Anda di halaman 1dari 17

PERCOBAAN DIFRAKSI CAHAYA LASER OLEH KISI ( P3 )

DIFRAKSI CAHAYA LASER OLEH KISI

LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Praktikum Optik
Yang dibina oleh Bapak Sutrisno

Oleh:
Nama Ketua : Siti Nur Syarifah NIM: 210322607208
Anggota : Siti Azimatul Luthfiyyah NIM: 210322607223

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 FISIKA
FEBRUARI 2023
DIFRAKSI CAHAYA LASER OLEH KISI
A. Tujuan
1. Mempelajari difraksi cahaya laser oleh kisi
2. Menentukan panjang gelombang cahaya laser
B. Dasar Teori
Cahaya merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Cahaya
dalam kehidupan sehari-hari memiliki warna yang berbeda-beda, dan yang membedakan
adalah panjang gelombangnya. Cahaya merupakan salah satu gelombang elektromagnetik
yang memiliki sifat dapat mengalami pembiasan, pemantulan, refleksi, dan difraksi.
Difraksi merupakan salah satu peristiwa yang terjadi pada gelombang yaitu gelombang
mengalami pembelokan saat melewati celah sempit (Shavira and Fisika, n.d.). dalam
difraksi cahaya ada yang namanya kisi difraksi, yang merupakan salah satu alat yang
memiliki kegunaan untuk mengukur panjang gelombang cahaya (𝜆) yang terdiri dari banyak
celah sempit yang memiliki jarak yang sama dan permukaan yang datar (Giancoli, 1989).
Difraksi terjadi saat sinar datang tegak lurus dengan kisi difraksi yang ditunjukkan Gambar
1 (Marwoto et al., 2022).

Gambar 1 Sinar Datang Tegak Lurus Terhadap Kisi Difraksi (Marwoto et al., 2022)
Difraksi cahaya menghasilkan pola gelap dan pola terang. Jika difraksi terjadi pada
cahaya polikromatis maka pola difraksi yang dihasilkan tidak hanya pola gelap dan terang
saja, melainkan pola berwarna juga (Pertiwi and Fajrittamam, 2015).
Difraksi terbagi menjadi 3 jenis, yaitu difraksi celah tunggal yang akan menghasilkan
pola interferensi pada layar, kemudian ada difraksi celah ganda, dan difraksi kisi. Difraksi
kisi terjadi jika cahaya yang sejajar dijatuhkan pada kisi, dan akan terbentuk pola gelap dan
terang pada layar. Pola gelap-terang pada difraksi kisi dapat dinyatakan dengan persamaan
(Pertiwi and Fajrittamam, 2015):
𝑑 sin 𝜃 = 𝑚𝜆 … 1)
Kemudian dalam menentukan garis-garis gelap, dapat dinyatakan melalui persamaan:
1
𝑑 sin 𝜃 = (𝑚 + ) 𝜆 … 2)
2
Kemudian untuk menentukan jarak antara dua celah (d), dapat menggunakan persamaan:
1
𝑑= … 3)
𝑁
Dimana:
𝑚 = orde difraksi
𝑑 = jarak antara dua celah
𝜃 = sudut yang terbentuk antar sinar
𝜆 = panjang gelombang
𝑁 = konstanta kisi
Peristiwa difraksi ternyata dapat dijelaskan menggunakan prinsip Huygens, yang
menyatakan bahwa setiap titik dalam perambatan gelombang dapat berupa sumber baru
sehingga superposisi gelombang baru dapat digunakan untuk menggambarkan permukaan
gelombang dari amplitudo merambat melalui gelombang (Pertiwi and Fajrittamam, 2015).
Sumber cahaya yang digunakan pada percobaan ini adalah laser He-Ne (helium-neon
light amplification by stimulated emisson of radiation). Laser He-ne memiliki keluaran
berkas cahaya tampak (visible) yang sejajar, monokromatis, dan sefase. Sebagian besar
laser He-Ne berupa cahaya merah dengan panjang gelombang 632,8 nm (Abramczyk,
2005).

Gambar 2 Panjang Gelombang untuk Laser He-Ne (Alawsi, 2017)


C. Alat dan Bahan
• Sumber laser He-Ne
• Kisi 1/100 mm, 1/300 mm dan 1/600 mm
• Layar (milimeter blok)
• Batang statif
• Penggaris
D. Gambar Set Alat Percobaan

Gambar 3 Set Alat Percobaan


E. Teknik Pengambilan Data
1. Menyusun peralatan seperti gambar 3.
2. Memilih kisi dengan jarak antar celah yang paling kecil, memasang pada tempatnya.
3. Menghidupkan laser.
4. Mengamati pita-pita gelap terang pada layar di belakang kisi. Kemudian mengukur
jarak titik terang pertama dan pusat (x), serta mengukur jarak dari kisi ke terang pusat
(L).
5. Mengulangi langkah ke-1 sampai langkah ke-3 untuk lebar celah kisi yang lain.
6. Mengukur panjang gelombang laser yang digunakan. Kemudian mengulangi langkah
ke-1 sampai langkah ke-4 serta mengukur jarak layar ke kisi
F. Data Percobaan
1 1 1
𝑑1 = 𝑚𝑚 𝑑1 = 𝑚𝑚 𝑑1 = 𝑚𝑚
100 300 600
𝐿 (cm) 𝑥 (cm) 𝐿 (cm) 𝑥 (cm) 𝐿 (cm) 𝑥 (cm)
𝑥1 = 1,0 𝑥1 = 3,0 𝑥1 = 7,5
15 15 15
𝑥2 = 2,0 𝑥2 = 6,5 𝑥2 = 25,1
𝑥1 = 1,3 𝑥1 = 4,0 𝑥1 = 8,4
20 20 20
𝑥2 = 2,7 𝑥2 = 8,6 𝑥2 = 21,4
𝑥1 = 1,7 𝑥1 = 5,4 𝑥1 = 12,0
25 25 25
𝑥2 = 3,5 𝑥2 = 11,7
𝑥1 = 2,2 𝑥1 = 6,2 𝑥1 = 13,5
30 30 30
𝑥2 = 4,4 𝑥2 = 13,6
𝑥1 = 2,8 𝑥1 = 7,3 𝑥1 = 16,4
35 35 35
𝑥2 = 5,5 𝑥2 = 15,8
Tabel 1 Data Percobaan
Variabel bebas : Jarak kisi ke terang pusat (𝐿)
Variabel kontrol : Jarak antar celah (𝑑)
Variabel terikat : Jarak titik terang ke−𝑛 dari titik terang pusat (𝑥𝑛 )
Nst penggaris : 0,001 m
G. Analisis Data
1. Analisis Metode
Dalam percobaan ini, panjang gelombang dari cahaya laser didapatkan melalui
pengukuran tak langsung atau hasil perhitungan besaran-besaran hasil pengukuran
langsung sehingga untuk menyatakan standar deviasi atau ralat mutlaknya digunakan
teori ralat rambat. Adapun persamaan-persamaan yang digunakan sebagai berikut:
a. Panjang gelombang cahaya laser (𝜆)
𝑥𝑑
𝜆= … 1)
𝑚√𝑥 2 + 𝐿2
b. Ralat panjang gelombang cahaya laser (Δ𝜆)

2 2
𝜕𝜆 2 𝜕𝜆 2
Δ𝜆 = √| . . Δ𝑥| + | . . Δ𝐿|
𝜕𝑥 3 𝜕𝐿 3

2 2
𝑑𝐿2 2 𝑑𝐿𝑥 2
Δ𝜆 = √| 3 . 3 . Δ𝑥| + |− 3 . 3 . Δ𝐿| … 2)
𝑚(𝑥 2 + 𝐿2 ) 2 𝑚(𝑥 2 + 𝐿2 ) 2

c. Ralat relatif panjang gelombang cahaya laser (𝑅𝜆 )


Δ𝜆
𝑅𝜆 = | | × 100% … 3)
𝜆
Pada bagian analisis perhitungan, data percobaan pada tabel 1 disubstitusi ke
persamaan 1) − 3) dengan terlebih dahulu mengubah masing-masing satuan ke SI.
Namun, untuk mempersingkat penyajian hasil perhitungan maka hasil analisis panjang
gelombang akan langsung dikonversikan ke dalam satuan nm.
2. Analisis Perhitungan
1
a. Percobaan untuk 𝑑 = 100 mm= 1,0 × 10−5 m

1) Untuk 𝐿 = 15 cm = 1,5 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 1,0 × 10−2 m; m= 1
𝑥𝑑 (1,0×10−2 )(1,0×10−5 )
- 𝜆= = = 665,19 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√(1,0×10−2 )2 +(1,5×10−1 )2

2 2
(1,0×10−5 )(1,5×10−1 )2 2 (1,0×10−5 )(1,5×10−1 )(1,0×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| . . 5 × 10−4 | + |−
3
3 3 . . 5 × 10−4 |
3
1((1,0×10−2 )2+(1,5×10−1 )2 )2 1((1,0×10−2 )2 +(1,5×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 22,12 nm
Δ𝜆 22,12
- R𝜆 = | | × 100% = | | × 100% = 3, ,33% (3 𝐴𝑃)
𝜆 665,19

b) 𝑥2 = 2,0 × 10−2 m; m = 2
𝑥𝑑 (1,0×10−2 )(1,0×10−5 )
- 𝜆= = = 660,82 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 2√(2,0×10−2 )2 +(1,5×10−1 )2

2 2
(1,0×10−5 )(1,5×10−1 )2 2 (1,0×10−5 )(1,5×10−1 )(2,0×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3 . . 5 × 10−4 | + |− 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
2((2,0×10−2 )2+(1,5×10−1 )2 )2 2((2,0×10−2 )2 +(1,0×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 10,92 nm
Δ𝜆 10,92
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |660,82| × 100% = 1,65% (3 𝐴𝑃)

2) Untuk 𝐿 = 20 cm = 2,0 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 1,3 × 10−2 m; m = 1
𝑥𝑑 (1,3×10−2 )(1,0×10−5 )
- 𝜆= = = 648,63 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√(1,3×10−2 )2 +(2,0×10−1 )2

2 2
(1,0×10−5 )(1,5×10−1 )2 2 (1,0×10−5 )(1,5×10−1 )(1,3×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3 . . 5 × 10−4 | + |− 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
1((1,3×10−2 )2+(2,0×10−1 )2 )2 1((1,3×10−2 )2+(2,0×10−1 )2 )2

Δ𝜆 = 16,60 nm
Δ𝜆 16,60
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |648,63| × 100% = 2,56% (3 𝐴𝑃)

b) 𝑥2 = 2,7 × 10−2 m; m = 2
𝑥𝑑 (2,7×10−2 )(1,0×10−5 )
- 𝜆= = = 668,93 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 2√(2,7×10−2 )2 +(2,0×10−1 )2

2 2
(1,0×10−5 )(2,0×10−1 )2 2 (1,0×10−5 )(2,0×10−1 )(2,7×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3 . . 5 × 10
−4 | + |−
3 . . 5 × 10−4 |
3 3
2((2,7×10−2 )2+(2,0×10−1 )2 )2 2((2,7×10−2 )2 +(2,0×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 8,18 nm
Δ𝜆 8,18
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |668,93| × 100% = 1,22% (3 𝐴𝑃)

3) Untuk 𝐿 = 25 cm = 2,5 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 1,7 × 10−2 m; m= 1
𝑥𝑑 (1,7×10−2 )(1,0×10−5 )
- 𝜆= = = 678,43 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√(1,7×10−2 )2 +(2,5×10−1 )2

2 2
(1,0×10−5 )(2,5×10−1 )2 2 (1,0×10−5 )(2,5×10−1 )(1,7×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3 . . 5 × 10−4 | + |− 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
1((1,7×10−2 )2+(2,5×10−1 )2 )2 1((1,7×10−2 )2 +(2,5×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 13,27 nm
Δ𝜆 13,27
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |678,43| × 100% = 1,96% (3 𝐴𝑃)

b) 𝑥2 = 3,5 × 10−2 m; m = 2
𝑥𝑑 (3,5×10−2 )(1,0×10−5 )
- 𝜆= = = 693,24 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 2√(3,5×10−2 )2 +(2,5×10−1 )2

2 2
(1,0×10−5 )(2,5×10−1 )2 2 (1,0×10−5 )(2,5×10−1 )(3,5×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3 . . 5 × 10−4 | + |− 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
2((3,5×10−2 )2+(2,5×10−1 )2 )2 2((3,5×10−2 )2 +(2,5×10−1 )2)2
Δ𝜆 = 6,54 nm
Δ𝜆 6,54
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |693,24| × 100% = 0,934% (4 𝐴𝑃)

4) Untuk 𝐿 = 30 cm = 3,0 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 2,2 × 10−2 m; m= 1
𝑥𝑑 (2,2×10−2 )(1,0×10−5 )
- 𝜆= = = 731,37 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√(2,2×10−2 )2 +(3,0×10−1 )2

2 2
(1,0×10−5 )(3,0×10−1 )2 2 (1,0×10−5 )(3,0×10−1 )(2,2×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3. . 5 × 10−4 | + |− 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
1((2,2×10−2 )2+(3,0×10−1 )2 )2 1((2,2×10−2 )2 +(3,0×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 11,05 nm
Δ𝜆 11,05
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |731,37| × 100% = 1,51% (3 𝐴𝑃)

b) 𝑥2 = 4,4 × 10−2 m; m = 2
𝑥𝑑 (4,4×10−2 )(1×10−5 )
- 𝜆= = = 725,57 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 2√(4,4×10−2 )2 +(3,0×10−1 )2

2 2
(1,0×10−5 )(3,0×10−1 )2 2 (1.0×10−5 )(3,0×10−1 )(4,4×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3. . 5 × 10−4 | + |− 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
2((4,4×10−2 )2+(3,0×10−1 )2 )2 2((4,4×10−2 )2 +(3,0×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 5,44 nm
Δ𝜆 5,44
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |725,57| × 100% = 0,750% (4 𝐴𝑃)

5) Untuk 𝐿 = 35 cm = 3,5 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 2,8 × 10−2 m; m = 1
𝑥𝑑 (2,8×10−2 )(1,0×10−5 )
- 𝜆= = = 797,45 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√(2,8×10−2 )2 +(3,5×10−1 )2

2 2
(1,0×10−5 )(3,5×10−1 )2 2 (1,0×10−5 )(3,5×10−1 )(2,8×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3. . 5 × 10−4 | + |− 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
1((2,8×10−2 )2+(3,5×10−1 )2 )2 1((2,8×10−2 )2 +(3,5×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 9,46 nm
Δ𝜆 9,46
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |797,45| × 100% = 1,19% (3 𝐴𝑃)

b) 𝑥2 = 5,5 × 10−2 m; m = 2
𝑥𝑑 (5,5×10−2 )(1,0×10−5 )
- 𝜆= = = 776,19 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 2√(5,5×10−2 )2 +(3,5×10−1 )2

2 2
(1,0×10−5 )(3,5×10−1 )2 2 (1,0×10−5 )(3,5×10−1 )(5,5×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3. . 5 × 10−4 | + |− 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
2((5,5×10−2 )2+(3,5×10−1 )2 )2 2((5,5×10−2 )2 +(3,5×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 4,65 nm
Δ𝜆 4,65
- R𝜆 = | | × 100% = | | × 100% = 0,599%
𝜆 776,19
1
b. Percobaan untuk 𝑑 = 300 mm = 3,3 × 10−6 m

1) Untuk 𝐿 = 15 cm = 1,5 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 3,0 × 10−2 m; m= 1
𝑥𝑑 (3,0×10−2 )(3,3×10−6 )
- 𝜆= = = 653,72 m
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√(3,0×10−2 )2 +(1,5×10−1 )2

2 2
(3,3×10−6 )(1,5×10−1 )2 2 (3,3×10−6 )(1,5×10−1 )(3,0×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| . . 5 × 10−4 | + |−
3 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
1((3,0×10−2 )2+(1,5×10−1 )2 )2 1((3,0×10−2 )2 +(1,5×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 7,12 nm
Δ𝜆 7,12
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |653,72| × 100% = 1,09% (3 𝐴𝑃)

b) 𝑥2 = 6,5 × 10−2 m; m = 2
𝑥𝑑 (6,5×10−2 )(3,3×10−6 )
- 𝜆= = = 662,68 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 2√(6,5×10−2 )2 +(1,5×10−1 )2

2 2
(3,3×10−6 )(1,5×10−1 )2 2 (3,3×10−6 )(1,5×10−1 )(6,5×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| . . 5 × 10−4 | + |−
3 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
2((6,5×10−2 )2+(1,5×10−1 )2 )2 2((6,5×10−2 )2 +(1,5×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 3,12 nm
Δ𝜆 3,12
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |662,68| × 100% = 0,471% (4 𝐴𝑃)

2) Untuk 𝐿 = 20 cm = 2,0 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 4,0 × 10−2 m; m= 1
𝑥𝑑 (4,0×10−2 )(3,3×10−6 )
- 𝜆= = = 653,72 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√(4,0×10−2 )2 +(2,0×10−1 )2

2 2
(3,3×10−6 )(2,0×10−1 )2 2 (3,3×10−6 )(2,0×10−1 )( 4,0×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| . . 5 × 10−4 | + |−
3 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
1(( 4,0×10−2 )2+(2,0×10−1 )2 )2 1((4,0×10−2 )2 +(2,0×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 5,34 nm
Δ𝜆 5,34
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |653,72| × 100% = 0,871% (4 𝐴𝑃)

b) 𝑥2 = 8,6 × 10−2 m; m = 2
𝑥𝑑 (8,6×10−2 )(3,3×10−6 )
- 𝜆= = = 658,38 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 2√(8,6×10−2 )2 +(2,0×10−1 )2

2 2
(3,3×10−6 )(2,0×10−1 )2 2 (3,3×10−6 )(2,0×10−1 )( 8,6×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3. . 5 × 10−4 | + |−
3 3 . . 5 × 10−4 |
3
1((8,6×10−2 )2+(2,0×10−1 )2 )2 1((8,6×10−2 )2 +(2,0×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 2,34 nm
Δ𝜆 2,34
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |658,38| × 100% = 0,356% (4 𝐴𝑃)

3) Untuk 𝐿 = 25 cm = 2,5 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 5,4 × 10−2 m; m= 1
𝑥𝑑 (5,4×10−2 )(3,3×10−6 )
- 𝜆= = = 703,77 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√(5,4×10−2 )2 +(2,5×10−1 )2

2 2
(3,3×10−6 )(2,5×10−1 )2 2 (3,3×10−6 )(2,5×10−1 )(5,4×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3. . 5 × 10−4 | + |− 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
1((5,4×10−2 )2+(2,5×10−1 )2 )2 1((5,4×10−2 )2+(2,5×10−1 )2 )2

Δ𝜆 = 4,25 nm
Δ𝜆 4,25
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |703,77| × 100% = 0,603% (4 𝐴𝑃)
b) 𝑥2 = 1,2 × 10−1 m; m = 2
𝑥𝑑 (1,2×10−1 )(3,3×10−6 )
- 𝜆= = = 706,46 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 2√(1,2×10−1 )2 +(2,5×10−1 )2

2 2
(3,3×10−6 )(2,5×10−1 )2 2 (3,3×10−6 )(2,5×10−1 )(1,2×10−1 ) 2
- Δ𝜆 = √| . . 5 × 10−4 | + |−
3 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
2((1,2×10−1 )2+(2,5×10−1 )2 )2 2((1,2×10−1 )2 +(2,5×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 1,82 nm
Δ𝜆 1,82
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |706,46| × 100% = 0,258% (4 𝐴𝑃)

4) Untuk 𝐿 = 30 cm = 3,0 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 6,2 × 10−2 m; m= 1
𝑥𝑑 (6,2×10−2 )(3,3×10−6 )
- 𝜆= = = 674,63 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√(6,2×10−2 )2 +(3,0×10−1 )2

2 2
(3,3×10−6 )(3,0×10−1 )2 2 (3,3×10−6 )(3,0×10−1 )(6,2×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3. . 5 × 10−4 | + |− 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
1((6,2×10−2 )2+(3,0×10−1 )2 )2 1((6,2×10−2 )2+(3,0×10−1 )2 )2

Δ𝜆 = 3,55 nm
Δ𝜆 3,55
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |674,63| × 100% = 0,527% (4 𝐴𝑃)

b) 𝑥2 = 1,4 × 10−1 m; m = 2
𝑥𝑑 (1,4×10−1 )(3,3×10−6 )
- 𝜆= = = 688,15 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 2√(1,4×10−1 )2 +(3,0×10−1 )2

2 2
(3,3×10−6 )(3,0×10−1 )2 2 (3,3×10−6 )(3,0×10−1 )(1,4×10−1 ) 2
- Δ𝜆 = √| . . 5 × 10−4 | + |−
3 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
2((1,4×10−1 )2+(3,0×10−1 )2 )2 2((1,4×10−1 )2 +(3,0×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 1,54 nm
Δ𝜆 1,54
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |688,15| × 100% = 0,223% (4 𝐴𝑃)

5) Untuk 𝐿 = 35 cm = 3,5 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 7,3 × 10−2 m; m= 1
𝑥𝑑 (7,3×10−2 )(3,3×10−6 )
- 𝜆= = = 680,59 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√(7,3×10−2 )2 +(3,5×10−1 )2

2 2
(3,3×10−6 )(3,5×10−1 )2 2 (3,3×10−6 )(3,5×10−1 )(7,3×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3. . 5 × 10−4 | + |− 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
1((7,3×10−2 )2+(3,5×10−1 )2 )2 1((7,3×10−2 )2+(3,5×10−1 )2 )2

Δ𝜆 = 3,04 nm
Δ𝜆 3,04
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |680,59| × 100% = 0,447% (4 𝐴𝑃)

b) 𝑥2 = 1,6 × 10−1 m; m = 2
𝑥𝑑 (1,6×10−1 )(3,3×10−6 )
- 𝜆= = = 685,75 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 2√(1,6×10−1 )2 +(3,5×10−1 )2

2 2
(3,3×10−6 )(3,5×10−1 )2 2 (3,3×10−6 )(3,5×10−1 )(1,6×10−1 ) 2
- Δ𝜆 = √| . . 5 × 10−4 | + |−
3 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
2((1,6×10−1 )2+(3,5×10−1 )2 )2 2((1,6×10−1 )2 +(3,5×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 1,32 nm
Δ𝜆 1,32
- R𝜆 = | | × 100% = | | × 100% = 0,192% (4 𝐴𝑃)
𝜆 685,74
1
c. Percobaan untuk 𝑑 = 600 mm = 1,7 × 10−6 m

1) Untuk 𝐿 = 15 cm = 1,5 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 7,5 × 10−2 m; m = 1
𝑥𝑑 (7,5×10−2 )(1,7×10−6 )
- 𝜆= = = 745,36 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√(7,5×10−2 )2 +(1,5×10−1 )2

2 2
(1,7×10−6 )(1,5×10−1 )2 2 (1,7×10−6 )(1,5×10−1 )(7,5×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3 . . 5 × 10−4 | + |− 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
1((7,5×10−2 )2+(1,5×10−1 )2 )2 1((7,5×10−2 )2+(1,5×10−1 )2 )2

Δ𝜆 = 2,96 nm
Δ𝜆 2,96
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |745,36| × 100% = 0,398% (4 𝐴𝑃)

b) 𝑥2 = 2,5 × 10−1 m; m= 2
𝑥𝑑 (2,5×10−1 )(1,7×10−6 )
- 𝜆= = = 715,33 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 2√(2,5×10−1 )2 +(1,5×10−1 )2

2 2
(1,7×10−6 )(1,5×10−1 )2 2 (1,7×10−6 )(1,5×10−1 )(2,5×10−1 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3 . . 5 × 10
−4 | + |−
3 . . 5 × 10−4 |
3 3
2((2,5×10−1 )2+(1,5×10−1 )2 )2 2((2,5×10−1 )2 +(1,5×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 0,49 nm
Δ𝜆 0,49
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |715,33| × 100% = 0,068% (4 𝐴𝑃)

2) Untuk 𝐿 = 20 cm = 2,0 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 8,4 × 10−2 m; m = 1
𝑥𝑑 (8,4×10−2 )(1,7×10−6 )
- 𝜆= = = 645,39 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√(8,4×10−2 )2 +(2,0×10−1 )2

2 2
(1,7×10−6 )(2,0×10−1 )2 2 (1,7×10−6 )(2,0×10−1 )(8,4×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3 . . 5 × 10−4 | + |− 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
1((8,4×10−2 )2+(2,0×10−1 )2 )2 1((8,4×10−2 )2+(2,0×10−1 )2 )2

Δ𝜆 = 2,36 nm
Δ𝜆 2,36
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |645,39| × 100% = 0,366% (4 𝐴𝑃)

b) 𝑥2 = 2,1 × 10−1 m; m= 2
𝑥𝑑 (2,1×10−1 )(1,7×10−6 )
- 𝜆= = = 608,83 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 2√(2,1×10−1 )2 +(2,0×10−1 )2

2 2
(1,7×10−6 )(2,0×10−1 )2 2 (1,7×10−6 )(2,0×10−1 )(2,1×10−1 ) 2
- Δ𝜆 = √| 3 . . 5 × 10−4 | + |− 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
2((2,1×10−1 )2+(2,0×10−1 )2 )2 2((2,1×10−1 )2 +(2,0×10−1 )2)2

Δ𝜆 = 0,65 nm
Δ𝜆 0,65
- R𝜆 = | | × 100% = | | × 100% = 0,106% (4 𝐴𝑃)
𝜆 608,83

3) Untuk 𝐿 = 25 cm = 2,5 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 1,2 × 10−1 m; m = 1
𝑥𝑑 (1,2×10−1 )(1,7×10−6 )
- 𝜆= = = 721,22 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√(1,2×10−1 )2 +(2,5×10−1 )2
2 2
(1,7×10−6 )(2,5×10−1 )2 2 (1,7×10−6 )(2,5×10−1 )(1,2×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| . . 5 × 10−4 | + |−
3 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
1((1,2×10−1 )2+(2,5×10−1 )2 )2 1((1,2×10−2 )2+(2,5×10−1 )2 )2

Δ𝜆 = 1,81 nm1
Δ𝜆 1,81
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |721,22| × 100% = 0,250% (4 𝐴𝑃)

4) Untuk 𝐿 = 30 cm = 3,0 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 1,4 × 10−1 m; m = 1
𝑥𝑑 (1,4×10−1 )(1,7×10−6 )
- 𝜆= = = 683,94 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√(1,4×10−1 )2 +(3,0×10−1 )2

2 2
(1,7×10−6 )(3,0×10−1 )2 2 (1,7×10−6 )(3,0×10−1 )(1,4×10−2 ) 2
- Δ𝜆 = √| . . 5 × 10−4 | + |−
3 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
1((1,4×10−1 )2+(3,0×10−1 )2 )2 1((1,4×10−1 )2+(3,0×10−1 )2 )2

Δ𝜆 = 1,54 nm
Δ𝜆 1,54
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |683,94| × 100% = 0,225% (4 𝐴𝑃)

5) Untuk 𝐿 = 35 cm = 3,5 × 10−1 m


a) 𝑥1 = 1,6 × 10−1 m; m = 1
𝑥𝑑 (1,6×10−1 )(1,7×10−6 )
- 𝜆= = = 707,17 nm
𝑚√𝑥 2 +𝐿2 1√1,6×10−1 )2 +(3,5×10−1 )2

2 2
(1,7×10−6 )(3,5×10−1 )2 2 (1,7×10−6 )(3,5×10−1 )(1,6×10−1 ) 2
- Δ𝜆 = √| . . 5 × 10−4 | + |−
3 3 . . 5 × 10−4 |
3 3
1((1,6×10−1 )2+(3,5×10−1 )2 )2 1((1,6×10−1 )2+(3,5×10−1 )2 )2

Δ𝜆 = 1,30 nm
Δ𝜆 1,30
- R𝜆 = | 𝜆 | × 100% = |707,17| × 100% = 0,184% (4 𝐴𝑃)

H. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan difraksi cahaya laser oleh kisi dengan variabel
bebasnya ialah jarak antara layar dengan kisi, sedangkan variabel terikatnya ialah jarak
antara titik terang ke-m dengan titik terang pusat. Jarak antar celah berperan sebagai
variabel kontrol dimana terdapat 3 jenis kisi yang digunakan yaitu 1/100 mm, 1/300 mm,
dan 1/600 mm.
Secara sederhana, kisi merupakan suatu benda yang memiliki sejumlah celah atau garis
dimana jarak antar celahnya sangat kecil dan selalu sama. Keterangan 1/100 mm
menunjukkan besarnya jarak antar celah, atau dengan kata lain, kisi tersebut memiliki 100
garis atau 100 celah setiap 1 milimeternya, hal yang sama juga untuk variasi kisi yang
lain. Apabila kisi dikenai cahaya maka cahaya tersebut akan ditransmisikan dan mengalami
difraksi (pelenturan) yang menghasilkan pola gelap - terang seperti cahaya putus-putus pada
layar. Pola gelap dihasilkan oleh interferensi destruktif dan pola terang dihasilkan oleh
interferensi konstruktif.
Selain untuk mempelajari difraksi cahaya laser oleh kisi, percobaan ini juga bertujuan
untuk menentukan panjang gelombang dari cahaya yang digunakan yaitu He-Ne. Hasil
analisis panjang gelombang He-Ne dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
Jarak antar Panjang Gelombang Cahaya He-Ne (nm)
No. layar dan Titik Terang Titik Terang
Ralat Relatif Ralat Relatif
kisi (m) Pertama Kedua
1 1,5 × 10−1 665,19 ± 22,12 3,33% (3 𝐴𝑃) 662,28 ± 3,12 1,65% (3 𝐴𝑃)
2 2,0 × 10−1 648,63 ± 16,60 2,56% (3 𝐴𝑃) 658,38 ± 2,34 1,22% (3 𝐴𝑃)
3 2,5 × 10−1 678,43 ± 13,27 1,96% (3 𝐴𝑃) 706,46 ± 1,82 0,9432% (4 𝐴𝑃)
4 3,0 × 10−1 731,37 ± 11,05 1,51% (3 𝐴𝑃) 688,15 ± 1,54 0,7496% (4 𝐴𝑃)
5 3,5 × 10−1 797,45 ± 9,46 1,19% (3 𝐴𝑃) 685,75 ± 1,32 0,5987% (4 𝐴𝑃)
Tabel 2 Panjang Gelombang He-Ne untuk d=1/100 mm
Jarak antar Panjang Gelombang Cahaya He-Ne (nm)
No. layar dan Titik Terang Titik Terang
Ralat Relatif Ralat Relatif
kisi (m) Pertama Kedua
1 1,5 × 10−1 653,72 ± 7,12 1,09% (3 𝐴𝑃) 662,68 ± 3,12 0,4705% (4 𝐴𝑃)
2 2,0 × 10−1 653,72 ± 5,34 0,8172% (4 𝐴𝑃) 658,38 ± 2,34 0,3516% (4 𝐴𝑃)
3 2,5 × 10−1 703,77 ± 4,25 0,6034% (4 𝐴𝑃) 706,46 ± 1,82 0,2580% (4 𝐴𝑃)
4 3,0 × 10−1 674,63 ± 3,55 0,5265% (4 𝐴𝑃) 688,15 ± 1,54 0,2232% (4 𝐴𝑃)
5 3,5 × 10−1 680,59 ± 3,04 0,4470% (4 𝐴𝑃) 685,75 ± 1,32 0,1923% (4 𝐴𝑃)
Tabel 3 Panjang Gelombang He-Ne untuk d=1/300 mm
Jarak Panjang Gelombang Cahaya He-Ne (nm)
antar layar
No. Titik Terang Titik Terang
dan kisi Ralat Relatif Ralat Relatif
Pertama Kedua
(m)
1 1,5 × 10−1 745,36 ± 2,96 0,3975% (4 𝐴𝑃) 715,33 ± 0,49 0,06813% (4 𝐴𝑃)
2 2,0 × 10−1 645,39 ± 2,36 0,3659% (4 𝐴𝑃) 608,83 ± 0,65 0,1064% (4 AP)
3 2,5 × 10−1 721,22 ± 1,81 0,2504% (4 𝐴𝑃)
4 3,0 × 10−1 683,94 ± 1,54 0,2252% (4 𝐴𝑃)
5 3,5 × 10−1 707,17 ± 1,30 0,1840% (4 𝐴𝑃)
Tabel 4 Panjang Gelombang He-Ne untuk d=1/600 mm
Dapat dilihat pada tabel 1 dan 4, untuk jumlah celah kisi 1/600 mm dengan variasi jarak
layar ke kisi 25-35 cm tidak diperoleh data jarak titik terang kedua. Hal ini dikarenakan titik
terang kedua yang dihasilkan tidak dapat ditangkap oleh layar yang berukuran terbatas. Dari
hasil analisis data panjang gelombang He-Ne, diperoleh panjang gelombang terkecil
ialah 608,38 nm dan panjang gelombang terbesar ialah 797,45 nm. Dapat dikatakan
percobaan ini cukup sesuai dengan teori dimana panjang gelombang acuan cahaya He-Ne
yaitu 632,8 nm memiliki nilai yang berdekatan dengan panjang gelombang yang diperoleh
pada percobaan ini. Panjang gelombang terkecil dihasilkan oleh titik terang pertama dengan
jarak antar kisi dan layar adalah 35 cm dan variasi kisi yang digunakan adalah 1/100 mm.
Sedangkan panjang gelombang terbesar dihasilkan oleh titik terang kedua dengan jarak
antar kisi dan layar adalah 20 cm dan variasi kisi yang digunakan adalah 1/600 mm.
Secara fisis nilai dari panjang gelombang cahaya adalah konstan selama gelombang
tersebut merambat pada medium yang sama, dimana pada percobaan ini medium tersebut
adalah udara. Perbedaan yang cukup jauh antara nilai panjang gelombang terbesar dan
terkecil mengindikasikan bahwa terdapat kekeliruan dalam melakukan percobaan.
Kekeliruan ini diantaranya ialah posisi kisi yang kurang lurus sehingga menghasilkan pola
terang yang miring yang mengakibatkan hasil pengukuran jarak antar titik terang kurang
tepat, kurang teliti dalam mengukur jarak antara kisi dengan layar, serta kondisi keramik
yang licin sehingga menyebabkan posisi layar mudah berubah-ubah saat sedang mengambil
data. Meskipun nilai panjang gelombang yang diperoleh tidaklah tepat sesuai, kualitas dari
percobaan ini dapat dikatakan cukup baik yang dibuktikan oleh nilai ralat relatif yang kecil
yaitu berkisar 0,1064% (4 AP) - 3,33% (3 AP).
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Telah dipahami konsep dari difraksi cahaya laser oleh kisi.
2. Telah diperoleh sebanyak 27 data panjang gelombang cahaya He-Ne yang berbeda-beda
dengan panjang gelombang terkecil 608,38 nm dan panjang gelombang terbesar
797,45 nm dan kedua nilai ini cukup mendekati nilai acuannya yaitu 632,8 nm.
J. Daftar Pustaka
Abramczyk, H., 2005. Lasers, in: Introduction to Laser Spectroscopy. Elsevier, pp. 59–
106. https://doi.org/10.1016/B978-044451662-6/50005-8
Alawsi, T., 2017. Overview of He-Ne Laser. Al-Ayen University.
Giancoli, D. C., 1989. Physics for Scientists and Engineers 2’nd ed, Prentice Hall Limited.
Jakarta: Erlangga.
Marwoto, P., Hakim, L., Wahyuni, S., Astuti, B., Mutiarani, A., Nafisah, D., Fisika, J.,
Matematika, F., Ilmu, D., Alam, P., 2022. Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes)
Sebagai Alternatif Kisi Difraksi Sederhana Berbahan Alam. Unnes Phys. Educ. J.
Terakreditasi SINTA 11, 35–45.
Pertiwi, P.K., Fajrittamam, R., 2015. Kisi Difraksi. Lap. Prakt. Kisi Difraksi 2.
Shavira, R.A., Fisika, D., n.d. Kisi difraksi.
LAMPIRAN

1.1 Laporan Sementara


1.2 Foto Alat dan Bahan

Laser He-Ne Penggaris

Statif dan Kisi Layar


1.3 Dokumentasi

Percobaan untuk variasi kisi 1/100 mm

Percobaan untuk variasi kisi 1/300 mm

Percobaan untuk variasi kisi 1/600 mm


1.4 Hasil Cek Plagiasi

Anda mungkin juga menyukai