1.
TUJUAN
2.4. Bola
besi,
2.5.
Voltmeter,
2.6. Balok
kuningan/almunium,
2.7.
Termometer,
2.8.
Hidromet
er,
2.9. Mikrometer
sekrup,
2.10.
Stopwatch,
2.11. Jangka
sorong,
2.12. Barometer
laboratorium,
2.13. Neraca
teknis.
2.14.
Mikrosko
p
3
.
TEORI
DASAR
3.1 Alat ukur
dasar
Alat ukur adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu
kuantitas atau variabel fisis. Pada umumnya, alat ukur dasar terbagi
menjadi dua jenis, yaitu alat ukur analog dengan sistem analog
dan alat ukur digital dengan sistem digital. Alat ukur analog
memberikan hasil ukuran yang bernilai kontinu, misalnya
penunjukan temperatur dalam ditunjukkan oleh skala, penunjuk
jarum pada skala meter, atau penunjukan skala elektronik (Gambar
1.1.a). Alat ukur digital memberikan hasil pengukuran yang bernilai
diskrit. Hasil pengukuran tegangan atau arus pada meter
LO 60 80
DC
E 15.083
HOV
HIMA umy
9999930 DOOOOLT
VL
Gambar 1.1 Penunjukan meter analog dan digital. Nilai Skala Terkecil
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi
dibagi-bagi, inilah yang disebut Nilai Skala Terkecil (NST).
Ketelitian alat ukur bergantung pada NST i ni. Pada Gambar 1.2 di
bawah ini tampak bahwa NST = 0,25 satuan.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 1.2 Skala utama suatu alat ukur dengan NST = 0,25 satuan.
Noni
us
0
5
1
0
0
[b]
VOO
(a)
(b
)
3.
2
Parameter alat
ukur
c. Kepekaan, rasio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur
perubahan input
atau variabel yang diukur, d. Resolusi, perubahan terkecil dari
nilai pengukuran yang mampu ditanggapi
oleh alat ukur, e.
Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai
sebenarnya variabel yang diukur.
3.3
Ketidakpasti
an
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian,
diantaranya disebabkan oleh Nilai Skala Terkecil (NST),
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas,
adanya gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter
pengukuran dan lingkungan yang sangat mempengaruhi
hasil pengukuran. Hal tersebut disebabkan karena sistem
yang diukur mengalami suatu gangguan. Dengan demikian, sangat sulit
untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran. Oleh
sebab itu,
setiap hasil pengukuran harus dilaporkan dengan
ketidakpastiannya.
Ketidakpastian dibedakan menjadi dua, yaitu ketidakpastian
mutlak dan relatif. Masing-masing ketidakpastian dapat
digunakan dalam pengukuran tunggal dan berulang.
Ketidakpastia
n mutlak
Ketidakpastian mutlak adalah suatu nilai ketidakpastian yang
disebabkan karena keterbatasan alat ukur itu sendiri. Pada
pengukuran tunggal, ketidakpastian yang
Ax =
INST
(1.1)
dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai
berikut:
X=x+Ax
(1.2) Penulisan hasil pengukuran berulang dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya adalah menggunakan
kesalahan 12- rentang atau bisa juga menggunakan
Standar Deviasi (Simpangan Baku).
Kesalahan 12 -
Rentang
d. Penulisan hasilnya
sebagai berikut :
x = ar
(1.
5)
Untuk lebih jelasnya, sebuah contoh hasil pengukuran (dalam mm) suatu
besaran x yang dilakukan empat kali yaitu: 153,2; 153,6;152,8; dan
153,0. Rata-ratanya adalah:
-_153,2+153,6 +152,8+153,0_ x =
° = 153,2 mm 4
Nilai terbesar dalam hasil pengukuran tersebut adalah 153,6 mm dan
nilai terkecilnya adalah 152,8 mm, maka rentang pengukurannya
adalah :
Modul 01 - Dasar Pengukuran
dan ketidakpastian
(153,6 – 152,8)=0,8 mm
sehingga ketidakpastian
pengukuran adalah :
1x = 9,8 = 0,4 mm maka
hasil pengukuran yang
dilaporkan adalah :
x = (153,2
+0,4) mm
Standar Deviasi
(Simpangan Baku)
Bila dalam pengamatan dilakukan n kali pengukuran dari besaran x dan
terkumpul data X1, X2, ...Xn, maka nilai rata-rata dari besaran ini adalah:
(1.
6)
Ketidakpastian
relatif
KTP relatif =
(1.
8)
Variab
el
Opera
si
Hasi
l
Ketidakpast
ian
Penjumlah
an
p=a+b
Penguran
gan
1
a-b
q= r=axb
Ap= Aa +
Ab Aq
=
Aa+ AB
Ar -
b
1aA
Perkal
ian
+
+ ДЬ
aAa b
Pembagi
an
+
Pang
kat
t=
an
|
Aten
ta
ta
Angka Berarti
(Si g
nificant
Figures)
Angka berarti (AB) menunjukkan jumlah digit angka yang
akan dilaporkan pada hasil akhir pengukuran. AB
berkaitan dengan KTP relatif (dalam %). Semakin kecil
KTP r elatif maka semakin tinggi mutu pengukuran atau semakin
tinggi ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan. Aturan
praktis yang menghubungkan antara KTP relatif dan AB
adalah sebagai berikut:
– log(
AB = 1
KTP relatif )
(1.10)
Sebagai contoh suatu hasil pengukuran dan cara
menyajikannya untuk beberapa AB dapat dilihat dalam Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Contoh
pengunaan AB
asa
Modul 01 - D r Pengukuran
dan ketidakpastian
4. LANGKAH
EKSPERIMEN
Panjang
(mm)
Lebar
(mm)
Tinggi
(mm)
Tabel 1.4
Dimensi Bola
Diameter
(mm)
Jari-jari
(mm)
5. TUGAS
ANALISIS
5.1 Mengapa terdapat faktor koreksi dalam pembacaan
nilai P, mengapa
dipengaruhi oleh suhu, serta mengapa nilai P yang terbaca harus
dikurangi dalam koreksinya?
5.2 Ketidakcocokan nilai rapat massa bahan yang diperoleh dari
eksperimen
terhadap
referensi.
6.
PUSTAKA
LFD ITB
- Dasar Pengukuran
Modul 01
dan ketidakpastian