


askep. Nuhamedika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI

WHO. 2011. Haemoglobin Concentration for the Diagnosis of Anaemia and Assessment
of Severity. World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai