Anda di halaman 1dari 14

Dalam kelompok teori-teori mengenai perkembangan UMKM, ada dua

arus pemikiran/teori besar dalam menjelaskan pola perkembangan UMKM di


dalam proses pembangunan atau pertumbuhan ekonomi. Teori pertama yakni
sering disebut sebagai teori klasik mengenai perkembangan UMKM yang
memprediksi bahwa jumlah kelompok usaha ini, khususnya UMK akan semakin
berkurang dengan pertumbuhan ekonomi atau peningkatan pendapatan. Jadi,
dalam teori ini pertumbuhan UMKM berhubungan negatif dengan pembangunan
ekonomi atau laju pertumbuhan ekonomi. Teori yang kedua adalah teori modern,
dari perkembangan UMKM menegaskan bahawa kelompok usaha ini akan
semakin penting dalam ekonomi. Hipotesis dari arus kedua ini adalah relasi positif
antara pertumbuhan UMKM dengan tingkat pendapatan masyarakat.

A. Teori-teori Klasik
Menurut studi Hoselitz mengenai industrialisasi di Jerman
menunjukkan bahwa pada tahap awal pembangunan sektor manufaktur di
negara tersebut didominasi oleh pengrajin-pengrajin dan banyak dari mereka
akhirnya berkembang menjadi usaha-usaha besar, sedangkan yang lainnya
gugur atau kegiatannya mengalami stagnasi. Namun demikian, Hoselitz tidak
menganalisis secara eksplisit sifat alami dari keterkaitan antara industrialisasi
dan perubahan struktural di dalam sektor manufaktur. Dia lebih menekankan
pada karakteristik dari biaya produksi yang rendah, yang iada simpulkan
sebagai kunci keberhasilan dari UMKM. Rendahnya biaya produksi
disebabkan terutama oleh pemakaian anggota-anggota keluarga pekerja-pekerja
tidak dibayar.
Setelah karya Hoselitz ini dipublikasikan secara luas, banyak peneliti
UMKM lainnya di dunia seperti Parker dan Anderson yang juga
mengembangkan tipologi fase pertumbuhan yang berbasis pada pengalaman
dari negara-negara maju untuk menjelaskan perubahan struktur skala usaha di
sektor industri menurut wilayah dan waktu di negara-negara berkembang.
Menurut pendekatan ini, di dalam proses pembangunan ekonomi, perubahan
atau bisa disebut evolusi dari kegiatan-kegiatan manufaktur apabila
diklasifikasikan menurut skala, berlangsung melewati tiga fase. Fase-fase
tersebut sebagai berikut:

1. Fase Awal
Pembangunan industri (ekonomi masih dicirikan sebagai ekonomi
agraris), usaha mikro (UMI), dan industri-industri rumah tangga atau
kegiatan-kegiatan pengrajin (tipe paling tradisional dari perusahaan-
perusahaan di industri pengolahan) paling dominan, baik dalam jumlah unit
usaha maupun dalam jumlah pekerja, dilihat dari persentasenya dari jumlah
tenaga kerja di sektor manufaktur.
Usaha mikro dalam tahap ini lebih terkonsentrasi di industri-industri
seperti pakaian jadi, pandai besi, alas kaki, kerajinan, bahan-bahan
bangunan sederhana dan makanan minuman. Di negara-negara berkembang,
kegiatan produksi di subsektor-subsektor tersebut relatif mudah dilakukan.
Khususnya di industri-industri pakaian jadi, makanan dan minuman, dan
kerajinan karena kebutuhan modal awal sangat sedikit dan
produsen/pengusaha tidak perlu memiliki pendidikan formal yang tinggi dan
tidak perlu ada tempat khusus untuk kegiatan produksi. Alasan tersebut
menunjukkan bahwa kegiatan produksi usaha mikro di kelompok-kelompok
industri tersebut lebih banyak dilakukan oleh perempuan dan anak-anak
sebagai suatu kegiatan paruh waktu, dan dilakukan di dalam rumah pemilik
usaha/pengusaha. Pendapatan dari kegiatan-kegiatan usaha mikro tersebut
sangat penting baik sebagai sumber pendapatan utama atau satu-satunya
maupun sebagai sumber pendapatan tambahan keluarga. Di banyak negara
termasuk Indonesia, kebanyakan usaha mikro adalah usaha sendiri tanpa
pekerja (di dalam literatur umum disebut self-employment atau unit usaha
satu orang di mana pemilik melakukan semua pekerjaan).
Fase ini juga terdapat banyak kegiatan usaha mikro yang erat
kaitannya dengan produksi di sektor pertanian baik dalam bentuk
keterkaitan produksi ke depan, yakni usaha mikro mensuplay berbagai input
ke pertanian maupun dalam bentuk keterkaitan produksi ke belakang, yakni
usaha mikro mengolah output dari pertanian misalnya industri-industri
makanan dan minuman. Selain itu, keterkaitan dalam kegiatan produksi
antara usaha mikro dan pertanian juga secara tidak langsung lewat
keterkaitan konsumsi, yakni usaha mikro menyediakan kebutuhan-
kebutuhan makanan dan non makanan bagi penduduk pedesaan yang pada
umumnya adalah rumah tangga-rumah tangga petani.

2. Fase Kedua
Terdapat di wilayah-wilayah yang ekonominya lebih berkembang
dengan pendapatan per kapita lebih tinggi, usaha kecil dan menengah
(UKM) mulai muncul dan tumbuh pesat, dan secara perlahan kedua
subkategori UMKM tersebut menggeser keberadaan usaha mikro (UMI) di
sejumlah kelompok industri.
Ada sejumlah faktor yang bisa menjelaskan ekspansi UKM pada
fase kedua ini, di antaranya adalah kenaikan pendapatan masyarakat per
kapita yang mengubah pola konsumsi masyarakat dari sebelumnya pada saat
pendapatan mereka rendah membeli barang-barang berkualitas rendah
(inferior) pindah ke barang-barang berkualitas tinggi (ferior) dan di dalam
kelompok UMKM, usaha mikro (UMI) pada umumnya membuat barang-
barang inferior, sedangkan banyak usaha kecil (UK) dan terutama usaha
menengah (UM) memproduksi barang barang berkualitas lebih baik.

3. Fase Terakhir
Pembangunan pabrik-pabrik besar (UB) menjadi dominan,
menggantikan UKM (dan juga UMI yang masih ada) di sejumlah industri.
Menurut Anderson, fase ini sebagian adalah suatu produk dari fase kedua
sejak pertumbuhan output dan kesempatan kerja di UB dapat dibagi
menjadi:
a. Perkembangan skala usaha dari yang sebelumnya UKM menjadi UB.
b. Perluasan skala produksi dari UB. Namun demikian, ekspansi UB dalam
fase ini bisa juga disebabkan sebagian oleh munculnya UB baru (yang
perkembangannya sejak awal tidak melalui struktur skala) yang tidak
diperhitungkan secara eksplisit dalam analisisnya Anderson.
Fase terakhir ini menunjukkan bahwa pemakaian skala ekonomi
dalam produksi, manajemen, pemasaran dan distribusi (tergantung pada tipe
produk dan fleksibilitas dalam produksi); keunggulan teknologi; efisiensi
manajemen; koordinasi produktif; akses ke jasa-jasa infrastruktur
pendukung serta keuangan eksternal yang lebih baik; dan pendanaan
konkesi dengan insentif investasi, struktur tarif, dan subsidi pemerintah,
semuanya adalah penyebab-penyebab atau merupakan insentif utama bagi
perusahaan-perusahaan untuk berkembang menjadi lebih besar. Dalam
kenyataannya, faktor-faktor ini sering kali lebih tersedia atau
menguntungkan UB atau usaha modern daripada UMKM khususnya UMI
dan hal ini dapat menjelaskan kenapa kinerja UB lebih baik daripada
UMKM dalam fase industrialisasi yang lebih maju.

Jadi, pertumbuhan atau tetap banyaknya UMKM dan khususnya UMI


di Indonesia bisa menandakan suatu pembangunan yang positif, dalam arti
banyak orang yang tertarik untuk melakukannya karena berbagai alasan seperti
ingin mandiri (tidak mau bekerja sebagai pegawai), ingin mengembangkan
kemampuan diri sendiri, dan karena terdapat prospek pasar yang lebih baik.

B. Teori-teori Modern
Perkembangan atau pertumbuhan sebuah perusahaan atau sekelompok
perusahaan (dalam kasus ini yakni UMKM) dapat dijelaskan dengan sejumlah
teori. Perbedaan di antara teori-teori yang ada tersebut yang dibahas di bawah
ini terletak pada perbedaan dalam sudut pandang atau asumsi-asumsi yang
digunakan sebagai fondasi bagi pengembangan teori-teori tersebut atau aspek-
aspek yang menjadi fokus pembahasannya. Teori utama yang dibahas yakni
sebagai berikut:
1. Teori Spesialisasi Fleksibel (pola produksi global yang mengalami
transformasi dari produksi masa ke produksi dalam volume kecil)
Beberapa peneliti berargumen bahwa produksi global sedang
mengalami suatu transformasi dari produksi masa ke produksi dalam
volume kecil. Spesialisasi fleksibel (SF) dikenal sebagai salah satu pola baru
yang menggantikan pola produksi masa.
Konsep SF berasosiasi erat dengan buku yang terkenal dari Piore
dan Sabel mengenai pembagian industri kedua yang mendiskusikan
munculnya kembali lokasi-lokasi pengrajin di sejumlah negara di Eropa
Barat yakni Italia, Austria, dan Jerman. Mempelajari perkembangan dari
lokasi-lokasi pengrajin tersebut telah ditegaskan bahwa UMKM di lokasi-
lokasi itu menjadi bentuk yang dominan dari organisasi industri. UMKM
tersebut dikenal sebagai perusahaan-perusahaan yang mengerjakan pekerja-
pekerja dengan keterampilan tinggi dan multi, menggunakan mesin-mesin
fleksibel yang mengandung teknologi-teknologi paling akhir dan membuat
dalam volume kecil sejumlah produk-produk khusus yang berbeda untuk
pasar global.
Teknologi-teknologi baru seperti komputer dan alat-alat monitor dan
kontrol mesin pabrik membuat skala ekonomi menjadi kurang penting, yang
selanjutnya membuat pabrik-pabrik lebih kecil menjadi lebih efisien dan
semua ini mempromosikan kelayakan relatif dari UMKM di dalam era
globalisasi. Kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan suatu industri
untuk memenuhi perubahan-perubahan pasar yang cepat (khususnya pasar
global) dengan tepat waktu, murah, dan efisien telah menciptakan suatu
peran baru bagi UMKM di kelompok negara-negara maju. Jadi, peran baru
UMKM di dalam ekonomi bisa digunakan sebagai suatu argumen untuk
menentang proposisi dari Anderson, di antara beberapa lainnya yang telah
dibahas sebelumnya yang menyatakan bahwa dalam jangka panjang
ekonomi akan dikuasai oleh UB (dalam output maupun kesempatan kerja).
Ada empat bentuk organisasi yang umum dari spesialisasi fleksibel
(SF) yakni sebagai berikut:
a. Fleksibel dan spesialisasi
Perusahaan-perusahaan di dalam komunitas dapat menyesuaikan dengan
cepat teknik-teknik produksi mereka terhadap perubahan-perubahan
pasar, tetapi tetap berspesialisasi dalam memproduksi satu tipe barang,
misalnya pakaian jadi.
b. Masuk terbatas
Perusahaan-perusahaan di dalam komunitas membentuk bagian dari
suatu komunitas yang tertutup dan perusahaan-perusahaan di luar
komunitas tidak bisa atau sulit masuk.
c. Tingkat inovasi kompetitif yang tinggi
Ada tekanan terus-menerus terhadap perusahaan-perusahaan di dalam
komunitas untuk mempromosikan inovasi untuk bisa tetap lebih unggul
daripada pesaing-pesaing mereka.
d. Tingkat kerja sama yang tinggi
Ada persaingan terbatas antar sesama perusahaan di dalam komunitas
dalam hal gaji dan kondisi kerja yang merangsang kerja sama yang lebih
besar antar mereka.

Suatu rangkuman dari pembahasan di atas yang dapat


diklasifikasikan sebagai teori-teori modern mengenai perkembangan
UMKM di dalam ekonomi yakni dalam proses pembangunan, pangsa
ekonomi dari UMKM akan naik bukan menurun seperti pendapat dari teori-
teori klasik yang telah dibahas sebelumnya, walaupun korelasi positif yang
diasumsikan ini akan bervariasi antarnegara karena adanya perbedaan-
perbedaan dalam banyak faktor internal termasuk tingkat dan pola dari
proses pembangunan, kemampuan teknologi, dan ketersediaan SDM
berkualitas.

2. Teori Kewirausahaan dan Inovasi (pentingnya orientasi kewirausahaan


dan inovasi bagi kemampuan perusahaan-perusahaan untuk bersaing di
pasar dan berkembang)
UMKM yang melakukan suatu strategi inovasi merupakan UMKM
yang akan bisa membuat produk-produk yang kompetitif, yang berarti juga
UMKM yang dapat bertahan terus dan bahkan berkembang pesat. Inovasi
yang dilakukan terus-menerus maka perusahaan-perusahaan yang baru
berdiri mampu bersaing dan bertahan di pasar dengan pemain-pemain yang
sudah mapan atau UB bahkan termasuk perusahaan-perusahaan asing.
Inovasi memiliki peranan penting terhadap perkembangan UMKM melalui
kemampuan mereka dalam bersaing di pasar.
Tingkat atau orientasi kewirausahaan (OK) juga sangat penting bagi
pertumbuhan sebuah perusahaan. Bahkan tidak diragukan bahwa OK
berpengaruh positif terhadap kegiatan inovasi di dalam sebuah perusahaan.
Orientasi kewirausahaan (OK) juga dianggap sebagai salah satu sumber
daya utama yang memfasilitasi organisasi atau perusahaan untuk mencari
cara baru dalam meningkatkan aliran pendapatan, meningkatkan peluang
keberhasilan di pasar internasional, dan secara efektif memanfaatkan
sumber daya organisasi, kinerja organisasi atau perusahaan dan OK
berhubungan positif satu sama lain.
Elemen penting dari perusahaan-perusahaan yang proaktif adalah
langkah-langkah visioner dan praktis yang diambil oleh pemilik-pemilik
atau pemimpin-pemimpinnya yang secara agresif mencari sumber daya dan
peluang-peluang pasar termasuk pasar internasional. Seorang pemilik atau
pemipin perusahaan yang memiliki visi arah masa depan dan mampu
memanfaatkan peluang bisnis berhubungan erat dengan orientasi
kewirausahaan (OK).
Peran penting dari orientasi kewirausahaan (OK) juga diakui secara
luas dalam banyak penelitian lainnya. Orientasi kewirausahaan (OK)
membantu organisasi dalam mencapai kinerja organisasi yang unggul dan
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Penerapan OK sebagai sumber
daya internal memfasilitasi perusahaan untuk secara efektif mengidentifikasi
pertama dan kemudian memanfaatkan peluang yang muncul dan
meningkatkan kinerja bisnisnya.
3. Teori Internasionalisasi (dampak dari integrasi perusahaan-perusahaan
dengan pasar global terhadap keberlangsungan atau pertumbuhan mereka)
Internasionalisasi adalah sebuah penentu kunci pertumbuhan
perusahaan-perusahaan. Alasan kuat yang membenarkan pernyataan ini
adalah kepentingan perusahaan-perusahaan itu sendiri untuk bisa bertahan
dan berkembang, persepsi bahwa mereka terancam di lingkungan domestik,
menyadari adanya peluang bisnis yang besar di luar negeri, dan dampak dari
berbagai peristiwa dan kekuatan eksternal. Alasan utama untuk melakukan
atau memperluas usaha di luar negeri yaitu meliputi ekspansi pasar,
perolehan finansial yang lebih banyak, dan mempelajari ide-ide baru.
Internasionalisasi sebagai proses adaptasi dari operasi perusahaan
terhadap lingkungan internasional. Internasionalisasi adalah sebuah aspek
penting dari pertumbuhan perusahaan-perusahaan untuk tampil di luar batas
negara mereka dengan keberlanjutan di pasar global. Perusahaan-perusahaan
yang melakukan internasionalisasi juga harus bersaing dengan perusahaan-
perusahaan lain pada tingkat nasional, industri, dan perusahaan. Strategi
ekspansi internasional juga berfungsi sebagai sebuah sumber pertumbuhan
yang vital dan menguntungkan meskipun upaya usaha tersebut juga dapat
menimbulkan kerugian besar karena persaingan global yang ketat.
Tidak diragukan bahwa kontribusi UMKM terhadap ekspor hingga
tingkat tertentu terkait erat dengan kemampuan dari kelompok usaha
tersebut untuk internasionalisasi. Ini juga merupakan sebuah faktor yang
sangat penting yang mengukur tingkat daya saing global UMKM. Daya
saing global yang rendah dari UMKM secara umum di negara-negara
sedang berkembang dapat menjadi suatu hambatan serius bagi kelompok
usaha tersebut bukan saja untuk bisa menembus pasar global tetapi juga
untuk bisa memenangi persaingan dengan barang-barang impor di pasar
domestic yang berarti memengaruhi kelompok usaha tersebut untuk dapat
bertahan di pasar domestik atau berkembang menjadi skala usaha yang lebih
besar. Internasionalisasi UMKM bisa berkembang dengan sendirinya
(walaupun tidak semua UMKM akan memberi respons yang sama) dari
ketersediaan pasar baru yang terbuka melalui deregulasi dan persaingan
untuk pasar yang baru muncul.

4. Teori Pertumbuhan Perusahaan (faktor-faktor penentu utama


pertumbuhan sebuah perusahaan)
Mengidentifikasi faktor-faktor penentu pertumbuhan sebuah
perusahaan dan hubungan antara faktor-faktor tersebut sangat kompleks.
Mengembangkan sebuah model pertumbuhan dengan memecah kontinum
pertumbuhan sebuah perusahaan menjadi tahapan perkembangan. Pada
setiap tahap dalam kehidupan sebuah perusahaan, berbagai faktor seperti
tujuan dari pemilik perusahaan, keterampilan manajerial, akses ke
modal/kredit, aplikasi teknologi, dan sumber daya lainnya umumnya
dipahami sebagai penentu pertumbuhan.
Sebuah perusahaan dalam teori pertumbuhan ini diperlakukan
sebagai sebuah tubuh yang dapat tumbuh dalam hal skala dan ruang
lingkup. Hal ini didasarkan pada kemampuannya untuk mengubah sumber
daya yang ada dan kapasitasnya mengombinasikan gen menjadi output yang
layak dalam siklus hidup. Pertumbuhan sebuah usaha atau perusahaan
adalah sebuah proses pengembangan usaha dari skala kecil ke skala lebih
besar, dari kondisi lemah ke kondisi kuat, dari ketidakseimbangan ke
keseimbangan, atau dari kondisi saldo rendah ke tinggi. Dalam proses ini
dibutuhkan penyesuaian yang seimbang dari berbagai hubungan dalam
karakter interior dan eksterior perusahaan.
Teori pertumbuhan perusahaan didasarkan pada tiga subteori sebagai
berikut:
a. Teori batas skala yang mencerminkan biaya transaksi untuk menjelaskan
alasan generasi perusahaan dan menentukan skala usaha.
b. Teori siklus hidup yang menganggap sebuah perusahaan sebagai badan
kehidupan.
c. Teori kombinasi gen yang melibatkan sebuah konsep biological
corporation, di mana perusahaan dipandang sebagai organisme.
Pertumbuhan UMKM dalam perspektif siklus hidup dibagi menjadi
tiga tahap yaitu pertumbuhan awal (startup), regenerasi dan ekspansi yang
mapan, dan tahap-tahap diversifikasi penuaan dan penutupan, sebagai
berikut:
a. Tahap awal pertumbuhan
Bisnis di bentuk/dimulai, produk dikembangkan, pengalaman dibuat,
dan perusahaan tersebut menunjukkan tingkat pertumbuhan produksi
atau omzet atau profit yang relatif rendah.
b. Tahap ekspansi atau perluasan
Meningkatnya volume produksi, penghasilan atau keuntungan, dan
jumlah pekerja yang pesat. Kemudian setelah beberapa waktu yang
lamanya bisa setahun atau beberapa tahun tergantung pada banyak faktor
terutama kondisi pasar atau tingkat persaingan di pasar dan perubahan
teknologi serta selera atau perilaku masyarakat pada umumnya atau
konsumen yang selama ini membeli produk perusahaan tersebut pada
khususnya, pertumbuhan mencapai sebuah tahap mapan atau jenuh yang
ditandai dengan titik di mana ide dan konsep bisnis awal tidak akan lagi
menjamin ekspansi dinamis lebih lanjut.
c. Tingkat pertumbuhan perusahaan menurun dan mati
Dipaksa untuk maju ke sebuah konsep bisnis yang lebih luas dari tahap
diversifikasi. Produk dan layanannya dapat kembali melewati proses
pertumbuhan seperti sebelumnya.
Perusahaan-perusahaan memperluas kegiatan mereka ketika
manajer-manajer mengamati bahwa estimasi efisiensi manajerial mereka
telah mengecilkan tingkat efisiensi aktual. Seiring bertambahnya umur
perusahaan, estimasi efisiensi pemilik menjadi lebih akurat yang
mengurangi kemungkinan bahwa output akan sangat berbeda dari satu tahun
ke tahun lainnya. Implikasi dari model teoretis ini adalah bahwa
perusahaan-perusahaan yang lebih kecil dan lebih muda harus memiliki
tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dan lebih layak.
Sebuah perusahaan mengeksplorasi lingkungan ekonominya secara
aktif dan berinvestasi untuk meningkatkan pertumbuhannya di bawah
tekanan kompetitif dari dalam dan luar perusahaan. Potensi dan
pertumbuhan aktual berubah dari waktu ke waktu sebagai tanggapan
terhadap hasil investasi perusahaan sendiri, dan pelaku-pelaku lain di pasar
yang sama. Pemilik atau manajer dapat meningkatkan efisiensi mereka
melalui pendidikan dan pelatihan formal yang meningkatkan pengetahuan
atau sumber daya mereka. Pengusaha atau manajer dengan pendidikan
formal yang lebih tinggi, pengalaman kerja, dan pelatihan pelatihan yang
mereka dapat diharapkan dapat membuat perusahaan perusahaan mereka
tumbuh lebih pesat.
Teori pertumbuhan perusahaan lainnya meliputi model stokastik dan
pendekatan deterministik. Model stokastik yang juga dikenal sebagai hukum
Gibrat berpendapat bahwa semua perubahan ukuran atau skala usaha adalah
karena kebetulan. Ukuran dan usia perusahaan tidak berpengaruh pada
pertumbuhan usaha kecil. Teori ini hanya menganggap ukuran dan usia
sebuah perusahaan sebagai variabel-variabel potensial yang dapat secara
signifikan memengaruhi pertumbuhan perusahaan dengan mengabaikan
variabel-variabel penjelas lainnya yang dapat secara signifikan
memengaruhi pertumbuhan perusahaan. Sebaliknya, pendekatan
deterministik mengasumsikan bahwa perbedaan dalam tingkat pertumbuhan
lintas perusahaan bergantung pada seperangkat industri yang dapat diamati
dan karakteristik khusus perusahaan.

5. Teori Klaster (dampak positif dari pengelompokan perusahaan-perusahaan


di lokasi sebuah lokasi yang sama)
Fenomena klaster telah menarik perhatian para ekonom untuk
melakukan studi-studi mengenai masalah lokasi untuk kegiatan-kegiatan
ekonomi, khususnya industri, sehingga memunculkan paradigma baru yang
disebut geografi ekonomi baru. Pengklasteran adalah bagian dari model
baru persaingan bisnis di dunia. Definisi kluster menurut Porter adalah
konsentrasi geografi dari perusahaan-perusahaan independen dan institusi-
institusi yang berbeda yang saling berhubungan dalam wilayah tertentu
misalnya negara. Adapun klaster industri pada dasarnya adalah kelompok
industri/perusahaan yang terkonsentrasi secara spasial, misalnya Cilegon,
Tangerang, dan biasanya berspesialisasi pada hanya satu atau dua industri/
produk utama saja. Di Indonesia, sebutan lain yang lebih umum digunakan
adalah sentra.
Dapat dikatakan bahwa United Nation Industry and Development
Organization (UNIDO) adalah satu-satunya lembaga dunia khusus soal
pembangunan sektor industri yang memelopori pendekatan klaster sebagai
suatu strategi pengembangan industri, termasuk UMKM di negara-negara
berkembang. UNIDO memercayai bahwa pendekatan klaster sebagai
strategi paling ampuh dalam mendorong perkembangan UMKM terutama
didasarkan pada pengalaman panjang dalam perkembangan UMKM di
negara-negara Eropa. Alasannya sederhana yakni UMKM di dalam klaster-
klaster lebih mudah baik dalam menanggulangi segala persoalan bisnis
maupun dalam meningkatkan efisiensi, tingkat daya saing dan produksi.
Berdasarkan uraian di atas, ada dua hal yang menjelaskan mengenai
klaster, yakni sebagai berikut:
1. Interaksi atau kerja sama antar perusahaan harus ada di dalam klaster,
baik secara horizontal (baik antar sesama pengusaha di dalam kelompok
industri yang sama maupun dengan pemberi jasa-jasa dan pemberi input
khusus) maupun vertikal (antar kelompok industri berbeda, namun
komplementer dan dengan sektor perdagangan). Klaster adalah interaksi
antar perusahaan tidak hanya dari kelompok industri yang sama (yang
membuat produk yang sama) tetapi juga antar perusahaan dari kelompok
industri berbeda, namun komplementer di suatu wilayah. Masing-masing
perusahaan memiliki sumber daya dan kompetensi yang berbeda, namun
melalui interaksi maka semua sumber daya dan kompetensi masing-
masing dikombinasikan hingga membuat kinerja mereka lebih baik
dibandingkan jika beroperasi secara sendiri-sendiri.
2. Setiap klaster terdiri dari paling tidak satu sentra. Namun, suatu sentra
UMKM belum tentu merupakan klaster UMKM. Banyak sentra UMKM
di Indonesia yang sebenarnya mengalami stagnasi atau tidak
berkembang. Sentra-sentra yang tidak berkembang akan sangat sulit atau
bahkan mustahil bisa menciptakan klaster-klaster. Salah satu yang
menyebabkan banyak sentra-sentra tidak berkembang adalah tidak
adanya kerja sama antar sesama UMKM di sentra-sentra tersebut.
Padahal, interaksi antar perusahaan merupakan salah satu karakteristik
dari sebuah klaster.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa proses terbentuknya
sebuah klaster industri adalah diawali dengan sebuah atau beberapa sentra di
suatu lokasi. Sentra adalah suatu lokasi di mana terdapat sejumlah unit
usaha di kelompok industri yang sama (membuat barang yang sama).
Argumen lainnya yang mendukung ide bahwa pengelompokan perusahaan-
perusahaan dalam sebuah klaster, bukan saja perusahaan-perusahaan yang
membuat produk-produk yang sama (misalnya pakaian jadi), tetapi juga
perusahaan-peruahaan yang menghasilkan barang-barang pendukung
(komplementer) seperti benang, pewarna, dan kain serta input lainnya
seperti perusahaan-perusahaan yang membuat mesin-mesin pembuat
pakaian jadi.
Pengelompokan mendorong kegiatan-kegiatan inovasi di
perusahaan-perusahaan di dalam klaster, karena transfer teknologi antar
perusahaan lebih mudah di dalam sebuah klaster dibandingkan perusahaan
yang lokasinya berbeda. Namun, pengelompokan saja tidak cukup sebagai
pemacu inovasi. Perusahaan-perusahaan yang inovatif di dalam kelompok
industri yang sama dan memiliki potensi besar limpahan terkait dengan
akumulasi stok pengetahuan yang besar harus ada si dalam klaster.
Sebaliknya, tidak akan terjadi inovasi apabila adanya kehadiran yang kuat
dari perusahaan-perusahaan non inovatif di kelompok industri yang sama di
klaster tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Tambunan, T.T.H. (2021). UMKM di Indonesia: perkembangan, kendala, dan
tantangan. Jakarta: Prenada.

Anda mungkin juga menyukai