Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Darah membentuk sekitar 8 % dari berat badan total dan memiliki volume rata-rata 5
liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga jenis unsur sel khusus,
eritrosit, leukosit dan trombosit yang terendam dalam cairan kompleks plasma. Pergerakan
konstan darah sewaktu mengalir melalui pembuluh darah menyebabkan unsur-unsur sel
tersebar relatif merata di dalam plasma. Namun apabila apabila suatu sampel darah utuh
ditaruh dalam sebuah tabung reaksi dan diberi zat anti pembekuan, unsur-unsur sel yang lebih
berat akan secara perlahan mengendap di dasar dan plasma yang lebih ringan naik ke bagian
atas. Proses ini dipercepat oleh pemusingan yang mempercepat pengendapan sel-sel didasar
tabung. Karena lebih dari 99% sel aalah eritrosit, hematokrit (packed cell volume) pada
dasarnya mewakili persentase volume darah total yag ditempati oleh eritrosit. Plasma
membentuk volume sisanya adalah plasma. Hematokrit pada wanita rata-rata adalah 42% dan
untuk pria 48% sedangkan volume rata-rata yang ditempati oleh plasma pada wanita adalah
58%, dan pada pria 55%. Sel darah putih dan trombosit yang tidak berwarna dan kurang
padat dibandingkan dengan eritrosit mengendap membentuk sebuah lapisan tipis berwarna
krem diatas kolom sel darah merah. Lapisan ini menempati kurang dari 1 % volume darah
total .

Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke dalam sistem
peredaran darah orang lain. Darah yang tersimpan di dalam kantong darah dimasukan ke
dalam tubuh melalui selang infus. Transfusi darah diperlukan saat tubuh kehilangan banyak
darah, misalnya pada kecelakaan, trauma atau operasi pembedahan yang besar, penyakit yang
menyebabkan terjadinya perdarahan misal maag khronis dan berdarah, juga penyakit yang
menyebabkan kerusakan sel darah dalam jumlah besar, misal anemia hemolitik atau
trombositopenia. Orang yang menderita hemofilia atau penyakit sel sabit mungkin
memerlukan transfusi darah sering.

1
II.TUJUAN

Dalam melaksanakan penyusunan referat ini penulis mempunyai tujuan-tujuan yang


mudah-mudahan dapat tercapai. Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis
Dengan adanya penyusunan referat ini dapat menerpakan ilmu-ilmu yang dimiliki dan
menambah bekal pengetahuan yang dapat berguna kelak dalam memasuki dunia kerja
di masa depan.

2. Bagi Instansi
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam rangka meningkatkan proses pelayanan dalam masyarakat.

3. Bagi Akademik
Dapat dijadikan tolak ukur bagi fakultas dalam mengetahui tingkat kemajuan
mahasiswa dalam proses kegiatan belajar dan mengajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Fisiologi Darah

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya
oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan
bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme di dalam
tubuh.
Karakteristik fisik darah meliputi:
Viskositas atau kekentalan darah 4,5-5,5
Temperature 38 C
PH 7,37- 7,45
Salinitas 0,9%
Berat 8 % dari berat badan
Volume 5-6 liter (pria)
4-5 liter (wanita)

Darah selamanya beredar didalam tubuh oleh karena adanya atau pompa jantung. Selama
darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer,tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya
maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ked
alam darah tersebut sedikit obat anti pembekuan atau sitras natrikus.

FUNGSI DARAH
a). Sebagai alat pengangkut ,yaitu:
 Mengambil oksigen atau zat pembakaran dari paru- paru untuk diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh
 Mengangkat karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru- paru
 Mengambil zat- zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh
jaringan atau alat tubuh

3
 Mengangkat atau mengeluarkan zat- zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk di
keluarkan melalui kulit dan ginjal
b). Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaraan leukosit dan antibody untuk mempertahankan tubuh terhadap invasi
mikroorganisme dan benda asing (leukosit) dan proses homeostatis (trombosit)
c). sebagai pengatur regulasi yaitu
 Mempertahankan PH dan konsentrasi elektrolit pada cairan interstitial melalui
pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan interstitial
 Darah mengatur suhu tubuh melalui transport panas menuju kulit dan paru-paru

TEMPAT PEMBENTUKAN SEL DARAH


1. Pembentuykan sel darah (hemopoiesis) terjadi pada awal masa embrional, sebagian besar
pada hati dan sebagian kecil pada limpa
2. Adari kehidupan fetus hingga bayi dilahirkan, pembentukan sel darah berlangsung dalam
3 tahap, yaitu:
 Pembentukan di saccus vitellinus
 Pembentukan di hati, kelenjar limfe, dan limpa
 Pembentukan di sumsum tulang
3. Pembentukan sel darah mulai terjadi pada sumsum tulang setelah minggu ke-20 masa
embrionik
4. Dengan bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak terjadi pada
sumsum tulang dan peranan hati dan limpa semakin berkurang
5. Sesudah lahir, semua sel darah dibuat pada sumsum tulang, kecuali limfosit yang juga
dibentuk di kelenjar limfe, tymus, dan lien
6. Selanjutnya pada orang dewasa pembentukan sel darah diluar sumsum tulang
(extramedullary hemopoiesis) masih dapat terjadi bila sumsum tulang mengalami
kerusakan atau mengalami fibrosis
7. Sampai dengan usia 5 tahun, pada dasarnya semua tulang dapat menjadi tempat
pembentukan sel darah. Tetapi sumsum tulang dari tulang panjang, kecuali bagian
proksimal humerus dan tibia, tidak lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai 20
tahun
8. Setelah usia 20 tahun, sel darah diproduksi terutama pada tulang belakang, sternum,
tulang iga dan ileum

4
9. 75% sel pada sumsum tulang menghasilkan sel darah putih (leukosit) dan hanya 25%
menghasilkan eritrosit
10. Jumlah eritrosit dalam sirkulasi 500 kali lebih banyak dari leukosit. Hal ini disebabkan
oleh karena usia leukosit dalam sirkulasi lebih pendek (hanya beberapa hari) sedangkan
erotrosit hanya 120 hari.

Tempat hematopoiesis
0-2 bulan Yolk sac
Janin 2-7 bulan Hati dan limpa

5-9 bulan Sumsum tulang


Bayi Sumsum tulang (semua bagian tulang)
Dewasa Os.Vertebrae,Costae,Sternum,Cranium,Sacrum,Pelvis
Ujung proksimal os.femur

KOMPOSISI DARAH
 Darah terdiri dari plasma dan sel-sel darah
 Plasma terdiri dari air, protein, dan bahan-bahan non protein
 Plasma protein terdiri dari albumin (55%), globulin α, β, γ (38%), fibrinogen (7%)
 Sel-sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Dimana leukosit terbagi 2 yaitu
granulosit: netrofil, eosinofil, dan basofil. Serata agranulosit: limfosit dan monosit.
Tabel nilai rujukan
Jenis pemeriksaan satuan nilai rujukan

Hematologi rutin (Hb, Lk, hitung jenis, Trb, LED)

Leukosit (WBC) ribu/µL 5-10

Hemoglobin g/dL P 12-15

Trombosit (PLT)) ribu/µL 150-400

LED (ESR) (Westergren) mm/l jam P<20

Hitung jenis leukosit


 Basofil
 Eusinofil  %  0-1
 Batang  %  1-3

5
 Segmen  %  2-6
 Limfosit  %  50-70
 Monosit  %  20-40
 Hematokrit  %  2-8
 %  P 37-43

Masa pendarahan menit 1-6

Masa pembekuan menit 10-15

Masa tromboplastin detik 30,3 - 41,1

Fibrinogen mg/dL 200-400

Konstituen Darah dan Fungsinya

KONSTITUEN FUNGSI

Plasma
Air Medium transportasi; mangangkut panas
Elektrolit Eksitabilitas membran; distribusi osmotik
cairan intrasel dan ekstrasel; manyangga
perubahan pH
Nutrien, zat sisa, gas, hormon Diangkut dalam darah; gas CO2 darah
berperan dalam keseimbangan asam-basa
Protein plasma Secara umum, menimbulkan efek osmotic
yang penting dalam distribusi cairan
ekstrasel antara kompartemen vaskuler dan
intestisium; menyangga perubahan pH
Albumin Mengangkut banyak zat; memberi kontribusi
terbesar bagi tekanan osmotik koloid
Globulin
Alfa dan Beta Mengangkut banyak zat; factor pembekuan;
molekul precursor inaktif
Gama Antibodi
Fibrinogen Prekursor inaktif untuk jaringan fibrin pada

6
bekuan darah
Unsur Sel
Eritrosit Mengangkut O2 dan CO2 (terutama O2)
Leukosit
Neutrofil Fagosit yang memakan bakteri dan debris
Eosinofil Menyerang cacing parasit; penting dalam
reaksi alergi
Basofil Mengeluarkan histamin, yang penting dalam
reaksi alergi, dan heparin yang membantu
membersihkan lemak dari darah dan
mungkin berfungsi sebagai antikoagulan
Monosit Dalam transit untuk menjadi makrofag
jaringan
Limfosit
Limfosit B Pembentukan antibodi
Limfosit T Respons imun seluler
Trombosit Hemostasis
SEL-SEL DARAH

1. Eritrosit (sel darah merah)


Tidak berinti, mengandung Hb (protein yang mengandung senyawa hemin dan globin yang
mempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2), bentuk bikonkav, dibuat dalam sumsum merah

7
tulang pipih sedang pada bayi dibentuk dalam hati. Dalam 1 mm3 terkandung ± 5 juta eritrosit
(laki-laki) dan ± 4 juta eritrosit (wanita). Setelah tua sel darah merah akan dirombak oleh hati
dan dijadikan zat warna empedu (bilirubin).

2. Leukosit (leukosit)
Mempunyai inti, setiap 1 mm3 mengandung 6000 – 9000 sel darah putih, bergerak bebas
secara ameboid, berfungsi melawan kuman secara fagositosis, dibentuk oleh jaringan retikulo
endothelium disumsum tulang untuk granulosit dan kelenjar limpha untuk agranulosit.
Leukosit, meliputi :
 Granulosit : merpakan sel darah putih yang bergranula.
Neutrofil : granula merah kebiruan, bersifat fagosit.
Basofil : granula biru, fagosit.
Eosinofil : granula merah, fagosit.
 Agranulosit : merupakan sel darah putih yang sitoplasmanya tidak bergranula.
Monosit : inti besar, bersifat fagosit, dapat bergerak cepat.
Limphosit : inti sebuah, untuk imunitas, tidak dapat bergerak.
Leukosit yang merupakan sel – sel bergranula : eosionofil, basofil dan neutrofil dan tidak
bergranula : limfosit T dan B, monosit, makrofag. Limfosit B bersirkulasi dalam darah, saat
ada antigen maka limfosit B akan berikatan dengan antigen (Rx antigen – antibodi)
Limfosit T yang belum matang bermigrasi menuju thymus, setelah matang beredar dalam
darah, jika bertemu antigen, limfosit T akan mengeluarkan zat – zat kimia yang melawan
mikroorganisme patogen serta menstimulai leukosit lainnya.
Monosit terbentuk di sumsum tulang belakang, masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk
immatur dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk jaringan.
Sedangkan makrofag dapat tetap berdiam di jaringan, atau digunakan dalam reaksi
peradangan segera setelah sel ini matang. Neutrofil, basofil dan eosionofil berfungsi sebagai
fagosit
Selain itu basofil berfungsi sebagai sel mast dan mengeluarkan peptida vasoaktif
3. Trombosit (sel darah pembeku)
Tidak berinti dan mudah pecah, bentu tidak teratur, berperan dalam pembekuan darah,
keadaan normal 1 mm3mengandung 200.000 – 300.000 butir trombosit.
Mekanisme pembekuan darah :
Mengeluarkan :

8
a. Trombosit pecah tromboplastin / faktor antihemofili trombokinase.
b. Protombin trombin Ca++ dan Vit.K.
c. Fibrinogen fibrin.

1. Pembentukan sel darah merah (Eritropoesis)


Pembentukan darah dimulai dari adanya sel induk hemopoetik (hematopoitietic cell). Sel
induk yang paling primitif adalah sel induk plurifoten. Sel induk plurifoten berdiferensial
menjadi sel induk myeloid dan sel induk lymphoid, yang selanjutnya melalui proses yang
kompleks dan rumit akan terbentuk sel-sel darah. Sel-sel eritroid akan menjadi eritrosit,
granulositik, dan monositik akan menjadi granulosit dan monosit serta megakariositik
menjadi trombosit.
Dalam pembentukan darah memerlukan bahan-bahan seperti vitamin B12, asam folat, zat
besi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn), asam amino, vitamin C dan B kompleks.
Kekurangan salah satu unsure atau bahan pembentuk sel darah merah mengakibatkan
penurunan produksi atau anemia.

9
Eritroblast berasal dari sel induk primitive myeloid dalam sumsum tulang. Proses
diferensiasi dari sel primitive menjadi eritroblast ini distimulasi oleh sel eritropoietin yang
diproduksi oleh ginjal. Jika terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah atau hipoksia maka
produksi hormon ini meningkat dan produksi sel darah merah juga meningkat.
Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi rata-rata 120 hari. Setelah 120 hari akan
mengalami prosese penuaan. Apabila destrusi sel darah merah terjadi sebelum waktunya atau
kurang dari 120 hari disebut hemolisis yang biasanya terjadi pada thalasemia.

Haemoglobin

Haemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah,
suatu protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Sintesis haemoglobin dimulai dalam
pro eritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika
retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit
tetap membentuk sedikit mungkin haemoglobin selama beberapa hari berikutnya.

Tahap dasar kimiawi pembentukan haemoglobin. Pertama, suksinil KoA, yang


dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol.
Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX yang kemudian
bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme
bergabung dengan rantai polipeptida panjang yang disebut globin, yang disintetis oleh
ribosom, membentuk suatu sub unit hemoglobulin yang disebut rantai hemoglobin.

Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin yang berbeda,
bergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptida. Tipe-tipe rantai itu disebut rantai
alfa, rantai beta, rantai gamma, dan rantai delta. Bentuk hemoglobin yang paling umum pada
orang dewasa, yaitu hemoglobin A, merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai
beta.

1. Suksinil-KoA + 2 glisin Pirol


2. Pirol protoporfirin IX
3. Protoporfirin IX + Fe++ Heme
4. Heme + Polipeptida Rantai Hemoglobin

10
Katabolisme hemoglobin

Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera difagosit
oleh sel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer), limpa dan
sumsum tulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag akan
melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah dan
diangkut oleh transferin menuju sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru, atau
menuju hati dari jaringan lain untuk disimpan dalam bentuk faritin. Bagian porfirin dari
molekul hemoglobin diubah oleh sel-sel makrofag menjadi bilirubin yang disekresikan hati
ke dalam empedu

Pada keadaan normal disintetis hemoglobin A (adult : A1) yang terdiri dari 2 rantai
alfa dan dua rantai beta. Kadarnya mencapai lebih kurang 95 % dsari seluruh hemoglobin.
Sisanya terdiri dari hemoglobin A2 yang mempunyai 2 rantai alfa dari 2 rantai delta
sedangkan kadarnya tidak lebih dari 2 % pada keadaan normal. Haemoglobin F (foetal)
setelah lahir Foetus senantiasa menurun dan pada usia 6 bulan mencapai kadar seperti orang
dewasa, yaitu tidak lebih dari 4%, pada keadaan normal. Hemoglobin F terdiri dari 2 rantai
alfa dan 2 rantai gamma.

2 Rantai α + 2 Rantai β Hemoglobin A

2 Rantai α + 2 Rantai δ Hemoglobin A2

2 Rantai α + 2 Rantai γ Hemoglobin F

11
2. Leukosioesis
Limfosit dibuat di dalam kelenjar getah bening dan limpa. sedangkan limfosit T dibuat
dan matang dalam thymus (sebuah kelenjar kecil di dekat jantung). Kelenjar thymus hanya
aktif pada anak-anak dan dewasa muda. Di dalam sumsum tulang, semua sel darah berasal
dari satu jenis sel yang disebut sel stem.
Jika sebuah sel stem membelah, yang pertama kali terbentuk adalah sel darah merah yang
belum matang (imatur), sel darah putih atau sel yang membentuk trombosit (megakariosit).
Kemudian jika sel imatur membelah, akan menjadi matang dan pada akhirnya menjadi sel
darah merah, sel darah putih atau trombosit.
Sumsum tulang membentuk dan melepaskan lebih banyak sel darah putih sebagai respon
terhadap infeksi.
3. Trombopoesis
 Trombopoesis (pembentukan thrombocyt berasal dari sel induk pluripotensial yang
berubah menjadi megakarioblas kemudian promegakarioblas menjadi megakariosit di
dalam sumsum tulang
 Megakariosit mengalami pematangan dengan replikasi inti endometotik yang sinkron,
memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus inti menjadi
kelipatan duanya. Kemuadian sitoplasma menjadi granuler dan trombosit dilepaskan
 Setiap megakariosit menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval waktu dari
diferensiasi sel induk (stem cell) sampai dihasilkan trombosit sekitar membutuhkan
sekitar 10 hari pada manusia
 Trombopoesis dipengaruhi oleh hormone trombopoetin yang dihasilkan di hati dan
ginjal dan sejumlah sitokin seperti: IL-11, IL-3, dan IL-6
 Trombopoetin meningkatkan kecepatan dan jumlah maturasi megakariosit

Mekanisme Pembekuan Darah

Trombosit pecah tromboplastin

Protrombin Trombin
Ion Ca++

12
Fibrinogen Fibrin
Vitamin K

Menyumbat luka
PEMECAHAN ERITROSIT
Eritrosit akan lisis setelah berumur 120 hari

Mengeluarkan hemoglobin ke sirkulasi

Hemoglobin diuraikan di hati dan limpa

Molekul globulin diubah menjadi asam amino besi disimpan dalam hati dan
limpa

heme diubah menjadi bilirubin

Ekskresi melalui tinja dan urin

Hemolisis eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-komponen hemoglobin


menjadi komponen protein yaitu globin yang kemudian dimanfaatkan kembali atau disimpan
oleh tubuh dan komponen heme yang akan terurai menjadi komponen besi dan bilirubin. Zat
besi akan kembali ke pool besi dan dipakai ulang. Sedangkan bilirubin akan disekresikan
melalui hati dan empedu kemudian dikeluarkan bersama urine (urobilinogen) dan melalui
feses (sterkobilinogen).

Transfusi Darah

A. Definisi

Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke
orang sakit (resipien) yang diberikan secara intravena melalui pembuluh darah(1). Darah yang
dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah. Transfusi darah dapat
dikelompokkan menjadi 2 golongan utama berdasarkan sumbernya,yaitu transfusi allogenic
dan transfusi autologus. Transfusi allogenic adalah darah yang disimpan untuk transfusi

13
berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan transfusi autologus adalah darah yang disimpan
berasal dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit beberapa hari sebelumnya, dan setelah 3
hari ditransferkan kembali ke pasien(2).

Transfusi darah masif

Perdarahan masif ialah perdarahan lebih dari sepertiga volum darah dalam waktu lebih
dari 24 jam.Definisi dari transfusi darah masif masih belum jelas dan banyak versi, seperti (2):
1. Transfusi darah sebanyak lebih dari 1-2 kali volum darah dalam waktu lebih dari 24
jam.
2. Transfusi darah lebih besar dari 50% volum darah dalam waktu singkat (misalnya, 5
unit dalam 1 jam untuk berat 70 kg)

Transfusi Sangat Darurat


Bagi pasien dengan perdarahan hebat, waktu yang diperlukan untuk uji silang lengkap terlalu
lama atau tidak tersedia darah dengan golongan yang sama. Pilihan yang dapat diberikan
adalah PRC golongan O tanpa uji silang (donor universal). Jika PRC O tidak ada, untuk
resipien AB dapat diberikan golongan A atau B. Pasien bukan golongan O yang sudah
mendapat transfusi O sebanyak > 4 unit, jika perlu transfusi lagi dalam jangka 2 minggu,
masih harus tetap diberi golongan O, kecuali telah dibuktikan bahwa titer anti A dan anti-B
nya telah turun <1/200. Berbeda dengan di Barat, hampir seluruh populasi Indonesia Rhesus
(+) maka semua unit O dapat digunakan. (5)

B.Tujuan Transfusi Darah

 Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen


 Memperbaiki volume darah tubuh
 Memperbaiki kekebalan
 Memperbaiki masalah pembekuan

C. Indikasi Transfusi Darah

1. Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr% atau Ht <30%


Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung Hb <10 g/dl(2)

14
2. Pada pembedahan mayor kehilangan darah >20% volume darah(2)
3. Pada bayi anak yang kehilangan darah >15%, dengan kadar Hb yang normal
Pada bayi anak, jika kehilangan darah hanya 10-15% dengan kadar Hb normal tidak
perlu transfusi darah, cukup dengan diberi cairan kristaloid atau koloid, sedang >15%
perlu transfusi karena terdapat gangguan pengangkutan Oksigen. (2)
4. Pada orang dewasa yang kehilangan darah sebanyak 20%, dengan kadar Hb normal
Kehilangan darah sampai 20% dapat menyebabkan gangguan faktor pembekuan(2)

Kebutuhan transfusi dapat ditetapkan pada saat prabedah berdasarkan nilai hematokrit
dan EBV. EBV pada neonatus prematur 95 ml/kgBB, fullterm 85 ml/kgBB, bayi 80 ml/kgBB
dan pada dewasa laki-laki 75 ml/kgBB, perempuan 65 ml/kgBB.
Untuk menentukan jumlah perdarahan yang diperlukan agar Hct menjadi 30% dapat
dihitung sebagai berikut:
1. EBV
2. Estimasi volume sel darah merah pada Hct prabedah
3. Estimasi volume sel darah merah pada Hct 30% prabedah (RBCV%)
4. Volume sel darah merah yang hilang (RBCV lost = RBCV preop – RBCV 30%)
5. Jumlah darah yang boleh hilang = RBCV lost x 3
Trasfusi dilakukan jika perdarahan melebihi nilai RBCV lost x 3

Selain cara diatas, terdapat pendapat mengenai penggantian cairan akibat pendarahan
sebagai berikut:
Berdasarkan berat ringannya perdarahan:
1. Perdarahan ringan, perdarahan sampai 10% EBV, 10-15% cukup diganti dengan
cairan elektrolit
2. Perdarahan sedang, perdarahan 10-20% EBV, 15-30% dapat diganti dengan cairan
kristaloid dan koloid
3. Perdarahan berat, perdarahan 20-50% EBV, >30%, harus diganti dengan transfusi
darah.

Transfusi darah tidak boleh diberikan jika tidak benar-benar diperlukan dan jika tidak
ada indikasinya. Jika indikasinya berdasarkan kadar Hb, maka ada 3 tingkat Hb yaitu Hb
kritis (5mg/dL), Hb tolerable (8mg/dL) dan Hb optimal (10mg/dL). Biasanya transfusi

15
diberikan jika sudah mencapai Hb kritis dan dihentikan jika sudah tolerable atau optimal.
Transfusi darah kelihatannya mudah, tapi ternyata tidak semudah itu dalam
memperhitungkan berapa banyak darah yang digunakan atau jenis transfusi darah apa yang
dipakai. Secara singkat berapa banyak kebutuhan darah yang digunakan untuk transfusi darah
berdasarkan jenis darah yang diberikan.

Transfusi yang biasanya diberikan adalah transfusi PRC. Keuntungan menggunakan


PRC dibandingkan dengan darah jenuh ialah kenaikan Hb dapat diatur sesuai dengan yang
diinginkan, mengurangi kemungkinan penularan penyakit, mengurangi kemungkinan reaksi
imunologis, volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload
berkurang.

Untuk mudahnya (sebaiknya jangan digunakan) ada yang memberikan rumus pemberian satu
unit PRC akan meningkatkan hematokrit 3-7%, atau 1 kantong PRC meningkatkan Hb
sebesar 1mg/dL, sedangkan pemberian 1 kantong WB akan meningkatkan Hb sebesar
0,5mg/dL.

D. Darah dan Komponen Darah

Darah terdiri dari dua komponen(3):


1. Korpuskuler adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah Eritrosit, Lekosit, Trombosit.
2. Plasma Darah adalah cairan darah.

Fungsi Umum Darah (3):


1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air)
2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)
3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh)
4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator)

Darah asal katanya dari bahasa Yunani haima artinya darah. Seseorang yang
membutuhkan sejumlah besar darah dalam waktu yang segera (misalnya karena perdarahan
hebat), bisa menerima darah lengkap untuk membantu memperbaiki volume cairan dan
sirkulasinya.Darah lengkap juga bisa diberikan jika komponen darah yang diperlukan tidak
dapat diberikan secara terpisah.

Komponen darah yang paling sering ditransfusikan adalah packed red blood cells
(PRC), yang bisa memperbaiki kapasitas pengangkut oksigen dalam darah.Komponen ini bisa

16
diberikan kepada seseorang yang mengalami perdarahan atau penderita anemia berat.Yang
jauh lebih mahal daripada PRC adalah frozen-thawed red blood cells, yang biasanya
dicadangkan untuk transfusi golongan darah yang jarang.Beberapa orang yang membutuhkan
darah mengalami alergi terhadap darah donor. Jika obat tidak dapat mencegah reaksi alergi
ini, maka harus diberikan sel darah merah yang sudah dicuci.

Jumlah trombosit yang terlalu sedikit (trombositopenia) bisa menyebabkan perdarahan


spontan dan hebat. Transfusi trombosit bisa memperbaiki kemampuan pembekuan darah.
Faktor pembekuan darah adalah protein plasma yang secara normal bekerja dengan trombosit
untuk membantu membekunya darah.Tanpa pembekuan, perdarahan karena suatu cedera
tidak akan berhenti.Faktor pembekuan darah yang pekat bisa diberikan kepada penderita
kelainan perdarahan bawaan, seperti hemofilia atau penyakit von Willebrand.

Plasma juga merupakan sumber dari faktro pembekuan darah.Plasma segar yang
dibekukan digunakan pada kelainan perdarahan, dimana tidak diketahui faktor pembekuan
mana yang hilang atau jika tidak dapat diberikan faktor pembekuan darah yang pekat.
Plasma segar yang dibekukan juga digunakan pada perdarahan yang disebabkan oleh
pembentukan protein faktor pembekuan yang tidak memadai, yang merupakan akibat dari
kegagalan hati.

Meskipun jarang, sel darah putih ditransfusikan untuk mengobati infeksi yang
mengancam nyawa penderita yang jumlah sel darah putihnya sangat berkurang atau penderita
yang sel darah putihnya tidak berfungsi secara normal.Pada keadaan ini biasanya digunakan
antibiotik.Antibodi (imunoglobulin), yang merupakan komponen darah untuk melawan
penyakit, juga kadang diberikan untuk membangun kekebalan pada orang-orang yang telah
terpapar oleh penyakit infeksi (misalnya cacar air atau hepatitis) atau pada orang yang kadar
antibodinya rendah.

E.Macam Transfusi Darah

Selama transfusi tubuh akan menerima “whole blood” atau komponen darah seperti:

 Sel darah merah : sel yang membawa oksigen menuju dan dari jaringan atau organ
 Platelet : sel yang dapat digunakan untuk mengontrol perdarahan
 Plasma : bagian cairan darah yang membantu pembekuan darah

17
Macam-macam transfusi darah:

1. Darah Lengkap/ Whole Blood (WB)


Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga
mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah
sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat
bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah
eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-
4 % post transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi
perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan.
Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Dosis pada
pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi.

Indikasi :

Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar

Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari volume darah
total.

Rumus kebutuhan whole blood


6 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Ket :

-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal

-Hb pasien : Hb pasien saat ini Darah lengkap ada 3 macam, yaitu:
a) Darah segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai <48 jam sesudah pengambilan(2).
Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih lengkap termasuk
faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit
diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan
transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan penyakit relatif
banyak.

b) Darah Baru

18
Yaitu darah yang disimpan < 6 hari sesudah diambil dari donor. Faktor pembekuan
disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan kadar kalium, amonia,
dan asam laktat.

c) Darah Simpan
Darah yang disimpan antara 6-35 hari. Keuntungannya mudah tersedia setiap saat,
bahaya penularan lues dan sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor
pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen
oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang
tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan
kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.

2. Packed Red Cell

PRC berasal dari darah lengkap yang disedimentasikan selama penyimpanan, atau
dengan sentrifugasi putaran tinggi. Sebagian besar (2/3) dari plasma dibuang.(1) Satu
unit PRC dari 500 ml darah lengkap volumenya 200-250 ml dengan kadar hematokrit 70-
80%, volume plasma 15-25 ml, dan volume antikoagulan 10-15 ml. Mempunyai daya
pembawa oksigen dua kali lebih besar dari satu unit darah lengkap. Waktu penyimpanan
sama dengan darah lengkap. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-
300 ml. Suhu simpan 4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka. (4,7)

Secara umum pemakaian PRC ini dipakai pada pasien anemia yang tidak disertai
penurunan volume darah, misalnya pasien dengan anemia hemolitik, anemia hipoplastik
kronik, leukemia akut, leukemia kronik, penyakit keganasan, talasemia, gagal ginjal
kronis, dan perdarahan-perdarahan kronis yang ada tanda “oksigen need” (rasa sesak,
mata berkunang, palpitasi, pusing, dan gelisah). PRC diberikan sampai tanda oksigen
need hilang. Biasanya pada Hb 8-10 gr/dl.(4,7)

Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit
dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. (4,7)

Kebutuhan darah (ml) :

3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

19
Ket :

-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal

-Hb pasien : Hb pasien saat ini

Keuntungan transfusi PRC dibanding darah lengkap : (7)

1. Kemungkinan overload sirkulasi menjadi minimal

2. Reaksi transfusi akibat komponen plasma menjadi minimal.

3. Reaksi transfusi akibat antibodi donor menjadi minimal.

4. Akibat samping akibat volume antikoagulan yang berlebihan menjadi minimal.

5. Meningkatnya daya guna pemakaian darah karena sisa plasma dapat dibuat

menjadi komponen-komponen yang lain.

Kerugian PRC adalah masih cukup banyak plasma, lekosit, dan trombosit yang
tertinggal sehingga masih bisa terjadi sensitisasi yang dapat memicu timbulnya
pembentukan antibodi terhadap darah donor. Untuk mengurangi efek samping komponen
non eritrosit maka dibuat PRC yang dicuci (washed PRC). Dibuat dari darah utuh yang
dicuci dengan normal saline sebanyak tiga kali untuk menghilangkan antibodi. Washed
PRC hanya dapat disimpan selama 4 jam pada suhu 4oC, karena itu harus segera
diberikan.

Washed red cell

Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan saline,
sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma.
Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang terjadi selama proses
serta masa simpan yang pendek (4-6 jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan
aquired hemolytic anemia dan exchange transfusion.(3) Untuk penderita yang alergi
terhadap protein plasma

Darah merah pekat miskin leukosit

20
Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 4°±2°C, berguna untuk meningkatkan
jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi. Manfaat komponen darah
ini untuk mengurangi reaksi panas dan alergi.

3. Leukosit/Granulosit konsentrat

Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun berat, infeksi yang tidak
membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian antibiotik, kualitas Leukosit
menurun. Komponen ini dibuat dari seorang donor dengan metode pemutaran melalui
hemonetic –30. Dengan alat ini darah dari donor dilakukan pemutaran terus-menerus,
memisahkan dan mengumpulkan buffy coat yang banyak mengandung granulosit
limfosit dan platelet kemudian dicampur dengan larutan sitrat sebagai antikoagulan yang
akhirnya dilarutkan dalam plasma. (7)

Indikasi :

1. Penderita neutropenia dengan febris yang tinggi yang gagal dengan antibiotik

2. Anemia aplastik dengan lekosit kurang dari 2000/ml

3. Penyakit-penyakit keganasan lainnya.

Kapan saat yang tepat untuk pemberian transfusi granulosit, masih belum pasti.
Umumnya para klinisi menganjurkan pemberian transfusi granulosit pada penderita
neutropenia dengan panas yang tinggi dan gagal diobati dengan antibiotik yang adekuat
lebih dari 48 jam. Efek pemberian transfusi granulosit tampak dari penurunan suhu
badan penderita terjadi pada 1-2 jam setelah transfusi.

4. Trombosit

Diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi trombosit.
Komponen ini didapat dari darah segar dengan metode pemutaran dengan waktu tertentu,
sehingga akhirnya didapat konsentrat platelet yang volumenya 25-40 ml/unit yang berisi
minimal 5,5×1010 platelet dan beberapa sel darah merah yang tercampur di dalamnya
bersama plasma untuk mempertahankan pH di atas 6 selama waktu penyimpanan.
Dengan satu unit konsentrat platelet biasanya akan menaikkan jumlah platelet sebesar
9.000-11.000 /m3 luas badan. Sehingga untuk keadaan trombositopenia yang berat
dibutuhkan sampai 8-10 unit.

21
Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya
kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura, leukemia,
anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian
sitostatika terhadap tumor ganas.

Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal


juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.

Rumus Transfusi Trombosit

BB x 1/13 x 0.3

5. Plasma biasa dan Plasma Segar Beku

Dari 250 ml darah utuh diperoleh 125 ml plasma. Plasma banyak digunakan untuk
mengatasi gangguan koagulasi yang tidak disebabkan oleh trombositopenia, mengganti
plasma yang hilang, defisiensi imunoglobulin dan overdosis obat antikoagulans
(warfarin,dsb).(12) Plasma tersedia dalam berbagai bentuk sediaan sebagai berikut :
 Plasma segar (Fresh Plasma)
Dari darah utuh segar (<6 jam). Berisi semua faktor pembekuan (juga faktor labil) dan
trombosit. Harus diberikan dalam 6 jam. (2,7)

 Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma)


Didapat dari pemisahan darah segar (darah donor kurang dari 6 jam) dengan metode
pemutaran, kemudian dibekukan dan disimpan pada temperatur –30oC. Karena dibuat
dari darah segar, maka hampir semua faktor-faktor pembekuan masih utuh selama
penyimpanan –30oC kecuali trombosit. Tapi bila disimpan pada temperatur 4oC,
maka semua faktor pembekuan yang labil itu akan rusak menjadi plasma biasa. (7).

Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan, dengan volume 150-220 ml.
Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk
meningkatkan faktor pembekuan bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada.
Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP)
mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP
biasa diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati
pada penyakit hepar. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan masing-masing kadar
faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRC, saat hendak
diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai suhu tubuh.

22
Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan
koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Perlu
dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.

Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.

Indikasi :

- Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)

- Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang


mengancam nyawa.

- Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi


massif

- Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan


Kriteria pemberian Fresh Frozen Plasma : (7)
a. Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah
atau kauter.
b. Peningkatan PT atau PTT minimal 1,5 kali dari normal.
c. Hitung trombosit lebih besar dari 70.000/mm3 (untuk menjamin bahwa
trombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan).

ASA merekomendasikan pemberian FFP dengan mengikuti petunjuk berikut : (7)


a. Segera setelah terapi warfarin
b. Untuk koreksi defisiensi faktor koagulasi yang mana untuk faktor yang spesifik
tidak tersedia.
b. Untuk koreksi perdarahan mikrovaskuler sewaktu terjadi peningkatan >1,5
kali nilai normal PT atau PTT
d. Untuk koreksi perdarahan sekunder mikrovaskuler yang meningkat akibat
defisiensi faktor koagulasi pada pasien yang ditransfusi lebih dari satu unit
volume darah dan jika PT dan PTT tidak dapat diperoleh saat dibutuhkan.
e. FFP sebaiknya diberikan dalam dosis yang diperhitungkan mencapai suatu
konsentrasi plasma minimum 30% (biasanya tercapai dengan pemberian 10-15
ml/kg), kecuali setelah pemberian warfarin yang mana biasanya cukup antara
5-8 ml/kg.
f. FFP dikontraindikasikan untuk peningkatan volume plasma atau konsentrasi
albumin.

23
6. Plasma biasa (Plasma Simpan)
Mengandung faktor stabil fibrinogen, albumin, dan globulin. Didapat dari dari darah
lengkap yang telah mengalami penyimpanan. Dari 250 cc darah lengkap diperoleh 125
cc plasma. Dapat bertahan selama 2 bulan pada suhu 4oC. Indikasi : (6,7)
a. Untuk mengatasi keadaan shok (sebelum darah datang).
b. Memperbaiki volume sirkulasi darah.
c. Mengganti protein plasma yang hilang pada luka bakar yang luas.
d. Mengganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang hilang misalnya
fibrinogen, albumin, dan globulin.

Plasma diberikan pada kehilangan plasma misalnya dengue hemoragik fever, atau
luka bakar yang luas. Dosis pemberian tergantung keadaan klinis. Umumnya diberikan
10-15 ml/kgBB/hari. Hati-hati pada orang tua, karena kemungkinan terjadinya payah
jantung atau overload sirkulasi. Indikasi ini sekarang tidak dianjurkan lagi karena lebih
aman menggunakan terapi larutan koloid atau albumin yang bebas resiko transmisi
penyakit. (6,7)

7. Cryopresipitate

Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor pembekuan XIII,
faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan
karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita hemofili A.

Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan
infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan
pada suhu kamar. (2)

Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam
waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi. Satu kantong (30
ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand,
faktor XIII

Indikasi :

- Hemophilia A

- Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi

- Penyakit von wilebrand

24
Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :

0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

8. Albumin

Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari
plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5%
atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan osmotik sama dengan 400 ml plasma
biasa

Rumus Kebutuhan Albumin

∆ albumin x BB x 0.8

F.Penggolongan dan Pengumpulan Darah

Penggolongan Darah(3)

Berdasarkan sistem antigen telah dikenal lebih dari 20 golongan darah. Untuk
kepentingan klinik hanya dikenal dua sistem penggolongan darah yaitu sistem ABO dan
sistem Rh. Golongan darah yang dimiliki seseorang bergantung pada ada tidaknya protein
spesifik yang disebut antigen, pada sel darah merah.

Petugas kesehatan perlu mengetahui golongan darah yang dimiliki seseorang, karena
tidak semua golongan darah kompatibel satu sama lain. Hal ini untuk mencegah reaksi
penolakan dari tubuh saat dilakukan trasfusi. Sistem penggolongan darah ABO membagi
golongan darah menjadi golongan A,B,AB dan O. Jika seseorang bergolongan darah A, maka
ia dapat menerima golongan darah A dan O. Jika seseorang bergolongan darah B, maka ia
dapat menerima golongan darah B dan O. Jika seseorang bergolongan darah AB, maka ia
dapat menerima golongan darah A,B,AB,dan O. Jika seseorang bergolongan darah O, maka
ia hanya dapat menerima golongan darah O. Oleh sebab itu orang bergolongan darah O
sering disebut donor universal, sedangkan orang bergolongan darah B sering disebut resipien
universal.

Penggolongan darah juga dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan yang
disebut Rhesus pada permukaan sel darah merah seseorang. Jika kandungan tersebut
ditemukan pada permukaan sel darah merah seseorang, maka orang tersebut Rh(+), jika tidak

25
ada maka disebut Rh(-). Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat menerima darah dengan Rh(+)
atau Rh(-). Sedangkan orang dengan Rh(-), hanya bisa menerima darah dengan Rh (-) saja.
Oleh karena itu darah Rh(-) sering disediakan untuk operasi-operasi darurat dimana tidak ada
waktu lagi untuk melakukan pengecekan golongan darah seseorang.

Pengumpulan Darah (1,3)

Darah yang tersedia di bank darah dikumpulkan dari para pendonor sukarela. Sebelum
donor darah dilakukan maka pendonor akan dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk
mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita. Hanya pendonor yang dapat melewati
pemeriksaan ini yang dapat mendonorkan darahnya.

Darah donor yang telah diambil selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap penyakit
berbahaya dan golongan darahnya. Jika ditemukan suatu masalah maka darah tersebut akan
dibuang. Biasanya donor tidak diperbolehkan menyumbangkan darahnya lebih dari 1x setiap
2 bulan. Darah yang telah lolos seleksi selanjutnya dipisahkan komponen darahnya lalu
disimpan atau dikirim untuk segera digunakan. Darah yang tersimpan di bank darah tidak
dapat disimpan dalam waktu lama, hal ini menyebabkan bank darah dalam hal ini PMI sangat
membutuhkan para pendonor sukarela guna mencukupi keperluan darah yang kian hari kian
meningkat.

Standard unit pengambilan darah hanya sekitar 0,48 Lt. Darah segar yang sudah
diambil disimpan dalam kantung plastik yang sudah mengandung bahan pengawet dan
komponen anti pembekuan. Sejumlah kecil contoh dari penyumbang diperiksa untuk mencari
adanya penyakit infeksi seperti HIV AIDS, hepatitis, ataupun sifilis. Darah yang didinginkan
dapat digunakan dalam waktu 35 hari. Pada keadaan tertentu misalnya pada pengawetan
golongan darah yang jarang, sel darah merah bisa dibekukan dan disimpan sampai selama 10
tahun.

Pada transfusi darah dengan golongan darah yang tidak cocok dapat membahayakan
bagi resipien, oleh karena itu sebagai tindakan pencegahan sebelum dimulainya transfusi
dilakukan pengetesan dengan mencampurkan setetes darah donor dengan darah resipien
untuk memastikan keduanya cocok, tehnik ini disebut cross-matching.

PROSES TRANSFUSI DARAH

26
1. Jelaskan prosedur kepada klien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan transfusi
sebelumnya dan catatan reaksi ,jika ada.
2. Minta klien untuk melaporkan gejala berikut: Menggigil, sakit kepala, gatal dan
kemerahan dengan segera.
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format persetujuan / informed concern.
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
5. Buat jalur IV dengan kateter besar (diameter 18-G atau 19-G).
6. Gunakan selang infus yang mempunyai filterGantungkan wadah larutan NaCl 0,9%
untuk diberikan setelah menginfuskan/ pemberian transfusi darah.
7. Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank darah. Minta darah
bila anda telah siap menggunakannya.
8. Dengan perawat yang lain, identifikasi kebenaran produk darah dan klien :
1. Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantong darah dan informasi pada
kantong itu sendiri.
2. Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan tipe RH pada catatan klien.
3. Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter.
4. Periksa tanggal kadaluarsa pada kantong darah.
5. Periksa darah terhadap adanya bekuan / gumpalan darah.
6. Tanyakan nama klien dan periksa / cocokkan dengan gelang tangannya/gelang
nama.
7. Dapatkan data dasar tanda-tanda vital klien.
8. Mulai untuk mentransfusikan darah :
1. Utamakan / isi jalur IV dengan 0,9 % normal saline.
2. Mulai transfusi dengan lambat melalui tetesan pertama pada filter.
3. Atur kecepatan tetesan 2 ml/menit pada 15 menit pertama transfusi dan tetap
bersama klien. Jika ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi, siram / suntik
jalur IV dengan normal saline secara lambat dan beritahu dokter dan bank
darah.
4. Monitor tanda-tanda vital :
1. Dapatkan tanda vital klien setiap 5 menit selama 15 menit pertama
transfusi dan setiap jam untuk yang berikutnya mengikuti kebijakan
institusi/rumah sakit.
2. Observasi klien terhadap adanya kemerahan, ruam kulit, gatal, dispnea,
bintik-bintik merah di kulit.
12 Lepaskan dan buang sarung tangan. Cuci tangan.

13. Lanjutkan mengobservasi terhadap reaksi samping / efek samping transfusi.

14. Catat pemberian darah dan produk darah. Catat cairan yang digunakan mengikuti
kebijakan rumah sakit / institusi.

Bila transfusi sudah selesai (complete), Kembalikan kantong plastik dan selangnya ke bank
darah.

27
G. Cara Penyimpanan

Darah donor sebelum disimpan untuk diberikan pada resipien harus dibebaskan dari
pelbagaimacam penyakit yang mungkin dapat menulari resipien seperti hepatitis B atau C,
sifilis, malaria, HIV-1 atau HIV-2, virus human T-cell lymphotropic(HTLV-1 dan HTLV-2).
Darah simpan supaya awet dan tidak membeku perlu disimpan dalam lemari pendingin
dengan suhu sekitar 10-60oC diberi pengawet.

Selama penyimpanan, eritrosit akan mengalami serangkaian perubahan-perubahan


biokimiawi dan struktural yang akan mempengaruhi viabilitas dan fungsinya setelah
transfusi. Perubahan seperti itu dikenal sebagai storage lesion. Kebutuhan energi eritrosit
disediakan oleh jalur metabolik glikolitik dan heksosemonofosfat. Produk akhirnya adalah
laktat yang akan menurunkan pH dan laju glikolisis dan menurunkan kadar ATP dan 2,3
DPG (6).

Adenosin trifosfat diperlukan untuk mempertahankan viabilitas eritrosit. Apabila kadar


ATP intraseluler menurun, terjadi kehilangan lipid membran, membran menjadi kaku, dan
bentuknya berubah dari cakram menjadi sferis. ATP juga penting untuk proses fosforilasi
glukosa dan mempertahankan pompa Na-K. Kekurangan ATP menyebabkan kalium keluar
sel dan natrium masuk sel sehingga fragilitas osmotik dan lisis sel meningkat.(6,7)

Interaksi antara molekul hemoglobin dan 2,3-DPG akan memfasilitasi pelepasan O2


sehingga kurva disosiasi O2 bergeser ke kanan.(11) Deplesi 2,3-DPG menyebabkan kurva
disosiasi bergeser ke kiri, sehingga meningkatkan afinitas hemoglobin terhadap terhadap
oksigen sehingga oksigenasi jaringan menjadi menurun. (6,7)

Setelah transfusi, eritrosit donor yang rusak segera disingkirkan oleh tubuh resipien.
Eritrosit yang dapat melewati 24 jam pertama setelah transfusi akan mempunyai
kelangsungan hidup yang normal. Kriteria viabilitas yang adekuat dari darah yang disimpan
apabila kelangsungan hidup eritrosit sebanyak 70 % setelah 24 jam pasca transfusi. Dengan
antikoagulan yang ada saat ini tujuan tersebut dapat dicapai.

Selain perubahan pada eritrosit, maka selama penyimpanan darah juga akan terjadi
penurunan daya fagositik lekosit (nol setelah hari keempat), penurunan aktivitas trombosit
(nol setelah hari kedua), dan kehilangan faktor pembekuan (4 jam untuk fibrinogen dan

28
AHF). Darah tidak boleh beku, karena darah beku dapat menyebablan hemolisis dan
menimbulkan reaksi transfusi hebat.

H. Tehnik Transfusi Darah

Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah serta kecocokan antara
darah donor dan penderita. Penderita dipersiapkan dengan pemasangan infus dengan jarum
besar #16-18. Jarum yang terlalu kecil (# 23-25) dapat menyebabkan hemolisis.(6,7)

Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki saringan untuk menghalangi
bekuan fibrin dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku memiliki saringan dan ukuran
pori-pori 170 mikron. Pada keadaan normal, sebuah transfusi set dapat digunakan untuk 2
sampai 4 unit darah. (8,9) Vena terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada bagian dorsal
tangan dan pada lengan atas. Dalam keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi untuk
menjamin kelancaran dan kecepatan transfusi

Waktu mengambil darah dari lemari es, perhatikan plasmanya. Jika ada tanda-tanda
hemolisis (warna coklat hitam, keruh) jangan diberikan. Darah yang belum akan
ditransfusikan harus tetap di dalam lemari es.

Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik. Jangan


menggunakan larutan lain karena dapat merugikan. Larutan dekstrose dan larutan garam
hipotonik dapat menyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau larutan lain yang mengandung
kalsium akan menyebabkan koagulasi. Jangan menambahkan obat apapun ke dalam darah
yang ditransfusikan. Obat-obatan memiliki pH yang berbeda sehingga dapat menyebabkan
hemolisis, lagipula bila terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk menentukan apakah hal itu
terjadi akibat obat atau akibat darah yang ditransfusikan.(4,7)

Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang singkat, maka
dibutuhkan darah hangat, karena darah yang dingin akan mengakibatkan aritmia ventrikel
bahkan kematian. Menghangatkan darah dengan air hangat hendaknya pada suhu 37-39oC.
Karena bila lebih 40oC, eritrosit akan rusak. Pada 100 ml pertama pemberian darah lengkap
hendaknya diteliti dengan hati-hati dan diberikan perlahan-lahan untuk kemungkinan deteksi
dini reaksi transfusi. (4)

29
Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam 20 tetes. Laju tercepat yang bisa tercapai
adalah 60 ml permenit(7). Laju transfusi tergantung pada status kardiopulmoner resipien. Jika
status kardiopulmoner normal, maka dapat diberikan 10-15 ml/kgBB dalam waktu 2-4 jam.
Jika tidak ada hemovolemia maka batas aman transfusi adalah 1 ml/kgBB/jam (1 unit kurang
lebih 3 jam) atau 1000 ml dalam 24 jam.(7) Tetapi jika terdapat gagal jantung yang
mengancam maka tidak boleh ditransfusikan melebihi 2 ml/kgBB/jam. Karena darah adalah
medium kultur yang ideal untuk bakteri, sebaiknya transfusi satu unit darah tidak boleh
melewati 5 jam karena meningkatnya resiko proliferasi bakteri. (7)

Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang dibutuhkan transfusi yang


cepat sampai 6-7 bag dalam setengah jam. Setelah sirkulasi tampak membaik dikurangi
hingga 1 bag tiap 15 menit. Tidak dianjurkan memberi obat antihistamin , antipiretika, atau
diuretika secara rutin sebelum transfusi untuk mencegah reaksi. Reaksi panas pada dasarnya
adalah tanda bahaya bahwa sedang terjadi reaksi transfusi. Diuretika hanya diperlukan pada
pasien anemia kronis yang perlu transfusi sampai 20 ml/kgBB dalam 24 jam. (7)

Cara-cara Meningkatkan Kecepatan Transfusi : (7)

1. Letakkan botol darah setinggi mungkin. Peningkatan 2 kali menyebabkan kecepatan


transfusi meningkat 2 kali pula.
2. Pergunakan jarum atau kanula sebesar mungkin.

3. Dengan memompakan darah meningkatkan tekanan udara dalam botol.

4. Dengan memompakan darah-darah yang berada di dalam kateter bawah.

I. Komplikasi Transfusi

1) Reaksi Hemolitik(2)
Kekerapan 1:6000 akibat destruksi eritrosit donor oleh antibodi resipien dan
sebaliknya.Jika jumlah transfusi <5% volum darah, reaksi tak begitu gawat. Pada pasien
sadar ditandai oleh demam, menggigil, nyeri dada,panggul dan mual. Pada pasien dalam
anestesi ditandai oleh demam, takikardi tak jelas asalnya, hipotensu, perdarahan
merembes di daerah operasi, syok, spasme bronkus dan selanjutnya Hb-uria, ikterus, dan
“renal shut down”.

30
Reaksi transfusi hemolitik merupakan reaksi yang jarang terjadi tetapi serius dan terdapat
pada satu diantara dua puluh ribu penderita yang mendapat transfusi.

Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien. Hal ini bisa terjadi dengan cara reaksi
transfusi hemolitik segera dan reaksi transfusi hemolitik lambat

Reaksi ini sering terjadi akibat kesalahan manusia sebagai pelaksana, misalnya salah
memasang label atau membaca label pada botol darah.

Tanda-tanda reaksi hemolitik lain ialah menggigil, panas, kemerahan pada muka,
bendungan vena leher , nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal,
takhikardi, hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa diterangkan
asalnya, dan ikterus. Pada penderita yang teranestesi hal ini sukar untuk dideteksi dan
memerlukan perhatian khusus dari ahli anestesi, ahli bedah dan lain-lain.

Tanda-tanda yang dapat dikenal ialah takhikardi, hemoglobinuri, hipotensi, perdarahan


yang tiba-tiba meningkat, selanjutnya terjadi ikterus dan oliguri.

Terapi reaksi transfusi hemolitik : pemberian cairan intravena dan diuretika. Cairan
digunakan untuk mempertahankan jumlah urine yang keluar. Diuretika yang digunakan
ialah :

1. Manitol 25 %, sebanyak 25 gr diberikan secara intravena kemudian diikuti pemberian 40


mEq Natrium bikarbonat.
2. Furosemid
Bila terjadi hipotensi penderita dapat diberi larutan Ringer laktat, albumin dan darah
yang cocok. Bila volume darah sudah mencapai normal penderita dapat diberi
vasopressor. Selain itu penderita perlu diberi oksigen. Bila terjadi anuria yang menetap
perlu tindakan dialysis.

2) Infeksi(2)
- Virus : hepatitis, HIV-AIDS, CMV
- Bakteri : stafilokok, yesteria, citrobakter
- Parasit : malaria

3) Lain-lain(2)

31
Demam, urtikaria, anafilaksis, edema paru non kardial, purpura, intoksikasi sitrat,
hiperkalemia, asidosis.

J. Penanggulangan Reaksi Transfusi(2)

a. Hentikan transfusi
b. Naikkan tekanan darah dengan koloid, kristaloid, jika perlu tambah vasokonstriktor,
inotropik.
c. Berikan oksigen 100%
d. Diuretika manitol 50 mg atau furosemid (lasix) 10-20 mg
e. Antihistamin
f. Steroid dosis tinggi
g. Jika perlu ‘exchange transfusion’
h. Periksa analisa gas dan pH darah

32
BAB III

KESIMPULAN

Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke
orang sakit (resipien) yang diberikan secara intravena melalui pembuluh darah. Darah yang
dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah.

Tujuan transfusi darah adalah meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut


oksigen, memperbaiki volume darah tubuh, memperbaiki kekebalan, memperbaiki masalah
pembekuan.

Transfusi darah diperlukan saat tubuh kehilangan banyak darah, misalnya pada
kecelakaan, trauma atau operasi pembedahan yang besar, penyakit yang menyebabkan
terjadinya perdarahan, juga penyakit yang menyebabkan kerusakan sel darah dalam jumlah
besar, misal anemia hemolitik atau trombositopenia.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Nhlbi.nih.gov. “What is a blood transfusion”. July 1st,2009. Available:


http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/bt/. Accessed on:September 20th,2011
2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR.Transfusi Darah pada Pembedahan. Dalam
Anestesiologi. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI;2007; pg.141- 5
3. Nlm.nih.gov. “Blood Transfusion and Donation”. Available:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/bloodtransfusionanddonation.html. Accessed on:
September 20th,2011
4. Hewitt PE, Wagstaff W. Donor darah dan Uji Donor darah. Dalam : Contreras M,Ed.
Petunjuk Penting Transfusi (ABC of Transfusion), edisi ke-2; alih bahasa Oswari J.
Jakarta : EGC,1995;1-4

5. Pedoman Pelaksanaan Transfusi Darah.RSUD Dr. Sutomo FK.Universitas Airlangga.


Edisi III.Tahun 2001.Surabaya
6. Davies SC, brozovic M. Transfusi Sel darah Merah. Dalam Contreras M, Ed. Petunjuk
Penting transfusi (ABS of Transfusion) Edisi ke-2. Alih Bahasa Oswari. Jakarta: EGC, 9-
14
7. Contreras M, Mollison PI. Uji Sebelum Transfusi dan Kebijakan Pemesanan darah. Dalam
: Contreras M,Ed. Petunjuk Penting transfusi (ABC of Transfusion) Edisi ke-2, alih bahasa
Oswari J, Jakarta : EGC, 5-8

34

Anda mungkin juga menyukai