Anda di halaman 1dari 26

Bab 1 Pengukuran dan Kesalahan

A. Ketelitian
Ketelitian (presisi) adalah kesesuaian diantara beberapa data pengukuran yang
sama yang dilakukan secara berulang. Tinggi rendahnya tingkat ketelitian hasil suatu
pengukuran dapat dilihat dari harga deviasi hasil pengukuran.
B. Ketepatan
ketepatan (akurasi) adalah kesamaan atau kedekatan suatu hasil pengukuran
dengan angka atau data yangsebenarnya (true value / correct result)
C. Sensitifitas
sensitivitas adalah ukuran keakuratan tes yaitu seberapa besar kemungkinan tes
untuk mendeteksi positif orang-orang yang memiliki penyakit atau kondisi. Kontras
dengan spesifisitas. !ebuah tes dengan sensitivitasyang tinggi akan hampir selalu
positif bagi orang yang memiliki kondisi itu (tes memiliki hasil negatif palsuyang
rendah). !ensitivitas juga dikenal sebagai tingkat benar positif. Kontras dengan
spesifisitas.
D. Resolusi
Resolusi adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan jumlah titik atau pi$el
yang digunakan untuk menampilkan suatu gambar. Resolusi yang semakin tinggi
berarti semakin banyak pi$el yang digunakanuntuk menyusun suatu gambar&
sehingga gambar dapat menjadi lebih jelas dan tajam
E. Kesalahan
Kesalahan adalah selisih antara nilai duga (predicted value) dengan nilai
pengamatan yang sebenarnya apabiladata yang digunakan adalah data populasi.
Persamaan keduanya merupakan selisih antara nilai duga (predicted value) dengan
pengamatan sebenarnya
F. Harga
Angka dapat diperoleh dari mengukur dan membilang. Untuk mengetahui luas tanah
perkebunan misalnya, maka harus dilakukan pengukuran. Sedangkan untuk
mengetahui jumlah pohon yang tertanam di kebun maka diperoleh dengan cara
membilang. Angka yang diperoleh dari hasil megukur disebut angka penting (berarti).
Sedangkan angka hasil membilang disebut angka eksak (pasti).
1. Angka Berarti dan Contoh
Angka penting terdiri dari angka pasti dan angka yang diragukan (angka
taksiran). Angka taksiran pada angka penting (angka hasil pengukuran)
terletak digit terakhir. Misalkan hasil pengukuran tebal buku menggunakan
jangka sorong adalah 1,25 cm. Angka 1 dan 2 adalah angka pasti, sedangkan
angka 5 adalah taksiran.
Gambar dibawah ini menunjukkan pengukuran sebuah benda dengan
menggunakan mistar. Hasil pengukuran panjang benda tersebut pasti lebih
dari 1,6 cm. Jika skala tersebut kita perhatikan lebih cermat, ujung logam
berada kira-kira di tengah-tengah antara skala 1,6 cm dan 1,7 cm. Kalau kita
mengikuti aturan penulisan hasil pengukuran hingga setengah skala terkecil,
panjang logam dapat dituliskan 1,65 cm.

Angka terakhir (angka 5) merupakan angka taksiran, karena terbacanya


angka tersebut hanyalah dari hasil menaksir atau memperkirakan saja.
Sedangkan angka 1 dan 6 (pada 1,6 cm) merupakan angka pasti. Berarti
hasil pengukuran 1,65 cm terdiri dari dua angka pasti, yaitu angka 1 dan 6,
dan satu angka taksiran yaitu angka 5. Angka-angka hasil pengukuran yang
terdiri dari satu atau lebih angka pasti dan satu angka taksiran disebut angka
penting.
2. Angka Pasti
Angka pasti adalah angka yang diberikan oleh alat ukursesuai dengan
ketelitiannya. Angka tak pasti dalam ilmu pengukuran disebut error atau
uncertainty adalah ketidakpastian karena keterbatasan alat ukur. Tidak ada
dan tidak mungkin ada di dunia alat ukur yang tidak memiliki keterbatasan.
Oleh karena itu, setipa pengukuran harus menghasilkan angka
ketidakpastian. Derajat ketidakpastian terdapat jumlah digit yang kita pakai
dalam penulisan hasil pengukuran.
G. Referensi
Ivany Sarief, S. T. (2022). BUKU AJAR DASAR-DASAR TEKNIK PENGUKURAN
BESARAN LISTRIK: Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Kaizen Media
Publishing.
Pratama, S. B. (2022). SISTEM MONITORING PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
SURYA (PLTS) BERBASIS INTERNET OF THINGS.
Puriyanto, R. D., & Rosyady, P. A. (2021). Dasar-Dasar Pengukuran Besaran Listrik.
UAD PRESS.
Rizal, M. (2020). Pengukuran Teknik Dasar dan Aplikasi. Syiah Kuala University
Press.
Bab 2 Kesalahan Dalam Pengukuran

A. Kesalahan Umum
Kesalahan ini kebanyakan disebabkan oleh kesalahan manusia. Diantaranya adalah
kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat dan pemakaian
instrumen yang tidak sesuai dan kesalahan penaksiran. Kesalahan ukur juga dapat
terjadi karena keteledoran atau kebiasaan- kebiasaan yang buruk, seperti
pembacaan yang tidak teliti, pencatatan yang berbeda dari pembacaannya. Agar
mendapatkan hasil yang optimal, maka diperlukan pembacaan lebih dari satu kali.
Bisa dilakukan tiga kali, kemudian dirata-rata. Jika mungkin dengan pengamat yang
berbeda. Kesalahan ukur juga dapat disebabkan penggunaan voltmeter yang tidak
tepat sehingga menimbulkan efek pembebanan terhadap rangkaian yang
menimbulkan kesalahan ukur yang signifikan. Kesalahan ini tidak dapat dihindari,
tetapi harus dicegah dan perlu perbaikkan.
Kesalahan Ukur akibat Efek Pembebanan Voltmeter
Contoh: Sebuah voltmeter dengan kepekan 1000 Ω/Volt membaca 100 volt pada
skala 150 volt bila dihubungkan di antara ujung-ujung sebuah tahanan yang
besarnya tidak diketahui. Tahanan ini dihubungkan secara seri dengan sebuah
miliamperemter. Jika miliampermeter tersebut membaca 5 mA, tentukan (1) tahanan
yang terbaca, (2) nilai tahanan aktual dari tahanan yang diukur, (3) kesalahan karena
efek pembebanan voltmeter.
B. Kesalahan Sistematis
Kesalahan ini disebabkan oleh kekurangan-kekurangan pada instrumen sendiri.
Seperti kerusakan atau adanya bagian-bagian yang aus dan pengaruh lingkungan
terhadap peralatan atau pemakai. Kesalahan ini merupakan kesalahan yang tidak
dapat dihindari dari instrumen, karena struktur mekanisnya. Contoh: gesekan
beberapa komponen yang bergerak terhadap bantalan dapat menimbulkan
pembacaan yang tidak tepat.
Tarikan pegas yang tidak teratur, perpendekan pegas, berkurangnya tarikan karena
penanganan yang tidak tepat atau pembebanan instrumen yang berlebihan. Ini
semua akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan. Selain dari beberapa hal yang
sudah disinggung di atas masih ada lagi yaitu kesalahan kalibrasi yang bisa
mengakibatkan pembacaan instrumen terlalu tinggi atau terlalu rendah dari yang
seharusnya. Cara yang paling tepat untuk mengetahui instrumen tersebut
mempunyai kesalahan atau tidak yaitu dengan membandingkan dengan instrumen
lain yang memiliki karakteristik yang sama atau terhadap instrumen lain yang
akurasinya lebih tinggi.
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut dengan cara : (1) memilih
instrumen yang tepat untuk pemakaian tertentu; (2) menggunakan faktor-faktor
koreksi setelah mengetahui banyaknya kesalahan; (3) mengkalibrasi instrumen
tersebut terhadap instrumen standar. Pada kesalahan-kesalahan yang disebabkan
lingkungan, seperti : efek perubahan temperatur, kelembaban, tahanan udara
luar,medan-medan maknetik, dan sebagainya dapat dihindari dengan membuat
pengkondisian udara (AC), penyegelan komponen-komponen instrumen tertentu
dengan rapat, pemakaian pelindung maknetik.
C. Kesalahan Acak
Kesalahan acak yang tak disengaja (random errors) diakibatkan oleh penyebab yang
tidak dapat langsung diketahui. Antara lain sebab perubahan-perubahan parameter
atau sistem pengukuran terjadi secara acak. Pada pengukuran yang sudah
direncanakan kesalahan – kesalahan ini biasanya hanya kecil. Tetapi untuk
pekerjaan – pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi akan berpengaruh.
Misalkan suatu tegangan diukur dengan voltmeter dibaca setiap jam, walaupun
instrumen yang digunakan sudah dikalibrasi dan kondisi lingkungan sudah diset
sedemikian rupa, tetapi hasil pembacaan akan terjadi perbedaan selama periode
pengamatan. Untuk mengatasi kesalahan ini dengan menambah jumlah pembacaan
dan menggunakan cara-cara statistik untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Alat ukur listrik sebelum digunakan untuk mengukur perlu diperhatikan
penempatannya. Ini penting karena posisi pada bagian yang bergerak yang
menunjukkan besarannya akan dipengaruhi oleh titik berat bagian yang bergerak
dari suatu alat ukur tersebut. Oleh karena itu letak penggunaan alat ukur perlu
diperhatikan dengan seksama.
D. Analisis Statistik
1. Deviasi rata-rata
Simpangan rata-rata (deviasi mean) adalah rata-rata jarak antara nilai-nilai
data menuju rata-ratanya. Simpangan rata-rata termasuk ke dalam ukuran
penyebaran data seperti halnya varian dan standar deviasi. Kegunaannya
adalah untuk mengetahui seberapa jauh nilai data menyimpang dari rata-
ratanya.
Simpangan rata-rata (SR) didefinisikan oleh
dimana n adalah nanyaknya data, tanda ∣⋯∣∣⋯∣ menyatakan nilai mutlak
(misal ∣−1∣=1∣−1∣=1),  xi adalah nilai data ke-i dan x adalah rata-rata.
E. Referensi
Adiwiranto, M. N., & Waluyo, C. B. (2021). Prototipe Sistem Monitoring Konsumsi
Energi Listrik Serta Estimasi Biaya Pada Peralatan Rumah Tangga Berbasis
Internet Of Things. ELECTRON Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 2(2), 69-78.
Asmono, D. (2019). Dampak Kesalahan Pengawatan Pada Pengukuran Energi
Listrik Tidak Langsung. Jurnal TEDC, 8(1), 7-13.
Lukman, F. S., & Mubarak, H. (2022). ANALISIS ERROR KWH METER TIGA FASE
TERHADAP KESALAHAN PENGAWATAN PADA PENGUKURAN TIDAK
LANGSUNG. Prosiding Konferensi Nasional Social & Engineering Polmed
(KONSEP), 3(1), 839-848.
Wahyuni, S., & Mukhaiyar, R. (2022). Evaluasi Diagnostik pada Mata Kuliah
Praktikum Pengukuran Listrik Teknik Elektro Universitas Negeri
Padang. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 3(2), 14-17.
Bab 3 Sistem Satuan Dalam Pengukuran

A. Satuan Dasar Listrik


 Satuan Ampere
Arus listrik yang mengalir pada sebuah alat elektronik dinyatakan dengan
satuan Ampere. Contoh alat listrik yang memakai satuan ampere adalah
MCB, Stop kontak, dan sebagainya. Satuan Ampere ini menyatakan berapa
besar arus listrik yang dapat dialirkan pada sebuah alat elektronik. Contoh
sebuah setrika listrik membutuhkan daya 220 watt / 1 Ampere. Dengan
mengetahui berapa jumlah ampere pada alat elektronik, maka dapat
diketahui berapa besar arus yang dibutuhkan untuk menyalakan alat tersebut.
 Satuan Watt
Watt merupakan satuan listrik yang digunakan untuk menyatakan besaran
daya atau kekuatan dari aneka perabotan yang menggunakan energi listrik.
Penemu satuan listrik ini adalah seorang ilmuwan terkenal yang hidup di
Skotlandia bernama James Watt. Umumnya satuan Watt ditemukan pada alat
elektronik rumah tangga seperti Televisi, Radio, Setrika, lampu dan masih
banyak lagi. Satuan watt ini menunjukkan berapa besar daya listrik yang
dibutuhkan oleh alat elektronik agar bisa menyala. Umumnya pada alat
elektronik akan tercantum keterangan 1000 watt, 500 watt dan sebagainya.
Hal ini mengacu pada ukuran daya listrik yang dapat ditanggung oleh alat
tersebut.
Dengan demikian akan terhindar dari kurang daya atau kelebihan daya.
 Satuan Volt
Besarnya tegangan listrik yang dihasilkan dari berbagai sumber listrik
dinyatakan dengan satuan Volt atau Voltage. Ukuran tegangan listrik ini
umumnya ditemui pada berbagai alat kelistrikan atau mesin pembangkit listrik
contohnya genset 220 Volt. Artinya genset tersebut dapat menghasilkan
tegangan listrik hingga 220 Volt.
 Satuan Ohm
Satuan Ohm digunakan untuk menyatakan besarnya resistansi atau
hambatan yang dialami sebuah penghantar listrik.Hal ini terdapat pada
semua peralatan elektronik, dengan jumlah yang berbeda-beda. Semakin
besar hambatan listrik atau Ohm yang dimiliki alat tersebut, maka arus listrik
yang dibutuhkan semakin besar. Besarnya hambatan listrik ini dipengaruhi
beberapa hal diantaranya adalah suhu.
B. Satuan Turunan
1. Muatan Listrik
Muatan listrik termasuk ke dalam besaran turunan. Muatan listrik adalah
besaran turunan yang memiliki satuan Coulomb. Besaran turunan muatan
bisa dihitung dengan cara pengukuran tidak langsung dan rumusan dari
besaran muatan adalah I = Q/t. Besaran turunan bisa kamu temukan pada
ilmu pengetahuan fisika.
2. Tegangan Listrik
Tegangan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang biasanya
digunakan untuk menghitung perbedaan tegangan listrik. Satuan turunan dari
tegangan ini sering sekali kita gunakan pada bidang kelistrikan, yaitu Volt (V).
Sementara itu, rumus dari tegangan listrik adalah V = I . R.
3. Hambatan Listrik
Hambatan listrik merupakan besaran turunan yang sangat berkaitan dengan
kelistrikan. Satuan dari besaran hambatan listrik adalah satuan ohm. Besaran
turunan hambatan listrik mempunyai rumus, yaitu R = V / I.
C. Sistem Satuan Internasional (SI)
Ukuran standar dalam pengukuran sangat penting, karena sebagai acuan dalam
penerapan alat ukur yang diakui oleh komunitas internasional. Ada enam barometer
yang berhubungan dengan kelistrikan yang dijadikan sebagai standar, yaitu Standar
Amper, Resistensi, Tegangan, Kapasitansi, Induktansi, Kemagnetan dan
Temperature.

Standar Amper
Menurut ketentuan Standar Internasional (SI) adalah arus konstan yang dialirkan
pada dua konduktor didalam ruang hampa udara dengan jarak meter, diantara kedua
penghantar menimbulkan gaya = 2 x 10-7 newton/m panjang.

Standar Resistensi
Menurut ketentuan SI adalah kawat alloy mangan resistensi 1 Ohm yang memiliki
tahanan listrik tinggi dan koefisiensi temperatur rendah, ditempatkan dalam tabung
terisolasi yang menjaga dari perubahan temperatur atmospher.

Standar Tegangan
Ketentuan SI adalah tabung gelas Weston mirip huruf H memiliki dua elektrode,
tabung elektrode positif berisi elektrolit mercury dan tabung elektrode negatif diisi
elektrolit cadmium, ditempatkan dalam suhu ruang. Tegangan elektrode Weston
pada suhu 200 derajat Celcius sebesar 1.018585 V.

Standar Kapasitansi
Menurut ketentuan SI, diturunkan dari standar resisteni SI dan standar tegangan SI,
dengan menggunakan sistem jembatan Maxwell, diketahui resistensi dan frekuensi
secara teliti akan diperoleh kapasitansi (Farad).

Standar Induktansi
Menurut ketentuan SI, diukur dari standar resistensi dan standar kapasitansi, dengan
metode geometris, standar idikator akan diperoleh.

Standar Temperatur
Menurut ketentuan SI, diukur dengan derajat Kelvin besaran derajat Kelvin
didasarkan pada tiga titik acuan air, yaitu saat kondisi menjadi es, menjadi air dan
saat mendidih. Air menjadi es sama dengan 0 derajat Celcius = 273,160 derajat, air
mendidih 100 derajat Celcius.
D. Konfersi Satuan
Konversi muatan listrik

Konversi beda potensial


E. Referensi
Asmono, D. (2019). Pengukuran energi listrik tidak langsung menggunakan KWH
meter dan kvarh meter. Jurnal TEDC, 8(3), 198-204.
Jading, A., & Paga, B. O. (2020). Buku Ajar Pengukuran Dan Instrumentasi.
Deepublish.
Maulana, A., Suhartono, E., & Yunita, T. (2019). Sistem Pengukuran Energi Listrik
Pada Smart Energy Meter Untuk Aplikasi Smart House Yang Menggunakan
Rooftop Photovoltaic. eProceedings of Engineering, 6(1).
Ramlan, R., & Eliza, F. (2022). Pengembangan Jobsheet Alat Ukur dan Pengukuran
Listrik berbasis Virtual Laboratory di Universitas Negeri Padang. Jurnal
Pendidikan Teknik Elektro, 3(1), 30-33.

Bab 4 Standart Pengukuran


A. Standar Internasional (SI)
Ukuran standar dalam pengukuran sangat penting, karena sebagai acuan dalam
penerapan alat ukur yang diakui oleh komunitas internasional. Ada enam barometer
yang berhubungan dengan kelistrikan yang dijadikan sebagai standar, yaitu Standar
Amper, Resistensi, Tegangan, Kapasitansi, Induktansi, Kemagnetan dan
Temperature.

Standar Amper
Menurut ketentuan Standar Internasional (SI) adalah arus konstan yang dialirkan
pada dua konduktor didalam ruang hampa udara dengan jarak meter, diantara kedua
penghantar menimbulkan gaya = 2 x 10-7 newton/m panjang.

Standar Resistensi
Menurut ketentuan SI adalah kawat alloy mangan resistensi 1 Ohm yang memiliki
tahanan listrik tinggi dan koefisiensi temperatur rendah, ditempatkan dalam tabung
terisolasi yang menjaga dari perubahan temperatur atmospher.

Standar Tegangan
Ketentuan SI adalah tabung gelas Weston mirip huruf H memiliki dua elektrode,
tabung elektrode positif berisi elektrolit mercury dan tabung elektrode negatif diisi
elektrolit cadmium, ditempatkan dalam suhu ruang. Tegangan elektrode Weston
pada suhu 200 derajat Celcius sebesar 1.018585 V.

Standar Kapasitansi
Menurut ketentuan SI, diturunkan dari standar resisteni SI dan standar tegangan SI,
dengan menggunakan sistem jembatan Maxwell, diketahui resistensi dan frekuensi
secara teliti akan diperoleh kapasitansi (Farad).

Standar Induktansi
Menurut ketentuan SI, diukur dari standar resistensi dan standar kapasitansi, dengan
metode geometris, standar idikator akan diperoleh.

Standar Temperatur
Menurut ketentuan SI, diukur dengan derajat Kelvin besaran derajat Kelvin
didasarkan pada tiga titik acuan air, yaitu saat kondisi menjadi es, menjadi air dan
saat mendidih. Air menjadi es sama dengan 0 derajat Celcius = 273,160 derajat, air
mendidih 100 derajat Celcius.

B. Primer
Standar-standar ini :
 Dipelihara oleh laboratorium-laboratorium stadar nasional di berbagai Negara
di dunia, misalnya Physikalische-Technische Reichsanstalt ( PTR ) di Jerman,
National Bureau of Standards ( NBS ) di Washington, The National Physical
Laboratory ( NPL ) di Inggris.
 Mewakili satuan-satuan dasar, dan sebagian dari satuan mekanik dan satuan
listrik yang diturunkan.
 Dikalibrasi tersendiri berdasarkan pengukuran-pengukuran absolut di
laboratorium nasional dan hasilnya dibandingkan satu sama lain .
 Tidak tersedia untuk digunakan di luar laboratorium nasional.
 Digunakan untuk memeriksa dan mengkalibrasi standar-standar sekunder.
C. Sekunder
Standar-Standar Sekunder ( Secondary Standards )
Standar-standar ini :
 Merupakan acuan dasar bagi standar-standar yang digunakan dalam
pengukuran di laboratorium industry
 Dipelihara oleh industri khusus yang berkaitan dan diperiksa terhadap
standar acuan lain didaerah tersebut, dan tanggung jawab pemeliharan dan
kalibrasi dilakukan oleh industri itu sendiri.
 Dikalibrasi secara berkala di laboratorium-laboratorium nasional dan
membandingkan terhadap standar primer dan setelah dikalibrasi diberikan
sertifikat.

D. Kerja
Standar-standar ini :
 Merupakan alat utama bagi laboratorium pengukuran.
 Digunakan untuk memeriksa dan mengkalibrasi instrumen-instrumen
laboratorium yang umum, biasanya mengenai ketelitian dan prestasi atau
untuk melakukan perbandingan dalam pemakaian di industri. Dalam
pengukuran listrik dan elektronik, kita berhubungan dengan standar
pengukuran listrik dan maknetik. Dapat dilihat bahwa satuan listrik dapat
ditelusuri kembali ke satuan panjang, massa dan waktu.
E. Referensi
Hindayani, A., & Hamim, N. (2022). Akurasi dan Presisi Metode Sekunder
Pengukuran Konduktivitas Menggunakan Sel Jones Tipe E untuk
Pemantauan Kualitas Air Minum. Indonesian Journal of Chemical Analysis
(IJCA), 5(1), 41-51.
Sofyan, S., Thaha, S., & Ginting, F. (2020, December). Analisis Pengukuran
Harmonisa Tegangan Dan Arus Listrik Pada Pt. Eastern Pearl Flour Mills
Makassar. In Prosiding Seminar Nasional NCIET (Vol. 1, No. 1, pp. 500-
508).
Wahyuni, S., & Mukhaiyar, R. (2022). Evaluasi Diagnostik pada Mata Kuliah
Praktikum Pengukuran Listrik Teknik Elektro Universitas Negeri
Padang. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 3(2), 14-17.
Bab 5 Kalibrasi Instrumen

A. Kalibrasi Ampere Meter, Volt Meter (gambar + penjelasan)


Rangkaian untuk kalibrasi amperemeter ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Resistansi standar dihubungkan secara seri dengan amperemeter yang akan


dikalibrasi. Potensiometer digunakan untuk mengukur tegangan pada resistor
standar. Rumus yang disebutkan di bawah ini menentukan arus yang melalui
resistansi standar.

Di mana,
Vs - tegangan melintasi resistor standar seperti yang ditunjukkan oleh potensiometer.
S - resistansi resistor standar

Metode kalibrasi amperemeter ini sangat akurat karena dalam metode ini nilai
resistansi standar dan tegangan yang melintasi potensiometer diketahui secara pasti
oleh instrumen.

Rangkaian untuk kalibrasi voltmeter ditunjukkan pada gambar di bawah ini.


Rangkaian ini membutuhkan dua rheostat, satu untuk mengontrol tegangan dan satu
lagi untuk penyesuaian. Kotak rasio tegangan digunakan untuk menurunkan
tegangan ke nilai yang sesuai. Nilai voltmeter yang akurat ditentukan dengan
mengukur nilai tegangan hingga jangkauan maksimum potensiometer yang mungkin.
Potensiometer mengukur nilai tegangan maksimum yang mungkin. Kesalahan
negatif dan positif terjadi pada pembacaan voltmeter jika pembacaan potensiometer
dan voltmeter tidak sama.

B. Kesalahan kalibrasi (contoh)


Kesalahan kalibrasi adalah kesalahan yang diakibatkan oleh tidak tepatnya
pemberian nilai skala ketika sedang membuat atau melakukan kalibrasi
(standarisasi). Dengan kesalahan ini, maka bisa muncul kesalahan dalam membaca
hasil pengukuran, bisa menjadi lebih besar atau lebih kecil daripada yang
seharusnya. Misalnya standarisasi pada bahan benda yang melibatkan bahan kimia,
tentu saja sangat membutuhkan ketelitian banget. Untuk menghindari kesalahan
yang berakibat pada kematian makhluk hidup.
Kapan Alat Ukur harus di Kalibrasi? Alat ukur harus di kalibrasi ketika: Alat
laboratorium berpengaruh pada akurasi atau pengukuran. sehingga menyebabkan
ketidakpastian hasil pengujian.
Karena ketidakpastian pengukuran akan membuat pengukuran gampang meleset.
Dengan adanya alat pendeteksi seperti laboratorium kalibrasi, semua kegiatan yang
dilakukan dengan suatu alat yang telah diuji, akan lebih merasa nyaman dan aman.
Sehingga dengan alasan inilah, adanya suatu alat laboratorium, sangat perlu untuk
dilakukan kalibrasi. Tetapi, bagaimanapun, suatu alat bisa saja melakukan
kesalahan, termasuk alat kalibrasi.
C. Koreksi
Nilai koreksi kalibrasi adalah nilai atau hasil dari kalibrasi yang berbentuk sertifikat.
Seandainya Anda ingin mendapatkan nilai hasil penilaian yang mempunyai tingkat
keandalan yang tinggi, patut mengerti konsep penilaian (pengambilan data) dan
kesalahan yang terjadi dalam penilaian. 
Nilai estimasi hasil penilaian (parameter) didapatkan dari data penilaian dengan
menggunakan teladan matematika yang menyatakan hubungan antara penilaian dan
hasil penilaian yang akan diatur nilainya. Nilai estimasi ini memang tidak bisa secara
tetap hasilnya, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Sebuah faktor kalibrasi yakni suatu konstanta yang menyatak.an parameter suatu
detekto: dikatakan standar (hasil pembacaan survey meter cocok atau mendekati
nilai teori). Setiap koreksi jika ingin mendapatkan nilai yang tepat tentu saja ada
beberapa faktor pendukung yang harus selalu ada.
Pada saat kalibrasi terdapat faktor koreksi sebagai salah satu parameter penting
dalam kalibrasi daya reaktor yang semestinya diukur dan diukur/ditelaah secara
terencana. Beberapa faktor koreksi kalibrasi yang mempengaruhi akuratnya nilai
kalibrasi adalah sebagai berikut:
 Perangkat yang baru.
 Suatu perangkat setiap waktu tertentu.
 Suatu perangkat setiap waktu pengaplikasian tertentu (jam operasi)
 Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi
mengubah kalibrasi.
 Ketika hasil pengamatan dipertanyakan.
D. Referensi
Achmad Bagus, F. (2022). KALIBRASI ALAT UKUR SEDIMEN TERSUSPENSI
BERBASIS TURBIDITY SENSOR.
Arifa, A., & Harjunowibowo, D. (2022). TEKNIK KALIBRASI DAN VALIDASI POWER
LOGGER IOT UNTUK ARUS DC. Penerbit Lakeisha.
Azharul, F. (2021). RANCANG BANGUN ALAT KALIBRASI PENGUKUR SUHU
BERBASIS DIGITAL TEMPERATUR CONTROLLER. TEKNOSAINS: Jurnal
Sains, Teknologi dan Informatika, 8(2), 109-116.
Febbiyana, W., Kurniawan, S., Isnen, M., & Anugrah, S. (2021). Alat test dan kalibrasi
penerapan alat test dan kalibrasi flowmeter solar pada pabrik pemanggangan
anoda PT INALUM. Jurnal Elektronika Listrik dan Teknologi Informasi
Terapan, 2(2), 43-49.
Rizka, H., Abdillah, K., & Ulina, S. (2022). ANALISIS UJI KESELAMATAN LISTRIK
DAN KALIBRASI CENTRIFUGE. Jurnal Mutiara Elektromedik, 6(2), 51-56.
Bab 6 Ampere Meter

A. Penjelasan Hukum Kirchoff


Hukum Kirchoff merupakan aturan mengenai dua elemen yang mempunyai arus
listrik dan mempunyai tegangan yang berbeda dalam suatu rangkaian listrik. Nama
hukum Kirchoff diambil dari nama akhir penemu hukum tersebut yaitu Kirchoff.
Hukum Kirchoff juga mempunyai nama lain yaitu hukum arus Kirchoff yang dikenal
dengan KCL.Rangkaian Dasar.
Hukum Kirchoff membahas tentang rangkaian listrik. Baik itu pada rangkaian tertutup
maupun rangkaian bercabang. Dalam suatu rangkaian listrik terdapat komponen
yang saling berkaitan atau berhubungan satu sama lain. Jika salah satu komponen
tersebut hilang, maka rangkaian tidak bisa digunakan atau dimanfaatkan.
Komponen dalam rangkaian listrik mempunyai nilai atau besaran masing-masing.
Untuk menghitung besaran atau nilai suatu komponen tersebut digunakan hukum
Kirchoff, karena hukum tersebut mempunyai aturan dan rumus yang digunakan
untuk mengatasi masalah atau menghitung arus yang masuk dan keluar dalam suatu
rangkaian listrik.
Hukum Kirchoff 1 dan 2 menjadi hukum dasar rangkaian listrik, karena kedua hukum
tersebut dapat digunakan untuk menganalisis dan menghitung rangkaian listrik yang
rumit. Termasuk rangkaian listrik majemuk. Hukum Kirchoff memang muncul dari
pengembangan hukum sebelumnya.
Hukum yang mendasari adanya aturan Kirchoff ini adalah hukum kekekalan muatan
listrik dan hukum kekekalan energi. Rangkaian listrik terdiri dari tegangan atau beda
potensial, hambatan atau beban dan juga sumber arus listrik. Sehingga untuk
memecahkan masalah dalam rangkaian tersebut dapat menggunakan hukum
Kirchoff.
Dalam suatu rangkaian listrik, terdapat arus listrik, tegangan dan juga hambatan.
Tegangan dikenal juga dengan istilah beda potensial. Sebagai hukum yang
menyatakan hubungan antara tegangan dengan arus listrik, terdapat hukum Kirchoff
tegangan yang menyatakan bahwa dalam lup yang tertutup, jumlah sumber
tegangan jatuh yaitu nol.
Hukum Kirchoff juga berhubungan dengan arus listrik. Sehingga terdapat hukum
Kirchoff arus yang menyatakan bahwa jumlah arus listrik yang menuju dan
meninggalkan percabangan adalah nol. Jika ada dua arus listrik yang meninggalkan
percabangan dan dua arus listrik yang menuju percabangan, maka empat komponen
arus tersebut akan menghasilkan nol jika dijumlahkan.
B. Rangkaian Dasar
Berikut rangkaian pemasangan amperemeter:

C. Rumus
Hukum Kirchoff 1 dan 2 mempunyai rumus atau formula yang berbeda. Untuk rumus
hukum Kirchoff 1 yaitu:
I1 + I2 + I3 + I4 = I5 + I6 + I7 + I8

Sedangkan untuk rumus hukum Kirchoff 2 yaitu:


Vab + Vbc + Vcd + Vde = 0

Atau dapat ditulis secara sederhana dengan rumus:


ƩE + ƩV = 0

Keterangan:
V = Beda potensial atau tegangan dari komponen
E = Sumber arus listrik

Jika rangkaian bercabang, besar arus listrik yang mengalir dengan jumlah arus listrik
yang keluar adalah sama.

E1 = V1 + V2 + V3 + V4
E1 – V1 – V2 – V3 – V4 = 0
E1 – (V1 + V2 + V3 + V4) = 0

Keterangan:
E1 = beda potensial atau tegangan dengan satuan Volt
V1 – V4 = Tegangan yang ada pada resistor

D. Contoh Alat
Ampermeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besaran arus listrik.
Arus listrik merupakan besaran pokok yang satuannya Ampere (A). Posisi
ampermeter dalam rangkaian listrik dipasang secara seri.

E. Kalibrasi
Rangkaian untuk kalibrasi amperemeter ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Resistansi standar dihubungkan secara seri dengan amperemeter yang akan


dikalibrasi. Potensiometer digunakan untuk mengukur tegangan pada resistor
standar. Rumus yang disebutkan di bawah ini menentukan arus yang melalui
resistansi standar.
Di mana,
Vs - tegangan melintasi resistor standar seperti yang ditunjukkan oleh potensiometer.
S - resistansi resistor standar

Metode kalibrasi amperemeter ini sangat akurat karena dalam metode ini nilai
resistansi standar dan tegangan yang melintasi potensiometer diketahui secara pasti
oleh instrumen.
F. Rangkaian Shunt Ayrton
Batas ukur sebuah ampermeter arus searah (dc) masih dapt diperbesar dengan
menggunakan sejumlah tahanan shunt yang dipilih melalui sakelar rangkuman. Alat
ukur seperti ini disebut ampermeter rangkuman ganda. Alat ini ditunjukkan pada
berikut.

Rangkaian ini memiliki empat shunt Ra, Rb, Rc, dan Rd yang dihubungkan paralel
terhadap alat ukur agar menghasilkan empat batas ukur yang berbeda. Saklar S
adalah sebuah sakelar posisi ganda dari jenis menyambung sebelum memutuskan
(make-before break), sehingga alat pencatat tidak akan rusak, oleh karena tidak
terlindungnya rangkaian tanpa sebuah shunt sewaktu pengubahan batas ukur.
Shunt universal atau shunt ayrton dalam gambar diatas mencegah kemungkinan
pemakaian alat ukur tanpa tahanan shunt. Keuntungan yang diperoleh adalah nilai
tahanan total yang sedikit lebih besar. Shunt Ayrton ini memberikan kemungkinan
yang sangat baik untuk menerapkan teori dasar rangkaian listrik dalam sebuah
rangkaian praktis.
G. Referensi
Anugrah, D. (2023). Penerapan Hukum Kirchhoff dan Hukum Ohm pada Metode
Analisis Rangkaian Listrik Menggunakan Simulasi Simulasi Software
Electronics Workbench. JUPITER (JURNAL PENDIDIKAN TEKNIK
ELEKTRO), 8(1), 47-57.
Bakshi, U. A., & Bakshi, L. A. V. (2020). Electrical Measurements. Technical
Publications.
Raza, H. A., Mahmood, F. I., & TamizhMani, G. (2023). Use of non-contact voltmeter
to quantify potential induced degradation in CdTe modules. Solar
Energy, 252, 284-290.
Rumlus, M. D., Widjajanti, T., & Hilum, R. (2020). Penerapan Hukum Kirchoff pada
Rangkaian Ekuivalen untuk Memperoleh Persamaan Telegraf. Jurnal
Natural, 16(2), 66-73.
Seniari, N. M., Supriyatna, S., Natsir, A., Adnyani, I. A. S., & Nababan, S. (2023).
PERAGAAN METODE SUPERPOSISI DALAM ANALISIS RANGKAIAN
LISTRIK UNTUK SISWA SMAN 5 MATARAM. Jurnal Pepadu, 4(2), 199-206.
Bab 7 Volt Meter

A. Penjelasan Hukum Kirchoff


Hukum Kirchoff merupakan aturan mengenai dua elemen yang mempunyai arus
listrik dan mempunyai tegangan yang berbeda dalam suatu rangkaian listrik. Nama
hukum Kirchoff diambil dari nama akhir penemu hukum tersebut yaitu Kirchoff.
Hukum Kirchoff juga mempunyai nama lain yaitu hukum arus Kirchoff yang dikenal
dengan KCL.Rangkaian Dasar.
Hukum Kirchoff membahas tentang rangkaian listrik. Baik itu pada rangkaian tertutup
maupun rangkaian bercabang. Dalam suatu rangkaian listrik terdapat komponen
yang saling berkaitan atau berhubungan satu sama lain. Jika salah satu komponen
tersebut hilang, maka rangkaian tidak bisa digunakan atau dimanfaatkan.
Komponen dalam rangkaian listrik mempunyai nilai atau besaran masing-masing.
Untuk menghitung besaran atau nilai suatu komponen tersebut digunakan hukum
Kirchoff, karena hukum tersebut mempunyai aturan dan rumus yang digunakan
untuk mengatasi masalah atau menghitung arus yang masuk dan keluar dalam suatu
rangkaian listrik.
Hukum Kirchoff 1 dan 2 menjadi hukum dasar rangkaian listrik, karena kedua hukum
tersebut dapat digunakan untuk menganalisis dan menghitung rangkaian listrik yang
rumit. Termasuk rangkaian listrik majemuk. Hukum Kirchoff memang muncul dari
pengembangan hukum sebelumnya.
Hukum yang mendasari adanya aturan Kirchoff ini adalah hukum kekekalan muatan
listrik dan hukum kekekalan energi. Rangkaian listrik terdiri dari tegangan atau beda
potensial, hambatan atau beban dan juga sumber arus listrik. Sehingga untuk
memecahkan masalah dalam rangkaian tersebut dapat menggunakan hukum
Kirchoff.
Dalam suatu rangkaian listrik, terdapat arus listrik, tegangan dan juga hambatan.
Tegangan dikenal juga dengan istilah beda potensial. Sebagai hukum yang
menyatakan hubungan antara tegangan dengan arus listrik, terdapat hukum Kirchoff
tegangan yang menyatakan bahwa dalam lup yang tertutup, jumlah sumber
tegangan jatuh yaitu nol.
Hukum Kirchoff juga berhubungan dengan arus listrik. Sehingga terdapat hukum
Kirchoff arus yang menyatakan bahwa jumlah arus listrik yang menuju dan
meninggalkan percabangan adalah nol. Jika ada dua arus listrik yang meninggalkan
percabangan dan dua arus listrik yang menuju percabangan, maka empat komponen
arus tersebut akan menghasilkan nol jika dijumlahkan.
B. Rangkaian Dasar
Berikut rangkaian pemasangan volt meter:

C. Rumus
Hukum Kirchoff 1 dan 2 mempunyai rumus atau formula yang berbeda. Untuk rumus
hukum Kirchoff 1 yaitu:
I1 + I2 + I3 + I4 = I5 + I6 + I7 + I8

Sedangkan untuk rumus hukum Kirchoff 2 yaitu:


Vab + Vbc + Vcd + Vde = 0

Atau dapat ditulis secara sederhana dengan rumus:


ƩE + ƩV = 0

Keterangan:
V = Beda potensial atau tegangan dari komponen
E = Sumber arus listrik

Jika rangkaian bercabang, besar arus listrik yang mengalir dengan jumlah arus listrik
yang keluar adalah sama.

E1 = V1 + V2 + V3 + V4
E1 – V1 – V2 – V3 – V4 = 0
E1 – (V1 + V2 + V3 + V4) = 0

Keterangan:
E1 = beda potensial atau tegangan dengan satuan Volt
V1 – V4 = Tegangan yang ada pada resistor
D. Contoh Alat
Voltmeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besaran tegangan listrik.
Satuan Internasional dari tegangan adalah volt diberi simbol V. Voltmeter dipasang
paralel pada ujung-ujung hambatan yang akan diukur beda potensialnya.

Gambar 7.1 penggunaan voltmeter untuk mengukur beda potensial dan bagian-
bagian voltmeter
E. Kalibrasi
Rangkaian untuk kalibrasi voltmeter ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Rangkaian ini membutuhkan dua rheostat, satu untuk mengontrol tegangan dan satu
lagi untuk penyesuaian. Kotak rasio tegangan digunakan untuk menurunkan
tegangan ke nilai yang sesuai. Nilai voltmeter yang akurat ditentukan dengan
mengukur nilai tegangan hingga jangkauan maksimum potensiometer yang mungkin.
Potensiometer mengukur nilai tegangan maksimum yang mungkin. Kesalahan
negatif dan positif terjadi pada pembacaan voltmeter jika pembacaan potensiometer
dan voltmeter tidak sama.
F. Rangkaian Shunt Ayrton
Batas ukur sebuah ampermeter arus searah (dc) masih dapt diperbesar dengan
menggunakan sejumlah tahanan shunt yang dipilih melalui sakelar rangkuman. Alat
ukur seperti ini disebut ampermeter rangkuman ganda. Alat ini ditunjukkan pada
berikut.
Rangkaian ini memiliki empat shunt Ra, Rb, Rc, dan Rd yang dihubungkan paralel
terhadap alat ukur agar menghasilkan empat batas ukur yang berbeda. Saklar S
adalah sebuah sakelar posisi ganda dari jenis menyambung sebelum memutuskan
(make-before break), sehingga alat pencatat tidak akan rusak, oleh karena tidak
terlindungnya rangkaian tanpa sebuah shunt sewaktu pengubahan batas ukur.

Shunt universal atau shunt ayrton dalam gambar diatas mencegah kemungkinan
pemakaian alat ukur tanpa tahanan shunt. Keuntungan yang diperoleh adalah nilai
tahanan total yang sedikit lebih besar. Shunt Ayrton ini memberikan kemungkinan
yang sangat baik untuk menerapkan teori dasar rangkaian listrik dalam sebuah
rangkaian praktis.
G. Referensi
Anugrah, D. (2023). Penerapan Hukum Kirchhoff dan Hukum Ohm pada Metode
Analisis Rangkaian Listrik Menggunakan Simulasi Simulasi Software
Electronics Workbench. JUPITER (JURNAL PENDIDIKAN TEKNIK
ELEKTRO), 8(1), 47-57.
Bakshi, U. A., & Bakshi, L. A. V. (2020). Electrical Measurements. Technical
Publications.
Raza, H. A., Mahmood, F. I., & TamizhMani, G. (2023). Use of non-contact voltmeter
to quantify potential induced degradation in CdTe modules. Solar
Energy, 252, 284-290.
Rumlus, M. D., Widjajanti, T., & Hilum, R. (2020). Penerapan Hukum Kirchoff pada
Rangkaian Ekuivalen untuk Memperoleh Persamaan Telegraf. Jurnal
Natural, 16(2), 66-73.
Seniari, N. M., Supriyatna, S., Natsir, A., Adnyani, I. A. S., & Nababan, S. (2023).
PERAGAAN METODE SUPERPOSISI DALAM ANALISIS RANGKAIAN
LISTRIK UNTUK SISWA SMAN 5 MATARAM. Jurnal Pepadu, 4(2), 199-206.

Anda mungkin juga menyukai