Anda di halaman 1dari 6

PENGUKURAN DAN KESALAHAN

(Dosen : Nur Rahma Yenita, M.Pd)

A. DEFINISI

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu
standar atau satuan ukur. Pengukuran juga dapat diartikan sebagai pemberian angka
terhadap suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal, atau
objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas dan disepakati. Pengukuran dapat
dilakukan pada apapun yang dibayangkan, namun dengan tingkat kompleksitas yang
berbeda. Dalam pengukuran dibutuhkan instrumen sebagai suatu cara fisis untuk
menentukan suatu besaran (kuantitas) atau variabel. Instrumen tersebut bisa
meningkatkan keterampilan seseorang untuk menentukan nilai dari suatu besaran yang
tidak diketahui. Instumen itu sendiri dapat didefinisikan sebagai sebuah alat yang
digunakan untuk menentukan nilai atau kebesaran dari suatu kuantitas atau variabel.
Dalam pengukuran, digunakan sejumlah istilah sebagai berikut :

Instrumen : sebuah alat untuk menentukan nilai atau kebesaran suatu kuantitas atau
variabel.

Ketelitian (accuracy) : harga terdekat dengan suatu pembacaan isntrumen mendekati


harga sebenarnya dari variabel yang diukur.

Ketepatan (precision) : suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran


yang serupa. Dengan memberikan suatu harga tertentu bagi sebuah variabel, ketepatan
(presisi) merupakan suatu ukuran tingkatan yang menunjukkan perbedaan hasil
pengukuran pada pengukuran-pengukuran yang dilakukan secara berurutan.

Sensitivitas (sensitivity) : perbandingan anatar sinyal keluaran atau respon intsrumen


terhadap perubahan masukan atau variabel yg diukur.

Resolusi (resolution) : perubahan terkecil dalam nilai yang diukur kepada mana
instrumen akan memberi respon (tanggapan)

Kesalahan (error) : penyimpangan variabel yang diukur dari harga (nilai) sebenarnya.

Beberapa cara dapat dilakukan untuk memperkecil efek kealahan-kesalahan. Misalnya,


untuk memperoleh pengukuran yang tepat disarankan agar melakukan beberapa kali
pengamatan dan bukan hanya mengandalkan satu pengamatan.
B. KETELITIAN DAN KETEPATAN

Ketelitian menyatakan tingkat kesesuaian hasil pengukuran terhadap harga atau nilai yang
sebenarnya; sedang ketepatan menyatakan tingkat kesamaan di dalam sekelompok
pengukuran atau sejumlah instrumen.

Sebagai contoh, kita bandingkan dua buah voltmeter dengan model dan dari pabrikan
sama. Mestinya kedua voltmeter tersebut dapat dibaca dengan ketepatan yang sama,
tetapi dapat pula terjadi ketelitian kedua voltmeter tersebut dapat berbeda sama sekali.
Hal ini dapat terjadi karena adanya kesalahan sistem dalam salah satu voltmeter tersebut,
misalkan berubahnya tahaman seri di dalam sasalah satu voltmeter tersebut. Untuk
menentukan voltmeter mana yang menghasilkan kesalahan ukur, diperlukan
perbandingan terhadap voltmeter standar (kalibrasi). Ketepatan terdiri dari dua
karakteristik, yaitu (1) kesesuaian, dan (2) jumlah angka yang berarti dari suatu hasil
pengukuran.

Kesesuaian adalah suatu persyaratan yang perlu tetapi belum cukup untuk memperoleh
ketepatan, misalkan sebuah tahanan 1384572 mega-ohm diukur dengan ohmmeter secara
konsisten dan berulang memberikan hasil pengukuran sebesar 1,4 mega-ohm. Yang
menjadi pertanyaan adalah apakah hasil pengukuran tersebut telah membaca harga yang
sebenarnya? Tentu saja belum, karena kita masih perlu membicarakan angka-angka yang
berarti dari hasil pengukuran.

C. ANGKA-ANGKA BERARTI

Angka-angka yang berarti tersebut memberikan informasi yang aktual mengenai


kebesaran dan ketepatan pengukuran. Makin banyak angka yang berarti, ketepatan
pengukuran menjadi lebih besar. Contohnya, jika nilai sebuah tahanan adalah 68 ohm, ini
berarti bahwa tahanan tersebut akan lebih mendekati 68 ohm daripada 67 ohm atau 69
ohm. Selanjutnya jika disebutkan nilai tahanan adalah 68,0 ohm, berarti nilai tahanan
tersbut lebih mendekati 68,0 ohm daripada 67,9 ohm atau 68,1 ohm. Pada 68 ohm
terdapat dua angka yang berarti, sedang pada tahanan 68,0 ohm terdapat tiga angka yang
berarti, yang memiliki ketepatan yang lebih tinggi daripada tahanan 68 ohm. Sudah
menjadi kelaziman untuk mencatat suatu hasil pengukuran dengan menggunakan semua
angka yang kita yakini paling mendekati ke harga yang sebenarnya. Misalnya, jika sebuah
voltmeter dibaca 117,1 volt; maka ini menunjukkan bahwa penaksiran yang paling baik
menurut pengamat yang lebih mendekati ke 117,1 volt daripada 117,0 volt atau 117,2
volt. Cara lain untuk menyatakan hasil pengukuran ini adalah menggunakan rangkuman
kesalahan yang mungkin, sehingga dapat dituliskan menjadi 117,1 ± 0,05 volt. Contoh:
Serangkaian pengukuran tegangan yang dilakukan dengan konsisten oleh empat
pengamat memberikan data hasil pengukuran: 117,02 volt, 117,11 volt, 117,08 volt, dan
117, 03 volt. Tentukan (1) nilai rata-rata, dan (2) rangkuman kesalahan ukurnya.

Penyelesaian:

Vrata-rata =

Rangkuman kesalahan maksimun = Vmaksimum – Vrata-rata = 117,11 – 117,06 = 0,05 V

Rangkumana kesalahan minimum = Vrata-rata – Vminimum = 117,06 – 117,02 = 0,04 V

Maka rangkuman kesalahan rata-rata =

Sering terjadi bahwa banyaknya angka belum tentu menyatakan ketepatan pengukuran.
Bilangan-bilangan besar dengan anka-angka nol sebelum titik desimal sering digunakan
pada penaksiran jumlah penduduk atau uang. Misalnya, jika jumlah penduduk sebuah kota
dilaporkan dalam enam angka yaitu 380.000, ini dapat diartikan bahwa penduduk yang
sebenarnya adalah antara 379.000 dan 380.001 yakni dalam enam angka yang berarti.
Tetapi walaupun dalam enam angka berarti bukan 370.000 atau 390.000 karena jumlah
penduduk tersebut tidak lebih mendekati ke angka 380.000. Bentuk penulisan teknis yang
lebih tepat adalah menggunakan perpangkatan sepuluh, misalnya 38 x 104 atau 3,8 x 105.
Di sini ditunjukkan bahwa jumlah penduduk hanya teliti sampai dua angka yang berarti.
Ketidakpastian yang disebabkan oleh angka-angka nol di sebelah kiri titik desimal
biasanya diatasi dengan tanda penulisan ilmiah yaitu dengan menggunakan perpangkatan
sepuluh.

D. JENIS-JENIS KESALAHAN
Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian yang sempurna, tetapi penting untuk
mengetahui ketelitian yang sebenarnya dan bagaimana kesalahan yang berbeda dalam
pengukuran. Kesalahan dapat terjadi karena berbagai sebab, yaitu :
 Kesalahan-kesalahan umum (gross errors) : kebanyakan disebabkan oleh
kesalahan manusia, diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan
yang tidak tepat dan pemakaian yang tidak sesuai, serta kesalahan penaksiran.
 Kesalahan-kesalahan sistematis (systematic errors) : disebabkan oleh kekurangan-
kekurangan dalam instrumen itu sendiri seperti kerusakan atau adanya bagian-
bagian aus dan pengaruh lingkungan terhadap peralatan atau pemakai.
 kesalahan-kesalahan yang tak disengaja (random errors) : diakibatkan oleh
penyebab-penyebab yang tidak dapat langsung diketahui sebab perubahan-
perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi secara acak.

E. ANALISIS STATISTIK
1. Nilai rata-rata (arithmetic mean)
Nilai yang paling mungkin dari suatu variabel yang diukur adalah nilai rata-rata dari
semua pembacaan yang dilakukan. Pendekatan paling baik akan diperoleh bila jumlah
pembacaan untuk suatu besaran yang sangat banyak. Nilai rata-rata bisa dinyatakan
dalam persamaan berikut :

̅= =

Dimana :
̅ = nilai rata-rata
=pembacaan yang dilakukan
jumlah pembacaan

2. Penyimpangan terhadap nilai rata-rata


Penyimpangan (deviasi) adalah selisih antara suatu pembacaan terhadap nilai rata-rata
dalam sekelompok pembacaan. Jika penyimpangan pembacaan pertama x1 adalah d1,
penyimpangan pembacaan kedua x2 adalah d2, dan seterusnya, maka penyimpangan
terhadap nilai rata-rata adalah :
̅
̅
̅
3. Penyimpangan rata-rata (average deviation)
Deviasi rata-rata adalah suatu indikasi ketepatan instrumen-instrumen yang digunakan
untuk pengukuran. Instrumen-instrumen yang ketepatannya tinggi akan menghasilkan
deviasi rata-rata yang rendah antara pembacaan-pembacaan. Menurut definisi, deviasi
rata-rata adalah penjumlahan nilai-nilai mutlak dari penyimpangan-penyimpangan
dibagi dengan jumlah pembacaan. Deviasi rata-rata dapat dinyatakan sebagai berikut :
[ ] [ ] [ ] [ ] ∑[ ]
D= =

4. Deviasi standar
Deviasi standar (root-mean-square) merupakan cara yang sangat ampuh untuk
menganalisa kesalahan-kesalahanacak secara statistik. Deviasi standar dari jumlah
data terbatas didefinisikan sebagai akar dari penjumlahan semua penyimpangan
(deviasi) setelah dikuadratkan dibagi dengan banyaknya pembacaan. Secara
matematis dituliskan :

σ=√ =√

tentunya dalam praktek, jumlah pengamatan yang mungkin adalah terbatas. Deviasi
standar untuk jumlah data terbatas adalah :

σ =√ =√

Suatu pernyataan lain yang sesungguhnya besaran yang sama adalah variansi (mean
square deviation) yang besarnya sama dengan kaudrat deviasi standar, yaitu :
Variansi (V) = mean square deviation =
Variansi merupakan besaran yang menyenangkan untuk dipakai dalam banyak
perhitungan sebab relatif aditif. Tetapi deviasi standar memiliki keuntungan karena
mempunyai satuan yang sama seperti variabel, sehingga mudah untuk
membandingkan besaran-besaran.
F. KESALAHAN BATAS (limiting errors)

Dalam kebanyakan instrumen, ketelitian hanya dijamin sampai persentase tertentu dari
skala penuh. Komponen-komponen rangkaian dijamin dalam persentase tertentu dari nilai
rencana (rated value). Batas-batas penyimpangan dari nilai yang ditetapkan disebut
kesalahan batas (limiting errors) atau kesalahan garansi (guarantee errors). Misal jika nilai
sebuah tahanan dalah 500 Ω ±10%, maka pabrik menjamin bahwa nilai tahanan tersebut
berada diantara 450 Ω dan 550 Ω.

Contoh 1 : ketelitian sebuah voltmeter 0 – 150 V dijamin 1% skala penuh. Tegangan yang
diukur oleh voltmeter adalah 83 V. Tentukan limiting error dalam persen (%)

Penyelesaian : besar kesalahan batas (limiting error) adalah 0,01x150V = 1,5V


Persentase kesalahan pada penunjukan voltmeter sebesar 83 V adalah :

Penting dicatat dalam contoh diatas bahwa voltmeter dijamin memiliki suatu ketelitian
yang lebih baik pada 1% skala penuh, tetapi sewaktu voltmeter tersebut membaca 83V,
kesalahan bertambah menjadi 1,81%. Secara berkaitan, bila tegangan yang diukur lebih
kecil, maka kesalahan batas akan bertambah.

Contoh 2 : arus melalui sebuah tahanan 100 ± 0,2 Ω adalah 2,00 ± 0,01A. Dengan
menggunakan persamaan P=I2R, tentukan kesalahan batas untuk disipasi daya.
Penyelesaian : dengan menyatakan batas-batas garansi arus dan tahanan dalam persen,
diperoleh :
I = 2,00 ± 0,01 A = 2,00A ± 0,5%
R = 100 ± 0,2 Ω = 100 Ω ± 0,2%
Jika dalam hal ini digunakan kombinasi kesalahan yang mungkin palik jelek, kesalahan
batas dalam disipasi daya adalah ( P = I2R )
(2 x 0,5%) + 0,2% = 1,2%
Dengan demikian, disipasi daya menjadi P =I2R = (2,00)2 x 100 = 400 W ± 1,2% = 400
±4,8 W

G. TUGAS

Buatlah makalah tentang jenis-jenis kesalahan dalam pengukuran berikut dengan contoh
kasus yang sering ditemukan dilapangan dan jabarkan cara penyelesaiannya. Rangkumlah
makalah tersebut dalam sebuah materi presentasi dalam microsoft powerpoint (tampilan
presentasi yang menarik akan menjadi nilai plus)

Anda mungkin juga menyukai