Anda di halaman 1dari 2

Analisis Rasio Keuangan

A. Pembanding Rasio Keuangan


Apabila analisis laporan keuangan tidak ada pembanding maka sama saja tidak akan
berarti. Data pembanding yang ada dalam rasio keuangan mutlak adanya sehingga dapat
dilakukan perhitungan terhadap rasio yang dipilih. Bahkan dengan adanya data pembanding kita
bisa melihat perbedaan angka yang ditonjolkan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan
dari periode sebelumnya.
Adapun data pembanding yang dibutuhkan menurut Kasmir (2019:115) adalahan
sebagai berikut:
1. “ Angka-angka yang ada dalam tiap komponen laporan keuangan, misalnya total
aktiva lancar dengan utang lancar, total aktiva dengan total utang, atau tingkat
penjualan dengan laba seterusnya.
2. Angka-angka yang ada dalam tiap jenis laporan keuangan misalnya total aktiva di
neraca dengan penjualan di laporan laba rugi.
3. Tahun masing-masing laporan keuangan untuk beberapa periode, misalnya tahun
2005 dibandingkan dengan tahun 2006 dan 2007.
4. Target rasio yang telah dianggarkan dan ditetapkan perusahaan sebagai pedoman
pencapaian tujuan.
5. Standar industri yang digunakan untuk industri yang sama misalnya tingkat Capital
Adequacy Ratio (CAR) untuk dunia perbankan, atau presentase laba atas penjualan
tertentu.
6. Rasio keuangan pesaing pada usaha sejenis yang terdekat, yang digunakan sebagai
bahan acuan untuk menilai rasio keuangan yang diperoleh di samping standar
industri yang ada."

Angka-angka pembanding ini dapat diambil dari laporan keuangan yang dibuat atau dari
sumber lainnya. Kemudian untuk target masing-masing rasio sudah ditentukan sebelumnya.
Sementara itu, rasio dari rata-rata industri dapat diperoleh dari lembaga yang berwenang untuk
mengeluarkannya, misalnya untuk perbankan dapat diperoleh dari Bank Indonesia (BI). Khusus
untuk rasio pesaing dapat diperoleh dari laporan keuangan yang sudah dipublikasikan atau dari
intelijen pemasaran.

B. Kondisi Keuangan
Agar bisa memudahkan kita dalam memahami laporan keuangan dengan cepat, kita bisa
melihat ringkasan laporan keuangan tersebut. Dengan cara memasukkan angka-angka yang ada
dalam laporan keuangan ke dalam presentase tertentu.
Menurut James O. Gill, kondisis keuangan yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai contoh kondisi neraca PT Mudah Jaya yang sudah dimasukkan ke dalam
persentase.

AKTIVA % PASSIVA %
Aktiva lancar 82% Kewajiban lancar 20%
Aktiva tetap 13% Kewajiban jangka panjang 22%
Aktiva lainnya 5% Ekuitas 58%
Total aktiva 100% Total passiva 100%
2. Untuk kondisi perusahaan yang aman dapat dilihat dari komposisi masing-masing
aktiva, utang, dan modalnya. Untuk kondisi aman, apabila komposisinya adalah
sebagai berikut.

Aktiva lancar 70% Kewajiban lancar 25%


Aktiva tetap 30% Kewajiban jangka panjang 15%
Modal 60%
Jumlah aktiva 100% Jumlah passiva 100%

Agar suatu perusahaan dapat dikatakan dalam kondisi yang aman perushaan
tersebut harus menunjukkan:
- tingkat pengembalian yang rendah;
- dasar modal yang besar;
- pertumbuhan yang lambat;
- utang dan aktiva jangka pendek sedikit.
3. Kondisi perusahaan yang berisiko, yaitu sebagai berikut.

Aktiva lancar 30% Kewajiban lancar 20%


Aktiva tetap 70% Kewajiban jangka panjang 45%
Modal 35%

Sementara itu, persyaratan agar suatu perusahan dikatakan dalam kondisi tidak
aman adalah:
- tingkat pencairan aktiva yang tinggi (aktiva sulit dicairkan nilainya);
- dana dari luar lebih dari 50% bisnis;
- dasar modal kecil
- pertumbuhan yang tinggi;
- pendapatan sangat fluktuatif.

Rasio diatas tersebut, tergantung dari jenis usahanya atau bidang usaha masing-
masing. Hal ini disebabkan karena setiap jenis usaha, misalnya antara perusahaan
jasa dan perusahaan nonjasa karena biasanya terdapat perbedaan dalam
komposisi keuangannya karena masing-masing perusahaan memiliki karakteristik
tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai