Anda di halaman 1dari 22

PENGUKURAN

ANGKA PENTING
TUJUAN
1. Mempelajari ketidakpastian, pengolahan data sederhana
dan berbagai macam pengukuran.
2. Menentukan ketidakpastian dalam proses pengukuran.
3. Memahami aturan angka penting dan penggunaannya.
4. Dapat mengoperasikan angka penting sesuai dengan
aturan.

2
ALAT DAN BAHAN
1. Katrol
2. Spidol
3. Koin (Rp 500)
4. Neraca O’haus
5. Jangka Sorong

3
DASAR
TEORI
Ketidakpastian Pada Pengukuran & Pengolahan Data Sederhana

Setiap pengukuran memiliki sutau ketidakpastian. Beberapa penyebabnya :


▪ Keterbatasan Alat: Ketidak pastian disebabkan oleh nst (nilai skala terkecil) yang
selalu ada, kalibrasi yang tidak tepat
▪ Keterbatasan Pengamat : Di zaman modern ini semakin banyak peralatan
berteknologi tinggi yang digunakan. Pengoperasiannya pun memerlukan
keterampilan yang tinggi, dalam hal menyusun dan memakai alat-alat seperti:
osiloskop, komputer, scaler counter, dan sebagainya.
▪ Ketidakpastian acak : Ketidakpastian yang dimaksud berupa tegangan listrik yang
tidak pernah tetap nilainya sehingga selalu mengalami fluktuasi. Karena itu, suatu
hasil pengukuran harus dilaporkan bersama dengan ketidakpastiannya.

5
Berikut adalah cara yang lazim digunakan :

x = {x ± Dx} [X ]
Dengan x : lambang besaran yang diukur, misal suhu
{x} : nilai yang diperoleh, misal 36 °C
{Δx} : ketidakpastian (ktp) pada x misal 0,5
[X] : lambang satuan besaran x misal °C

6
Sebagai contoh, kita ingin mengukur suhu (T) dan diperoleh hasil pengukuran 36
°C dan ketidakpastian pada alat ukur suhu adalah 0,5 °C, maka hasil pengukuran
suhu tersebut dapat dituliskan sebagai T = (36 ±0,5) °C.

Untuk memperoleh nilai {x±Δx} dibedakan 3 kasus berikut ini :


• Pengukuran dilaksanakan sekali saja. Bila pengukuran hanya dilakukan sekali
saja, maka x adalah nilai yang terbaca pada waktu pengukuran dan Δx = ½nst
(nilai skala terkecil)
• Pengukuran dilakukan beberapa kali. Beberapa kali maksudnya adalah
pengukuran 2 atau 3 kali saja. Apabila ini yang dilakukan, maka nilai X adalah
nilai rata-rata hasil pengukuran, atau dengan:

atau maks dengan i = 1, 2,3

7
• Pengukuran dilakukan N Kali. Dengan mengadakan pengulangan n kali,
diperoleh apa yang disebut sampel besaran x. Nilai yang digunakan sebagai x
adalah nilai rata-rata sampel , dan sebagai ktp-nya digunakan deviasi
standar nilai rata-rata (Sx) :

dengan dan i = 1,2,3,... N

Contoh:
Pengukuran berulang atas besaran A akan menghasilkan sampel berikut:
11,8 - 12,0 - 12,2 - 12,0 - 11,9 - 12,0 - 12,2 - 11,8 - 11,9 - 12,2

X=12 tepat; = 0,05 ; (ΔX = 0,02)

 maka pelaporan hasil pengukuran dituliskan 𝑥 = (12,00 ± 0,02) satuan.

8
Mengukur Besaran Secara Tak Langsung
Jarang sekali besaran yang hendak ditentukan lewat percobaan dapat diukur
secara langsung. Lebih sering besaran tersebut merupakan fungsi dari besaran-
besaran lain yang dapat kita ukur.
Contoh : Tidak ada alat yang dapat mengukur massa jenis (ρ) . Tapi dengan mengukur
massa (m) dan volume (V), kita dapat menentukan (ρ). Akan tetapi sewaktu mengukur
massa dan volume, melekatlah ketidakpastian massa dan ketidakpastian volume.
Misalkan Y adalah besaran yang dicari dari besaran x karena Y = F(x). Karena adanya
ketidakpastian nilai x maka fungsi tersebut dapat ditulis Y = F(x±Δx̄) dan apabila
diurutkan dengan deret Taylor di sekitar X = x̄, menjadi:

9
Untuk fungsi yang lebih dari satu variabel, misal Z = F(x , y )
didapat:

Contoh :
Percepatan gravitasi setempat ingin ditentukan dengan mengukur
periode T suatu bandul matematis sepanjang L. Misalkan dari
pengukuran menghasilkan:
• T = ( 2,00 ± 0,02 ) s
• L = ( 100 ± 1 ) cm sedangkan
• π = 3,14 (dianggap tepat)
Dengan menggunakan rumus Hingga Δg = (3%)(985,6) = 29,578
, maka:
Mengingat bahwa ketidakpastian relatif adalah sebesar 3% maka hasil
akhir harus atau boleh dilaporkan dengan 3AB, jadi menurut
pengukuran ini g = (986 ± 30) cm/s2 atau g = (9,86 ± 0,30) m/s2
10
Metoda Persamaan Garis Linier.
Akan diberikan 2 cara untuk ini:
1. Setelah semua titik percobaan di-plot pada kertas grafik, garis lurus ditarik dengan
sebaik-baiknya. Walaupun cara ini kurang cermat, namun dalam dalam beberapa
cara ini sudah memadai , apalagi skala grafik sudah dipilih dengan baik.
2. Data percobaaan tidak di-plot, melainkan langsung diolah dengan suatu analisis
yang dikenal sebagai “metoda kuadrat terkecil untuk garis lurus” (regresi linier).
3. Misalnya suatu hukum fisika atau rumus sudah ‘dilinierkan’ hingga berbentuk
Y0 =A+BX0 dan pengukuran telah dilakukan untuk selang tertentu dan
menghasilkan titik-titik dan titik-titik . Dengan metoda kedua
diatas , kita akan mendapatkan persamaan garis lurus terbaik berbentuk Y = a + bX
dengan :
11
Ktp Mutlak , Ktp Relatif, Angka Berarti dan Notasi Eksponen

Perhatikan penunjukan amperemeter berikut ini :

Tampak hasil pengukuran Ia lebih kasar daripada Ib. Dengan alasan ini ktp
mutlak hasil Ia harus dinyatakan lebih besar daripada Ib. Sehingga dapat
disimpulkan, besar-kecil ktp mutlak menyatakan kasar halusnya skala alat
ukur. Selain itu, ketidakpastian relatif kedua pengukuran diatas ialah :
dan

12
Apa maksud pelaporan seperti Ia = (1,7 ± 0,05)mA?

Artinya:
1. Pertama, Pelapor hendak mengatakan tidak mengetahui dengan
tepat berapa sebenarnya arus itu, ia hanya menduga atau
memperkirakan nilainya adalah sekitar 1,7 mA.
2. Kedua, Kemudian pelapor menggunakan dua angka berarti (AB)
sekecil itu (hanya 2 buah) menandakan pengukuran dilakukan
dengan alat yang nst-nya cukup besar dibandingkan dengan hasil
Ib.

Ib boleh dilaporkan dengan jumlah (AB) yang lebih besar (3 buah)


yakni angka 1,7 dan 4 sebab skala alat ukur yang digunakan memang
lebih halus (nst-nya lebih kecil).

13
Notasi Eksponensial Dan Angka Berarti
Hasil suatu pengukuran sebaiknya dilaporkan dengan menggunakan notasi eksponensial
yang merupakan cara termudah menuliskan bilangan yang sangat besar maupun sangat kecil
(bilangan demikian sering kita jumpai dalam ilmu fisika). Disamping itu, notasi eksponensial
dengan mudah dapat menonjolkan ketelitian yang tercapai dalam pengukuran. Yakni dengan
menggunakan jumlah angka desimal yang sesuai dengan AB yang diperkenankan. Ketentuan
( kasar ) nya adalah:
▪ ketelitian ( sekitar ) 10% -------- 2 AB (berhak atas 2 angka)
▪ ketelitian ( sekitar ) 1% -------- 3 AB (berhak atas 3 angka)
▪ ketelitian ( sekitar ) 0,1% -------- 4 AB (berhak atas 4 angka)
Dalam notasi eksponensial semua bilangan ditulis sebagai bilangan antara 1 dan 9
(bilangan ini disebut mantissa dikalikan dengan faktor 10n (orde). n adalah bilangan bulat positif
atau negatif .
14
Angka Penting
Angka penting adalah digit angka yang memiliki makna dalam membentuk
resolusi (akurasi dan presisi) pengukuran.
Aturan Angka Penting sbb:
1. Semua angka yang bukan nol (1,2,3,4,5,6,7,8,9) merupakan angka penting.
2. Angka nol di antara angka yang bukan nol adalah angka penting.
3. Angka-angka nol awalan bukan angka penting.
4. Pada angka yang memiliki nilai (pecahan) desimal, angka nol akhiran adalah
angka penting.
5. Pada angka yang tidak memiliki nilai (pecahan) desimal, angka nol akhiran bisa
merupakan angka penting atau tidak, tergantung informasi tambahan. Bisa
berupa garis bawah.
15
CONTOH:
Angka Angka Penting Aturan
48.923 5 1
900,06 5 2
0,0004 1 3
3.000.000 1 3
3.000.000 7 5
16
PENGOLAHAN DATA
Melakukan pengukuran sesuai No. Nama Benda X ΔX
1. Diameter Gelas Beaker 3,96 cm 0,005 cm
kaidah penulisan angka penting:
• Dengarkan instruksi asisten jaga 2. Diameter Luas Silinder 2 cm 0,005 cm

masing-masing. 3. Kedalaman Gelas 5,48 cm 0,005 cm


Beaker
• Lakukan pengukuran sesuai 4. Berat Paper Clips 5,4 cm 0,05 gr
dengan modul yang
bersangkutan Tabel 1. 2 Tabel Pengukuran Angka Penting
• Tuliskan data pengukuran No. Nama Benda X±ΔX
dalam tabel pengamatan 1. Diameter Gelas Beaker {3,96±0,005} cm
berikut: 2. Diameter Luas Silinder {2±0.005} cm

3. Kedalaman Gelas Beaker {5,48±0,005} cm

4. Berat Paper Clips {5,4±0,05} gr

Tabel 1. 3 Tabel Pelaporan Angka Penting


17
ANALISIS
DAN
KESIMPULAN

18
Dari hasil pengukuran yang telah saya lakukan terhadap beberapa benda. Bisa
dikatan saya belum mendapatkan hasil pengukuran yang sudah pasti . Dikarenakan
pada semua benda yang saya ukur, itu masih terdapat nilai ketidakpastian di masing-
masing alat yang saya gunakan. Salah satu contohnya saat saya mengukur diameter
gelas beaker dengan jangka sorong. Saya masih mendapatkan nilai ketidakpastian
dalam jangka sorong tersebut, yaitu nilai skala terkecil dari jangka sorong itu sendiri.

Hal tersebut menjelaskan Kembali. Bahwa yang menjadi salah satu penyebab
ketidakpastian dalam pengukuran itu adalah keterbatasan alat. Adapun cara agar kita
bisa mendapatkan hasil pengukuran yang lebih pasti adalah dengan menggunakan alat
ukur yang lebih tepat, canggih, dan modern. Suatu alat ukur dikatakan tepat jika
mempunyai akurasi yang baik . Akurasi yang baik yaitu hasil ukur menunjukan
ketidakpastian yang kecil . Dalam hal ini, sebelum alat digunakan harus dipastikan
kondisi alat benar-benar terkalibrasi dengan baik . Kalibrasi yang buruk akan
menghasilkan ketidakpastian hasil ukur menjadi besar. Dengan adanya alat yang lebih
tepat tersebut. Maka dibutuhkan juga keterampilan yang tinggi untuk mengoprasikan
alatnya, supaya alat yang sudah canggih dan modern itu bisa digunakan dengan sebaik
Mungkin. Sehingga bisa menghasilkan pengukuran yang lebih akurat.
19
Secara konsep pengukuran, baik karna keterbatasan alat, keterbatasan pengamat,
maupun ketidakpastian acak, dipercaya bahwa setiap pengukuran akan selalu
menghasilkan hasil ukur yang tidak sebenernya , selisih antara hasil ukur yang tidak
sebenarnya dan hasil yang sebenernya disebut ketidakpastian. Ketidakpastian
menggambarkan hasil baca alat ukur terhadap nilai besar-besaran yang diukur.

Bukan hanya alat dan keterampilan saja yang mempengaruhi hasil pengukuran
tersebut. Faktor lain yang berpengaruh dalam peroses pengukuran suatu benda adalah
angka penting. Dikarenakan Ketika kita mengukur suatu benda dengan alat yang
terbatas, akan menghasilkan suatu ukuran yang tidak pasti. Dengan kaidah aturan
angka penting kita dapat membuat hasil pengukuran yang tidak pasti itu menajdi
sebuah digit angka yang memiliki makna dalam membentuk resolusi (akurasi dan
presisi). Sehingga hasilnya tidak lebih (atau kurang) teliti daripada objek yang benar-
benar kita ukur. Sebagai contohnya, Ketika kita mendapatkan hasil pengukuran
dengan bilangan 1,3357 cm. Kita bisa membulatkan bilangan tersebut dengan sesuai
aturan kaidah pembulatan angka penting menjadi 1,35 cm.

20
Dari praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan. Bahwa
hasil pengukuran suatu benda dengan alat dan keterampilan yang


terbatas akan menghasilkan ukuran yang tidak pasti. Dikarenakan dalam
alat ukur yang terbatas masih terdapat nilai ketidakpastiannya. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat, gunakanlah alat ukur yang
mempunyai ketidakpastian terkecil . Adanya ide angka penting pun
sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran. Dengan kaidah aturan
angka penting kita dapat mengubah hasil ukuran yang tidak pasti
tersebut menjadi sebuah digit angka yang memiliki makna dalam
membentuk resolusi (akurasi dan presisi). Sehingga hasilnya tidak lebih
(atau kurang) teliti daripada objek yang benar-benar kita ukur. Bukan
hanya itu, kaidah aturan angka penting yang lainnya seperti
penambahan dan pengurangan juga digunakan dalam pengukuran. Oleh
karena itu angka penting juga menjadi salah satu faktor yang
berpengaruh dalam proses pengukuran. selain itu sebelum
melaksanakan pengukuran, ada baiknya memastikan kondisi alat
terkalibrasi dengan baik agar hasil ukur dapat dipercaya.

21
APA LU LIAT LIAT?

LU KIRA GUA TULANG?


YAK SIP SEGITU AJA.

22

Anda mungkin juga menyukai