1. Pengangguran
Pengangguran terjadi mana kala terjadi ketidakseimbangan di pasar
kerja, yaitu jumlah penawaran tenaga kerja lebih besar dibanding jumlah
permintaan tenaga kerja. Penyediaan kesempatan kerja yang sesuai dengan
jumlah tenaga kerja yang tersedia merupakan tanggung jawab penting suatu
perekonomian. Dalam suatu sistem perekonomian yang bersifat laissez-faire
atau sistem pasar bebas, tanggung jawab tersebut terutama berada pada pihak
swasta. Di samping itu, kebijaksanaan pemerintah sangat penting artinya dalam
a. Pengangguran normal
Pengangguran normal (normal unemployment) adalah pengangguran
yang disebabkan oleh adanya pekerja yang keluar dari tempat berkeja yang
sedang ditekuninya untuk mencari pekerjaan yang lebih baik atau yang lebih
sesuai dengan mereka. Pengangguran ini disebut juga sebagai search
unemployment atau frictional unemployment. Pengangguran seperti ini terjadi pada
keadaan permintaan sama atau Iebih besar dari pada penawaran tenaga
kerja, sehingga se ke lo mp o k te n ag a ke rja t e rd o ron g u n tu k ke lu a r
d a ri pekerjaan yang sedang ditekuninya sekarang untuk mencari pekerjaan
yang Iebih baik dari aspek pendapatan maupun syarat-syarat kerja yang lebih
sesuai dengan pendidikan, keahlian dan kepribadiannya.
b. Pengangguran struktural
Dalam kegiatan ekonomi yang selalu berubah, beberapa perusahaan,
atau sektor perekonomian tertentu mengalami kemajuan atau keuntungan,
tetapi pada beberapa perusahaan atau sektor ekonomi lainnya mengalami
kemunduran atau kerugian yang berlangsung lama. Kemajuan teknologi pada
sektor ekonomi tertentu, perubahan selera masyarakat, dan masuknya
pesaing baru yang lebih efisien di pasar merupakan faktor-faktor penyebab
kemunduran kegiatan ekonomi pada sektor lainnya. Apabila hal ini terjadi,
maka perusahaan terpaksa memberhentikan sebagian atau mungkin seluruh
tenaga kerjanya. Pengangguran yang terjadi tersebut merupakan
pengangguran struktural (structural unemployment).
c. Pengangguran Konjungtur
Dua jenis pengangguran yang telah dikemukakan sebelumnya,
oleh para pakar ekonomi belum menganggap sebagai suatu permasalahan
2. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum dan
terus menerus. Jadi kenaikan harga atas satu atau jenis barang atau jasa pada
suatu saat tertentu (dan hanya bersifat sementara) belum merupakan
masalah inflasi. Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi manakala
kenaikan harga itu bersifat umum dan terus menerus, dan sulit untuk dikendalikan
dalam jangka pendek.
Dalam masa inflasi, harga-harga output dan input, upah, sewa dan bunga
cenderung meningkat bersama-sama. Tingkat hidup ditentukan oleh
hubungan antara pendapatan yang diperoleh dengan harga yang harus dibayar.
Bila pendapatan naik melebihi kenaikan harga, maka tingkat hidup meningkat.
Sebaliknya, bila kenaikan pendapatan Iebih rendah dari kenaikan harga yang
harus dibayar, maka tingkat hidup menurun.
Walaupun inflasi tidak secara otomatis menurunkan tingkat hidup,
namun inflasi tetap merupakan masalah karena tiga alasan, yaitu:
1) Inflasi dapat mengakibatkan ketidakmerataan pendapatan di antara anggota
masyarakat;
4. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian yang mengalami pertumbuhan adalah suatu
perekonomian di mana terjadi kenaikan jumlah produksi barang/jasa.
Kenaikan jumlah produksi tersebut didorong oleh kenaikan jumlah tenaga
kerja yang terserap baik kuantitas maupun kualitas, kenaikan investasi dan
teknologi. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi makro jangka
panjang. Jika jumlah produksi yang dapat dicapai lebih kecil dibanding
potensi untuk memproduksi, maka pertumbuhan ekonomi menjadi lambat.
Kondisi seperti ini mengakibatkan tingkat pengangguran mengalami peningkatan.
6. Stabilitas ekonomi.
Kestabilan ekonomi meliputi kestabilan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja
juga kestabilan tingkat harga. Ketidakstabilan ekonomi dapat mengakibatkan
perekonomian terperangkap dalam laju inflasi yang tinggi, tingkat
pengangguran yang tinggi, sehingga menurunkan taraf hidup masyarakat.
E. Glossary
Aggregate demand (permintaan agregat). Total jumlah permintaan atau pengeluaran
nominal terhadap barang dan jasa.
Aggregate supply (penawaran agregat). Total dari barang dan jasa yang
ditawarkan oleh produsen termasuk barang konsumsi dan barang modal.
F. Soal-soal Latihan
1. Kemukakan pengertian dan ruang lingkup ekonomi makro!
2. Uraikan secara singkat sejarah berkembangannya teori ekonomi makro!
3. Sebut dan jelaskan permasalahan ekonomi makro baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
4. Jelaskan tujuan kebijakan ekonomi makro dan alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan kebijakan ekonomi makro.
5. Apakah tujuan-tujuan ekonomi makro dapat saling bertentangan? Jelaskan!
Dan apa solusi yang bisa dilakukan?
6. Analisislah kondisi ekonomi makro Indonesia berdasarkan data-data ekonomi
makro yaitu inflasi, kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, neraca
pembayaran, distribusi pendapatan.
5) Besarnya Inflow DI aset dan outflow DI liabilities pada Tw.IV'16 dan 2016 dipengaruhi oleh transaksi divestasi sektor perbankan melalui crossing di
pasar negosiasi
*angka sementara ** angka sangat sementara
Sumber : Bank Indonesia
Lembaga
Tabungan Pemodal
Keuangan Pinjaman Investasi
Nilai pendapatan nasional dapat diukur dari tiga sudut pandang, yaitu:
pendapatan nasional nominal, pendapatan nasional riel, dan pendapatan
nasional psikis.
Jadi bila tahun dasar ditentukan tahun 2012, maka perhitungan indeks
harga didasarkan pada harga tahun 2012. Indeks harga dapat dihitung
m Pni
.P .Qoi
i1P (n1)i
(n1)i
IHK n m X 100
Poi.Qoi
i1
Secara sederhana indeks harga dapat dihitung menggunakan rumus :
E Y Potensial
F
D
Yn C
Y Aktual
Yo
B
T1 T2 T3 T4 Tahun
DI = PI — Pajak Langsung
I 2.000 2.000
II 1.500 3.500
III 1.750 5.250
IV 2.250 7.500
Jumlah 7.500 18.250
E. Rangkuman
1. Pengertian pendapatan nasional dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu dari
sudut pandang produksi lazim disebut produk nasional (national product) adalah jumlah
harga pasar (nilai) barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam satu kurun
waktu tertentu, biasanya satu tahun. Dan sudut pandang penerimaan adalah jumlah
dari semua penerimaan masyarakat yang ikut dalam proses produksi seluruh barang
dan jasa dalam kurun waktu tertentu.
2. Nilai pendapatan nasional dari aspek nilai dapat diukur dari tiga sudut pandang, yaitu:
pendapatan nasionalnominal, pendapatan nasional riel, dan pendapatan nasional psikis.
3. Untuk menghitung besarnya pendapatan nasional suatu negara dikenal tiga macam
pendekatan, yaitu: pendekatan pengeluaran (expenditure approach), pendekatan
penerimaan (income approach) dan pendekatan produksi (production approach).
4. Data pendapatan nasional yang akurat mempunyai beberapa manfaat yaitu:
sebagai indikator tingkat kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa; sebagai
slat penentu struktur perekonomian; sebagai dasar untuk menyusun berbagai
kebijakan; sebagai dasar penentu kemanfaatan hubungan luar negeri; sebagai
dasar untuk menyusun perenecanaan kegiatan ekonomi di masa yang akan
datang; dapat mengukur perkembangan perekonomian bangsa dari tahun ke
tahun.
Final goods (barang jadi). Barang atau jasa yang dikonsumsi oleh pemakai
akhir, jadi bukan untuk menghasilkan barang lainnya.
Value added (Pertambahan nilai). Selisih antara nilai dari barang yang diproduksi
dengan biaya bahan baku dan bahan lainnya yang digunakan untuk
memproduksi barang tersebut.
G. Soal-soal Latihan
1. Kemukakan pengertian : a. pendapatan nasional; b. Pendapatan nasional
nominal; c. Pendapatan nasional riel; d. Pendapatan nasional psikis; e.
Gross National Product; f. Gross Domestic Product.
2. Sebutkan dan uraikan tiga macam pendekatan dalam perhitungan
pendapatan nasional.
3. Susunlah kerangka perkiraan pendapatan nasional Iengkap dengan pos-
posnya.
4. Jelaskan manfaat perhitungan pendapatan nasional.
2017 2018
Jenis Pengeluaran
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Tw. I Tw. II Tw. III
PENGELUARAN KONSUMSI
1.838.636,70 1.873.331,70 1.952.579,60 1.962.437,70 7.626.985,70 1.991.691,80 2.042.129,90 2.119.465,90
RUMAH TANGGA
Private Consumption Expenditure
PENGELUARAN KONSUMSI
38 314,0 39 698,3 40 763,7 41 793,5 160 569,5 42 769,7 44 558,2 45 609,5
LNPRT
NPISHs Consumption Expenditure
PENGELUARAN KONSUMSI
211 829,2 289 935,6 308 053,4 427 050,7 1 236 869,0 223 426,8 315 003,4 333 820,6
PEMERINTAH
General Government Consumption
Expenditure
PEMBENTUKAN MODAL TETAP
1 017 940,4 1 055 629,7 1 115 902,8 1 181 083,0 4 370 555,8 1 126 059,5 1 147 228,3 1 231 914,0
DOMESTIK BRUTO
Gross Domestic Fixed Capital
Formation
A. PERUBAHAN IINVENTORI 98 725,6 95 912,7 44 - 64 618,5 174 517,9 119 355,4 138 854,0 77 733,4
Change in Inventories
B. DISKREPANSI STATISTIK 1) - 37 646,1 - 35 177,9 - 12 978,1 - 58 697,0 - 144 499,2 - 7 756,3 18 710,8 52 639,5
Statistical Discrepancy
EKSPOR BARANG DAN JASA 663 391,4 644 390,4 714 810,2 745 556,8 2 768 148,8 740 017,6 749 423,8 849 345,2
Export of Goods and Services
Dikurangi : IMPOR BARANG DAN
603 156,6 597 134,6 660 061,1 743 997,9 2 604 350,1 728 978,7 769 697,8 874 920,7
JASA
Less : Import of Goods and
Services
PRODUK DOMESTIK BRUTO 3 228 034,6 3 366 585,8 3 503 568,6 3 490 608,3 13 588 797,3 3 506 585,8 3 686 210,5 3 835 607,4
Gross Domestic Product (GDP)
Lampiran 4: PDB Per Kapita Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013–2018
Keterangan:
∆C : besarnya perubahan konsumsi
∆Y : besarnya perubahan pendapatan nasional
Koefisien MPC selalu menunjukkan angka positif dengan nilai yang lebih
kecil dari satu, tetapi lebih besar dari nol. Angka positif, menunjukkan bahwa
setiap kenaikan pendapatan akan diikuti dengan pertambahan konsumsi. Angka
lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa setiap pertambahan pendapatan tidak
seluruhnya digunakan untuk konsumsi, melainkan sebahagian dari pendapatan
disisihkan untuk tabungan.
Untuk memperoleh persamaan garis fungsi konsumsi yang berbentuk
garis lurus, maka kita harus mengetahui besarnya konsumsi pada dua tingkat
pendapatan nasional yang berbeda. Adapun persamaan fungsinya adalah :
Y=Y
C = a + cY
BEP
Cn
a
450
Y
Yn
S = sY – a
Keterangan :
S : besarnya tabungan
s : marginal propensity to save (MPS) atau kecenderungan menabung marginal
Nilai “a” yang negatif disebut dengan dissaving (tabungan negatif), artinya jika
seseorang tidak memiliki pendapatan, maka ia harus mengeruk tabungan dari
pendapatan masa Ialunya, atau meminjam (menghutang) untuk melakukan
konsumsi.
Persamaan fungsi tabungan dapat pula diperoleh melalui proses berikut:
Y=C+S
S=Y—C
S = Y — (a + cY)
S = Y — a — cY
S = (1 — c)Y — a
Oleh karena MPC merupakan bagian dari kenaikan pendapatan yang dikonsumsi,
maka bagian yang tidak dikonsumsi merupakan bagian dari kenaikan
pendapatan yang ditabung atau MPS, sehingga:
Pada fungsi konsumsi dikenal istilah APC, maka dalam fungsi tabungan
dikenal pula istilah Average Propensity to Save (APS) atau kecenderungan
menabung rata-rata yang dapat dirumuskan dengan :
C
Y=Y
C = a + cY
BE
C P
n
S = (1 – c)Y -
a a
45
0
Y Y
–a n
S = 0,2Y – 150
(c) Break Even Point (BEP), besarnya pendapatan nasional sama dengan
besarnya konsumsi.
Y=C
Y = 150 + 0,8Y
Y 0,8Y = 150
(1 – 0,8)Y = 150
Y=Y
C = 150 + 0,8Y
BEP
750
0
45 Y
750
– 150
Pada tabel 2 tampak bahwa pada saat pendapatan nasional sebesar Rp.
0 sudah ada konsumsi sebesar Rp.150 trilyun, sehingga nilai tabungan sebesar
Rp. —150 trilyun yang merupakan dissaving. Kemudian dengan koefisien MPC
sebesar 0,8 menunjukkan bahwa jika pendapatan nasional bertambah, maka
bagian pertambahan pendapatan nasional yang dikonsumsi sebesar 0,8
dan nilai MPS sebesar 0,2 menunjukkan bahwa bagian pertambahan
pendapatan nasional yang ditabung sebesar 0,2, sehingga MPC + MPS = 1.
Selanjutnya, tampak pula bahwa pada saat pendapatan nasional sebesar
Rp.250 trilyun besarnya konsumsi Rp.350 trilyun, sehingga proporsi konsumsi
terhadap pendapatan atau kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (APC)
sebesar 1,4 dan proporsi tabungan terhadap pendapatan atau kecenderungan
menabung rata-rata (APS) sebesar —0,4. Dengan demikian APC + APS = 1.
Berdasarkan contoh di atas dapat disimpilkan bahwa pada saat pendapatan
nasional yang rendah koefisien APCnya tinggi dan koefisien APSnya rendah.
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa proporsi konsumsi terhadap
pendapatan akan tinggi pada saat pendapatan nasional masih rendah, sebaliknya
proporsi tabungan akan rendah. Artinya bahwa masyarakat yang
be rp enda patan renda h p rop orsi be la njan ya te rhad ap pendapatannya
akan lebih besar di banding masyarakat yang berpendapatan tinggi.
C. Rangkuman
1. Variabel ekonomi agregatif yang dianalisis hubungannya satu sama lain dalam
perekonomian dua sektor adalah: pendapatan nasional (Y),
konsumsi/consumption (C), tabungan/saving (S), dan
D. Glossary
Autonomous consumption (konsumsi otonom). Sebagian dari total pengeluaran untuk
konsumsi yang tidak berubah dengan berubahnya pendapatan nasional. Atau
besarnya konsumsi pada saat pendapatan nasional sama dengan nol.
Average Propensity to Consume, disingkat APC (kecenderungan mengkonsumsi
rata-rata). Bagian dari tingkat pendapatan nasional tertentu dengan yang
dibelanjakan untuk konsumsi.
Co + lo = Yo
Yo = C1 +S1
C1 + I1 = Y1
Y1 = C2 + S2
C2 + I2 = Y2
Y2 = C3 + S3
C3 + I3 = Y3
dan seterusnya
Hubungan persamaan di atas menunjukkan bahwa Y tahun no! (Yo)
bersumber dari Co dan lo yang digunakan untuk C dan S tahun pertama (C1
dan S1). Besarnya C1 dan S1 sama besarnya C1 dan I1 yang merupakan
sumber pendapatan nasional tahun ke satu, yang digunakan untuk C dan S
tahun ke dua. Besarnya C dan S tahun ke dua sama dengan C2 dan I2 yang
merupakan sumber pendapatan tahun ke dua, yang digunakan untuk C dan S tahun
ke tiga. Demikian seterusnya.
Berdasarkan proses bekerjanya pembentukan dan penggunaan
pendapatan nasional di atas, maka pendapatan nasional akan mencapai equilibrium
Contoh 4.1: Jika diketahui fungsi konsumsi C = 150 + 0,8Y dan besarnya
investasi (I) = Rp.80 trilyun, hitunglah bearnya pendapatan nasional dalam
keseimbangan dan gambarkan grafiknya.
Jawab:
C, S, I
Y=Y
1.150
C = 150 + 0,8Y = 1.070
1.070
BEP
750
– 150
dalam arti bahwa apabila tingkat bunga dinaikkan, maka pengeluaran investasi
akan berkurang, sebaliknya apabila tingkat bunga turun, maka pengeluaran
investasi akan bertambah. Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa antara
I = lo — αr
Keterangan :
I : besarnya investasi
lo : besarnya investasi otonom (autonomous investment
r : tingkat bunga
r
45 A
30 I = 90 – 2r
20
30 50 90 I I
I
I=I
r = 20% E2
50 50
30 r = 30% E1
30
-150
In’ I = lo + αY
In
Io
Yn Y
Yn’
Keterangan :
Y = besarnya pendapatan nasional
s = MPS = (1 — c)
So = Besarnya tabungan pada saat pendapatan nasional sebesar nol
lo = Investasi otonom
α = marginal propensity to invest
Contoh 4.3 :
Bila diketahui :
- fungsi investasi I = 200 + 0,1Y
- fungsi konsumsi C = 0,75Y + 40.
Berdasarkan data tersebut tentukanlah:
a. Keseimbangan pendapatan nasional,
b. Besarnya investasi,
c. Besarnya tabungan,
d. Besarnya konsumsi,
e. Gambarkan grafiknya.
Jawab :
a. Keseimbangan pendapatan nasional
Diketahui fungsi konsumsi C = 0,75Y + 40, maka fungsi tabungan
S = 0,25Y - 40
Dengan menggunakan prosedur penyelesaian :
b. Besarnya investasi :
I = 200 + 0,1(1.600)
I = 200 + 160 = 360
c. Besarnya tabungan :
S = 0,25Y – 40
S = 0,25(1.600) – 40
S = 400 – 40 = 360,
terbukti bahwa S = I
d. Besarnya konsumsi
C = 0,75Y + 40
C = 0,75(1.600) + 40
C = 1.200 + 40 = 1.240,
terbukti bahwa :
C=Y–S
C = 1.600 — 360 = 1.240
C. Rangkuman
1. Keseimbangan pendapatan nasional tercapai pada saat perekonomian
mencapai keseimbangan (equilibrium). Artinya dalam perekonomian tersebut
tidak terdapat pengangguran sumber-sumber produksi.
D. Glossary
Autonomous investment (investasi otonom): Bagian dari investasi riel yang tidak
terpengaruh oleh tingkat dan perubahan pendapatan nasional.
Investasi ini terutama tergantung pada faktor -faktor persaingan
seperti modernisasi pabrik.
E. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan pengertian keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian
tertutup sederhana dengan investasi sebagai variabel eksogen.
2. Bila diketahui fungsi konsumsi C = 0,8Y + 200; investasi = Rp.300 trilyun.
Berdasarkan data tersebut hitunglah besarnya : a. pendapatan nasional
dalam keseimbangan; b. Pengeluaran konsumsi; c. Besarnya Tabungan.
Setelah itu gambarkan grafiknya dan analisislah hubungan antar variabel yang
dihitung tersebut.
3. Jelaskan pengertian keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian
tertutup sederhana dengan investasi sebagai variabel endogen.
4. Bila diketahui fungsi investasi I = 80 — 2r dan fungsi konsumsi C = 0,75Y + 20.
Berdasarkan data tersebut tentukanlah a. Besarnya investasi pada tingkat bunga
30%, 25% dan 20%; b. Besarnya pendapatan nasional pada berbagai tingkatan
investasi (pada pertanyaan 4.a di atas); gambarkan grafiknya dan
analisislah hubungan antar variabel yang diperhitungkan.
A. Pengertian
Yo Y, Pendapatan Nasional
Misalnya jika angka pengganda investasi KI = 4, maka jika dalam satu tahun
Investasi meningkat sebesar Rp.100 trilyun, maka pendapatan nasional bertambah
sebesar RP.400 trilyun.
Contoh 5.1 :
JIka diketahui persamaan fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y.
Besarnya investasi per tahun pada periode 1 sebesar Rp.80 trilyun, dan pada periode
2 sebesar Rp.100 trilyun.
Tentukanlah : a) Angka pengganda investasi, dan besarnya perubahan
investasi; b) pendapatan nasional pada periode 1, c) pendapatan
nasional pada periode 2, d) besarnya perubahan pendapatan nasional.
Jawab
a) Angka pengganda investasi dan besarnya perubahan investasi
atau :
Y2 = Y1 + ∆Y
Y2 = Y1 + K1∆l
Y2 = 480 + 4(20) = 560
Contoh 5.2:
Jika diketahui : pada awalnya fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y kemumudian
mengalami perubahan menjadi C = 50 + 0,75Y
Diasumsikan yang berubah hanyalah konsumsi otonom, sedangkan investasi
sebesar Rp.80 trilyun tidak mengalami perubahan.
Tentukanlah: a) angka pengganda konsumsi otonom, besarnya perubahan
B e r d a sa r k a n f o rm u la s i di atas dapat d i je l a s ka n b a h wa
keseimbangan pendapatan nasional pada periode n (Yn) diperoleh dengan
menjumlahkan konsumsi pada periode n (C n) dengan investasi pada periode n
(ln), sedangkan konsumsi pada periode n (Cn) diperoleh dengan menggunakan
pendapatan nasional pada periode sebelumnya (Y n-1). Untuk Iebih memperjelas
bagaimana proses terjadinya perubahan tersebut perhatikan tabel di bawah ini
berdasarkan fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y.
Y n = C n + In, dan
Cn = (a + ∆a) + cYn-1
B e r d a sa r k a n f o rm u la s i di atas dapat d i je l a s ka n b a h wa
keseimbangan pendapatan nasional pada periode n (Yn) diperoleh dengan
menjumlahkan konsumsi pada periode n (C n) dengan investasi pada periode n
(In). Konsumsi otonom pada C n terdiri atas konsumsi otonom awal (a) ditambah
dengan besarnya perubahan konsumsi otonom (∆a), sedangkan besarnya
investasi pada periode n (I n ) tidak mengalami perubahan. Untuk Iebih
memperjelas bagaimana proses terjadinya perubahan tersebut perhatikan tabel
2 di bawah ini berdasarkan fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y.
F. Rangkuman
1. Perubahan keseimbangan pendapatan nasional dalam
perekonomian tertutup sederhana dapat disebabkan oleh perubahan
investasi dan/atau perubahan konsumsi otonom, di mana besarnya
perubahan tersebut ditentukan oleh angka multiplier investasi (KI) dan multiplier
konsumsi (Kc).
2. Perubahan yang terjadi pada keseimbangan pendapatan nasional akibat
perubahan investasi dan konsumsi otonom melalui proses angka
pengganda juga mengakibatkan terjadinya perubahan konsumsi dan
tabungan.
G. Glossary
Investment multiplier (angka pengganda investasi). Pelipatgandaan perubahan
pendapatan nasional karena adanya perubahan investasi, suatu angka
yang harus dikalikan dengan besarnya investasi untuk mengetahui
besarnya perubahan keseimbangan pendapatan nasional yang diakibatkan
oleh perubahan investasi itu sendiri.
H. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan pengertian dan jenis-jenis angka pengganda (multiplier) dalam
perekonomian tertutup dua sektor.
2. Jika diketahui:
fungsi konsumsi C = 0,75Y + 25.
Besarnya investasi pada Periode avval I = Rp.40 trilyun, kemudian
b.Jika kapasitas produksi nasional (Y) = Rp.280 trilyun, besarnya full employment
saving adalah :
S = Y — C = 280 — {20 + 0,75(280)} = Rp.50 trilyun
Oleh karena S > I, maka yang terjadi adalah deflationary gap (DG) = Rp.10
trilyun.
Berdasarkan gambar 6.1 dapat dijelaskan bahwa celah inflasi (inflationary
gap) sebesar 10 timbul karena investasi = 40 lebih besar dari pada tabungan = 30,
di mana garis investasi berada di atas garis fungsi tabungah. Kemudian celah
deflasi sebesar 10 timbul karena karena investasi I = 40 Iebih kecil dari
tabungan S = 50, di mana garis investasi berada di bawah garis fungsi tabungan.
60
40
20
20 80 200 240
250 280 Y
Selanjutnya jika dilihat dari aspek output atau kapasitas produksi nasional (Y)
dibandingkan dengan pengeluaran agregat (AE) = C + I, di mana diketahui bahwa:
- kapasitas produksi nasional (Y) sebesar Rp.200 trilyun.
konsumsi (C) = 20 + 0,75(200)
= 20 + 150
= Rp.170 trilyun
AE = C + I = 170 + 40 = Rp.210 trilyun
Berdasarkan hasil perhitungan di atas tampak bahwa inflationary gap
dapat terjadi ketika AE > Y, sehingga:
IG = AE — Y
= 210 — 200 = Rp.10 trilyun
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa inflationary gap (IG) terjadi pada
C. Rangkuman
1. Ketidakseimbangan pendapatan nasional merupakan suatu kondisi di mana:
a) sebagian kapasitas produksi nasional menganggur (under employment);
b) kapasitas produksi nasional sudah dalam penggunaan penuh, tetapi
permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa totalnya masih terus
bertambah (over employment) sementara produksinya tidak dapat
ditambah lagi.
2. Ketidakseimbangan pendapatan nasional dapat menimbulkan celah deflasi (bila
tabungan > investasi) dan celah inflasi (bila investasi > tabungan).
D. Glossary
Deflationary gap (celah deflasi). Penurunan pengeluaran total pada tingkat
pendapatan nasional potensial. Karena pengurangan beberapa pengeluaran,
maka beberapa sumber-sumber ekonomi yang tidak produktif akan
mengakibatkan pendapatan nasional aktual berada di bawah pendapatn
nasional potensial.
Rill employment saving (tabungan pada tingkat kesempatan kerja penuh). Jumlah
tabungan yang sudah berada pada tingkat kesempatan kerja penuh, di mana
jumlah tabungan tersebut tidak dapat ditambah lagi besarnya.
E. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendapatan nasional berada dalam
kondisi ketidakseimbangan.
2. Jelaskanlah dalam kondisi yang bagaimana terjadinya inflationary gap dan
deplationary gap.
3. Jika diketahui:
a. Fungsi konsumsi C = 0,8Y + 80
b. Investasi yang terjadi sebesar Rp.50 trilyun
Berdasarkan data di atas:
a. Hitunglah besarnya inflationary gap atau deflationary gap yang terjadi jika
kapasitas produksi nasional Rp. 500 trilyun dan Rp.750 trilyun.
b. Gambarkan grafiknya dan analisislah hubungan antar variabel yang
diperhitungkan.
c. Untuk menghilangkan deflationary gap atau inflationary gap
(berdasarkan hasil perhitungan anda), apakah pengeluaran investasi
perlu ditambah atau dikurangi dan dalam jumlah berapa?
C, S
Y=AE
C1
C0
C3
C2
72
S1
40
S0
24
S3
S2
0
120 200 360 Y
-8
-32
-40
-44
-52
D. Randkuman
1. Campur tangan pemerintah dalam perekonomian dapat dilakukan mehlui
kebijaksanaan fiskal, yaitu kebijakan pemerintah dalam meMpengarUhi
perekonomian melalui Anggaran Pendapatan dan Beláhja Negara (APBN).
Secara umum dapat dikemukakan tiga fungsi pokbk kebijaksanaan fiskal,
yaitu : a) fungsi alokasi; b) fungsi distilbusi; c) stabilisasi.
2. Bentuk-bentuk Kebijaksanaan Fiskal melalui APBN tergambar melalui
transaksi-taransaksi pemerintah yaitu : a) penerimaan berupa pajak; b)
pengeluaran, yang dapat dibedakan menjadi : (i) pengeluaran konsumsi
pemerintah yang biasa disebut goverment expenditure atau goverment purchase;
(ii) pengeluaran pemerintah berupa goverment transfer.
3. Peranan kebijaksanaan fiskal dalam menentukan tingkat pendapatan
nasional menjadi lebih besar, diharapkan pemerintah dapat mengusahakan
terhindarnya perekonomian dari keadaankeadaan yang tidak diinginkan
seperti masalah pengangguran, tingkat inflasi yang tinggi, neraca
pembayaran yang terus menerus defisit, dan sebagainya.
4. Dalam perekonomian, di mana terdapat campur tangan pemerintah, ada
delapan variabel agregatif yang dianalisis hubungannya yaitu Y, C, S, I, G,
Tr, Tx dan Yd. Hubungan antar variabel ekonomi tersebut dapat dilihat dari
segi : a) penggunaannya Y = C + S + Tx, artinya pendapatan yang diterima
masyarakat dipergunakan untuk konsumsi, tabungan dan membayar
pajak; b) sumbernya Y = C + I + G + Tr, artinya bahwa pendapatan
bersumber dari konsumsi, investasi, belanja pemerintah dan pembayaran
transfer pemerintah.
5. Pengeluaran dan tabungan masyarakat dalam perekonomian tiga sektor
tidak secara langsung ditentukan pendapatan nasional sebagai earning
E. Glossary
Capital formation (pembentukan modal). 1. Proses penambahan persediaan
modal (capital stock) secara fisik bersih dalam suatu perekonomian
dalam upaya meningkat total output. 2 Pr oses peningkatan
ketersediaan modal secara internal dari perusahaan tertentu dengan
menahan keuntungan yang kemudian ditambahkan pada cadangan
modal.
F. Soal-soal Latihan
1. Jelaskanlah: a. pengertian kebijaksanaan fiskal
b. fungsi kebijaksanaan fiskal.
2. Sebut dan jelaskan bentuk-bentuk kebijaksanaan fiskal.
3. Jelaskanlah peranan kebijaksanaan fiskal dalam perekonomian.
4. Jelaskan pengertian kebijaksanaan fiskal dan variabel-variabe!nya dalam
sistem pajak sederhana.
Keterangan :
Tx : besarnya pajak
To : besarnya pajak pada saat pendapatan nasional sama dengan nol, biasanya
To < 0
tY : marginal rate of taxation yang merupakan nilai perbandingan antara
perubahan jumlah pajak dengan perubahan pendapatan nasional, di
mana 0 < t < 1
Y : besarnya pendapatan nasional.
Pajak/tahun
∆Tx
ATx AT> ∆Tx
t=
AY ∆Y
Pada bagian ini akan dibahas fungsi konsumsi di mana besarnya pajak
ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional (system pajak built-in fleksible),
atau pajak merupakan variabel endogen Dengan demikian bentuk fungsi
konsumsi dalam model ini akan berubah Adapun prosedur untuk memperoleh
fungsi konsumsi adalah:
C = a + cYd
Yd = Y + Tr — Tx
Tx = To + tY
Sehingga:
C = a + c{Y + Tr — (To + tY)}
C = a + c(Y + Tr — To — tY)
C = a + cY + cTr – cTo – ctY
C, S, Tr, Tx
Y = AE
C1
C0
65
Tr = 40 S1
40
S0
20 Tx
-5 80 100 162,5 Y
-20
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
20 + 0,75(40) − 0,75(−20) + 40 + 60
𝑌=
1 − 0,75 + 0,75(0,2)
G. Rangkuman
1. Pajak built-in fleksible merupakan pajak yang besar kecilnya ditentukan oleh
besar kecilnya pendapatan nasional, sehingga berubah-ubah tergantung dari
besar kecilnya pendapatan nasional. Dengan demikian besarnya konsumsi
ditentukan oleh pendapatan disposable yang telah memperhitungkan
pembayaran pajak.
2. Angka pengganda sebagai pelipatgandaan keseimbangan pendapatan nasional
dalam sistem pajak built-in fleksible terdiri atas angka pengganda
investasi, konsumsi, transfer, pajak dan belanja pemerintah.
Berdasarkan angka pengganda tersebut dapat diketahui berapa besarnya
investasi, konsumsi, transfer, pajak dan belanja pemerintah yang
dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan pendapatan nasional pada
tingkat tertentu.
3. Sistem perpajakan built-instabilizer merupakan penstabil otomatis dalam
perekonomian, karena sistem built-infleksible memperlemah fluktuasi kegiatan
ekonomi agregatif.
H. Glossary
Built-in fleksible (fleksibel otomatis). Suatu sistem dalam kebijaksanaan fiskal, di mana
besarnya pajak akan secara otomatis mengikuti fleksibilitas
pendapatan nasional, artinya besar kecilnya pajak ditentukan oleh
besar kecilnya pendapatan nasional.
M
M = mY
Berdasarkan gambar 10.2 tampak jelas bahwa impor merupakan fungsi dari
pendapatan nasional. Artinya semakin tinggi pendapatan nasional semakin
tinggi pula permintaan akan barang impor. Dengan demikian fungsi impor dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut ini.
M = mY atau M = M o + mY
di mana :
M = nilai impor
Mo = impor otonom atau besarnya impor yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan
nasional.
m = kecenderungan mengimpor marjinal, yaitu persentase dari pertambahan
pendapatan nasional yang digunakan untuk membeli barang impor.
AE Y=AE
AE = C + I + G + (X-M)
0 Y
Y0 Y1
S, I, G, Tr, Tx, M
S + Tx + M
I + G + Tr + X
0
Y0 Y1 Y
20 + 0,7(40) − (0,75(−20) − 5 + 40 + 60 + 50
𝑌=
1 − 0,75 + 0,75(0,2) + 0,1
20 + 30 + 15 − 5 + 40 + 60 + 50
𝑌=
0,25 + 0,15 + 0,1
210
𝑌= = 420
0,5
b. Besarnya pajak :
Tx = 0,2Y — 20 Tx = 0,2(420) — 20 = 64
c. Besarnya konsumsi :
C = 0,75Yd + 20
C = 0,75(420 + 40 — 64) + 20
C= 315 + 30 — 48 + 20 = 317
a + cTr − cTo − Mo + I + G + X ∆𝐼
𝑌 + ∆𝑌 = +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 + 𝑚 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 + 𝑚
∆𝐼
𝑌 + ∆𝑌 = 𝑌 +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 + 𝑚
∆𝐼
∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 + 𝑚
∆𝑌 1
𝐾𝐼 = =
∆𝐼 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 + 𝑚
a + I + G + cTr − cTo − Mo ∆𝑋
𝑌 + ∆𝑌 = +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 + 𝑚 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 + 𝑚
∆𝑋
𝑌 + ∆𝑌 = 𝑌 +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 + 𝑚
∆𝑋
∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 + 𝑚
maka angka pengganda ekspor :
∆𝑌 1
𝐾𝑋 = =
∆𝑋 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 + 𝑚
−∆𝑀0
𝑌 + ∆𝑌 = 𝑌 +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 + 𝑚
−∆𝑀0
∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 + 𝑚
∆𝑌 1
𝐾𝐼 = =
∆𝐼 1 − 0,75 + 0,75(0,2) + 0,1
∆𝑌 1
𝐾𝐼 = = =2
∆𝐼 0,5
−1
𝐾𝑀0 = = −2
0,5
0,1 𝑥 20
∆𝑀 =
1 − 0,75 + 0,75(0,2) + 0,1
0,1 𝑥 20 2
∆𝑀 = = =4
0,5 0,5
Dengan demikian besarnya impor yang baru jika investasi dan ekspor
mengalami perubahan secara bersamaan: M = 47 + 8 = Rp.55 trilyun
E. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan letak perbedaan perekonomian tertutup dengan perekonomian terbuka
2. Sebut dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor
3. Sebut dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi impor
4. Jelaskan perbedaan ekspor dengan impor dalam hubungannya dengan
pendapatan nasional, serta gambarkan grafiknya sehingga jelas
perbedaan tersebut.
G. Daftar Pustaka
Sukirno, Sadono. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada