PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kesalahan pengukuran.
2. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan.
2
3. Analisis dan asumsi yang keliru.
Sedangkan kesalahan lainnya yang umum terjadi dalam pengukuran
antropometri antara lain:
1. Random Error
Random error membatasi ketelitian atau beberapa pengukuran ulang
yang memberikan nilai yang tidak sama. Random error disebabkan oleh
3
perbedaan pengukuran dan proses pencatatan. Contoh: kesalahan
pengukuran pada pengukuran tebal lipatan kulit dapat menyebabkan
perbedaan durasi dan tingkat penekanan calipers selama pengukuran.
Cara mengatasi random error adalah dengan mengadakan pelatihan petugas
pengukur untuk menggunakan tehnik-tehnik standar dan ketelitian,
ketepatan, dan mengkalibrasi peralatan. Selanjutnya, ketelitian (dan
keakuratan) dari masing-masing tehnik pengukuran sebaiknya ditetapkan
sebagai prioritas untuk meningkatkan ketelitian pengulangan untuk masing-
masing individu.
2. Systematic Error atau Bias
Systematic error berpengaruh pada akurasi atau tingkat penyimpangan
pengukuran dari nilai yang sebenarnya. Biasanya systematic
error disebabkan oleh bias alat. Contohnya bukti perbedaan pada
pengukuran skinfold menunjukkan bahwa pada orang yang sama dengan
menggunakan alat yang berbeda mungkin menyebabkan timbulnya
perbedaan penekanan dari kuatnya tekanan dan luas area dari masing-
masing kaliper.
Untuk mengatasi systematic error adalah dengan memilih desain yang
sesuai dan berhati-hati dalam memilih peralatan dan metode yang
digunakan.
4
3. Pelatihan dan refreshing petugas.
Pelatihan petugas harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, baik
ditinjau dari segi waktu maupun materi pelatihan. Materi pelatihan
sebaiknya menekankan pada ketelitian pembacaan dan pencatatan
hasil. Mengingat petugas akan melakukan pengukuran, maka dalam
pelatihan harus dilakukan praktek terpimpin oleh petugas profesional
dalam bidangnya. Apabila memungkinkan dilaksanakan pelatihan
secara periodik.
4. Kalibrasi alat ukur secara berkala.
Alat timbang dan alat lainnya harus selalu ditera dalam kurun waktu
tertentu. Apabila ada alat yang rusak, sebaiknya tidak digunakan lagi.
5. Pengukuran silang antar pengamat.
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk mendapatkan presisi dan akurasi
yang baik.
6. Perekaman hasil langsung setelah pengukuran lalu hasilnya diteliti
oleh orang kedua.
Akurasi (Ketepatan)
Nilai akurasi menunjukan kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya yang
telah ditentukan oleh metode standar.
Salah satu cara penilaian Akurasi yaitu dengan studi "Recovery" yaitu
dengan melakukan pemeriksaan bahan sampel yang telah ditambah analit
murni, kemudian hasil dihitung terhadap hasil yang diharapkan:
Akurasi metode yang lebih baik adalah yang memberikan nilai R yang
mendekati 100%.
5
Kesalahanyang berubungan dengan Akurasi yaitu Kesalahan Sistematik.
Kesalahan sistematik dapat disebabkan oleh standar, kalibrasi, atau
instrument yang tidak baik.
Presisi
Nilai presisi menunjukan seberapa dekat suatu hasil pemeriksaan bila
dilakukan berulang dengan sampel yang sama. Presisi biasanya dinyatakan
dalam nilai koefesien variasi(%KV atau % CV)
SD = Standar deviasi
Suatu metode yang baik adalah yang memiliki presisi dan akurasi yang baik.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. “Akurasi dan Presisi”. Diakses Pada tanggal 01 November 2018.
Dari, http://analiskesehatan-indonesia.blogspot.com/2011/01/akurasi-dan-
presisi.html