1
2
Dari gambar 1.1, terlihat bahwa induksi magnet ditimbulkan oleh medan
magnet permanen, arah induksi magnet dan kutub U ke kutub S, sehingga kawat
kumparan dalam daerah CD akan mengalami gaya ke arah x, sedangkan kawat
dalam daerah AB akan mengalami gaya kearah x, dimana kedua gaya tersebut sama
besamya dan arahnya berlawanan dan tidak dalam satu garis kerja, sehingga
membentuk suatu momen yang akan memutar kumparan dengan besar momen
kopel:
𝑇 = 𝐵𝐼𝐿 ......................................................... (1.1)
Gerak kumparan ini akan ditentang oleh torsi yang ditimbulkan oleh konduktor F
yang berupa pita tipis, sehingga simpangan kumparan akan dibatasi oleh torsi yang
ditimbulkan oleh F, dan besamya simpangan kumparan ini akan sebanding dengan
kuat arus yang melewatinya.
Kuat arus yang melewati kumparan akan mempengaruhi ketepatan
pengukuran, yang berkaitan dengan kepekaan alat ukur itu sendiri (Current
Sensitivity of Measurement Device) yaitu besar arus dalam kumparan alat ukur yang
dapat menimbulkan simpangan satu cahaya yang dipantulkan cermin besar satu
milimeter pada jarak 1 meter dari alat ukur, dimana momen penggerak ini hanya
ditentukan oleh besarnya arus dan tidak tergantung sudut putar dari jarum penunjuk,
maka bila sudut perputaran dan penunjuk dalam keadaan keseimbangan antara
momen penggerak dan momen pengontrol maka arus yang melalui alat ukur dapat
dinyatakan pada harga skala dimana penunjuk berhenti.
1.2.2 Alat Ukur Analog
Alat ukur listrik analog merupakan alat ukur generasi awal dan sampai saat
ini masih digunakan. Bagiannya banyak komponen listrik dan mekanik yang saling
berhubungan. Bagian listrik yang penting adalah, magnet permanen, tahanan meter
dan kumparan putar. Bagian mekanik meliputi jarum penunjuk, skala dan sekrup
pengatur jarum penunjuk gambar 1.2. Mekanik pengatur jarum penunjuk
merupakan dudukan poros kumparan putar yang diatur kekencangannya. Jika
terlalu kencang jarum akan terhambat, jika terlalu kendor jarum akan mudah
goncang. Pengaturan jarum penunjuk sekaligus untuk memposisikan jarum pada
skala nol meter.
3
1
𝑅𝑠ℎ = 𝑅𝐴 …………..…..……….. (1.2)
(𝑛−1)
Dimana:
Rsh = Hambatan Shunt (Ω)
n = Kelipatan batas ukur
RA = Hambatan dalam Amperemeter
5
1.2.3.2 Voltmeter
Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan
listrik. Dengan ditambah alat multiplier akan dapat meningkatkan kemampuan
pengukuran alat voltmeter berkali-kali lipat. Gaya magnetik akan timbul dari
interaksi antar medan magnet dan kuat arus. Gaya magnetik tersebut akan mampu
membuat jarum alat pengukur voltmeter bergerak saat ada arus listrik. Semakin
besar arus listrik yang mengelir maka semakin besar penyimpangan jarum yang
terjadi. Pemasangan Volt meter yaitu secara paralel dengan bebannya, seperti
gambar dibawah:
12. Hidupkan beban 5 Watt dengan jalan menekan anak saklar S1, amati besar
arus yang mengalir dan usahakan menjaga tegangan supply agar tetap
konstan, dan catat hasilnya pada tabel 1.1.
13. Ulangi langkah 11 dan 12 untuk batas ukur yang lainnya sesuai dengan tabel
1.1.
14. Ulangi langkah 6 dan 12 untuk beban sesuai dengan tabel 1.1.
15. Hitunglah perbedaan antara I Teori dengan I Hasil Pengukuran atau besar dari pada
persentase kesalahan relatifnya denga rumus:
𝐼 −𝐼𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = [| 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 |] × 100% ................................ (1.3)
𝐼 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
16. Buatlah kurva daya sebagai fungsi arus danpada I Teori dengan arus hasil
pengukuran dan masing - masing batas ukur, dan hitung serta dapatkan
persamaan regresi liniernya.
17. Berikan analisa penyebabnya berdasarkan grafik dan data di atas serta
berikan kesimpulan anda.
1.4.2 Pengukuran Tegangan Listrik
1. Siapkan alat yang dipergunakan.
2. Pasang alat ukur Amperemeter pada A1, dan Voltmeter pada V2.
3. Pasang beban pada masing - masing fiting L1, L2, L3, L4 dan L5 sesuai
dengan tabel 1.2.
4. Arahkan saklar MCB pada posisi On atau OFF demikian juga saklar kontak
S1 dan S2 pada posisi OFF.
5. Atur batas ukur untuk Voltmeter pada posisi AC-300 Volt
6. Atur batas ukur untuk Amperemeter pada posisi A (AC) - 300 mA.
7. Hubungkan supply AC 220 Volt ke input rangkaian, dimana supply ini
diambil dari stop kontak Bench Top Console.
8. Hubungkan MCB dengan mengarahkan saklar ke 1.
9. Hidupkan beban 5 Watt dengan jalan menekan anak saklar 1 pada sakiar S1.
10. Amati besar tegangan yang mengalir serta besar arus yang mengalir, dan
catat hasilnya pada tabel 1.2.
10
11. Lepaskan anak saklar 1 pada saklar S1, lalu ubahlah batas ukur Voltmeter
pada posisi V (AC) - 500 Volt.
12. Hidupkan beban 5 Watt dengan jalan menekan anak saklar 1 pada saklar S1,
amati besar tegangan yang mengalir dan usahakan menjaga arus agar tetap
konstan, dan catat hasilnya dalam tabel 1.2.
13. Ulangi langkah 11 sampai 12 untuk batas ukur yang lainnya sesuai dengan
tabel 1.2.
14. Ulangi langkah 6 sampai 12 untuk beban sesuai dengan tabel 1.2.
15. Hitunglah perbedaan antara V Teori dengan V Hasil Pengukuran atau besar
daripada persentase kesalahan relatifnya dengan rumusan:
𝑉𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 −𝑉𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = [| |] × 100% ..................... (1.3)
𝑉𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
16. Buatlah kurva daya sebagal fungsi tegangan dan pada V Teori dengan
tegangan hasil pengukuran dari masing-masing batas ukur, dan hitung serta
dapatkan persamaan regresi liniernya.
17. Berikan analisa penyebabnya berdasarkan, grafik dan data diatas serta
berikan kesimpulan anda.
11
Dimana V secara teori adalah 220 Volt. Dengan menggunakan persamaan 1.4
didapat besar arus pada masing – masing beban adalah sebagai berikut:
A. Beban 15 watt
𝑃 15
Iteori = = = 68,1 mA
𝑉 220
B. Beban 55 watt
𝑃 55
Iteori = = = 250 mA
𝑉 220
C. Beban 80 watt
𝑃 80
Iteori = = = 363,6 mA
𝑉 220
D. Beban 180 watt
𝑃 180
Iteori = = = 818,2 mA
𝑉 220
E. Beban 280 watt
𝑃 280
Iteori = = = 1272,7mA
𝑉 220
Berdasarkan perhitungan nilai arus secara teori, didapatkan datahasil seperti
pada tabel 1.3 sebagai berikut:
Tabel 1.3 Hasil Perhitungan I Teori di Masing - Masing Beban
Beban Tegangan (V) I Teori(mA)
15 W 220 68,1
55 W 220 250
80 W 220 363,6
180 W 220 818,2
280 W 220 1272,7
13
Berdasarkan tabel 1.6 dapat dihitung besar persentase kesalahan relatif pada
pengukuran dengan batas ukur 100 mA pada masing – masing beban dengan
menggunakan persamaan 1.3sebagai berikut:
A. Pada Beban 15 Watt
69,1 − 68,1
%𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = [| |] × 100% = 1,46
68,1
B. Pada Beban 55 Watt
237,4 − 250
%𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = [| |] × 100% = 5,04%
250
C. Pada Beban 80 Watt
344 − 363,6
%𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = [| |] × 100% = 5,39%
363,6
Berdasarkan perhitungan persentase kesalahan pada masing-masing beban
pada pengukuran arus dengan batas ukur 100 mA, maka hasil persentase kesalahan
dapat dinyatakan dalam tabel 1.5 sebagai berikut:
14
Berdasarkan tabel 1.5 dapat dilihat bahwa pada batas ukur 100 mA,
kesalahan pengukuran yang terjadi pada beban 15 W sebesar 1,46 %, pada beban
55 W sebesar 5,04 % dan pada beban 80 W kesalahan relatif sebesar 5,39%,
sedangkan untuk beban 180 W dan 280 W tidak didapatkan hasil pada pengukuran
dengan batas ukur 100 mA dikarenakan arus yang mengalir pada rangkaian dengan
beban tersebut melebihi batas ukur yaitu 100 mA dengan kata lain dapat dikatakan
overload. Persentase kesalahan terbesar terdapat pada beban 80 W dengan besar
persentasenya adalah 5,39%.
Berdasarkandata hasil pengukuran arus pada batas ukur 100 mA seperti
pada tabel 1.5, diperoleh grafik sebagai berikut:
Pada gambar 1.8 terlihat bahwa garis berwarma merah menyatakan nilai
arus berdasarkan teori dan garis berwarna biru menyatakan nilai arus berdasarkan
pengukuran. Hasil data pengukuran arus pada saat praktikum sudah hampir
15
memiliki nilai yang sama dengan hasil data arus secara teori. Perbedaan hasil data
arus ini disebabkan karena kurangnya ketelitian praktikkan pada saat membaca
skala hasil pengukuran dan kurang presisinya alat ukur yang digunakan pada saat
pengukuran arus pada beban yang lebih dari 80 Watt alat ukur mengalami
overloaddikarenakan nilai arusnya melebihi kapasitas batas ukur 100 mA yaitu
maksimal 500 mA yang terhitung pada AVO meter digital.
1.6.1.2 Perbandingan I Teori dengan I Pengukuran pada Batas Ukur 1000 mA
Adapun tabel perbandingan nilai arus berdasarkan pengukuran dan
perhitungan secara teori pada batas ukur 1000 mA dapat dilihat pada tabel 1.6
sebagai berikut:
Tabel 1.6 Perbandingan I Teori dengan I Pengukuran Batas Ukur 1000 mA
Berdasarkan tabel 1.6 dapat dihitung besar persentase kesalahan relatif pada
pengukuran dengan batas ukur 1000 mA pada masing – masing beban dengan
menggunakan persamaan 1.3 sebagai berikut:
A. Pada Beban 15 Watt
60 − 68,1
%𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = [| |] × 100% = 11,89 %
68,1
B. Pada Beban 55 Watt
226 − 250
%𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = [| |] × 100% = 9,80%
250
C. Pada Beban 80 Watt
344 − 363,6
%𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = [| |] × 100% = 5,39%
363,6
16
Berdasarkan tabel 1.7 dapat dilihat bahwa pada batas ukur 1000 mA,
kesalahan pengukuran yang terjadi pada beban 15 W sebesar 11,89%, pada beban
55 W sebesar 9,80% dan pada beban 80 W kesalahan relatif sebesar 5,39%,
sedangkan untuk beban 180 W sebesar 4,39% dan 280 W sebesar 6,62%. Persentase
kesalahan terbesar terdapat pada beban 280 W dengan besar persentasenya adalah
9,16%.
Berdasarkandata hasil pengukuran arus pada batas ukur 1000 mA seperti
pada tabel 1.7, diperoleh grafik sebagai berikut:
17
Berdasarkan tabel 1.8 dapat dihitung besar persentase kesalahan relatif pada
pengukuran dengan batas ukur 1000 mA pada masing – masing beban dengan
menggunakan persamaan 1.3 sebagai berikut:
A. Pada Beban 15 Watt
50 − 68,1
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = [| |] × 100% = 26,57%
68,1
B. Pada Beban 55 Watt
220 − 250
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = [| |] × 100% = 12,00%
250
C. Pada Beban 80 Watt
320 − 363,6
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = [| |] × 100% = 12,00%
363,6
D. Pada Beban 180 Watt
730 − 818,2
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = [| |] × 100% = 10,77%
818,2
E. Pada Beban 280 Watt
1140 − 1272,7
% 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = [| |] × 100% = 10,42%
1272,7
Berdasarkan perhitungan persentase kesalahan pada masing-masing beban
pada pengukuran arus dengan batas ukur 10000 mA, maka hasil persentase
kesalahan dapat dinyatakan dalam tabel 1.9 sebagai berikut:
Tabel 1.9 Kesalahan Relatif pada Batas Ukur 10000 mA
Beban I Teori (mA) I Pengukuran (mA) Kesalahan Relatif
15 W 68,1 50 26,57%
55 W 250 220 12,00%
80 W 363,6 320 12,00%
180 W 818,2 730 10,77%
280 W 1272,7 1140 10,42%
Berdasarkan tabel 1.9 dapat dilihat bahwa pada batas ukur 10000 mA,
kesalahan pengukuran yang terjadi pada beban 15 W 26,57%, pada beban 55 W
sebesar 12% dan pada beban 80 W kesalahan relatif sebesar 12,00%, sedangkan
untuk beban 180 W sebesar 10,77% dan 280 W sebesar 10,42%. Persentase
19
Berdasarkan tabel 1.12 dapat dilihat bahwa pada batas ukur 100 V,
kesalahan pengukuran yang terjadi pada beban 15 W 2,68%, pada beban 55 W
sebesar 2,95% dan pada beban 80 W kesalahan relatif sebesar 3,00%, sedangkan
untuk beban 180 W sebesar 3,27% dan 280 W sebesar 8,10%. Persentase kesalahan
terbesar terdapat pada beban 280 W dengan besar persentasenya adalah 8,10%.
Pada pengukuran tegangan diatas batas skala menyebabkan akurasi alat pengukuran
menurun dan terjadinya overload.
Berdasarkandata hasil pengukuran tegangan pada batas ukur 100 V seperti
pada tabel 1.12, diperoleh grafik sebagai berikut:
data hasil pengukuran dengan perhitungan secara teori yang meyebabkan bentuk
grafik pengukuran tidak konstan disebabkan karena kurangnya ketelitian
praktikkan pada saat membaca skala hasil pengukuran dankurang presisinya alat
ukur yang digunakan.
1.6.2.2 Perbandingan V Teori dan V Pengukuran dengan Batas Ukur 1000 V
Adapun tabel perbandingan nilai tegangan berdasarkan pengukuran dan
perhitungan secara teori pada batas ukur 1000 V dapat dilihat pada tabel 1.13
sebagai berikut:
Tabel 1.13 Perbandingan VTeori dengan VPengukuran Batas Ukur 1000 V
Beban V Teori (v) V Pengukuran (v)
15 W 220 213
55 W 220 214
80 W 220 213
180 W 220 213
280 W 220 213
213 − 220
%𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = [| |] × 100% = 3,18%
220
Berdasarkan perhitungan persentase kesalahan pada masing-masing beban
pada pengukuran tegangan dengan batas ukur 1000 V, maka hasil persentase
kesalahan dapat dinyatakan dalam tabel 1.14 sebagai berikut:
Tabel 1.14 Kesalahan Relatif pada Batas Ukur 1000 V
Beban V Teori (V) V Pengukuran (V) Kesalahan Relatif
15 W 220 217 3,18
55 W 220 216 2,72
80 W 220 215 3,18
180 W 220 215 3,18
280 W 220 215 3,18
Berdasarkan tabel 1.14 dapat dilihat bahwa pada batas ukur 100 V,
kesalahan pengukuran yang terjadi pada beban 15 W 3,18%, pada beban 55 W
sebesar 2,72% dan pada beban 80 W kesalahan relatif sebesar 3,18%, sedangkan
untuk beban 180 W sebesar 3,18% dan 280 W sebesar 3,18%. Pada pengukuran
tegangan dengan batas ukur 1000 V memiliki persentase kesalahan relatif yang
lebih besar dari pengukuran tegangan dengan batas ukur 100 Vdimana persentase
kesalahan terbesar terdapat pada beban 15 W, 80 W, 180 W dan 280 W dengan
besar persentasenya adalah 3,18%.
Berdasarkan data hasil pengukuran tegangan pada batas ukur 1000 V seperti
pada tabel 1.14, diperoleh grafik sebagai berikut:
25
1.8 Simpulan.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan pada hasil analisis pengukuran arus, didapatkan nilai over-load
untuk pengukuran nilai arus 180 mA dan 280 mA dengan batas ukur 100
mA. Hal ini disebabkan kesalahan menggunakan batas ukur pada alat ukur,
yang menyebabkan nilai arus secara teori tidak dapat diukur dengan alat
ukur. Dapat disimpulkan berdasarkan perbandingan batas ukur yang
digunakan yaitu 100 mA, 1.000 mA, 10.000 mA semakin kecil batas ukur
yang digunakan untuk mengukur arus pada percobaan, maka akan semakin
akurat data yang dihasilkan dengan nilai persentase kesalahan yang kecil dan
semakin presisi alat ukur dalam pengukuran arus.
2. Berdasarkan pada hasil analisis pengukuran tegangan dapat disimpulkan
berdasarkan batas ukur yang digunakan yaitu 100 Volt, dan 1.000 Volt,
semakin jauh batas ukur dengan nilai tegangan dalam percobaan, maka akan
semakin tinggi nilai persentase kesalahan dan semakin tidak presisi alat ukur
dalam pengukuran tegangan.
3. Perbedaan data hasil pengukuran dengan hasil perhitungan secara teori dapat
disebabkan kurangnya ketelitian praktikan dalam membaca hasil
pengukuran, maupun kurangnya presisi pada alat ukur yang digunakan.
30