1
Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Makro Syariah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016) hlm. 62
2
Ibid., hlm 62
3
Ibid., hlm 63
Dalam pengelolaan siklus bisnis, kaum klasik mengemukakan pendapat jika kebijakan
moneter lebih efektif dalam mempengaruhi perekonomian terutama dalam upaya
pengendalian inflasi. Pendapat ini didasarkan pada anggapan bahwa perekonomian yang
terus mencapai full employment, sehingga fungsi permintaan uang hanya terbatas sebagai
alat transaksi saja. Permintaan uang akan berubah apabila terjadi perubahan pendapatan,
namun karena uang hanya digunakan untuk transaksi sehingga permintaan uang tidak
terlalu terpengaruh oleh perubahan tingkat bunga.
Apabila perekonomian sudah mencapai ful employment, yang artinya output
keseimbangan telah mencapai tingkat maksimum, kebijakan moneter yangmana menambah
jumlah uang beredar hanya akan meningkatkan harga. Sehingga ini yang mendasari
pendapat jika inflasi itu permasalahan moneter yang akan efektif apabila dikendalikan
dengan kebijakan moneter juga. Namun kaum klasik menolak anggapan apabila
permasalahan moneter dapat mempengaruhi segala aspek kegiatan ekonomi.
Bertambahnya jumlah uang yang beredar tidak akan berpengaruh pada sektor rill, namun
sangat efektif dalam mempengaruhi inflasi.
Teori klasik yang terus berkembang kemudian memiliki pengikut yang disebut teori
kuantitas modern. Kaum ini dipelopori oleh Prof. Milton Friedman dan dijuluki sebagai kaum
monetarist. Seiring berjalannya waktu kaum ini terdapat perubahan dan perbaikan dalam
efektivitas kebijakan moneter dalam sektor rill. Menurut Vinna (2016:72) aliran ini, pada
perekonomian yang belum mencapai full employment, kebijakan moneter yang menambah
jumla uang beredar, langsung mempengaruhi harga juga dapat meningkatkan output
perekonomian. Kaum monetarist berpendapat bahwa kebijakan moneter saja sudah cukup
untuk mempengaruhi perekonomian karena pengaruhnya bersifat langsung.
Kaum monetarist dalam kebijakan fiskal berpendapat bahwa mekanisme pasar akan
mencapai keseimbangan ekonomi tanpa adanya campur tangan pemerintah. Kebijakan
fiskal hanya kan menimbulkan crowdingout atau yang artinya kenaikan dalam pengeluaran
pemerintah akan mempengaruhi kenaikan tingkat bunga sehingga menghambat investasi
swasta. Karena hambatan dalam investasi swasta ini, sehingga investasi mengalami
penurunan yang berakibat pada permintaan agregat yang tidak bertambah dan output tidak
mengalami peningkatan. Pengeluaran pemerintah yang tidak disertai dengan penambahan
jumlah uang yang beredar dari sisi moneter tidak akan menambah permintaan agregat.
Apabila perputaran uang yang relatif stabil, pengeluaran pemerintah dengan mencetak uang
akan meningkatkan permintaan agregat, tetapi hal itu lebih disebabkan karena penambahan
jumlah uang yang beredar.
2. Teori keynes dan pengikutnya
Depresi ekonomi tahun 1936 sehingga terciptalah pemikiran ekonomi baru tentang
keharusan adanya peran pemerintah dalam ekonomi. Pemerintah memiliki fungsi
intervensi dan regulasi selain dalam fungsinya sebagai pemungut pajak dan penjaga
keamanan. Menurut teori ini, siklus bisnis pasti terjadi dalam ekonomi, namun siklus ini
bisa diminimalkan dengan adanya intervensi pemerintah. Keynes berpendapat bahwa
kebijakan fiksal yang ekspansif atau dengan menambah defisit anggaran dengan cara
pembiayaan apapun hasilnya akan tetap ekspansif. Pembiayaan dengan mencetak
auang lebih efektif daripada emnjual obligasi dan efek yang akan dirasakan adalah
kenaikan pajak, tetapi dengan cara apapun tetap positif efeknya.
Kebijakan moneter mempengaruhi output, namun pengaruhnya tidak langsung
yang disebut mekanisme transmisi. Keynes lebih menekankan tambahan motif
permintaan yang artinya motif memegang uang untuk berspekulasi. Permintaan uang
untuk berspekulasi sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga, tingakt bunga sendiri sangat
mempengaruhi investasi. Apabila tingkat bunga tinggi maka investasi akan menurun
sehingga pertumbuhan output juga menurun. Apabila ingin menstimulus perekonomian
dengan menurunkan tingkat bunga sehingga investasi akan meningkat dan peningkatan
output juga dapat dicapai.
Teori keynes berkembang dan memiliki pengikut yang disebut dengan teori
permintaan uang. Aliran ini disebut dengan kaum Fiscalist. Pelopor dari aliran ini adalah
Prof. James Tobin dan Prof. Wiliam Baumol, mereka meyakini jika uang hanya sebagai
aktiva keuangan diantara aktiva yang lain, perubahan kuantitas uang mempengaruhi
sektor rill hanya secara tidak langsung dengan melalui penyesuaian portofolo.
Penggunaan kebijakan fiskal lebih efektif daripada dengan kebijakan moneter karena
sifatnya yang langsung untuk mencapai stabilitas ekonomi.
3. Teori Sintetis Klasik Keynesian
Teori ini merupakan gabungan dari teori klasik denga teori Keynes yang dipelopori oleh
Jhon Hicks. Jhon Hicks berpendapat tingkat bunga keseimbangan umum yang
emnghubungkan antara pasar barang dengan pasar uang. Dalam pasar barang, analisis
diawali dengan adanya hubungan negatif dengan tingkat bunga. Menurut klasik investasi
nilainya sama dengan jumlah tabungan yang ada di masyarakat dan tabungan ini
dipengaruhi oleh pendapatan.4
Siklus bisnis digambarkan sebagai gelombang naik dan turunya aktivitas ekonomi. Siklus
ini terdiri dari empat komponen (Dornbusch et.al., 2008) yaitu,
1. Gerakan menarik
Dalam fase ini, pertumbuhan ekonomi meningkat dan menyebabkan day beli
masyarakat yang meningkat.
2. Titik puncak
Dalam fase titik puncak, inflasi bergerak naik sampai titik puncak dan mencapai
titik optimum pada satu siklus tersebut, kembali menurun dengan seiring penurunan
pertumbuhan ekonomi dan daya beli dalam masyarakat.
3. Gerakan menurun
Implikasi fase ini pada meningkatnya angka pengangguran dan penurunan harga
barang dan jasa.
4. Titik terendah
Pengaruh siklus bisnis pada inflasi dan pengangguran dalam siklus yang tergolong ringan
tidak akan ada efeknya dalam perekonomian. Namun dalam siklus yang menurun dalam
rentang waktu yang lama dan meningkatnya pengangguran atau siklus menaik yang
dapat menyebabkan tingginya inflasi maka kebijakan ekonomi berperan sangat penting.
Dalam penelitian menemukan apabila kebijakan moneter dan fiskal memiliki peran yang
penting dalam stabilitas siklus bisnis apalagi dalam mengendalikan inflasi dan pengangguran. Dalam
kebijakan fiskal, menambah anggran pada saat siklus menurun menurut beberapa kalangan menilai
4
Ibid,. Hlm 74
lebih efektif untuk menggerakkan ekonomi sehinggan akan menurunkan tingkat pengangguran.
Kebijakan moneter lebih efektif untuk mengendalikan permintaan masyarakat dalam mempengaruhi
fluktuasi inflasi yang berlebihan. Kefektivitasan kebijakan ini tergantu pada jangka waktu dan respon
perekonomian terhadap dua kebijakan tersebut.
5
Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Makro Syariah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016) hlm. 52