Anda di halaman 1dari 32

Laporan Praktikum

Elektronika Fisis I

RANGKAIAN ARUS SEARAH (DC)

DISUSUN OLEH:

NAMA : FATIMAH AZ ZAHRAH


NIM : H021181317
KELOMPOK : VII (TUJUH)
TANGGAL PRAKTIKUM : 25 OKTOBER 2019
ASISTEN : EVITA ARDHIYA RAMADHANI
AHMAD NURUL FAHRI

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Jika kita melihat bagian dalam TV, komputer, atau penerima stereo atau
dibagian bawah kap mobil, maka akan ditemukan rangkaian yang rumit. Tidak
peduli apakah disambungkan oleh kawat atau terintegrasi dengan sebuah chip
semikonduktor, rangkaian ini seringkali memasukkan beberapa sumber, resistor,
dan elemen rangkaian lain seperti kapasitor, transformator, dan motor, yang
terkoneksi dengan jaringan (network). Untuk jaringan yang lebih umum
diperlukan dua kaidah yang dinamakan kaidah-kaidah kirchoff. Salah satu kaidah
itu didasarkan pada prinsip kekekalan muatan yang diterapkan pada
persambungan (junction) dan yang satu lagi diturunkan dari kekekalan energi
untuk sebuah muatan yang bergerak mengitari sebuah simpul tertutup (closed
loop) [1].
Pada rangkaian arus searah (direct current) yang didalamnya arah arus tidak
berubah seiring waktu. Lampu senter dan sistem sambungan kawat mobil
termasuk dalam contoh rangkaian arus searah. Daya listrik rumah tangga disuplai
dalam bentuk arus bolak-balik (alternating current) dimana arus berosilasi bolak-
balik. Prinsip yang sama dilakukan untuk menganalisis jaringan yang berlaku
untuk kedua rangkaian [1].
Pada dasarnya arus searah hanya mengalir dari satu jurusan saja dalam
kawat penghantar, yaitu dari kutub positif (+) ke kutub negatif (-) atau mengalir
dari energi potensial yang tinggi ke yang lebih rendah. Penerapan arus listrik
searah dapat dilihat di dalam rangkaian seri dan rangkaian paralel. Selain juga
juga diterapkan dalam hukum Kirchoff pada suatu rangkaian juga terdapat
rangkaian arus searah.
Arus searah atau direct current berperan penting dalam kehidupan manusia
karena dapat membantu kehidupan manusia, seperti komputer yang berfungsi
untuk menyelesaikan pekerjaan manusia ataupun hanya sebagai hiburan semata.
Pemakaian arus searah dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya saling
berkesinambungan dengan arus bolak-balik (alternating current), untuk
menghidupkan benda-benda elektronika yang dibutuhkan manusia. Oleh karena
itu, sangatlah penting untuk mempelajari tentang rangkaian arus searah.
I.2 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam percobaan ini adalah melakukan pengukuran
beda potensial pada rangkaian listrik, menghitung kuat arus dan tegangan pada
rangkaian seri, paralel, dan seriparalel serta rangkaian setara yang diterapkan
dalam Hukum Arus Kirchoff (HAK).
I.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan dari praktikum ini, yaitu:
1. Mengukur beda potensial pada rangkaian listrik.
2. Menerapkan hukum Kirchoff pada rangkaian listrik.
3. Menganalisa rangkaian seri dan paralel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.I Rangkaian Listrik Searah (DC)


Rangkaian listrik searah (DC) adalah suatu rangkaian listrik dengan sumber
tegangan searah (DC) dimana tegangan (V) dan arus (I) yang mengalir pada
rangkaian tetap, dihubungkan dengan beban yaitu hambatan (R) yang dirangkai
secara seri, paralel atau majemuk antara seri sama paralel, seperti pada gambar
II.1 dan II.2 [2].

Gambar II.1 Rangkaian hambatan seri [2].


Pada susunan seri berlaku hambatan pengganti rangkaian secara seri
adalah [2]:
RS = R 1 + R 2 + R 3 (2.1)
Besar beda potensial antara ujung-ujung hambatan berbeda-beda yaitu V 1 ≠
V2 ≠ V3 dan arus yang melewati R1, R2, R3 sama besar yaitu [2]:
ΣE
i= (2.2)
R p+ r
Rangkaian listrik DC yaitu suatu rangkaian listrik dengan sumber tegangan
searah (DC) yang dihubungkan dengan beban yaitu paralel [2].

Gambar II.2 Rangkaian hambatan paralel [2].


Jika resistor itu paralel arus yang melalui setiap resistor tak perlu sama.
Tetapi selisih potensial diantara terminal-terminal setiap resistor harus sama dan
sebanding dengan tegangannya [1].
V ab V ab V ab
I 1= ; I 2= ; I 3= (2.3)
R1 R2 R3
Umumnya, arus yang melalui setiap resistor berbeda. Karena muatan tidak
terakumulasi atau terkuras ke luar, maka arus total I harus sama dengan jumlah
ketiga arus dalam resistor itu [1]:
1 1 1 1
= + + (2.4)
V ab R 1 R 2 R 3
Hambatan pengganti rangkaian paralel adalah [2]:
1 1 1 1
= + + (2.5)
R p R1 R2 R3
Untuk sembarang banyaknya resistor paralel, kebalikan hambatan ekivalen
sama dengan jumlah kebalikan-kebalikan dari hambatan individu-individunya.
Hambatan ekivalen itu lebih kecil dari hambatan individu [1].
Besar arus yang mengalir melewati hambatan R1, R2, R3 berbeda-beda tatepi
beda potensialnya sama besar yaitu V1 = V2 = V3 dan besar daya rangkaian listrik
searah adalah [2]:
V2
P = i2 R atau P = v i atau P = (2.6)
R
II.2 Voltase Arus Searah (DC)
Mengenai perubahan voltase terhadap waktu, ada berbagai kemungkinan
yang perlu dibedakan. Apabila voltase itu konstan dan tidak berubah-ubah, berarti
setiap saat memiliki nilai yang sama, voltase itu disebut voltase DC. DC adalah
singkatang dari kata Direct Current (arus tetap) dalam bahasa Inggris. Arus yang
dihasilkan voltase DC pada resistor disebut arus DC, berarti arus DC adalah arus
yang konstan dan tidak berubah dengan waktu. Apabila menggambarkan arus atau
voltase DC dalam grafik atau arus terhadap waktu, maka akan didapatkan seperti
gambar II.3 [3].

Gambar II.3 Voltase atau arus DC [3].


II.3 Hukum Kirchoff
II.3.1 Hukum Kirchoff I
Hukum Kirchoff I digunakan untuk menghitung kuat arus pada rangkaian
listrik. Hukum Kirchoff berbunyi: "Pada rangkaian listrik tak bercabang, kuat arus
di setiap titik pada rangkaian sama besar", sedangkan hukum Kirchoff untuk arus
cabang berbunyi: "Jumlah kuat arus yang masuk pada titik percabangan sama
dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan tersebut". Secara
matematis dapat ditulis [4]:
∑ Imasuk = ∑ Ikeluar (2.7)
Secara skematik rangkaian bercabang terdapat pada gambar II.4 [4].

Gambar II.4 Rangkaian bercabang [4].


Dalam Hukum Kirchoff I berlaku perjanjian pemberian tanda arus pada
rangkaian, sebagai berikut [4]:
a. Tentukan suatu arah sembarang dengan pertolongan anak panah dalam cabang
tempat arus itu mengalir, dan anggap arus itu adalah "Positif".
b. Jika ternyata arus yang sebenarnya mengalir berlawanan arah dengan tanda
anak panah itu, maka dikatakan bahwa arus itu adalah "Negatif".
II.3.2 Hukum Kirchoff II
Hukum Kirchoff II digunakan untuk menghitung tegangan pada rangkaian
listrik. Hukum Kirchoff II berbunyi: "Jumlah aljabar dari semua tegangan dari
suatu rangkaian tertutup sama dengan jumlah aljabar dari semua hasil kali arus
dan tahanan yang terdapat pada lingkarang tersebut". Secara skematik rangkaian
tegangan listrik dapat dilihat pada gambar II.5 [4].

Gambar II.5 Rangkaian tegangan listrik [4].


Jalur ABCDA, persamaan dari gambar II.5 adalah
- I R1 - E2 - I R2 + E1 = 0 atau E1 - E2 = I R1 + I R2 (2.8)
Catatan untuk persamaan diatas adalah sebagai berikut [4]:
a. Kuat arus bertanda positif jika searah dengan loop yang ditentukan dan negatif
jika berlawanan dengan arah loop yang ditentukan.
b. Apabila saat mengikuti arah loop, kutub positif sumber tegangan dijumpai
lebih dahulu daripada kutub negatifnya, GGL ε bertanda positif dan negatif
jika sebaliknya.
II.4 Teori Thevenin
Ada dua metode untuk menentukan kesetaraan rangkaian Thevenin untuk
jaringan. Merode pertama yaitu tanpa menghubungkan sumber eksternal apa pun
sementara metode kedua adalah dengan menghubungkan tegangan eksternal atau
sumber arus seperti yang ditunjukkan pada gambar II.6. Untuk kedua metode,
ekivalen Thevenin ditentukan dengan menemukan tegangan sirkuit terbuka V OC
dan arus hubung singkat ISC. VOC memberikan tegangan Thevenin VT dan rasio
VOC = ISC yang memberikan Thevenin resistansi RT. Namun, metode satu gagal
memberikan RT karena tidak ada sumber independen tunggal yang berdiri di N.
metode dua tidak hanya memberikan RT dalam kasus seperti itu, tetapi juga lebih
efisien daripada metode satu. Selain itu, metode ini memberikan variasi arus I
yang dihasilkan sebagai fungsi tegangan V dari sumber tegangan pada gambar
II.6a atau tegangan V yang dikembangkan sebagai fungsi dari I saat ini dari
sumber pada gambar II.6b. Dengan demikian, VOC dan ISC diperoleh sebagai kasus
khusus dalam metode dua [5].

(a) (b)
Gambar II.6 (a) Jaringan terhubung dengan variasi arus I (b) Jaringan terhubung
dengan sumber [5].
Jadi arus I dapat dinyatakan dengan [5]:
I = aV + b (2.9)
Tegangan V yang muncul di XY bisa dinyatakan dengan [5]:
V=cI+d (2.10)
Kemudian, RT diperoleh dari [5]:
V OC
RT = (2.11)
I SC
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum'at, 25 Oktober 2019 pukul
13.30-16.30 WITA di Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Departemen
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat Beserta Fungsinya
1. Papan Rangkaian

Gambar III.1 Papan Rangkaian


Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat untuk merangkai komponen
elektronika yang digunakan selama percobaan.
2. Kabel Jumper

Gambar III.2 Kabel Jumper


Kabel jumper berfungsi untuk menghubungkan komponen elektronika
dalam rangkaian ke papan rangkaian.
3. Kabel Probe
Gambar III.3 Kabel Probe
Kabel probe berfungsi untuk menghubungkan komponen rangkaian ke catu
daya dan multimeter digital.
4. Multimeter Digital

Gambar III.4 Multimeter Digital


Multimeter digital berfungsi untuk mengukur nilai arus, tegangan masukan
dan keluaran pada rangkaian.
5. Catu Daya

Gambar III.5 Catu Daya


Catu daya berfungsi sebagai sumber input arus dan tegangan listrik.
III.2.2 Bahan Beserta Fungsinya
1. Resistor Tetap

Gambar III.6 Resistor Tetap


Resistor tetap berfungsi sebagai penghambat arus listrik dalam rangkaian.
2. Induktor
Gambar III.7 Induktor
Induktor berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan energi listrik untuk
sementara dalam bentuk medan magnet.
III.3 Prosedur Percobaan
III.3.1 Pengukuran Resistansi pada Resistor
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil lima resistor tetap dengan warna cincin yang berbeda.
3. Membaca nilai resistansi pada setiap resistor berdasarkan warna cincinnya.
4. Mencatat data yang yang didapatkan pada tabel hasil percobaan pada bagian
resistansi pengukuran berdasarkan teori.
5. Mengukur nilai resistansi secara praktikum dengan menghubungkan kabel
positif (+) dan kabel negatif (-) multimeter di kaki-kaki resistor.
6. Mencatat data yang didapatkan pada tabel hasil percobaan pada bagian
resistansi pengukuran berdasarkan praktikum.
7. Membandingkan kecocokan nilai resistansi yang didapatkan pada saat
pengukuran berdasarkan teori dan berdasarkan praktikum.
III.3.2 Pengukuran Beda Potensial
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Merangkai alat dan bahan seperti pada gambar berikut:

(a) (b)
Gambar III.8 (a) Skema Rangkaian (b) Foto Rangkaian
3. Menghidupkan sumber tegangan DC dengan tegangan 8 Volt setiap
melakukan pengukuran arus dan tegangan.
4. Menyambungkan kabel positif catu daya dengan kabel positif multimeter dan
kabel negatif catu daya dengan kabel negatif multimeter untuk mengukur V CC,
lalu mencatat nilai yang diperoleh.
5. Menghubungkan kabel positif catu daya dan kabel positif multimeter ke kabel
jumper (input), kabel negatif catu daya dan kabel negatif multimeter ke kaki
induktor untuk mengukur tegangan total, lalu mencatat nilai yang dihasilkan.
6. Menghubungkan kabel positif catu daya ke kabel positif multimeter, kabel
negatif catu daya ke kabel jumper (output), kabel negatif multimeter ke kabel
jumper (input), untuk menghitung nilai arus yang mengalir pada rangkaian,
lalu mencatat hasilnya.
7. Melepas kaki pertama resistor pada rangkaian lalu menghubungkan kabel
positif catu daya ke kabel jumper (input), kabel negatif catu daya ke kabel
jumper (output), kabel positif multimeter ke kabel jumper (input), kabel
negatif multimeter ke kaki resistor yang dilepaskan dari papan rangkaian
untuk mengukur arus di titik a.
8. Mengukur arus di titik b dengan melepas kaki pertama induktor lalu
menghubungkan kabel negatif ke kaki induktor yang dipisahkan, kabel positif
multimeter ke kaki kedua resistor, kabel positif catu daya ke kabel jumper
(input), kabel negatif catu daya ke kabel jumper (output), lalu mencatat nilai
yang didapatkan.
9. Menghubungkan kabel positif catu daya ke kabel jumper (input), kabel negatif
catu daya ke ground, kabel positif multimeter ke kaki pertama resistor, kabel
negatif multimeter ke kaki kedua resistor untuk mengukur tegangan di titik a.
10. Mengulangi langkah 9 untuk mengukur tegangan di titik b yaitu pada induktor
(untuk mengukur tegangan, rangkaian tidak diubah hanya kabel multimeter
yang berpindah).
11. Mencatat hasil yang diperoleh ke dalam tabel data.
III.3.3 Mengukur Arus dan Tegangan dalam Rangkaian Seri
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil 3 buah resistor dengan hambatan 2 KΩ, 1 KΩ, dan 560 Ω.
3. Merangkai alat dan bahan seperti pada gambar di bawah:
(a) (b)
Gambar III.9 (a) Skema Rangkaian dan (b) Foto Rangkaian
4. Menghidupkan sumber tegangan DC dengan tegangan 8 Volt setiap
melakukan pengukuran arus dan tegangan.
5. Menghubungkan kabel positif catu daya ke kabel positif multimeter, kabel
positif catu daya ke kabel jumper (input), kabel negatif multimeter di kabel
jumper (output) untuk mengukur arus total.
6. Mengukur tegangan total dengan cara menghubungkan kabel positif (+) catu
daya dan kabel positif (+) multimeter di input, sedangkan kabel negatif (-)
catu daya dan kabel negatif (-) multimeter di output.
7. Mengukur arus di R1, dengan cara melepaskan kaki depan resistor R1.
Kemudian kabel negatif (-) multimeter dihubungkan di kaki resistor yang
dilepaskan dan kabel positif (+) multimeter di titik a. Kabel positif (+) catu
daya di input dan kabel negatif (-) catu daya di output.
8. Mengukur arus di R2, dengan cara melepas kaki depan resistor R2. Kabel
negatif (-) multimeter di kaki resistor yang dilepaskan dan kabel positif (+)
multimeter di persambungan sebelumnya.
9. Mengukur arus di R3, dengan cara melepas kaki depan resistor R3. Kabel
negatif (-) multimeter di kaki resistor yang dilepaskan dan kabel positif (+)
multimeter di persambungan sebelumnya.
10. Mengukur masing-masing tegangan pada resistor dengan tidak mengubah
rangkaian, cukup dengan memindahkan kabel multimeter ke kedua ujung kaki
resistor.
11. Mencatat hasil yang diperoleh.
IV.3.4 Mengukur Arus dan Tegangan pada Rangkaian Paralel
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Merangkai alat dan bahan seperti gambar berikut:
(a) (b)
Gambar III.10 (a) Skema Rangkaian dan (b) Foto Rangkaian
3. Manghidupkan sumber tegangan DC dengan tegangan 8 Volt setiap
melakukan pengukuran arus dan tegangan.
4. Menghubungkan kabel positif catu daya dengan kabel posistif multimeter,
kabel negatif catu daya di input, kabel negatif multimeter di output untuk
mengukur arust otal rangkaian.
5. Menghitung arus pada setiap resistor dengan melepas kaki pertama resistor
dan menghubungkannya dengan kabel negatif multimeter, kabel positif
multimeter pada titik persambungan sebelumnya untuk menghitung arus pada
R1. Kabel positif catu daya tetap di bagian input dan kabel negatif catu daya
tetap di output.
6. Mengulangi langkah 5 untuk mungukur arus pada R2 dan R3.
7. Mengukur tegangan total dengan cara mewnyambung kabel positif (+) catu
daya dan kabel positif (+) multimeter di input, sedangkan kabel negatif (-)
catu daya dan kabel negatif (-) multimeter di output.
8. Mengukur tegangan pada masing-masing resistor dengan tidak mengubah
rangkaian cukup dengan memindahkan kabel multimeter ke kedua ujung kaki
resistor.
9. Mencatat hasil yang diperoleh.
IV.3.5 PengukuranArus dan Tegangan pada Rangkaian Seri-Paralel
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Merangkai alat seperti pada gambar berikut:
(a) (b)
Gambar III.11 (a) Skema Rangkaian (b) Foto Rangkaian
3. Menghidupkan sumber tegangan DC dengan tegangan 8 Volt setiap
melakukan pengukuran arus tegangan.
4. Menghitung tegangan total dengan menghubungkan kabel positif catu daya
dan kanel positif multimeter ke bagian input, kabel negatif catu daya dan kabel
negatif multimeter ke output.
5. Mengukur tegangan pada rangkaian setiap resistor, dengan tidak mengubah
rangkaian, cukup dengan memindahkan kabel multimeter ke kedua ujung kaki
resistor, lalu mencatat hasil yang didapatkan
6. Mengukur arus total yang mengalir pada rangkaian dengan menghubungkan
kabel positif catu daya dengan kabel positif multimeter, kabel negatif catu
daya ke input dan kabel negatif multimeter ke kaki output.
7. Menghitung arus pada setiap resistor dengan melepas kaki pertama resistor
dan menghubungkannya dengan kabel negatif multimeter, kabel positif
multimeter pada R1. Kabel positif catu daya tetap dibagian input dan kabel
negatif catu daya tetap di output.
8. Mengulangi langkah ke-6 untuk mengukur arus R2, R3, R4, dan R5.
9. Mencatat hasil yang diperoleh ke dalam tabel data.
III.3.6 Pengukuran Arus dan Tegangan pada Rangkaian Setara
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Merangkai alat dan bahan seperti gambar berikut:
(a) (b)
Gambar III.12 (a) Skema Rangkaian dan (b) Foto rangkaian
3. Mengukur tegangan sebelum diberi beban dengan menghubungkan kabel
positif (+) catu daya dan multimeter di input, sedangkan kabel negatif (-) catu
daya dan multimeter di output.
4. Mengambil resistor beban dengan resistansi 1 kΩ.
5. Merangkai alat dan bahan seperti pada gambar berikut:

(a) (b)
Gambar III.13 (a) Skema Rangkaian dan (b) Foto Rangakain
6. Mengukur tegangan setelah diberi beban dengan menghubungkan kabel
positif (+) catu daya dan multimeter di input, sedangkan kabel negatif (-) catu
daya dan multimeter di output.
7. Mencatat hasil yang diperoleh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Data Percobaan
IV.1.1.1 Data Nilai Resistansi Resistor
Resistansi
Resistansi
Secara
Kode Warna Resistansi Secara Teori
No. Praktek
(Ω)
(Ω)
A B C D
1. Merah Hitam Merah Emas 2000 ± 5% 1950
2. Cokelat Hitam Merah Emas 1000 ± 5% 993
3. Hijau Biru Cokelat Emas 560 ± 5% 560
4. Merah Merah Cokelat Emas 220 ± 5% 222
5. Cokelat Merah Cokelat Emas 120 ± 5% 121

IV.1.1.2 Data Beda Potensial


Kode Catu
Hambatan Arus (I(mA)) Tegangan (V(V))
No. Daya
(Ω)
A B A B
1. 1K 8.09 121.7 2.51 2.91 CT-AC/DC-06
Keterangan: VCC = 7.90 V
Itot = 1.54 mA
Vtot = 1.55 V
IV.1.1.3 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkaian Seri
Hambatan VCC Itot Vtot Kode Catu
No. I (mA) V (V)
(Ω) (V) (mA) (V) Daya
1. 1K 5.16 5.70
2. 2K 5.76 0.62 CT-
7.90 5.76 9.83
AC/DC-06
3. 560 5.78 2.87
IV.1.1.4 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkaian Paralel

Hambatan VCC Itot Vtot Kode Catu


No. I (mA) V (V)
(Ω) (V) (mA) (V) Daya
1. 2K 4.70 10.04
CT-
2. 1K 7.90 7.70 163.4 10.22 11.13
AC/DC-06
3. 560 128.8 11.15

IV.1.1.5 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkaian Seri-Paralel


Hambatan VCC Itot Vtot Kode Catu
No. I (mA) V (V)
(Ω) (V) (mA) (V) Daya
1. 2K 4.81 0.97
2. 560 4.20 1.38
CT-
7.90 4.28 0.24
3. 1K 0.25 0.21 AC/DC-06
4. 120 0.48 0.84
5. 220 0.97 0.19

IV.1.1.6 Data Nilai Arus dan Tegangan dalam Rangkaian Setara

Perubahan
Vo (Diberi Beban)
VCC (V) Vob (Tanpa Beban) (V) Tegangan (Vob - Vo)
(V)
(V)

7.90 8.67 8.57 0.10

IV.1.2 Pengolahan Data


IV.1.2.1 Nilai Resistansi Resistor
IV.1.2.1.1 Secara Teori
R = AB × 10C ± D%
1. Warna resistor: Merah, Hitam, Merah, Emas
R1 = (A) (B) × 10(C) ± D%
= 20 × 102 ± 5%
= 2000 Ω ± 5%
2. Warna resistor: Cokelat, Hitam, Merah, Emas
R2 = (A) (B) × 10(C) ± D%
= 10 × 102 ± 5%
= 1000 Ω ± 5%
3. Warna resistor: Hijau, Biru, Cokelat, Emas
R3 = (A) (B) × 10(C) ± D%
= 56 × 101 ± 5%
= 560 Ω ± 5%
4. Warna resistor: Merah, Merah, Cokelat, Emas
R4 = (A) (B) × 10(C) ± D%
= 22 × 101 ± 5%
= 220 Ω ± 5%
5. Warna resistor: Cokelat, Merah, Cokelat, Emas
R5 = (A) (B) × 10(C) ± D%
= 12 × 101 ± 5%
= 120 Ω ± 5%
IV.1.2.1.2 Secara Praktek
1. R1 = 1950 Ω
2. R2 = 993 Ω
3. R3 = 560 Ω
4. R4 = 222 Ω
5. R5 = 121 Ω
IV.1.2.2 Rangkaian Seri
IV.1.2.2.1 Secara Teori
a. Hambatan
R1 = 1000 Ω
R2 = 2000 Ω
R3 = 560 Ω
Rtot = R1 + R2 + R3
= 1000 + 2000 + 560
= 3560 Ω
b. Arus
V
I=
R
V 1 5.70
I1 = = = 0.0057 mA
R1 1000
V 2 0.62
I2 = = = 0.00031 mA
R2 2000
V 3 2.87
I3 = = = 0.005125 mA
R3 560
V tot 9.83
Itot = = = 0.0028 mA
Rtot 3560
c. Tegangan
V=I.R
V 1 = I1 . R1
= 5.16 . 1000
= 5160 V
V 2 = I2 . R2
= 5.76 . 2000
= 11520 V
V 3 = I3 . R3
= 5.78 . 560
= 3236.8 V
Vtotal = Itot . Rtot
= 5.76 . 3560
= 20505.6 V
d. Hukum Kirchoff
∑ I ¿ =∑ I out
Secara Teori: Rangkaian seri dimana I (arus) yang masuk berbanding lurus
dengan arus yang keluar.
Iin = Iout = I1 + I2 + I3
IV.1.2.2.2 Secara Teori
a. Hambatan
R1 = 1000 Ω
R2 = 2000 Ω
R3 = 560 Ω
Rtot = 3560 Ω
b. Arus
I1 = 5.16 mA
I2 = 5.76 mA
I3 = 5.78 mA
Itot = 5.76 mA
c. Tegangan
V1 = 5.70 V
V2 = 0.62 V
V3 = 2.87 V
Vtot = 9.83 V
IV.1.2.3 Rangkaian Paralel
IV.1.2.3.1 Secara Teori
a. Hambatan
R1 = 2000 Ω
R2 = 1000 Ω
R3 = 560 Ω
1 1 1 1
= + +
R tot R1 R2 R 3
1 1 1 1
= + +
R tot 2000 1000 560
7+14 +25
Rtot =
14000
Rtot =¿ 0.0033 Ω

b. Arus

V
I=
R
V 1 10.04
I 1= = = 0.005 mA
R1 2000
V 2 10.22
I 2= = = 0.01 mA
R2 1000
V 3 11.15
I 3= = = 0.0199 mA
R3 560
V tot 11.13
I tot = = = 3372.7 mA
Rtot 0.0033
c. Tegangan
V=I.R
V 1 = I1 . R1
V1 = 4.70 . 2000
= 9400 V
V 2 = I2 . R2
V2 = 7.70 . 1000
= 7700 V
V 3 = I3 . R3
V3 = 128.8. 560
= 72128 V
Vtot = Itot . Rtot
Vtot = 163.4 . 0.0033
= 0.53922 V
d. Hukum Khirchoff

∑ V ¿=∑ V out
Secara teori: Rangkaian paralel dimana V (tegangan) yang masuk
berbanding lurus dengan tegangan keluar.
Vin = Vout = V1 = V2 = V3
IV.1.2.3.2 Secara Praktek
a. Hambatan
R1 = 2000 Ω
R2 = 1000 Ω
R3 = 560 Ω
b. Arus
I1 = 4.70 mA
I2 = 7.70 mA
I3 = 128.8 mA
Itot = 163.4 mA
c. Tegangan
V1 = 10.04 V
V2 = 10.22 V
V3 = 11.15 V
Vtot = 11.13 V
IV.1.2.3 Rangkaian Seri Paralel
IV.1.2.3.1 Secara Teori
a. Hambatan
R1 = 2000 Ω
R2 = 560 Ω
R3 = 1000 Ω
R4 = 120 Ω
R5 = 220 Ω
1 1 1
= +
R a R 4 R5
1 1 1
= +
R a 120 220
Ra = 0.01287 Ω
Rb = R 2 + R a
Rb = 560 + 0.01287
= 560.01287 Ω
1 1 1
= +
R c Rb R 3
1 1 1
= +
R c 560.01287 1000
Rc = 0.00278567 Ω
Rtot = R1 + Rc
Rek = 2000 + 0.00278567
= 2000.00278567 Ω
b. Arus
V
I=
R
V 1 0.97
I 1= = = 0.00049 mA
R1 2000
V 2 1.38
I 2= = = 0.0025 mA
R2 560
V 3 0.21
I 3= = = 0.00021 mA
R3 1000
V 4 0.84
I 4= = = 0.007 mA
R 4 120
V 5 0.19
I 5= = = 0.0009 mA
R5 220
V tot 0.24
I tot = = = 0.00012 mA
R tot/ ek 2000.00278567
c. Tegangan
V=I.R
V 1 = I1 . R1
V1 = 4.81 . 2000
= 9620 V
V 2 = I2 . R2
V2 = 4.20 . 560
= 2352 V
V 3 = I3 . R3
V3 = 0.25 . 1000
= 250 V
V 4 = I4 . R4
V4 = 0.48 . 120
= 57.6 V
V 5 = I5 . R5
V5 = 0.97 . 220
= 213.4 V
Vtot = Itot . Rtot/ek
Vtot = 4.28 . 2000.00278567
= 8560.01V
d. Hukum Kirchoff
Secara teori: rangkaian seri paralel dimana di dalam rangkaian terdapat resistor
yang tersusun secara seri dan paralel seperti yang terdapat di gambar III.11
dimana R4 dan R5 disusun secara paralel maka V (tegangan) yang melewati kedua
hambatan itu adalah sama.
Vin = Vout = V4 = V5
Rangkaian seri paralel dimana dalam rangkaian terdapat resistor yang tersusun
secara seri maupun paralel seperti pada gambar III.11 dimana R1, (R2 + R3), dan
(R4 + R5) tersusun secara seri maka I (arus) yang melewati kedua hambatan itu
adalah sama.
Iin = Iout = I1 = I2,3 = I4,5
IV.1.2.3.2 Secara Praktek
a. Hambatan
R1 = 2000 Ω
R2 = 560 Ω
R3 = 1000 Ω
R4 = 120 Ω
R5 = 220 Ω
b. Arus
I1 = 4.81 mA
I2 = 4.20 mA
I3 = 0.25 mA
I4 = 0.48 mA
I5 = 0.97 mA
Itot = 4.28 mA
c. Tegangan
V1 = 0.97 V
V2 = 1.38 V
V3 = 0.21 V
V4 = 0.84 V
V5 = 0.19 V
Vtot = 0.24 V
IV.1.2.5 Rangkaian Setara
IV.1.2.5.1 Secara Teori
a. Tegangan Keluaran Tanpa Beban
ε
V ob= R
R1 + R2 2
7.90
= 1000
1000+1000
= 3.95 V
b. Tegangan Keluaran Diberi Beban
ε
I=
R 1 (R2 /¿ R L )
7.90
¿
1000(1000/¿ 1000)
= 0.0000158 V
Vo = I (R2 // RL)
= 0.0000158 (1000//1000)
= 0.0079 V
IV.1.2.5.2 Secara Praktek
Vob = 8.67 V
Vo = 8.57 V
IV.2 Grafik IV.2.1 Nilai Resistansi Resistor
Nilai Resistansi Resistor (Ω)

2500
2000
1500
1000 Resistansi Secara Teori
500 Resistansi Secara Praktik
0
2000 Ω 1000 Ω 560 Ω 220 Ω 120 Ω
Hambatan

Grafik IV.1 Nilai resistansi pada resistor


IV.2.2 Beda Potensial
14

Nilai Beda Potensial


12
10
8
6
Arus (mA)
4
Tegangan (V)
2
0
1000 Ω 1000 Ω
Hambatan

Grafik IV.2 Data beda potensial pada rangkaian


IV.2.3 Rangkaian Seri
7
Nilai Arus dan Tegangan

6
5
4
3 Arus (mA)
2 Tegangan (V)
1
0
1000 Ω 2000 Ω 560 Ω
Hambatan

Grafik IV.3 Data nilai arus dan tegangan dalam rangkaian seri
IV.2.4 Rangkaian Paralel
140
Nilai Arus dan Tegangan

120
100
80
60 Arus (mA)
40 Tegangan (V)
20
0
2000 Ω 1000 Ω 560 Ω
Hambatan

Grafik IV.4 Data nilai arus dan tegangan dalam rangkaian paralel
IV.2.5 Rangkaian Seri-Paralel
6
Nilai Arus dan Tegangan
5
4
3
Arus (mA)
2
Tegangan (V)
1
0
2000 Ω 560 Ω 1000 Ω 120 Ω 220 Ω
Hambatan

Grafik IV.5 Data nilai arus dan tegangan pada rangkaian seri-paralel
IV.2.6 Rangkaian Setara
8.68
8.66
Nilai Arus dan Tegangan

8.64
8.62
8.6
8.58
8.56
Tegangan (V)
8.54
8.52
8.5
1000 Ω (Tanpa Beban) 1000 Ω (Diberi Beban)

Hambatan

Grafik IV.6 Data nilai arus dan tegangan dalam rangkaian setara
IV.3 Pembahasan
Pada praktekum arus searah dilakukan pengukuran dengan menghitung
nilai resistansi dari suatu resistor secara praktek dan teori, membuat rangkaian
untuk menghitung beda potensial, membuat rangkaian secara seri, paralel, dan
seri-paralel serta membuat rangkaian pembagi tegangan atau rangkaian setara
dengan tanpa beban dan diberi beban. Adapun bahan yang digunakan yaitu
resistor dengan resistansi 2000 Ω, 1000 Ω, 560 Ω, 220 Ω, dan 120 Ω serta
induktor yang akan disusun diatas papan rangkaian dan dihitung nilai resistansi,
arus, dan tegangannya.
Pada pengukuran pertama yaitu menghitung nilai resistansi dari resistor dengan
membandingkan nilai resistor tersebut secara teori dan praktek. Adapun resistor
yang digunakan yaitu 2000 Ω, 1000 Ω, 560 Ω, 220 Ω, dan 120 Ω. Setelah
dilakukan pengukuran didapatkan nilai resistansi resistor secara praktek adalah
1950 Ω, 993 Ω, 560 Ω, 222 Ω, 121 Ω. Dari hasil pengukuran disimpulkan bahwa
nilai resistansi resistor secara teori dan praktek tidak terlalu tepat dikarenakan
secara teori resistor memiliki nilai toleransi.
Pada pengukuran kedua yaitu menghitung beda potensial pada rangkaian untuk
mendapatkan Vcc, Itot, dan Vtot. Pada pengukuran beda potensial dilakukan dua kali
pengukuran a dan b untuk arus dan tegangan. Setelah dilakukan pengukuran
didapatkan Vcc = 7.90 V, Itot = 1.54 mA, dan Vtot = 1.55 V. Adapun arus pada a
adalah 8.09 mA dan b adalah 12.17 mA sedangkan pada tegangan untuk
pengukuran pada a adalah 2.51 V dan pada b adalah 2.91 V.
Pada pengukuran ketiga yaitu menghitung nilai arus dan tegangan pada rangkaian
seri untuk mendapatkan arus dan tegangan untuk resistor dengan resistansi 2000
Ω, 1000 Ω, dan 560 Ω. Secara praktek arus yang didapatkan adalah 5.16 mA, 5.76
mA, 5.78 mA, dan arus totalnya adalah 5.76 mA sedangkan secara teori
didapatkan nilai arus pada ketiga resistor tersebut adalah 0.0057 mA, 0.00031
mA, 0.005125 mA dan arus totalnya adalah 0.0028 mA. Pada tegangan secara
praktek didapatkan 5.70 V, 0.62 V, 2.87 V, dan tegangan totalnya adalah 9.83 V
sedangkan secara teori didapatkan 5160 V, 11520 V, 3236.8 V dan tegangan
totalnya adalah 20505.6 V. Jadi, dapat dilihat bahwa nilai arus dan tegangan
secara teori dan praktik sangat jauh berbeda yang disebabkan pada saat praktikum
terjadi kesalahan pada alat ukur atau komponen yang tidak berfungsi dengan baik
sehingga nilai yang didapatkan tidak sesuai dengan teori yang ada.
Pada pengukuran keempat yaitu menghitung nilai arus dan tegangan pada
rangkaian paralel dengan menggunakan resistor dengan resistansi 2000 Ω, 1000
Ω, dan 560 Ω. Secara praktek nilai arus yang didapatkan untuk ketiga resistor
tersebut adalah 4.7 mA, 7.7 mA, 128,8 mA, dan arus totalnya adalah 163,4 mA
sedangkan secara teori didapatkan nilai arusnya yaitu 0.005 mA, 0.01 mA, 0.0199
mA, dan arus totalnya adalah 3372.7 mA. Pada tegangan secara praktek
didapatkan adalah 10.04 V, 10.22 V, 11.15 V, dan tegangan totalnya adalah 11.13
V sedangkan secara teori didapatkan nilai tegangannya adalah 9400 V, 7700 V,
72128 V, dan tegangan totalnya adalah 0.53922 V. Setelah dilakukan percobaan
dan perhitungan didapatkan nilai arus dan tegangan secara teori dan praktek
sangat jauh berbeda disebabkan pada saat praktikum terjadi kesalahan pada alat
ukur atau komponen yang tidak berfungsi dengan baik sehingga nilai yang
didapatkan tidak sesuai dengan teori yang ada.
Pada pengukuran kelima yaitu menghitung nilai arus dan tegangan pada rangkaian
seri-paralel dengan menggunakan resistor bernilai 2000 Ω, 560 Ω, 1000 Ω, 120 Ω,
dan 220 Ω. Setelah dilakukan praktikum didapatkan nilai arus secara praktek
adalah 4.81 mA, 4.20 mA, 0.25 mA, 0.48 mA, 0.97 mA, dan arus totalnya adalah
4.28 mA sedangkan secara teori adalah 0.00049 mA, 0.0025 mA, 0.00021 mA,
0.007 mA, 0.0009 mA, dan arus totalnya adalah 0.00012 mA. Pada tegangan
setelah dilakukan praktek didapatkan nilai tegangan untuk kelima resistor tersebut
adalah 0.97 V, 1.38 V, 0.21 V, 0,84 V, 0.19 V, dan tegangan totalnya adalah 0.24
V sedangkan secara teori didapatkan nilai tegangannya adalah 9620 V, 2352 V,
250 V, 57.6 V, 213.4 V, dan tegangan totalnya adalah 8560.01 V. Setelah
dilakukan perbandingan secara teori maupun praktek didapatkan bahwa nilai
tegangan dan arus secara teori dan praktek sangat berbanding terbalik yang
disebabkan oleh pada saat praktikum terjadi kesalahan pada alat ukur atau
komponen yang tidak berfungsi dengan baik sehingga nilai yang didapatkan tidak
sesuai dengan teori yang ada.
Pada pengukuran keenam yaitu menghitung nilai tegangan dalam rangkaian setara
secara praktek maupun teori dengan memberikan beban atau tanpa beban kepada
rangkaian. Secara praktik didapatkan tegangan rangkaian tanpa beban (V ob) adalah
8.67 V dan tegangan yang diberi beban (V o) adalah 8.57 V sedangkan secara teori
didapatkan nilai tegangan tanpa beban (Vob) adalah 3.95 V dan tegangan diberi
beban (Vo) adalah 0.0079 V. Setelah dilakukan percobaan dan perhitungan
didapatkan bahwa nilai tegangan pada rangkaian setara baik itu diberi beban
maupun tanpa beban secara praktik dan teori sangat berbeda jauh yang disebabkan
pada saat praktikum terjadi kesalahan pada alat ukur atau komponen yang tidak
berfungsi dengan baik sehingga nilai yang didapatkan tidak sesuai dengan teori
yang ada.
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
1. Beda potensial pada rangkaian listrik dapat diukur dengan menggunakan
multimeter.
2. Hukum Kirchoff dapat dibuktikan dalam praktikum dengan membuat
rangkaian seri yang membuktikan hukum arus kirchoff dan membuat
rangkaian paralel untuk membuktikan hukum tegangan kirchoff.
3. Pada rangkaian seri arus yang memasuki tiap resistor adalah sama, sedangkan
beda potensialnya berbeda, dan pada rangkaian paralel beda potensial pada
setiap tega ngan sama, sedangkan arusnya berbeda.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya jika terdapat komponen atau alat ukur yang tidak berfungsi
dengan baik harap diganti agar tidak mengganggu jalannya praktikum
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Untuk kakak asisten cara menjelaskannya kurang terlalu jelas tapi kakak
asisten sangat sigap membantu praktikan dalam merangkai komponen sehingga
praktikan tidak kebingungan. Kakak asisten juga sudah sangat sabar dengan
kelompok 7 yang sangat ribut. Terima Kasih kak.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Young dan Freedman. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2. Erlangga.
Jakarta. 2003.
[2] M. Y. Kholifudin. "Konsep Berpikir Anababe sebagai Solusi Pembelajaran
Fisika pada Materi Listrik DC dan Listrik AC di SMA". Jurnal Materi dan
Pembelajaran Fisika (JPMF), Vol.4, No.1: 27, 2014.
[3] R. Yusanti. "Kemampuan Menghitung Besar Arus dan Besar Tegangan pada
Rangkaian Listrik Arus Searah Siswa Kelas X Jurusan Elektronika Industri
SMK Negeri 2 Pekanbaru". Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran),
Vol.2, No.4: 524-525, 2018.
[4] R. Blocher. Dasar Elektronika. Penerbit ANDI. Yogyakarta. 2003.
[5] T. S. Rathore. "Thevenin Equivalents of Some Interesting Networks with
Dependent Sources". IETE Journal of Education, Vol. 55, No.1: 3-4, 2014.

Anda mungkin juga menyukai