Elektronika Fisis I
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
KETUA : ANDI SITTI RAHMAH H021191041
ANGGOTA :
1. ENJELIN H021191007
2. SALSABILA H021191032
3. STANIA MARSELA H021191033
4. SITI NURUL HIKMA H021191034
5. SEPTIA ULUM PAJRI H021191044
6. SRI HASNIAH ASHARA H021191046
7. MUSDALIFAH H021191048
Rangkaian seri adalah rangkaian yang arusnya mengalir hanya pada satu
jalur. Dalam rangkaian seri ini (Gambar II.3), arus I akan sama dalam semua
rangkaian tersebut [7].
VT = V1 + V2 + V3 (2.5)
Hukum Ohm dapat diterapkan untuk keseluruhan rangkaian seri atau untuk
bagian-bagian rangkaiannya secara sendiri-sendiri. Dengan mengacu pada (Gambar
II.3), tegangan di antara resistor diberikan oleh [7]:
V1 = IR1, V2 = IR2, V3 = IR3
Gambar II.2 Sifat Keluaran dari Suatu Sumber Tegangan selalu bisa
dimengerti dengan Rangkaian Ekuivalen Thevenin [2].
II.4.2 Rangkaian Setara Norton
Hukum Teorema Norton mengubah jaringan bilateral linear menjadi setara
sirkuit yang terdiri dari sumber arus tunggal dan impedansi paralel. Meskipun
rangkaian ekuivalen Norton dapat ditentukan oleh temuan pertama rangkaian
ekuivalen [8].
Mengenai sifat dari luar (sifat ouput) setiap jaringan linear dengan resistor-
resistor dan sumber-sumber energi bisa digantikan dengan rangkaian paralel dari
satu sumber arus yang ideal dan satu resitor Rdalam. Besar arus I0 dari sumber arus
sama besar dengan arus Ihs yang mengalir dari output ketika output dihitung-singkat
[8].
Gambar III.3 Sifat Keluaran dari Suatu Sumber Tegangan selalu bisa dimengerti
dengan Rangkaian Ekuivalen Norton [2].
Resistivitas Rdalam dari resistor Rdalam sebesar perbandingan dari voltase Vtb yang
terdapat kalau rangkaian terbuka, berarti tidak ada sambungan pada output dan tidak
ada arus yang mengalir dari sumber tegangan dan arus hubung singkat Ihs [2]:
Vtb
Rdalam = 𝐼ℎ𝑠 (2.13)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
.
Gambar III.17 Simulasi Rangkaian Pembagian Tegangan.
4. Mengatur nilai setiap resistor pada rangkaian.
5. Mengatur nilai Battery pada rangkaian.
6. Mengatur skala DC Amperemeter menjadi Miliampere.
7. Menjalankan simulasi dengan menekan tombol putar di kiri bawah panel
animasi Proteus.
8. Mengamati tegangan dan arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen.
9. Mencatat hasil simulasi pada tabel data
10. Menghitung besar tegangan tanpa beban pada simulasi Rangkaian
ε
Pembagian Tegangan dengan menggunakan rumus Vob = R R2
1 +R2
11. Menghitung besar tegangan dengan tambahan beban pada simulasi
Rangkaian Pembagian Tegangan dengan menggunakan rumus Vo = I (R2 //
R L)
12. Membandingkan hasil perhitungan tegangan tanpa beban dan tegangan
dengan tambahan beban pada simulasi Rangkaian Pembagian Tegangan
secara teori dengan hasil pengukuran tegangan tanpa beban dan tegangan
dengan beban tambahan pada simulai Rangkaian Pembagian Tegangan
secara praktik (Proteus).
III.2.6 Pengukuran Rangkaian Setara Thevenin
a) Rangkaian Setara Thevenin
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menghidupkan laptop dan membuka software Proteus.
3. Merangkai setiap komponen menjadi rangkaian simulasi seperti gambar di
bawah ini.
IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Data Percobaan (Siti Nurul Hikma Syawalia)
IV.1.1.1 Data Beda Potensial
1. 1K2 20 20 12 24
No. Hambatan (Ω) VCC (V) I (mA) Itot (mA) V (V) Vtot (V)
Hambatan
No. VCC (V) I (mA) Itot (mA) V (V) Vtot (V)
(Ω)
1. 1K2 10 12
3. 1K3 9.23 12
IV.1.1.4 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkaian Seri-Paralel
Hambatan
No. VCC (V) I (mA) Itot (mA) V (V) Vtot (V)
(Ω)
12 6.21 12 V
3. 1K3 3.50 4.55
5. 1K 1.58 1.58
Perubahan
VCC Vo (Diberi Beban)
Vob (Tanpa Beban) (V) Tegangan (Vob - Vo)
(V) (V)
(V)
IV.1.1.6 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkain Setara Thevenin
1 1K2
2 1K1
12 6.33 4.00 2.34 0.97 2.29 1.400
3 1K3
4 1K4
IV.1.1.7 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkain Setara Norton
1 1K2
2 1K1
12 6.68 3.06 1.8739
3 1K3
4 1K4
IV.1.2 Pengolahan Data (Andi Sitti Rahmah)
IV.1.2.1 Beda Potensial
IV.1.2.1.1 Beda Potensial Secara Teori
1. Tegangan
V = IR
V = (20 mA)(1200Ω)
V = 24 V
2. Kuat Arus
V
I=
R
V 24
I= = 1200 = 20 mA
R
b. Arus
V
I=
R
V1 4
I1 = = 1200 = 0.00333 A = 3.33 mA
R1
V2 3.67
I2 = = 1100 = 0.00333 A = 3.33 mA
R2
V3 4.33
I3 = = 1300 = 0.00333 A = 3.33 mA
R3
Vtot 12
Itot = = = 0,00333 A = 3.33 mA
Rtot 3600
c. Tegangan
V= I∙R
V1 = I1 ∙ R1
V1 = 0.00333 ∙ 1200
= 3.996 Volt
V2 = I2 ∙ R 2
= 0.00333 ∙ 1100
= 3.663 Volt
V3 = I3 ∙ R 3
= 0.00333 ∙ 1300
= 4.329 Volt
Vtot = Itot ∙ R tot
= 0.00333 ∙ 3600
= 11.988 Volt
d. Hukum Kirchoff
∑Iin =∑Iout
Secara teori : Rangkaian seri di mana I (arus) yang masuk berbanding lurus dengan
arus yang keluar.
Iin = Iout = I1 = I2 = I3
IV.1.1.2.2.2 Secara Praktek
a. Hambatan
R1 = 1200 Ω
R 2 = 1100 Ω
R 3 = 1300 Ω
R tot = 3600 Ω
b. Arus
I1 = 3.33 mA
I2 = 3.33 mA
I3 = 3.33 mA
Itot = 3.33 mA
c. Tegangan
V1 = 4.00 Volt
V2 = 3.67 Volt
V3 = 4.33 Volt
Vtot = 12 Volt
IV.1.2.3 Rangkaian Paralel
IV.1.2.3.1 Secara Teori
a. Hambatan
R1 = 1200Ω
R 2 = 1100Ω
R 3 = 1300Ω
1 1 1 1
= + +
R tot R1 R 2 R 3
1 1 1 1
= + +
R tot 1200 1100 1300
1 1430000 + 1560000 + 1320000
=
R tot 1716000000
R tot = 398.144 Ω
b. Arus
V
I=
R
V1 12
I1 = = 1200 = 0.01 A = 1 mA
R1
V2 12
I2 = = 1100 = 0.0109 A = 1.09 mA
R2
V3 12
I3 = = 1300 = 0.0092 A = 9.2 mA
R3
Vtot 12
Itot = = 398.144 = 0.03014 A = 30.14 mA
Rtot
c. Tegangan
V=I∙R
V1 = I1 ∙ R1
V1 = 0.01 ∙ 1200
= 12 Volt
V2 = I2 ∙ R 2
= 0.0109 ∙ 1100
= 11.99 Volt
V3 = I3 ∙ R 3
= 0.0092 ∙ 1300
= 11.96 Volt
Vtot = Itot ∙ R tot
= 0.03014 ∙ 398.144
= 12 Volt
d. Hukum Kirchoff
∑Iin =∑Iout
Secara teori : Rangkaian paralel di mana V (Tegangan) yang masuk berbanding
lurus dengan tegangan yang keluar.
Vin = Vout = V1 = V2 = V3
IV.1.2.3.2 Secara Praktek
a. Hambatan
R1 = 1200 Ω
R 2 = 1100 Ω
R 3 = 1300 Ω
R tot = 3600 Ω
b. Arus
I1 = 10 mA
I2 = 10.9 mA
I3 = 9.23 mA
Itot = 30.13 mA
c. Tegangan
V1 = 12 Volt
V2 = 12 Volt
V3 = 12 Volt
Vtot = 12 Volt
IV.1.2.4 Rangkaian Seri Paralel
IV.1.2.4.1 Secara Teori
a. Hambatan
R1 = 1200 Ω
R 2 = 1100 Ω
R 3 = 1300 Ω
R 4 = 1400 Ω
R 5 = 1000 Ω
1 1 1
= +
R 𝑝1 R 2 R 3
1 1 1
= +
R p1 1100 1300
1 2400
=
R p1 1430000
R 𝑝1 = 595.8333 Ω
1 1 1
= +
R p2 R 4 R 5
1 1 1
= +
R p2 1400 1000
1 1000 + 1400
=
R p2 1400000
1 2400
=
R p2 1400000
R p2 = 583,333 Ω
R tot = R1 + R p1 + R p2
R ek = 1200 + 595.8333 + 583.333
R ek = 2379.166333 Ω
b. Arus
V
I=
R
V1 7.45
I1 = = 1200 = 0.0062 A = 6.2 mA
R1
V2 2.97
I2 = = 1100 = 0.0027 A = 2.7 mA
R2
V3 4.55
I3 = = 1300 = 0.0035 A = 3.5 mA
R3
V4 1.58
I4 = = 1400 = 0,00113 A = 1.13 mA
R4
V5 1.58
I5 = = = 0.00158 A = 1.58 mA
R5 1000
Vtot 12.79
Itot = = = 0,0054 A = 5.4 mA
Rtot/ek 2379.166333
c. Tegangan
V=I∙R
V1 = I1 ∙ R1
V1 = 0.0062 ∙ 1200
= 7.44 Volt
V2 = I2 ∙ R 2
= 0.0027 ∙ 1100
= 2.97 Volt
V3 = I3 ∙ R 3
= 0.0035 ∙ 1300
= 4.55 Volt
V4 = I4 ∙ R 4
= 0.00113 ∙ 1400
= 1.582 Volt
V5 = I5 ∙ R 5
= 0.00158 ∙ 1000
= 1.58 Volt
Vtot = Itot ∙ R tot
0.01511 ∙ 2379.166333
= 35.95 Volt
d. Hukum Kirchoff
Secara teori: Rangkaian seri paralel dimaana dalam rangkaian terdapat resistor yang
terusun secara seri maupun paralel seperti pada gambar R4 dan R5 tersusun paralel
maka V ( tegangan yang melewati kedua hambatan itu adalah sama
Vin = Vout = V4 = V5
Rangkaian seri paralel dimana dalam rangkaian terdapat resistor yang trsusun
secara seri maupun paralel seperti pada gambar R1 (R2 + R3 ) dan (R4 + R5 )
tersusun seri maka I (arus) yang melwati kedua hambatan itu adalah sama.
Iin = Iout = I1 = I2,3 = I4,5
IV.1.2.4.2 Secara Praktek
a. Hambatan
R1 = 1200 Ω
R 2 = 1100 Ω
R 3 = 1300 Ω
R 4 = 1400 Ω
R 5 = 1000 Ω
b. Arus
I1 = 6.21 mA
I2 = 2.70 mA
I3 = 3.50 mA
I4 = 1.13 mA
I5 = 1.58 mA
Itot = 6.21 mA
c. Tegangan
V1 = 7.45 Volt
V2 = 2.97 Volt
V3 = 4.55 Volt
V4 = 1.58 Volt
V5 = 1.58 Volt
V𝑡𝑜𝑡 = 12 Volt
IV.1.2.5 Rangkaian Setara
IV.1.2.5.1 Secara Teori
a. Tegangan Keluaran tanpa Beban
ε
Vob = R
R1 +R2 2
ε
Vob = R
R1 +R 2 2
12
= 1200+1100 1100
= 5.74 Volt
b. Tegangan Keluaran Diberi Beban
ε
I= R1 (R2 //RL )
12
= 1200 (1100//1400)
= 0.000016 A
Vo = I (R2 // RL)
= 0.000016(1100//1400)
= 0.009856 V
IV.1.2.5.1.2 Secara Praktek
Vob = 5.74 Volt
Vo = 4.7 volt
IV. 1.2.6 Rangkaian Secara Thevenin
IV.1.2.6.1 Secara Teori
a. Tegangan
ETh = I2 R4
= 0.00234 . 1400
= 3.276 V
IV.1.2.6.2 Secara Praktek
ETh = 2.29 V
IV.1.2.7 Rangkaian Setara Norton
IV.1.2.7.1 Secara Teori
a. Arus
ε
I0 =
R1 +R2 //R3
12
=
1200 + (1100//1300)
= 0.00668 A
= 6.68 mA
R2
IN = I
R2 + R3 0
1100
= 0.00668
1100+1300
= 0.00306 A
= 3.06 mA
b. Tegangan
E𝑁 = IN . RN
= 3.06 × 1.8739
= 6.746 Volt
IV.1.2.7.2 Secara Praktek
a. Arus
I0 = 6.68 mA
IN = 3.06 mA
b. Tegangan
E𝑁 = 2.85 V
IV.2 Pembahasan (Sri Hasniah Ashara)
Pada praktikum arus searah dilakukan pengukurun dengan menghitung nilai
resistansi dari suatu resistor secara teori dan praktek, membuat rangkaian untuk
menghitung beda potensial, membuat rangkaian secara seri, paralel, seri-paralel,
serta membuat rangkaian pembagi tegangan serta membuat rangkaian pembagi
tegangan atau rangkaian setara dengan tanpa beban dan diberi beban, rangkaian
setara Thevenin dan rangkaian setara Norton.
Setelah melakukan percobaan pada perhitungan mengenai resistansi pada
resistor terdapat beberapa nilai yang memiliki sedikit perbedaan antara nilai
perhitungan secara teori dan secara praktikum menggunakan proteus.
Pada perhitungan beda potensial secara teori dan praktek didapatkan nilai yang
sama yakni untuk tegangan 24V dan kuat arus 20 mA. Berdasarkan nilai tersebut
dapat disimpulkan untuk percobaan beda potensial memiliki hasil yang bagus
karena sesuai dengan teori.
Selanjutnya pada rangkaian seri dimana nilai arus yang mengalir tetap
(teori). Hal ini dibuktikan dalam simulasi proteus didapatkan nilai arus yang
melewati rangkaian dengan rata-rata nilai 3,33 mA disetiap titiknya. Sedangkan
untuk nilai tegangannya secara teori didapatkan V1= 3.996 ; V2= 3,663; V3= 4.329
dengan Vtot = 11.988 Volt. Secara praktek didapatkan V1= 4.00 ; V2= 3.67; V3=
4.33 dengan Vtot = 12 Volt. Namun ketika dibulatkan nilai secara teori maupun
praktek memiliki hasil yang sama. Ini berarti pada rangkaian seri secara teori
maupun praktek memiliki kesamaan nilai.
Pada pengukuran berikutnya yaitu rangkaian paralel dimana nilai secara
teori dan praktek mendapatkan hasil yang sama yakni arus I1= 10mA, I2= 10.09
mA; I3= 9.23 mA dengan Itot= 30.13. Adapun untuk nilai tegangan memiliki
peredaan nilai tipis antara teori dengan praktek. Secara teori nilai tegangan yang
diapat V1= 12 Volt; V2= 11.99Volt; V3= 11.99 Volt; Vtot= 12 Volt namun ketika
dibulatkan maka akan didapatkan hasil yang sama persis dengan nilai teori.
Pada rangkaian seri-paralel dimana diketahui pada rangkaian ini nilai arus
yang mengalir tetap (teori). Hal ini dibuktikan dalam simulasi proteus didapatkan
nilai arus total dan tegangan total yang sama antara nilai teori dengan praktek yakni
arus total 6.21mA dan tegangan total 12volt.
Pada rangkaian setara, terdapat 2 jenis praktikum. Yakni tanpa beban, dan
dikenai beban. Ketika rangkaian tersebut tidak dikenakan beban, tegangan yang
dihasilkan yakni sebesar 5.74 volt. Lalu ketika diberi beban, tegangan keluaran
yang dihasilkan turun, yakni sebesar 4.7 volt. Pada percobaan ini nilai ynag
didapatkan sama antara teori dengan praktek.
Pada rangkaian setara Thevenin nilai tegangan yang didapat berbeda antara
nilai teori yakni sebesar 3.276 volt dan secara praktek yakni sebesar 2.9 volt.
Adapun pada rangkaian Norton nilai arus I0 dan IN memiliki nilai yang sama antara
secara teori dan praktek dengan I0 = 6.68 mA dan IN= 3.06 mA. Sedangkan untuk
nilai pada tegangan nilai yang didapatkan secara teori dan praktek berbeda, secara
teori nilai tegangan yang didapatkan sebesar 6.746volt, dan secara praktek
didapatkan nilai sebesar 2.85 volt. Adapun perbedaan nilai yang didapatkan pada
rangkaian thevenin dan norton karena terjadinya kesalahan saat perangkaian pada
aplikasi proteus yang menyebabkan perbedaan nilai secara teori dan secara praktek.
BAB V
PENUTUP
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Praktikum Online
Sebaiknya pada pelaksanaan praktikum via zoom atau google meet
harus dibarengi dengan penjelasan melalui via whatsapp. Karena saat
dilangsungkan praktikum online biasanya terganggu oleh keadaan jaringan
yang kurang memadai dan ketika masuk ke dalam zoom butuh beberapa waktu
untuk bisa diizinkan masuk sehingga menambah durasi ketertinggalan
penjelasan mengenai rangkaian. Penjelasan via whatsapp akan lebih efisien
dalam bentuk video tutorial pembuatan rangkaian yang akan membuat
praktikan mudah memahami praktikum yang sedang dilaksanakan.
[1] Gideon, S dan Siragih, K., 2016. Analisis Karakteristik Listrik Arus Searah
Dan Arus Bolak-Balik, Jurnal Industri Pembangunan Daerah &
Ilmu Kesehatan, Teknologi dan Seni Kehidupan, 2(1): 262-263.
[3] Samuel J. Ling, Jeff Sanny, William Moebs. University Physics, Volume 2.
OpenStax : Rice University. Texas. 2016.
[4] Wahyudi, 2015, Analisis Hasil Belajar Mahasiswa Pada Pokok Bahasan
Hukum Ohm dan Kirchoff dalam Mata Kuliah Elektronika Dasar,
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 1 (2): 129-132.
[7] Gussow. M. Schaum’s Outlines: Basic Electricity Second Edition. New York:
McGraw-Hill. 2007.
[8] Marwiliansyah, A., Nurlida, D., Sidratul, M., 2014. Teorema Thevenin
Northon, Jurnal Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah UIN Alaudin
Makassar, 6(1): 18-25.
LAMPIRAN