Anda di halaman 1dari 8

Penuntun Praktikum Fisika Dasar

KETIDAK PASTIAN PENGUKURAN DALAM PENELITIAN/PERCOBAAN

Pendahuluan :

Pada pengambilan data baik pada penelitian maupun dalam praktikum hasil yang
diperoleh seringkali tidak dapat diterima karena harus dipertanggung jawabkan
keakuratannya dan kebenarannya. Hal ini dikarenakan karena faktor kemampuan
manusianya dan ketelitian alat-alat yang dipergunakan mempunyai batas kemampuan
tertentu.

Data yang diperoleh dalam penelitian maupun percobaan baru dapat diterima
apabila harga besaran yang diukur dilengkapi dengan batas-batas penyimpangan dari hasil
tersebut, yang disebut dengan sesatan (ketidak pastian). Jika dari hasil yang diperoleh
diketahui mempunyai penyimpangan terlalu besar, maka pengambilan data harus diulangi
kembali dengan berbagai cara. Jika perlu dilakukan dengan mengulangi beberapa kali yang
lebih teliti atau mengganti alat percobaan dengan alat lain yang mempunyai batas ketelitian
lebih baik. Sehingga jelas sangat mutlak diperlukan teori sesatan (ketidak pastian ) guna
mendapatkan hasil percobaan yang akurat.

I. Ketidak pastian pada pengukuran

Error atau kesalahan pada pengukuran dapat dibagi atas dua golongan yakni :

1. Kesalahan Sistematik (Syatematic Error)


Kesalahan bersistem adalah kesalahan yang bersumber pada alat pengukur yang
digunakan , besar kesalahan biasanya konstan sehingga dinamakan kesalahan
konstan (constant error). Sebab-sebab terjadi kesalahan bersistem antara lain :

 Kesalahan titik nol (zerro error)


 Kesalahan pada kalibrasi
 Kelelahan komponen alat karena sering dipakai, biasanya terjadi gesekan
dan fatique ( kelelahan)
 Kondisi percobaan, jika sebuah alat yang digunakan berbeda kondisi
percobaan dengan kondisi sewaktu kalibrasi
 Gangguan teknis, misalnya pada waktu pengukuran terjadi gangguan seperti
adanya kebocoran yang akan mengganggu sistem .
 Paralaks : kesalahan yang timbul apabila pada waktu membaca skala karena
posisi mata pengamat tidak tegak lurus. Misalnya Kedudukan mata yang
tidak tepat, misalkan terlampau rendah atau terlampau kiri, yang benar
adalah posisi mata harus sejajar dengan angka yang dibaca.

Ketidak Pastian dalam Pengukuran Page 1


Penuntun Praktikum Fisika Dasar

2. Kesalahan Random/Acak
- Gerak Brown molekul udara
- Fluktuasi pada tegangan listrik
- Landasan yang bergetar
- Bising
- Radiasi Latar Belakang
Kesalahan acak tidak dapat dikontrol
Yang dapat kita perbuat dalam mengatasi kesalahan acak adalah :
- Menentukan nilai terbaik yang dapat menggantikan nilai benar
- Menentukan seberapa besar penyimpangan nilai terbaik terhadap nilai benar
- Melaporkan hasil pengukuran sebagai :
X = Xt ± ΔX
ΔX = ketidakpastian

Untuk pengukuran langsung


- Pengukuran tunggal
Ketidak pastian pengukuran tunggal terkait dengan Nilai skala Terkecil (nst)
ΔX = ½ nst
Skala terkecil dari mistar adalah 1 mm
Sehingga hasil pengukuran panjang pensil :
X = (X ± Δx )
ΔX = (½ nst)

Aturan angka Penting :


 Angka bukan nol paling kiri termasuk angka penting
 Jika tidak terdapat koma desimal, angka bukan nol paling kanan termasuk angka penting
 Jika terdapat koma desimal, semua angka paling kanan termasuk angka penting, bahkan jika
angka tersebut adalah nol
 Semua angka yang terletak di tengah angka penting paling kiri dan kanan juga merupakan
angka penting
Contoh :
 1234; 123,4 ; 1,001; 10,10; 0,0001010; 100,0 memiliki 4 angka penting
 Penulisan 1010 1mbigu apakah memiliki angka 3 anga penting atau 4 angka penting.
Sebaiknya ditulis dalam notasi ilmiah sebagai 1,010 x 104 jika dianggap memiliki 4 angka
penting
Melaporkan Hasil pengukuran :
 Aturan 1
Pada laboratorium tingkat dasar, ketidak pastian pengukuran biasanya dibulatkan sampai
satu angka penting
 Aturan 2
Dalam melaporkan hasil pengukuran, angka penting terakhir dari nilai terbaik harus pada
posisi desimal yang sama dengan ketidak pastian hasil pengukuran

Ketidak Pastian dalam Pengukuran Page 2


Penuntun Praktikum Fisika Dasar

X = (2,35 ± 0,05) cm
Sesuai aturan pertama
Sesuai aturan kedua

- Pengukuran berulang-ulang
Pengulangan yang berkali-kali pada pengukuran akan memberikan hasil yang
berbeda-beda, sehinga harga tersebut juga akan memberikan harga yang berbeda
dengan hasil yang sebenarnya. Kesalahan random terdiri atas :

 Kesalahan penafsiran
Kebanyakan alat ukur memerlukan sesuatu penaksiran pada bagian skala
tertentu dan pada penaksiran ini dapat berubah dari waktu ke waktu yang
lain
 Keadaan penyimpangan
Keadaan penyimpangan , misalnya kondisi suhu, tekanan udara atau
tegangan listrik yang selalu berubah-ubah
 Gangguan
Misalnya adanya getaran mekanis atau pengaruh putaran motor dari alat
listrik
 Definisi
Walaupun suatu proses pengukuran sudah sempurna , pengulangan
pengukuran yang sama selalu memberikan penyimpangan, besaran yang
diamati tidak didefinisikan secara tetap. Misalnya :
Panjang sebuah besar meja segi empat bukan suatu besaran yang terdefinisi
secara eksak. Hal ini disebabkan karena kalau kita teliti sisi meja
Tidaklah rata atau pun mungkin tidak tepat sejajar sehingga walupun kita
menggunakan alat ukur yang sangat baik untuk mengukur sisi meja tersebut
yang diperoleh selalu berubah-ubah tergantung dari penampang panjang
yang kita ukur
3. Kesalahan lain
Kesalahan lain yang tidak termasuk pada no. 1 dan 2 yang perlu diperhatikan adalah
 Kekeliruan membaca alat/skala alat dan mengatur kondisi percobaan.
Kesalahan ini dapat diatasi dengan melakukan percobaan seteliti mungkin
 Kesalahan perhitungan , misalnya kesalahan memasukan harga /angka-angka
perhitungan, atau salah memenggunakan rumus.

II. Perhitungan Kesalahan


1. Sesatan taksiran
Bila pengukuran dilakukan hanya satu kali (pengukuran tunggal) biasanya sesatan
diambil setengah kali skala terkecil dari pada alat ukur
Contoh perhitungan :

Ketidak Pastian dalam Pengukuran Page 3


Penuntun Praktikum Fisika Dasar

ΔX = sesatan mutlaknya (absolut) = skala terkecil dari alat ukur dibagi 2


Sedangkan kesalahan relatifnya dinyatakan :
∆𝑥
| 𝑥 | x 100 %

2. Pengukuran berulang-ulang
3. Menentukan harga rata-rata (nilai terbaik) dan sesatannya
Misalnya kita melakukan N kali pengukuran , didapat hasil sebagai berikut :
X1, X2, X3,......................................Xn
Untuk mendapatkan nilai terbaik (benar) dari pengukuran tersebut dengan merata-
rata kan hasil pengukuran tersebut yaitu :
𝑋1 +𝑋2 +𝑋3 + ……………….𝑋𝑛 ∑ 𝑋𝑖
𝑋= = … … … … .. (1)
𝑁 𝑁

𝑋 = harga rata-rata / nilai terbaik,

penyimpangan/deviasi
𝑋𝑁 −𝑋 (∆𝑋1 )+(∆𝑋2 )+ (∆𝑋3 )…+(∆𝑋𝑁 )
(∆𝑿𝑵 ) =)=| |= .................... (2)
𝑁 𝑁

Dengan (∆𝑋1 ) =|X1 - 𝑋|; (∆𝑋2 ) =|X2 - 𝑋|; (∆𝑋3)=|X3 - 𝑋| dan (∆𝑋𝑁 )=|XN - 𝑋|

Varian (Vx) didefinisikan :


𝟐
∑(𝑿𝒊− 𝑿) (∆𝑿𝟏 )𝟐 +(∆𝑿𝟐 )𝟐 +(∆𝑿𝟑 )𝟐 ……+(∆𝑿𝑵 )𝟐
Vx = = ............... (3)
𝑵 𝑵

Deviasi rata – rata didefinisikan :

δ𝑋 = ∆𝑋 =

Deviasi standard / simpangan baku semesta didefinisikan :


√(𝑥𝑖 −𝑥̅ )2
𝜎𝑥= √𝑉𝑥 = .......................................................... (4)
𝑁

Ketidak Pastian dalam Pengukuran Page 4


Penuntun Praktikum Fisika Dasar

harga σx beracu pada pengukuran pada pengukuran tak terhingga yang tidak mungkin
dilakukan, sehingga untuk N tak terhingga dapat menggunakan pendekatan teori sampling
dengan mengganti σx dengan SN = simpangan baku contoh (sample standard deviation)
σN memberikan gambaran tentang simpangan simpangan X terhadap Xo

Dimana N > 8 (untuk N = 1 SN tidak mempunyai arti).

Pengukuran Hasil Deviasi Deviasi Varian Vx Deviasi


Ke Pengukuran 𝑋 −𝑋 kuadrat 𝟐 Standard
(∆𝑿𝑵 ) =| 𝑁𝑁 | ∑(𝑿𝒊− 𝑿)
(∆𝑿𝑵 )𝟐 σx = √𝑉𝑥
𝑵
1 X1 (∆𝑋1 ) =|X1 - 𝑋|
2 X2 (∆𝑋2 ) =|X2 - 𝑋|
3 X3 (∆𝑋3 )=|X3 - 𝑋|
.
N XN (∆𝑋𝑁 )=|XN - 𝑋|
Total ∑ 𝑋𝑖 ∑ 𝑋𝑖 −𝑋
𝑋= 𝑁 ∆𝑋 = δ𝑋 =
𝑁
̅̅̅̅
SN mengambarkan simpangan X terhadap = 𝑋 𝑁 , maka :

𝛴(𝑋𝑖 −𝑋𝑁 )2
SN = √ yang dapat diubah menjadi :
(𝑁−1)
̅̅̅̅
∑ 𝑋 2𝑖 −𝑁𝑋 2
SN = √ 𝑁
𝑁−1

𝑆𝑁 ∑ 𝑋𝑖2 −𝑁(𝑋)2
ΔX = =√
√𝑁 𝑁(𝑁−1)
Contoh :

Misalkan hasil 10 kali pengukuran didapat data pengamatan sebagai berikut :

X = 10,0; 10,2; 10,0; 10,0; 9,8; 10,1; 9,8; 10,3; 9,8; 10,0 (cm)

Maka nilai terbaik X serta sesatannya (X ±ΔX) dapat dicari sebagai berikut :

i Xi 𝑋𝑖2
1 10,0 100,00
2 10,2 104,04
3 10,0 100,00
4 10,0 100,00
5 9,8 96,04
6 10,1 102,01
7 9,8 96,04
8 10,3 106,09
9 9,8 96,04
10 10,0 100,00
∑ 𝑋𝑖 = 100 ∑ 𝑋𝑖2 = 1000,26

Ketidak Pastian dalam Pengukuran Page 5


Penuntun Praktikum Fisika Dasar

∑ 𝑋𝑖 100,00
𝑋𝑁 = = = 10,00
𝑁 10

2
(𝑋𝑁 ) = (10,00)2 = 100,00

𝑆𝑁 ∑ 𝑋𝑖2 −𝑁(𝑋)2 1000,26−10(100,00)


ΔX = =√ =√ = 0,05
√𝑁 𝑁(𝑁−1) 10(10−1)

Maka nilai terbaik X = (10,00 cm ± ½ 1 mm) = (10,00 ± 0,05) cm

Pengukuran Tidak langsung

- Semua ketidak pastian berasal dari skala terkecil


- Semua ketidakpastian berasal dari simpangan baku rata-rata
- Sebagian ketidak pastian berasal dari skala terkecil sebagian lagi berasal dari
sampangan baku rata-rata
Contoh 1 :
Pengukuran percepatan gravitasi bumi menggunakan bandul matematis. Panjang tali dan
periode bandul diukur dalam percobaan ini :
4𝜋 2 𝐼
g = 𝑇2
Hasil pengukuran :
I = (25,00 ± 0,005) cm 𝐼 = It = 25,00
t = (1,00 ± 0,001) s 𝑡 = tt = 1.00
4𝜋2 2𝐼𝑡 4𝜋 2 25,00
gt = = = 986,9604401 cm/s2
𝑡𝑡2 1,002

𝜕𝑔 𝜕𝑔
Δg = | 𝜕𝐼 | 𝑡=𝑡
𝐼=𝐼𝑡 |ΔI| + | | 𝐼=𝐼 |Δt|
𝑡 𝜕𝑡 𝑡=𝑡 𝑡 𝑡

𝜕𝑔 4𝜋 2
= 2
𝜕𝐼 𝑡
𝜕𝑔 4𝜋 2 4𝜋 2
| 𝑡=𝑡
𝐼=𝐼𝑡 = = = 4𝜋 2 = 39,4784176
𝜕𝐼 𝑡 𝐼2 1,002

𝜕𝑔 8𝜋 2 𝐼
= 3
𝜕𝑡 𝑡

𝜕𝑔 8𝜋 2 .25
| 𝜕𝑡 | 𝑡=𝑡
𝐼=𝐼𝑡 = = 200 π2 = 1973,92088
𝑡 13

Δg = (39,4784176).0,05 + (1973,92088).0.01

= 21,71312968

g = gt ± Δg = (9,9 ± 0,2) x 102 cm/s2

Ketidak Pastian dalam Pengukuran Page 6


Penuntun Praktikum Fisika Dasar

Contoh 2

Hasil pengukuran :

I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ti (s) 1,68 1,69 1,68 1,67 1,67 1,68 1,70 1,67 1,68 1,67
(±0,05s)
Li (cm) 68,70 68,90 68,80 68,90 68,70 68,90 68,80 68,90 68,80 68,70
(±0,05cm)

Pengolahan data :
N0 Ii ti 𝐼𝑖2 𝑡𝑖2
1 68,70 1,68 4719,69 2,8224
2 68,90 1,69 4747,21 2,8561
3 68,80 1,68 4733,44 2,8224
4 68,90 1,67 4747,21 2,7889
5 68,70 1,67 4719,69 2,7889
6 68,90 1,70 4747,21 2,8224
7 68,80 1,70 4733,44 2,89
8 68,90 1,67 4747,21 2,7889
9 68,80 1,68 4733,44 2,8224
10 68,70 1,67 4719,69 2,7889
ΣIi= 688,1 Σ ti =16,79 2 2
Σ𝐼𝑖 = 47348,23 Σ𝑡𝑖 = 28,1913
𝐼𝑖 = 68,81 𝑡𝑖 =1,679

∑ 𝑡𝑖2 −𝑁(𝑡)2 28,1913−10.(1,679)2


S(t) =√ = √ = 03,144660377 𝑥 10−4
𝑁(𝑁−1) 10(10−1)

∑ 𝐼𝑖2 −𝑁(𝐼)2 47348,23−10.(68,81)2


S(I) =√ = √ = 0.027688746
𝑁(𝑁−1) 10(10−1)

4𝜋 2 𝐼 4𝜋 2 68,81
𝑔= = = 963,6290907
𝑡2 1,6792

𝜕𝑔 𝜕𝑔
Δg = √( 𝜕𝐼 )2𝐼=𝐼 𝑆(𝐼)
2
+ ( 𝜕𝑡 )2𝑡=𝑡 . 𝑆(𝑡)
2

𝜕𝑔 4𝐼 2
= 2
𝜕𝐼 𝑇
𝜕𝑔 2 8𝜋 2
( )𝐼=𝐼 = = 14,00420129
𝜕𝐼 1,6792

𝜕𝑔 8𝜋 2 𝐼
=−
𝜕𝑡 𝑇3
𝜕𝑔 8𝜋 2 68,81
( 𝜕𝑡 ) = - = −1147,245667
1,6793

Ketidak Pastian dalam Pengukuran Page 7


Penuntun Praktikum Fisika Dasar

𝜕𝑔 𝜕𝑔
Δg = √( 𝜕𝐼 )2𝐼=𝐼 𝑆(𝐼)
2
+ ( 𝜕𝑡 )2𝑡=𝑡 . 𝑆(𝑡)
2
= - 1147,245667

g =𝑔 ± Δg = (963,6 ±0,5) cm/s2

Contoh 3

Suatu ampermeter mempunyai skala 0 – 5 A, dengan pembagian skala terkecil 0,1 A

a. Berapakah ketelitian alat itu bila dipakai pada pengukuran skala penuh
b. Dan pada setengah skala
Penyelesaian :
a. ΔI = ½ skala terkecil = ½ x 0,1 A = 0,05 A
∆𝐼 0,05
Ketelitian : | 𝐼 | = | | 𝑥100% = 1 %
5
b. ΔI = ½ skala terkecil = ½ x 0,1 A
I = 2,5 A
∆𝐼 0,05
Ketelitian : | 𝐼 | = | 2,5 | 𝑥100% = 2 %

Sesatan yang ditentukan oleh skala alat

Contoh 1:
tahanan sepotong kawat ditentukan menurut hukum Ohm, hasilnya V = (1,0 ±0,05) Volt dan I = (5,0
± 0,05) mA = (5,0 ± 0,05).10-3A . Berapakah (R ±ΔR)
Jawab :
𝑉 1,0 𝑉𝑜𝑙𝑡
R= = = 200 𝑂ℎ𝑚
𝐼 5𝑥10−3 𝐴𝑚𝑝
∆𝑅 ∆𝑉 𝛥𝐼
|𝑅|= | 𝑉 | + |− 𝐼 |

∆𝑅 0,05 0,05
|200| = | 1,0 | + |− 5
|

ΔR = (0.05 +0,01) 200 = 12 Ohm

Jadi R = (200 ±12) Ohm

Ketidak Pastian dalam Pengukuran Page 8

Anda mungkin juga menyukai