Anda di halaman 1dari 46

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

LAPORAN AKHIR

MODUL PRAKTIKUM : MODUL 1 PERIHAL KETIDAKPASTIAN


TANGGAL PRAKTIKUM : 15 DESEMBER 2020
ASISTEN PRAKTIKUM : ....................................................................
FAKULTAS/JURUSAN : TEKNIK/ELEKTRO
NAMA PRAKTIKAN : MUHAMMAD ARGI HABSYI .S
NIM / KELOMPOK. : 2211201080/KELOMPOK 5
REKAN KERJA : NIM NAMA
: ............................./......................................
: ............................./......................................
: ............................./......................................
: ............................./......................................
: ............................./......................................
: ............................./......................................
: ............................./......................................

LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS


SAINS DAN INFORMATIKA

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


MODUL 1 - PERIHAL KETIDAKPASTIAN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.3 TUJUAN
1. Mampu menggunakan beberapa alat ukur dasar.
2. Mampu melakukan dan menentukan ketidakpastian pada pengukuran
tunggal dan berulang.
3. Mengerti arti Angka Berarti

1.4 ALAT-ALAT
1. Mistar
2. Voltmeter
3. Amperemeter
4. Stopwatch
5. Termometer
6. Jangka Sorong
7. Mikrometer

PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNTUK F.SI KIMIA S-1 Hal 1 dari 8


MODUL 1 - PERIHAL KETIDAKPASTIAN

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TEORI PENUNJANG
Dalam melakukan percobaan, pengetahuan tentang Teori Ketidakpastian
sangat penting. Dengan teori tersebut kita dapat memberikan penilaian
yang wajar dari percobaan kita. Jelas bahwa hasil percobaan kita tidak
dapat diharapkan tepat sama dengan hasil riset, di mana hasil benar adalah
xo. Namun, selama harga xo berada pada
xo -ΔX < xo < xo +ΔX (1)
dengan:
xo = nilai terbaik , sebagai pengganti nilai benar
𝚫x = kesalahan pada hasil pengukuran yang disebabkan oleh kesalahan
alat, pengamat, waktu dan lain-lain.
maka percobaan kita sungguh-sungguh mempunyai arti dan dapat
dipertanggung- jawabkan.

2.1.1 Sumber Kesalahan


Setiap hasil pengukuran selalu dihinggapi suatu kesalahan. Hal ini
disebabkan oleh adanya tiga sumber kesalahan, yaitu:

1. Kesalahan bersistem, misalnya: kesalahan kalibrasi, zero error,


gesekan paralaks, keadaan fisis yang berbeda.
2. Kesalahan acak, misalnya: Gerak Brown, fluktuasi tegangan listrik,
background noise, landasan bergetar.
3. Tingkat keakuratan alat ukur modern, misalnya: osiloskop,
mikrometer dan sebagainya.

PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNTUK F.SI KIMIA S-1 Hal 2 dari 8


MODUL 1 - PERIHAL KETIDAKPASTIAN

2.1.2 Nilai Skala Terkecil (Least Count) Alat Ukur


Pengukuran dilakukan dengan menggunakan suatu alat ukur, dimana untuk setiap alat
ukur akan memiliki nilai skala terkecil (nst).
Setiap alat ukur memiliki skala yakni berupa panjang atau busur. Pada skala tersebut
terdapat goresan besar dan kecil yang berfungsi sebagai pembagi serta dibubuhi nilai
tertentu. Secara fisik, jarak antara dua goresan kecil yang berdekatan tidak pernah
kurang dari 1 mm. Hal tersebut disebabkan karena mata manusia (tanpa alat bantu) agak
sukar melihat jarak kurang dari 1 mm dengan tepat (1 mm adalah daya resolusi mata
yang maksimum). Keadaan menjadi lebih buruk lagi bila ujung atau pinggir dari obyek
yang diukur tidak tajam.

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 1. Skala Utama Suatu Alat Ukur dengan nst = 0,25 Satuan

Nonius Alat Ukur


Nonius merupakan alat bantu pada alat ukur untuk menghasilkan pengukuran yang
lebih teliti dari yang dapat ditunjukkan oleh nst. Alat bantu ini membuat alat ukur
menjadi lebih besar kemampuannya dalam pengukuran, karena jarak antara dua garis
skala yang berdekatan seolah-olah menjadi lebih kecil.

9 Skala alat ukur = 10 bagian skala nonius

0 5 10

0 7 8 9

0 5 10

0 7 8 9

Gambar 2. Skala Utama dan Nonius

PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNTUK F.SI KIMIA S-1 Hal 3 dari 8


MODUL 1 - PERIHAL KETIDAKPASTIAN

Kesalahan pada Hasil Pengukuran


Cara memperkirakan dan dan menyatakan kesalahan ini, bergantung pada cara
pengukuran yang dilakukan, yaitu:
1. Pengukuran tunggal ( tidak dapat diulang )
2. Pengukuran berulang

2.1.3 Pengukuran Tunggal


Sebab-sebab pengukuran tidak diulang:
1. Peristiwanya tidak dapat diulang, contoh pengukuran kecepatan komet, lamanya
gerhana matahari total dan lain-lain.
2. Walaupun diulang, hasilnya tetap sama: hal ini biasanya akibat alat ukur kasar yang
dipakai untuk mengukur yang halus, contoh: tebal buku dengan mistar dan lain-lain.
Dalam hal demikian hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut:
X = x + Δx (2)
dengan
x: Hasil pengukuran tunggal
1
𝚫x: k etid ak p astian n y a = nst
2

Sedangkan yang dikenal sebagai Ketidakpastian (KTP) Relatif adalah:

KTP relatif = ΔX (3)


x

Apabila menggunakan KTP Relatif maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut:
X = x + KTP relatif x 100% (4)

2.1.4 Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang.


Pengukuran berulang menghasilkan sampel dari populasi x, yaitu x1, x2, x3, ..., xn untuk
menyatakan nilai terbaik sebagai pengganti nilai benar xo dari pengukuran di
atas, maka dipakai nilai rata-rata sampel x , yaitu:
xi x1 , x 2 , x3 , ... xn
x = Σ = (5)
n n

Sedangkan untuk menyakan deviasi hasil pengukuran dapat dipakai deviasi standard
nilai rata-rata sampel, yaitu:

Δx = sx = n Σ x )- Σ
(6)
2
n (n -1)

PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNTUK F.SI KIMIA S-1 Hal 4 dari 8


MODUL 1 - PERIHAL KETIDAKPASTIAN

Hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut:


x = x + Δx (7)
dengan Δx: kesalahan mutlak, satu dimensi dengan x

Makin kecil kesalahan mutlak, maka makin halus alat ukurnya

Hasil pengukuran x + Δx hendaknya ditulis dengan:


1. Angka baku
2. Menggunakan angka signifikan atau angka berarti dengan benar.

Contoh:
Diameter x sekeping mata uang diukur 10 kali menggunakan jangka sorong. Sampel
yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
x = 11,7 ;11,8 ; 11,9 ; 12,0 ; 12,0 ; 12,0 ; 12,0 ; 12,0 12,3 ; 12,3 mm.
Angka desimal terakhir dalam bilangan ini adalah taksiran.
Berapakah x + Δx menurut pengukuran ini?

Jawab:
Untuk memudahkan perhitungan, data dituangkan dalam bentuk tabel, dan
perhitungan dilakukan dengan kalkulator.

i xi xi 2

1 11,7 136,89

2 11,8 139,34

3 11,9 141,61

4 12,0 144,00

5 12,0 144,00

6 12,0 144,00

7 12,0 144,00

8 12,0 144,00

9 12,3 151,29

10 12,3 151,29

Jumlah 120,0 1440,42

PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNTUK F.SI KIMIA S-1 Hal 5 dari 8


MODUL 1 - PERIHAL KETIDAKPASTIAN

Perhitungan:
120,0
x= = 12
10
Dengan memasukkan harga-harga tadi ke persamaan (3) kita akan mendapatkan:

Δx =
102 (10 -1)
x + Δx = (12,00 + 0,07)
Jika x hanya diukur sekali saja hasilnya mungkin (12 + 0,5) mm
Interval x = (11,5 - 12,5) tampak memang mencakup seluruh nilai pada tabel diatas.
Namun berkat pengulangan, kita dapat mengetahui xo dengan baik. Selang
ketidakpastian menjadi x = (12 + 0,07) mm atau dari 11,93 mm sampai dengan 12,07
mm.
Inilah hasil jerih payah kita mengadakan pengukuran berulang. Arti statistik
ketidakpastian disini adalah: Kita cukup yakin benar (keyakinan 68%, belum mencapai
100 %) bahwa nilai benar xo ada selang yang sempit (11,93 - 12,07) mm itu atau dengan
kata lain, kita cukup yakin simpangan x terhadap xo tidak lebih dari 0,07 mm (lihat
Gambar.4).

11,93 12,07

Gambar 4. Tingkat Keyakinan Akan Kebenaran Hasil Pengukuran

Perhatikan penulisan hasil pengukuran arus sebagai I = (12 + 0.5) A dan I =


(12.00+0.07) A sedangkan yang kedua mempunyai makna nilai benar arus berada
dalam sedang (11.93 – 12.07) A.
Dikatakan bahwa arus yang pertama diketahui dengan dua angka berarti. Semakin
banyak angka berarti semakin tepat pengukuran itu telah dilakukan. Hal ini menjadi
lebih jelas lagi dengan menggunakan pengertian ketelitian pengukuran sebagai berikut:
Bila x = x + Δx, maka Δx disebut KTP Mutlak besaran x
KTP Mutlak menggambarkan peningkatan mutu alat ukur. Semakin kecil harga Δx yang
dilaporkan, semakin tinggi mutu alat ukur.

Adapun Δx disebut KTP Relatif besaran x.


x

KTP Relatif menyatakan pengertian ketelitian pengukuran. Semakin kecil KTP Relatif,
semakin besar ketelitian dalam pengukuran tersebut.

PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNTUK F.SI KIMIA S-1 Hal 6 dari 8


MODUL 1 - PERIHAL KETIDAKPASTIAN

Ketelitian Menggambarkan Mutu Pengukuran


Dari contoh di atas, ΔI = 0,5x12x100% = 4% untuk arus pertama dan
I

ΔI 0,07
= x 100% untuk arus kedua.
I 12,00

Boleh dikatakan, bahwa kedua diketahui dengan ketelitian yang kira-kira 10 kali lebih
besar daripada arus pertama.

2.1.5 Angka Berarti (Significant Figures)


Angka Berarti (AB) menunjukkan jumlah digit angka yang akan dilaporkan pada hasil
akhir pengukuran. AB menyatakan dengan KTP relatif (dalam %). Semakin kecil KTP
relatif, maka semakin tinggi mutu pengukuran, atau semakin tinggi ketelitian hasil
pengukuran yang dilakukan. Aturan praktis yang menghubungkan antara KTP relatif
dan AB adalah sebagai berikut:
AB = 1 - log. ΔX
x (8)
Contoh:

x = 1202 + 1 % berarti angka x = 1 202 = 12,02


Dengan 3 AB, hasil pengukuran ini dilaporkan sebagai x = (1,20 + 0,01) x 103
y = 1202 + 0,1 % menjadi y = (1,202 + 0,1) x 103
z = 1202 + 10 % menjadi z = (1,2 + 0,1) x 103

Tabel 1. Contoh Penggunaan AB

Nilai yang KTP Relatif AB Hasil penulisan


terukur (%)
0,1 % 4 (1,202 + 0,001) x 103

1,202 x 103 1% 3 (1,20 + 0,01) x 103

10 % 2 (1,2 + 0,1) x 103

2.1.6 Ketidakpastian pada Fungsi Variabel (Perambatan Ketidakpastian)


Jika suatu variabel merupakan suatu fungsi dari variabel lain yang disertai oleh
ketidakpastian, maka variabel ini akan disertai pula oleh ketidakpastian. Hal ini disebut
sebagai perambatan ketidakpastian. Untuk jelasnya ketidakpastian variabel yang
merupakan hasil operasi variabel-variabel lain yang disertai oleh ketidakpastian akan
disajikan dalam Tabel 2 berikut ini. Misalkan dari suatu pengukuran diperoleh
( a + Δ a ) dan (b + Δb). Kepada kedua hasil pengukuran tersebut akan dilakukan operasi
matematik dasar untuk memperoleh besaran baru.

PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNTUK F.SI KIMIA S-1 Hal 7 dari 8


MODUL 1 - PERIHAL KETIDAKPASTIAN

Tabel 2. Contoh Perambatan Ketidakpastian

Variabel
yang Operasi Hasil Ketidakpastian
dilibatkan

Penjumlahan p=a+b p=Δ a + Δb

Pengurangan q=a–b Δq = a – Δb

a + Δ a
Perkalian r=axb
b + Δb

S= !
Pembagian "

Pangkat t=an

PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNTUK F.SI KIMIA S-1 Hal 8 dari 8


2.2 TEORI TAMBAHAN
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian.Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan paralaks,
fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta
keterampilan pengamat. Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai
sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran.
2.2.1 Mistar
Penggaris adalah sebuah alat pengukur dan alat bantu gambar untukmenggambar
garis lurus. Terdapat berbagai macam penggaris, dari mulai yanglurus sampai yang
berbentuk segitiga (biasanya segitiga siku-siku sama kaki dansegitiga siku-siku
(30°–60°). Penggaris dapat terbuat dari plastik, logam, berbentuk pita dan
sebagainya. Juga terdapat penggaris yang dapat dilipat. Mistardengan skala terkecil
yaitu mistar dengan skala sentimeter (cm) dengan mempunyai tingkat ketelitian mm
atau 0,1 cm.

2.2.2 Voltmeter
Voltmeter adalah alat/perkakas untuk mengukur besar tegangan listrik dalam suatu
rangkaian listrik. Voltmeter disusun secara paralel terhadap letak komponen yang
diukur dalam rangkaian. Alat ini terdiri dari tiga buah lempengan tembaga yang
terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca atau
plastik. Lempengan luar berperan sebagai anode sedangkan yang di tengah sebagai
katode. Umumnya tabung tersebut berukuran 15 x 10cm (tinggi x diameter).

2.2.3 Amperemeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik yang ada
dalam rangkaian tertutup. Amperemeter biasanya dipasang berderet dengan elemen
listrik. Cara menggunakannya adalah dengan menyisipkan amperemeter secara
langsung rangkaian.

2.2.4 Stopwatch
Stopwatch (jam sukat) adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu
yang diperlukan dalam kegiatan.Jam sukat ada dua macam, yaitu jam sukat analog
dan jam sukat digital/bergana. Jam sukat analog memiliki batas ketelitian 0,1sekon
sedangkan jam sukat digital memiliki batas ketelitian hingga 0,01. Cara
menggunakan jam sukat dengan memulai menekan tombol di atas dan berhenti
sehingga suatu waktu detik ditampilkan sebagai waktu yang berlalu. Kemudian
dengan menekan tombol yang kedua pengguna dapat menyetel ulang jam sukat
kembali ke nol. Tombol yang kedua juga digunakan sebagai perekam waktu.

2.2.5 Termometer
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu. (temperatur),
ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang
berarti panas dan meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip kerja termometer ada
bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah termometer air raksa.
Termometer memiliki ketidakpastian 0,5ºC
2.2.6 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus
milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan
hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun
alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi
analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah
30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm.

Kegunaan jangka sorong adalah:

-untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit
-untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupun lainnya) dengan cara diulur
-untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan
cara"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat
pada gambar karena berada di sisi pemegang

2.2.7 Mikrometer Sekrup


Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur ben dengan satuan
ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm. Satu mikrometer adalah secara luas
digunakan alat di dalam teknik mesin electro untuk mengukur ketebalan secara tepat
dari blok-blok, luar dan garis tengah dari kerendahan dan batang-batang slot.
Mikrometer ini banyak dipakai dalam metrologi, studi dari pengukuran.Mikrometer
memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada aplikasi berikut
:Mikrometer Luar: Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat,
lapisan-lapisan, blok-blok dan batang-batang. Mikrometer dalam: Mikrometer dalam
digunakan untuk mengukur garis tengah dari lubang suatu benda Mikrometer
kedalaman: Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur kerendahan dari
langkah-langkah dan slot-slot. Satu mikrometer ditetapkan dengan menggunakan
satu mekanisme sekrup titik nada. Satu fitur yang menarik tambahan dari
mikrometer-mikrometer adalah pemasukan satu tangkai menjadi bengkok yang
terisi. Secara normal, orang bisa menggunakan keuntungan mekanis sekrup untuk
menekan material, memberi satu pengukuran yang tidak akurat. Dengan cara
memasang satu tangkai yang roda bergigi searah keinginan pada satu tenaga putaran
tertentu.

2.2.8 Nilai Skala Terkecil (NST)


Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi.
Inilah yang disebut Nilai Skala Terkecil (NST).

2.2.9 Nonius
Untuk membantu mengukur dengan lebih teliti melebihi yang ditunjukkan oleh NST,
maka digunakan nonius. Skala nonius akan meningkatkan ketelitian pembacaan alat
ukur. Umumnya terdapat suatu pembagian sejumlah skala utama dengan sejumlah
skala nonius yang akan menyebabkan garis skala titik nol dan titik maksimum skala
nonius berimpit dengan skala utama.
Cara membaca skalanya adalah sebagai berikut:
1. Baca posisi 0 dari skala nonius pada skala utama
2. Angka decimal (dibelakang koma) dicari dari skala nonius yang berimpit dengan
skala utama.
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 CARA KERJA

3.1.1 Jangka sorong

• Geser Rahang Sejauh Ukuran Benda. Rahang yang tidak fix digeser sejauh
ukuran benda, setelah itu geser lagi ke arah benda dan pastikan tidak ada
jarak atau kedua rahang yang menyentuh dan menjepit benda.
• Kunci/Rapatkan Screw Lock Setelah posisi rahang sudah menyentuh
benda, langkah selanjutnya adalah mengunci screw lock. Tujuannya
adalah agar hasil ukuran yang di lakukan ini tidak berubah jika ada
getaran, tersenggol dan dapat kita kita catat dengan nilai yang sesuai
• Membaca Nilai Jangka Sorong Langkah selanjutnya adalah membaca nilai
yang ditunjukkan pada skala utama.

3.1.2 Mikrometer Sekrup

• Memastikan pengunci dalam keadaan terbuka.


• Membuka rahang dengan cara memutar skala putar ke kiri.
• Memasukkan benda yang akan diukur panjangnya di bagian rahang.
• Putar kembali skala putarnya sampai terdengar bunyi “klik”.
• Memutar pengunci sampai skala putar tidak bisa bergerak.
• Membaca hasil pengukuran.
BAB IV
ANALISA

4.1 ANALISA DATA

Hasil pengamatan dan perhitungan dapat dilihat pada data hasil


pengukuran berikut :

4.1.1 Pengukuran Mikrometer Sekrup


Baja (mm) Kuningan (mm) Alumuium (mm)
n
L T L T L T
1 21,68 11,44 21,21 10,84 21,3 12,33
2 21,68 11,54 21,23 10,84 21,92 12,28
3 21,68 11,53 21,2 10,84 21,29 12,24
4 21,68 11,63 21,19 10,84 21,3 12,32
5 21,68 11,5 21,17 10,84 21,33 12,3
6 21,68 11,54 21,16 10,84 21,92 12,33
7 21,68 11,56 21,21 10,84 21,34 12,25
8 21,68 11,59 21,18 10,84 21,86 12,33
9 21,68 11,52 21,18 10,84 21,34 12,19
10 21,68 11,46 21,2 10,84 21,37 12,32
JUMLAH 216,8 115,31 211,93 108,4 214,97 122,89

4.1.2 Pengukuran Jangka Sorong

Baja (mm) Kuningan (mm) Alumuium (mm)


n
P L T P L T P L T
1 38,3 21,5 11,75 41,84 21,82 10,94 38,42 21,96 12,5
2 38,5 21,85 11,85 41,86 21,86 11,12 38 22 12,46
3 38,35 21,75 11,6 41,86 21,86 11 38,38 22,1 12,42
4 38,45 21,6 11,75 41,9 21,82 10,98 38,36 21,94 1240
5 38,4 21,7 11,6 41,82 21,8 11,14 38,4 21,9 12,4
6 38,45 21,5 11,7 41,86 21,84 11,2 38,34 22,06 12,38
7 38,4 21,6 11,6 41,88 21,86 11,12 38,4 22,1 12,4
8 38,35 21,75 11,65 41,78 21,84 11,22 38,4 22 12,38
9 38,5 21,75 11,7 41,88 21,9 11,12 38,32 21,94 12,4
10 38,35 21,63 11,6 41,78 21,88 11,2 38,26 21,9 12,42
JUMLAH 384,05 216,63 116,8 418,46 218,48 111,04 383,28 219,9 1351,76
4.1.2. MENCARI NILAI SKALA TERKECIL (NST)

4.1.2.1 Nilai Skala Terkecil Mistar


!
Mistar : !" = 0,1 cm

4.1.2.2 Nilai Skala Terkecil Stopwatch


Analog = 5/25
5
= 0,25 s
25
Digital = 1/100 s
1
= 0,1
100

4.1.2.3 Nilai Skala Terkecil Voltmeter


Voltmeter = 5/10 A
5
= 0,5 𝐴
10

4.1.2.4 Nilai Skala Terkecil Ampermeter


Amperemeter = 1/10 A
1
= 0,1 𝐴
10

4.1.2.5 Nilai Skala Terkecil Termoter


Termometer : 1°C

4.1.2.6 Nilai Skala Terkecil Mikrometer


($%&%' )*)+) 1
Nst s = (-)./%0 '*%/%) = !" = 0,5 𝑚𝑚

($%&%' )*)+) ",1


Nst Putar = (-)./%0 '*%/% 2)&%+) = = 0,01 𝑚𝑚
1"

4.1.2.7 Nilai Skala Terkecil Jangka Sorong


SN = 39 Skala Utama
20 SN = 39 (1mm)
20 SN = 39 mm
SN = 1,95 mm
Nst = 2 mm – 1,95 mm = 0,05 mm

4.2. Analisa Matematis

4.2.1 Menggunakan alat mikrometer

4.2.1.1 Mencari L2, T2, dan Jumlah L, T, L2, T2

a). Baja

Baja (mm)
n L L2 T T2
1 21,68 470,02 11,44 130,87
2 21,56 464,83 11,54 133,17
3 21,75 473,06 11,53 132,94
4 21,45 460,10 11,63 135,26
5 21,66 469,16 11,50 132,25
6 21,41 458,39 11,54 133,17
7 21,69 470,46 11,56 133,63
8 21,61 466,99 11,59 134,33
9 21,72 471,76 11,52 132,71
10 21,61 466,99 11,46 131,33
Jumlah 216,14 4671,76 115,31 1329,67

4.2.1.2 Menghitung nilai rata-rata 𝐱̅. dan D𝐱

a). Baja

• Untuk lebar baja

4/5 7!87987:8,……76
L& = =
6 <

4/5 9!!,=:
L& = = = 21,193 mm
6 !"

>√647"! @A>47"! @
∆L = SL = 6" (6A!)

(!" × DD=!,DD)A(9!!,=:)"
∆L = SL = B !"" (!"A!)

(DEF!F,E)A(DEF!E,D=)
∆L = SL = B !"" (=)
!,!!
∆L = SL =√="" = √0,0012 = 0,034 𝑚𝑚

• Untuk Tinggi Baja

4G! G! 8G" 8G# ,…….G$


L& = =
6 <

4G! !!1,:!
L& = = = 11,531 𝑚𝑚
6 !"

I>64G"! @A(4G!)"
∆L = ST = 6" (6A!)

B (!" × !:9=,EF)A(!!1,:!)"
∆T = ST = !"" (!"A!)

B (!:9=E,F)A(!:9=E,:=)
∆T = ST = !"" (=)

",:
∆T = ST =√="" = √0,00034 = 0,017 𝑚𝑚

4.2.1.3 Menghitung Interval dan KTP Relatif

a). Baja

• Interval Baja

L = L̅ + ∆L

L = 21,614 ± 0,034

L = (21,58 – 21,648) mm

T = T& + DT

T = 11,531 ± 0,017

T = (11,514 – 11,548) m

• KTP Relatif Baja

J7
KTP Relatif 1 K 2 × 100%
",":D
KTP Relatif = 9!,E!D × 100 %
KTP Relatif = 0,15%
JG
KTP Relatif = ( G ) × 100 %
","!F
KTP Relatif = !!,1:! × 100 %
KTP Relatif = 0,14 %

4.2.1.4 Menghitung Angka berarti dan Luas

a). Baja

• Angka Berarti Baja


J
AB = 1 − log (7)
",":D
AB = 1 − log 19!,E!D2
AB = 1 − log (0,0015)
AB = 1 - (-2,823)
AB = 3,823
JG
AB = 1 − log ( G )
","!F
AB = 1 − log (!!,1:!)
AB = 1 – log (0,0014)
AB = 1 – (-2,853)
AB = 3,853

• Luas Baja
4.2.1.6 Menghitung nilai rata- rata 𝐱̅ dan ∆X
0,1
∆L = sL = √ = √0,0001 = 0,01 mm
900

• Untuk Tinggi kuningan

∑T T +T +T T
L̅ = n i = 1 2 3n+ ,…………….. n

∑T 109,16
L̅ = n i = = 10 = 10,916 mm

(n∑Ti2 )–(∑Ti )2
∆T = sT = √
n2 (n−1)

(10 x 1191,72 )–(109,16)2


∆T = sT = √
102 (10−1)

(11917,2)–(11915,9)
∆T = sT = √
100(9)

1,3
∆T = sT = √900 = √0,0014 = 0,037 mm

4.2.1.7 Menghitung Interval dan KTP Relatif

b). kuningan

• Interval kuningan
L = L̅ L

L = 21,193 0,01

L = (21,183 – 21,203) mm

̅
T=T T

T = 10,916 0,037

T = (10,879 – 10,953) mm

• KTP Relatif kuningan


L
KTP Relatif = ( ̅
L
) x 100%

0,01
KTP Relatif = 21,193 x 100%
KTP Relatif = 0,05%

T
KTP Relatif = ( ̅
T
) x 100%

0,037
KTP Relatif = x 100%
10,916

KTP Relatif = 0,34%

4.2.1.8 Menghitung Angka berarti dan Luas

• Angka berarti kuningan


L
AB = 1 – log ( L̅ )
0,01
AB = 1 – log (21,193 )

AB = 1 – log ( 0,0005)
AB = 1 – (-3,301)
AB = 4,301
T
AB = 1 – log ( T̅ )
0,037
AB = 1 – log (10,916 )

AB = 1 – log ( 0,0034)
AB = 1 – (-2,468)
AB = 3,468

• Luas kuningan
̅̅̅̅̅̅
Luas = L̅ x T
̅
̅̅̅̅̅̅
Luas = 21,193 x 10,916
Luas = 231,342 mm2
̅̅̅̅̅̅
L T
Luas = ( ̅ + ̅̅̅̅̅̅
x Luas
L ̅)
T
0,01 0,037
Luas = (21,193 + 10,916) x 231,342

Luas = (0.0038) x 231,342


Luas = 0,879
̅̅̅̅̅̅
Luas = Luas Luas

Luas = 231,342 0,879

4.2.1.9 Mencari L2, T2, dan Jumlah L, T, L2, T2

c). Alumunium

Alumunium (mm)
L P
x x2 x x2
21.3 453.69 12.33 152.03
21.92 480.49 12.28 150.80
21.29 453.26 12.24 149.82
21.3 453.69 12.32 151.78
21.33 454.97 12.3 151.29
21.92 480.49 12.33 152.03
21.34 455.40 12.25 150.06
21.86 477.86 12.33 152.03
21.34 455.40 12.19 148.60
21.37 456.68 12.32 151.78
214.97 4621.91 122.89 1510.22

2). Menghitung nilai rata-rata 𝐱̅ dan 𝐱

c). Alumunium

• Untuk Lebar alumunium

∑L L +L +L L
L̅ = i = 1 2 3 + ,…………….. n
n n

∑L 214,97
L̅ = i = = 21,497 mm
n 10

(n∑Li 2 )–(∑Li )2
∆L = sL = √
n2 (n−1)

(10 x 4621,91 )–(214,97)2


∆L = sL = √ 102 (10−1)

(46219,1)–(46212,1)
∆L = sL = √ 100(9)
7
∆L = sL = √ = √0,0078 = 0,09 mm
900

• Untuk Tinggi alumunium

∑T T +T +T T
L̅ = n i = 1 2 3n+ ,…………….. n

∑T 122,89
L̅ = n i = = 10 = 12,289 mm

(n∑Ti2 )–(∑Ti )2
∆T = sT = √
n2 (n−1)

(10 x 1510,22 )–(122,89)2


∆T = sT = √
102 (10−1)

(15102,2)–(15101,9)
∆T = sT = √ 100(9)

0,3
∆T = sT = √900 = √0,0003 = 0,017 mm

4.2.1.10 Menghitung Interval dan KTP Relatif

c). Alumunium

• Interval alumunium
L = L̅ L

L = 21,497 0,09

L = (21,407 – 21,587) mm

̅
T=T T

T = 12,289 0,017

T = (12,272– 12,306) mm

• KTP Relatif alumunium


L
KTP Relatif = ( ̅
) x 100%
L

0,09
KTP Relatif = 21,497 x 100%
KTP Relatif = 0,42%

T
KTP Relatif = ( ̅
T
) x 100%

0,017
KTP Relatif = x 100%
12,289

KTP Relatif = 0,14%

4.2.1.11 Menghitung Angka berarti dan Luas

• Angka berarti alumunium


L
AB = 1 – log ( ̅ )
L

0,09
AB = 1 – log (21,497 )

AB = 1 – log ( 0,0041)
AB = 1 – (-2,387)
AB = 3,387
T
AB = 1 – log ( T̅ )
0,017
AB = 1 – log (12,289 )

AB = 1 – log ( 0,0014)
AB = 1 – (-2,853)
AB = 3,853

• Luas alumunium
̅̅̅̅̅̅ = L̅ x T
Luas ̅
̅̅̅̅̅̅
Luas = 21,497 x 12,289
̅̅̅̅̅̅ = 264,176 mm2
Luas
L T
Luas = ( L̅ + ̅)
T
x ̅̅̅̅̅̅
Luas
0,09 0,017
Luas = (21,497 + 12,289) x 264,176

Luas = (0.0056) x 264,176


Luas = 1,479
Luas = ̅̅̅̅̅̅
Luas Luas
Luas = 264,176 1,479.

4.2.2 Menggunakan alat jangka sorong

4.2.2.1 Mencari P2 L2, T2, dan Jumlah P, L, T, P2 L2, T2

a. baja

Baja (mm)
n P L T
x x2 x x2 x x2
1 38.30 1466.89 21.50 462.25 11.75 138.06
2 38.50 1482.25 21.85 477.42 11.85 140.42
3 38.35 1470.72 21.75 473.06 11.60 134.56
4 38.45 1478.40 21.60 466.56 11.75 138.06
5 38.40 1474.56 21.70 470.89 11.60 134.56
6 38.45 1478.40 21.50 462.25 11.70 136.89
7 38.40 1474.56 21.60 466.56 11.60 134.56
8 38.35 1470.72 21.75 473.06 11.65 135.72
9 38.50 1482.25 21.75 473.06 11.70 136.89
10 38.35 1470.72 21.63 467.86 11.60 134.56
Jumlah 384.05 14749.48 216.63 4692.98 116.80 1364.29

4.2.2.2 Menghitung nilai rata-rata 𝐱̅ dan 𝐱

a). Baja

• Untuk Panjang baja

∑P P +P +P P
L̅ = n i = 1 2 3n+ ,…………….. n

∑P 384,05
L̅ = i = = 38,405 mm
n 10

(n∑Pi 2 )–(∑Pi )2
∆P = sP = √ n2 (n−1)

(10 x 14749,48 )–(384,05)2


∆P = sP = √
102 (10−1)
(147494,8)–(147494,4)
∆P = sP = √
100(9)

0.4
∆P = sP = √900 = √0,0004 = 0,02 mm

• Untuk Lebar Baja

∑L L +L +L L
L̅ = n i = 1 2 3n+ ,…………….. n

∑L 216,63
L̅ = n i = 10 = 21,663 mm

(n∑Li 2 )–(∑Li )2
∆L = sL = √
n2 (n−1)

(10 x 4692,98 )–(216,63)2


∆L = sL = √ 102 (10−1)

(46929,8)–(46928,5)
∆L = sL = √
100(9)

1,3
∆L = sL = √900 = √0,0014 = 0,037 mm

• Untuk Tinggi baja

∑T T +T +T T
L̅ = i = 1 2 3 + ,…………….. n
n n

∑T 116,80
L̅ = i = = = 11,68 mm
n 10

(n∑Ti2 )–(∑Ti )2
∆T = sT = √
n2 (n−1)

(10 x 1364,29 )–(116,80)2


∆T = sT = √ 102 (10−1)

(13642,9)–(13642,2)
∆T = sT = √ 100(9)

0,7
∆T = sT = √ = √0,00078 = 0,028 mm
900
4.2.2.3 Menghitung Interval dan KTP Relatif

a). Baja

• Interval Baja
̅
P=P P
P = 38,405 0,02
P = (38,385 – 38,425) mm
L = L̅ L
L = 21,663 0,037
L = (21,626 – 21,7) mm
̅
T=T T
T = 11,68 0,028
T = (11,652 – 11,708) mm

• KTP Relatif Baja


P
KTP Relatif = ( ) x 100%
𝑃
0,02
KTP Relatif = 38,405 x 100%

KTP Relatif = 0,05%


L
KTP Relatif = ( ̅
) x 100%
L
0,037
KTP Relatif = 21,663 x 100%

KTP Relatif = 0,17%


T
KTP Relatif = ( ̅
T
) x 100%
0,028
KTP Relatif = 11,68
x 100%

KTP Relatif = 0,23%

4.2.2.4 Menghitung Angka berarti dan Luas


a). Baja

• Angka berarti Baja


P
AB = 1 – log ( ̅ )
P
0,02
AB = 1 – log ( )
38,405

AB = 1 – log ( 0,0005)
AB = 1 – (-3,301)
AB = 4,301
L
AB = 1 – log ( L̅ )
0,037
AB = 1 – log ( )
21,663

AB = 1 – log ( 0,0017)
AB = 1 – (-2,769)
AB = 3,769
T
AB = 1 – log ( T̅ )
0,028
AB = 1 – log (11,68 )

AB = 1 – log ( 0,0023)
AB = 1 – (-2,638)
AB = 3,638

• Luas Baja

̅̅̅̅̅̅ = L̅ x T
Luas ̅

̅̅̅̅̅̅
Luas = 21,663 x 11,68

̅̅̅̅̅̅ = 253,023 mm2


Luas
L T
Luas = ( ̅ + ) ̅̅̅̅̅̅
x Luas
L ̅
T

0,037 0,028
Luas = ( + ) x 253,023
21,663 11,68

Luas = (0.0041) x 253,023


Luas = 1,037
Luas = ̅̅̅̅̅̅
Luas Luas

Luas = 253,023 1,037

• Volume Baja
̅ x L̅ x T
v=P ̅

v = 38,405 x 21,663 x 11,68

v = 9717,38
P L T
volume = ( P
+ L
+ ̅
T
) x volume

0,02 0,037 0,028


volume = ( + + ) x 9717,38
38,405 21,663 11,68

volume = ( 0,0048 ) x 9717,38

volume = 46,643

V = volume volume

V = 9717,38 46,643

4.2.2.5 Mencari P2 L2, T2, dan Jumlah P, L, T, P2 L2, T2

b. kuningan

Kuningan (mm)
n P L T
x x2 x x2 x x2
1 41.84 1750.59 21.82 476.11 10.94 119.68
2 41.86 1752.26 21.86 477.86 11.12 123.65
3 41.86 1752.26 21.86 477.86 11.00 121.00
4 41.90 1755.61 21.82 476.11 10.98 120.56
5 41.82 1748.91 21.80 475.24 11.14 124.10
6 41.86 1752.26 21.84 476.99 11.20 125.44
7 41.88 1753.93 21.86 477.86 11.12 123.65
8 41.78 1745.57 21.84 476.99 11.22 125.89
9 41.88 1753.93 21.90 479.61 11.12 123.65
10 41.78 1745.57 21.88 478.73 11.20 125.44
Jumlah 418.46 17510.89 218.48 4773.36 111.04 1233.08

4.2.2.6 Menghitung nilai rata-rata 𝐱̅ dan 𝐱

b). kuningan

• Untuk Panjang kuningan

∑P P +P +P P
L̅ = i = 1 2 3 + ,…………….. n
n n
∑P 418,46
L̅ = i = = 41,846 mm
n 10

(n∑Pi 2 )–(∑Pi )2
∆P = sP = √ n2 (n−1)

(10 x 17510,89)–(418,46)2
∆P = sP = √
102 (10−1)

(175108,9)–(175108,7)
∆P = sP = √
100(9)

0.2
∆P = sP = √ = √0,0002 = 0,014 mm
900

• Untuk Lebar kuningan

∑L L +L +L L
L̅ = n i = 1 2 3n+ ,…………….. n

∑L 218,48
L̅ = n i = 10 = 21,848 mm

(n∑Li 2 )–(∑Li )2
∆L = sL = √
n2 (n−1)

(10 x 4773,36 )–(218,48)2


∆L = sL = √
102 (10−1)

(47733,6)–(47733,5)
∆L = sL = √
100(9)

0,1
∆L = sL = √ = √0,0001 = 0,01 mm
900

• Untuk Tinggi kuningan

∑T T +T +T T
L̅ = i = 1 2 3 + ,…………….. n
n n

∑T 111,04
L̅ = n i = = 10 = 11,104 mm

(n∑Ti2 )–(∑Ti )2
∆T = sT = √
n2 (n−1)
(10 x 1233,08)–(111,04)2
∆T = sT = √
102 (10−1)

(12330,8)–(12329,8)
∆T = sT = √ 100(9)

1
∆T = sT = √900 = √0.001 = 0.031 mm

4.2.2.7 Menghitung Interval dan KTP Relatif

b). kuningan

• Interval kuningan
P=̅
P P
P = 41,846 0,014
P = (41,832 – 41,86) mm
L = L̅ L
L = 21,848 0,01
L = (21,838 – 21,858) mm
̅
T=T T
T = 11,104 0,031
T = (11,073 – 11,135) mm

• KTP Relatif kuningan


P
KTP Relatif = ( ) x 100%
𝑃
0,014
KTP Relatif = 41,846 x 100%

KTP Relatif = 0,033%


L
KTP Relatif = ( ̅
) x 100%
L
0,01
KTP Relatif = x 100%
21,848

KTP Relatif = 0,045%


T
KTP Relatif = ( ̅
T
) x 100%
0,031
KTP Relatif = 11,104 x 100%

KTP Relatif = 0,28%

4.2.2.8 Menghitung Angka berarti dan Luas


b). kuningan

• Angka berarti kuningan


P
AB = 1 – log ( P̅ )
0,014
AB = 1 – log ( )
41,846

AB = 1 – log ( 0,0003)
AB = 1 – (-3,522)
AB = 4,522
L
AB = 1 – log ( L̅ )
0,01
AB = 1 – log (21,848 )

AB = 1 – log ( 0,0005)
AB = 1 – (-3,301)
AB = 4,301
T
AB = 1 – log ( T̅ )
0,031
AB = 1 – log ( )
11,104

AB = 1 – log ( 0,0027)
AB = 1 – (-2,568)
AB = 3,568

• Luas kumingan

̅̅̅̅̅̅
Luas = L̅ x T
̅

̅̅̅̅̅̅ = 21,848 x 11,104


Luas

̅̅̅̅̅̅ = 242,600 mm2


Luas
L T
Luas = ( ̅ + ̅
) x ̅̅̅̅̅̅
Luas
L T
0,01 0,031
Luas = ( + ) x 242,600
21,848 11,104

Luas = (0.0032) x 242,600


Luas = 0,776
̅̅̅̅̅̅
Luas = Luas Luas

Luas = 242,600 0,776

• Volume kuningan

v=̅
P x L̅ x T
̅

v = 41,846 x 21,848 x 11,104

v = 10151,84
P L T
volume = ( + + ̅ ) x volume
P L T

0,014 0,01 0,031


volume = (41,846 + 21,848 + 11,104 ) x 10151,84

volume = ( 0,0036 ) x 10151,84

volume = 36,546

V = volume volume

V = 10151,84 36.546

4.2.2.9Mencari P2 L2, T2, dan Jumlah P, L, T, P2 L2, T2

c. alumunium
Alumunium (mm)
n P L T
x x2 x x2 x x2
1 38.42 1476.10 21.96 482.24 12.50 156.25
2 38.00 1444.00 22.00 484.00 12.46 155.25
3 38.38 1473.02 22.10 488.41 12.42 154.26
4 38.36 1471.49 21.94 481.36 12.40 153.76
5 38.40 1474.56 21.90 479.61 12.40 153.76
6 38.34 1469.96 22.06 486.64 12.38 153.26
7 38.40 1474.56 22.10 488.41 12.40 153.76
8 38.40 1474.56 22.00 484.00 12.38 153.26
9 38.32 1468.42 21.94 481.36 12.40 153.76
10 38.26 1463.83 21.90 479.61 12.42 154.26
Jumlah 383.28 14690.50 219.90 4835.65 124.16 1541.58

4.2.2.10 Menghitung nilai rata-rata 𝐱̅ dan 𝐱

b). Alumunium

• Untuk Panjang alumunium

∑P P +P +P P
L̅ = n i = 1 2 3n+ ,…………….. n

∑P 383,28
L̅ = n i = 10 = 38,328 mm

(n∑Pi 2 )–(∑Pi )2
∆P = sP = √
n2 (n−1)

(10 x 14690,50)–(383,28)2
∆P = sP = √ 102 (10−1)

(146905)–(146903,5)
∆P = sP = √ 100(9)

1,5
∆P = sP = √ = √0,0017 = 0,041 mm
900

• Untuk Lebar alumunium

∑L L +L +L L
L̅ = n i = 1 2 3n+ ,…………….. n

∑L 219,90
L̅ = i = = 21,990 mm
n 10
(n∑Li 2 )–(∑Li )2
∆L = sL = √ n2 (n−1)

(10 x 4835,65 )–(219,90)2


∆L = sL = √ 102 (10−1)

(48356,5)–(48356,01)
∆L = sL = √ 100(9)

0,49
∆L = sL = √ 900 = √0,00054 = 0,023 mm

• Untuk Tinggi alumunium

∑T T +T +T T
L̅ = n i = 1 2 3n+ ,…………….. n

∑T 124,16
L̅ = n i = = 10 = 12,416 mm

(n∑Ti2 )–(∑Ti )2
∆T = sT = √
n2 (n−1)

(10 x 1541,58)–(124,16)2
∆T = sT = √
102 (10−1)

(15415,8)–(15415,7)
∆T = sT = √
100(9)

0,1
∆T = sT = √900 = √0.0001 = 0.01 mm

4.2.2.11 Menghitung Interval dan KTP Relatif

c). alumunium

• Interval alumunium
P=̅
P P
P = 38,328 0,041
P = (38,287 – 38,369) mm
L = L̅ L
L = 21,990 0,023
L = (21,967 – 22,013) mm
̅
T=T T
T = 12,416 0,01
T = (12,406 – 12,426) mm

• KTP Relatif alumunium


P
KTP Relatif = ( 𝑃
) x 100%
0,041
KTP Relatif = x 100%
38,328

KTP Relatif = 0,107%


L
KTP Relatif = ( ̅
) x 100%
L
0,023
KTP Relatif = 21,990 x 100%

KTP Relatif = 0,105%


T
KTP Relatif = ( ̅ ) x 100%
T
0,01
KTP Relatif = 12,416 x 100%

KTP Relatif = 0,080%

4.2.2.12 Menghitung Angka berarti dan Luas


c). alumunium

Angka berarti alumunium


P
AB = 1 – log ( P̅ )
0,041
AB = 1 – log (38,328 )

AB = 1 – log ( 0,00107)
AB = 1 – (-2,970)
AB = 3,970
L
AB = 1 – log ( L̅ )
0,023
AB = 1 – log (21,990 )

AB = 1 – log ( 0,00105)
AB = 1 – (-2,978)
AB = 3,978
T
AB = 1 – log ( T̅ )
0,01
AB = 1 – log ( 12,416 )

AB = 1 – log ( 0,00080)
AB = 1 – (-3,096)
AB = 4,096

• Luas alumunium

̅̅̅̅̅̅ = L̅ x T
Luas ̅

̅̅̅̅̅̅
Luas = 21,990 x 12,416

̅̅̅̅̅̅ = 273,027 mm2


Luas
L T
Luas = ( L̅ + ̅̅̅̅̅̅
x Luas
̅)
T

0,023 0,01
Luas = (21,990 + 12,416 ) x 273,027

Luas = (0.00185) x 273,027


Luas = 0,505
̅̅̅̅̅̅
Luas = Luas Luas

Luas = 273,027 0,505

• Volume alumunium

v=̅
P x L̅ x T
̅

v = 38,328 x 21,990 x 12,416

v = 10464,61
P L T
volume = ( + + ̅
) x volume
P L T

0,041 0,023 0,01


volume = (38,328 + 21,990 + 12,416 ) x 10464,61

volume = ( 0,00292 ) x 10464,61

volume = 30,556
V = volume ± Ovolume

V = 10464,61 ± 30,556
4.3 ANALISA TEORITAS

Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat dalam bilangan
sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku (standar) yang
diterima sebagai satuan. Setiap pengukuran selalu dianggap oleh
ketidakpastian.Sumber ketidakpastian disebabkan oleh adanya nilai skala terkecil
alat ukur, adanya ketidakpastian bersistem, dan keterbatasan pada pengamat.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengukuran, pertama
masalah ketelitian (presisi) dan kedua masalah ketepatan (akurasi).Presisi
menyatakan derajat kepastian hasil suatu pengukuran, sedangkan akurasi
menunjukkan seberapa tepat hasil pengukuran mendekati nilai yang
sebenarnya.Presisi bergantung pada alat yang digunakan untuk melakukan
pengukuran. Umumnya, semakin kecil pembagian skala suatu alat semakin presisi
hasil pengukuran alat tersebut.

Tanpa menyatakan ketidakpastian suatu hasil pengukuran tidak banyak


memberikan informasi mengenai besaran yang diukur, mutu alat ukur dan
ketelitian pengukuran. Ketidakpastian suatu hasil pengukuran dapat memberikan
informasi mengenai tingkat kepercayaan akan hasil pengukuran, mutu alat yang
digunakan dan ketelitian pengukuran tersebut.

Alat yang dapat digunakan dalam praktikum ini adalah alat ukur jangka sorong
dan mikrometer. Jangka sorong adalah salah satu alat ukur yang digunakan di
laboratorium dan di bengkel, dapat digunakan untuk mengukur dalam satuan
millimeter (mm) ataupun inci (in). Jangka sorong umumnya terdiri dari batang
pengukur yang terbuat dari baja antikarat yang dikeraskan, mempunyai rahang
ukur tetap pada salah satu ujungnya dan bagian yang bergerak yang mempunyai
rahang ukur dan skala nonius. Skala nonius digerakkan dalam satu bagian (unit)
sepanjang batang sampai kedua rahangnya bertemu benda kerja yang diukur.
Umumnya dua macam skala dibuat dalam batang, satu dalam millimeter (mm)
dan satunya lagi dalam inci (in). Bagian yang bergerak juga mempunyai dua
macam skala nonius yaitu dalam millimeter (mm) dan inci (in) mengikuti skala
dari batang. Skala nonius adalah skala yang kedua, pembagian garisnya lebih
pendek dari pembagian garis pada skala utama.

Setelah saya melakukan percobaan dan telah mendapatkan data-data, maka dapat
dianalisa bahwa, kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur dapat dilihat dari
NST (Nilai Skala Terkecil)-nya. Selain dari NST (Nilai Skala Terkecil), ada skala
lain yang dapat membantu ketelitian suatu alat ukur yang disebut skala nonius.
Umumnya terdapat suatu pembagian sejumlah skala utama dengan sejumlah skala
nonius yang akan menyebabkan garis skala titik nol dan titik maksimum skala
nonius berhimpit dengan skala utama.

Saat percobaan, salah satu alat ukur yang menggunakan skala nonius adalah
jangka sorong. Jangka sorong memiliki ketelitian 0,05mm. Sehingga jangka
sorong sangat tinggi tingkat akurasinya bila digunakan untuk mengukur benda-
benda yang kecil bahkan sulit untuk diukur. Jangka sorong juga sangat efektif
karena dapat digunakan untuk mengukur panjang, tebal, diameter, dan kedalaman
benda.
BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil percobaan pada modul 1 tentang teori ketidakpastian menunjukkan


bahwa pengukuran jika dilakukan beberapa kali hasil yang didapat tidaklah sama
karena ada beberapa faktor yaitu keterbatasan alat, keterbatasan pengamat dan
ketidakpastian acak. Disamping itu juga bahan yang di ukur ada yang berubah-
ubah dan adapula permukaan benda yang tidak sama, dan ada juga karena alat,
yaitu alat digital dan alat analog. Sifat dari alat digital yaitu penggunaanya relatif
mudah, nilainya sudah langsung keluar tidak perlu mengira-kira atau menghitung
manual dan hasilnya mendekati kepastian.

• Jangka sorong digunakan untuk mengukur ketebalan, diameter dalam, dan


diameter skala terkecilnya adalah 0,1cm, nilai skala noniusnya adalah
0,05mm, tingkat akurasinya tinggi.
• Penggunaan alat ukur dapat disesuaikan dengan bentuk benda yang akan
diukur dan batas ketelitian dari alat ukur
• Sumber utama penyebab ketidakpastian sistemik adalah ketidakpastian
alat, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, fluktasi parameter
pengukuran, dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta
keterampilan pengamat.
1.Tugas Akhir

1. Tentukan nst dari mistar plastik, jangka sorong, mikrometer, termometer,

voltmeter, amperemeter, dan stopwatch.

2. Bagaimanakah cara menentukan nst dari alat ukur digital?

3. Kertas grafik mm dapat juga dilihat sebagai alat ukur, berapakah nst-nya?

4. Perhatikan nonius pada jangka sorong dan mikrometer, tentukan nst alat ukur
itu

tanpa dan dengan nonius.

5. Panjang sebuah pensil dilaporkan L = (12,8 ± 0,05) cm. Apakah artinya?

Berapakah nst alat ukur yang dipakai?

6. Baca suhu laboratorium, laporkan hasilnya dengan cara yang tepat, serta
berikan

interpretasinya!

7. Hitung A ± ∆A, kalau Aj = 10,1 ;10,2 ; 10,0 ;10,0 ; 9,8 ; 10,1 ; 9,8 ; 10,3 ; 9,7 ;

10,0 Beri interpretasi atas hasilnya!

8. Dengan mistar (penggaris plastik) nst = 1 mm , kita ukur benda yang


panjangnya

12 cm. Berapakah Ketidakpastian Mutlak pengukuran ini? Berapakah

Ketidakpastian Relatifnya? Berapa ketelitian yang tercapai pada pengukuran ini?

9. Tentukan panjang minimum yang dapat diukur dengen menggunakan penggaris

biasa, apabila dituntut ketelitian tidak kurang dari 10% pada hasilnya!

10. Tebal sebuah benda adalah 2 cm yang akan diukur dengen ketelitian 1%.
Dapatkah

digunakan penggaris biasa (nst = 1mm)? Bagaimana kalau menggunakan jangka

sorong (nst = 0,1 mm)?

11. Diketahui ℼ = 3,14592, tulislah dengan jumlah AB yang sesuai:


a.ℼ ± 0,1 % c. ℼ ±1 %

b.ℼ ± 10 % d.ℼ ± 6 %

12. Kesalahan apakah yang terdapat pada penalaran Zo = 5,00 pada contoh
ketelitian?

JAWAB!

1.-Mistar plastic = 1mm

-Jangka sorong = 0,05mm

-Mikrometer = 0,01mm

-Termometer = 1°C

-Voltmeter = 0,01 Volt

-Amperemeter = 0,01 A

-Stopwatch = 0,1s

2.dilakukan dengan melihat nilai satuan terkecilnya (nst) dan kalikan dengan cara
melihat berapa banyak angka di belakang koma dari alat tersebut

3. kertas mm dengan jarak antara dua garis terdekat 1 mm. Maka ∆𝑥 grafik = 0,5
mm, dan bila ukuran kertas grafik 10 x 10 cm, ketelitian terbesar (terbaik) yang
dapat di capai adalah (0,5x100)x 100% = 0,5 dengan demikian ketidakpastian
hasil perhitungan dengan ketelitian 0,1 % tidak dapat diplotkan pada kertas grafik
10 x 10 cm, maka digunakan kertas yang lebih besar misalnya 50 x 50

4. -Jangka sorong memiliki NST sebesar 0,05 mm dan NSTt-nya sebesar 0,1mm

- Mikrometer sekrup memiliki NST sebesar 0,01 mm dan NSTt-nya sebesar 0,5
mm

5.12,8 cm panjang

0,05 cm ∆𝑥
!
∆x NST = 2.∆x
"

= 2.0,05 cm

= 0,1 cm
6.untuk laporan suhu ruangan laboratorium yaitu 26°C yang berarti suhu di
ruangan itu tidak boleh dibawah ataupun diatas 26°C dikarenakan dapat
mempengaruhi nilai pengukuran atau kalibrasi beberapa besaran, salah satunya
besaran panjang dan massa

7. (10,1+10,2+10,0+10,0+9,8+10,1+9,8+10,3+9,7+10,0)

10

=10

∆x = Xmax-Xmin

= 10,3 – 9,7

= 0,3

Hasil pengukuran A𝐴 ± ∆𝑥 = 10 + 0,3

8. – Hasil pengukuran tunggal (x) yaitu 12 cm

- Nst 1 mm menjadi 0,1 cm jadi didapatkan nilai ketidakpastian (∆𝑥) yaitu ½ x nst
yang berarti nilainya 0,05 cm

-Untuk nilai ketidakpastian mutlak yaitu :∆𝑥 = 0,05

-Untuk ketidakpastiannya relatif


∆$ %,%'
x 100% = x 100% = 0,4%
$ !"

-Laporan pengukuran ditemukan sebagai berikut:

x ± KTP Relatif x 100%

12 ± 0,4%

Atau

X ± ∆𝑥

12 ± 0,05

9.NST mistar = 0,1 cm


KTP relatif = 10% . 0,1 cm

Jadi panjang minimum mistar adalah (0,1 ± 0,01) 𝑐𝑚 = 0,99 𝑐𝑚

10.belum

11. a.0,1%

b.1%

c.10%

d.6%

Nilai A KTP Relatif % AB Hasil penulisan

3,141592 0,1 4 (3,141 ± 0,001)

1 3 (3,14± 0,01)

10 2 (3,1 ± 0,1)

6 3 (3,14 ± 0,01)

12.belum
DAFTAR PUSTAKA

Halliday, Resnick, Silaban dan Sucipto, Fisika, Erlangga


Nugraha, Kosim, Supriatna, Syampurno, Penuntun Praktikum
Fisika Sears, Zemansky, Soedarjana, Fisika untuk Universitas,
Binacipta Sutrisno, Gie; Seri Fisika Dasar; Penerbit ITB.

Braid, D.C., Experimentation: An Introduction to Measurement Theory and


Experiment Design, 1962.
Darmawan Djonoputro, B., Teori Ketidakpastian, Penerbit ITB, 1984.
University of Melbourne School of Physics, Physics 160 laboratory Manual,1995

Anda mungkin juga menyukai