Anda di halaman 1dari 51

Laporan Praktikum

Elektronika Fisis I

RANGKAIAN ARUS SEARAH (DC)

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
KETUA : ANDI SITTI RAHMAH H021191041
ANGGOTA :
1. ENJELIN H021191007
2. SALSABILA H021191032
3. STANIA MARSELA H021191033
4. SITI NURUL HIKMA H021191034
5. SEPTIA ULUM PAJRI H021191044
6. SRI HASNIAH ASHARA H021191046
7. MUSDALIFAH H021191048

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang (Musdalifah)
Direct Current atau yang biasa disingkat DC salah satu tipe arus listrik yang
searah. Ide mengenai arus DC dikembangkan oleh Thomas Alva Edison melalui
perusahaannya yang bernama General Electric dan digunakan secara komersil pada
akhir abad ke-19. Sumber arus DC yang paling umum digunakan berasal dari proses
kimiawi, hasil induksi elektromagnetik dan bahkan berasal dari sumber energi alam
yang terbarukan. Sumber arus DC yang berasal dari proses kimiawi antara lain
baterai (elemen Volta) dan akumulator (biasa disebut aki). Sumber arus DC yang
berasal dari hasil induksi elektromagnetik antara lain dinamo (generator/motor
DC). Sumber arus DC yang berasal dari sumber energi alam yang terbarukan antara
lain sel/panel surya yang memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber energ.
Penggunaan arus DC yang paling sering dijumpai adalah aki mobil, yang menjadi
sumber energi listrik bagi perangkat elektronik di dalam mobil seperti lampu mobil,
tape, pemantik rokok dan lain sebagainya. Karakteristik arus DC antara lain: 1)
Nilai arus listriknya selalu tetap atau konstan terhadap perubahan waktu; 2)
Polaritasnya selalu tetap pada masing-masing terminalnya dan 3) Bentuk
gelombang baik I (arus) vs t (waktu) maupun V (tegangan) vs t (waktu) mendatar,
di mana nilai V maupun I selalu tetap terhadap perubahan waktu [1].
Dengan adanya ilmu pengetahuan yang dapat menemukan arus listrik ini
dapat membantu pekerjaan manusia. Diera sekarang tidak sedikit alat teknologi
yang menggunakan listrik. Seperti lampu yang ada di setiap rumah-rumah atau
gedung-gedung, lampu tersebut dapat menyala dengan baik karena dialiri oleh arus
listrik. Baterai yang digunakan untuk remote control maupun pada jam dinding
salah satu penerapan dari arus listrik serarah. Contoh lain yang tidak pernah lepas
dari tangan-tangan manusia adalah handphone dan laptop. Kedua benda ini
menggunakan arus listrik searah. Dengan banyaknya penerapan-penerapan dari
arus listrik searah, penting untuk memahami materi arus listrik searah. Oleh karena
itu, diadakannya praktium ini agar teori-teori yang telah dipelajari lebih dipahami
lagi.
I.2 Tujuan
Setelah selesai melakukan praktikum dan membuat laporannya, maka mahasiswa
diharapkan memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Mengukur beda otensial pada rangkaian listrik
2. Menerapkan hukum Kirchoff pada rangkaian listrik
3. Menganalisa rangkaian seri dan paralel
4. Membuat dan menganalisis rangkaian Thevenin
5. Membuat dan menganalisis rangkaian Norton
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Beda Potensial Rangkaian (Salsabila dan Stania Marsela Basso’)


Kalau voltase itu konstan dan tidak berubah-ubah, berarti setiap saat memiliki
nilai yang sama, voltase itu disebut voltase DC. DC adalah singkatan dari kata
Direct Current (arus tetap) dalam bahasa Inggris. Arus yang dihasilkan voltase DC
pada resistor disebut arus DC, berarti arus DC adalah arus yang konstan dan tidak
berubah dengan waktu. Voltase yang berubah pada setiap perubahan waktu,
menjadi positif dan kemudian kembali menjadi negatif lagi sehingga terdapat
voltase rata-rata nol, disebut voltase DC (Direct Current) atau voltase bolak-
balik[2].

Gambar II.1 Beda Potensial pada DC [2].


Secara teori, sama halnya dengan arus DC, arus AC adalah aliran elektron
dari suatu titik dengan energi potensial listrik yang lebih tinggi ke titik lain dengan
energi potensial lebih rendah. [2].
II.2 Hukum Kirchoff
II.2.1 Hukum Arus Kirchoff
Hukum Kirchoff I atau hukum arus Kirchoff (Hukum Percabangan/the
junction law) merupakan hukum yang berlaku pada arus yang masuk dan
meninggalkan suatu titik percabangan. Titik percabangan (junction/node)
merupakan penghubung antara tiga buah kawat atau lebih. Hukum ini memenuhi
kekekalan muatan karena arus merupakan aliran muatan. Oleh sebab itu, muatan
apapun yang mengalir masuk ke titik pecabangan, juga harus mengalir keluar [3].
Gambar II.2 Lima percabangan yang dialiri arus
(Sumber: http://seputarelka.blogspot.com/2016/01/hukum-kirchoff-i-ii-dan-
contoh-serta.html)
Karena arus memenuhi kekekalan muatan, maka jumlah arus yang masuk ke
titik percabangan harus sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik
percabangan. Hal ini dapat dianalogikan jika kabel pada rangkaian diganti dengan
pipa yang dialiri air. Volume air yang masuk ke percabangan pipa harus sama
dengan volume air yang keluar dari percabangan pipa [3].
Hukum ini dapat dirumuskan:
∑Iin = ∑Iout (2.1)
I1 + I2 + I3 = I4 + I5
II.2.2 Hukum Tegangan Kirchoff
Hukum tegangan Kirchhoff didasarkan pada hukum kekekalan energi. Ketika
muatan listrik q berpindah dari potensial tinggi ke potensial rendah, dimana beda
potensialnya V, maka energi muatan akan turun sebesar qV [4]. Hukum
tegangan Kirchoff berbunyi: “Jumlah secara aljabar tegangan listrik dalam suatu
rangkaian tertutup adalah nol” . Secara ringkas dapat ditulis [5]:
V = 0 (2.2)
vi = 0
Hukum II Kirchoff ini menjelaskan bahwa jumlah penurunan beda potensial
sama dengan nol artinya tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian atau
semua energi listrik diserap dan digunakan. Secara matematis dapat dirumuskan
sebagai [6]:
 + IR = 0 (2.3)
Ket:
: jumlah GGL sumbet arus (V)
IR: Jumlah penurunan tegangan (V)
I: Arus listrik (A)
R: Hambatan ()
III.3 Rangkaian Seri Paralel
III.3.1 Rangkaian Seri

Rangkaian seri adalah rangkaian yang arusnya mengalir hanya pada satu
jalur. Dalam rangkaian seri ini (Gambar II.3), arus I akan sama dalam semua
rangkaian tersebut [7].

Gambar II.3 Rangkaian seri [7]


Apabila beberapa resistansi dihubungkan secara seri, resistansi total (R1)
dalam rangkaian ialah [7]:
RT = R1 + R2 + R3 (2.4)
Tegangan total pada rangkaian seri merupakan penjumlaha tegangan pada
setiap resistansi rangkaiannya (lihat Gambar II.3 ) [7].

VT = V1 + V2 + V3 (2.5)
Hukum Ohm dapat diterapkan untuk keseluruhan rangkaian seri atau untuk
bagian-bagian rangkaiannya secara sendiri-sendiri. Dengan mengacu pada (Gambar
II.3), tegangan di antara resistor diberikan oleh [7]:
V1 = IR1, V2 = IR2, V3 = IR3

Gambar II.4 Tegangan untuk rangkaian seri [7]


Daya total PT dalam satu rangkaian seri diberikan oleh [7].
PT = IVT (2.6)
Daya total PT yang dihasilkan oleh sumber tersebut dalam rangkaian seri
dapat juga dinyatakan sebagai penjumlahan daya sendiri-sendiri pada setiap bagian
rangkaiannya [7].
PT = P1 + P2 + … + Pn = IV1 + IV2 + … + IVn (2.7)
Dalam suatu rangkaian seri, setiap resistansi R memberikan jatuh tegangan V
yang sama dengan proposal setiap resistansi relatif terhadap resistansi total RT
dikalikan dengan tegangan yang diberikan. Dinyatakan dalam persamaan [7]:
R
V = R VT (2.8)
T

II.3.2 Rangkaian Paralel


Rangkaian paralel adalah rangkaian yang komponen-komponennya
dihubungkan dengan sumber tegangan yang sama. Dalam rangkaian ini (Gambar
II.5), tegangan akan sama dalam semua rangkaian tersebut [7].
V = V1 = V2 = V3 (2.9)

Gambar II.5 Rangkaian Paralel [7]


Total arus IT sama dengan jumlah semua arus cabang[7].
IT= I1 + I2 + I3 (2.10)
Menurut hukum Ohm setiap arus cabang sama dengan tegangan dibagi
dengan hambatan antara dua titik tempat tegangan diterapkan. Oleh karena itu,
untuk setiap cabang, diperoleh [7].:
Cabang 1 V1 = IR1,
Cabang 2 V2 = IR2,
Cabang 3 V3 = IR3
Hambatan total paada rangkaian paralel dirumuskan dengan:
𝑉
RT = 𝐼 (2.11)
𝑇

Rumus umum untuk menghitung hambatan total adalah:


1 1 1 1
= 𝑅 + 𝑅 + 𝑅 + ... (2.12)
𝑅𝑇 1 2 3

II.4 Rangkaian Setara


II.4.1 Rangkaian Setara Thevenin
Teorema Thevenin adalah sebuah metode yang mengubah sirkuit AC bilateral
linear menjadi sumber tegangan AC tunggal dalam seri dengan impedansi setara.
Mengakibatkan jaringan dua terminal akan setara bila terhubung untuk setiap
cabang eksternal atau komponen. Jika sirkuit asli berisi unsur reaktif, rangkaian
ekuivalen Thevenin akan berlaku hanya pada frekuensi dimana reaktansi ditentukan
[8].
Teorema Thevenin menyatakan bahwa rangkaian dua terminal linear dapat
diganti oleh rangkaian ekivalen yang terdiri dari sumber tegangan secara seri
dengan Vth resistor Rth, di mana Vth adalah tegangan rangkaian terbuka pada
terminal dan Rth adalah inpu tata setara perlawanan di terminalsaat sumber
independen dimatikan. Teorema Norton menyatakan bahwa rangkaian dua terminal
linear dapat digantioleh rangkaian ekivalen yang terdiri dari In sumber arus secara
paralel dengansebuah resistor Rn, di mana In adalah hubungan pendek arus melalui
terminaldan Rn adalah input atau setara perlawanan di terminal ketikasumber-
sumber independen dimatikan [8].

Gambar II.2 Sifat Keluaran dari Suatu Sumber Tegangan selalu bisa
dimengerti dengan Rangkaian Ekuivalen Thevenin [2].
II.4.2 Rangkaian Setara Norton
Hukum Teorema Norton mengubah jaringan bilateral linear menjadi setara
sirkuit yang terdiri dari sumber arus tunggal dan impedansi paralel. Meskipun
rangkaian ekuivalen Norton dapat ditentukan oleh temuan pertama rangkaian
ekuivalen [8].
Mengenai sifat dari luar (sifat ouput) setiap jaringan linear dengan resistor-
resistor dan sumber-sumber energi bisa digantikan dengan rangkaian paralel dari
satu sumber arus yang ideal dan satu resitor Rdalam. Besar arus I0 dari sumber arus
sama besar dengan arus Ihs yang mengalir dari output ketika output dihitung-singkat
[8].

Gambar III.3 Sifat Keluaran dari Suatu Sumber Tegangan selalu bisa dimengerti
dengan Rangkaian Ekuivalen Norton [2].

Resistivitas Rdalam dari resistor Rdalam sebesar perbandingan dari voltase Vtb yang
terdapat kalau rangkaian terbuka, berarti tidak ada sambungan pada output dan tidak
ada arus yang mengalir dari sumber tegangan dan arus hubung singkat Ihs [2]:
Vtb
Rdalam = 𝐼ℎ𝑠 (2.13)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan (Enjelin)


III.1.1 Alat Beserta Fungsinya
a) Laptop

Gambar III.1 laptop


Laptop berfungsi sebagai alat untuk menjalankan software Proteus
III.1.2 Bahan beserta fungsinya
a) Resistor

Gambar III.2 Resistor


Resistor berfungsi menghambat dan mengatur arus listrik yang
mengalir dalam suatu rangkaian elektronika.
b) DC Voltmeter

Gambar III.3 DC Voltmeter


DC Volmeter berfungsi untuk mengetahui beda potensial tegangan DC
antara dua titik pada suatu beban listrik atau rangkaian elektronika.
c) DC Ammeter

Gambar III.4 DC Ammeter


DC Ammeter berfungsi untuk mengukur kuat arus listrik
d) Power

Gambar III.5 power


Power berfungsi untuk mengatur tegangan pada rangkaian elektronika.
e) Ground

Gambar III.6 Ground


Ground berfungsi sebagai Titik kembalinya arus atau sinyal listrik.
f) Battery

Gambar III.7 Battery


Battery berfungsi untuk menyimpan energi listrik
g) Potensiometer
Gambar III.8 Potensiometer
Potensiometer berfungsi sebagai pengatur tegangan pada sebuah rangkaian
III.2 Prosedur Percobaan
III.2.1 Pengukuran Beda Potensial
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.

Gambar III.9 Skema Rangkaian Beda Potensial

Gambar III.10 Simulasi Rangkaian Beda Potensial


4. Mengatur nilai setiap resistor pada rangkaian.
5. Mengatur nilai Battery pada rangkaian.
6. Mengatur skala DC Amperemeter menjadi Miliampere.
7. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus.
8. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen.
9. Mencatat hasil simulasi pada tabel data.
10. Menghitung besar tegangan pada simulasi Rangkaian Beda Potensial
dengan menggunakan rumus V=IR.
11. Menghitung besar kuat arus pada simulasi Rangkaian Beda Potensial
dengan menggunakan rumus I=V/R
12. Membandingkan hasil perhitungan kuat arus dan tegangan pada simulasi
Rangkaian Beda Potensial secara teori dengan hasil pengukuran kuat arus
dan tegangan pada simulasi Rangkaian Beda Potensial secara praktik
(Proteus).
III.2.2 Pengukuran Arus dan Tegangan pada Rangkaian Seri
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.

Gambar III.11 Skema Rangkaian seri

Gambar III.12 Simulasi Rangkaian Seri


4. Mengatur nilai setiap resistor pada rangkaian.
5. Mengatur nilai Power pada rangkaian.
6. Mengatur skala DC Amperemeter menjadi Miliampere.
7. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus.
8. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen.
9. Mencatat hasil simulasi pada tabel data.
10. Menghitung besar tegangan pada simulasi Rangkaian Seri dengan
menggunakan rumus V=IR.
11. Menghitung besar kuat arus pada simulasi Rangkaian Seri dengan
menggunakan rumus I=V/R.
12. Membandingkan hasil perhitungan kuat arus dan tegangan pada simulasi
Rangkaian Seri secara teori dengan hasil pengukuran kuat arus dan tegangan
pada simulasi Rangkaian Seri secara praktik (Proteus).
III.2.3 Pengukuran Arus dan Tegangan pada Rangkaian Pararel
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.

Gambar III.13 Skema Rangkaian Pararel

Gambar III.14 Simulasi Rangkaian Pararel


4. Mengatur nilai setiap resistor pada rangkaian.
5. Mengatur nilai Power pada rangkaian.
6. Mengatur skala DC Amperemeter menjadi Miliampere.
7. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus.
8. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen.
9. Mencatat hasil simulasi pada tabel data.
10. Menghitung besar tegangan pada simulasi Rangkaian Paralel dengan
menggunakan rumus V=IR.
11. Menghitung besar kuat arus pada simulasi Rangkaian Paralel dengan
menggunakan rumus I=V/R.
12. Membandingkan hasil perhitungan kuat arus dan tegangan pada simulasi
Rangkaian Paralel secara teori dengan hasil pengukuran kuat arus dan
tegangan pada simulasi Rangkaian Paralel secara praktik (Proteus).
III.2.4 Pengukuran Arus dan Tegangan pada Rangkaian Seri-Pararel
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.

Gambar III.15 Skema Rangkaian Seri-Pararel

Gambar III.16 Simulasi Rangkaian Seri-pararel


4. Mengatur nilai setiap resistor pada rangkaian.
5. Mengatur nilai Power pada rangkaian.
6. Mengatur skala DC Amperemeter menjadi Miliampere.
7. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus.
8. Mengamati tegangan, arus dan hambatan yang mengalir pada tiap-tiap
komponen.
9. Mencatat hasil simulasi pada tabel data.
10. Menghitung besar tegangan pada simulasi Rangkaian Seri- Paralel dengan
menggunakan rumus V=IR.
11. Menghitung besar kuat arus pada simulasi Rangkaian Seri-Paralel dengan
menggunakan rumus I=V/R
12. Membandingkan hasil perhitungan kuat arus dan tegangan pada simulasi
Rangkaian Seri-Paralel secara teori dengan hasil pengukuran kuat arus dan
tegangan pada simulasi Rangkaian Seri-Paralel secara praktik (Proteus).
III.2.5 Pengukuran Arus dan Tegangan pada Rangkaian Pembagian
Tegangan
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini

.
Gambar III.17 Simulasi Rangkaian Pembagian Tegangan.
4. Mengatur nilai setiap resistor pada rangkaian.
5. Mengatur nilai Battery pada rangkaian.
6. Mengatur skala DC Amperemeter menjadi Miliampere.
7. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus.
8. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen.
9. Mencatat hasil simulasi pada tabel data
10. Menghitung besar tegangan tanpa beban pada simulasi Rangkaian
ε
Pembagian Tegangan dengan menggunakan rumus Vob = R R2
1 +R2
11. Menghitung besar tegangan dengan tambahan beban pada simulasi
Rangkaian Pembagian Tegangan dengan menggunakan rumus Vo = I (R2 //
R L)
12. Membandingkan hasil perhitungan tegangan tanpa beban dan tegangan
dengan tambahan beban pada simulasi Rangkaian Pembagian Tegangan
secara teori dengan hasil pengukuran tegangan tanpa beban dan tegangan
dengan beban tambahan pada simulai Rangkaian Pembagian Tegangan
secara praktik (Proteus).
III.2.6 Pengukuran Rangkaian Setara Thevenin
a) Rangkaian Setara Thevenin
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.

Gambar III.18 Skema Rangkaian Setara Thevenin

Gambar III.19 Simulasi Rangkaian Setara Thevenin


4. Mengatur nilai setiap resistor pada rangkaian.
5. Mengatur nilai Battery pada rangkaian.
6. Mengatur nilai Potensiometer pada rangkaian.
7. Mengatur skala DC Amperemeter menjadi Miliampere.
8. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus.
9. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen
10. Mencatat hasil simulasi pada tabel data.
b) Rangkaian Setara Thevenin mencari Nilai Eth
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.

Gambar III.20 Simulasi Rangkaian Setara Theevenin mencari nilai Eth


4. Mengatur nilai Battery pada rangkaian.
5. Mengatur nilai setiap resistor pada rangkaian.
6. Mengatur nilai Potensiometer pada rangkaian.
7. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus
8. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen
9. Mencatat hasil simulasi pada tabel data.
c) Rangkaian Setara Thevenin mencari nilai Rth
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.

Gambar III.21 Simulasi Rangkaian Setara Thevenin mencari nilai Rth


4. Mengatur nilai resistor pada rangkaian.
5. Mengubah skala Ohmmeter menjadi Kohmeter.
6. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus.
7. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen.
8. Mencatat hasil simulasi pada tabel data.
d) Rangkaian Setara Thevenin mencari I in dan I out
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.

Gambar III.22 simulasi Rangkaian Thevenin mencari I in dan I out


4. Mengatur nilai resistor pada rangkaian.
5. Mengatur nilai Battery pada rangkaian.
6. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus.
7. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen.
8. Mencatat hasil simulasi pada tabel data.
e) Hasil akhir Rangkaian setara Thevenin
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.

Gambar III.23 Simulasi rangkaian akhir setara Thevenin


4. Mengatur nilai resistor pada rangkaian.
5. Mengatur nilai Battery pada rangkaian.
6. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus.
7. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen.
8. Mencatat hasil simulasi pada tabel data.
III.2.7 Pengukuran Rangkaian Setara Norton
a) Rangkaian Setara Norton
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.

Gambar III.24 Skema Rangkaian Setara Norton

Gambar III.25 Simulasi Rangkaian Setara Norton


4. Mengatur nilai Battery pada rangkaian.
5. Mengatur nilai setiap resistor pada rangkaian.
6. Mengatur nilai Potensiometer pada rangkaian .
7. Mengatur skala DC amperemeter menjadi miliampere.
8. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus.
9. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen.
10. Mencatat hasil simulasi pada tabel data.
b) Rangkaian Setara Norton mencari nilai Rth
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.

Gambar III.26 Simulasi Rangkaian Setara Norton mencari nilai Rth


4. Mengatur nilai resistor pada rangkaian.
5. Mengubah skala Ohmmeter menjadi Kohmeter.
6. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus.
7. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen.
8. Mencatat hasil simulasi pada tabel data.
c) Rangkaian Setara Norton mencari I in dan I out
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.

Gambar III.27 simulasi Rangkaian Norton mencari I in dan I out


4. Mengatur nilai resistor pada rangkaian.
5. Mengatur nilai Battery pada rangkaian.
6. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus.
7. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen.
8. Mencatat hasil simulasi pada tabel data.
d) Rangkaian Setara Norton mencari nilai En
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.

Gambar III.28 Simulasi Rangkaian Setara Norton mencari nilai En


4. Mengatur nilai Battery pada rangkaian.
5. Mengatur nilai resistor pada rangkaian.
6. Mengatur nilai Potensiometer pada rangkaian.
7. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus.
8. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen.
9. Mencatat hasil simulasi pada tabel data.
e) Hasil akhir Rangkaian Setara Norton
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.

Gambar III.29 simulasi hasil akhir Rangkaian setara Norton


4. Mengatur nilai Battery pada rangkaian.
5. Mengatur nilai resistor pada rangkaian.
6. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus
7. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen
8. Mencatat hasil simulasi pada tabel data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Data Percobaan (Siti Nurul Hikma Syawalia)
IV.1.1.1 Data Beda Potensial

Kuat Arus (mA) Tegangan (V)


No. Hambatan (Ω)

Iin Iout Vcc V

1. 1K2 20 20 12 24

IV.1.1.2 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkaian Seri

No. Hambatan (Ω) VCC (V) I (mA) Itot (mA) V (V) Vtot (V)

1. 1K2 3.33 4.00

2. 1K1 3.33 3.67


12 3.33 12

3. 1K3 3.33 4.33

IV.1.1.3 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkaian Paralel

Hambatan
No. VCC (V) I (mA) Itot (mA) V (V) Vtot (V)
(Ω)

1. 1K2 10 12

2. 1K1 12 10.9 30.13 12 12

3. 1K3 9.23 12
IV.1.1.4 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkaian Seri-Paralel
Hambatan
No. VCC (V) I (mA) Itot (mA) V (V) Vtot (V)
(Ω)

1. 1K2 6.21 7.45

2. 1K1 2.70 2.97

12 6.21 12 V
3. 1K3 3.50 4.55

4. 1K4 1.13 1.58

5. 1K 1.58 1.58

IV.1.1.5 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkaian Setara

Perubahan
VCC Vo (Diberi Beban)
Vob (Tanpa Beban) (V) Tegangan (Vob - Vo)
(V) (V)
(V)

12 5.74 4.7 1.04

IV.1.1.6 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkain Setara Thevenin

Hambatan Vcc I0 I1 I2 I3 ϵth Rth


No
(Ω) (V) (mA) (mA) (mA) (mA) (V) (Ω)

1 1K2

2 1K1
12 6.33 4.00 2.34 0.97 2.29 1.400
3 1K3

4 1K4
IV.1.1.7 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkain Setara Norton

No Hambatan (Ω) Vcc (V) I0 (mA) In (mA) Rth (Ω)

1 1K2
2 1K1
12 6.68 3.06 1.8739
3 1K3
4 1K4
IV.1.2 Pengolahan Data (Andi Sitti Rahmah)
IV.1.2.1 Beda Potensial
IV.1.2.1.1 Beda Potensial Secara Teori
1. Tegangan
V = IR
V = (20 mA)(1200Ω)
V = 24 V
2. Kuat Arus
V
I=
R
V 24
I= = 1200 = 20 mA
R

IV.1.2.1.2 Beda Potensial Secara Praktek


R1 = 1200 Ω
V = 24 V
Iin = 20 mA
Iout = 20 mA
IV.1.2.2 Rangkaian Seri
IV.1.2.2.1 Secara Teori
a. Hambatan
R1 = 1200 Ω
R 2 = 1100 Ω
R 3 = 1300 Ω
R tot = R1 + R 2 + R 3
= 1200 + 1100 + 1300
= 3600 Ω

b. Arus
V
I=
R

V1 4
I1 = = 1200 = 0.00333 A = 3.33 mA
R1
V2 3.67
I2 = = 1100 = 0.00333 A = 3.33 mA
R2
V3 4.33
I3 = = 1300 = 0.00333 A = 3.33 mA
R3
Vtot 12
Itot = = = 0,00333 A = 3.33 mA
Rtot 3600

c. Tegangan
V= I∙R

V1 = I1 ∙ R1
V1 = 0.00333 ∙ 1200
= 3.996 Volt
V2 = I2 ∙ R 2
= 0.00333 ∙ 1100
= 3.663 Volt
V3 = I3 ∙ R 3
= 0.00333 ∙ 1300
= 4.329 Volt
Vtot = Itot ∙ R tot
= 0.00333 ∙ 3600
= 11.988 Volt
d. Hukum Kirchoff
∑Iin =∑Iout
Secara teori : Rangkaian seri di mana I (arus) yang masuk berbanding lurus dengan
arus yang keluar.
Iin = Iout = I1 = I2 = I3
IV.1.1.2.2.2 Secara Praktek
a. Hambatan
R1 = 1200 Ω
R 2 = 1100 Ω
R 3 = 1300 Ω
R tot = 3600 Ω
b. Arus
I1 = 3.33 mA
I2 = 3.33 mA
I3 = 3.33 mA
Itot = 3.33 mA
c. Tegangan
V1 = 4.00 Volt
V2 = 3.67 Volt
V3 = 4.33 Volt
Vtot = 12 Volt
IV.1.2.3 Rangkaian Paralel
IV.1.2.3.1 Secara Teori
a. Hambatan
R1 = 1200Ω
R 2 = 1100Ω
R 3 = 1300Ω
1 1 1 1
= + +
R tot R1 R 2 R 3
1 1 1 1
= + +
R tot 1200 1100 1300
1 1430000 + 1560000 + 1320000
=
R tot 1716000000
R tot = 398.144 Ω
b. Arus
V
I=
R
V1 12
I1 = = 1200 = 0.01 A = 1 mA
R1
V2 12
I2 = = 1100 = 0.0109 A = 1.09 mA
R2
V3 12
I3 = = 1300 = 0.0092 A = 9.2 mA
R3
Vtot 12
Itot = = 398.144 = 0.03014 A = 30.14 mA
Rtot

c. Tegangan
V=I∙R
V1 = I1 ∙ R1
V1 = 0.01 ∙ 1200
= 12 Volt
V2 = I2 ∙ R 2
= 0.0109 ∙ 1100
= 11.99 Volt
V3 = I3 ∙ R 3
= 0.0092 ∙ 1300
= 11.96 Volt
Vtot = Itot ∙ R tot
= 0.03014 ∙ 398.144
= 12 Volt
d. Hukum Kirchoff
∑Iin =∑Iout
Secara teori : Rangkaian paralel di mana V (Tegangan) yang masuk berbanding
lurus dengan tegangan yang keluar.
Vin = Vout = V1 = V2 = V3
IV.1.2.3.2 Secara Praktek
a. Hambatan
R1 = 1200 Ω
R 2 = 1100 Ω
R 3 = 1300 Ω
R tot = 3600 Ω
b. Arus
I1 = 10 mA
I2 = 10.9 mA
I3 = 9.23 mA
Itot = 30.13 mA
c. Tegangan
V1 = 12 Volt
V2 = 12 Volt
V3 = 12 Volt
Vtot = 12 Volt
IV.1.2.4 Rangkaian Seri Paralel
IV.1.2.4.1 Secara Teori
a. Hambatan
R1 = 1200 Ω
R 2 = 1100 Ω
R 3 = 1300 Ω
R 4 = 1400 Ω
R 5 = 1000 Ω
1 1 1
= +
R 𝑝1 R 2 R 3
1 1 1
= +
R p1 1100 1300
1 2400
=
R p1 1430000
R 𝑝1 = 595.8333 Ω
1 1 1
= +
R p2 R 4 R 5
1 1 1
= +
R p2 1400 1000
1 1000 + 1400
=
R p2 1400000
1 2400
=
R p2 1400000
R p2 = 583,333 Ω
R tot = R1 + R p1 + R p2
R ek = 1200 + 595.8333 + 583.333
R ek = 2379.166333 Ω
b. Arus
V
I=
R
V1 7.45
I1 = = 1200 = 0.0062 A = 6.2 mA
R1
V2 2.97
I2 = = 1100 = 0.0027 A = 2.7 mA
R2
V3 4.55
I3 = = 1300 = 0.0035 A = 3.5 mA
R3
V4 1.58
I4 = = 1400 = 0,00113 A = 1.13 mA
R4
V5 1.58
I5 = = = 0.00158 A = 1.58 mA
R5 1000

Vtot 12.79
Itot = = = 0,0054 A = 5.4 mA
Rtot/ek 2379.166333
c. Tegangan
V=I∙R
V1 = I1 ∙ R1
V1 = 0.0062 ∙ 1200
= 7.44 Volt
V2 = I2 ∙ R 2
= 0.0027 ∙ 1100
= 2.97 Volt
V3 = I3 ∙ R 3
= 0.0035 ∙ 1300
= 4.55 Volt
V4 = I4 ∙ R 4
= 0.00113 ∙ 1400
= 1.582 Volt
V5 = I5 ∙ R 5
= 0.00158 ∙ 1000
= 1.58 Volt
Vtot = Itot ∙ R tot
0.01511 ∙ 2379.166333
= 35.95 Volt
d. Hukum Kirchoff
Secara teori: Rangkaian seri paralel dimaana dalam rangkaian terdapat resistor yang
terusun secara seri maupun paralel seperti pada gambar R4 dan R5 tersusun paralel
maka V ( tegangan yang melewati kedua hambatan itu adalah sama
Vin = Vout = V4 = V5
Rangkaian seri paralel dimana dalam rangkaian terdapat resistor yang trsusun
secara seri maupun paralel seperti pada gambar R1 (R2 + R3 ) dan (R4 + R5 )
tersusun seri maka I (arus) yang melwati kedua hambatan itu adalah sama.
Iin = Iout = I1 = I2,3 = I4,5
IV.1.2.4.2 Secara Praktek
a. Hambatan
R1 = 1200 Ω
R 2 = 1100 Ω
R 3 = 1300 Ω
R 4 = 1400 Ω
R 5 = 1000 Ω
b. Arus
I1 = 6.21 mA
I2 = 2.70 mA
I3 = 3.50 mA
I4 = 1.13 mA
I5 = 1.58 mA
Itot = 6.21 mA
c. Tegangan
V1 = 7.45 Volt
V2 = 2.97 Volt
V3 = 4.55 Volt
V4 = 1.58 Volt
V5 = 1.58 Volt
V𝑡𝑜𝑡 = 12 Volt
IV.1.2.5 Rangkaian Setara
IV.1.2.5.1 Secara Teori
a. Tegangan Keluaran tanpa Beban
ε
Vob = R
R1 +R2 2
ε
Vob = R
R1 +R 2 2
12
= 1200+1100 1100

= 5.74 Volt
b. Tegangan Keluaran Diberi Beban
ε
I= R1 (R2 //RL )
12
= 1200 (1100//1400)

= 0.000016 A
Vo = I (R2 // RL)
= 0.000016(1100//1400)
= 0.009856 V
IV.1.2.5.1.2 Secara Praktek
Vob = 5.74 Volt
Vo = 4.7 volt
IV. 1.2.6 Rangkaian Secara Thevenin
IV.1.2.6.1 Secara Teori
a. Tegangan
ETh = I2 R4
= 0.00234 . 1400
= 3.276 V
IV.1.2.6.2 Secara Praktek
ETh = 2.29 V
IV.1.2.7 Rangkaian Setara Norton
IV.1.2.7.1 Secara Teori
a. Arus
ε
I0 =
R1 +R2 //R3
12
=
1200 + (1100//1300)
= 0.00668 A
= 6.68 mA
R2
IN = I
R2 + R3 0
1100
= 0.00668
1100+1300
= 0.00306 A
= 3.06 mA
b. Tegangan
E𝑁 = IN . RN
= 3.06 × 1.8739
= 6.746 Volt
IV.1.2.7.2 Secara Praktek
a. Arus
I0 = 6.68 mA
IN = 3.06 mA
b. Tegangan
E𝑁 = 2.85 V
IV.2 Pembahasan (Sri Hasniah Ashara)
Pada praktikum arus searah dilakukan pengukurun dengan menghitung nilai
resistansi dari suatu resistor secara teori dan praktek, membuat rangkaian untuk
menghitung beda potensial, membuat rangkaian secara seri, paralel, seri-paralel,
serta membuat rangkaian pembagi tegangan serta membuat rangkaian pembagi
tegangan atau rangkaian setara dengan tanpa beban dan diberi beban, rangkaian
setara Thevenin dan rangkaian setara Norton.
Setelah melakukan percobaan pada perhitungan mengenai resistansi pada
resistor terdapat beberapa nilai yang memiliki sedikit perbedaan antara nilai
perhitungan secara teori dan secara praktikum menggunakan proteus.
Pada perhitungan beda potensial secara teori dan praktek didapatkan nilai yang
sama yakni untuk tegangan 24V dan kuat arus 20 mA. Berdasarkan nilai tersebut
dapat disimpulkan untuk percobaan beda potensial memiliki hasil yang bagus
karena sesuai dengan teori.
Selanjutnya pada rangkaian seri dimana nilai arus yang mengalir tetap
(teori). Hal ini dibuktikan dalam simulasi proteus didapatkan nilai arus yang
melewati rangkaian dengan rata-rata nilai 3,33 mA disetiap titiknya. Sedangkan
untuk nilai tegangannya secara teori didapatkan V1= 3.996 ; V2= 3,663; V3= 4.329
dengan Vtot = 11.988 Volt. Secara praktek didapatkan V1= 4.00 ; V2= 3.67; V3=
4.33 dengan Vtot = 12 Volt. Namun ketika dibulatkan nilai secara teori maupun
praktek memiliki hasil yang sama. Ini berarti pada rangkaian seri secara teori
maupun praktek memiliki kesamaan nilai.
Pada pengukuran berikutnya yaitu rangkaian paralel dimana nilai secara
teori dan praktek mendapatkan hasil yang sama yakni arus I1= 10mA, I2= 10.09
mA; I3= 9.23 mA dengan Itot= 30.13. Adapun untuk nilai tegangan memiliki
peredaan nilai tipis antara teori dengan praktek. Secara teori nilai tegangan yang
diapat V1= 12 Volt; V2= 11.99Volt; V3= 11.99 Volt; Vtot= 12 Volt namun ketika
dibulatkan maka akan didapatkan hasil yang sama persis dengan nilai teori.
Pada rangkaian seri-paralel dimana diketahui pada rangkaian ini nilai arus
yang mengalir tetap (teori). Hal ini dibuktikan dalam simulasi proteus didapatkan
nilai arus total dan tegangan total yang sama antara nilai teori dengan praktek yakni
arus total 6.21mA dan tegangan total 12volt.
Pada rangkaian setara, terdapat 2 jenis praktikum. Yakni tanpa beban, dan
dikenai beban. Ketika rangkaian tersebut tidak dikenakan beban, tegangan yang
dihasilkan yakni sebesar 5.74 volt. Lalu ketika diberi beban, tegangan keluaran
yang dihasilkan turun, yakni sebesar 4.7 volt. Pada percobaan ini nilai ynag
didapatkan sama antara teori dengan praktek.
Pada rangkaian setara Thevenin nilai tegangan yang didapat berbeda antara
nilai teori yakni sebesar 3.276 volt dan secara praktek yakni sebesar 2.9 volt.
Adapun pada rangkaian Norton nilai arus I0 dan IN memiliki nilai yang sama antara
secara teori dan praktek dengan I0 = 6.68 mA dan IN= 3.06 mA. Sedangkan untuk
nilai pada tegangan nilai yang didapatkan secara teori dan praktek berbeda, secara
teori nilai tegangan yang didapatkan sebesar 6.746volt, dan secara praktek
didapatkan nilai sebesar 2.85 volt. Adapun perbedaan nilai yang didapatkan pada
rangkaian thevenin dan norton karena terjadinya kesalahan saat perangkaian pada
aplikasi proteus yang menyebabkan perbedaan nilai secara teori dan secara praktek.
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan (Septia Ulum Pajri)


Dalam percobaan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Beda potensial pada suatu rangkaian dapat diukur dengan menggunakan
multimeter
2. Hukum kirchoff dapat diterapkan pada rangkaian dengan menggunakan rumus
pada hukum kirchoff untuk menentukan arus, tegangan, dan hambatan.
3. Pada rangkaian seri arus yang mengalir pada tiap komponen konstan, dan total
tegangan pada rangkaian sama dengan total tegangan pada tiap-tiap komponen.
Sedangkan pada rangkaian paralel tegangan yang mengalir pada tiap komponen
konstan, dan kuat arus yang masuk pada suatu simpul sama dengan kuat arus
yang masuk pada simpul itu, dengan kata lain berlaku hukum kekekalan muatan.
4. Rangkaian thevenin dapat dhitung dengan menentukan hambatan setara
rangkaian dilihat dari ujung yang bersangkutan yaitu dengan menggantikan
sumber tegangan dengan hubungan singkat.
5. Rangkaian norton dapat dihubungkan dengan kedua ujungnya, dimana jika kedua
ujungnya dihubung singkat maka seluruh arus IN akan mengalir melalui keluaran.

V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Praktikum Online
Sebaiknya pada pelaksanaan praktikum via zoom atau google meet
harus dibarengi dengan penjelasan melalui via whatsapp. Karena saat
dilangsungkan praktikum online biasanya terganggu oleh keadaan jaringan
yang kurang memadai dan ketika masuk ke dalam zoom butuh beberapa waktu
untuk bisa diizinkan masuk sehingga menambah durasi ketertinggalan
penjelasan mengenai rangkaian. Penjelasan via whatsapp akan lebih efisien
dalam bentuk video tutorial pembuatan rangkaian yang akan membuat
praktikan mudah memahami praktikum yang sedang dilaksanakan.

V.2.2 Saran Untuk Asisten


V.2.2.1 Saran Untuk Kak Muqoil Darussalam
Sebaiknya pada awal praktikum kakak asisten terlebih dahulu
menjelaskan/menyebutkan judul dan tujuan dari praktikum yang akan
dilaksanakan, selain itu menjelaskan juga mengenai apa yang akan dicari dari
rangkaian yang akan dibuat. Dan setelah asisten menjelaskan mengenai langkah-
langkah pembuatan rangkaian, hendaknya asisten menjelaskan mengenai apa-apa
saja yang harus dihitung dari rangkaian dengan menyebutkan rumus yang
sebaiknya digunakan, agar praktikan tidak lagi kebingungan. Selain itu, dijelaskan
pula bentuk tabel hasil pengamatan yang harus ditampilkan dalam laporan
praktikum. Saran terakhir adalah lebih sigap dalam menggantikan asisten kak
Fatimah saat mengalami gangguan jaringan.
V.2.2.2 Saran Untuk Kak Fatimah Az Zahrah
Sebaiknya kakak asisten sebelum mulai menjelaskan penyusunan rangkaian
hendaknya mencari tempat yang lebih efisien yaitu ditempat yang tidak terlalu
bising. Dan pada saat menjelaskan/menyusunan rangkaian, ada baiknya suara lebih
diperjelas atau diperbesar. Sebelum dan setelah membuat rangkaian sebaiknya
kakak asisten kembali menyebutkan alat-alat yang digunakan beserta fungsinya
untuk mengantisipasi kekurang pahaman praktikan yang mengalami gangguan
jaringan.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Gideon, S dan Siragih, K., 2016. Analisis Karakteristik Listrik Arus Searah
Dan Arus Bolak-Balik, Jurnal Industri Pembangunan Daerah &
Ilmu Kesehatan, Teknologi dan Seni Kehidupan, 2(1): 262-263.

[2] R. Blocher. Dasar Elektronika. Penerbit ANDI. Yogyakarta. 2003.

[3] Samuel J. Ling, Jeff Sanny, William Moebs. University Physics, Volume 2.
OpenStax : Rice University. Texas. 2016.

[4] Wahyudi, 2015, Analisis Hasil Belajar Mahasiswa Pada Pokok Bahasan
Hukum Ohm dan Kirchoff dalam Mata Kuliah Elektronika Dasar,
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 1 (2): 129-132.

[5] Rizzoni, G. Fundamentals of Electrical Engineering First Edition. United


States: The Ohio State University. 2009.

[6] Hendrayani. I. S M.Pfis, 2018, Bermain Peran Bersama Kelompok Dalam


Pembelajaran Arus Searah Loop Sederhana Untuk Program Lintas
Minat Fisika, Jurnal Ilmiah P2M STKIP Siliwangi, 5(2): 69-71.

[7] Gussow. M. Schaum’s Outlines: Basic Electricity Second Edition. New York:
McGraw-Hill. 2007.

[8] Marwiliansyah, A., Nurlida, D., Sidratul, M., 2014. Teorema Thevenin
Northon, Jurnal Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah UIN Alaudin
Makassar, 6(1): 18-25.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai