Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA DASAR I

JUDUL PRAKTIKUM

HUKUM OHM DAN RANGKAIAN SETARA THEVENIN

PRAKTIKUM KE : 1
KELOMPOK : 5

KETUA KELOMPOK : Muhammad Zaki Zamani NIM: 150321605248


ANGGOTA : 1. Putri Festiana Purwanti NIM: 180321614532
2. Ramadhanti Millenia NIM: 180321614533
PEMBIMBING : Bapak Sutrisno
TGL. PELAKSANAAN : 22 September 2019

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2019
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajarai hubungan antara tegangan (V) dan kuat arus (I) yang mengalir dalam
suatu penghantar dengan hambatan (R)
2. Mengukur besaran hambatan Thevenin suatu rangkaian
3. Mengukur besar tegangan Thevenin suatu rangkaian
4. Membandingkan hasil ukur dengan hasil perhitungan
B. ALAT – ALAT
1. Matrik board 2. Multimeter (2buah)
3. Dioda Rectifier dan dioda zener 4. Baterai 6V dan 3V
5. Potensio 10k 6. Hambatan 270 , 1K, dan 2K2
7. Kabel penghubung 8. Saklar
C. SKEMA RANGKAIAN
1. Skema Rangkaian Percobaan Hukum Ohm

2. Rangkaian Percobaan A dan B


3. Rangkaian Percobaan C dan D

D. PELASANAAN
a) Hukum Ohm
1. Sebelum melakukan kegiatan praktikum, pastikanlah bahwa multimeter pertama
sebagai amperemeter DC (mA) dengan batas ukur 25 mA dan multimeter kedua
sebagai voltmeter DC (V) dengan batas ukur 10 V, dengan memutar selektornya.
Perhatian! karena dalam kegiatan ini menggunakan amperemeter dan voltmeter DC
jangan sampai terbalik polaritasnya.
2. Susunlah alat-alat sesuai skema rangkaian percobaan Hukum Ohm, seperti gambar
1.1, pada Matrik boar.
3. Tetapkan posisi potensio P pada nilai minimal, dengan memutar berlawanan arah
jarum jam, apabila anda yakin bahwa rangkaian sudah benar, sambunglah baterai
dengan mengatur saklar S posisi ON.
4. Ubahlah nilai arus yang lewat amperemeter A dengan memmutar potensio P searah
jarum jam, setiap perubahan arus catatlah tegangan yang terbaca pada voltmeter V,
pada tabel data.
b) Rangkaian Setara Thevenin
1. Membuat rangkaian seperti berikut ini, pada papan rangkaian (Matrik Board).
Seperti gambar 1.6.
2. Memperhatikan rangkaian (A), mengukur tegangan titik b-d.
3. Melepas baterai 3V dan 6V, kemudian menghubungsingkatkan antara titik a-d dan
b-c, mengukur hambatan antara titik b-d.
4. Memperhatikan rangkaian (B), mengukur tegangan titik b-d dan d-e.
5. Melepaskan baterai 3V dan 6V, kemudian menghubungsingkatkan antara titik a-e
dan b-c, mengukur hambatan antara titik b-d dan d-e.
6. Selanjutnya membuat rangkaian seperti gambar 1.7,
7. memperhatikan rangkaian (C), mengukur tegangan antara titik b-d dan c-d.
8. Melelpas baterai 6V, kemudian menghubungsingkatkan antara titik a-d, mengukur
hambatan antara titik b-d dan c-d.
9. Memperhatikan rangkaian (D), mengukur tegangan antara titik b-e, c-e dan d-e.
10. Melepas baterei 6V, kemudian menghubungsingkatkan antara titik a-e, mengukur
hambatan antara titik b-e, c-e dan d-e.
E. DATA PERCOBAAN
1. TABEL DATA HUKUM OHM
NO I (μA) V (Volt) NO I (μA) V (Volt)

1 0,0 0 9 8,0 1,6

2 1,0 0,2 10 9,0 1,8

3 2,0 0,4 11 10,0 2,0

4 3,0 0,6 12 11,0 2,2

5 4,0 0,8 13 12,0 2,4

6 5,0 1,0 14 13,0 2,6

7 6,0 1,2 15 14,0 2,8

8 7,0 1,4 16 15,0 3,0


2. DATA RANGKAIAN SETARA THEVENIN
NO TITIK TEGANGAN VOLT (V) HAMBATAN R ()

1 b–d 3 1100

2 b–d 1,2 1200

3 d–e 2,8 1500

4 b–d 3,6 3600

5 c–d 2,6 6000

6 b–e 3 10000

7 c–e 2,2 5000

8 d–e 5,2 4000


F. ANALISIS DATA PERCOBAAN
 Analisis Hukum Ohm
1. Buatlah grafik hubungan antara I sebagai sumbu X dan V sebagai sumbu Y. Dari
grafik yang dihasilkan bagaimana nilai V bila I bertambah besar?

Grafik Hubungan antara arus (I) dan tegangan


3 (V)
2.5
Tegangan (V)

1.5

0.5

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Arus (A)

Grafik hubungan antara V dan I menunjukkan bahwa saat nilai kuat arus (I)
bertambah maka nilai dari tegangan (V) juga bertambah, artinya tegangan (V)
berbanding lurus dengan kuat arus (I).
2. Bagaimanakah bentuk grafiknya (lurus / lengkung / parabol).
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum, nilai I dan V berbanding lurus
yaitu nilai I naik seiring dengan naiknya nilai V. Sehingga grafik yang dihasilkan juga
berbentuk garis lurus, atau biasa kita kenal dengan grafik linier.
3. Dari grafik hasil percobaan tersebut, turunkanlah rumus hubungan antara V dan I?
Rapat arus J dan medan listrik E terbentuk dalam konduktor saat ada suatu beda
potensial yang melintasi konduktor tersebut. Rapat arus sebanding dengan medan
listrik:
𝐽 = 𝜎𝐸 ∆𝑉
𝐽 =𝜎 ℓ
𝐼
𝐽 =𝐴 ℓ
∆𝑉 = 𝜎𝐽
∆𝑉 = 𝐸ℓ ℓ
∆𝑉 = (𝜎𝐴) 𝐼
𝐽 = 𝜎𝐸
∆𝑉 = 𝑅𝐼

Besar hambatan dari konduktor adalah 𝑅 = 𝜎𝐴 sehingga dapat didefinisikan

hambatan sebagai perbandingan beda potensial di dalam konduktor dengan arus


dalam konduktor:
∆𝑉
𝑅=
𝐼
Apabila ditinjau dari bentuk grafik yang dihasilkan adalah berbentuk garis lurus,
maka berlaku persamaan:
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
𝑉𝑅
𝑉1 = 𝑉0 + 𝐼
𝐼𝑅 1

𝑉1 − 𝑉0 = 𝑉𝑅 𝐼𝑅1
𝑉 = 𝑅𝐼
dimana, 𝑉 = 𝑦, 𝐼 = 𝑥, dan 𝑅 = 𝑏
4. Bila hukum OHM menyatakan V = I R dimana V adalah tegangan, I kuat arus dan R
hambatan yang menyatakan konstanta perbandingan. Sesuaikah hasil percobaan ini
dengan hukum Ohm tersebut?
“Arus listrik akan sebanding tegangannya, tetapi berbanding terbalik dengan
hambatan konstannya.” Georg Simon Ohm
Dalam percobaan ini nilai tegangan (V) dan kuat arus (I) berbanding lurus, dengan
hambatan konstan, sehingga dapat disimpulkan bahwa percobaan ini telah sesuai
dengan hukum ohm yang menyatakan V = IR.
5. Apakah satuan besaran R, dan apakah nilai R berubah apabila apabila tegangan V atau
kuat arus I berubah nilainya? Lalu kira-kira apakah ysng mempengaruhi nilai
hambatan R itu?
Dalam satuan SI, hambaatn (R) memiliki satuan  (Ohm). Berdasarkan hasil
percobaan diperoleh nilai V sebanding dengan I sehingga hambatan (R) tidak berubah
atau tetap dan meskipun nilai V dan I berubah hambatan tidak berubah juga. Seperti
yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
NO I (𝜇A) V(volt) R(Ohm) NO I (𝜇A) V(volt) R(Ohm)
1. 0 0 0 9. 8,0 1,6 0,2
2. 1,0 0,2 0,2 10. 9,0 1,8 0,2
3. 2,0 0,4 0,2 11. 10 2,0 0,2
4. 3,0 0,6 0,2 12. 11 2,2 0,2
5. 4,0 0,8 0,2 13. 12,0 2,4 0,2
6. 5,0 1,0 0,2 14. 13,0 2,6 0,2
7. 6,0 1,2 0,2 15. 14,0 2,8 0,2
8. 7,0 1,4 0,2 16. 15,0 1,6 0,2
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai dari hambatan R tetap.
Sehingga dapat disimpulkan nilai hambatannya tidak bergantung pada nilai beda
potensialnya, dan beda potensialnya hanya berpengaruh pada nilai arus yang melalui
penghantar. Nilai dari hambatannya hanya bergantung pada panjang, luas, dan
hambatan jenis kawat penghantarnya.
 Analisis rangkaian setara thevenin
1. Hitunglah tegangan Thevenin antara titik b-d untuk rangkaian (A), b-d dan d-e untuk
rangkaian (B), b-d dan c-d untuk rangkaian (C), b-e, c-e dan d-e untuk rangkaian (D).
1. Rangkaian (A)
𝐼 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝐼 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝐼3 = 𝐼1 + 𝐼2
𝐼1 = 𝐼3 − 𝐼2
Loop 1
𝜀 = 𝐼1 𝑅1 + 𝐼3 𝑅3
Loop 2
𝜀 = 𝐼2 𝑅2 + 𝐼3 𝑅3

𝐿𝑜𝑜𝑝 1 ∶ 1𝐾 (𝐼1 ) + 2,2𝐾 (𝐼3 ) = 3


: 1𝐾 (𝐼3 − 𝐼2 ) + 2,2𝐾 (𝐼3 ) = 3
−1𝐾 (𝐼2 ) + 3,2𝐾 (𝐼3 ) = 3
𝐿𝑜𝑜𝑝 2 ∶ 1𝐾 (𝐼2 ) + 2,2𝐾 (𝐼3 ) = 6
: 1𝐾 ( 𝐼2 ) + 2,2𝐾( 𝐼3 ) = 6
1𝐾 (𝐼2 ) + 2,2𝐾(𝐼3 ) = 6
+
5,4 𝐾 (𝐼3 ) = 9
9
(𝐼3 ) =
5,4 𝐾

𝑉𝑏𝑑 = 2,2𝐾 × 𝐼3
9
𝑉𝑏𝑑 = 2,2𝐾 × 5,4 𝐾

𝑉𝑏𝑑 = 3,667 𝑉
𝑉𝑏𝑑 = 𝑉𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑏𝑑
2. Rangkaian (B)
𝐼 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝐼 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝐼3 = 𝐼1 + 𝐼2
𝐼1 = 𝐼3 − 𝐼2
Loop 1
𝜀 = 𝐼1 𝑅1 + 𝐼3 𝑅3
Loop 2
𝜀 = 𝐼2 𝑅2 + 𝐼3 𝑅3

𝐿𝑜𝑜𝑝 1 ∶ 1𝐾(𝐼1 ) + (1𝐾 + 2,2𝐾)(𝐼3 ) = 6


: 1𝐾 (𝐼3 − 𝐼2 ) + 3,2𝐾 (𝐼3 ) = 6
−1𝐾 (𝐼2 ) + 4,2𝐾 (𝐼3 ) = 6
𝐿𝑜𝑜𝑝 2 ∶ 1𝐾(𝐼2 ) + (1𝐾 + 2,2𝐾)(𝐼3 ) = 3
: 1𝐾( 𝐼2 ) + 3,2𝐾( 𝐼3 ) = 3
1𝐾 (𝐼2 ) + 3,2𝐾(𝐼3 ) = 3
+
7,4 𝐾 (𝐼3 ) =9
9
(𝐼3 ) = 7,4 𝐾

𝑉𝑏𝑑 = 1𝐾 × 𝐼3 𝑉𝑑𝑒 = 2,2𝐾 × 𝐼3


9 9
𝑉𝑏𝑑 = 1𝐾 × 5,4 𝐾 𝑉𝑑𝑒 = 2,2𝐾 × 7,4 𝐾

𝑉𝑏𝑑 = 1,216 𝑉 𝑉𝑑𝑒 = 2,676 𝑉


𝑉𝑏𝑑 = 𝑉𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑏𝑑 𝑉𝑑𝑒 = 𝑉𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑑𝑒

3. Rangkaian (C)
𝐼 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝐼 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝐼3 = 𝐼1 + 𝐼2
𝐼1 = 𝐼3 − 𝐼2
Loop 1
𝜀 = 𝐼1 𝑅1 + 𝐼3 𝑅3
Loop 2
𝜀 = 𝐼2 𝑅2 + 𝐼3 𝑅3
𝐿𝑜𝑜𝑝 1 ∶ 1𝐾(𝐼1 ) + (2,2𝐾)(𝐼3 ) = 6
: 1𝐾 (𝐼3 − 𝐼2 ) + 2,2𝐾 (𝐼3 ) = 6
:−1𝐾 (𝐼2 ) + 3,2𝐾 (𝐼3 ) = 6
−3,2𝐾 (𝐼2 ) + 10,24𝐾 (𝐼3 ) = 19,2
𝐿𝑜𝑜𝑝 2 ∶ (2,2𝐾 + 1𝐾)(𝐼2 ) + (2,2𝐾)(𝐼3 ) = 0
: 3,2𝐾( 𝐼2 ) + 2,2𝐾( 𝐼3 ) = 0
3,2𝐾 (𝐼2 ) + 2,2𝐾 (𝐼3 ) =0
+
12,44 𝐾 (𝐼3 ) = 19,2
19,2
(𝐼3 ) =
12,44 𝐾

−1𝐾( 𝐼2 ) + 3,2𝐾 𝐼3 =6
19,2
−1𝐾( 𝐼2 ) + 3,2𝐾 (12,44 𝐾) = 6

−1𝐾( 𝐼2 ) + 4,9389 =6
6−4,9389
𝐼2 =− 1𝐾
1,0611
𝐼2 = 𝐾

𝑉𝑏𝑑 = (1𝐾 + 2,2𝐾) × 𝐼2 𝑉𝑐𝑑 = 2,2𝐾 × 𝐼2


1,0611 1,0611
𝑉𝑏𝑑 = 3,2𝐾 × 𝑉𝑐𝑑 = 2,2𝐾 ×
𝐾 𝐾

𝑉𝑏𝑑 = 3,40 𝑉 𝑉𝑐𝑑 = 2,33 𝑉


𝑉𝑏𝑑 = 𝑉𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑏𝑑 𝑉𝑐𝑑 = 𝑉𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑐𝑑

4. Rangkaian (D)

𝐼 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝐼 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝐼4 = 𝐼1 − 𝐼2
𝐼5 = 𝐼3 − 𝐼2

𝐿𝑜𝑜𝑝 1 ∶ 1𝐾(𝐼1 ) + (2,2𝐾)(𝐼4 ) = 6


: 3,2𝐾 (𝐼1 ) − 2,2𝐾 (𝐼2 ) = 6 Pers. (1)
𝐿𝑜𝑜𝑝 2 ∶ (2,2𝐾)(𝐼4 ) + 1𝐾(𝐼2 ) + (2,2𝐾)(𝐼5 ) = 0 Pers. (2)
: 5,4𝐾(𝐼2 ) − 2,2 (𝐼1 ) − 2,2𝐾(𝐼5 )
𝐿𝑜𝑜𝑝 3 ∶ (2,2𝐾 + 1𝐾)(𝐼3 ) + 2,2𝐾 (𝐼5 ) = 0
: 5,4 𝐾 (𝐼3 ) − 2,2𝐾(𝐼2 ) = 0
2,2𝐾(𝐼2 )
𝐼3 : A Pers. (3)
5,4𝐾

Substitusikan pers. (3) ke Pers. (2)


2,2𝐾(𝐼2 )
5,4𝐾(𝐼2 ) − 2,2K ( ) − 2,2K(𝐼1 ) = 0
5,4𝐾
4,504𝐾(𝐼2 ) − 2,2K(𝐼1 ) = 0 Pers. (4)
14,41𝐾(𝐼2 ) − 7,04𝐾(𝐼1 ) =0
−4,84𝐾 (𝐼2 ) + 7,04𝐾 (𝐼1 ) = 13,2 Pers. (1)
+
9,75𝐾(𝐼2 ) = 13,2
13,2
𝐼2 = 9,75𝐾
2,2K (𝐼2) 14,41𝐾(𝐼2 ) − 7,04𝐾(𝐼1 ) =0
𝐼3 = 𝐴
5,4 𝐾
13,2
2,2K 13,2 14,41𝐾 (9,75𝐾) − 7,04𝐾(𝐼1 ) = 0
𝐼3 = 5,4 𝐾 (9,75𝐾) 𝐴
7,04𝐾(𝐼1 ) = 19,5
𝐼3 = 0,55 𝑚𝐴
𝐼1 = 2,77 𝑚𝐴

𝑉𝑏𝑒 = [((1𝐾 + 2,2𝐾)//2,2𝐾) + 1𝐾] × 𝐼2


13,2
𝑉𝑏𝑒 = 2,30𝐾 × 𝐴
9,75𝐾
𝑉𝑏𝑒 = 3,1𝑉
𝑉𝑏𝑒 = 𝑉𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑏𝑒
𝑉𝑐𝑒 = (1𝐾 + 2,2𝐾) × 𝐼3 𝑉𝑑𝑒 = 2,2𝐾 𝑥 𝐼3
𝑉 = (1𝐾 + 2,2𝐾) × 0,55𝑚𝐴 𝑉𝑑𝑒 = 2,2𝐾 𝑥 0,55𝑚𝐴
𝑉𝑐𝑒 = 1,8 𝑉 𝑉𝑑𝑒 = 1,2 𝑉
𝑉𝑐𝑒 = 𝑉𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑐𝑒 𝑉𝑑𝑒 = 𝑉𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑑𝑒
2. Hitunglah hambatan Thevenin antara titik b-d untuk rangkaian (A), b-d dan d-e untuk
rangkaian (B), b-d dan c-d untuk rangkaian (C), b-e, c-e, dan d-e untuk rangkaian (D).
𝑅𝑏𝑑 = 𝑅1 // 𝑅2 // 𝑅3
𝑅𝑏𝑑 = 1𝐾// 2,2𝐾//1𝐾
1 1 1 1
= + +1
Rbd 1 2,2

R bd = 407 Ω

𝑅𝑏𝑑 = ((𝑅1 // 𝑅4 ) + 𝑅3 )// 𝑅2


𝑅𝑏𝑑 = ((1𝐾// 1𝐾) + 2,2𝐾)//1𝐾
𝑅𝑏𝑑 = 729 Ω
𝑅𝑏𝑑 = 𝑅𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑏𝑑
𝑅𝑑𝑒 = ((𝑅1 // 𝑅2 ) + 𝑅4 )// 𝑅3
𝑅𝑑𝑒 = ((1𝐾// 1𝐾) + 1𝐾)//2,2𝐾
𝑅𝑑𝑒 = 892 Ω
𝑅𝑑𝑒 = 𝑅𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑑𝑒
𝑅𝒃𝑑 = (𝑅1 //𝑅2 //(𝑅3 + 𝑅4 ))
𝑅𝒃𝑑 = (1𝐾//2,2𝐾//(1𝐾 + 2,2𝐾))
𝑅𝒃𝑑 = 566 Ω
𝑅𝒃𝑑 = 𝑅𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑏𝑑

𝑅𝒄𝑑 = {[(𝑅1 //𝑅2 ) + 𝑅3 ]//𝑅4 }


𝑅𝒄𝑑 = ((1𝐾// 2,2𝐾) + 1𝐾)//2,2𝐾
𝑅𝒄𝑑 = 955 Ω
𝑅𝒄𝑑 = 𝑅𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑐𝑑
𝑅𝑏𝑒 = ((𝑅1// 𝑅4) + ( 𝑅5//
(𝑅3 + 𝑅6)) + 𝑅2)
𝑅𝑏𝑒 = (1𝐾// 2,2𝐾) + [2,2𝐾//
(1𝐾//2,2𝐾)] + 1𝐾
𝑅𝑏𝑒 = 530 Ω
𝑅𝑏𝑑 = 𝑅𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑏𝑑
𝑅𝑐𝑒 = ((𝑅4// 𝑅1) + 𝑅2)// 𝑅𝑑𝑒 = ((𝑅1// 𝑅4) + 𝑅2)//
𝑅5 (𝑅3 + 𝑅6) 𝑅5) + 𝑅3)//𝑅6
𝑅𝑐𝑒 = ((2,2𝐾// 1𝐾) + 1𝐾// 𝑅𝑑𝑒 = ((1𝐾// 2,2𝐾) + 1𝐾//
2,2𝐾)//(1𝐾//2,2𝐾) 2,2𝐾) + 1𝐾//2,2𝐾)
𝑅𝑐𝑒 = 736 Ω 𝑅𝑑𝑒 = 1035 Ω
𝑅𝑐𝑒 = 𝑅𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑐𝑒 𝑅𝑑𝑒 = 𝑅𝑇ℎ𝑒𝑣𝑒𝑛𝑖𝑛 𝑑𝑒
3. Buatlah rangkaian setara Thevenin dari rangkaian (A), rangkaian (B), rangkaian (C),
dan rangkaian (D).
Rangkaian setara thevenin (A)
𝑹𝑻𝒉 = 𝟒𝟎𝟕 𝛀

𝑽𝑻𝒉 = 𝟑, 𝟕 𝑽
Rangkaian setara thevenin (B)

𝑹𝑻𝒉 = 𝟕𝟐𝟗 𝛀 𝑹𝑻𝒉 = 𝟖𝟗𝟐 𝛀

𝑽𝑻𝒉 = 𝟏, 𝟐 𝑽 𝑽𝑻𝒉 = 𝟐, 𝟕 𝑽

Rangkaian setara thevenin (C)

𝑹𝑻𝒉 = 𝟓𝟔𝟔 𝛀 𝑹𝑻𝒉 = 𝟗𝟓𝟓 𝛀

𝑽𝑻𝒉 = 𝟐, 𝟑 𝑽
𝑽𝑻𝒉 = 𝟑, 𝟒 𝑽

Rangkaian setara thevenin (D)

𝑹𝑻𝒉 = 𝟓𝟑𝟎 𝛀 𝑹𝑻𝒉 = 𝟕𝟑𝟔 𝛀 𝑹𝑻𝒉 = 𝟏𝟎𝟑𝟓 𝛀

𝑽𝑻𝒉 = 𝟑, 𝟏 𝑽 𝑽𝑻𝒉 = 𝟏, 𝟖 𝑽 𝑽𝑻𝒉 = 𝟏, 𝟐 𝑽

4. Bandingkanlah besar hasil ukur hambatan dan tegangan Thevenin dengan hasil
perhitungan.
NO. Titik Tegangan (V) V Th (V) Hambatan () R Th ()
1. b-d 3 3,7 1100 407
2. b-d 1,2 1,2 1200 729
3. d-e 2,8 2,7 1500 892
4. b-d 3,6 3,4 3600 566
5. c-d 2,6 2,3 6000 955
6. b-e 3 3,1 10000 530
7. c-e 2,2 1,8 5000 736
8. d-e 5,2 1,2 4000 1035
G. PEMBAHASAN
Hukum Ohm merupakan hukum dasar yang menyatakan hubungan antara tegangan
dan kuat arus listrik dalam suatu penghantar. Berdasarkan persamaan V = IR dimana V
adalah tegangan , I adalah kuat arus dan R adalah hambatan yang menyatakan konstanta
perbandingan hukum ohm nilai dari kuat arus sebanding atau berbanding lurus dengan
tegangannya sehingga hambatannya tetap. Berdasarkan teori grafik hungan antara V dan I
dari hukum ohm ini membentuk grafik garis lurus atau linier.
Berdasarkan praktikum dan pengolahan data praktikum hukum ohm, grafik
hubungan antara tegangan V dan arus I mengahasilkan grafik liner dan lurus, hal ini
membuktikan bahwa praktikum yang kami lakukan sesuai dengan teori. Seain itu
diperoleh juga nilai jika V naik maka I naik sehingga antara V dan I berbading lurus.
Berbanding lurusnya nilai dari V dan I diperoleh hambatan yang menyatakan konstanta
perbandingan, nilai hambatan tetap sebsar 0,2  meskipun V dan I berubah hal ini karena
nilai hambatan hanya bergantung pada panjang, luas dan hambatan jenis kawat
penghantarnya. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh nilai dari
hambatan (R) adalah tetap sehingga sesuai dengan teori yang ada.
Rangkaian Setara Thevenin merupakan rangkaian yang menggunakan sumber
tegangan tetap, yakni suatu sumber tegangan ideal dengan tegangan keluaran yang tidak
berubah berapapun besar arus yang diambil darinya (Sutrisno, 1986:hal1-2).
Praktikum rangkaian setara thevenin ini terdiri dari beberapa rangkaian. Setalah
dilakukan pengolahan data praktikum, kami memperoleh:
 Berdasarkan analisis rangkaian A, diperoleh tegangan thevenin sebesar 𝑉𝑏𝑑 = 3,7 𝑉
dan hambatan theveninb sebesar R bd = 407 Ω..
 Berdasarkan analisis rangkaian B, diperoleh tegangan thevenin sebesar 𝑉𝑏𝑑 = 1,2 𝑉,
𝑉𝑑𝑒 = 2,7 𝑉 dan hambatan thevenin sebesar R bd = 729 Ω, R de = 892 Ω.
 Berdasarkan analisis rangkaian C, diperoleh tegangan thevenin sebesar 𝑉𝑏𝑑 = 3,6 𝑉,
𝑉𝑐𝑑 = 2,6 𝑉 dan hambatan thevenin sebesar R bd = 566 Ω, R de = 955 Ω.
 Berdasarkan analisis rangkaian D, diperoleh tegangan thevenin sebesar 𝑉𝑏𝑒 = 3 𝑉,
𝑉𝑐𝑒 = 2,2 𝑉, 𝑉𝑑𝑒 = 5,2 𝑉 dan hambatan thevenin sebesar R be = 530 Ω, R ce = 736 Ω,
R de = 1035 Ω.
Besarnya hasil pengukuran tegangan seharusnya sama atau hampir mendekati
tegangan thevenin (hasil perhitungan), begitu pula dengan hasil ukur hambatan
seharusnya sama atau mendekati hambatan theveninnya (hasil pengukuran). Namun
dalam praktikum ini diperoleh nilai hambatan yang jauh beda dengan hambatan
theveninnya, hal ini mungkin dikarenakan terjadi beberapa kesalahan seperti kesalahan
dalam membaca hasil pengukuran pada multimeter.
H. KESIMPULAN
Hukum ohm memiliki persamaan 𝑉 = 𝐼 ∙ 𝑅. Hubungan antara tegangan (V) dan
kuat arus (I) yang mengalir dalam suatu penghantar adalah sebanding atau berbanding
lurus sehingga menghasilkan grafik linier atau garis lurus. Hal ini dapat dibukktikan jika
V nilainya berubah semakin besar maka I juga nilainya berubah semaki besar pula
sehingga nilai R tetap konstan (konstanta perbandingan). Hal ini dikarenakan Nilai R
tidak karena nilai hambatan hanya bergantung pada panjang, luas dan hambatan jenis
kawat penghantarnya.
Pada praktikum rangkaian setara thevenin dilakukan pengukuran hambatan
thevenin suatu rangkaian menggunakan ohmmeter. Hasil pengukuran untuk rangkaian A
di titik b-d sebesar 1100, untuk rangkaian B di titik b-d sebesar 1200 dan di titik d-e
sebesar 1500, untuk rangkaian C di titik b-d sebesar 3600 dan di titik c-d sebesar
6000, untuk rangkaian D di titik b-e sebesar 10000, di titik c-e sebesar 5000, dan di
titik d-e sebesar 4000.
Pada praktikum rangkaian setara thevenin dilakukan pengukuran tegangan
thevenin suatu rangkaian menggunakan ohmmeter. Hasil pengukuran untuk rangkaian A
di titik b-d sebesar 3 V, untuk rangkaian B di titik b-d sebesar 1,2 V dan di titik d-e
sebesar 2,8 V, untuk rangkaian C di titik b-d sebesar 3,6 V dan di titik c-d sebesar2,6 V,
untuk rangkaian D di titik b-e sebesar 3 V, di titik c-e sebesar 2,2 V, dan di titik d-e
sebesar 5,2 V.
Besarnya hasil pengukuran tegangan seharusnya sama atau hampir mendekati
tegangan thevenin (hasil perhitungan), begitu pula dengan hasil ukur hambatan
seharusnya sama atau mendekati hambatan theveninnya (hasil pengukuran). Namun
dalam praktikum ini diperoleh nilai hambatan yang jauh beda dengan hambatan
theveninnya, hal ini mungkin dikarenakan terjadi beberapa kesalahan seperti kesalahan
dalam membaca hasil pengukuran pada multimeter.
I. DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno. 1986. Elektronika Teori Dasar dan Penerapannya. Bandung : Penerbit ITB,
terbitan pertama,1986.
Tim ELDAS, 2019. Modul Praktikum Elektronika Dasar I. Universitas Negeri Malang,
Malang.

Anda mungkin juga menyukai