Anda di halaman 1dari 17

PERCOBAAN 4

TAPIS LOLOS RENDAH DAN TINGGI

LAPORAN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Elektronika 1
Yang dibina oleh Bapak Yoyok Adisetio Laksono

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Anissa Chairani Alfin Nadhira (190322623618)
2. Nur Hanifah (190322623646)
3. Susma Aldi Prayoga (190322623712)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI FISIKA

FEBRUARI 2020
BAB I

A. Latar Belakang

Tapis pasif lolos rendah dapat dibentuk dari suatu rangkaian integrator, yaitu rangkaian
seri RC dengan output diambil dari terminal kapasitor. Tapis lolos rendah dapat
meneruskan isyarat frekuensi rendah, melemahkan isyarat frekuensi tinggi. Dengan
pengukuran frekuensi, tegangan input dan tegangan output pada rangkaian integrator dapat
dibuat kurva hubungan frekuensi dan penguatan tegangan yang merupakan tanggapan
amplitudo. Berdasarkan kurva tanggapan amplitudo tersebut dapat ditentukan frekuensi
kutub tapis, isyarat dengan frekuensi dibawah frekuensi kutub diteruskan sedangkan
isyarat dengan frekuensi diatas frekuensi kutup akan diperlemah. Tapis pasif lolos rendah
banyak berperan dalam elektronika misalnya, digunakan sebagai pengatur frekuensi Bass
pada sound system, pengendali Defleksi Vertikal pada TV dan lain-lain (Modul Praktikum
Elektronika Dasar I).

Tapis pasif lolos tinggi dapat dibentuk dari suatu rangkaian diferensiator, yaitu
rangkaian seri RC dengan output diambil dari terminal resistor. Tapis lolos tinggi dapat
meneruskan isyarat frekuensi tinggi, melemahkan isyarat frekuensi rendah. Dengan
pengukuran frekuensi, tegangan input dan tegangan output pada rangkaian diferensiator
dapat dibuat kurva hubungan frekuensi dan penguatan tegangan yang merupakan
tanggapan amplitudo. Berdasarkan kurva tanggapan amplitudo tersebut dapat ditentukan
frekuensi kutub tapis, isyarat dengan frekuensi dibawah frekuensi kutub diperlemah
sedangkan isyarat dengan frekuensi diatas frekuensi kutup akan diteruskan. Tapis pasif
lolos tinggi banyak berperan dalam elektronika misalnya, digunakan sebagai pengatur
frekuensi Trebell pada sound sistem, dan sebagai pengendali Defleksi Horizontal pada TV.
Tapis lolos tinggi juga digunakan sebagai bagian dari crossover audio untuk mengarahkan
frekuensi tinggi ke tweeter sementara pelemahan sinyal bass yang dapat menggangu, atau
kerusakan (Sutanto, 1994). Oleh karena itu perlu adanya praktikum tapis lolos rendah dan
tinggi untuk mengetahui cara kerja dari tapis.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum tapis lolos rendah dan tapis lolos tinggi ini ialah untuk
mempelajari sifat tapis pasif lolos rendah, lalu menentukan besar frekuensi kutub
rangkaian tapis pasif lolos rendah. Selain itu, tujuan dari praktikum ini juga untuk
mempelajari sifat tapis lolos tinggi dan kemudian menentukan besar frekuensi kutub
rangkaian tapis lolos tinggi tertentu.

C. Manfaat
Dari percobaan tapis lolos rendah dan tinggi yang telah dilakukan terdapat beberapa
manfaat yang diperoleh antara lain ialah mahasiswa dapat mengenal alat-alat elektronika,
kemudian mahasiswa dapat terampil dalam merangkai perangkat elektronika. Selain itu,
mahasiswa juga mampu mengetahui pengertian dari tapis lolos rendah dan tinggi, dapat
mengetahui cara untuk menentukan besar frekuensi kutub rangkaian tapis pasif lolos
rendah dan tinggi, dapat membandingkan data hasil percobaan dengan teori yang sudah
ada serta membentuk kerja sama tim yang baik sehingga memperoleh data yang baik pula.

D. Alat dan Bahan


Untuk melakukan percobaan tapis lolos rendah dan tinggi maka dibutuhkan beberapa
alat dan bahan. Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah kapasitor 0,01 μF
merupakan penghantar yang tersusun dari dua lempeng dan dipisahkan oleh suatu isolator
tipis yang dapat menampung muatan listrik apabila dipasang pada beda potensial tertentu,
Audio Frequency Generator (AFG) sebagai pembangkit sinyal atau gelombang listrik
sinusoidal, segitiga dan kotak, serta untuk mengukur periode dan frekuensi gelombang,
hambatan 4k7, 6k8, 27k sebagai penghambat arus listrik untuk mengatur kuat arus dan
tegangan listrik. Selain itu, juga ada kabel konektor yang berfungsi sebagai media untuk
menghantarkan arus listrik yang terdiri dari konduktor dan isolator, osiloskop merupakan
alat ukur yang digunakan untuk membaca sinyal listrik maupun frekuensi atau
memproyeksikan bentuk sinyal listrik agar dapat dilihat dan dipelajari, matrix board
sebagai tempat untuk merangkai komponen-komponen elektronika dan sebagai
penghubung kaki komponen yang satu dengan yang lainnya baik yang pasif maupun yang
aktif.
BAB II

Dasar Teori

Secara teoritis tanggapan amplitudo tapis pasif lolos rendah dapat dipelajari
berdasarkan rangkaian integrator.

Hambatan R dan kapasitor C membentuk pembagi tegangan kompleks dengan tegangan


keluaran kompleks,

̅𝑜 (ω) dan tegangan masukan kompleks


Perbandingan R tegangan keluaran kompleks V
̅(ω),
̅𝑖 (ω) disebut fungsi alih 𝐆
V

̅(ω) = ~, oleh karena itu ωp disebut frekuensi kutub (pole). Besar


Jika ω = jωp maka 𝐆
̅(ω) adalah,
fungsi alih 𝐆

Dalam satuan dB (desiBell) fungsi alih didefinisikan sebagai berikut,


Dengan demikian besar fungsi alih adalah,

Dari perdamaan ini diperoleh,

Dari persamaan G(ω)(dB) = 20(log ωp − log ω), tampak bahwa G(ω)(dB)


merupakan fungsi linier dari log ω, bila sumbu horizontal (ω) menggunakan skala logaritma
ω(log) pada ω = ωp dan mempunyai sudut kemiringan −20 dB/decade. Tanggapan
amplitude dengan mengunakan pendekatan garis lurus disebut Pendekatan Bode.

Tanggapan amplitude berupa garis lurus hasil Pendekatan Bode disebut Bagan Bode.
Tanggapan amplitude tapis pasif lolos rendah dapat digambarkan sebagai berikut,

Dari tanggapan amplitudo di atas, secara teoritis isyarat yang melalui tapis pasif lolos
rendah tampak bahwa, untuk isyarat dengan frekuensi rendah di bawah frekuensi kutub ωp
tidak diperlemah dan untuk isyarat dengan frekuensi di atas frekuensi kutub diperlemah.

Sedangkan secara teoritis tanggapan amplitude tapis lolos tinggi dapat dipelajari
berdasarkan rangkaian diferensiator.
Kapasitor C dan hambatan R membentuk pembagi tegangan kompleks dengan tegangan
keluaran kompleks,

̅o (ω) dan tegangan masukan kompleks


Perbandingan tegangan keluaran kompeks V
̅(ω),
̅i (ω) disebut fungsi alih 𝐆
V

̅(ω) = 0, oleh karena itu ωz disebut frekuensi nol (Zero). Besar


Jika ω = jωz maka 𝐆
̅(ω) adalah,
fungsi alih 𝐆

Dalam satuan dB (desiBell) fungsi alih didefinisikan sebagai berikut,

Dengan demikian besar fungsi alih adalah,

Dari perdamaan ini diperoleh,


Dari persamaan G(ω)(dB) = 20(log ω − log ωp ), tampak bahwa G(ω)(dB)
merupakan fungsi linier dari log ω, bila sumbu horizontal (ω) menggunakan skala logaritma
ω (log) pada ω = ωp dan mempunyai sudut kemiringan +20 dB/decade. Tanggapan
amplitudo dengan mengunakan pendekatan garis lurus juga disebut Pendekatan Bode.
Tanggapan amplitude berupa garis lurus hasil Pendekatan Bode disebut Bagan Bode.
Tanggapan amplitude tapis pasif lolos tinggi dapat digambarkan sebagai berikut,

Dari tanggapan amplitudo di atas, secara teoritis isyarat yang melalui tapis pasif lolos
tinggi tampak bahwa, untuk isyarat dengan frekuensi rendah di bawah frekuensi kutub ωp
diperlemah dan untuk isyarat dengan frekuensi di atas frekuensi kutub tidak diperlemah.
BAB III

Langkah Kerja

Untuk rangkaian tapis lolos rendah membuat rangkaian seperti pada gambar dibawah
ini, dengan menggunakan papan rangkaian (Matrix Board).

Kemudian menetapkan besar amplitudo AFG pada nilai yang dapat terbaca dengan baik
oleh osiloskop. Lalu mengubah frekuensi AFG dengan cara menaikkan setiap 10 Hz untuk
range frekuensi lebih kecil 100 Hz, menaikkan setiap 100 Hz untuk range frekuensi lebih kecil
1 KHz, menaikkan setiap 1 KHz untuk range frekuensi lebih kecil 10 KHz, dan menaikkan
setiap 10 KHz untuk range frekuensi lebih kecil 100 KHz. Lalu, mengukur tegangan input (Vi)
dan tegangan output (Vo) dengan osiloskop setiap perubahan frekuensi, dan mencatat hasil
pengukuran pada tabel data. Setelah itu mengulangi percobaan untuk nilai hambatan (R) yang
lain. Untuk pengambilan data frekuensi sebaiknya dimulai pada saat Vo/Vi ≈ 1 dan diakhiri
pada saat Vo/Vi ≈ 0,1.

Untuk langkah kerja percobaan tapis lolos tinggi sama seperti percobaan tapi lolos
rendah, hanya saja rangkaian pada tapis lolos tinggi adalah seperti pada gambar dibawah ini:
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
Untuk mengetahui besarnya frekuensi kutub maka dilakukan perhitungan dengan
rumus berikut: Perbandingan antara tegangan output kompleks dengan tegangan input
kompleks yang disebut fungsi G(ω) dengan persamaan sebagai berikut :

1) Data Pengamatan Tapis Pasif Lolos Rendah


R=27K Ω C=0,1μF

f (Hz)
No Vi (volt) Vo (volt) G (dB)
AFG OSILOSKOP
1 10 11 6 5,4 -0,9
2 20 23 6 5,3 -1,1
3 30 35 6 5,2 -1,2

4 40 44 6 4,8 -1,9

5 50 50 6 4,4 -2,7

6 60 62 6 4,2 -3

7 70 74 6 3,8 -4,7

8 80 83 6 3,6 -4,4

9 90 95 6 3,2 -5,4

10 100 104 6 3 -6

11 200 208 6 1,7 -11

12 300 313 6 1,2 -14

13 400 417 6 0,9 -16

14 500 500 6 0,7 -18


15 600 633 6 0,6 -20

16 700 690 6 0,5 -21

17 800 823 6 0,44 -22

18 900 910 6 0,4 -23

19 1000 1000 6 0,36 -25

20 2000 2200 6 0,2 -30

21 3000 3470 6 0,12 -34

22 4000 4500 6 0,1 -36

23 5000 5400 6 0,08 -37

24 6000 6000 6 0,07 -39

25 7000 7000 6 0,06 -40

26 8000 8670 6 0,05 -42

27 9000 9000 6 0,04 -44

28 10000 10000 6 0,02 -50

29 20000 22000 6 0,01 -56

Berikut adalah tabel yang menyatakan hubungan besar hambatan R dan kapasitor C
dengan frekuensi kutub (ωp) pada Praktikum Tapis Pasif Lolos Rendah :
No. Hambatan Kapasitor C Frekuensi
R (Ω) (F) kutub ωp
1 27k 10−8 3703.703 Hz
2) Data Pengamatan Tapis Pasif Lolos Tinggi
R=27KΩ C=0,01μF

f (Hz)
No AFG OSILOSKOP Vi (volt) Vo (volt) G (dB)

1 10 12 6 1 -16

2 20 24 6 2 -9,5

3 30 30 6 2,6 -7

4 40 45 6 3,4 -5

5 50 55 6 4 -4

6 60 60 6 4,4 -3

7 70 70 6 4,6 -2,3

8 80 83 6 5 -1,6

9 90 90 6 5,1 -1,4

10 100 107 6 5,2 -1,2

11 200 211 6 5,8 -0,3

12 300 330 6 6 0

13 400 400 6 6 0

14 500 500 6 6 0

Berikut adalah tabel yang menyatakan hubungan besar hambatan R dan kapasitor C
dengan frekuensi kutub (ωp) pada Praktikum Tapis Pasif Lolos Tinggi :
No. Hambatan Kapasitor C Frekuensi
R (Ω) (F) kutub ωp
1 27k 10−8 3703.703
Grafik Tapis Lolos Rendah
0
0 5000 10000 15000 20000 25000
-10
-20
-30
G (dB)

-40
-50
-60
-70
y = -0.0029x - 12.532
-80
-90
Frekuensi (Hz)

Grafik Tapis Lolos Tinggi


5

0
0 100 200 300 400 500 600
G (dB)

-5

-10
y = 0.0176x - 6.1955
-15

-20
Frekuensi (Hz)
A. ANALISIS DATA
1) Buatlah grafik hubungan antara frekuensi (f), sebagai sumbu x, dan penguatan G
(dB) = 20 log Vo/Vi sebagai sumbu Y pada kertas semilogaritmik.
 Kurva tapis lolos tinggi

Tapis Pasif Lolos Tinggi


5

0
1 10 100 1000
G (ω) (dB)

-5
y = 3.4996ln(x) - 18.93
-10

-15

-20
Frekuensi (Hz)

 Kurva tapis lolos rendah

Tapis Pasif Lolos Rendah


0
1 10 100 1000 10000 100000
-10

-20
G (ω) (dB)

-30

-40

-50

-60
Frekuensi (Hz)

2) Berdasarkan grafik no. 1, tentukanlah besar frekuensi kutub (ωP) tapis.


1
𝜔𝑝 =
𝑅𝐶
1
𝜔𝑝 =
27000Ω × (0,01 × 10−6 )F
1
𝜔𝑝 =
0,00027
𝜔𝑝 = 3703 𝐻𝑧
3) Bagaimana sinyal dengan frekuensi di bawah frekuensi kutub (diperkuat/ tetap/
diperlemah), dan apa artinya ?
 Pada tapis lolos rendah frekuensi dibawah frekuensi kutub diteruskan. Karena
tapis lolos rendah berfungsi untuk menghambar jalannya aliran frekuensi
tinggi, dan hanya akan meloloskan aliran frekuensi yang rendah.
 Pada tapis lolos tinggi frekuensi dibawah frekuensi kutub diperlemah. Karena
tapis lolos tinggi berfungsi untuk meloloskan jalannya aliran frekuensi tinggi,
dan hanya akan menghambat aliran frekuensi yang rendah.
4) Bagaimana sinyal dengan frekuensi di atas frekuensi kutub (diperkuat/ tetap/
diperlemah) dan apa artinya ?
 Pada tapis lolos rendah, sinyal dengan frekuensi di atas frekuensi kutub akan
diperlemah. Karena jika V output jauh lebih kecil dari pada V input maka akan
terjadi pelemahan tegangan keluaran. Rankaian RC lolos rendah berubah
terhadap frekuensi yaitu makin tinggi frekuensi maka semaki rendah V
outputnya dan tapis lolos rendah digunakan untuk meneruskan sinyal
berfrekuensi rendah dan meredam sinyal berfrekuensi tinggi.
 Pada tapis olos tinggi, sinyal dengan frekuensi di atas frekuensi kutub akan
diteruskan. Karena tapis lolos tinggi berfungsi untuk meneruskan frekuensi
tinggi dan menghambat frekuensi rendah.
5) Berdasarkan nilai hambatan (R) dan kapasitor (C) yang digunakan, hitunglah besar
frekuensi kutub tapis, kemudian bandingkanlah dengan hasil pengukuran anda, berapa
% penyimpangannya ?
R = 27 KΩ
1
C = 0,01 µF 𝑓𝑝 = 2𝜋𝑅𝐶
1
𝑓𝑝 =
2𝜋(0,00027)
1
𝑓𝑝 =
0,0016956
𝑓𝑝 = 589,761736 𝐻𝑧
𝜔𝑝 − 𝑓𝑝
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = | | × 100%
𝑓𝑝
3.703 − 589,761736
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = | | × 100%
589,761736
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 528 %
B. PEMBAHASAN
Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa tapis lolos rendah melewatkan atau
meneruskan sinyal frekuensi rendah dan menghambat atau menyaring sinyal frekuensi
tinggi. Sinyal yang dimaksud yaitu berupa sinyal listrik seperti sinyal audio atau sinyal
perubahan tegangan. Sedangkan sinyal dengan frekuensi diatas maka frekuensi kutub akan
diperlemah. Karena apabila V output lebih kecil dari pada V input.
Sedangkan tapis lolos tinggi sebaliknya, dapat melewatkan sinyal frekuensi
tinggi dan menghambat atau memblokir sinyal frekuensi rendah. Dapat dijelaskan pula
bahwa sinyal frekuensi tinggi akan lebih mudah melewati tapis lolos tinggi sedangkan
sinyal frekuensi rendah akan dihambat atau dipersulit untuk melewatinya.
Hasil percobaan praktikum kali ini sudah sesuai dengan teori yang ada.
Berdasarkan data pengamatan diatas pada tapis lolos rendah, besar V output akan menurun
seiring dengan meningkatnya frekuensi AFG. Sedangkan pada tapis lolos tinggi V output
akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi AFG. Grafik yang didapat
dari data yang sudah ada juga sesuai dengan teori. Teori yang dipakai untuk membuat grafik
percobaan tapis lolos rendah dan tinggi menggunakan grafik logaritma dan grafik yang
dihasilkan berbentuk logaritmik.
Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya dapat diketahui bahwa frekuensi
kutub dari resistor sebesar 27 KΩ dan kapasitor sebesar 0,01 µF adalah 3703 Hz dan
penyimpangannya sebesar 528 %. Penyimpangan yang dilakukan sangat besar, hal ini dapat
terjadi karena mungkin kurang teliti dalam mengukur besarnya tegangan output dan
tegangan input, kurang teliti dalam menghitung frekuensi yang dihasilkan oleh osiloskop,
human error, dan lain sebagainya.
BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sifat tapis pasif lolos
rendah yaitu meloloskan atau meneruskan sinyal frekuensi rendah dan menghambat atau
menyaring sinyal frekuensi tinggi. Sedangkan sifat tapis pasif lolos tinggi sebaliknya yaitu
melewatkan sinyal frekuensi tinggi dan menghambat atau memblokir sinyal frekuensi rendah.
Besar frekuensi kutub pada rangkaian tapis lolos rendah dan tinggi memiliki nilai yang sama
yakni 3703 Hz.

Dari percobaan Tapis Lolos Rendah diketahui bahwa sifat tapis pasif lolos rendah
hanya meloloskan sinyal dengan frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi cut-off. Dan untuk
menentukan besar frekuensi kutub rangkaian tapis pasif lolos rendah tanggapan amplitude
berupa garis lurus hasil Pendekatan Bode disebut Bagan Bode. Tanggapan amplitude tapis pasif
lolos rendah dari grafik hasil praktikum secara teoritis isyarat yang melalui tapis pasif lolos
rendah tampak bahwa, untuk isyarat dengan frekuensi rendah di bawah frekuensi kutub ωp
tidak diperlemah dan untuk isyarat dengan frekuensi di atas frekuensi kutub diperlemah.

Sedangkan dari percobaan Tapis Lolos Tinggi diketahui sifat tapis lolos tinggi adalah
melewatkan suatu isyarat yang berada di atas frekuensi cut-off(Ѡc) sampai frekuensi cut-off
(Ѡc) rangkaian tesebut dan akan menahan isyarat yang berfrekuensi di bawah frekuensi cut-
off (Ѡc) dan untuk menentukan besar frekuensi kutub rangkaian tapis lolos tinggi dilihat dari
hasil grafik praktikum, tanggapan amplitude tapis pasif lolos tinggi secara teoritis isyarat yang
melalui tapis pasif lolos tinggi tampak bahwa, untuk isyarat dengan frekuensi rendah di bawah
frekuensi kutub ωp diperlemah dan untuk isyarat dengan frekuensi di atas frekuensi kutub tidak
diperlemah.
DAFTAR PUSTAKA

https://teknikelektronika.com diakses pada 24 Februari 2020.

Purwadi, Bambang, Fadeli Abdulrahman. Elektronika I. Jakarta: Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Serway, Jewett. Fisika untuk Sains dan Teknik. Salemba Teknika

Sutrisno. 1986. Elektronika I Teori Dasar dan Penerapannya. Bandung: Penerbit ITB

Tim ELDAS. 2019. Modul Praktikum Elektronika Dasar I. Malang: Universitas Negeri
Malang

Anda mungkin juga menyukai