Anda di halaman 1dari 35

TEORI KESALAHAN DALAM PENGUKURAN

1. Penulisan Kesalahan pada Hasil Pengukuran


Cara memperkirakan dan menyatakan kesalahan ini, bergantung pada cara
pengukuran yang dilakukan, yaitu: pengukuran berulang dan pengukuran tunggal (tidak
dapat diulang).
Apabila dimungkinkan, dalam suatu percobaan hendaknya dilakukan melalui
pengukuran berulang, tetapi terkadang pengukuran tunggal tidak dapat dihindari, yaitu
pada :
a. Peristiwa yang tidak dapat diulang, contoh : pengukuran kecepatan komet, lama
gerhana matahari total, dan lain-lain.
b. Pengukuran diulang tetapi hasilnya tetap sama, hal ini biasanya diakibatkan
oleh tingkat ketelitian alat yang rendah dipakai untuk mengukur besaran yang
lebih kecil, contoh : mengukur tebal bulu dengan mistar.
Dalam hal demikian hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut :
x  x

dengan x adalah hasil pengukuran tunggal dan x merupakan ½ kali skala pengukuran
terkecil (s.p.t) dari alat ukur. Contoh t  (2,10  0,05) cm .
Pengukuran berulang menghasilkan sampel populasi x, yaitu x1, x2, x3, …, xn .
Untuk menyatakan nilai terbaik sebagai pengganti nilai benar x dari pengukuran diatas,
dipakai nilai rata-rata sampelx , yaitu :
1 n
x  xi
n i 1
Sedangkan untuk menyatakan deviasi hasil pengukuran ( x ) dapat dipakai deviasi
standar nilai rata-rata sampel :
n

 (x  x ) 1
2
 
n X i   xi 
2 2

Sx  i 1

n 2 (n  1) n(n  1)

Hasil pengukuran dapat dituliskan sebagai berikut :


x  x  x  x  s x

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 1


(Terkadang ada beberapa buku teks eksperimen yang mengambil kesalahan berlebihan
seperti x  3 S x  u , dengan u adalah kesalahan bersistem / skala terkecil dari alat
ukur).
Kesalahan pengukuran sering kali dinyatakan dalam :
x
a. Kesalahan relatif : (dapat juga ditulis dalam persen)
x
b. Kesalahan mutlak : x

x  xlit
c. Kesalahan (relatif) terhadap literatur :
xlit
Penulisan hasil hendaknya menggunakan angka signifikan yang benar, angka di
belakang koma dari kesalahan tidak boleh lebih dari angka di belakang koma dari hasil
rata-rata, apabila dijumpai bilangan sangat besar atau sangat kecil hendaknya digunakan
bentuk eksponen dan satuan harus selalu dituliskan.
Tabel I. Cara Penulisan Angka Signifikan
Contoh Penulisan yang Salah Contoh Penulisan yang Benar
k = (200,1 ± 0,215)0K/detik k = (200,1 ± 0,2)0K/detik
d = (0,000002 ± 0.00000035)mm d = (20 ± 4) x 10-7 mm
π = 22/7 π = 3,1415
F = (2700000 ± 30000) N F = (270 ± 3 ) x 104 N

2. Perambatan Kesalahan
Banyak besaran fisika yang merupakan fungsi besaran-besaran fisika lainnya.
Misalkan besaran fisika z, fungsi dari x dan y. Untuk mengetahui z, maka besaran x dan
y harus diukur terlebih dahulu. Selanjutnya ketidakpastian z juga dapat ditentukan
dengan terlebih dahulu menguraikan fungsi z = z (x,y) menjadi deret Taylor atau
diferensial di sekitar x dan y. Ketidakpastian z dihitung dengan persamaan :
2
 z   z 
2

z    x 2    y 2  .......
 x   y 
Contoh-contoh :
1. z  a sin x , maka z  a cos x x

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 2


1 1
2. z  , maka z   2 x
x x
3. z  xy , maka z  x x  y y
Kadang-kadang dijumpai suatu besaran yang ditentukan oleh beberapa
pengukuran x, yang mempunyai derajat keakuratannya berbeda xi . Nilai rata-rata
besaran tersebut dapat dihitung dengan nilai rata-rata berbobot :
n

g x i i
x i 1
n

g
i 1
i

dengan faktor bobot


1
gi 
xi 2
Ketidakpastian dari rata-rata berbobot adalah :
n

 g x i i  x
x  i 1
n
n  1 gi
i 1

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 3


PENGUKURAN

A. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep besaran dan satuan dalam pemecahan pengukuran.
B. Kompetensi Dasar
Memahami penggunaan alat serta besarannya.
C. Indikator
1. Menentukan ketelitian mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, sferometer dan
neraca.
2. Membedakan alat yang berskala nonius dengan yang tidak.
D. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat menentukan ketelitian mistar, jangka sorong, mikrometer
sekrup, sferometer dan neraca.
2. Mahasiswa dapat membedakan alat yang berskala nonius dengan yang tidak.
E. Tinjauan Teoritis
Alat Ukur Panjang
1. Mistar
Mistar merupakan alat ukur panjang yang berskala variasi 30cm, 50cm, 100cm.
satu skala cm pada mistar, terdapat 10 skala kecil. Satu skala kecil disebut ketelitian.
Ketelitian mistar adalah 0,1cm

Gambar 1.1 Mistar ukur dengan ketelitian 0,1 cm

2. Jangka Sorong
Jangka Sorong adalah alat ukur besaran panjang yang mempunyai dua
skala,yaitu skala tetap dan skala geser. Skala geser ini yang disebut skala nonius.
Untuk menentukan ketelitian jangka sorong, dapat menggunakan rumus :
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 1 − 0
𝑁𝑆𝑇 𝑆𝑈 = = = 0,1𝑐𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑑𝑖 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑦𝑎 10

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 4


𝑁𝑆𝑇 𝑆𝑈 0,1
𝑁𝑆𝑇 𝐴𝑙𝑎𝑡 = = = 0,005𝑐𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑛𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 20

Gambar 1.2 Jangka sorong dengan ketelitian 0,005cm

3. Mikrometer Sekrup

Gambar 1.3Mikrometer sekrup dengan ketelitian 0,05mm

Mikrometer sekrup adalah alat ukur terdiri dari dua bagian yaitu bagian tetap dan
bagian yang dapat diputar (selubung luar).mikrometer sekrup memiliki dua skala yaitu
skala utama yang terdapat pada bagian tetap dan skala nonius yang terletak pada
bagian yang dapat diputar.
Untuk menentukan ketelitian mikrometer sekrup, dapat menggunakan rumus :
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 1 − 0
𝑁𝑆𝑇 𝑆𝑈 = = = 0,5𝑚𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑑𝑖 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑦𝑎 2

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 5


𝑁𝑆𝑇 𝑆𝑈 0,5
𝑁𝑆𝑇 𝐴𝑙𝑎𝑡 = = = 0,01 𝑚𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑛𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 50

4. Sferometer
Sferometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan kelengkungan suatu
benda yang berbentuk bagian dari bola, seperti cermin/lensa baik cekung maupun
cembung. Sferometer mempunyai dua skala yaitu skala utama dan skala nonius. Skala
utama berdiri tegak dimana skala nol tepat berada di tengah.
Untuk menentukan ketelitian Sferometer, dapat menggunakan rumus :

𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 10 − 0


𝑁𝑆𝑇 𝑆𝑈 = = = 1𝑚𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑑𝑖 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛𝑦𝑎 10
𝑁𝑆𝑇 𝑆𝑈 1
𝑁𝑆𝑇 𝐴𝑙𝑎𝑡 = = = 0,01𝑚𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑛𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 100

Untuk menentukan jari-jari kelengkungan lensa baik cembung maupun cekung


adalah dengan menggunakan persamaan dibawah ini :

2𝑙 2 𝑎
𝑅= + (1.1)
9𝑎 2

Dengan : R = Jari-jari kelengkungan lensa


a = Hasil pengukuran
l = Jarak antara kaki sferometer Gambar 1.4 Sferometer

Alat Ukur Massa


1. Neraca Tiga Lengan
Neraca tiga lengan adalah alat ukur massa yang memiliki tiga lengan berupa
batangan satuan, puluhan, dan batangan ratusan diantara batangan satuan dan puluhan.
Nilai skala terkecil Alat ukur ini adalah : 0,1 gr.

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 6


Gambar 1.5 Neraca Tiga Lengan
F. Pertanyaan sebelum prcobaan
1. Bagaimana cara menentukan hasil pengukuran dari jangka sorong?
2. Bagaimana cara menentukan hasil pengukuran dari micrometer sekrup?
3. Yang mana lebih teliti jangka sorong atau micrometer sekrup?
G. Alat Dan Bahan
No Nama Alat / Bahan Jumlah
1 Mistar 1 buah
2 Jangka sorong 1 buah
3 Mikrometer sekrup 1 buah
4 Sferometer 1 buah
5 Neraca 1 buah
6 Bola Pejal 1 buah
7 Lensa cembung 1 buah
8 Lensa cekung 1 buah

H. Prosedur Percobaan
Pengukuran Panjang
a. Mistar
1) Memeriksa mistar yang telah disediakan apakah titik nol pada mistar sudah tepat
atau tidak.
2) Menentukan nilai skala terkecil dari mistar tersebut
3) Mengukur panjang dan lebar meja praktikum masing-masing sebanyak 3 kali untuk
menentukan luasnya.

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 7


4) Menuangkannya dalam bentuk tabel berikut.
Tabel 1.1 Panjang dan Lebar Meja Praktikum
Panjang Meja Lebar meja
No.
( p ± p ) m ( l ± l ) m
1.
2.
3.

b. Jangka Sorong
1) Memeriksa apakah skala nol utama berimpit dengan skala nol pada skala
nonius.Jika tidak,maka pergeserannya dicatat.
2) Mengukur diameter dalam,luar,serta kedalaman tabung.
3) Mencatat angka pada skala utama yang terlihat berdekatan dengan angka nol pada
skala nonius.
4) Mencatat angka pada skala nonius yang tepat berimpit dengan garis pada skala
utama
5) Membaca dan mencatat hasil pengukuran sebanyak 3 kali
6) Menentukan volume tabungdengan menggunakan diameter dalam

Tabel 1.2 diameter dalam tabung (d):


No SU ( cm ) SN ( cm ) HP : ( d ± d )
1.
2.
3.

Tabel 1.3kedalaman tabung (t) :


No SU ( cm ) SN ( cm ) HP : ( t ± t )
1.
2.
3.

c. Mikrometer Sekrup
1) Memeriksa titik nol mikrometer skrup

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 8


2) Meletakkan bola pejal diantara spindel dengan landasan
3) Memutar rached hingga berbunyi “klik” tiga kali.
4) Membaca dan mencatat hasil pengukuran bola pejal.
5) Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali
6) Menentukan volume bola pejal
Tabel 1.4 pengukuran diameter bola pejal d :
No SU ( cm ) SN ( cm ) HP : ( d ± d )
1.
2.
3.

d. Sferometer
1) Sferometer didirikan diatas bidang datar hingga keempat kaki dari sferometer
bersinggungan dengan bidang datar.
2) Memeriksa apakah skala nol dari skala utama tepat menjadi pelurus dari skala nol
dari skala nonius.
3) Memindahkan sferometer tersebut pada permukaan lensa cekung dan cembung
untuk ditentukan jarak cekung dan cembungnya,dengan kaki sferometer harus
bersinggungan dengan permukaan lensa.
4) Membaca dan mencatat hasil pengukuran.
5) Mengukur jarak antar kaki tepi sferometer dengan kaki tengah sferometer (l).
6) Mengulangi pengukuran lensa sebanyak 3 kali.
Tabel 1.5 pengukuran jarak kelengkungan lensa cekung (a) :
No SU ( cm ) SN ( cm ) HP : ( a ± a ) l (mm)
1.
2.
3.
Tabel 1.6 pengukuran jarak kelengkungan lensa cembung (h) :
No SU ( cm ) SN ( cm ) HP : ( a ± a ) l (mm)
1.
2.
3.

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 9


e. Pengukuran Massa dengan Neraca
1) Memeriksa lebih dahulu apakah jarum berayun dari neraca yang dipakai
menunjukan skala nol. Jika tidak,mencatat pergeseran tersebut.
2) Meletakkan bola pejal pada piringan neraca.
3) Membaca dan mencatat massa dari bola pejal yang akan ditentukan massa jenisnya.
4) Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
5) Memasukkan data pada tabel data hasil pengamatan
Tabel 1.7 pengukuran massa bola pejal :
No HP : ( m ± m ) gram
1.
2.
3.

I. Tugas Setelah Percobaan


1. Dari alat yang digunakan manakah yang paling teliti? Jelaskan!
2. Berapakah perbandingan ketelitian mistar dengan sferometer?
3. Mengapa skala nonius ada pada mikrrometer sekrup, sferometer dan jangka
sorong, sedangkan pda mistar tidak ada?
4. Apa yang dimaksud dengan skala nonius?

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 10


PERCOBAAN I
KOEFISIEN GESEKAN
A. Standar Kompetensi
Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika klasik
sistem diskret
B. Kompetensi Dasar
Menjelaskan hukum newton sebagai konsep dasar dinamika dan
mengaplikasikannya dalam persoalan – persoalan dinamika sederhana
C. Indikator
1. Menentukan koefisien gesek statik dan kinetik pada gerak translasi
2. Membedakan antara gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.
D. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menentukan koefisien gesek statik dan kinetik pada gerak
translasi
2. Membedakan antara gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.
E. Teori Dasar
Hukum I Newton
Hukum I Newton menyatakan bahwa setiap benda yang sedang diam akan tetap
diam atau setiap benda yang bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus
beraturan jika gaya total alias resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut sama
dengan nol. Pernyataan natematis dari Hukum I Newton :
 F  0 ............................................................................................(1.1)
1. Gaya Gesek Statik
Gaya gesek statik fs sebanding dengan gaya normal FN dari permukaan
bidang gesek. Persamaan antara dua bidang yang saling bergerak relatif sebesar:
fs = µsFN ............................................................................................(1.2)

Bila sebuah benda dalam keadaan diam, kemudian bidang benda tersebut diletakkan
miring perlahan-lahan sehingga membentuk sudut  seperti pada Gambar 1.1, ketika benda
tepat akan bergerak, maka :

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 11


F y 0
N  mgcos α  0
N  mgcos α
F x 0
f s  mg sin   0
 s N  mg sin   0
mg sin 
s 
N
mg sin 
s 
mg cos 
Gambar 1.1. Diagram gaya benda pada bidang miring
sin 
s 
cos 
 s  tan  (1.3)

Hukum II Newton
Hukum II Newton menyatakan bahwa “Percepatan sebuah benda berbanding lurus
dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya”. Arah
percepatan ama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Secara matematis dapat
dirumuskan: F  ma

Gaya Gesek Kinetik


Berikut ini adalah gambar 1.2 sebuah balok (m2) di atas bidang datar yang ditarik
oleh balok lain (m1) sehingga keduanya bergerak dan menimbulkan gay gesek antar benda
dua dengan bidang datar. Sepert gambar berikut :
Gaya Vertikal :

F y 0
N  m2 g  0
N  m2 g

Gambar 1.2 Gaya gesek kinetik

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 12


Gaya Horizontal :
F x  m2 a
m1 g  f k  m 2 a
m1 g   k N  m 2 a
m1 g  m 2 a
k 
N (1.4)

Benda bergerak dari keadaan diam, sehingga percepatannya bisa dihitung dengan
menggunakan persamaan :
2s
a
t2 (1.5)
Koefisien gesek µs dan µk bergantung pada materi dari permukaan kontak. Karena
gaya statik selalu lebih besar dari gaya gesek kinetis, maka :

µk < µs. (1.6)

F. Tugas Sebelum Praktikum


1. Apakah koefisien gesek yang dimiliki setiap benda sama? Jelaskan!
2. Bagaimanakah nilai koefisien gesek yang dimiliki benda sejenis dengan luas
permukaan sama namun massa yang berbeda?

G. Alat Dan Bahan

No Nama Alat dan Bahan Jumlah


1 Bidang luncur atau bidang miring 1 set
2 Set balok kayu 1 set
3 Neraca Ohaus 1 buah
4 Beban bercelah Secukupnya

5 Beban keeping secukupnya

6 Tali Secukupnya
7 Mistar 1 buah
8 Stopwatch 1 buah

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 13


H. Prosedur Percobaan
a. Koefisien Gesek Statis
1. Memasang bidang miring dengan mendatar ( = 0 )
2. Meletakkan balok kayu di atas bidang tersebut.
3. Dengan perlahan-lahan sudut  diperbesar sampai saat balok akan mulai
bergerak. Seperti pada Gambar 1.1.
4. Ulangi langkah 1-3 dengan menambahkan bebansebanyak 100 gr di atas
balok.

Tabel Percobaan Koefisien Gesek Statis


m(kg) 

0,1

0,2

b. Koefisien Gesek Kinetis


1. Atur alat-alat seperti pada Gambar 1.2.
2. Ukur jarak m2 ke katrol dengan mistar.
3. Tambahkan beban pada piringan sampai pada saat benda m2 mulai bergerak.
4. Ukur waktu benda m2 bergerak dari titik awal sampai ke katrol dengan
menggunakan stowatch.
5. Ulangi langkah 1 dan 2 dengan menambahkan beban 100 gr di atas balok 1.

Tabel Koefisien Gesek kinetis


No m1 gr  m2 gr  S (cm) t(s)

1 300

2 300

I. Tugas Sesudah Praktikum


1. Tentukan koefisien gesek statik (µs) pada percobaan a !
2. Tentukan µk dan percepatan dari percobaan koefisien gesek kinetik!
3. Pada sistem gambar 1.1 berlaku hukum.......

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 14


4. Carilah persamaan untuk menghitung gaya gesek kinetis pada sistem berikut!

α
m1g m2g

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 15


PERCOBAAN II
HUKUM MELDE

A. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dan optik dalam menyelesaikan
masalah.
B. Kompetensi Dasar
Melakukan kajian ilmiah untuk mengenali gejala dan ciri – ciri gelombang secara
umum dan penerapannya.
C. Indikator
a. Memahami proses terjadinya resonansi pada gelombang tali.
b. Memahami pengaruh beban (tegangan) terhadap panjang gelombang stasioner pada
tali.
c. Membandingkan cepat rambat gelombang secara praktikum dan teori.
D. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat memahami proses terjadinya resonansi pada gelombang tali.
2. Mahasiswa dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi panjang gelombang
stasioner pada tali.
3. Mahasiswa dapat menentukan cepat rambat gelombang stasioner pada tali.
E. Dasar Teori
Gelombang adalah getaran yang merambat. Di dalam perambatannya tidak diikuti oleh
berpindahnya partikel-partikel perantaranya.

Gambar 2.1. Gelombang transversal


Keterangan :
 T = waktu yang diperlukan oleh gelombang untuk menempuh satu panjang
gelombang penuh (Periode)

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 16


 A = Simpangan gelombang
   Panjang 1 gelombang dari puncak ke puncak
 f = Banyaknya gelombang yang terjadi tiap satuan waktu (frekuensi)
Gelombang stasioner gelombang yang amplitudonya tidak tetap pada titik yang
dilewatinya, yang terbentuk dari interferensi dua buah gelombang datang dan pantul yang
masing-masing memiliki frekuensi dan amplitudo sama tetapi fasenya berlawanan. Berikut
merupan contoh percobaan gelombang stasioner yang dilakukan oleh Franz Melde.

Gambar 2.2 Skema eksperimen gelombang stasioner yang dilakukan oleh Franz
Melde.
Gelombang stasioner dapat dibentuk dari pemantulan suatu gelombang. Contohnya
pada gelombang tali. Tali dapat digetarkan di salah satu ujungnya dan ujung lain diletakkan
pada pemantul. Berdasarkan ujung pemantulnya dapat dibagi dua yaitu ujung terikat dan
ujung bebas.

Gambar 2.3 Gelombang stasioner

Keterangan :
 S = amplitudo gelombang minimum (simpul)
 P = amplitudo gelombang maksimum (perut)
 v = cepat rambat gelombang
 y = simpangan gelobang
Persamaan Simpangan :

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 17


𝑦𝑠 = 𝑦𝑑 + 𝑦𝑝
= 𝐴 sin(𝜔𝑡 − 𝑘𝑥) + 𝐴 sin(𝜔𝑡 + 𝑘𝑥 + 𝜋)
= 𝐴 sin(𝜔𝑡 − 𝑘𝑥) − 𝐴 sin(𝜔𝑡 + 𝑘𝑥)
= 2𝐴 sin 𝜔𝑡 cos 𝑘𝑥
Keterangan :
A = amplitudo gelombang ( m)
𝜔 = kecepatan sudut (rad/s)
𝑡 = waktu (s)
𝑘 = konstanta
𝑥 = letak titik terjadinya interferensi (m)
Persamaan Simpul :
cos 𝑘𝑥 = 0
2𝜋
𝑥𝑠 = 𝑛𝜋
𝜆
𝑛𝜆
𝑥𝑠 = 2
keterangan :
𝜆 = panjang gelombang (cm)
Atau
∆𝑥 = 𝑥1 − 𝑥0 = 𝜆
Persamaan cepat rambat
Sesuai dengan Percobaan Melde, maka Melde merumuskan bahwa
𝑇
𝑣 = √𝜇
Keterangan :
v = laju perambatan gelombang tali (m/s)
T = tegangan tali (N)
µ = rapat massa linier tali (massa tali/ panjang tali) (kg/m
Persamaan Frekuensi:
𝑇
𝑣 = √𝜇

𝑊𝑏
𝑣 = √
𝑚𝑡 /𝑙𝑡

𝑤
𝜆𝑓 = √
𝑚/𝑙

𝑊𝑏 𝑙𝑡
𝑓= √
𝑚𝑡 𝜆2
Keterangan :
𝑊𝑏 = Berat beban (N)

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 18


𝑚𝑡 = massa tali (Kg)
𝑙𝑡 = panjang tali (m)
F. Pertanyaan Sebelum Praktikum
a. Apakah yang dimaksud dengan perut dan simpul pada gelombang stasioner ?
G. Alat dan Bahan
No. Nama Alat dan Bahan Jumlah
1. Ticker timer 1 set
2. Mistar 1 buah
3. Neraca o’hauss 1 buah
4. Katrol 1 buah
5. Tali 2 meter 1 buah
6. Power supply 1 buah
7. Kabel penghubung 2 buah
8. Beban (50 gram, 100 gram) Secukupnya

H. Prosedur Percobaan
a. Ukurlah panjang dan massa tali dengan alat yang telah tersedia dan catatlah hasil
pengukuran ke dalam tabel pengamatan.
b. Rangkailah alat dan bahan sesuai dengan gambar di bawah ini.

Gambar 2.4 Percobaan gelombang stasioner

c. Gantungkan beban 100 gram yang diberikan pada tali.


d. Hubungkan ticker timer pada power supply dengan kabel penghubung, dan
nyalakan power supply dengan sumber tegangan 12 V.

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 19


e. Aturlah jarak dengan ticker timer sampai terbentuk gelombang stasioner,
lakukanlah dengan perlahan dan hati-hati.
f. Catatlah jumlah gelombang dan jarak rata-rata antar node gelombang stasioner yang
terbentuk.
g. Ulangi prosedur kerja 3-6 dengan menambah beban sampai 200 gram dan 300
gram. Kemudian catatlah hasilnya pada Tabel pengamatan.
Tabel 1.1 Tabel pengamatan gelombang stasioner pada tali
No. Massa tali Panjang Beban Jarak rata-rata Jumlah Panjang Frekuensi
(kg) tali (gram) antar simpul gelombang gelombang (Hz)
(cm) (cm) (m)

1.
2.
3.

Pengolahan Data
1. Massa tali
2. Panjang tali
3. Massa beban
4. Frekuensi gelombang
5. Jarak rata-rata antar simpul
6. Jumlah gelombang
7. Panjang gelombang
8. Buatlah grafik hubungan antara cepat rambat (v) dengan tegangan tali (F) !
9. Buatlah grafik hubungan antara v2 dengan panjang tali (l) !

I. Tugas Setelah Percobaan


a. Buatlah implementasi gelombang stasioner dalam kehidupan sehari-hari !
b. Tuliskan hubungan antara cepat rambat dan tegangan tali! Jelaskan !

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 20


PERCOBAAN III
HUKUM OHM DAN RANGKAIAN HAMBATAN SERI - PARALEL

A. Standar Kompetensi
Memahami gejala hukum Ohm dan hubungannya dalam kehidupan sehari hari serta
menerapkan konsep kelistrikan dalam penyelesaian masalah dan berbagai produk
dan teknologi.
B. Kompetensi Dasar
Merangkai komponen listrik (resistor) yang tersusun secara seri, paralel, serta
dapat mengukur kuat arus dan tegangan masing-masing resistor.
C. Indikator
1. Mahasiswa mampu menyusun rangkaian seri dan paralel dengan benar
2. Mahasiswa mampu mengukur besarnya hambatan, kuat arus dan tegangan dalam
rangkaian.
D. Tujuan Percobaan
1. Membuktikan hukum Ohm
2. Mengenali sifat-sifat rangkaian seri dan pararel
E. Alat dan Bahan
No Nama Alat dan Bahan Jumlah
1 Resistor 3 Buah
2 Multimeter 1 Buah
3 Project Board 1 Buah
4 Jepit buaya 2 Buah
5 Catu Daya 1 Buah
F. Teori Dasar
1. Pengertian Arus Listrik
Arus listrik terjadi karena adanya aliran elektron di mana setiap elektron
mempunyai muatan yang besarnya sama. Jika benda mempunyai muatan negatif
maka benda tersebut mempunyai kelebihan elektron. Derajat termuatinya benda
tersebut diukur dengan jumlah kelebihan elektron yang ada. Muatan sebuah elektron
sering dinyatakan dalam simbol q yang memilik nilai q=1,6 x 10-19 C.

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 21


Besarnya arus listrik dengan satuan banyaknya elektron per detik, namun
demikian ini bukanlah satuan yang praktis karena harganya terlalu kecil. Satuan
yang dipakai adalah Ampere.
𝒒
𝒊= (3.1)
𝒕

2. Pengertian Tegangan
Misalnya kita mempunyai dua buah tabung yang dihubungkan dengan pipa. Jika
kedua tabung di taruh di atas meja maka permukaan air pada kedua tabung akan sama
dan dalam hal ini tidak ada aliran air dalam pipa. Jika salah satu tabung diangkat
maka dengan sendirinya air akan mengalir dari tabung tersebut ke tabung yang lebih
rendah. Makin tinggi tabung di angkat maka makin daras aliran air yang melalui
pipa. Terjadinya aliran tersebut dapat dipahami dengan konsep energi potensial.
Tingginya tabung menunjukkan besarnya energi potensial yang dimiliki.
Yang paling penting dalam hal ini adalah perbedaan tinggi kedua tabung yang
sekaligus menentukan besarnya perbedaan potensial. Jadi semakin besar perbedaan
potensialnya semakin deras aliran air dalam pipa. Perlu diperhatikan bahwa beda
potensial diukur di antara ujung-ujung suatu konduktor. Jika kita berbicara tentang
potensial pada titik tertentu maka hal itu adalah sebenarnya kita mengukur beda
potensial pada titik tersebut terhadap suatu titik acuan tertentu. Sebagai standar titik
acuan biasanya dipilih titik tanah (ground).
3. Hukum Ohm
Hukum Ohm berbunyi: “Kuatnya arus listrik yang mengalir pada suatu beban
listrik sebanding lurus dengan tegangan listrik dan berbanding terbalik dengan
hambatan.”

Gambar 3.1 Rangkaian hubungan kuat arus, tegangan, dan hambatan

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 22


4. Rangkaian Seri dan Paralel
Rangkaian seri adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara
sejajar (seri). Baterai dalam senter umumnya disusun dalam rangkaian seri.
Rangkaian Paralel adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara
berderet (paralel). Lampu yang dipasang di rumah umumnya merupakan
rangkaian paralel. Rangkaian listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik, di mana
semua input komponen berasal dari sumber yang sama. Semua komponen satu
sama lain tersusun paralel. Hal inilah yang menyebabkan susunan paralel dalam
rangkaian listrik menghabiskan biaya yang lebih banyak (kabel penghubung yang
diperlukan lebih banyak). Selain kelemahan tersebut, susunan paralel memiliki
kelebihan tertentu dibandingkan susunan seri. Adapun kelebihannya adalah jika
salah satu komponen dicabut atau rusak, maka komponen yang lain tetap
berfungsi sebagaimana mestinya.
Gabungan antara rangkaian seri dan rangkaian paralel disebut rangkaian seri-
paralel ( kadang disebut sebagai rangkaian campuran).
Rangkaian seri

Gambar 3.2 Rangkaian Seri


Rtotal = R1 + R2 + ... + Rn (3.3)
Jumlah hambatan total rangkaian seri sama dengan jumlah hambatan tiap-
tiap komponen (resistor).
Rangkaian paralel

Gambar 3.3 Rangkaian Paralel


𝟏 𝟏 𝟏 𝟏
= 𝐑 + 𝐑 + ⋯+ 𝐑 (3.4)
𝐑 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝟏 𝟐 𝐧

Jumlah kebalikan hambatan total rangkaian paralel sama dengan jumlah dari
kebalikan hambatan tiap- tiap komponen (resistor).

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 23


G. Prosedur Percobaan
Hukum Ohm
1. Persiapkan alat dan bahan sesuai dengan daftar alat dan bahan dengan
menggunakan resistor dengan warna cincin merah, merah, merah, emas!
2. Susunlah rangkaian seperti di bawah ini :

Gambar 3.4 Rangkaian Hukum Ohm


3. Tegangan sumber diatur sebesar 3 Volt.
4. Ukurlah arus yang melewati resistor
5. Ukurlah beda tegangan pada resistor.
6. Ulangi langkah 3 – 5 untuk sumber tegangan sebesar 4,5 Volt dan 6 Volt.
7. Masukkan data hasil percobaan pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Tabel Hasil Percobaan Hukum Ohm


Hambatan R Tegangan V Kuat Arus I
No ( Ohm ) ( Volt ) (Ampere)
Teori Praktek Teori Praktek Teori (Vt/Rt) Praktek
1. 3
2. 4,5
3. 6

Rangkaian Seri
1. Persiapkan alat dan bahan sesuai dengan daftar alat dan bahan dengan
menggunakan 3 resistor masing-masing :
R1= cokelat, merah, merah, emas
R2= cokelat, merah, merah, emas
R3= merah, merah, merah, emas

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 24


2. Susunlah rangkaian seperti di bawah ini :

R1 R2 R3

V1 V2 V3

A
Gambar 3.5 Rangkaian Seri
3. Atur tegangan sumber sebesar 3 Volt
4. Ukurlah beda potensial pada masing-masing hambatan.
5. Ukurlah besar kuat arus pada masing-masing hambatan
6. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk tegangan sumber sebesar 6 Volt.
7. Masukkan data hasil percobaan ke dalam tabel di bawah ini :
Tabel 3.2 Tabel Hasil Percobaan Rangkaian Seri

No T/P R1 R2 R3 Rtot Vtot V1 V2 V3 Itot I1 I2 I3


Teori
1.
Praktek
Teori
2.
Praktek

Rangkaian Paralel
1. Persiapkan alat dan bahan sesuai dengan daftar alat dan bahan dengan
menggunakan 3 resistor masing-masing:
R1= cokelat, merah, merah, emas
R2= cokelat, merah, merah, emas
R3= merah, merah, merah, emas
2. Susunlah rangkaian seperti di bawah ini :

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 25


Gambar 3.6 Rangkaian Paralel
3. Atur tegangan sumber sebesar 3 Volt
4. Ukurlah besar kuat arus pada masing-masing hambatan
5. Ukurlah beda potensial pada masing-masing hambatan.
6. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk tegangan sumber sebesar 6 Volt.
7. Masukan data hasil percobaan ke dalam tabel di bawah ini :

Tabel 3.3 Tabel Hasil Percobaan Rangkaian Paralel

No T/P R1 R2 R3 Rtot Vtot V1 V2 V3 Itot I1 I2 I3


Teori
1.
Praktek
Teori
2.
Praktek

H. Tugas Setelah Percobaan


1. Plotkan grafik hubungan antara V dan I pada percobaan Hukum Ohm!
2. Bagaimanakah besar kuat arus dan tegangan pada setiap resistor dalam rangkaian
seri dan rangkaian paralel? Jelaskan!

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 26


PERCOBAAN IV
PEMBIASAN CAHAYA PADA PRISMA DAN PLAN PARALEL

A. Standar Kompetensi
Memahami gejala alam dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kompetensi Dasar
Mampu menganalisis dan menerapkan konsep optik geometrik dalam kehidupan
sehari-hari.
C. Indikator
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip dasar prisma dan bentuk pembiasan
cahaya pada prisma tersebut.
2. Mahasiswa mampu menentukan pergeseran sinar pada kaca Plan Paralel (t).
D. Tujuan Percobaan
1. Menentukan indeks bias bahan prisma.
2. Menentukan pergeseran sinar pada kaca Plan Paralel (t).
3. Menggambarkan pembentukan pembiasan cahaya oleh prisma dan Plan Paralel.
E. Alat dan Bahan
No. Nama Alat dan Bahan Jumlah
1 Kertas HVS 8 buah
2 Jarum panjang 8 buah
3 Busur derajat 1 buah
4 Mistar 1 buah
5 Papan Sterofoam 1 buah
6 Kaca Plan Paralel 1 buah
7 Prisma sama sisi 1 buah
8 Milimeter blok 3 lembar

F. Teori Dasar
1. Pembiasan Cahaya pada Prisma
Prisma dalam optika adalah suatu medium bening yang dibatasi oleh dua
permukaan yang membentuk sudut. Apabila seberkas cahaya putih atau cahaya

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 27


polikromatik melewati sebuah prisma maka cahaya tersebut akan diuraikan.
Penguraian cahaya ini menjadi warna-warni cahaya monokromatik disebut dengan
dispersi cahaya. Dispersi cahaya terjadi karena di setiap warna cahaya mempunyai
indeks bias yang berbeda-beda. Cahaya merah mempunyai indeks bias terbesar,
sehingga cahaya merah mengalami deviasi (penyimpangan) terkecil dan cahaya
warna ungu mengalami deviasi terbesar.
Dari sebuah prisma dengan sudut pembias β dan indeks bias prisma n akan
diperoleh sinar yang keluar dari prisma akan membelok sebesar 𝛿 terhadap sinar
mula-mula masuk mengenai prisma sudut 𝛿 1 disebut dengan sudut penyimpangan
atau sudut deviasi. Secara sistematis geometris akan diperoleh besarnya sudut deviasi
δ pada prisma tersebut yakni,
𝜹 = (𝒊𝟏 − 𝒓𝟏 ) + (𝒓𝟐 − 𝒊𝟐 ) (4.1)
Dengan mengubah-ubah posisi prisma sehingga besarnya sudut datang menjadi
berubah-ubah juga. Apabila sudut datang menjadi lebih besar, sudut deviasi juga
bertambah besar, dan sebaliknya. Bila sudut datang dibuat menjadi lebih kecil,
dengan cara memutar posisi prisma, sudut deviasi akan menjadi lebih kecil tidak
dapat diperkecil terus, ada sudut deviasi tidak dapat diperkecil lagi. Jadi pada suatu
prisma ada deviasi terkecil ada deviasi minimum. Secara sistematik bila segi tiga kaki
dibuktikan :
𝒊𝟏 = 𝒓𝟐 = 𝒓𝟏 ∶ 𝒊𝟐 ∶ 𝜷 = 𝟐𝒓𝟏 (4.2)
Sinar PQ datang dari udara mengenai prisma dengan sudut datang i1 terhadap garis
normal N. Oleh permukaan AB sinar PQ dibiaskan mendekati normal N. menurut
arah QR, sudut biasnya r1. selanjutnya sinar QR dibiaskan oleh permukaan BC,
menurut RS dengan sudut datang i2 dan sudut bias r2 untuk setiap kali cahaya itu
mengalami pembiasan, cahaya dibelokkan ke arah bagian prisma yang tebal.

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 28


Gambar 4.1 Perambatan cahaya pada prisma
Sinar yang keluar dari prisma (sinar RS) membelok sebesar sudut δ terhadap arah
sinar yang mula-mula (perpanjangan sinar PQ). Sudut δ disebut sudut deviasi. Secara
geometri dapat dibuktikan:
𝜹 = (𝒊𝟏 − 𝒓𝟏 ) + (𝒓𝟐 − 𝒊𝟐 ) (4.3)

2. Pembiasan Cahaya pada Plan Paralel


Kaca Plan Paralel ialah kaca dengan tebal tertentu yang dibatasi oleh dua bidang
sejajar. Bidang sejajar ialah bidang pembias. Pada Plan Paralel, dengan menggunakan
hukum pembiasan nu sin i = nk sin r, dapat dihitung nilai nk (indek bias kaca).

Gambar 4.2 Perambatan Cahaya pada Plan Paralel


Dengan menggunakan rumus pergeseran sinar kaca Plan Paralel (t) :
𝒅 𝐬𝐢𝐧 ( 𝒊−𝒓)
𝒕= (4.4)
𝐜𝐨𝐬 𝒓
Dengan : 𝑑 = ketebalan kaca
𝑖 = sudut datang
𝑟 = sudut bias
𝑡 = pergeseran sinar kaca Plan Paralel

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 29


G. Prosedur Percobaan
Pembiasan Cahaya pada Prisma
1. Letakkan papan sterofoam di atas meja dan sehelai kertas di atasnya.
2. Letakkan prisma di atas kertas dan menarik garis sepanjang ketiga sisinya.
3. Lukis garis normal tegak lurus dengan sisi prisma yang telah dilukis sebelumnya.
4. Lukis sebuah sinar datang PQ dengan sudut datang 40°.
5. Tancapkan jarum titik P dan Q meletakkan prisma di tempat semula.
6. Tinjau dari arah melalui prisma dan tancapkan jarum R dan S sedemikian hingga
P,Q,R,S terlihat seakan-akan terletak dalam suatu garis lurus.
7. Perpanjang PQ dan RS sehingga berpotongan dan membentuk sudut deviasi.
8. Ulangi langkah 3 s/d 7 dengan sudut datang 50° dan 60°.
9. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan berikut.

Tabel 4.1 Pembiasan Cahaya pada Prisma

No. 𝑖1 (°) 𝑟1(°) 𝑖2 (°) 𝑟2 (°) β (°) δ (°)


1. 40
2. 50
3. 60

Pembiasan Cahaya pada Plan Paralel


1. Letakkanlah papan sterofoam di atas meja, lalu letakkan kertas grafik di atasnya.
2. Buat garis tepat di tengah sepanjang kertas arah vertikal dan horizontal.
3. Letakkanlah kaca Plan Paralel di atas kertas grafik lalu gambarlah bagian tepi kaca
tersebut.
4. Buatlah garis vertikal sebagai garis normal (N).
5. Buatlah sudut datang (𝑖) dan masukkan nilai sudutnya 25°.
6. Tancapkan jarum di titik A dan B pada sudut yang ditentukan.
7. Ukur besar sudut bias (𝑟) , kemudian masukkan hasilnya pada tabel pengamatan.
8. Ulangi langkah 1-7 dengan besar sudut datang 30° dan 35°.
9. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan berikut.

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 30


Tabel 4.2 Pembiasan Cahaya pada Plan Paralel

No. 𝑖1 (°) 𝑟1(°) 𝑖2 (°) 𝑟2 (°) d(cm) t (cm)


1. 25
2. 30
3. 35

H. Tugas Setelah Percobaan


1. Berdasarkan data percobaan yang diperoleh, tentukan indeks bias bahan prisma yang
digunakan !
2. Bagaimana contoh aplikasi pembiasan pada prisma dan Plan Paralel ?

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 31


PERCOBAAN V
VISKOSITAS (HUKUM STOKES)
A. Standar Kompetensi
Memahami konsep dan penerapan dari viskositas
B. Kompetensi Dasar
Menyelidiki konsep statika dan dinamika fluida melalui percobaan.
C. Indikator
1. Menganalisis gejala yang terjadi dalam percobaan
2. Menganalisis viskositas dari masing-masing fluida
D. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menganalisis gejala yang terjadi dalam percobaan
2. Mahasiswa dapat menganalisis viskositas dari masing-masing fluida

E. Tinjauan Teoritis
Viskositas
Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik
dengan tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya untuk
fluida), viskositas adalah "ketebalan" atau "pergesekan internal". Oleh karena itu,
air yang "tipis", memiliki viskositas lebih rendah, sedangkan madu yang "tebal",
memiliki viskositas yang lebih tinggi. Sederhananya, semakin rendah viskositas
suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut. Viskositas atau
kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekulmolekul yang
menyusun suatu fluida (fluida itu zat yang dapat mengalir, dalam hal ini zat cair dan
zat gas). Viskositas adalah gaya gesekan internal fluida (internal = dalam). Jadi
molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika
fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya
kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas,
viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul
Jadi, viskositas adalah kekentalan suatu fluida yang disebabkan oleh adanya
gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Viskositas juga
disebut sebagai ketahanan fluida jika menerima gaya dari luar.

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 32


2𝑟 2 𝑥 𝑔 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓 )
ᶯ=
9𝑣
Keterangan:
ᶯ = Viskositas (Pa.s)
r = Jari-jari benda (m)
g = Gravitasi bumi (m/s2)
𝜌b = Massa jenis benda (kg/m3)
𝜌f = Massa jenis fluida (kg/m3)
𝑣 = Kecepatan benda (m/s)

Viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida riil (rill = nyata). Fluida riil/nyata
itu fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti air, sirup, oli, asap knalpot,
dan lain-lain. Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya tidak ada
dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan untuk membantu
kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini yang kita pakai dalam pokok bahasan
fluida dinamis). Mirip seperti kita menganggap benda sebagai benda tegar, padahal dalam
kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak ada benda yang benar-benar tegar/kaku.

F. Alat dan Bahan


No. Nama Alat dan Bahan Jumlah
1. Tabung/pipa 1 buah
2 Neraca Ohaus 1 buah
3. Stopwatch 1 buah
4. Picnometer 1 buah
5. Micrometer Sekrup 1 buah
6. Mistar 1 buah
7. Minyak Secukupnya
8. Sabun Secukupnya

G. Prosedur Percobaan

1. Mengukur jari-jari benda/bola dengan menggunakan micrometer sekrup


2. Mengukur massa picnometer dengan menggunakan neraca Ohauss

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 33


3. Memasukkan fluida (minyak dan sabun) kedalam picnometer, kemudian
mengukur massa dari masing-masing fluida menggunakan neraca Ohauss
4. Memasukkan masing-masing bahan kedalam dua tabung ukur dengan volume 300
mL yang telah disediakan.
5. Memasukkan bola ke dalam dua fluida sebanyak 3 kali replikasi dengan mencatat
waktu jatuhnya bola hingga ke dasar tabung.
6. Mencatat hasil waktu pada table percobaan.

Gambar 5.1. Rancangan percobaan viskositas

Data dan Pengolahan Data

Waktu (t)
Bahan 𝒕̅ 𝒔 𝒗 𝒓𝒃 ᶯ
1 2 3

Ket :
1. Mencatat waktu dari 3 kali percobaan
2. Menghitung rata-rata waktu
3. Menghitung ketinggian dari awal bola dijatuhkan sampai ke bagian dasar tabung
4. Menghitung kecepatan
5. Menghitung jari-jari benda
6. Menghitung viskositas masing-masing zat/bahan

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 34


PERCOBAAN VI
DESTILASI

Praktikum Fisika Umum 2019 FMIPA UNIMED Page 35

Anda mungkin juga menyukai