dengan x adalah hasil pengukuran tunggal dan x merupakan ½ kali skala pengukuran
terkecil (s.p.t) dari alat ukur. Contoh t (2,10 0,05) cm .
Pengukuran berulang menghasilkan sampel populasi x, yaitu x1, x2, x3, …, xn .
Untuk menyatakan nilai terbaik sebagai pengganti nilai benar x dari pengukuran diatas,
dipakai nilai rata-rata sampelx , yaitu :
1 n
x xi
n i 1
Sedangkan untuk menyatakan deviasi hasil pengukuran ( x ) dapat dipakai deviasi
standar nilai rata-rata sampel :
n
(x x ) 1
2
n X i xi
2 2
Sx i 1
n 2 (n 1) n(n 1)
x xlit
c. Kesalahan (relatif) terhadap literatur :
xlit
Penulisan hasil hendaknya menggunakan angka signifikan yang benar, angka di
belakang koma dari kesalahan tidak boleh lebih dari angka di belakang koma dari hasil
rata-rata, apabila dijumpai bilangan sangat besar atau sangat kecil hendaknya digunakan
bentuk eksponen dan satuan harus selalu dituliskan.
Tabel I. Cara Penulisan Angka Signifikan
Contoh Penulisan yang Salah Contoh Penulisan yang Benar
k = (200,1 ± 0,215)0K/detik k = (200,1 ± 0,2)0K/detik
d = (0,000002 ± 0.00000035)mm d = (20 ± 4) x 10-7 mm
π = 22/7 π = 3,1415
F = (2700000 ± 30000) N F = (270 ± 3 ) x 104 N
2. Perambatan Kesalahan
Banyak besaran fisika yang merupakan fungsi besaran-besaran fisika lainnya.
Misalkan besaran fisika z, fungsi dari x dan y. Untuk mengetahui z, maka besaran x dan
y harus diukur terlebih dahulu. Selanjutnya ketidakpastian z juga dapat ditentukan
dengan terlebih dahulu menguraikan fungsi z = z (x,y) menjadi deret Taylor atau
diferensial di sekitar x dan y. Ketidakpastian z dihitung dengan persamaan :
2
z z
2
z x 2 y 2 .......
x y
Contoh-contoh :
1. z a sin x , maka z a cos x x
g x i i
x i 1
n
g
i 1
i
g x i i x
x i 1
n
n 1 gi
i 1
A. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep besaran dan satuan dalam pemecahan pengukuran.
B. Kompetensi Dasar
Memahami penggunaan alat serta besarannya.
C. Indikator
1. Menentukan ketelitian mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, sferometer dan
neraca.
2. Membedakan alat yang berskala nonius dengan yang tidak.
D. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat menentukan ketelitian mistar, jangka sorong, mikrometer
sekrup, sferometer dan neraca.
2. Mahasiswa dapat membedakan alat yang berskala nonius dengan yang tidak.
E. Tinjauan Teoritis
Alat Ukur Panjang
1. Mistar
Mistar merupakan alat ukur panjang yang berskala variasi 30cm, 50cm, 100cm.
satu skala cm pada mistar, terdapat 10 skala kecil. Satu skala kecil disebut ketelitian.
Ketelitian mistar adalah 0,1cm
2. Jangka Sorong
Jangka Sorong adalah alat ukur besaran panjang yang mempunyai dua
skala,yaitu skala tetap dan skala geser. Skala geser ini yang disebut skala nonius.
Untuk menentukan ketelitian jangka sorong, dapat menggunakan rumus :
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 1 − 0
𝑁𝑆𝑇 𝑆𝑈 = = = 0,1𝑐𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑑𝑖 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑦𝑎 10
3. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat ukur terdiri dari dua bagian yaitu bagian tetap dan
bagian yang dapat diputar (selubung luar).mikrometer sekrup memiliki dua skala yaitu
skala utama yang terdapat pada bagian tetap dan skala nonius yang terletak pada
bagian yang dapat diputar.
Untuk menentukan ketelitian mikrometer sekrup, dapat menggunakan rumus :
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 1 − 0
𝑁𝑆𝑇 𝑆𝑈 = = = 0,5𝑚𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑑𝑖 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑦𝑎 2
4. Sferometer
Sferometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan kelengkungan suatu
benda yang berbentuk bagian dari bola, seperti cermin/lensa baik cekung maupun
cembung. Sferometer mempunyai dua skala yaitu skala utama dan skala nonius. Skala
utama berdiri tegak dimana skala nol tepat berada di tengah.
Untuk menentukan ketelitian Sferometer, dapat menggunakan rumus :
2𝑙 2 𝑎
𝑅= + (1.1)
9𝑎 2
H. Prosedur Percobaan
Pengukuran Panjang
a. Mistar
1) Memeriksa mistar yang telah disediakan apakah titik nol pada mistar sudah tepat
atau tidak.
2) Menentukan nilai skala terkecil dari mistar tersebut
3) Mengukur panjang dan lebar meja praktikum masing-masing sebanyak 3 kali untuk
menentukan luasnya.
b. Jangka Sorong
1) Memeriksa apakah skala nol utama berimpit dengan skala nol pada skala
nonius.Jika tidak,maka pergeserannya dicatat.
2) Mengukur diameter dalam,luar,serta kedalaman tabung.
3) Mencatat angka pada skala utama yang terlihat berdekatan dengan angka nol pada
skala nonius.
4) Mencatat angka pada skala nonius yang tepat berimpit dengan garis pada skala
utama
5) Membaca dan mencatat hasil pengukuran sebanyak 3 kali
6) Menentukan volume tabungdengan menggunakan diameter dalam
c. Mikrometer Sekrup
1) Memeriksa titik nol mikrometer skrup
d. Sferometer
1) Sferometer didirikan diatas bidang datar hingga keempat kaki dari sferometer
bersinggungan dengan bidang datar.
2) Memeriksa apakah skala nol dari skala utama tepat menjadi pelurus dari skala nol
dari skala nonius.
3) Memindahkan sferometer tersebut pada permukaan lensa cekung dan cembung
untuk ditentukan jarak cekung dan cembungnya,dengan kaki sferometer harus
bersinggungan dengan permukaan lensa.
4) Membaca dan mencatat hasil pengukuran.
5) Mengukur jarak antar kaki tepi sferometer dengan kaki tengah sferometer (l).
6) Mengulangi pengukuran lensa sebanyak 3 kali.
Tabel 1.5 pengukuran jarak kelengkungan lensa cekung (a) :
No SU ( cm ) SN ( cm ) HP : ( a ± a ) l (mm)
1.
2.
3.
Tabel 1.6 pengukuran jarak kelengkungan lensa cembung (h) :
No SU ( cm ) SN ( cm ) HP : ( a ± a ) l (mm)
1.
2.
3.
Bila sebuah benda dalam keadaan diam, kemudian bidang benda tersebut diletakkan
miring perlahan-lahan sehingga membentuk sudut seperti pada Gambar 1.1, ketika benda
tepat akan bergerak, maka :
Hukum II Newton
Hukum II Newton menyatakan bahwa “Percepatan sebuah benda berbanding lurus
dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya”. Arah
percepatan ama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Secara matematis dapat
dirumuskan: F ma
F y 0
N m2 g 0
N m2 g
Benda bergerak dari keadaan diam, sehingga percepatannya bisa dihitung dengan
menggunakan persamaan :
2s
a
t2 (1.5)
Koefisien gesek µs dan µk bergantung pada materi dari permukaan kontak. Karena
gaya statik selalu lebih besar dari gaya gesek kinetis, maka :
6 Tali Secukupnya
7 Mistar 1 buah
8 Stopwatch 1 buah
0,1
0,2
1 300
2 300
α
m1g m2g
A. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dan optik dalam menyelesaikan
masalah.
B. Kompetensi Dasar
Melakukan kajian ilmiah untuk mengenali gejala dan ciri – ciri gelombang secara
umum dan penerapannya.
C. Indikator
a. Memahami proses terjadinya resonansi pada gelombang tali.
b. Memahami pengaruh beban (tegangan) terhadap panjang gelombang stasioner pada
tali.
c. Membandingkan cepat rambat gelombang secara praktikum dan teori.
D. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat memahami proses terjadinya resonansi pada gelombang tali.
2. Mahasiswa dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi panjang gelombang
stasioner pada tali.
3. Mahasiswa dapat menentukan cepat rambat gelombang stasioner pada tali.
E. Dasar Teori
Gelombang adalah getaran yang merambat. Di dalam perambatannya tidak diikuti oleh
berpindahnya partikel-partikel perantaranya.
Gambar 2.2 Skema eksperimen gelombang stasioner yang dilakukan oleh Franz
Melde.
Gelombang stasioner dapat dibentuk dari pemantulan suatu gelombang. Contohnya
pada gelombang tali. Tali dapat digetarkan di salah satu ujungnya dan ujung lain diletakkan
pada pemantul. Berdasarkan ujung pemantulnya dapat dibagi dua yaitu ujung terikat dan
ujung bebas.
Keterangan :
S = amplitudo gelombang minimum (simpul)
P = amplitudo gelombang maksimum (perut)
v = cepat rambat gelombang
y = simpangan gelobang
Persamaan Simpangan :
𝑊𝑏
𝑣 = √
𝑚𝑡 /𝑙𝑡
𝑤
𝜆𝑓 = √
𝑚/𝑙
𝑊𝑏 𝑙𝑡
𝑓= √
𝑚𝑡 𝜆2
Keterangan :
𝑊𝑏 = Berat beban (N)
H. Prosedur Percobaan
a. Ukurlah panjang dan massa tali dengan alat yang telah tersedia dan catatlah hasil
pengukuran ke dalam tabel pengamatan.
b. Rangkailah alat dan bahan sesuai dengan gambar di bawah ini.
1.
2.
3.
Pengolahan Data
1. Massa tali
2. Panjang tali
3. Massa beban
4. Frekuensi gelombang
5. Jarak rata-rata antar simpul
6. Jumlah gelombang
7. Panjang gelombang
8. Buatlah grafik hubungan antara cepat rambat (v) dengan tegangan tali (F) !
9. Buatlah grafik hubungan antara v2 dengan panjang tali (l) !
A. Standar Kompetensi
Memahami gejala hukum Ohm dan hubungannya dalam kehidupan sehari hari serta
menerapkan konsep kelistrikan dalam penyelesaian masalah dan berbagai produk
dan teknologi.
B. Kompetensi Dasar
Merangkai komponen listrik (resistor) yang tersusun secara seri, paralel, serta
dapat mengukur kuat arus dan tegangan masing-masing resistor.
C. Indikator
1. Mahasiswa mampu menyusun rangkaian seri dan paralel dengan benar
2. Mahasiswa mampu mengukur besarnya hambatan, kuat arus dan tegangan dalam
rangkaian.
D. Tujuan Percobaan
1. Membuktikan hukum Ohm
2. Mengenali sifat-sifat rangkaian seri dan pararel
E. Alat dan Bahan
No Nama Alat dan Bahan Jumlah
1 Resistor 3 Buah
2 Multimeter 1 Buah
3 Project Board 1 Buah
4 Jepit buaya 2 Buah
5 Catu Daya 1 Buah
F. Teori Dasar
1. Pengertian Arus Listrik
Arus listrik terjadi karena adanya aliran elektron di mana setiap elektron
mempunyai muatan yang besarnya sama. Jika benda mempunyai muatan negatif
maka benda tersebut mempunyai kelebihan elektron. Derajat termuatinya benda
tersebut diukur dengan jumlah kelebihan elektron yang ada. Muatan sebuah elektron
sering dinyatakan dalam simbol q yang memilik nilai q=1,6 x 10-19 C.
2. Pengertian Tegangan
Misalnya kita mempunyai dua buah tabung yang dihubungkan dengan pipa. Jika
kedua tabung di taruh di atas meja maka permukaan air pada kedua tabung akan sama
dan dalam hal ini tidak ada aliran air dalam pipa. Jika salah satu tabung diangkat
maka dengan sendirinya air akan mengalir dari tabung tersebut ke tabung yang lebih
rendah. Makin tinggi tabung di angkat maka makin daras aliran air yang melalui
pipa. Terjadinya aliran tersebut dapat dipahami dengan konsep energi potensial.
Tingginya tabung menunjukkan besarnya energi potensial yang dimiliki.
Yang paling penting dalam hal ini adalah perbedaan tinggi kedua tabung yang
sekaligus menentukan besarnya perbedaan potensial. Jadi semakin besar perbedaan
potensialnya semakin deras aliran air dalam pipa. Perlu diperhatikan bahwa beda
potensial diukur di antara ujung-ujung suatu konduktor. Jika kita berbicara tentang
potensial pada titik tertentu maka hal itu adalah sebenarnya kita mengukur beda
potensial pada titik tersebut terhadap suatu titik acuan tertentu. Sebagai standar titik
acuan biasanya dipilih titik tanah (ground).
3. Hukum Ohm
Hukum Ohm berbunyi: “Kuatnya arus listrik yang mengalir pada suatu beban
listrik sebanding lurus dengan tegangan listrik dan berbanding terbalik dengan
hambatan.”
Jumlah kebalikan hambatan total rangkaian paralel sama dengan jumlah dari
kebalikan hambatan tiap- tiap komponen (resistor).
Rangkaian Seri
1. Persiapkan alat dan bahan sesuai dengan daftar alat dan bahan dengan
menggunakan 3 resistor masing-masing :
R1= cokelat, merah, merah, emas
R2= cokelat, merah, merah, emas
R3= merah, merah, merah, emas
R1 R2 R3
V1 V2 V3
A
Gambar 3.5 Rangkaian Seri
3. Atur tegangan sumber sebesar 3 Volt
4. Ukurlah beda potensial pada masing-masing hambatan.
5. Ukurlah besar kuat arus pada masing-masing hambatan
6. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk tegangan sumber sebesar 6 Volt.
7. Masukkan data hasil percobaan ke dalam tabel di bawah ini :
Tabel 3.2 Tabel Hasil Percobaan Rangkaian Seri
Rangkaian Paralel
1. Persiapkan alat dan bahan sesuai dengan daftar alat dan bahan dengan
menggunakan 3 resistor masing-masing:
R1= cokelat, merah, merah, emas
R2= cokelat, merah, merah, emas
R3= merah, merah, merah, emas
2. Susunlah rangkaian seperti di bawah ini :
A. Standar Kompetensi
Memahami gejala alam dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kompetensi Dasar
Mampu menganalisis dan menerapkan konsep optik geometrik dalam kehidupan
sehari-hari.
C. Indikator
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip dasar prisma dan bentuk pembiasan
cahaya pada prisma tersebut.
2. Mahasiswa mampu menentukan pergeseran sinar pada kaca Plan Paralel (t).
D. Tujuan Percobaan
1. Menentukan indeks bias bahan prisma.
2. Menentukan pergeseran sinar pada kaca Plan Paralel (t).
3. Menggambarkan pembentukan pembiasan cahaya oleh prisma dan Plan Paralel.
E. Alat dan Bahan
No. Nama Alat dan Bahan Jumlah
1 Kertas HVS 8 buah
2 Jarum panjang 8 buah
3 Busur derajat 1 buah
4 Mistar 1 buah
5 Papan Sterofoam 1 buah
6 Kaca Plan Paralel 1 buah
7 Prisma sama sisi 1 buah
8 Milimeter blok 3 lembar
F. Teori Dasar
1. Pembiasan Cahaya pada Prisma
Prisma dalam optika adalah suatu medium bening yang dibatasi oleh dua
permukaan yang membentuk sudut. Apabila seberkas cahaya putih atau cahaya
E. Tinjauan Teoritis
Viskositas
Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik
dengan tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya untuk
fluida), viskositas adalah "ketebalan" atau "pergesekan internal". Oleh karena itu,
air yang "tipis", memiliki viskositas lebih rendah, sedangkan madu yang "tebal",
memiliki viskositas yang lebih tinggi. Sederhananya, semakin rendah viskositas
suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut. Viskositas atau
kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekulmolekul yang
menyusun suatu fluida (fluida itu zat yang dapat mengalir, dalam hal ini zat cair dan
zat gas). Viskositas adalah gaya gesekan internal fluida (internal = dalam). Jadi
molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika
fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya
kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas,
viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul
Jadi, viskositas adalah kekentalan suatu fluida yang disebabkan oleh adanya
gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Viskositas juga
disebut sebagai ketahanan fluida jika menerima gaya dari luar.
Viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida riil (rill = nyata). Fluida riil/nyata
itu fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti air, sirup, oli, asap knalpot,
dan lain-lain. Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya tidak ada
dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan untuk membantu
kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini yang kita pakai dalam pokok bahasan
fluida dinamis). Mirip seperti kita menganggap benda sebagai benda tegar, padahal dalam
kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak ada benda yang benar-benar tegar/kaku.
G. Prosedur Percobaan
Waktu (t)
Bahan 𝒕̅ 𝒔 𝒗 𝒓𝒃 ᶯ
1 2 3
Ket :
1. Mencatat waktu dari 3 kali percobaan
2. Menghitung rata-rata waktu
3. Menghitung ketinggian dari awal bola dijatuhkan sampai ke bagian dasar tabung
4. Menghitung kecepatan
5. Menghitung jari-jari benda
6. Menghitung viskositas masing-masing zat/bahan