I. TUJUAN
1) Mampu menggunakan dan memahami alat-alat ukur dasar,
2) Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang,
3) Dapat mengaplikasikan konsep ketidakpastian dan angka berarti dalam pengolahan
hasil pengukuran.
4) Mampu melakukan pengolahan data fisis menggunakan metoda regresi linier.
Alat ukur adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu kuantitas atau
variabel fisis. Pada umumnya, alat ukur dasar terbagi menjadi dua jenis, yaitu alat ukur
analog dengan sistem analog dan alat ukur digital dengan sistem digital. Alat ukur analog
memberikan hasil ukuran yang bernilai kontinu, misalnya penunjukan temperatur dalam
ditunjukkan oleh skala, penunjuk jarum pada skala meter, atau penunjukan skala elektronik
(Gambar 1.1.a). Alat ukur digital memberikan hasil pengukuran yang bernilai diskrit. Hasil
pengukuran tegangan atau arus pada meter digital merupakan sebuah nilai dengan jumlah
digit tertentu yang ditunjukkan pada panel display-nya (Gambar 1.1.b).
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian, diantaranya disebabkan oleh Nilai
Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi
parameter pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan
pengamat. Dengan demikian, amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran
Praktikum Fisika Dasar I – ITB 2018-2019 1
melalui pengukuran. Beberapa panduan akan disajikan dalam modul ini tentang cara
memperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin serta cara melaporkan ketidakpastian yang
menyertainya.
Beberapa alat ukur dasar yang akan dipelajari dalam praktikum ini adalah jangka sorong,
mikrometer sekrup, barometer, neraca teknis, penggaris, busur derajat, stopwatch dan
beberapa alat ukur besaran listrik. Masing-masing alat ukur memiliki cara untuk
mengoperasikannya dan juga cara untuk membaca hasil yang terukur.
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi, inilah yang
disebut Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat ukur bergantung pada NST ini. Pada
Gambar 1.2 di bawah ini tampak bahwa NST = 0,25 satuan.
Gambar 1.2 Skala utama suatu alat ukur dengan NST = 0,25 satuan.
Nonius
Skala nonius akan meningkatkan ketelitian pembacaan alat ukur. Umumnya, terdapat suatu
pembagian sejumlah skala utama dengan sejumlah skala nonius yang akan menyebabkan
Praktikum Fisika Dasar I – ITB 2018-2019 2
garis skala titik nol dan titik maksimum skala nonius berimpit dengan skala utama. Cara
membaca skalanya adalah sebagai berikut:
Pada Gambar 1.3 (b), hasil pembacaan tanpa nonius adalah 6,7 satuan dan dengan nonius
adalah 6,7 7 10 9 0,1 6,77 satuan karena skala nonius yang berimpit
10
dengan skala utama adalah skala ke 7 atau N1 =7. Terkadang skala utama dan nonius dapat
berbentuk lingkaran seperti yang dijumpai pada meja putar untuk alat spektroskopi yang
ditunjukkan oleh Gambar 1.4, dengan nilai NST=10o, M=3, N=4.
Dalam Gambar 1.4 (b) pengukuran posisi terkecil (skala kanan), dapat dilihat bahwa
pembacaan tanpa nonius memberikan hasil 150o, sedangkan dengan menggunakan nonius
hasilnya adalah 150 34 4 3 10 157,5o.
Beberapa istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami diantaranya adalah :
1) Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variabel yang
diukur,
2) Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau derajat untuk
membedakan satu pengukuran dengan lainnya,
3) Kepekaan, rasio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau
variabel yang diukur,
4) Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh alat
ukur,
5) Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.
Ketidakpastian
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian, diantaranya disebabkan oleh Nilai
Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya
gesekan , kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang sangat
mempengaruhi hasil pengukuran. Hal tersebut disebabkan karena sistem yang diukur
mengalami suatu gangguan. Dengan demikian, sangat sulit untuk mendapatkan nilai
sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran. Oleh sebab itu, setiap hasil pengukuran
harus dilaporkan dengan ketidakpastiannya.
Ketidakpastian (KTP) dibedakan menjadi dua, yaitu ketidakpastian mutlak dan relatif. Masing-
masing ketidakpastian dapat digunakan dalam pengukuran tunggal dan berulang.
Ketidakpastian mutlak
x 1 NST (1.1)
2
X x x (1.2)
Kesalahan ½ - Rentang
Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan tidak lagi seperti pada pengukuran
tunggal. Kesalahan ½ - rentang merupakan salah satu cara untuk menyatakan ketidakpastian
pada pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya adalah sebagai berikut :
x x2 ... xn
x 1 (1.3)
n
3) Tentukan xmax dan x min dari kumpulan data x tersebut dan ketidakpastiannya
dapat dituliskan sebagai berikut :
Untuk lebih jelasnya, sebuah contoh hasil pengukuran (dalam mm) suatu besaran x yang
dilakukan empat kali yaitu : 153,2 ; 153,6 ;152,8; dan 153,0. Rata-ratanya adalah:
Nilai terbesar dalam hasil pengukuran tersebut adalah 153,6 mm dan nilai terkecilnya adalah
152,8 mm, maka rentang pengukurannya adalah :
0,8
x 0,4 mm
2
x 153,2 0,4 mm
Pengukuran langsung
Pengukuran ini dilakukan dengan cara membandingkan langsung sesuatu yang akan diukur
dengan sebuah standar yang dipakai sebagai alat ukurnya. Misalnya seseorang mengukur
panjang seutas tali, ia akan membandingkan panjang tali tersebut dengan mistar yang
dimilikinya.
Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel
independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk
memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami
kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
y ax b (1.6)
Keterangan:
y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
x = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
30
y
25
20
15
y = 2.9762x + 1.1071
R² = 0.9638
10
0
0 2 4 x 6 8 10
Secara statistik, cara untuk menentukan nilai a,b adalah sebagai berikut :
N xi yi xi yi
a (1.7)
N x 2 xi
2
N xi y x x y
2
b
i i i i
(1.8)
N x x
2 2
i
Catatan : Perhatikan nonius pada jangka sorong dan mikrometer sekrup. Tentukan NST alat
ukur tersebut tanpa dan dengan nonius. Katupkan jangka sorong Anda rapat-rapat tetapi
jangan dipaksa keras-keras dan catat kedudukan skala dalam keadaan ini. Bahas mengenai
kedudukan titik nolnya.
Catatlah data keadaan lingkungan laboratorium ( suhu, kelembapan, tekanan). Catat hasilnya
pada tabel Kondisi Lab di bagian awal laporan Anda.
Catatlah kembali data keadaan lingkungan laboratorium ( suhu, kelembapan, tekanan). Catat
hasilnya pada tabel Kondisi Lab di bagian awal laporan Anda.
Percobaan c
3) Berdasarkan Percobaan c, hitunglah massa jenis kelereng dengan memanfaatkan data-
data percobaan
a. Dari data hasil pelaporan pada tabel, hitung volume kelereng (bola) kemudian
hitung massa jenisnya.
b. Dari data perubahan volume, carilah volume kelereng (manfaatkan Prinsip
Archimedes). Setelah itu hitung massa jenis kelereng.
4) Bandingkan nilai massa jenis yang diperoleh dari kedua metoda percobaan yang
dilakukan. Bandingkan kedua hasil tersebut dengan referensi (tanya pada asisten).
Hitung %perbedaan antara hasil pengukuran dengan referensi.
Percobaan d
5) Buka aplikasi Microsoft Excel
6) Plot data massa dan volume dari tabel yang Anda peroleh. Massa sebagai sumbu tegak
(y), dan volume sebagai sumbu mendatar (x). Gunakan bentuk Scatter.
7) Sorot salah satu titik plot data pada grafik, klik kanan, kemudian pilih add trendline.
Pilih Jenis Linear. Kemudian beri centang pada Display Equation on Chart dan
Display R-Squared value on chart.
8) Pada layar akan muncul grafik, lengkap dengan garis hasil regresi dan persamaan
garisnya. Seperti pada Gambar 1.5 pada bagian teori.
9) Carilah massa jenis balok dengan memanfaatkan persamaan garis yang diperoleh.
(Asisten akan memberi penjelasan).
10) Bandingkan nilai massa jenis yang diperoleh. Bandingkan hasil tersebut dengan
referensi (tanya pada asisten). Hitung % perbedaan antara hasil pengukuran dengan
referensi.
11) Jelaskan langkah-langkah yang dilakukan di atas dengan bahasa sendiri.
12) Jelakan makna dari nilai R2.