Anda di halaman 1dari 11

BREAKDOWN IN OIL AND SOLID

1.1 Breakdown
Didalam transformator daya digunakan dalam gardu induk, terdapat minyak
trafo yang berfungsi untuk memisahkan secara listrik kumparan primer dengan
kumparan sekundernya agar tidak terjadi tegangan tembus. Minyak trafo ini
memiliki tingkat isolasi yang lebih baik dibandingkan dengan udara bebas. Salah
satu parameter yang dapat menunjukan baik buruknya tingkat suatu bahan adalah

tegangan tembusnya
Gambar 1. Rangkaian Pengujian Tegangan Tembus Minyak
Untuk memasitikan kelayakn tegangan tembus dari minyak trafo tersebut
digunakan pengujian. Pengujian tegangan tembus minyak ini dilakukan dengan
memberi tegangan tinggi AC. Untuk membangkitkan tegangan tinggi arus bolak
balik, trafo uji yang digunakan adalah trafo satu fasa, hal ini disebabkan karena
pengujian biasanya dilakukan untuk setiap fasanya

Gambar 2. Bagan Pengujian Tegangan Tembus Minyak


Suatu bahan dielektrik tidak mempunyai elektron – elektron bebas,
melainkan elektron – elektron yang terikat dengan inti atom unsur dielektrik
tersebut. Misalnya suati dielektrik ditempatkan diantara dua elektroda kemudian
elektroda diberi tegangan maka, akan timbul medan listrik di dalam dielektrik.
Medan listrik ini akan memberikan gaya pada elektron – elektron agar terlepas dari
ikatannya dan menjadi elektron bebas. Maka dapat dikatakan bahwa medan listrik
merupakan suatu beban yang menekan dielektrik agar berubah sifat menjadi
konduktor

Gambar 3. Medan Listrik Pada Bahan Dielektrik


Beban yang dipikul dielektrik disebut juga terpaan medan listrik. Setiap
dielektrik mempunyai batas kekuatan untuk memikul terpaan listrik. Jika terpaan
listrik dipikulnya melebihi batas tersebut dan terpaan berlangsung lama, maka
dielektri akan menghantar arus atau gagal melaksanakan fungsinya sebagai isolator.
Dalam hal ini dielektrik mengalami tembus listrik atau breakdown
Karakteristik pada isolasi cair akan berubah jika terjadi ketidak murnian di
dalamnya hal ini akan mempercepat terjadinya proses kegagalan. Faktor faktor
yang mempengaruhi kegagalan isolasi antara lain adanya partikel padat, uap, air,
dan gelembung gas.

1.1.1 Mekanisme Kegagalan Isolasi Cair


Teori mengenai kegagalan dalam zat cair kurang banyak diketahui
dibandingkan dengan teori kegagalan gas atau zat padat. Hal tersebut disebabkan
karena sampai saat ini belum didapatkan teori yang dapat menjelaskan proses
kegagalan dalam zat cair yang benar-benar sesuai antara keadaan secara teoritis
dengan keadaan sebenarnya. Teori kegagalan zat isolasi cair dapat dibagi menjadi
empat jenis sebagai berikut:
a. Teori Kegagalan Elektronik
Teori ini merupakan perluasan teori kegagalan dalam gas, artinya proses
kegagalan yang terjadi dalam zat cair dianggap serupa dengan yang terjadi dalam
gas. Oleh karena itu supaya terjadi kegagalan diperlukan elektron awal yang
dimasukkan kedalam zat cair. Elektron awal inilah yang akan memulai proses
kegagalan.
b. Teori Kegagalan Gelembung
Kegagalan gelembung atau kavitasi merupakan bentuk kegagalan zat cair
yang disebabkan oleh adanya gelembung-gelembung gas di dalamnya.
c. Teori Kegagalan Bola Cair
Jika suatu zat isolasi mengandung sebuah bola cair dari jenis cairan lain,
maka dapat terjadi kegagalan akibat ketakstabilan bola cair tersebut dalam medan
listrik. Medan listrik akan menyebabkan tetesan bola cair yang tertahan didalam
minyak yang memanjang searah medan dan pada medan yang kritis tetesan
inimenjadi tidak stabil. Kanal kegagalan akan menjalar dari ujung tetesan yang
memanjang sehingga menghasilkan kegagalan total.
d. Teori Kegagalan Tak Murnian Padat
Kegagalan tak murnian padat adalah jenis kegagalan yang disebabkan oleh
adanya butiran zat padat (partikel) didalam isolasi cair yang akan memulai terjadi
kegagalan.

1.1.2 Jenis Minyak Trafo


Jenis – jenis minyak yang dapat digunakan untuk bahan isolasi terdiri dari :
1. Minyak isolasi dari bahan olahan bumi terdiri dari
Minyak mineral
Minyak isolasi mineral adalah minyak yang berasal dari minyak bumi yang diproses
secara fraksinasi dan destilasi. Biasanya digunakan pada peralatan tegangan tinggi
seperti trafo daya, kapasitor daya, kabel daya, dan circuit breaker. Minyak isolasi
ini berfungsi sebagai bahan dielektrik dan media pemadaman busur api
Minyak isolasi sintetis
Minyak isolasi sintetis adalah minyak isolasi yang diproses secara kimia untuk
mendapatkan beberapa karakteristik yang lebih baik dari minyak isolasi mineral.
Berikut ini beberapa contoh dari minyak isolasi sintesis adalah askarel, silikon cair,
fluorinasi cair, ester sintesis
2. Minyakisolasi dari bahan olahan nabati contohnya
Minyak jarak
Minyak kelapa murni
Minyak kelapa sawit
Minyak keledai
Minyak jagung

Untuk mengetahui sampel minyak masih dalam keadaan baik maka dibutuhkan
hasil uji denga suatu standarisasi yang digunakan untuk minyak trafo adalah
standar IEC 156 yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Standar yang biasa digunakan di lapangan adalah untuk trafo yang sudah
dipakai adalah 40 kV / 2,5 mm dan minyak baru adalah 50 kV/2,5 mm
1.1.3 Diagram Alir Pengujian Tegangan Tembus Minyak

Gambar 4. Diagram Alir Pengujian Tegangan Tembus Minyak

1.1.4 Persamaan Tegangan Tembus Minyak


Berikut adalah persamaan untuk tegangan tembus minyak

Dimana:
Vb = tegangan tembus / Breakdown (kV)
A = Konstanta
D = panjang ruang celah (mm)
n = Konstanta yang nilainya kurang dari 1

1.1.5 Fenomena yang Terjadi Saat Pengujian Tegangan Tembus Minyak


Untuk mendapatkan nilai tegangan tembus pada sampel minyak, maka
dimulai dengan menaikan tegangan uji secara bertahap, saat kondisi sampel uji
mendekati nilai tegangan tembusnya, akan timbul suara mendesis. Hal ini terjadi
karena adanya tekanan yang terus menerus dan semakin besar pada sampel minyak
Pada saat terjadi tegangan tembus pada sampel uji akan timbul suara
ledakan. Fenomena ini lebih disebabkan karena terjadi tumbukan elektron dan
tekanan impulsif pada minyak isolasi.
Dalam kondisi sesudah terjadi tegangan tembus akan timbul gelembung gas
dan kabut hitam pada sampel minyak hal ini disebabkan oleh
1. Permukaan elektroda tidak rata, sehingga terdapat kantong – kantong udara
di permukaannya
2. Adanaya tabrakan elektron saat terjadi tegangan tembus sehingga muncul
produk – produk baru berupa gelembung gas atau arang
3. Adanaya penguapan cairan karena pada bagian bagian elektroda yang tajam
dan tak teratur
4. Zat cair dikenai perubahan suhu dan tekanan

1.1.6 Korelasi
1. Hubungan antara jarak sela elektroda tegangan tembus minyak adalah
berbanding lurus, artinya semakin besar jarak sela antar elektrodanya maka
semakin tinggi tegangan tinggi tegangan tembus yang terjadi pada minyak
2. Dengan jarak sela yang sama untuk jenis minyak yang berbeda memiliki
tegangan tembus yang berbeda pula tegangan tembus rata – rata pada minyak
pelumas lebih tinggi daripada tegangan tembus pada minyak kelapa.
1.2.1 Kegagalan Pada Isolasi Padat
Kegagalan isolasi padat terdiri dari :
A. Kegagalan asasi (intrinsik) terjadi jika diterapkan tegangan tinggi pada
lapisan dielektrik yang tipis. Hal ini terjadi pada waktu yang singkat dan disebabkan
karena medan listrik yang tinggi di mana elektron mendapat energi dari tegangan
luar sehingga melintasi celah yang terlarang sampai ke lapisan konduksi. Sifat
kegagaln ini adalah :
• Terjadi pada suhu yang rendah, suhu kamar atau lebih rendah. Kekuatan
kegagalan tidak bergantung pada bentuk gelombang dari tegangan yang diterapkan
dan terjadi pada waktu yang singkat.
• Kegagalan bergantung pada bentuk, besar dari spesimen dan bentuk dari
kegagalan.

B. Kegagalan elektromekanik adalah kegagalan yang disebabkan oleh


adanya perbedaan polaritas antara elektroda yang mengapit zat isolasi padat
sehingga timbul tekanan listrik pada bahan tersebut. Tekanan listrik yang terjadi
menimbulkan tekanan mekanik yang menyebabkan timbulnya tarik menarik antara
kedua elektroda tersebut. Pada tegangan 106 volt/cm menimbulkan tekanan
mekanik 2 s.d 6 kg/cm2. Tekanan atau tarikan mekanis ini berupa gaya yang
bekerja pada zat padat berhubungan dengan Modulus Young.

C. Kegagalan Streamer, untuk mendapatkan kegagalan streamer, ujung


katoda haru dimasukkan dalam isolasi yang akan diuji. Bila elektroda ditempatkan
pada permukaan bahan isolasi maka elektron dari katoda akan menembus ke anoda
melewati dua medium, yaitu medium udara diperbatasan dan langsung melewati
dielektrik. Karena permitivitas udara lebih kecil dari elektrik, kegagalan ini terjadi
lebih awal daripada dielektrik. Kegagalan dielektrik tidak berbentuk discharge
tunggal tapi berbentuk pohon yang bercabang yang dinamakan “linchtenberger
tree”di mana proses terjadinya sangat singkat ( detik hingga beberapa menit ).
D. Kegagalan Termal, umumnya terjadi karena panas disebabkan kerugian
dielektrik. Panas sebagaian dipakai untuk menaikkkan suhu dari bahan dielekrik
dan sebagian hilang di udara. Kenaikan suhu menyebabkan konduktivitas naik.
Kriterianya adalah sebgai berikut:
• Terjadi pada suhu tinggi
• Kekuatan medan pada waktu terjadinya kegagalan tergantung pada bentuk dan
besarnya isolasi
• Waktu yang diperlukan untuk kegagalan adalah dalam milidetik
• Pada medan bolak balik harga tegangan gagal lebih kecil dari medan yang tetap
karena kerugian daya bertambah

E. Kegagalan Erosi
Pada pembuatan suatu isolasi dari kabel bawah tanah dan alat lainnya
kadang-kadang tidak sempurna, sehingga sering terdapat rongga dalam isolasi.
Rongga ini berisi udara atau benda lain, yang mempunyai kekuatan medan atau
kekuatan dielektrik yang berbeda dengan kekuatan dielektrik dari bahan isolasi.
Bila rongga berisi udara maka akan terdapat konsentrasi medan listrik. Karena itu,
pada nilai tegangan normal kekuatan medan pada rongga dapat bernilai melebihi
kekuatan kegagalan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kegagalan. Kekuatan
medan dalam reongga ditentukan oleh perbandingan dari permitivitas dan bentuk
rongga. Pada setiap pelepasan muatan terjadilah panas, dan lama kelamaan muka
dari rongga akan terjadi karbonisasi dan dapat merusak susunan kimia isolasi dan
terjadinya erosi. Mason dan Krueger melakukan percobaan pada suatu spesimen
berbentuk persegi panjang. Benda dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian yang
terdapat rongga dan bagian yang tidak rongga.

Kegagalan yang terjadi pada praktek :


1. Kegagalan Kimia dan Elektro Kimia
Kehadiran udara dan gas lainnya menyebabkan bahan isolasi padat mangalami
perubahan struktur secara kimiawi yang dapat berlanjut pada tekanan listrik secara
terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan isolasi. Beberapa reaksi
kimia penting yang terjadi adalah :
• Oksidasi : Kehadiran udara atau oksigen, pada material padat seperti karet
dan polyethilene mengalami oksidasi yang dapat meyebabkan keretakan pada
permukaan isolator.
• Hidrolisis : Ketika uap air dan embun muncul di atas permukaan suatu
material padat, maka hidrolisis akan terjadi dan material tersebut dan menyebabkan
material akan kehilangan atau berkurang sifat listrik maupun sifat mekanisnya.
Hidrolisis biasanya terjadi pada material padat seperti kertas, kain dan beberapa
material seluler akan mengalami perubahan sifat kimiawi yang sangat cepat.
Perubahan kimia (hidrolisis) juga terjadi pada material padat lainnya seperti plastik
(polyethilene) yang menyebabkan penurunan umur pakai dari material tersebut
(aging).
• Aksi Kimiawi. Meskipun tidak terdapat medan listrik yang tinggi, namun
peningkatan penurunan sifat kimia pada material isolasi dapat menyebabkan
terjadinya berbagai proses material isolasi dapat menyebabkan terjadinya berbagai
proses ketidakstabilan kimiawi karena adanya temperatur yang tinggi, oksidasi
maupun terbentuknya ozon. Meskipun material isolasi padat digunakan pada
berbagai kepentingan penggunaan dan kondisi yang berbeda, reaksi kimia akan
terjadi pada berbagai material yang dapat mandorong terjadinya penurunan sifat
listrik maupun sifat mekanis yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya
kegagalan isolasi.
Efek elektro-kimia dan penurunan sifat kimia material dapat diperkecil dengan cara
mengkaji lebih mendalam dan melakukan pengujian material secara lebih berhati-
hati. Isolatornya yang terbuat dari bahan glass (campuran sodium) harus
dihindarkan dari keadaan udara lembab dan basah, sebab sodium dapat
menyebabkan keadaan menjadi tidak stabil, sehingga soda yang dilepaskan ke
permukaan akan menimbulkan pembentukan suatu alkali kuat yang akan
menyebabkan penurunan sifat material secara menyeluruh.

2. Kegagalan Tracking dan Treeing


Jika suatu bahan isolasi padat diterapkan tekanan listrik dalam jangka waktu yang
lama maka akan mengalami kegagalan. Secara umum, terdapat dua gejala yang
dapat diamati pada material tersebut, yaitu: (a) Adanya bagian konduksi pada
permukaan isolator. (b) Suatu mekanisme yang bekerja yang menyebabkan arus
bocor melalui bagian konduksi yang pada akhirnya mendorong ke arah
pembentukan suatu percikan (discharge). Percikan yang terjadi akan menyebar
selama proses penjejakan karbon (tracking) dan membentuk cabang-cabang yang
menyerupai pohon (pepohonan) yang dikenal dengan istilah “treeting”.
Fenomena pepohonan listrik (treeing) dapat dijelaskan dengan menggunakan
sebuah spesimen (conducting film) yang diletakkan di antara dua elektroda. Dalam
prakteknya, spesimen tersebut diberikan suatu cairan pelembab kemudian
diterapkan tegangan, dan dalam waktu tertentu pada permukaan spesimen akan
mengalami kekeringan. Pada saat yang sama terjadi percikan yang dapat
menyebabkan kerusakan pada permukaan material. Pada material padat seperti
kertas, akan terbentuk karbonisasi di daerah terjadinya percikan api, dan
selanjutnya karbonisasi yang terbentuk akan bertindak sebagai saluran konduksi
permanen yang kemudiannya dapat meningkatkan tekanan yang berlebihan. Proses
ini adalah merupakan proses kumulatif, dan isolator mengalami kegagalan akibat
terjadinya jembatan karbon diantara elektroda. Fenomena ini dikenal dengan istilah
“tracking”.
Pada sisi yang lain, treeing terjadi karena erosi dari material pada ujung percikan.
Erosi mengakibatkan permukaan menjadi kasar, dan oleh sebab itu dapat menjadi
sumber pengotoran dan pencemaran. Kejadian ini akan meningkatkan
konduktivitas, dan pada sisi yang lain akan membentuk jembatan antara bagian
konduksi tadi dengan elektroda yang selanjutnya mengakibatkan kegagalan
mekanik (keretakan ) pada bahan isolator.
Umumnya, tracking terjadi pada tegangan yang rendah yaitu sekitar 100 V,
sedang treeing terjadi pada tegangan tinggi. Treeing dapat dicegah melalui usaha
membersihkan permukaan material, menciptakan keadaan kering, dan pada
permukaan yang halus (yang tidak terjadi kekasaran permukaan). Oleh karena itu
pemilihan material harus didasarkan pada material yang mempunyai resistansi yang
tinggi terhadap fenomena “treeing”.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maik KOCH. THE BREAKDOWN VOLTAGE OF INSULATION OIL UNDER
THE INFLUENCES OF HUMIDITY, ACIDITY, PARTICLES AND
PRESSURE.Jurnal tidak diterbitkan. 2007
2. SEYED MAJID HASHEMINEZHAD. Breakdown Strength of SolidjSolid
Interface. Jurnal tidak diterbitkan.2010
3. Mushtaq ismael ashan. Using the transformer oil-based nanofluid for cooling of
power distributon transformer.jurnal tidak diterbitkan.2016
4. Josef. Measurement of electrical parameters of breakdown in transformer oil.
Jurnal tidak diterbitkan.2011
5. Sharin Ab Gham. A STUDY OF MOISTURE EFFECTS ON THE
BREAKDOWN VOLTAGE AND SPECTRAL CHARACTERISTICS OF
MINERAL AND PALM OIL-BASED INSULATION OILS. Jurnal tidak
diterbitkan. 2016

Anda mungkin juga menyukai