Anda di halaman 1dari 41

MODUL PRAKTIKUM

FISIKA DASAR I

LABORATORIUM FISIKA DASAR


UPT LABORATORIUM TERPADU
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Tahun Ajaran 2019-2020

-1-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
I. TEORI PENGUKURAN DAN KESALAHAN

A. Pendahuluan
Di dalam bidang ilmu dan teknologi sering harus dilakukan pengukuran

besaran fisis, seperti misalnya jarak, waktu, kecepatan, tegangan, kuat arus dan

sebagainya. Dalam melakukan pengukuran selalu dihinggapi ketidakpastian.

Adapun sebabnya antara lain :

1. Adanya nilai skala terkecil (nst) yang ditimbulkan oleh keterbatasan alat

ukur tersebut. Secara fisik jarak antara dua goresan yang berdekatan dalam

suatu alat ukur jarang kurang dari 1 mm. Hal ini disebabkan karena mata

manusia agak sukar melihat jarak kurang dari 1 mm dengan tepat.

2. Adanya ketidakpastian bersistem diantaranya :

a. Kesalahan kalibrasi (pemberian nilai skala ketika alat diproduksi kurang

tepat).

b. Kesalahan titik nol (sebelum digunakan alat telah menunjukan pada

sesuatu nilai yang tidak nol atau jarum tidak mau kembali ke titik nol

secara tepat).

c. Kesalahan pegas (setelah sekian lama digunakan pegas

melunak/mengeras dari keadaan semula).

d. Gesekan pada bagian alat yang bergerak.

e. Paralaks (kesalahan arah pandang) dalam membaca skala.

3. Adanya ketidakpastian acak, antara lain :

a. Gerak brown molekul udara, gerak ini dapat menggangu penunjukan

jarum alat yang sangat halus dan berbasis mikroskopis.

b. Fluktuasi tegangan jaringan listrik, mengganggu operasional alat-alat

listrik.

c. Noise (gangguan bising) dari alat-alat elektronik.

d. Background, landasan bergetar dll.


-2-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
4. Keterbatasan keterampilan pengamat.

Peralatan yang semakin canggih dan kompleks seperti mikroskop elektro,

osiloskop, spektrometer, pencacah partikel dll menurut keterampilan yang

tidak sedikit dari pemakainnya.

B. Penulisan Kesalahan Pada Hasil Pengukuran

Cara memperkirakan dan menyatakan kesalahan bergantung pada pada cara

pengukuran yang dilakukan yaitu :

1. Pengukuran tunggal

Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja (apapun

kesalahannya). Pada pengukuran tunggal orang biasanya mengambil

kebijaksanaan bahwa nilai kesalahan (ketidakpastian) nst dan hasil

pengukuran dilaporkan sebagai :

X = X ± ΔX (1.1)
Dimana X = besaran nilai fisis yang diukur
X = nilai ‘terbaik’ pengganti nilai besaran fisis sebenarnya

Contoh 1 : Perhatikan Gambar 1 di bawah ini. Panjang sebuah balok diukur

dengan menggunakan mistar yang memiliki skala terkecil mm. hasilnya ditulis

sebagai:

Panjang balok = (6,15 ± 0,05) cm

Ini berarti, pengamat menduga panjang balok itu sekitar 6,15 cm, yaitu antara

6,10 cm sampai 6,20 cm (tidak dapat diketahui tepatnya). Dengan kata lain

pengamat berkeyakinan benar, bahwa panjang balok tidak kurang dari 6,10 cm

dan tidak lebih dari 6,20 cm. Sekali lagi perlu diingat, bahwa penentuan besar

kesalahan nst pada contoh di atas tidaklah mutlak melainkan kebiasan saja.

Dalam kasus pengukuran yang lain dapat saja harga kesalahan diambil 1/3, 1/4,

1/5 dan seterusnya dari nst.

-3-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
0 1 2 3 4 5 6

Gambar 1.1. Pengukuran balok dengan mistar skala mm

Contoh : Arus listrik menggunakan amperemeter yang skalanya kebetulan agak

besar (jarak antara dua goresan terdekat lebih besar dari 1 mm) dan jarum

penunjuk cukup tipis (lihat gambar dibawah)

2 3
Hasil pengukuran dapat dinyatakan sbb:

Kuat arus = (2,66 ± 0,02) mA atau kuat arus (2,66 ± 0,03) mA.

Angka perkiraan

Ini berarti pengukuran berada diantara 2,64 sampai 2,68 mA atau 2,63 sampai

2,69 mA. Ketidakpastian sebesar ± 0,02 atau ± 0,03 diambil dari 1/5 atau 1/4

(bukan 1/2 nst), karena jarak antara dua goresan yang berdekatan cukup jauh

(lebih besar dari 1mm).

2. Pengukuran berulang

Dari pengukuran yang dilakukan berulang kali diharapkan akan diperoleh

informasi yang lebih banyak tentang nilai benar dari suatu besaran fisis. Makin

banyak suatu nilai dihasilkan dalam pengukuran berulang, makin yakun kita

benarnya nilai tersebut.

-4-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
Pengukuran berulang menghasilkan sampel dari populasi X, yaitu x1, x2, ....., xm.

Nilai ‘terbaik’ pengganti nilai benar X dari pengukuran di atas, dipakai nilai

rata-rata sampel x, yaitu :


_ 1
   i  1 (1.2)
n i

Penyimpangan nilai rata-rata sampel terhadap nilai besaran fisis sebenarnya

dinyatakan sebagai suatu deviasi standar rata-rata sampel, yang dirumuskan

(dapat menggunakan kalkulator dari mode SD):


2
n (X  X )
i1 i
SX  X  (1.3)
n(n 1)

Contoh : pengukuran terhadap diameter D sekeping mata uang yang dilakukan

10 kali menghasilkan data seperti dalam tabel dibawah ini :

No. D D2 No. D D2
1 11,7 136,89 6 12,0 144,00
2 11,8 139,24 7 12,0 144,00
3 11,9 141,61 8 12,0 144,00
4 12,0 144,00 9 12,3 151,29
5 12,0 144,00 10 12,3 151,29
ΔD = 0,00596....

Sehingga hasil pengukuran dapat dinyatakan sbb :

D = (12,00 ± 0,06) mm

Disamping deviasi standar rata-rata orang juga sering menggunakan deviasi

standar relatif atau disebut juga koefesien keragaman (C), yaitu perbandingan

antara deviasi standar dengan harga rata-rata pengamatan. Koefisien

keragaman ini biasanya dinyatakan dengan persen (%) yaitu


s
C  (kali 100 %) (1.4)
x

C. Angka yang dapat dipercaya/Angka Berarti (Significant Figure)

Suatu nilai hasil pengukuran biasanya terdiri dari beberapa angka, misalnya

panjang AB = (7,34 ± 0,05) cm. Angka 7 dan 3 dapat dipastikan kebenarannya,

-5-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
sedangkan angka 4 merupakan angka taksiran. Ketiga angka (7, 3 dan 4) dalam

bilangan ini disebut angka yang dapat dipercaya. Jadi angka yang dapat

dipercaya dari suatu bilangan hasil pengukuran terdiri dari angka-angka yang

dapat dipastikan kebenarannya dan angka pertama hasil taksiran. Banyaknya

angka dibelakang koma dari bilangan yang menyatakan kesalahan

(ketidakpastian) pengukuran, tidak boleh lebih banyak dari hasil rata-ratanya.

Jika dijumpai bilangan yang sangat besar atau bilangan yang sangat kecil

hendaknya menggunakan bentuk eksponen.

Contoh 5 :

No Penulisan yang salah Penulisan yang benar Keterangan :

1 5,1078 ± 0,0025 5,108 ± 0,003 Angka yang diberi

2 19,348 ± 2,5 19 ± 3 Garis bawah adalah

3 2.700.000 ± 30.000 (2.70 ± 3) × 104 Angka perkiraan

D. Perambatan Kesalahan

Banyak besaran-besaran fisika yang tidak dapat diukur secara langsung. Lebih

sering kita dapati bahwa besaran-besaran itu merupakan fungsi dari besaran-

besaran lain yang dapat diukur.

Contoh 6 : kita hendak mengukur massa jenis suatu benda padat. Karena alat

ukur mengukur massa jenis benda padat ( ) secara langsung tidak ada, maka

dapat ditentukan melalui hubungan:


m

V

Dimana m dan V menyatakan massa dan volume benda (keduanya dapat

diukur secara langsung). Karena pengukuran m dan V menghasilkan

ketidakpastian Δm dan ΔV, juga mengandung ketidakpastian Δ .

Persoalannya bagaimanakah hubungan Δm dan ΔV dengan Δ ?

-6-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
Misalkan besaran fisis Z (yang tidak dapat diukur secara langsung) merupakan

fungsi dari besaran X dan Y (yang dapat diukur secara langsung). Maka secara

matematis hubungan Z dengan X dan Y dinyatakan sebagai

Z  Z(X, Y)  Z(X0  X, Y0  Y) (1.5)

Dengan menggunakan deret Taylor di sekitar diperoleh bentuk

diffrensial ΔZ:

 z   z 
Z 
x  X  y Y (1.6)
Y  x

Dalam penerapannya persamaan (1.6) harus dimodifikasi lagi sesuai dengan

cara pengambilan data mentah. Dalam hal ini dapat dibedakan 3 kasus, yaitu :

Jika x dan y masing-masing diukur sekali, maka :

z   z 
Z  X    X
  (1.7)
x X0Y0 Y X0Y0
Contoh :
Sebuah silinder kayu diukur diameter dan panjangnya masing-masing sekali,

sehingga didapatkan data sebagai berikut :

D  D  (1, 07  0, 01) cm
   (5, 35  0, 05) cm
volume silinder dapat dihitung melalui persamaan
2
D
V  4, 8107 cm3
4
Ketidakpastian harga volume dapat dihitung sebagai berikut :

v v 
V  D  
D 
 2
HD HD
V  D  
 2 4
=0,08992+0,1617=0,2516

-7-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
Maka volume silinder beserta ketidakpastiannya dapat dilaporkan sebagai ;

V±V=(4,8±0,3) cm3
a. jika x dan y masing-masing diukur berulang kali, maka
2 2
Z=S =  Z   Z  (1.8)
S2  S2
Z  X  X  X  Y
  X0Y0   X0 Y0
Contoh :

Diameter dan panjang silinder masing-masing diukur berulang kali sehingga

didapatkan data-data sebagai berikut :

D  SD  (1, 070  0, 005) cm


S  (5,35  0, 02) cm

Dari perhitungan volume didapatkan V = 4,8107 cm3

Ketidakpastian volume dapat ditentukan sebagai berikut :


2
2
 V  2  Z 
2
S=   S D   S
V  D   
2
 D 2 
D 
2

  S
2
SV =  S 2
D 
= 0,048
 2   4 

Maka volume silinder beserta ketidak pastiannya dapat dilaporkan sebagai :

V  SV  (4,81  0,05) cm3


b. Jika salah satu dari x atau y diukur sekali sedangkan lainnya diukur

berulang kali (misalkan x diukur sekali sedangkan y diukur berulang kali),

maka :
2
 2   
2 2 Z
Z=S =
 Z 
   X  
2
SY (1.9)
Z  X 
X0Y0  3   Y X0Y0
Contoh :

Diameter silinder diukur sekali, sedangkan panjang silinder diukur berulang

kali sehingga dihasilkan data sebagai berikut :

-8-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
D  D  (4, 81  0, 05) cm3
 S  (5, 35  0, 02) cm

maka V = 4,9107 cm , sedangkan ketidakpastiannya adalah :


3

2
2 2  V 
S= 
V   2  2
   D   S
V  D   3    
2 2 
 V   2    V  S 2  0, 0626
2
   D
S=
V  D   3    

Maka volume silinder beserta ketidak pastiannya dapat dilaporkan sebagai

berikut :
3
V±SV =(4,81±0,06) cm

c. Pembuatan grafik dan metode kuadrat terkecil

Hasil percobaan bila disajikan dalam angka-angka saja akan menjemukan dan

tidak dapat memberikan informasi yang lebih banyak. Untuk itu hendaknya

angka-angka tersebut divisualisasikan dalam bentuk grafik atau kurva dari

variable yang diukur. Misalnya pada percobaan gerak lurus beraturan, kita

dapat melakukan pengukuran waktu gerak untuk berbagai jarak tempuh

(gambarkan) pasangan titik-titik jarak-waktu dalam selembar ketas grafik.

Karena gerak lurus beraturan memenuhi persamaan garis lurus x = x0 + vt,

maka diharapkan letak titik-titik yang diperoleh akan berdekatan dengan

sebuah garis lurus. Persamaan garis lurus terbaik yang mewakili hasil

percobaan, dapat ditentukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil.

Secara umum persamaan garis lurus ditulis sebagai :


y  a  bx
Nilai a dan b dapat ditentukan melalui hubungan:
n (x  x)(y  y)
b  i1 i 2i
(xi  x)
dengan

-9-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
a  y  bx
d. Ketelitian dan Ketepatan

Suatu percobaan dikatakan memiliki ketelitian tinggi jika kesalahan kecil.

Dan suatu percobaan dikatakan memiliki ketepatan tinggi jika kesalahan

sistematik percobaan tersebut kecil. Secara matematik ketelitian dan ketepatan

suatu percobaan dapat ditulis sebagai berikut:


 x 
ketelitian  1-  100%
 x 
 H  x 
 ketepatan  1-  100%
  x 
dimana:

H = nilai seharusnya; x = harga rata-rata hasil percobaan

Hasil percobaan yang baik harus sama-sama memiliki ketelitian dan ketepatan

yang tinggi.

E. Tujuan Percobaan

a. Dapat menggunakan alat-alat ukur dasar, massa dan panjang.

b. Dapat menentukan kesalahan pada pengukuran beserta penjalarannya.

c. Dapat memakai metode kuadrat terkecil dalam pengolahan data

F. Alat Dan Bahan

1. Jangka sorong

2. Mikrometer skrup 5. Neraca

3. Penggaris 6. Timbangan Digital

4. Bola besi atau Kelereng 7. Balok tembaga dan aluminium

-10-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
G. Prosedur Percobaan

1. Timbang balok alumunium, balok tembaga dan bola besi tersebut sebanyak

5 kali dengan neraca 4 lengan.

2. Ukur panjang balok alumunium dan balok tembaga tersebut dengan

menggunakan jangka sorong sebanyak 5 kali ulangan.

3. Ukur diameter bola besi dengan menggunakan mikrometer skrup sebanyak

5 kali ulangan.

-11-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
-12-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
II. HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK

A. Tujuan Percobaan

Setelah melakukan percobaan ini diharapkan dapat:

1. Memahami konsep perubahan energi potensial benda terhadap energi

kinetiknya.

2. Dapat memverifikasi hukum kekekalan energi mekanik pada sistem yang

ditinjau.

B. Teori Dasar

Apakah energi itu? Mungkin tidak ada jawaban yang memuaskan yang dapat

diberikan untuk pertanyaan sederhana ini. Secara sederhana pula dapat kita

katakan bahwa energi adalah kemampuan melakukan usaha. Energi potensial

adalah energi yang dimiliki benda karena kedudukannya. Energi ini

tersembunyikan dalam benda tetapi jika diberi kesempatan energi ini dapat

dimanfaatkan. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena

geraknya atau kecepatannya. Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan,

demikian bunyi hukum kekekalan energi yang juga berlaku untuk energi gerak

benda. Untuk sistem dengan dua benda seperti Gambar 2.1, sebuah sistem

selalu tetap. Dengan demikian dapat dituliskan:

EM1 = EM2 (2.1)


EK1  EP1 EK2  EP2 (2.2)
2 2
mgh1  1 mv  mgh  1 mv (2.3)
2 1 2 2 2
m adalah masa kereta.
v1 adalah kecepatan kereta pada saat dilepaskan ( v1  0 ).
v2 adalah kecepatan kereta pada posisi terendah.
h1 adalah ketinggian beban dari lantai pada kondisi 1
h2 adalah ketinggian dari lantai pada kondisi kedua ( h2  0).

-13-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
Gambar 2.1. Skema Percobaan Hukum Kekekalan Energi Mekanik

C. Alat Percobaan

1. Rel Udara 7. Penggantung beban 5g


2. Beban 25 g dan 50 g 8. Penghalang cahaya 2 jari 3
3. Beban 5g cm
4. Pencacah waktu 9. Benang berpengait
5. Sengkang 10. Neraca 311
6. Kereta

D. Prosedur Percobaan

1. Lakukan penimbangan untuk mengetahui massa kereta

2. Kaitkan benang berpengait pada sengkang yang terpasang pada kereta

kemudian tarik melewati katrol pada ujung rel dan gantungkan

penggantungan beban di ujungnya dengan beban 5 gram.

3. Tentukan jarak antara gerbang cahaya sehingga kereta melewati gerbang

cahaya kedua sesaat sebelum beban menyentuh lantai. (jarak kereta

mendatar sama dengan jarak beban ke lantai).

4. Jika belum, atur agar pewaktu pada fungsi TIMING II.

5. Letakkan kereta tepat sebelum gerbang cahaya pertama kemudian

lepaskan hingga melewati gerbang cahaya kedua.

6. Amati waktu ketika kereta melewati gerbang 2 yang terukur pada

pewaktu (waktu digerbang cahaya 1 mendekati nol karena kereta dari

keadaan diam).
-14-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
7. Jika belum, tekan tombol CHANGE OVER untuk melihat data kecepatan

catat pada tabel 1.

8. Ulangi langkah 5-7 dengan menambahkan beban pada kereta.

Tabel 1.Data Percobaan Hukum Kekekalan Energi Mekanik


M (kg) m (kg) (m +M) kg h (m) t(s) v(m/s) mgh (J) ½ (m+M) v2 (J)

t 1= v 1=
0,025 t 2= v 2=
t 3= v 3=
t 1= v 1=
0,050 t 2= v 2=
t 3= v 3=
Lakukan perhitungan untuk melengkapi tabel diatas!

E. Analisis Dan Pertanyaan

1. Dapatkah percobaan diatas memverifikasi hukum kekekalan energi pada

sistem ditinjau?

2. Berapakan besar persentase perbedaan antara energi kinetik dan energi

potensialnya? Apa arti besar persentase tersebut

-15-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
-16-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
III. MOMEN INERSIA

A. Tujuan Percobaan

Setelah mengikuti praktikum ini, praktikan diharapkan dapat:

1. Menentukan konstanta pegas spiral pada alat momen inersia,

2. Menentukan momen inersia diri pada alat momen inersia,

3. Menentukan momen inersia tiap benda.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain:

1. Alat momen inersia 1 set


2. Gerbang cahaya (photogate) 1 buah
3. Neraca 1 buah
4. Jangka sorong 1 buah
5. Benang nilon 1 meter
6. Perangkat beban 1 set
7. Pencacah waktu 1 buah
8. Bola pejal, silinder pejal, silinder berongga, piringan 213, piringan 714,
kerucut pejal

C. Teori Dasar

Benda yang berputar pada sumbu rotasi tertentu dengan sebuah gaya yang

bekerja pada jarak dari sumbu rotasi tersebut akan menghasilkan momen

gaya (torsi) yang besarnya:

  R  F  RF sin  (3.1)

Jika torsi tersebut bekerja pada suatu sistem yang rotasinya ditahan oleh pegas

spiral, maka besarnya simpangan sebanding dengan torsi tersebut dan

memberikan hubungan:

K (3.2)

-17-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
dengan adalah konstanta pegas spiral. Dari persamaan (3.1) dan (3.2),

diperoleh:

R
  F (3.3)
K

Persamaan (3.3) menunjukkan bahwa besarnya simpangan sebanding dengan

gaya, sehingga apabila digambarkan dalam grafik akan diperoleh kurva linier

antara simpangan terhadap gaya. Sifat linieritas tersebut tentunya akan muncul

selama masih dalam batas elastisitas Hooke dari pegas spiral tersebut.

Torsi juga menghasilkan percepatan sudut yang besarnya bergantung pada

momen inersia benda , yang diberikan oleh hubungan:


2
d t
  I  I (3.4)
dt

Persamaan (3.4) dapat dituliskan kembali menjadi:


2
d 
I 2  K 
dt
2
d 
I 2  K  0 (3.5)
dt
Persamaan (3.5) merupakan gerak osilasi sederhana dengan periodenya sebesar:

I
T  2 (3.6)
K
Untuk sistem partikel yang membentuk benda tegar, momen inersianya

adalah:
N 2
I   m ri i (3.7)
i1
Apabila suatu benda tegar memiliki massa yang sangat kecil dan terdistribusi

kontinu, momen inersianya adalah:


2
I   r dm (3.8)

-18-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
dengan dm adalah elemen massa.

Gambar 3.1. Alat momen inersia

Gambar (3.1) menunjukkan sistem yang digunakan dalam percobaan ini untuk

mengukur momen inersia dari beberapa bentuk benda. Karena sistem tersebut

juga memiliki momen inersia, maka harus diketahui momen inersia diri terlebih

dahulu. Besar momen inersia diri ( ) dapat dihitung dengan mengukur

periode osilasinya, yaitu: 



K 2
I 0  2 0T (3.9)
4
Dengan adalah perioda diri dari alat momen inersia yang digunakan.

Tabel 1. Momen Inersia Benda


No Bentuk Letak Momen Inersia Pada 2
Benda Sumbu 2
4 Bola pejal diameter MR
Pada 1 pusat 5
Silinder 2
1 sumbu MR
pejal Pada
silinder 2 Kerucut 3 2
5 diameter MR
Pada pejal
Silinder  3 5 pusat 10
2 diameter ,,
pejal
pusat 444

 
Pada
Silinder 1 2 2
3 sumbu
berongga M R1  R2
silinder 2

Apabila sebuah benda dipasangkan pada alat momen inersia tersebut dan

kemudian diosilasikan, maka periode osilasinya ( ) adalah:

-19-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
2 
2 4
T   I I0  (3.10)
K
dengan adalah momen inersia benda yang diukur.

Dari persamaan (3.9) dan (3.10), momen inersia benda yang terpasang pada alat

ukur momen inersia dapat dihitung dengan:

T 2  
I    1 I0 (3.11)
 T0 
D. Prosedur Percobaan

1. Set-up Alat

Pasanglah alat momen inersia pada dasar statif. Ikatlah benang nilon pada salah

satu baut yang ada di tepi dudukan silinder kemudian lilitkan benang tersebut

seperti pada Gambar 3.2.

(a) (b)

Gambar 3.2. Konfigurasi alat untuk percobaan A dan B

E. Menentukan Konstanta Pegas Spiral

1. Timbanglah massa tiap-tiap beban.

2. Pastikan jarum penunjuk simpangan pada keadaan nol.

3. Gantungkan satu buah beban pada benang, amati simpangan yang

terjadi. Catatlah sebagai . Ulangi langkah ini beberapa kali. Catat

hasilnya pada Tabel 2.

-20-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
4. Tambahkan atau ganti 1 buah beban berikutnya dan catatlah

simpangannya pada Tabel 2 sebagai .

5. Lakukan langkah 4 untuk simpangan , dan seterusnya. Catat

hasilnya pada tabel 2.

Tabel 2. Simpangan untuk setiap penambahan beban

No Massa (g)      
1 2 3 4 5 ratarata
1 50
2
3
….
….

F. Menentukan Momen Inersia Diri

1. Tegakkan kembali alat momen inersia. Buka benang yang terpasang

pada dudukan silinder.

2. Pasang gerbang cahaya pada dasar statif bila belum terpasang. Atur

posisinya sehingga jarum penunjuk pada alat momen inersia dapat

melintasi gerbang cahaya.

3. Hubungkan gerbang cahaya dengan alat pencacah waktu AT-01.


4. Hubungkan alat pencacah waktu dengan tegangan 220 V AC kemudian

nyalakan. Pilih fungsi CYCLE dengan menekan tombol FUNCTION.

Tekan tombol CH. OVER sebanyak n untuk membatasi sepuluh getaran

yang akan teramati.

5. Simpangkan dudukan silinder sampai 1800 atau lebih kemudian

lepaskan sehingga terjadi gerakan bolak-balik atau isolasi.

6. Amati pencacah waktu. Pencacah waktu akan menghitung mundur

jumlah getaran. Setelah n getaran, alat tersebut secara otomatis akan

menampilkan waktu untuk n getaran. Catat waktu tersebut pada Tabel 3

sebagai t1.

-21-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
7. Tekan tombol FUNCTION satu kali untuk meng-nol-kan nilai yang

tampil di layar.

8. Ulangi langkah 5-7, catat waktunya sebagai t2, t3, ..., t5.

9. Hitung waktu rata-rata n getaran, kemudian hitung periode osilasi

tersebut. Catat pada Tabel 3 sebagai T0.

Tabel 3. Perioda diri, T0


t1 t2 t3 t4 t5 trata-rata Periode diri T0 (s)

G. Menentukan Momen Inersia Benda

1. Timbanglah semua benda yang akan ditentukan momen inersianya.

Catat hasilnya pada Tabel 4.

2. Ukurlah tinggi dan diameter masing-masing benda. Catat hasilnya pada

Tabel 4.

3. Pasanglah bola pejal pada alat momen inersia.

4. Hubungkan gerbang cahaya dengan alat pencacah waktu AT-01.

5. Hubungkan alat pencacah waktu dengan tegangan 220 V AC kemudian

nyalakan. Pilih fungsi CYCLE dengan menekan tombol FUNCTION.

Tekan tombol CH. OVER sebanyak n kali untuk membatasi n getaran

yang akan teramati.

6. Simpangkan bola tersebut sebesar 1800 atau lebih, kemudian lepaskan

sehingga berosilasi. Catat waktu n getaran yang ditunjukkan alat

pencacah waktu pada Tabel 5 sebagai t1.

7. Tekan tombol FUNCTION satu kali untuk meng-nol-kan nilai yang

tampil di layar.

8. Ulangi langkah 6 &7 sebanyak 5 kali. Catat hasil tersebut pada Tabel 5.

9. Hitung waktu rata-rata n getaran, kemudian hitung perioda getarannya.

Catat hasilnya pada Tabel 5.

-22-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
10. Ganti bola pejal dengan benda sesuai urutan pada Tabel 5. Lakukan

langkah 6-9 untuk setiap benda. Catat hasil tersebut pada Tabel 5.

Tabel 4. Dimensi benda


No Benda massa (kg) diluar (m) dalam (m) tinggi (m)
1 Bola pejal
2 Silinder pejal
3 Silinder berongga
4 Piringan 214
5 Piringan 714
6 Kerucut

Tabel 5. Perioda untuk setiap benda


No Benda t1 t2 t3 t4 t5 trata-rata Perioda diri T0 (s)
1 Bola pejal
2 Silinder pejal
3 Silinder
berongga
4 Piringan 214
5 Piringan 714
6 Kerucut

H. Analisis Dan Pertanyaan

a. Menentukan konstanta pegas spiral

1. Hitunglah gaya yang bekerja pada alat momen inersia akibat pemberian
beban.
2. Hitung torsi (dari persamaan 1).

3. Buatlah tabel seperti Tabel 6 dan grafik simpangan (dalam radian)

terhadap torsi .

4. Tentukan konstanta pegas spiral, .

Tabel 6. Simpangan alat momen inersia untuk setiap gaya

No m (kg) F (N)  (Nm) 


ratarata
   rad
0

-23-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
I. Menentukan momen inersia diri
1. Hitung waktu n getaran rata-rata, kemudian hitung periodanya.

2. Hitung momen inersia diri (I0) dari alat ukur momen inersia itu dengan

menggunakan persamaan (9).

J. Menentukan Momen Inersia Benda


1. Hitung waktu n getaran rata-rata, kemudian hitung periodanya.

2. Dengan persamaan (12) untuk masing-masing benda, hitunglah momen

inersia dan tentukanlah nilai konstanta c-nya jika momen inersia I

dituliskan sebagai . Tuliskan pada Tabel 8.

3. Bandingkan hasil pada poin 2 tersebut dengan hasil perhitungan

teoretiknya.

Tabel 8. Momen inersia benda hasil percobaan dan teori

No Benda teori percobaan konstanta c KSR (%)


1 Bola pejal
2 Silinder pejal
3 Silinder berongga
4 Piringan 214
5 Piringan 714
6 Kerucut

-24-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
-25-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
IV. KECEPATAN BUNYI DI UDARA

A. Tujuan Percobaan

Setelah melakukan percobaan ini anda diharapkan dapat menentukan

kecepatan bunyi diudara menggunakan alat tabung resonansi.

B. Teori Dasar

Kecepatan perjalaran bunyi atau biasa disebut laju bunyi-bergantung pada

parameter fisis medium, laju bunyi pada suatu medium dapat diketahui jika

frekuensi dan panjang gelombang bunyi diketahui. Hubungan antara parameter

fisis tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan:

V  f . (4.1)

Dimana v adalah laju penjalaran bunyi, f adalah frekuensi bunyi, dan  adalah
panjang gelombang bunyi.

Pada percobaan ini, frekuensi bunyi dapat diperoleh dari pengeras suara yang

dihubungkan dengan pembangkit frekuensi audio. Panjang gelombang bunyi

diukur pada tabung resonansi pada keadaan resonansi. Resonansi ditandai oleh

intensitas bunyi yang terdengar lebih keras dibandingkan pada keadaan lainnya

pada panjang tabung tertentu. Resonansi adalah fenomena gelombang berdiri

pada kolom dan terjai ketika panjang kolom adalah:


 3 5
, , (4.2)
4 4 4
Dimana  adalah panjang gelombang bunyi. Permukaan piston merupakan

posisi perut gelombang simpangan karena udara tidak bebas untuk bergerak

longitudinal. Pada bagian tabung yang tebuka terjadi simpul, tetapi yang

sebenarnya berada sedikit diluar tabung pada jarak sekitar 0.6 r dari ujung

tabung, dimana r adalah jari-jari tabung. Koreksi ujung tabung ini dapat

-26-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
ditambahkan untuk memperoleh nilai yang lebih baik jika hanya satu keadaan

resonansi yang dapat diukur, tetapi hal ini biasanya lebih sesuai untuk

mengurangi kesalahan pada resonansi pertama  4 dibandingkan pada

resonansi kedua 34 , ketiga 54 , dst.

Pada percobaan ini, anda akan mengukur laju bunyi. Anda akan mengatur
frekuensi bunyi dan panjang tabung L untuk resonansi tabung, selanjutnya
pada keadan resonansi, anda akan mengukur jarak antra simpul gelombang

berdiri. Jarak ini memberikan informasi tentang panjang gelombang bunyi 


yang diberikan. Frekuensi dapat diketahui dari pembangkit frekuensi audio,
dan laju bunyi dapat dihitung menggunakan persamaan V  f .

C. Alat dan Bahan

1. Tabung Resonansi 3. Sound Level

2. Signal Generator 4. Sensor Mikrofon

D. Langkah Percobaan

1. Rangkaian tabung resonansi, Signal Generator, Sound level dan sensor


mikrofon seperti gambar 4.1.

Gambar 4.1. Rangkaian Percobaan

-27-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
Mencari nilai frekuensi dengan panjang tabung tetap.

2. Mengatur posisi piston sehingga panjang tabung menjadi 50 cm.


3. Mengatur posisi sensor mikrofon pada titik paling ujung piston pada
tabung.

4. Mengatur perubahan frekuensi pada signal generator, temukanlah nilai

frekuensi dasar f 0 , frekuensi atas pertama f1 , frekuensi atas kedua f 2 .


Tabel 1. Pengaruh panjang tabung dengan frekuensi resonansi
No Panjang Tabung (m) f (Hz) f (Hz) f (Hz)
0 1 2
1 0,5
2 0,7
3 0,9

5. Mengulangi langkah 2 sampai dengan 4, untuk 70 cm dan 90 cm.


Mencari nilai kecepatan suara di udara.

6. Mengatur panjang tabung pada jarak 90 cm.


7. Mengatur frekuensi pada 300 Hz.
8. Kemudian gerakan sensor mikrofon untuk mendapatkan nilai terbesar pada
L1, L2 dan L3.

Tabel 2. Mencari kecepatan suara di udara


No Frek Resonansi (Hz) L1 (m) L2 (m) L3 (m)  1 (m/s)  2 (m/s)  3 (m/s)
1 300

2 500

3 700

9. Kemudian catat hasil yang didapat, kemudian ulangi langkah 6 sd 8 untuk


frekuensi 500 Hz, 700 Hz.

E. Analisis dan Pertanyaan

1. Bagaimana hasil frekuensi yang didapatkan bandingkan dengan


perhitungan secara teori, dan jelaskan.
2. Bagaimana kecepatan suara yang didapat bandingkan secara teori dan
jelaskan.

-28-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
-29-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
V. KOEFISIEN MUAI PANJANG SUATU BAHAN

A. Tujuan Percobaan

Untuk menentukan koefisien muai panjang dari batang kaca borosilikat,

batang tembaga dan batang aluminium.

B. Teori Dasar

Pemuaian zat padat adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena

pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena

pengaruh penerimaan kalor. Pemuaian pada zat padat ada 3 jenis yaitu

pemuaian panjang, luas dan volume. Pemuaian panjang adalah

bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena menerima kalor, pada

pemuaian panjang nilai lebar dan tebal yang sangat kecil jika dibandingkan

dengan muai panjang tersebut, sehingga lebar dan teba; dianggap tidak ada

atau bias diabaikan. Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh jenis

benda atau jenis bahan yang digunakan.

Jika temperature sebuah benda dengan panjang Lo dinaikkan sebesar Ti,

maka benda padat tersebut akan memuai. Jika perubahan suhu ΔT nilainya

cukup kecil, maka perubahan panjang ΔL umumnya berbanding lurus

dengan Lo dan ΔT. Secara matematis dinyatakan dengan :

ΔL = α . Lo. ΔT

Dengan ΔL adalah perubahan panjang, Lo adalah panjang mula-mula,

αadalah koefisien muai panjang bahan.dan ΔT adalah perubahan suhu.nya.

ΔT = Ti – To

-30-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
Dengan Ti adalah suhu akhir benda setelah dipanaskan, To adalah suhu awal

benda.

Untuk benda padat, perubahan suhu berpengaruh pada seluruh bagian benda.

Logam merupakan benda isotropik, sehingga hanya perlu diukur pada satu

dimensi. Perubahan satu dimensi dari benda padat yaitu panjang, lebar, dan

tebal, dinamakan pemuaian linier.Arah pemuaian mungkin berbeda, namun

jika arah pemuaiannya sama maka disebut pemuaian isotropic. Pada percobaan

ini, akan diukur koefisien muai panjang α untuk batang tembaga, aluminium

dan gelas borosilikat.

C. Alat Percobaan

1. Alat muai panjang 1 set

2.Pembangkit uap 1 buah

3.Termometer 1 buah

4.Pemanas/Kompor Listrik 1 buah

5.Batang tembaga, batang a

6.lumimium dan batang kaca borosilikat.

D. Prosedur Percobaan

1. Rangkailah alat muai panjang seperti pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Set alat muai panjang dan pelengkapnya

-31-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
2. Peralatan terdiri dari sebuah jaket/tabung uap dengan alat ukur (dial indicator)

untuk mengukur ΔL batang. Uap dialirkan dari pembangkit uap ke dalam

tabung uap menggunakan selang.

3. Perhatikan cara pembacaan skala pada alat ukur yang memiliki ketelitian 0,01

mm sehingga satu skala penuh bernilai 1 mm. (skala yang terbaca dibagi 100).

Sedangkan satu garis skala pada skala penunjuk pendek bernilai 1 mm.

4. Saat pengukuran, perhatikan skala penunjuk pendek terlebih dahulu, kemudian

baca skala yang ditunjuk oleh jarum panjang.

5. Harap berhati-hati terhadap uap dan logam panas pada percobaan ini.

6. Ukur panjang batang tembaga pada suhu kamar (Lo). Catat hasil pengukuran

di Tabel 1 sebagai nilai Li.

7. Masukkan batang ke dalam tabung kaca seperti pada Gambar 5.1.. Salah satu

ujung batang dipasang pada sekrup ujung tetap dan ujung lain batang menekan

alat ukr sebesar ΔL.

CATATAN : Gunakan kain, sapu tangan atau sarung tangan saat menyentuh batang

logam agar tidak meningkatkan suhu batang tesebut.

8. Putar casing alat ukur untuk mensejajarkan titik nol pada skala dengan jarum

penunjuk panjang akan bergerak berlawanan dengan arah jarum jam.

9. Nyalakan pemanas listrik. Pilih pengaturan pemanas listrik yang sesuai dengan

kebutuhan, tidak di skala maksimum.

10. Saat uap mulai mengalir, perhatikan alat ukur dan thermometer. Tunggu

hingga pembacaan suhu pada thermometer stabil.

11. Catat nilai suhu yang thermometer ( Tf ) dan pemuaian panjang batang logam

(ΔL) yang ditunjukkan oleh perpindahan jarum penunjuk alat ukur ΔL. Ingat

bahwa ΔL merupakan selisih antara pembacaan alat ukur batang benda

sebelum dan sesudah dialiri uap.

12. Matikan pemanas listrik.

13. Ulangi percobaan untuk batang aluminium dan batang gelas kaca borosilikat

-32-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
Perhatian : Berhati-hatilah terhadap air kondensasi di dalam tabung uap atau

saat melepaskan batang yang masih panas karena dapat menyebabkan luka

bakar

Tabel 1. Data Percobaan Pemuaian Panjang 3 benda

No Nama To Ti Lo Li ΔT ΔL α(oC-1) α (oC-1)

benda (oC) (oC) (m) (m) (oC) (m) perhitungan standar

internasional

1 Batang 25 40

kaca 60
borosilikat 80

2 Batang 25 40
aluminium 60

80

3 Batang 25 40

tembaga 60

80

-33-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
-34-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
VI. BANDUL MATEMATIS

A. Tujuan Percobaan

1. Mengamati/menyelidiki gerak osilator harmonik pada bandul matematis

2. Menerapkan hukum Hooke untuk bandul matematis

3. Menentukan nilai tetapan pecepatan gravitasi g dengan metode ayunan

sederhana jika amplitudo sudut simpangannya besar

B. Alat dan Bahan

1. Statif

2. Bola pejal (logam)/ Bandul sederhana

3. Stopwatch

4. Mistar

5. Tali

6. Neraca Ohauss

C. Teori Dasar

Besar tambahan panjang sebuah benda yang mengalami tarikan/ dorongan

dihitung dari panjang awalnya sebanding dengan besar gaya yang

meregangkannya. Ungkapan ini disebut hukum Hooke. Secara matematis

ditulis:

F  kx (6.1)

Dengan:

F = gaya yang dikerjakan terhadap suatu benda (N)


k = konstanta pegas (N/M)

x = perpindahan (jarak) dari posisi keseimbangan

-35-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
gaya dimana gaya elastis itu menarik kembali suatu benda yang terletak

padanya disebut gaya pemulih

F  kx (6.2)

Bandul matematis didefinisikan sebagai sebuah partikel yang tergantung

pada seutas tali yang tidak mempunyai berat dan tidak dapat bertambah

panjang.

Jika bandul ditarik ke samping dari keseimbangannya dan dilepaskan, maka

bandul akan berayun.

Gambar 6.1. Diagram gaya bandul sederhana

Gambar 6.1 menunjukkan komponen gaya yang bekerja pada sebuah bandul

sederhana. Perlu diketahui bahwa lintasan bandul membentuk sebuah

lingkaran dansudut θ diukur dalam radian. Pertimbangkan hukum kedua

Newton, F = ma, dimana F adalah jumlah gaya-gaya pada benda, m adalah

massa, dan a adalah percepatan sesaat.

Karena hanya berkepentingan dengan perubahan kecepatan dan karena massa

beban dalam lintasan melingkar, maka diterapkan persamaan Newton untuk

sumbu tangensial saja. Sehingga,

-36-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
F  mgsin  ma

a   gsin

dimana g adalah percepatan gravitasi di dekat permukaan bumi. Tanda negatif

pada sisi kanan menunjukkan bahwa θ dan a selalu dalam arah yang

berlawanan. Ini masuk akal karena ketika bandul berayun lebih jauh kekiri,

diharapkan untuk kembali lebih cepat kekanan.


s  l

ds d
v l
dt dt
2 2 (6.3)
d s d 
a l
2 2
dt dt

Demikian sehingga :
2
d 
l  g sin  (6.4)
2
dt
2
d  g
  0
2 l
dt

Persamaan diferensial yang diberikan di atas tidak larut dalam fungsi dasar.

Asumsi lebih lanjut, bahwa bandul hanya mencapai amplitudo kecil, yakni

, cukup memungkinkan untuk sistem agar dapat dihampiri. Membuat

asumsi sudut kecil memungkinkan pendekatan sin θ ≈ θ harus dibuat.

Kesalahan dalam pendekatan ini sebanding dengan θ3 (dari deret Maclaurin

untuk sin θ). Mensubstitusi pendekatan ini ke dalam persamaan (6.3)

menghasilkan persamaan untuk sebuah osilator harmonik:


2
d  g
  0 (6.5)
2 l
dt

Dibawah kondisi awal θ (0) = θ0 dan dθ / dt (0) = 0, solusinya adalah

-37-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
 
 t  
  cos g t 1
0  
 t  0

Persamaan di atas adalah gerak harmonik sederhana dimana adalah semi-

amplitudo osilasi (yaitu, sudut maksimum antara bandul dan sumbu vertikal).

Periode gerak, yaitu waktu untuk osilasi lengkap (bolak-balik) adalah:

l
T0  2 0 1
g
yang merupakan hukum Huygens untuk periode di atas. Perhatikan bahwa di

bawah pendekatan sudut kecil, periode tidak bergantung pada amplitudo θ0; ini

adalah perangkat isochronism yang ditemukan Galileo. Persamaan di atas dapat

dinyatakan sebagai
2
g T
0
l  2 x
 4
Jika satuan SI digunakan (yaitu ukuran dalam meter dan detik), dan dengan

asumsi pengukuran adalah mengambil tempat dipermukaan bumi, maka g ≈

9.81 m/s2, dan g/π2 ≈ 1 (nilainya yang pasti 0,994 sampai 3 desimal belakang

koma). Jadi
2
T
l  0 (6.6)
4
atau dalam kata-kata : di permukaan bumi, panjang bandul (dalam meter)

adalah sekitar seperempat dari kuadrat periode waktu (dalam detik).

Prinsip Percobaan

Dari persamaan

l
T  2
 g
Dengan mengukur panjang tali l dan periode T untuk beberapa ayunan kita

dapat menentukan percepatan gravitasi g. jika panjang bandul kita ubah-ubah

-38-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
untuk jumlah ayunan yang sama tentu periode bandul akan berubah pula.

Sehingga dapat dibuat grafik T2 sebagai fungsi dari .

Jika panjang tali dan periodanya diketahui, maka dapat ditentukan percepatan

gravitasinya, yaitu:
2
4 l
g  2 (6.7)
T0
Jika sudut simpangan cukup besar, gerak bandul tidak lagi harmonik sederhana

dan periodenya merupakan suatu deret yang tergantung pada sudut

simpangan. Penguraian sampai suku ke 3 diperoleh perioda osilasi T:

 1 2  0 max  9 4  0 max 


T  T0 1  sin    sin  
 4  2  64  2 
dimana adalah amplitudo sudut simpangan maksimum dari arah vertikal

dan perioda ayunan sederhana.

D. Prosedur Percobaan

1. Pelajari stopwatch yang digunakan.

2. Timbanglah bandul yang disediakan dan catat nilainya

3. Timbanglah tali dengan panjang tertentu dan catatlah rapat massa

talinya.

4. Pasanglah bandul pada tali dengan panjang tertentu.

5. Gantungkan bandul melalui tali pada statif. Berikan simpangan kecil (50-

500) pada bandul dan biarkan berayun beberapa saat. Sesudah itu baru

mulai mencatat waktu yang diperlukan untuk 100 ayunan!

6. Ulangi langkah di atas untuk panjang tali yang berbeda (usahakan

sebanyak 5 kali)

7. Buatlah tabel datanya.

-39-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
Tabel 1. Data percobaan bandul matematis untuk benda dengan massa
m=…..gram
No (cm) t (s) g No (cm) t (s) g

1
2
3
...

E. Analisis dan Pertanyaan

1. Hitung periode osilasi T untuk satu osilasi dari waktu t selama 30

osilasi.

2. Apakah periode osilasi adalah fungsi dari massa beban?

3. Amati hasil yang diperoleh, apa efek dari panjang bandul pada periode

osilasi? Dan terlihat seperti apa kurva yang dihasilkan?

4. Hitung besar gravitasi g dan bandingkan hasil pengukuran kecepatan

gravitasi anda dengan percepatan gravitasi yang selama ini ditetapkan?

5. Anda diminta untuk menganalisis data-data yang diperleh dan

kemudian menarik kesimpulan dari percobaan yang anda lakukan!

Penjelasan lebih rinci akan disampaikan oleh asisten saat praktikum

berlangsung.

-40-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020
DAFTAR PUSTAKA

Halliday, D., Resnick, R., Walker, J. 1997.Fundamentals of Physics, John Wiley


Sons.

Tim Penyusun. 2014. Modul praktikum Laboratorium Fisika Dasar. Riau. Jurusan
Fisika FMIPA UIN Suska Riau.

Tim Penyusun.1980. Penuntun Praktikum Fisika. Bandung. Armico.

Tim Penyusun. 2004. Modul praktikum Fisika Dasar. Bandung : Laboratorium


Fisika Dasar – ITENAS

Tim Penyusun. 2014. Modul praktikum Laboratorium Fisika Dasar. Bandung.


Jurusan Fisika Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung.

Tyler,Frank. 1967. A Laboratory Manual of Physics. Sydney. Edward Arnold.

-41-
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I TA. 2019-2020

Anda mungkin juga menyukai