Skala Nonius
Untuk meningkatkan ketelitian dari suatu alat ukur, manusia berusaha
menemukan cara-cara baru, sehingga alat ukur tersebut menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Skala nonius digunakan untuk meningkatkan ketelitian pembacaan alat
ukur. Umumnya terdapat suatu pembagian sejumlah skala utama dengan sejumlah skala
nonius yang akan menyebabkan garis skala nonius berimpit dengan skala utama. Untuk
memahami bagaimana ide dari skala nonius, perhatikan gambar alat ukur panjang
berikut ini.
Tampak bahwa titik nol pada skala utama dengan skala nonius berimpit,
sedangkan skala 0 (nol) lainnya pada nonius berimpit di skala 0,9 cm di skala utama.
Maka panjang tiap bagian skala nonius (∆𝑁) dapat dihitung sebagai :
0,9 𝑐𝑚
∆𝑁 = = 0,09 𝑐𝑚
10
Lalu, bagaimana skala terkecil yang dapat diukur oleh alat ukur tersebut?
Perhatikan gambar berikut ini. Ketika skala nonius digeser ke kiri sehingga angka “1”
pada skala nonius berimpit dengan strip garis skala utama, maka akan didapat hasil
pengukuran terkecil dari alat ukur ini.
Maka hasil pengukuran terkecil yang dapat diukur adalah :
∆𝑈 − ∆𝑁 = 0,1 𝑐𝑚 − 0,09 𝑐𝑚 = 0,01 𝑐𝑚 = 0,1 𝑚𝑚
Jadi, panjang terkecil yang dapat diukur adalah 0,1 mm yang biasanya tertulis
pada alat ukur seperti jangka sorong. Untuk lebih memahami bagaimana hasil
pengukuran menggunakan jangka sorong, perhatikan gambar berikut ini.
Pada gambar 2, hasil pembacaan pada skala utama (U) (pembacaan tanpa
nonius) adalah 6,7 satuan, sedangkan pada skala nonius (N) nilai yang berimpit dengan
skala utama adalah angka 7. Maka hasil nilai yang terbaca adalah :
7
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 = 6,7 + × (10 − 9) × 0,1 = 6,77 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
10
Ketidakpastian
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa setiap pengukuran selalu disertai
dengan ketidakpastian. Karen itu, pengukuran akan mengalami gangguan, sehingga sulit
atau tidak mungkin memperoleh nilai sebenarnya dalam suatu pengukuran.
Ketidakpastian terdiri dari dua bagian, yakni ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian
relative. Masing-masing ketidakpastian tersebut dapat digunakan dalam pengukuran
berulang maupun dalam pengukuran tunggal.
Ketidakpastian Mutlak
Keterbatasan alat ukur menyebabkan ketidakpastian
Pengukuran Tunggal
Dalam satu pengukuran terhadap variabel (pengukuran tunggal), maka
ketidakpastiannya umumnya dinyatakan sebagai setengah dari nilai skala terkecilnya
1
(2 𝑁𝑆𝑇). Misalkan suatu pengukuran besaran X maka ketidakpastian mutlaknya dalam
pengukuran tunggal adalah:
1
∆𝑥 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 (1)
2
𝑋 = 𝑥 + ∆𝑥 (2)
Pengukuran Berulang
Untuk pengukuran berulang, hasil pengukuran dapat dinyatakan dengan
menggunakan kesalahan setengah rentang atau dapat juga menyatakannya dengan
menggunakan standar deviassi.
∑𝑛
𝑖=1 𝑥₁
𝑥̅ = (3)
𝑛
𝑋𝑚𝑎𝑥−𝑋𝑚𝑖𝑛
∆𝑥 = (4)
2
Di mana xmax adalah nilai data terbesar (maksimum) dan xmin adalah nilai data terkecil.
Dengan demikian, maka untuk menyatakan hasilnya dapat dilaporkan sebagai:
𝑋 = 𝑥̅ ± ∆𝑥 (5)
Ketidakpastian pengukuran dengan standar deviasi
Dalam menyatakan kesalahan dengan standar deviasi (simpangan baku), maka
kesalahan tersebut dapat dinyatakan denagn persamaan:
∑𝑛
𝑖=1(𝑥𝑖−𝑥̅ )
2 𝑛 ∑𝑛 𝑛
𝑖=1 𝑋i−(∑𝑖=1 𝑥𝑖)2
Sx=√ =√ (6)
𝑛−1 𝑛(𝑛−1)
Sehingga laporan hasil pengukuran dilaporkan sebagai:
𝑋 = 𝑥̅ ± 𝑆x (7)
Arti dari persamaan (7) adalah bahwa nilai pengukuran yang benar dari besaran X
adalah terletak dalam selang (𝑥̅ − 𝑆x) dengan (𝑥̅ + 𝑆x).
Ketidakpastian Relatif
Ketidakpastian relatif didefinisikan sebagai perbandingan ketidakpastian mutlak dengan
hasil pengukuran yang dapat dinyatakan sebagai:
∆𝑥
𝐾𝑇𝑃𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = (8)
𝑥
Denagn demikian, maka hasil pengukuran dapat dinyatakan sebagai:
4. Cek setiap aat ukur, apakah skala awal sudah tepat di angka nol?
Jika tidak, lakukan kalibrasi skala nol terlebih dahulu. Mintalah bantuan
asisten praktikum jika ada mengalami kesulitan.
5. Ambillah beban berbentuk silinder, lakukan pengukuran dimensi beban
gantung yaitu diameeter dan tebalnya masing-masing sebanyak 10 kali
dengan menggunakan jangka sorong,, mikrometer sekrup dan mistar.
Catat hasil pengamatan dalam table pengamatan
6. Lakukan pengukuran diameter kelereng sebanyak 10 kali dengan
menggunakan mikrometer sekrup, jangka sorong dan mistar. Tuliskan
hasil pengukuran yang didapat dalam table pengamatan yang dibuat
7. Masigh dengan bahan gantung dan kelereng yang telah anda ukur
dimensi panjangnya, lakukan penguran secara berulang-ulang untuk
masing-masing benda sebanyak 10 kali. Kemudian tuliskan dalam table
hasil yang telah dibuat.
8. Setelah semua data selesai didapat, rapikan kembali alatdan bahan dan
kembalikan ke tempat pinjaman
9. Jangan lupauntuk cek kembali barang yang anda pinjam apabil asudah
sesuai dengan sewaktu pinjaman diawal.