Anda di halaman 1dari 10

Wahyu Dwi Prayatna Chaerani

2012-11-109

Laboratorium Fisika
STT-PLN
MODUL I
PENGUKURAN DASAR
(ISI DAN MASSA JENIS ZAT PADAT)

I. TUJUAN
1. Mempelajari penggunan alat-alat ukur dasar
2. Menuliskan dengan benar bilangan-bilangan berarti hasil pengukuran atau
perhitungan
3. Menghitung besaran lain berdasarkan besaran yang terukur langsung

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN
1. Jangka sorong
2. Mikrometer sekrup
3. Neraca teknis
4. Termometer
5. Balok yang dikukur (3 buah)
6. Bejana gelas
7. Bangku penumpu
8. Tali

III. TEORI
Setiap pengukuran besaran fisis selalu dihinggapi oleh batas ketelitian dan kesalahan
pengukuran. Hal ini karena keterbatasan manusia dalam pembuatan alat maupun
keterbatasan dalam kemampuan membaca dan cara membacanya. Karena itu setiap
hasil pengukuran harus dilaporkan secara benar yang memperlihatkan ketelitian
pengukuran tersebut. Untuk hal itu maka pemakaian alat ukur perlu memperhatikan hal-
hal berikut :
a. Titik nol alat yaitu angka yang ditunjukkan alat sebelum digunakan
b. Nilai skala terkecil alat yaitu skala terkecil yang diperlihatkan alat
c. Batas ukur alat yaitu batas maksimum yang dapat diukur alat tersebut
d. Cara pemakaian alat

Wahyu Dwi Prayatna Chaerani
2012-11-109

Laboratorium Fisika
STT-PLN
Demikian banyak hal yang harus diatur dan dikuasai, sehingga pengamat mudah sekali
melakukan suatu kesalahan. Sehingga nilai benar x
0
tidak mungkin kita ketahui secara
tepat melalui suatu eksperimen, yang diperoleh adalah nilai x yang tidak tepat sama
dengan x
0
.
Cara pelaoran baik dituliskan sebagai x = x
0
+ Ax
Dimana : x : besaran yang dicari
x
0
: nlai besaran sebenarnya
Ax : simpangannya

A. Pengenalan Alat
1. Jangka Sorong
Perhatikan gambar 1, jangka sorong mempunyai dua rahang dan satu penduga.
Rahang dalam (C-D) untuk mengukur diameter bagian dalam, rahang luar (A-
B) untuk mengukur diameter bagian luar sedangkan penduga (E-F) untuk
mengukur kedalaman. Karena adalah roda penggerak rahang dan N adalah
pengunci rahang setelah besaran yang diukur terukur.







\



Skala jangka sorong diperhalus dengan nonius, skala utamanya ada dalam
satuan cm atau inch. Adapun noniusnya ada yang 9 skala utama jadi 10 skala
nonius dan ada yang 49 skala utama jadi 50 skala nonius.
Gambar 2 memperlihatkan 9 skala utama jadi 10 skala nonius.


Wahyu Dwi Prayatna Chaerani
2012-11-109

Laboratorium Fisika
STT-PLN



2. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup hanya dapat digunakan untuk mengukur bagian luar saja.
Caranya putarkan roda bagian pemutar kasar, jika sudah dekat putarkan bagian
pemutar halus C, jika sudah pas dikunci oleh penguat S. Skala besarnya adalah
bagian yang horizontal sedangkan skala penghalusnya adalah bagian yang
vertikal N (lihat gambar 3). Biasanya bagian vertikal terdiri dari 50 skala, satu
putaran bagian vertikal akan merubah skala horizontal sebesar mm.






Gambar 3 Mikrometer Sekrup

3. Neraca Teknis
Neraca teknis menggunakan prinsip keseimbangan untuk itu bidang kerjanya
harus mendatar, ini dapat dilihat dengan memutar sekrup I dengan unting-
unting E. Jika tidak lurus dapat gerakkan pendapar G.
Kemudian perhatikan keseimbangannya dengan mengangkat/memutar H, jika
ayunan jarum D ke kanan dan ke kiri sama maka timbangan siap dipakai, jika
tidak seimbang atur pembebanan di lengan-lengan C sesuai dengan yang
diperlukan. Pengangkatan/pemutaran H hanya sebentar saat memperhatikan
keseimbangan, jika sudah harus cepat-cepat diturunkan kembali.
Wahyu Dwi Prayatna Chaerani
2012-11-109

Laboratorium Fisika
STT-PLN
Taruhlah besaran yang akan ditimbang pada lengan satu F, anak timbangan
pada lengan F yang lainnya. Kemudian angkat/putar H, jika keadaan belum
seimbang turunkan kembali dan tambahkan/kurangi beban agar seimbang, baru
kemudian putar H untuk melihat keseimbangannya.
Ingat : jangan meletakkan beban/beban yang akan ditimbang saat neraca
terangkat.

Gambar 4. Neraca Teknis

B. Ketidakpastian Pada Pengukuran Tunggal
Pengukuran tungal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja.
Keterbatasan skala alat antara lain merupakan sebab mengapa setiap pengukuran
dihinggapi ketidakpastian (ktp).
1. Besaran Langsung Terukur
x = x
0
+ Ax
Dimana : x
0
: yang terbaca pada alat ukur
Ax : skala nilai terkecil (nst) alat
nst alat = nst utama jika tanpa nonius
= 1/n x nst utama jika ada nonius
n : jumlah skala nonius

Wahyu Dwi Prayatna Chaerani
2012-11-109

Laboratorium Fisika
STT-PLN
2. Besaran turunan
x = f (a, b, c) dimana a, b, c adalah besarnya terukur langsung dengan :
a = a
0
+ Aa b = b
0
+ Ab c = c
0
+ Ac
x
0
= f (a
0
, b
0
, c
0
)
c c , b , a
c
f
b c , b , a
b
f
a c , b , a
a
f
x
0 0 0 0 0 0 0 0 0
A
c
c
= A
c
c
= A
c
c
= A ... (1)

C. Ketidakpastian Pada Pengukuran Berulang
Pengulangan pada pengukuran ini diharapkan akan memberikan informasi lebih
banyak tentang x
0
, sehingga makin yakin akan benarnya nilai tersebut.
1. Besaran yang langsung terukur x
0
adalah rata-rata dari hasil pengukuran
n
x
x
i
0

=
Ketidakpastiannya adalah deviasi standar nilai rata-rata sampel.
( )
1 n
x x n
n
1
S x
2
i
2
i
0 x


= = A ............................................................. (2)
2. Besaran turunannya
x = f (a, b, c)
a = a
0
+ Aa b = b
0
+ Ab c = c
0
+ Ac
x
0
= f (a, b, c)
2
2
2
2
2
2
c
c
f
b
b
f
a
a
f
x A |
.
|

\
|
c
c
+ A |
.
|

\
|
c
c
+ A |
.
|

\
|
c
c
= A .......................................... (3)
Nilai kepercayaannya 68%









Wahyu Dwi Prayatna Chaerani
2012-11-109

Laboratorium Fisika
STT-PLN
D. Ketidakpastian Pada Pengukuran Campuran
z = f (x, y), dengan :
x = x
0
+ Ax : merupakan hasil satu kali pengukuran
y = y
0
+ Ay : merupakan hasil pengukuran berulang
Maka :
z
0
= f (x
0
, y
0
)
Karena Ax merupakan nst (berarti diukur sekali saja) sedangkan Ay berupa deviasi
standar (diukur berulang), maka makna statistik kedua ktp itu tidak sama, harus
disamakan dahulu. Misalnya dengan membuat jaminan pada Ax dari jaminan
100% menjadi jaminan 68% seperti halnya jaminan pada Ay. Jadi kita pakai :
lama baru
x
3
2
x A = A
Karena 68% =
3
2
x 100%, sehingga diperoleh :
2
0
2
0
2
0 z
y
y
z
x
3
2
x
z
S z A
|
|
.
|

\
|
c
c
+ |
.
|

\
|
A |
.
|

\
|
c
c
= = A ............................................. (4)
Nilai kepercayaannya 68%

E. Jumlah Angka Berarti Yang Dilaporkan
Ax disebut sebagai ketidakpastian mutlak (ktp mutlak)
x
x A
disebut sebagai ketidakpastian relatif (ktp relatif).
Rumus perhitungan angka berarti = 1 log |
.
|

\
| A
x
x

Sehingga jika :
Ktp relatif 10%, maka hanya 2 Angka Berarti (AB)
Ktp relatif 1%, maka hanya 3 AB
Ktp relatif 0,1%, maka hanya 4 AB





Wahyu Dwi Prayatna Chaerani
2012-11-109

Laboratorium Fisika
STT-PLN
Contoh soal :
1. Sebuah balok ukuran beruang kali dengan hasil P = (4,00 + 0,02) cm, L = (3,00
+ 0,02) cm dan T = (2,00 + 0,02) cm. Tentukan V AV!
Mencari AV dengan persamaan (3)
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
2 2 2 2 2 2 2 2 2
02 , 0 00 , 3 00 , 4 02 , 0 00 , 2 00 , 4 02 , 0 00 , 2 00 , 3 V + + = A
= 0,31424 ... cm
3

24
3124 , 0
V
V
=
A
= 1,3%, hanya 3 AB
Jadi V = (24,0 0,31) cm
3

2. Misalkan suatu besaran z ingin diketahui dengan mengukur besaran x dan y,
sedangkan z =
y
x
. Misalkan x diukur satu kali dengan hasil x = (5,0 + 0,05),
sedangkan y diukur berulangkali dengan hasil y = (1,00 + 0,02). Berapakah z
+ Az menurut eksperimen ini!
Dengan persamaan (4) :
lama baru
x
3
2
x A = A = 03 , 0 05 , 0
3
2
=
1
1
1
y
1
y , x
x
z
0
0 0
= = = |
.
|

\
|
c
c

( )
00 , 5
00 , 1
0 , 5
y
x
y , x
x
z
2 2
0
0
0 0
= = = |
.
|

\
|
c
c

( ) ( ) ( ) ( ) 1044 , 0 02 , 0 00 , 5 03 , 0 00 , 1 z
2 2 2 2
= + = A
Sedangkan ... 000 , 5
00 , 1
00 , 5
y
x
z
0
0
0
= = =
Ketelitian pada pengukuran x :
% 1 % 100
0 , 5
05 , 0
x
x
= =
A

Ketelitian pada pengukuran y :
% 2 % 100
00 , 1
02 , 0
y
y
= =
A

Dari hasil :
Wahyu Dwi Prayatna Chaerani
2012-11-109

Laboratorium Fisika
STT-PLN
( ) ( ) % 2 , 2 % 5 % 2 % 1
y
y
x
x
z
z
2 2
2
2
= = + =
|
|
.
|

\
| A
+ |
.
|

\
| A
=
A

Sehingga jawaban ditulis dengan 3 AB :
z = (5,00 + 0,10)

IV. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN
1. Ukur tekanan, temperatur ruangan sebelum dan sesudah praktikum.
2. Ambil balok, ukur masing-masing balok secara berulang-ulang (5 kali) panjang dan
lebarnya dengan menggunakan jangka sorong, sedangkan tebalnya dengan
menggunakan mikrometer sekrup. Catat pada tabel pengamatan.
3. Timbang masing-masing balok tersebut satu kali dengan menggunakan neraca
teknis.
4. Timbang masing-masing balok dengan cara digantung. Catat hasilnya.
5. Timbang masing-masing balok dengan cara digantung tetapi terendam di air
(gunakan bangku penumpu). Catat hasilnya.

















Wahyu Dwi Prayatna Chaerani
2012-11-109

Laboratorium Fisika
STT-PLN

V. DATA PENGAMATAN
TABEL MODUL I (PENGUKURAN DASAR)

Kelompok : 9 P
awal
: P
akhir
:
Jurusan : Teknik Elektro (D3 non-reg) T
awal
: T
akhir
:

















Tanggal Pengambilan Data :
Nama Asisten :
Tanda Tangan Asisten :







Balok I

Jenis Balok :
Massa :
No p(mm) l(mm) t(mm)





Jumlah :
Rata-rata :

Massa di udara :
Massa di air :
Balok II

Jenis Balok :
Massa :
No p(mm) l(mm) t(mm)





Jumlah :
Rata-rata :

Massa di udara :
Massa di air :
Wahyu Dwi Prayatna Chaerani
2012-11-109

Laboratorium Fisika
STT-PLN


VI. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN

1. Dari ke tiga alat yaitu jangka sorong, micrometer sekrup, dan thermometer
tentukan mana yang ada noniusnya !
2. Berapa volume dan rapat massa balok pada pengukuran biasa, hitung dengan
kesalahannya secara benar !
3. Hitung volume balok berdasarkan pengukuran yang digantung dan terendam dalam
air !
4. Bandingkan kedua hasil volume tersebut, mana yang lebih tepat dan berikan
alasannya !

Anda mungkin juga menyukai