Anda di halaman 1dari 3

TEORI PENGUKURAN

DAN KESALAHAN DALAM PENGUKURAN

A. Pendahuluan
Di dalam bidang ilmu dan teknologi sering harus dilakukan pengukuran besaran
fisis seperti jarak, waktu kecepatan, tegangan, kuat arus dan lain sebagainya. Dalam
melakukan pengukuran, hasil yang didapat selalu dihinggapi ketidakpastian. Adapun
sebabnya antara lain:
1. Adanya nilai skala terkecil (nst) yang menunjukkan keterbatasan alat ukur
tersebut.
2. Adanya ketidakpastian bersistem, diantaranya:
a. Kesalahan kalibrasi (kesalahan ketika alat diproduksi)
b. Kesalahan titik nol (alat tidak lagi menunjukkan angka nol dengan tepat)
c. Kesalahan pegas (setelah sekian lama digunakan pegas melunak atau
mengeras dari keadaan semula)
d. Gesekan pada bagian alat yang bergerak
e. Paralaks (kesalahan arah pandang) dalam membaca skala.
3. Adanya ketidakpastian acak, seperti:
a. Gerak Brown molekul udara
b. Fluktuasi tegangan listrik
c. Noise (gangguan) dari alat-alat elektronik
d. Background, landasan bergetar, dll
4. Keterbatasan keterampilan pengamat.
Peralatan yang semakin canggih dan kompleks menuntut keterampilan yang
tidak sedikit dari pemakai alat.
B. Penulisan Kesalahan pada Hasil Pengukuran
Cara memperkirakan dan menyatakan kesalahan bergantung pada cara
pengukuran yang dilakukan dan juga pada jenis alat yang digunakan.
Cara pengukuran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengukuran tunggal dan
pengukuran berulang. Sedangkan jenis alat yang digunakan dapat dibedakan menjadi
alat yang memiliki skala analog tidak bernonius, alat yang berskala analog dengan
nonius dan alat yang berskala secara digit.
1. Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja
(apapun alasannya). Pada pengukuran tunggal orang biasanya mengambil
kebijaksanaan bahwa nilai kesalahan (ketidakpastian) adalah dari nilai skala
terkecil (nst) dan hasil pengukuran dilaporkan sebagai:
Dimana x adalah besaran fisi yang dikur, x adalah nilai terbaik pengganti
besaran fisis yang sebenarnya dan x adalah ketidak pastian pengukuran (1/2
nst).
Misalnya seorang pengamat akan mengukur balok dengan sekitar 6,2 cm,
yaitu antara 6,1 cm dan 6,3 cm (tidak dapat diketahui berapa tepatnya).
Dengan kata lain pengamat berkeyakinan benar bahwa penentuan V2 nst pada
contoh ini tidaklah mutlak melainkan kebiasaan saja. Dalam kasus pengukuran

yang lain dapat saja harga kesalahan diambil 1/3, VA, 1/5, dan seterusnya dari
nst.

2. Pengukuran Berulang
Dari pengukuran yang berulang kali diharapkan akan diperoleh
informasi yang lebih banyak tentang nilai benar suatu besaran fisis. Makin
banyak suatu nilai dihasilkan dalam pengukuran berulang, makun yakin kita
akanbenarnya nilai tersebut. Pengukuran berulang menghasilkan sampel dari
populasi x, x1, x2, x3,.., xn. Nilai terbaik pengganti nilai benar x dari n kali
pengukuran dipakai nilai rata-rata sampel, yaitu:

Penyimpangan nilai rata-rata sampel terhadap nilai besaran fisis


dinyatakan sebagai suatu stndar deviasi (SD) rata-rata sampel yang
dirumuskan sebagai:

Pada kalkulator ilmiah, besaran rata-rata dan deviasi standar di atas sudah
tersedia dalam fungsi statistiknya. Jadi untuk keperluan praktikum ini
disarankan untuk menggunakan kalkulator ilmiah.
Sebagai contoh: hasil pengukuran diameter d sekeping uang logam yang
dilakukan 10 kali menghasilkan data seperti pada tabel dibawah ini:

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan kalkulator ilmiah diperoleh


diameter rata-rata 12,00000 mm dan standar deviasi 0,000569 mm yang
dibulatkan menjadi 0,0006 mm. kenapa harus dibulatkan akan dibahwab pada
bagian siginificant figure dibawah ini.

C. Angka yang Dapat Dipercaya atau Angka Berarti (Significant Figure)


Suatu nilai pengukuran biasanya terdiri dari beberapa angka misalnya panjang
balok:
p = (7,34 0,05) cm
dari penulisan diatas, angka 7 dan 3 dapat dipastikan kebenarannya, sedangkan angka
4 merupakan angka taksiran. Ketiga angka (7.3 dan 4) pada hasil pengukuran tersebut
adalah angka yang dapat dipercaya. Jadi angka yang dapat dipercaya dari suatu
bilangan hasil pengukuran terdiri dari angka-angka yang dapat dihasilkan
kebenarannya dan satu angka taksiran. Banyaknya angka dibelakang koma yang
menunjukkan kesalahan (ketidakpastian) hasil pengukuran tidak boleh lebih dari hasil
rata-rata. Jika dijumpai bilangan yang sangat besar atau bilangan yang sangat kecil
hendaknya diguanakan bentuk eksponen.
Berikut adalah contoh penulisan yang salah dan yang benar dari penulisan suatu
hasil pengukuran.

Anda mungkin juga menyukai