Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran adalah pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan
dengam menggunakan peralatan dalam suatu lokasi dengan beberapa
keterbatasan yang tertentu.
Presisi adalah kemampuan untuk mengukur subyek yang sama secara
berulang-ulang dengan kesalahan yang minimal. Akurasi adalah kemampuan
untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yng
sesungguhnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan presisi dan akurasi ?
2. Apa saja kesalahan-kesalahan dalam pengukuran ?
3. Bagaimana penilaian presisi dan akurasi ?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian presisi dan akurasi.
2. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan dalam pengukuran.
3. Untuk mengetahui penilaian presisi dan akurasi.

1.4 Manfaat penulisan


Sebagai bahan informasi dan masukan untuk meningkatkan pengetahuan
pada pembaca tentang pengukuran.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Presisi dan Akurasi

Presisi adalah derajat kedekatan kesamaan pengukuran antara satu


dengan lainnya. Jika hasil pengukuran saling berdekatan (mengumpul) maka
dikatakan mempunyai presisi tinggi dan sebaliknya jika hasil pengukuran
menyebar maka dikatakan mempunyai presisi rendah. Presisi diindikasikan
dengan penyebaran distribusi probabilitas. Distribusi yang sempit mempunyai
presisi tinggi dan sebaliknya. Ukuran presisi yang sering digunakan adalah
standar deviasi ( σ). Presisi tinggi nilai standar deviasinya kecil dan
sebaliknya.

Akurasi adalah derajat kedekatan pengukuran terhadap nilai sebenarnya.


Akurasi mencakup tidak hanya kesalahan acak, tetapi juga bias yang
disebabkan oleh kesalahan sistematik yang tidak terkoreksi. Jika tidak ada bias
kesalahan sistematik maka standar deviasi dapat dipakai untuk menyatakan
akurasi.

2.2 Kesalahan Dalam Pengukuran

Kesalahan dalam pengukuran adalah perbedaan antara nilai sebenarnya


dari suatu pekerjaan pengukuran yang dilakukan oleh seseorang pengamat.
Dalam pengukuran besar fisis menggunakan alat ukur atau instrument tidak
akan mungkin didapat suatu nilai yang benar tepat, namun selalu mempunyai
ketidakpastian yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dalam pengukuran.
Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi. Ada 3 penyebab utama
kesalahan yang signifikan yaitu:

1. Kesalahan pengukuran.
2. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan.

2
3. Analisis dan asumsi yang keliru.
Sedangkan kesalahan lainnya yang umum terjadi dalam pengukuran
antropometri antara lain:

1. Kesalahan saat pengukuran tinggi badan


Pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan
posisi orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung, pinggul, dan
tumit harus menempel di dinding. Sikapnya harus dalam posisi siap
sempurna. Disamping itu pula kesalahan juga terjadi apabila petugas tidak
memperhatikan situasi pada saat anak diukur. Contohnya adalah anak
menggunakan sandal atau sepatu.

2. Kesalahan saat penimbangan berat badan


Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol, dacin
belum dalam keadaan seimbang dan dacin tidak berdiri tegak lurus.

3. Kesalahan pada peralatan


Peralatan yang digunakan untuk mengukur berat badan adalah dacin dengan
kapasitas 20-25 kg dan ketelitian 0,1 kg. Untuk mengukur panjang badan,
alat pengukur panjang badan berkapasitas 110 cm dengan skala 0,1 cm.
Tinggi badan dapat diukur dengan mikrotoa berkapasitas 200 cm dengan
ketelitian 0,1 cm. Lingkar lengan atas dapat diukur dengan pita LLA yang
berkapasitas 33 cm dengan skala 0,1 cm.

4. Kesalahan yang disebabkan oleh tenaga pengukur


Kesalahan ini dapat terjadi karena petugas pengumpul data kurang hati-hati
atau belum mendapat pelatihan yang memadai. Kesalahan-kesalahan yang
terjadi pada saat pengukuran sering disebut Measurement Error.

Random dan systematic error juga terjadi pada pengukuran antropometri gizi.

1. Random Error
Random error membatasi ketelitian atau beberapa pengukuran ulang
yang memberikan nilai yang tidak sama. Random error disebabkan oleh

3
perbedaan pengukuran dan proses pencatatan. Contoh: kesalahan
pengukuran pada pengukuran tebal lipatan kulit dapat menyebabkan
perbedaan durasi dan tingkat penekanan calipers selama pengukuran.
Cara mengatasi random error adalah dengan mengadakan pelatihan petugas
pengukur untuk menggunakan tehnik-tehnik standar dan ketelitian,
ketepatan, dan mengkalibrasi peralatan. Selanjutnya, ketelitian (dan
keakuratan) dari masing-masing tehnik pengukuran sebaiknya ditetapkan
sebagai prioritas untuk meningkatkan ketelitian pengulangan untuk masing-
masing individu.

2. Systematic Error atau Bias
Systematic error berpengaruh pada akurasi atau tingkat penyimpangan
pengukuran dari nilai yang sebenarnya. Biasanya systematic
error disebabkan oleh bias alat. Contohnya bukti perbedaan pada
pengukuran skinfold menunjukkan bahwa pada orang yang sama dengan
menggunakan alat yang berbeda mungkin menyebabkan timbulnya
perbedaan penekanan dari kuatnya tekanan dan luas area dari masing-
masing kaliper.
Untuk mengatasi systematic error adalah dengan memilih desain yang
sesuai dan berhati-hati dalam memilih peralatan dan metode yang
digunakan.

 Cara Mengatasi kesalahan pengukuran


Secara garis besar usaha untuk mengatasi kesalahan pengukuran, baik
dalam mengukur sebab dan akibat serta dampak dari suatu tindakan dapat
dikelompokan sebagai berikut :
1. Memilih ukuran yang sesuai dengan apa yang ingin diukur.
Misalnya mengukur tinggi badan menggunakan mikrotoa, dan tidak
menggunakan alat ukur lain yang bukan diperuntukkan untuk
mengukur tinggi badan.
2. Membuat prosedur baku pengukuran yang harus ditaati oleh seluruh
pengumpul data. Petugas pengumpul data harus mengerti tehnik,
urutan dan langkah-langkah dalam pengumpulan data.

4
3. Pelatihan dan refreshing petugas.
Pelatihan petugas harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, baik
ditinjau dari segi waktu maupun materi pelatihan. Materi pelatihan
sebaiknya menekankan pada ketelitian pembacaan dan pencatatan
hasil. Mengingat petugas akan melakukan pengukuran, maka dalam
pelatihan harus dilakukan praktek terpimpin oleh petugas profesional
dalam bidangnya. Apabila memungkinkan dilaksanakan pelatihan
secara periodik.
4. Kalibrasi alat ukur secara berkala.
Alat timbang dan alat lainnya harus selalu ditera dalam kurun waktu
tertentu. Apabila ada alat yang rusak, sebaiknya tidak digunakan lagi.
5. Pengukuran silang antar pengamat.
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk mendapatkan presisi dan akurasi
yang baik.
6. Perekaman hasil langsung setelah pengukuran lalu hasilnya diteliti
oleh orang kedua.

2.3 Penilaian Presisi dan Akurasi

 Akurasi (Ketepatan)
Nilai akurasi menunjukan kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya yang
telah ditentukan oleh metode standar.
Salah satu cara penilaian Akurasi yaitu dengan studi "Recovery" yaitu
dengan melakukan pemeriksaan bahan sampel yang telah ditambah analit
murni, kemudian hasil dihitung terhadap hasil yang diharapkan:

Akurasi metode yang lebih baik adalah yang memberikan nilai R yang
mendekati 100%.

5
Kesalahanyang berubungan dengan Akurasi yaitu Kesalahan Sistematik.
Kesalahan sistematik dapat disebabkan oleh standar, kalibrasi, atau
instrument yang tidak baik.

 Presisi
Nilai presisi menunjukan seberapa dekat suatu hasil pemeriksaan bila
dilakukan berulang dengan sampel yang sama. Presisi biasanya dinyatakan
dalam nilai koefesien variasi(%KV atau % CV)

SD = Standar deviasi

Xbar=Rata-rata hasil pemeriksaan

Semakin kecil nilai KV(%) semakin teliti sistem/metode tersebut dan


sebaliknya
Kesalahan yang berhungan dengan nilai presisi adalah kesalahan Acak
(Random error)
Kesalahan acak mungkin disebabkan ketidak stabilan, misalnya pada
penagas,reagen,pipet,dll.

Suatu metode yang baik adalah yang memiliki presisi dan akurasi yang baik.

Gambaran Akurasi dan Presisi

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Presisi adalah kemampuan untuk mengukur subyek yang sama secara


berulang-ulang dengan kesalahan yang minimal.
 Akurasi adalah kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat
mungkin dengan hasil yang sesungguhnya.
 Kesalahan dalam pengukuran secara umum terdiri dari kesalahan saat
pengukuran tinggi badan, kesalahan penimbangan berat badan, kesalahan
pada peralatan, kesalahan oleh tenaga pengukur.

3.2 Saran

Demikianlah makalah yang berjudul “Memahami Interpretasi Hasil


Pengukuran “ ini kami buat berdasarkan sumber-sumber yang ada. Kami juga
menyadari masih ada banyak kekurangan didalam penulisan makalah ini.
Sehingga perlulah bagi kami, dari para pembaca untuk memberikan kritik dan
saran.

7
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Teazind.2009. “Pengukuran Antropometri Berat Badan”. Diakses pada


tanggal 31 Oktober 2018. Dari,
https://teazindrahayu.wordpress.com/2009/12/12/pengukuran-antropometri-berat-
badan/

Anonim. 2011. “Akurasi dan Presisi”. Diakses Pada tanggal 01 November 2018.
Dari, http://analiskesehatan-indonesia.blogspot.com/2011/01/akurasi-dan-
presisi.html

Anda mungkin juga menyukai