Anda di halaman 1dari 18

BAB 4

PEMBANGUNAN WILAYAH BERDASARKAN TEORI-TEORI PERUBAHAN


TEMPORAL

TEORI SIKLUS
Sejarah Perkembangan Teori Siklus dan Para Tokoh Pendukungnya
Tokoh-tokoh utama teori siklus antara lain Markusen (1985); Storper and Walker (1989), Dawley
(2003)

Pokok Pemikiran Teori Siklus


Menurut teori siklus hidup produk, ada 5 tahapan perkembangan wilayah yang dipengaruhi oleh
siklus hidup produk, antara lain (Markusen (1985); Dawley (2003), Storper and Walker (1989):
Tahap 1 permulaan
Pada tahap ini, kondisi permintaan atas produk sangat sedikit pembeli. Teknologi yang digunakan
untuk menjalankan produksi jangka pendek. Teknik-teknik dalam memproduksi produk berubah
sangat cepat. Intensitas modal yang ditanamkan rendah. Industri baru dimulai yang ditentukan oleh
pengetahuan dan kemampuan tentang cara memproduksi. Struktur industri berupa sedikit
kompetitor. Faktor-faktor produksi yang sangat penting adalah kemampuan sains dan
keterampilan keteknikan, ekonomi eksternal (akses ke perusahaan-perusahaan spesialis),
aglomerasi ekonomi. Geografi pekerjaan memiliki karakteristik tenaga kerja tumbuh seiring
dengan tumbuhnya output, lokasi masih acak (di rumahnya penemu) atau di wilayah inti yang
dekat dengan tempat penelitian dan pengembangan (R & D), dan fungsi kantor pusat. Pada tahap
ini, berimplikasi pada pembangunan wilayah yaitu perusahaan-perusahaan melakukan inovasi
tinggi, tingkat penelitian dan pengembangan (R & D) yang tinggi, tenaga kerja yang memiliki
keterampilan keteknikan dan sains, beberapa aglomerasi lokal.

Tahap 2 pertumbuhan: pasar meluas


Pada tahap ini, kondisi permintaan produk tumbuh mulai banyak pembeli. Teknologi dalam
memproduksi mulai menggunakan metode untuk memproduksi masal, beberapa variasi dalam
teknik tetapi perubahan teknik kurang pesat. Intensitas modal yang ditanamkan tinggi karena
tingginya tingkat keusangan mesin dan peralatan produksi. Struktur industri memiliki karakteristik
tumbuhnya perusahaan-perusahaan kompetitior. Faktor-faktor produksi yang sangat penting
dalam produksi pada tahap ini antara lain kemampuan manajemen dan modal. Geografi pekerjaan
memiliki karakteristik tenaga kerja tumbuh sepanjang pertumbuhan output. Pabrik awal dekat
dengan tempat penelitian dan pengembangan di dalam inti wilayah, pekerjaan tumbuh sepanjang
pertumbuhan output. Implikasi terhadap pembangunan wilayah adalah bergeser ke produksi masal,
pabrik modern dengan modal (peralatan dan mesin) baru, menghendaki keterampilan manajemen
dan keteknikan dan kemampuan keterampilan produksi agak tinggi (semi-skilled)

Tahap 3 Kedewasaan: produksi massal


Kondisi permintaan berada pada posisi puncak paling tinggi. Teknologi yang digunakan untuk
menjalankan produksi jangka panjang dan teknologi yang stabil, dengan sedikit inovasi. Intensitas
modal tinggi karena tingginya tingkat keusangan. Struktur industri: sumber daya keuangan sangat
penting untuk masuk untuk mulai usaha, sejumlah perusahaan mulai menurun. Faktor-faktor
produksi yang sangat penting adalah tenaga kerja berketerampilan sedang (semi-skilled) dan
keterampilan rendah (unskilled) dan modal. Geografi pekerjaan berciri produktivitas menurunkan
pekerjaan, relokasi produksi ke wilayah pinggiran yang berbiaya lebih rendah dilakukan dengan
standarisasi produk dan proses produksi, perilaku itu didorong oleh meningkatnya persaingan
harga, relokasi juga ke wilayah-wilayah di negara-negara yang kurang berkembang atau di wilayah
pinggiran berbiaya lebih rendah di negara-negara maju. Implikasi terhadap pembangunan wilayah
anatar lain pembangunan pabrik cabang berdasarkan pada produksi dengan keterampilan rendah
dan upah rendah. Pada tahap ini mulai berpotensi untuk dilakukan rasionalisasi dan penutupan
pabrik.

Tahap 4 Kejenuhan (saturation)


Pada tahap ini kondisi permintaan menurun. Teknologi yang digunakan adalah teknologi untuk
menjalankan produksi jangka Panjang dan teknologi stabil. Intensitas modal yang ditanamkan
tinggi karena tingginya tingkat keusangan. Struktur industry bercirikan stabiltitas umum pada
awalnya, kemudian diikuti oleh beberapa perusahaan keluar dari kawasan. Faktor-faktor produksi
yang sangat penting pada tahap ini antara lain tenaga kerja berketerampilan menengah dan rendah.
Geografi pekerjaan berkarakteristik produktifitas produktivitas menurunkan pekerjaan, relokasi
produksi ke wilayah pinggiran yang berbiaya lebih rendah dilakukan dengan standarisasi produk
dan proses produksi, perilaku itu didorong oleh meningkatnya persaingan harga, relokasi juga ke
wilayah-wilayah di negara-negara yang kurang berkembang atau di wilayah pinggiran berbiaya
lebih rendah di negara-negara maju. Implikasi terhadap pembangunan wilayah: Implikasi terhadap
pembangunan wilayah anatar lain pembangunan pabrik cabang berdasarkan pada produksi dengan
keterampilan rendah dan upah rendah. Pada tahap ini mulai berpotensi untuk dilakukan
rasionalisasi dan penutupan pabrik.

Tahap 5 Penurunan (decline)


Kondisi permintaan turun drastis. Teknologi yang digunakan adalah teknologi untuk menjalankan
produksi jangka Panjang dan teknologi stabil. Intensitas modal yang ditanamkan tinggi karena
tingginya tingkat keusangan. Struktur industry bercirikan stabiltitas umum pada awalnya,
kemudian diikuti oleh beberapa perusahaan keluar dari kawasan. Faktor-faktor produksi yang
sangat penting pada tahap ini antara lain tenaga kerja berketerampilan menengah dan rendah.
Geografi pekerjaan berkarakteristik produktifitas produktivitas menurunkan pekerjaan, relokasi
produksi ke wilayah pinggiran yang berbiaya lebih rendah dilakukan dengan standarisasi produk
dan proses produksi, perilaku itu didorong oleh meningkatnya persaingan harga, relokasi juga ke
wilayah-wilayah di negara-negara yang kurang berkembang atau di wilayah pinggiran berbiaya
lebih rendah di negara-negara maju. Implikasi terhadap pembangunan wilayah: Implikasi terhadap
pembangunan wilayah antara lain pembangunan pabrik cabang berdasarkan pada produksi dengan
keterampilan rendah dan upah rendah. Pada tahap ini mulai berpotensi untuk dilakukan
rasionalisasi dan penutupan pabrik.
Sumber: (Markusen (1985); Dawley (2003), Storper and Walker (1989)
Gambar Siklus Produk dari sisi Konsentrasi Geografis, Penciptaan Pekerjaan, dan Output
Produksi

Menurut Markusen (1985); Dawley (2003), Storper and Walker (1989), perindustrian di suatu
wilayah berkembang dan menurun berdasarkan siklus profit industri yang beroperasi terdiri atas
beberapa tahap:

Tahap 1: Profit Nol (Zero Profit). Kelahiran awal dan tahap desain industri. Perilaku lokasi
pabrik yaitu berkonsentrasi dan berlokasi di lokasi penemuan produk

Tahap 2: Super Profit. Tahap industri menghasilkan inovasi yang berdaya saing tinggi, Profit
besar karena bisa memonopoli untuk sementara waktu (temporary). Perilaku lokasi berupa
beraglomerasi, tumbuhnya perusahaan-perusahaan inovatif dan cenderung menjadi sektor yang
saling terhubung, tenaga kerja berkumpul tersedia pada lokasi awal dimana tumbuhnya industri.

Tahap 3: Profit normal: tahapan terbuka untuk perusahaan lainnya masuk, pergerakan menuju
kejenuhan pasar dan tidak hadirnya kekuatan pasar substansial. Perilaku lokasi: dispersal
(menyebar), perusahaan tumbuh dalam ukuran perusahaan, namun turun dalam segi jumlah.
Berusaha untuk berekspansi dan berlokasi di pasar baru. Lokasi yang biaya faktor-faktor
produksinya lebih rendah, seperti tenaga kerja, menjadi semakin menarik ketika oligopoli runtuh
dan persaingan meningkat. Peningkatan otomatisasi dalam proses produksi memungkinkan tenaga
kerja terampil yang lebih rendah ditempatkan dan dimanfaatkan. Lokasi-lokasi ini relatif jauh dari
'inti' atau pusat wilayah.

Tahap 4: Normal-plus or normal-minus profit: tahap pasca saturasi, di mana oligopolisasi yang
berhasil meningkatkan laba lagi atau persaingan yang berlebihan dan predator memeras laba.
Perilaku lokasi: Relokasi: sektor-sektor tertentu mungkin terbelakang secara spasial oleh kekuatan
sentripetal aglomerasi. Namun, selama dimulainya penurunan laba, sektor-sektor ini dapat pindah
dengan laju yang dipercepat pada tahap-tahap terakhir. Jika dispersi ini terjadi bersamaan dengan
potongan atau pembentukan tanaman baru, maka relokasi akan terjadi.
Tahap 5: Profit negatif: tahap industri usang. Perilaku lokasi yaitu penghentian produksi secepat
mungkin baik melalui penutupan pabrik atau relokasi ke lokasi yang lebih murah

TEORI GELOMBANG PANJANG


Sejarah Perkembangan Teori Gelombang Panjang dan Para Tokoh Pendukungnya
Berasal dari akhir abad ke-19, teori-teori gelombang-panjang makro-teknologi tentang
perkembangan kapitalis yang didasarkan pada perubahan-perubahan teknologi tingkat-makro
dihidupkan kembali mengikuti perubahan-perubahan struktural selama akhir 1960-an dan 1970-
an. Salah satu tokoh kekinian yang menjelaskan teori gelombang ini adalah Dicken, P. (2003)

Pokok Pemikiran Teori Gelombang Panjang


Teori gelombang panjang mempertahankan fokus pada perubahan internal di dalam wilayah
sebagai penjelasan untuk pembangunan wilayah (Marshall 1987). Dengan mengambil deskripsi
Kondratiev tentang gelombang panjang lima puluh tahun dalam siklus harga komoditas (Barnett
1997), teori gelombang panjang Schumpeter (1994) memberikan dasar teoretis. Setiap gelombang
panjang didukung oleh paradigma 'teknologi-ekonomi' yang semakin maju. Masing-masing
tahapan memiliki karaktersitik tersendiri dalam pengembangan lokal dan wilayah (saat ini dalam
tahapan Kondratiev kelima perkembangan ekonomi wilayah berdasarkan pengaruh perkembangan
teknologi mikroelektronika). Transisi antara gelombang panjang terjadi melalui proses yang oleh
Schumpeter disebut 'penghancuran kreatif' (creative disruptive) yaitu penurunan pemanfaatan
teknologi sebelumnya digantikan oleh munculnya 'kumpulan' inovasi baru dan merangsang
aktivitas wirausaha baru untuk meletakkan dasar-dasar perubahan struktural baru dan paradigma
‘tekno-ekonomi yang baru (Sternberg 1996).

Fokus awalnya dari teori gelombang panjang ini sempit kemudian diperluas dengan memasukkan
konteks sosial, politik dan kelembagaan (Freeman dan Perez 1988; Hall dan Preston 1988). Teori
gelombang panjang menggemakan siklus laba Markusen (1985) dengan pasar yang awalnya
kompetitif memberi jalan bagi oligopoli ketika pengembalian dari inovasi akhirnya berkurang
ketika paradigma teknologi-ekonomi semakin matang. Crafts (1996) telah mengeksplorasi
kemungkinan hubungan antara teori gelombang panjang Schumpeterian dan model pertumbuhan
endogen dengan transisi antara gelombang panjang sebagai periode divergensi lokal dan wilayah.
Dalam konteks pemahaman pembangunan lokal dan wilayah, teori gelombang panjang telah
dikritik karena peran menentukan yang diberikan kepada teknologi dan pandangannya yang
terbatas dan fungsionalis terhadap proses sosio-institusional (Hirst dan Zeitlin 1991; Malecki
1997). Fokus teoritis pada generalisasi dan abstraksi tingkat makro serta kekuatan kausal yang
dikaitkan dengan gelombang yang secara mekanistik.

Menurut teori ini, perkembangan wilayah dipengaruhi oleh adanya lima gelombang (Dicken,
2003) gelombang Panjang pertumbuhan ekonomi:

Gelombang 1: Revolusi Industri


Perkembangan wilayah dipengaruhi oleh teknologi besi, kapas, energi uap. Contoh: Inggris
(Lancashire, Shropshire, Black County). Mulai sejak akhir 1780an, puncaknya 1820an, sampai
1840an.

Gelombang 2: Peningkatan industri continental


Perkembangan wilayah dipengaruhi oleh perkembangan teknologi rel kereta api, besi (Bessemer),
batubara, mesin penggerak tenaga uap. Contoh: Inggris (South Wales, North East England, Central
Scotland, Germany, (Ruhr), Canada (Ontario). Mulai sejak 1850an puncak 1870an smapai 1890an

Gelombang 3: ekspansi imperialis:


Perkembangan wilayah dipengaruhi oleh kemajuan teknologi energi listrik, kimia, material
sintetis, mesin pembakaran internal awal. Contoh: Inggris (West Midlands, Greater London),
Jerman (Hessen). Mulai sejak 1890an, puncaknya tahun 1914, sampai 1930an.

Gelombang 4: Perkembangan pesat pasca perang.


Perkembangan wilayah dipengaruhi oleh kemajuan teknologi mesin listrik dan lampu, petrokimia,
industry penggerak mesin. Contoh: Inggris (West Midlands, Greater London), Spanyol
(Catalonia), Korea Selatan (Busan). 1940, 1966, 1970.

Gelombang 5: Kondratiev kelima:


Perkembangan wilayah dipenagruhi oleh teknologi elektronik dan teknologi informasi. Contoh:
Inggris (Cambridge, “M4 corridor”), Amerika Serikat (Silicon Valley), France (ll de France),
China (Guangdong), India (Bangalore). Mulai tahun 1970, puncak tahun 1980, sampai sekarang.

TEORI PENTAHAPAN
Sejarah Perkembangan Teori Pentahapan dan Para Tokoh Pendukungnya
Teori ini utamanya dipelopori oleh Fisher (1939) , Clark dan Kuznet tahap pertumbuhan wilayah
sektor primer, sekunder, tersier. Tokoh lainnya Nelson N. Foote and Paul K. Hatt tahapan primer,
sekunder, tersier, quaternary and quinary. Tokoh lainnya yang popular adalah Rostow: Masyarakat
tradisional, Pra untuk lepas landas, Lepas landas, Perjalanan menuju kedewasaan, Masa konsumsi
massal, Melebihi konsumsi (Pencarian untuk kualitas).

Pokok Pemikiran Teori Pentahapan


Menurut Fisher (1939) , Clark dan Kuznet, pembangunan wilayah ada 3 tahapan:
Tahap 1 Primer. Pertanian, pertambangan dan mineral, kehutanan, konservasi dan penyediaan
air, pertanian, penggembalaan ternak, perburuan.

Tahap 2 Sekunder. Manufaktur


Tahap 3 Tersier
Transportasi, listrik, jasa gas dan sanitasi, perdagangan grosir, perdagangan eceran.

Sementara itu, Nelson N. Foote and Paul K. Hatt mengusulkan ide tahapan perkembangan yaitu
primer, sekunder, tersier, quaternary dan quinary. Mereka mendefinisikan sektor primer dan
sekunder sama dengan Fisher (1939) namun mendefinisikan sektor tersier mencakup jasa personal,
quaternary termasuk transportasi, perdagngan, komunikasi, keuangan dan administrasi, dan sektor
quinary meliputi jasa layanan kesehatan, pendidikan, penelitian, rekreasi (termasuk seni).

Teori pentahapan yang juga popular adalah Teori Pentahapannya Rostow. Rostow (1960; 1971)
menyatakan bahwa pertumbuhan wilayah meliputi 6 tahapan:
1. Masyarakat tradisional
2. Pra lepas landas
3. Lepas landas
4. Perjalanan menuju kedewasaan
5. Masa konsumsi massal
6. Masa pencarian kualitas

1. Masyarakat tradisional
Perekonomian wilayah dicirikan oleh pertanian subsisten atau perburuan dan pengumpulan;
hampir seluruhnya merupakan ekonomi sektor "primer". Teknologi yang digunakan terbatas. Pada
tahap ini ada beberapa kemajuan dan perbaikan proses, tetapi kemampuan terbatas untuk
pertumbuhan ekonomi karena tidak adanya teknologi modern, kurangnya mobilitas ekonomi,
Dengan stabilitas diprioritaskan. Pada tahap ini masyarakat umumnya memulai kemajuan sebelum
maju ke tahap pertumbuhan berikutnya. Tidak ada negara atau tidak ada sistem politik terpusat.

Perekonomian pada tahap ini memiliki fungsi produksi terbatas yang nyaris tidak mencapai tingkat
minimum potensi output. Ini tidak sepenuhnya berarti bahwa tingkat produksi ekonomi itu statis.
Tingkat output masih dapat ditingkatkan, karena sering ada surplus lahan yang tidak diolah yang
dapat digunakan untuk meningkatkan produksi pertanian. Ilmu pengetahuan dan teknologi modern
belum diperkenalkan. Akibatnya, masyarakat pra-Newtonian ini, yang tidak menyadari
kemungkinan untuk memanipulasi dunia luar, sangat bergantung pada kerja manual dan
swasembada untuk bertahan hidup. Negara dan individu menggunakan sistem irigasi dalam
banyak kasus, tetapi sebagian besar pertanian masih murni untuk subsisten. Sudah ada inovasi
teknologi, tetapi hanya berdasarkan ad hoc keperluan-keperluan tertentu sesaat. Semua ini dapat
menghasilkan peningkatan dalam output, tetapi tidak pernah melampaui batas atas yang tidak
dapat dilewati. Perdagangan didominasi oleh perdagangan lokal dan regional, sebagian besar
dilakukan melalui barter, dan sistem moneter tidak berkembang dengan baik. Bagian investasi
tidak pernah melebihi 5% dari total produksi ekonomi. Negara-negara dalam tahap ini dapat
mencakup Ghana dan Togo.

Peperangan, kelaparan, dan epidemi seperti wabah menyebabkan populasi pada awalnya
memperluas untuk berhenti atau menyusut, membatasi faktor produksi terbesar: tenaga kerja
manual manusia. Fluktuasi volume dalam perdagangan karena ketidakstabilan politik sering
terjadi; Secara historis, perdagangan memiliki risiko besar dan transportasi barang dan bahan baku
mahal, sulit, lambat, dan tidak dapat diandalkan. Sektor manufaktur dan industri lain memiliki
kecenderungan untuk tumbuh tetapi dibatasi oleh pengetahuan ilmiah yang tidak memadai dan
kerangka berpikir "terbelakang" atau sangat tradisionalis yang berkontribusi pada produktivitas
tenaga kerja yang rendah. Pada tahap ini, beberapa wilayah sepenuhnya mandiri.

Dalam masyarakat pertanian yang menetap sebelum Revolusi Industri, struktur sosial hierarkis
mengandalkan penghormatan yang nyaris absolut terhadap tradisi, dan desakan pada kepatuhan.
Ini mengakibatkan terkonsentrasinya kekuatan politik di tangan para pemilik lahan dalam banyak
kasus; di mana-mana, keluarga dan garis keturunan, dan ikatan perkawinan, merupakan organisasi
sosial utama, bersama dengan adat istiadat agama, dan negara jarang berinteraksi dengan populasi
lokal dan dalam lingkup kehidupan yang terbatas. Struktur sosial ini pada umumnya bersifat
feodalistik. Di bawah kondisi modern, karakteristik ini telah dimodifikasi oleh pengaruh luar,
tetapi wilayah dan masyarakat yang paling tidak berkembang cocok dengan deskripsi ini dengan
cukup akurat
2. Pra lepas landas
Wilayah mulai ada permintaan dari wilayah lain (eksternal). Perimntaan atas bahan baku memulai
perubahan ekonomi dari wilayah lain. Kegiatan ekonomi lebih produktif, pertanian komersial dan
tanaman komersial yang tidak dikonsumsi sendiri oleh produsen. Hasil pertanian komersil
sebagian besar diekspor. Investasi yang tersebar luas dan ditingkatkan dalam bentuk perubahan
lingkungan fisik untuk memperluas produksi (misal irigasi, kanal, pelabuhan). Pada tahap ini mulai
meningkatnya penyebaran teknologi dan kemajuan teknologi yang ada. Adanya perubahan
struktur sosial, dengan keseimbangan sosial sebelumnya sekarang berubah. Mobilitas sosial
individu dimulai. Pengembangan identitas nasional dan kepentingan ekonomi bersama.

Pada tahap kedua pertumbuhan ekonomi, ekonomi mengalami proses perubahan untuk
membangun kondisi pertumbuhan dan lepas landas. Rostow mengatakan bahwa perubahan dalam
masyarakat dan ekonomi ini harus bersifat fundamental dalam struktur sosial-politik dan teknik
produksi. Pola ini diikuti di Eropa, sebagian Asia, Timur Tengah, dan Afrika. Ada juga pola kedua
atau ketiga di mana ia mengatakan bahwa tidak ada kebutuhan untuk perubahan dalam struktur
sosial-politik karena ekonomi ini tidak terlalu terperangkap dalam struktur sosial dan politik yang
lebih tua, tradisional. Satu-satunya perubahan yang diperlukan adalah dalam dimensi ekonomi dan
teknis. Negara-negara yang mengikuti pola ini berada di Amerika Utara dan Oseania (Selandia
Baru dan Australia).

Ada tiga dimensi penting untuk transisi ini: pertama, pergeseran dari agraris ke masyarakat industri
atau manufaktur dimulai, meskipun lambat. Kedua, perdagangan dan kegiatan komersial lainnya
dari negara memperluas jangkauan pasar tidak hanya ke wilayah tetangga, tetapi juga ke wilayah-
wilayah yang jauh, menciptakan pasar internasional. Terakhir, surplus yang diperoleh tidak boleh
disia-siakan pada konsumsi yang mencolok dari pemilik lahan atau negara, tetapi harus dihabiskan
untuk pengembangan industri, infrastruktur, dan dengan demikian mempersiapkan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan sendiri di kemudian hari. Lebih jauh, pertanian menjadi komersial
dan mekanis melalui kemajuan teknologi; semakin bergeser ke arah uang tunai atau tanaman yang
berorientasi ekspor; dan ada pertumbuhan kewirausahaan pertanian.
Faktor strategis adalah bahwa tingkat investasi harus di atas 5% dari pendapatan nasional.
Kenaikan tingkat investasi ini tergantung pada banyak sektor ekonomi. Menurut Rostow,
pembentukan modal tergantung pada produktivitas pertanian dan penciptaan modal sosial.
Pertanian memainkan peran yang sangat penting dalam proses transisi ini karena kuantitas surplus
produk akan digunakan untuk mendukung peningkatan populasi pekerja perkotaan dan juga
menjadi sektor ekspor utama, yang menghasilkan devisa untuk pengembangan dan pembentukan
modal yang berkelanjutan. Peningkatan produktivitas pertanian juga mengarah pada perluasan
pasar domestik untuk barang-barang manufaktur dan komoditas olahan, yang menambah
pertumbuhan investasi di sektor industri.

Penciptaan modal overhead sosial hanya dapat dilakukan oleh pemerintah, dalam pandangan
Rostow. Pemerintah memainkan peran penggerak dalam pengembangan modal overhead sosial
karena jarang menguntungkan, ia memiliki masa kehamilan yang panjang, dan imbalannya
bertambah untuk semua sektor ekonomi, terutama untuk entitas investasi; dengan demikian sektor
swasta tidak tertarik untuk memainkan peran utama dalam pengembangannya.

Semua perubahan ini secara efektif mempersiapkan jalan untuk "lepas landas" hanya jika ada
perubahan mendasar dalam sikap masyarakat terhadap pengambilan risiko, perubahan dalam
lingkungan kerja, dan keterbukaan terhadap perubahan dalam organisasi dan struktur sosial dan
politik. Menurut Rostow, prasyarat untuk lepas landas dimulai dari intervensi eksternal oleh
masyarakat yang lebih maju dan maju, yang "menggerakkan gagasan dan sentimen yang memulai
proses di mana alternatif modern untuk masyarakat tradisional dibangun dari budaya lama . Pra-
kondisi take-off erat melacak tahap bersejarah dari Revolusi Industri Inggris (awalnya).

Mengacu pada grafik tabungan dan investasi, khususnya, ada peningkatan tajam dalam tingkat
tabungan dan investasi dari tahap "Pra-Take-off" hingga "Drive to Maturity:" lalu, mengikuti tahap
itu, tingkat pertumbuhan tabungan dan investasi moderat. Kenaikan tajam awal dan cepat dalam
tabungan dan investasi ini merupakan prasyarat bagi perekonomian untuk mencapai tahap "Take-
off" dan jauh melampaui itu.
3. Lepas landas
Urbanisasi meningkat, hasil industrialisasi, terobosan teknologi terjadi. Sektor "Sekunder"
(penghasil barang) atau industri meluas dan rasio sektor sekunder terhadap sektor primer dalam
perekonomian bergeser dengan cepat ke arah sekunder. Tekstil dan pakaian jadi biasanya
merupakan industri "take-off" pertama, seperti yang terjadi dalam "Revolusi Industri" klasik
Inggris. Contoh fase lepas landas adalah Revolusi Pertanian (Hijau) pada 1960-an.

Tahap ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Seperti yang disarankan Rostow,
semua didasarkan pada rangsangan yang tajam (atau rangsangan ganda) yang merupakan / atau
semua perubahan ekonomi, politik dan teknologi. Fitur utama dari tahap ini adalah pertumbuhan
yang cepat dan berkelanjutan. Lepas landas terjadi ketika pertumbuhan yang dipimpin sektor
menjadi umum dan masyarakat lebih didorong oleh proses ekonomi daripada tradisi. Pada titik ini,
norma-norma pertumbuhan ekonomi sudah mapan dan pertumbuhan menjadi "sifat kedua" bangsa
dan tujuan bersama. Dalam membahas take-off, Rostow tercatat telah mengadopsi istilah
"transisi", yang menggambarkan proses ekonomi tradisional menjadi modern. Setelah tinggal
landas, suatu negara umumnya akan membutuhkan waktu lima puluh hingga seratus tahun untuk
mencapai tahap matang sesuai dengan model, seperti yang terjadi di negara-negara yang
berpartisipasi dalam Revolusi Industri dan didirikan seperti ketika Rostow mengembangkan
idenya di 1950-an.

Menurut Rostow ada tiga persyaratan utama untuk take-off:


o Tingkat investasi produktif harus naik dari sekitar 5% menjadi lebih dari 10% dari
pendapatan nasional atau produk nasional bersih
o Pengembangan satu atau lebih sektor manufaktur yang besar, dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi;
o Keberadaan atau kemunculan cepat kerangka kerja politik, sosial dan kelembagaan
yang mengeksploitasi dorongan untuk ekspansi di sektor modern dan potensi
dampak ekonomi eksternal dari tinggal landas.

Persyaratan ketiga menyiratkan bahwa modal yang dibutuhkan harus dimobilisasi dari sumber
daya domestik dan diarahkan ke ekonomi, bukan ke konsumsi domestik atau negara. Industrialisasi
menjadi fenomena penting karena membantu mempersiapkan struktur dasar untuk perubahan
struktural dalam skala besar. Rostow mengatakan bahwa transisi ini tidak mengikuti tren yang
ditetapkan karena ada berbagai motivasi atau stimulus yang berbeda yang memulai proses
pertumbuhan ini. Lepas landas membutuhkan dana pinjaman dalam jumlah besar dan cukup untuk
ekspansi sektor industri yang umumnya berasal dari dua sumber yaitu:
• Pergeseran aliran pendapatan melalui perpajakan, implementasi reformasi pertanahan, dan
berbagai tindakan fiskal lainnya.
• Investasi kembali keuntungan yang diperoleh dari perdagangan luar negeri seperti yang
telah diamati di banyak negara Asia Timur. Sementara ada contoh lain dari "Take-off"
berdasarkan permintaan yang meningkat pesat untuk barang-barang yang diproduksi di
dalam negeri untuk dijual di pasar domestik, lebih banyak negara telah mengikuti model
berbasis ekspor, secara keseluruhan dan di masa lalu. AS, Kanada, Rusia, dan Swedia
adalah contoh "take-off" yang berbasis di dalam negeri; semua dari mereka, bagaimanapun,
ditandai oleh impor modal besar-besaran dan adopsi cepat dari kemajuan teknologi mitra
dagang mereka. Seluruh proses perluasan sektor industri ini menghasilkan peningkatan
tingkat pengembalian kepada beberapa individu yang menabung dengan harga tinggi dan
menginvestasikan tabungan mereka dalam kegiatan sektor industri. Ekonomi
mengeksploitasi sumber daya alam mereka yang kurang dimanfaatkan untuk
meningkatkan produksi mereka.
4. Perjalanan menuju kedewasaan
Diversifikasi industri basis: banyak industri berkembang dan yang baru berkembang dengan cepat.
Perpindahan manufaktur dari yang didorong oleh investasi (barang modal) ke barang tahan lama
dan untuk memenuhi konsumsi domestik. Pembangunan infrastruktur transportasi yang cepat.
Investasi skala besar dalam infrastruktur sosial (sekolah, universitas, rumah sakit, dll.)

Lepas landas juga membutuhkan sekelompok pengusaha di masyarakat yang mengejar inovasi dan
mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Agar kelas kewirausahaan seperti itu berkembang,
pertama-tama, etos "keterlambatan gratifikasi", preferensi untuk akumulasi modal daripada
pengeluaran, dan toleransi risiko yang tinggi harus ada. Kedua, kelompok wirausaha biasanya
berkembang karena mereka tidak dapat mengamankan gengsi dan kekuasaan dalam masyarakat
mereka melalui perkawinan, melalui partisipasi dalam industri yang mapan, atau melalui layanan
pemerintah atau militer (di antara rute lain untuk menonjol) karena beberapa atribut sosial atau
hukum yang mendiskualifikasi; dan terakhir, masyarakat mereka yang berubah dengan cepat harus
mentolerir jalan yang tidak lazim menuju kekuatan ekonomi dan politik.

Kemampuan suatu negara untuk mencapai tahap ini tergantung pada faktor-faktor utama berikut:
- Keberadaan permintaan efektif yang diperbesar dan berkelanjutan untuk produk sektor-
sektor utama.
- Pengenalan teknologi dan teknik produktif baru di sektor ini.
- Peningkatan kapasitas masyarakat untuk menghasilkan atau mendapatkan modal yang
cukup untuk menyelesaikan transisi tinggal landas.
- Kegiatan di sektor utama harus mendorong rantai pertumbuhan di sektor ekonomi lain,
yang juga berkembang pesat.
Contoh dari negara dalam tahap lepas landas adalah Guinea Ekuatorial. Ini memiliki peningkatan
terbesar dalam pertumbuhan PDB sejak 1980 dan tingkat investasi produktif telah meningkat dari
5% menjadi lebih dari 10% dari pendapatan atau produk. Periode lepas landas dari berbagai negara
sama dengan revolusi industri di negara-negara tersebut.

Setelah take-off, ada interval panjang pertumbuhan berkelanjutan yang dikenal sebagai tahap arah
menuju kedewasaan. Rostow mendefinisikannya "sebagai periode ketika masyarakat telah secara
efektif menerapkan berbagai teknologi modern untuk sebagian besar sumber dayanya." Sekitar 10-
20% dari pendapatan nasional diinvestasikan terus-menerus, memungkinkan output secara teratur
untuk melampaui peningkatan populasi. Susunan ekonomi berubah tak henti-hentinya seiring
dengan meningkatnya teknik, industri-industri baru berakselerasi, industri-industri yang lebih tua
turun. Ekonomi menemukan tempatnya dalam ekonomi internasional: barang-barang yang
sebelumnya diimpor diproduksi di dalam negeri; persyaratan impor baru berkembang, dan
komoditas ekspor baru untuk mencocokkannya. Sektor-sektor utama dalam suatu ekonomi akan
ditentukan oleh sifat ketersediaan sumber daya dan tidak hanya oleh teknologi.

Perjalanan tentatif menuju kedewasaan


Dengan membandingkan masa lepas landas dan arah menuju kedewasaan, negara-negara ini
mencapai tahap kedewasaan dalam waktu sekitar 60 tahun.
Perubahan struktural dalam masyarakat selama tahap ini ada dalam tiga cara:
- Komposisi tenaga kerja di bidang pertanian bergeser dari 75% populasi pekerja menjadi
20%. Para pekerja memperoleh keterampilan yang lebih besar dan upah mereka meningkat
secara riil.
- Karakter kepemimpinan berubah secara signifikan dalam industri dan profesionalisme
tingkat tinggi diperkenalkan
- Biaya lingkungan dan kesehatan dari industrialisasi diakui dan perubahan kebijakan dibuat.
Selama tahap ini suatu negara harus memutuskan apakah kekuatan industri dan teknologi yang
dihasilkannya akan digunakan untuk kesejahteraan rakyatnya atau untuk mendapatkan supremasi
atas orang lain, atau dunia secara bersamaan.

Contoh utama dari sebuah negara dalam tahap Drive to Maturity adalah Afrika Selatan. Ini sedang
mengembangkan infrastruktur kelas dunia - termasuk jaringan transportasi modern, energi yang
tersedia secara luas, dan fasilitas telekomunikasi yang canggih. Selain itu, sektor pertanian
komersial mengurangi 140.000 pekerjaan, penurunan sekitar 20%, dalam periode sebelas tahun
dari 1988 hingga 1998.

Keragaman ini mengarah pada pengurangan tingkat kemiskinan dan peningkatan standar hidup,
karena masyarakat tidak perlu lagi mengorbankan kenyamanannya untuk membangun sektor-
sektor tertentu.

5. Masa konsumsi massal


Industri basis mendominasi ekonomi; sektor primer sangat berkurang bobotnya dalam ekonomi
dan masyarakat. Konsumsi luas dari barang-barang konsumsi bernilai tinggi (misal mobil).
Konsumen biasanya (jika tidak secara universal), memiliki pendapatan disposible, punya
kebutuhan di luar semua kebutuhan dasar, untuk barang tambahan. Masyarakat urban (perpindahan
dari pedesaan ke kota-kota). Masa konsumsi massal yang tinggi yaitu:
Masa konsumsi massal yang tinggi mengacu pada periode kenyamanan kontemporer yang
diberikan oleh banyak negara barat, di mana konsumen berkonsentrasi pada barang tahan lama,
dan sulit mengingat kekhawatiran subsisten dari tahap sebelumnya. Rostow menggunakan
metafora dinamika Buddenbrooks untuk menggambarkan perubahan sikap ini. Dalam novel
Thomas Mann 1901, Buddenbrooks, sebuah keluarga dicatat selama tiga generasi. Generasi
pertama tertarik pada pembangunan ekonomi, yang kedua di posisinya di masyarakat. Yang ketiga,
yang sudah memiliki uang dan prestise, berkaitan dengan seni dan musik, tidak terlalu
mengkhawatirkan masalah-masalah duniawi sebelumnya. Demikian juga, di zaman konsumsi
massal yang tinggi, masyarakat dapat memilih antara berkonsentrasi pada masalah militer dan
keamanan, pada masalah kesetaraan dan kesejahteraan, atau pada pengembangan kemewahan
besar untuk kelas atas. Setiap negara di posisi ini memilih keseimbangannya sendiri di antara
ketiga tujuan ini. Ada keinginan untuk mengembangkan masyarakat yang egaliter dan langkah-
langkah diambil untuk mencapai tujuan ini. Menurut Rostow, suatu negara mencoba untuk
menentukan keunikannya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah struktur politik,
geografis dan budayanya dan juga nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya. [12]

Secara historis, Amerika Serikat dikatakan telah mencapai tahap ini pertama, diikuti oleh negara-
negara Eropa Barat lainnya, dan kemudian Jepang pada 1950-an. [4]

6. Pencarian untuk kualitas


Pada masa ini utilitas marginal yang semakin berkurang serta masa untuk barang-barang
konsumen yang tahan lama. Keluarga besar dan orang Amerika merasa seolah-olah mereka
dilahirkan dalam masyarakat yang memiliki keamanan ekonomi dan konsumsi tinggi. Tahap
dimana hanya spekulasi tentang apakah ada difusi konsumen lebih lanjut atau apa yang generasi
baru akan bawa untuk pertumbuhan. Ketika diusulkan, langkah ini lebih merupakan spekulasi
teoretis oleh Rostow daripada langkah analitis dalam proses oleh Rostow. Individu mulai
memiliki keluarga yang lebih besar dan tidak menghargai pendapatan sebagai prasyarat untuk
hari untuk berlibur yang lebih banyak. Produk konsumen menjadi lebih tahan lama dan lebih
beragam. Orang Amerika baru akan berperilaku dengan cara di mana keamanan ekonomi yang
tinggi dan tingkat konsumsi massa dianggap normal. Rostow menyatakan bahwa mungkin
dengan kelahiran bayi yang besar itu dapat menyebabkan masalah ekonomi atau mendikte difusi
barang konsumen yang bahkan lebih besar. Dengan meningkatnya populasi perkotaan dan
pinggiran kota, tidak diragukan lagi akan ada peningkatan barang dan jasa konsumen. Tahap ini
kemudian dibahas dalam buku Rostow's Politics and the Stages of Growth yang diterbitkan pada
tahun 1971, di mana ia menyebut tahap "pencarian kualitas".

Definisi Pembangunan Wilayah Dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Berdasarkan Teori


Pentahapan
Dalam teori pentahapan, pembangunan suatu wilayah akan mengikuti suatu tahapan tertentu yaitu
tahapan ekonomi sektor primer, sekunder, tersier dan kuarter. Teori pentahapan mendefinisikan
“pembangunan wilayah” adalah peningkatan pertumbuhan dan industrialisasi yang merupakan
transisi yang melalui setiap tahap kegiatan ekonomi yang semakin maju secara bertahap

Kebijakan pengembangan wilayah:


• Pengembangan aktivitas ekonomi sesuai dengan kemajuan teknologi (Upgrading of
economic activities)
• Pengembangan sumber daya manusia sesuai kemajuan teknologi,, peningkatan kualitas
pekerjaan, perluasan akses ke bisnis dan pekerjaan atau di Amerika disebut dengan strategi
high-road growth strategies
• Dukungan pengembangan sains dan inovasi (science and innovation oriented strategies
and support)

REFERENSI
Markusen, A. (1985) Profit Cycles, Oligopoly and Regional Development. Cambridge, MA: MIT
Press.
Storper, M. and Walker, R. (1989) The Capitalist Imperative: Territory, Technology and Industrial
Growth. Oxford: Blackwell.

Dawley, S. (2003) ‘High-tech industries and peripheral region development: the case of the
semiconductor industry in the North East Region of England’, unpublished PhD thesis, Newcastle
upon
Tyne: Centre for Urban and Regional Development Studies (CURDS), University of Newcastle
Dicken, P. (2003) Global Shift: Reshaping the Global Economic Map in the 21st Century (4th
edn).
London: Sage

Clark, C. (1939) The Conditions of Economic Growth. London: Macmillan


Fisher, A. (1939) ‘Primary, secondary, tertiary production’, Economic Record June: 24–38
Gerschenkron, A. (1962) Economic Backwardness in Historical Perspective. Cambridge, MA:
Harvard
University Press
Cypher, J.M. and Dietz, J.L. (2004) The Process of Economic Development. London: Routledge

Rostow, W. W. (1960). The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto.


Cambridge: Cambridge University Press. p. 10.

Anda mungkin juga menyukai