Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM

RANGKAIAN LISTRIK 1
PERCOBAAN 3 & PERCOBAAN 4

Disusun Oleh:

NAMA : AJI TRIYANA


NIM : 2211201034
PROGRAM STUDI : S1 SEMESTER (2)
WAKTU PRAKTIKUM : KAMIS, 10 JUNI 2021, PUKUL
08.00 - 10.00 WIB

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kita sering menjumpai bahkan selalu berhubungan dengan listrik karena hampir
semua alat-alat elektronik yang kita gunakan menggunakan listrik sebagai
tenaganya. Contohnya lampu, bor listrik, mesin pompa dan sebagainya. Berbicara
mengenai listrik tentu tidak ketinggalan pula mengenai rangkaian yang ada
didalamnya.

Rangkaian listrik merupakan hubungan sumber listrik dengan alat-alat listrik


lainnya yang mempunyai fungsi tertentu. Berdasarkan susunan hubungan alat-alat
listrik, maka rangkaian listrik terbagi menjadi beberapa bentuk diantaranya
rangkaian seri, rangkaian pararel dan rangkaian campuran(seri-pararel).

Rangkaian pararel merupakan rangkaian listrik yang disusun bercabang, rangkaian


pararel ini mempunyai kelebihan yaitu jika salah satu beban pada rangkaian
pararel ini ada yang mati, maka tidak akan berpengaruh terhadap rangkaian
lainnya dan seluruh lampu atau beban lainnya yang dirangkai pararel akan
menyala sama terang. Rangkaian pararel juga disebut dengan rangkaian pembagi
arus dikarenakan arus yang terdapat pada tiap cabang yang disusun mempunyai
nilai yang berbeda tetapi untuk nilai tegangan pada disetiap cabang mempunyai
nilai yang sama.

Besar kecilnya nilai arus yang mengalir pada rangkaian pararel ini bergantung
terhadap besar kecilnya nilai hambatan yang dipakai, maka dari situlah di
percobaan 3 ini praktikan juga melakukan percobaan dengan mengukur arus pada
setiap beban atau hambatan pada rangkaian pararel ini menggunakan multimeter
analog yang telah disediakan oleh para asisten labolatorium dan mencatat setiap
hasil percobaan yang dilakukan oleh asisten labolatorium yang tertuang pada
video percobaan. Praktikan juga melakukan perhitungan nilai-nilai yang terdapat
pada modul percobaan 3 ini dan memahami kaidah operasi untuk rangkain pararel
ini.
1.2. Tujuan

Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan:


1. Mengukur besar suatu hambatan.
2. Mengukur besar tegangan dan arus pada rangkaian pembagi arus.
3. Membandingkan hasil pengukuran dan hasil perhitungan.
BAB II TEORI PENUNJANG

2.1. Teori dasar

2.1.1. Hukum Ohm

Hukum Ohm merupakan hukum dasar yang menyatakan hubungan antara Arus
Listrik (I), Tegangan (V) dan Hambatan (R). Hukum Ohm berbunyi : “Besar arus
listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan
berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan
kepadanya dan berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”. Secara Matematis,
Hukum Ohm dapatdirumuskan menjadi persamaan seperti dibawah ini :

V=IxR (2.1)

I= (2.2)

R= (2.3)

Dimana:

V = Tegangan (V)

I = Arus (A)

R = Resistansi / Hambatan (Ω)

2.1.2. Rangkaian Pembagi Arus

Konsep dasar pembagi arus adalah menggunakan 2 buah resistor yang salah satu
kakinya dihubung menjadi satu ke sumber arus dan kedua kaki yang lain
dihubungkan ke beban yang berbeda. Aturan Pembagi Arus untuk Rangkaian
Paralel :

1. Dua elemen sejajar yang harganya sama, maka arus akan dibagi sama besar.
2. Elemen sejajar dengan harga yang berbeda, semakin kecil hambatan maka
akan semakin besar arus masukan yang lewat.

Gambar 2.1 Rangkaian Pembagi Arus

Rumus dari Rangkaian paralel resistor adalah :


1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ….. + 1/Rn (2.4)
Dimana :
Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n

2.2. Teori Tambahan


2.2.1. Kuat Arus

Jika sebelumnya kita selalu membicarakan mengenai muatan yang diam relatif,
maka dalam pembahasan listrik dinamis, kita akan selalu membicarakan muatan
yang bergerak dalam suatu kawat/bahan konduktor. Suatu bahan disebut bersifat
konduktif (bahan konduktor) jika di dalamnya terdapat cukup banyak muatan
(elektron) bebas. Elektron bebas adalah elektron yang tidak terikat pada satu inti
atom, atau meskipun terikat, ia merupakan elektron yang letaknya jauh dari inti
sehingga hanya mendapatkan gaya tarik yang kecil saja. Elektron bebas ini
kemudian, yang akan “mengalir” dalam bahan (kawat) apabila ada perbedaan
potensial diantara dua titik pada kawat. Elektron-elektron dalam kawat yang
memiliki benda potensial mengalir dari potensial yang lebih rendah (-) ke
potensial yang lebih tinggi (+) (Namun dalam baterai yang terjadi justru
sebaliknya). Hal ini mirip dengan air di sungai yang hanya akan mengalir jika
terdapat beda potensial gravitasi (beda ketinggian) pada dua titik dalam sungai.
Kuat arus listrik (I) didefinisikan sebagai : “Banyaknya muatan yang mengalir
dalam satu detik, sehingga secara matematis bisa dirumuskan sebagai : [3]

( )
Kuat arus (I) = = (2.5)
( )

Satuan dari kuat arus dalam sistem Internasional (SI) adalah Ampere. Arah dari
arus listrik berlawanan dengan arah mengalirnya elektron, ketentuan arah arus ini
hanyalah merupakan sebuah kesepakatan yang dilakukan sebelum diketahui
bahwa penyebab utama timbulnya arus listrik adalah partikel bermuatan negatif
(elektron bebas). [3]

2.2.2. Rangkaian Pararel

Tegangan atau seringkali orang menyebut dengan beda potensial dalam bahasa
Inggris voltage adalah kerja yang dilakukan untuk menggerakkan satu muatan
(sebesar satu coulomb) pada elemen atau komponen dari satu terminal/kutub ke
terminal/kutub lainnya, atau pada kedua terminal/kutub akan mempunyai beda
potensial jika kita menggerakkan/memindahkan muatan sebesar satu coulomb dari
satu terminal ke terminal lainnya. [1]

Keterkaitan antara kerja yang dilakukan sebenarnya adalah energi yang


dikeluarkan, sehingga pengertian diatas dapat dipersingkat bahwa tegangan adalah
energi per satuan muatan. Secara matematis: [1]

V= (2.6)
2.2.3. Hambatan

Ketika “mengalir” dalam suatu kawat konduktor, elektron berhadapan/mengalami


rintangan dari molekul-molekul dan ion-ion dalam konduktor tersebut sehingga
mengalami aliran arus listrik mengalami semacam hambatan. Seberapa besar
hambatan ini dinyatakan dengan resistansi (hambatan) yang disimbolkan dengan
R. Satuan dari hambatan dalam SI adalah ohm. Besarnya resistansi suatu bahan
atau konduktor dengan luas penampang A dan panjang l serta hambat-jenis
(resistivitas) ρ adalah : [1]

R=ρ (2.7)

Dengan:

R : Hambatan/resistansi (ohm)

ρ : Hambatan jenis/Resistivitas (ohm. Meter)

l : panjang kawat (m)

A : luas penampang kawat (m2)

Resistivitas merupakan sifat dari medium. Zat dengan sifat konduktivitas yang
baik memiliki resistivitas yang sangat kecil, sedangkan zat yang bersifat isolator
sebalikya. [1]

2.2.4. Rangkaian Pararel

Rangkaian Paralel merupakan salah satu yang memiliki lebih dari satu bagian
garis edar untuk mengalirkan arus. Dalam kendaraan bermotor, sebagian besar
beban listrik dihubungkan secara parallel. Masing-masing rangkaian dapat
dihubung-putuskan tanpa mempengaruhi rangkaian yang lain. Rangkaian Paralel
adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara berderet (paralel). Lampu
yang dipasang di rumah umumnya merupakan rangkaian paralel. Rangakain listrik
paralel adalah suatu rangkaian listrik, di mana semua input komponen berasal dari
sumber yang sama. Semua komponen satu sama lain tersusun paralel. Hal inilah
yang menyebabkan susunan paralel dalam rangkaian listrik menghabiskan biaya
yang lebih banyak (kabel penghubung yang diperlukan lebih banyak). Selain
kelemahan tersebut, susunan paralel memiliki kelebihan tertentu dibandingkan
susunan seri. Adapun kelebihannya adalah jika salah satu komponen dicabut atau
rusak, maka komponen yang lain tetap berfungsi sebagaimana mestinya. [2]

Gambar 2.2. Rangkaian Pararel

Jika diperhatikan, input masing-masing lampu berasal dari sumber tegangan yang
sama. Artinya, masing-masing beban akan mendapatkan tegangan yang sama,
sehingga arus yang mengalir pada setiap beban akan berbeda-beda. Itulah
mengapa rangkaian paralel disebut sebagai rangkaian pembagi arus. [2]

2.2.5. Sifat-sifat Rangkaian Pararel


 Tegangan pada masing-masing beban listrik sama dengan tegangan sumber. [2]
 Masing-masing cabang dalam rangkaian pararel adalah rangkaian individu.
Arus masingmasing cabang adalah tergantung besar tahanan cabang. [2]
 Sebagaian besar tahanan dirangkai dalam rangkaian paralel, tahanan total
rangkaian mengecil, oleh karena itu arus total lebih besar. (Tahanan total dari
rangkaian parallel adalah lebih kecil dari tahanan yang terkecil
dalamrangkaian.). [2]
 Jika terjadi salah satu cabang tahanan parallel terputus, arus akan terputus
hanya pada rangkaian tahanan tersebut. Rangkaian cabang yang lain tetap
bekerja tanpa terganggu oleh rangkaian cabang yang terputus tersebut. [2]

2.2.6. Kelebihan dan Kekurangan


a. Kelebihan[2]
 Seluruh lampu yang dirangkai paralel akan menyala sama terang.
 Jika salah satu lampu padam, lampu yang lain tidak akan terpengaruh.
b. Kekurangan[2]
 Kabel yang dibutuhkan lebih banyak, sehingga biaya yang dibutuhkan
lebih besar daripada instalasi rangkaian seri.
 Besarnya arus yang mengalir di setiap beban tidak sama, bergantung
besarnya hambatan pada beban

2.2.7. Persamaan untuk Rangkaian Pararel


Persamaan untuk rangkaian pararel sebagai berikut: [2]

Gambar 2.3 Rangkaian pararel 3 resistor

Untuk mencari nilai hambatan total:

1/Rtot = 1/R1 + 1/R2 +…1/Rn

Untuk mencari nilai Kuat arus total:

Itot = IAB + ICD + IEF


Untuk mencari nilai tegangan total:

Vtot = VAB = VCD = VEF


BAB 3 PROSEDUR PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


1. Modul Praktikum
2. Project Board
3. Resistor
4. Multimeter
5. Kabel Jumper

3.2. Langkah Kerja


3.2.1. Percobaan Rangkaian Pararel dengan 2 resistor

Gambar 3.1 Rangkaian pararel dengan 2 resistor

1. Pengukuran resistor yang telah tersedia dilakukan menggunakan multimeter.


2. Resistor-resistor tersebut dirangkai pada project board seperti gambar
rangkaian di atas
3. Sumber tegangan sebesar 5V dihubungkan dengan rangkaian.
4. Dilakukan pengukuran arus dan tegangan tiap komponen pada rangkaian
tersebut, catat hasil pengukuran pada tabel.
5. Diulangi langkah di atas untuk nilai resistor lainnya, catat hasil pengukuran.
6. Dibuat laporan sesuai dengan hasil pengukuran yang didapatkan.

3.2.2. Percobaan Rangkaian Pararel dengan 3 resistor


Gambar 3.2 Rangkaian pararel dengan 3 resistor

1. Pengukuran resistor yang telah tersedia dilakukan menggunakan multimeter.


2. Resistor-resistor tersebut dirangkai pada project board seperti gambar
rangkaian di atas
3. Sumber tegangan sebesar 5V dihubungkan dengan rangkaian.
4. Dilakukan pengukuran arus dan tegangan tiap komponen pada rangkaian
tersebut, catat hasil pengukuran pada tabel.
5. Diulangi langkah di atas untuk nilai resistor lainnya, catat hasil pengukuran.
6. Dibuat laporan sesuai dengan hasil pengukuran yang didapatkan.
BAB IV ANALISIS

4.1. Hasil Praktikum

Gambar 4.1 Percobaan 1 dengan 2 resistor (690Ω dan 1kΩ)

Gambar 4.2 Percobaan 1 dengan 2 resistor (150Ω dan 1kΩ)


Gambar 4.3 Percobaan 2 dengan 3 resistor (1kΩ, 690Ω dan 100Ω)

Gambar 4.4 Percobaan 2 dengan 3 resistor (1k2Ω, 150Ω dan 470Ω)


Tabel 4.1 Hasil rangkaian pararel dengan 2 resistor
Hasil Percobaan Hasil Perhitungan
No
R1 R2 IR1 IR2 I V I IR1 IR2 R
1,95 0,012 0,007 0,005 408,28
1 690Ω 1kΩ 5,5mA 1A 5V
mA A A A Ω
1,95 0,038 0,033 0,005 130,43
2 150Ω 1kΩ 1,55mA 1A 5V
mA A A A Ω

Tabel 4.2 Hasil rangkaian pararel dengan 3 resistor


Hasil Percobaan Hasil Perhitungan
No
R1 R2 R3 IR1 IR2 IR3 I V I IR1 IR2 IR3 R
1,95 5,5 0,035 0,062 0,005 0,007 0,05 80,32
1 1kΩ 690Ω 100Ω 1A 5V
mA mA mA A A A A Ω
2,5 1,55 8,5 0,047 0,004 0,033 0,01 103,86
2 1k2Ω 150Ω 470Ω 1A 5V
mA mA mA A A A A Ω

4.2. Analisis Data


4.2.1. Analisis Matematis
A. Perhitungan rangkaian pararel dengan 2 resistor nomer 1
a. Mencari nilai hambatan total

= +
Ω Ω Ω
= + = =
Ω Ω Ω Ω

Rtot = = 408,28 Ω

b. Mencari nilai kuat arus total


I = IR1 + IR2
I = 0,007 + 0,005
I = 0,012
c. Mencari nilai kuat arus pada hambatan 1
IR1 =

IR1 = = 0,007 A

d. Mencari nilai kuat arus pada hambatan 2

IR2 =

IR2 = = 0,005 A

B. Perhitungan rangkaian pararel dengan 2 resistor nomer 2


a. Mencari nilai hambatan total

= +
Ω Ω Ω
= + = =
Ω Ω Ω Ω

Rtot = = 130,43 Ω

b. Mencari nilai kuat arus total


I = IR1 + IR2
I = 0,033 + 0,005
I = 0,038
c. Mencari nilai kuat arus pada hambatan 1

IR1 =

IR1 = = 0,033 A

d. Mencari nilai kuat arus pada hambatan 2

IR2 =

IR2 = = 0,005 A

C. Perhitungan rangkaian pararel dengan 3 resistor nomer 1
a. Mencari nilai hambatan total

= + +

Ω Ω Ω Ω
= + + = =
Ω Ω Ω Ω Ω


Rtot = = 80,32 Ω

b. Mencari nilai kuat arus total


I = IR1 + IR2 + IR3
I = 0,005 + 0,007 + 0,05
I = 0,062
c. Mencari nilai kuat arus pada hambatan 1

IR1 =

IR1 = = 0,005 A

d. Mencari nilai kuat arus pada hambatan 2

IR2 =

IR2 = = 0,007 A

e. Mencari nilai kuat arus pada hambatan 3

IR3 =

IR3 = = 0,05 A

D. Perhitungan rangkaian pararel dengan 3 resistor nomer 2


a. Mencari nilai hambatan total
= + +

Ω Ω Ω Ω
= + + = =
Ω Ω Ω Ω Ω


Rtot = = 103,86 Ω

b. Mencari nilai kuat arus total


I = IR1 + IR2 + IR3
I = 0,004 + 0,033 + 0,01
I = 0,047
c. Mencari nilai kuat arus pada hambatan 1

IR1 =

IR1 = = 0,004 A

d. Mencari nilai kuat arus pada hambatan 2

IR2 =

IR2 = = 0,033 A

e. Mencari nilai kuat arus pada hambatan 3

IR3 =

IR3 = = 0,01 A

4.2.2. Analisis Data

Nilai IR1 dan IR2 pada hasil percobaan mau itu dari percobaan 4.1 maupun 4.2
didapat dari percobaan yang dilakukan pada rangkaian pararel dengan 2 resistor
maupun 3 resistor dengan menggunakan multimeter analog dan menggunakan
persamaan (Penunjukan x Skala Ukur/Skala Maksimum) yang dilakukan secara
berurutan.

Nilai IR1 dan IR2 pada hasil perhitungan dari percobaan 4.1 dan 4.2 didapat
dengan menghitung secara manual nilai tersebut menggunakan persamaan (IRn =
V/Rn) setelah dihitung lalu memasukannya kedalam tabel 4.1 dan 4.2 yang telah
dibuat.

Dari data yang telah didapatkan dari kedua tabel (4.1 dan 4.2) di atas antara hasil
percoban dan hasil perhitungan menghasilkan data yang berbeda, ditilik dari error
yang didapat , data yang diperoleh memiliki error terlalu besar dan kemungkinan
besar, kesalahan-kesalahan teknis maupun non-teknis yang terjadi meyebabkan
error menjadi besar adalah kurangnya ketelitian dalam menggunakan alat. Selain
itu, ada ketidaksinkronan data-data pada percobaan dengan data perhitungan.
Misalnya seperti pada IR1 maupun IR2 pada percobaan dan perhitungana
memiliki nilai yang berbeda yang menyebabkan selisih pada arus dan tegangan
menjadi cukup besar dan error.

Selisih pada IR1 dan IR2 terjadi pada percobaan 1 dan 2 yang menyebabkan
ketidaksamaan nilai pada arus dan tegangan yang didapatkan

Nilai tegangan yang terdapat dalam video dan nilai tegangan yang dihitung
berdasarkan hasil perhitungan memiliki selisih yang cukup besar, ini mungkin
disebabkan karena kurangnya ketelitian ketika menghitung ataupun penggunaan
rumus atau persamaan yang salah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum percobaan ini saya dapat menyimpulkan beberapa poin
diantaranya:
1. Rangkaian Pararel merupakan rangkaian pembagi arus. Dimana nilai tegangan
ditiap hambatan sama tetapi tidak dengan nilai kuat arusnya.
2. Semakin besar hambatan yang digunakan maka semakin besar juga nilai
tegangan tetepi semakin kecil kuat arus.
3. Rangkaian pareral merupakan rangkaian yang digunakan untuk memperkecil
nilai hambatan, dirumuskan sebagai berikut: 1/Rp = 1/R1 + 1/R2
4. Semakin banyak hambatan pada rangkaian pararel semakin kecil juga nilai
hambatannya walaupun menggunakan nilai hambatan yang besar.

5.2. Saran
Selama praktikum ini. Saran yang dapat sampaikan untuk praktikum selanjutnya
sebagai berikut:
1. Untuk praktikum selanjutnya, kalau bisa audio dan intonasi suara di video
percobaan lebih jelas lagi, soalnya praktikan kesulitan dalam menangkap hasil
pengukuran dalam percobaan tersebut.
2. Untuk praktikum selanjutnya, kalau bisa praktikan mencoba langsung
mengukur dan menghitung data yang ada di data percobaan. Untuk
memaksimalkan praktikum.
3. Semoga untuk kedepannya pelaksanaan praktikum dilaksanakan secara offline,
gunanya untuk memaksimalkan praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA

Asra, (2014). Rangkaian Listrik 1. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,


Universitas Malikussaleh. (e-book)

Anonim. “Rangkaian Seri dan Pararel-Fisika Kelas 12”. www.quipper.com .


(Pukul 22.44 WIB Selasa, 15 Juni 2021.

Listrik Dinamik 1, Hukum Ohm, Rangkaian Hambatan dan hukum kirchoff.


Fisika Dasar II
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kita sering menjumpai bahkan selalu berhubungan dengan listrik karena hampir
semua alat-alat elektronik yang kita gunakan menggunakan listrik sebagai
tenaganya. Contohnya lampu, bor listrik, mesin pompa dan sebagainya. Berbicara
mengenai listrik tentu tidak ketinggalan pula mengenai rangkaian yang ada
didalamnya.

Rangkaian listrik merupakan hubungan sumber listrik dengan alat-alat listrik


lainnya yang mempunyai fungsi tertentu. Berdasarkan susunan hubungan alat-alat
listrik, maka rangkaian listrik terbagi menjadi beberapa bentuk diantaranya
rangkaian seri, rangkaian pararel dan rangkaian campuran(seri-pararel).

Rangkaian campuran atau yang disebut seri-pararel yaitu rangkaian listrik yang
disusun oleh perpaduan rangkaian seri dan rangkaian pararel, dimana di dalam
rangkaian campuran ini disusun secara tersusun dan bercabang. Karakteristik
maupun hukum yang berlaku pada rangkaian seri maupun pararel semuanya
berlaku juga terhadap rangkaian campuran ini, contohnya ketika salah satu
hambatan atau beban pada rangkaian campuran ini yang terhubung seri salah
satunya ada yang putus atau mati maka akan mempengaruhi rangkaian campuran,
tetapi sebaliknya ketika ada hambatan atau beban yang putus atau mati pada salah
satu rangkaian pararel maka tidak akan berpengaruh pada rangkaian campuran
tersebut dikarenakan karakteristik dari rangkaian pararel tersebut.

Besar kecilnya nilai arus atau tegangan yang terdapat pada rangkaian campuran
ini bergantung terhadap besar kecilnya nilai hambatan yang dipakai, maka dari
situlah di percobaan 4 ini praktikan melakukan percobaan dengan mengukur nilai
arus dan tegangan pada setiap beban atau hambatan pada rangkaian campuran ini
dengan menggunakan multimeter analog telah disediakan oleh para asisten
labolatorium dan menghitung hasil penunjukan lalu mencatat setiap hasil
penunjukan/percobaan yang dilakukan oleh asisten labolatorium yang tertuang
pada video percobaan tersebut. Praktikan juga melakukan perhitungan nilai-nilai
yang terdapat pada modul percobaan 4 ini dan menggunakan kaidah-kaidah yang
terdapat pada rangkaian seri maupun rangkaian pararel.

1.2. Tujuan

Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan:

1. Mengukur tegangan pada rangkaian seri paralel.


2. Mengukur arus pada rangkaian seri paralel.
3. Membandingkan hasil pengukuran dan hasil perhitungan.
BAB II TEORI PENUNJANG

2.1. Teori dasar

Rangkaian listrik terdiri atas dua jenis yaitu seri dan paralel. Selain itu ada juga
gabungan dari dua jenis rangkaian listrik, yang disebut rangkaian campuran.
Sehingga, terdapat tiga bentuk rangkaian listrik yaitu rangkaian listrik seri,
paralel, dan campuran. Perbedaan jenis rangkaian listrik ini terletak pada cara
merangkainya. Rangkaian listrik seri disusun secara sejajar, sedangkan rangkaian
listrik paralel disusun secara bersusun atau bercabang. Sedangkan rangkaian
campuran merupakan kombinasi dari rangkaian seri dan paralel. Contoh dari
rangkaian campuran adalah

Gambar 2.1 Rangkaian campuran (Seri-Pararel)

Persamaan rangkaian diatas adalah:

I = I1+I2 (2.1)

= + (2.2)

Rtotal = R1+ (2.3)

Dimana:
V = Tegangan (V)
I = Arus (A)
R = Resistansi / Hambatan (Ω)

2.1. Teori Tambahan


2.2.1. Kuat Arus
Jika sebelumnya kita selalu membicarakan mengenai muatan yang diam relatif,
maka dalam pembahasan listrik dinamis, kita akan selalu membicarakan muatan
yang bergerak dalam suatu kawat/bahan konduktor. Suatu bahan disebut bersifat
konduktif (bahan konduktor) jika di dalamnya terdapat cukup banyak muatan
(elektron) bebas. Elektron bebas adalah elektron yang tidak terikat pada satu inti
atom, atau meskipun terikat, ia merupakan elektron yang letaknya jauh dari inti
sehingga hanya mendapatkan gaya tarik yang kecil saja. Elektron bebas ini
kemudian, yang akan “mengalir” dalam bahan (kawat) apabila ada perbedaan
potensial diantara dua titik pada kawat. Elektron-elektron dalam kawat yang
memiliki benda potensial mengalir dari potensial yang lebih rendah (-) ke
potensial yang lebih tinggi (+) (Namun dalam baterai yang terjadi justru
sebaliknya). Hal ini mirip dengan air di sungai yang hanya akan mengalir jika
terdapat beda potensial gravitasi (beda ketinggian) pada dua titik dalam sungai.
Kuat arus listrik (I) didefinisikan sebagai : “Banyaknya muatan yang mengalir
dalam satu detik, sehingga secara matematis bisa dirumuskan sebagai : [4]

( )
Kuat arus (I) = = (2.4)
( )

Satuan dari kuat arus dalam sistem Internasional (SI) adalah Ampere. Arah dari
arus listrik berlawanan dengan arah mengalirnya elektron, ketentuan arah arus ini
hanyalah merupakan sebuah kesepakatan yang dilakukan sebelum diketahui
bahwa penyebab utama timbulnya arus listrik adalah partikel bermuatan negatif
(elektron bebas). [4]

2.2.2. Rangkaian Pararel


Tegangan atau seringkali orang menyebut dengan beda potensial dalam bahasa
Inggris voltage adalah kerja yang dilakukan untuk menggerakkan satu muatan
(sebesar satu coulomb) pada elemen atau komponen dari satu terminal/kutub ke
terminal/kutub lainnya, atau pada kedua terminal/kutub akan mempunyai beda
potensial jika kita menggerakkan/memindahkan muatan sebesar satu coulomb dari
satu terminal ke terminal lainnya. [1]

Keterkaitan antara kerja yang dilakukan sebenarnya adalah energi yang


dikeluarkan, sehingga pengertian diatas dapat dipersingkat bahwa tegangan adalah
energi per satuan muatan. Secara matematis: [1]

V= (2.5)

2.2.3. Hambatan

Ketika “mengalir” dalam suatu kawat konduktor, elektron berhadapan/mengalami


rintangan dari molekul-molekul dan ion-ion dalam konduktor tersebut sehingga
mengalami aliran arus listrik mengalami semacam hambatan. Seberapa besar
hambatan ini dinyatakan dengan resistansi (hambatan) yang disimbolkan dengan
R. Satuan dari hambatan dalam SI adalah ohm. Besarnya resistansi suatu bahan
atau konduktor dengan luas penampang A dan panjang l serta hambat-jenis
(resistivitas) ρ adalah : [1]

R=ρ (2.6)

dengan

R : Hambatan/resistansi (ohm)

ρ : Hambatan jenis/Resistivitas (ohm. Meter)


l : panjang kawat (m)

A : luas penampang kawat (m2)

Resistivitas merupakan sifat dari medium. Zat dengan sifat konduktivitas yang
baik memiliki resistivitas yang sangat kecil, sedangkan zat yang bersifat isolator
sebalikya. [1]

2.2.4. Rangkaian Pararel

Rangkaian Paralel merupakan salah satu yang memiliki lebih dari satu bagian
garis edar untuk mengalirkan arus. Dalam kendaraan bermotor, sebagian besar
beban listrik dihubungkan secara parallel. Masing-masing rangkaian dapat
dihubung-putuskan tanpa mempengaruhi rangkaian yang lain. Rangkaian Paralel
adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara berderet (paralel). Lampu
yang dipasang di rumah umumnya merupakan rangkaian paralel. Rangakain listrik
paralel adalah suatu rangkaian listrik, di mana semua input komponen berasal dari
sumber yang sama. Semua komponen satu sama lain tersusun paralel. Hal inilah
yang menyebabkan susunan paralel dalam rangkaian listrik menghabiskan biaya
yang lebih banyak (kabel penghubung yang diperlukan lebih banyak). Selain
kelemahan tersebut, susunan paralel memiliki kelebihan tertentu dibandingkan
susunan seri. Adapun kelebihannya adalah jika salah satu komponen dicabut atau
rusak, maka komponen yang lain tetap berfungsi sebagaimana mestinya. [2]
Gambar 2.2. Rangkaian Pararel

Jika diperhatikan, input masing-masing lampu berasal dari sumber tegangan yang
sama. Artinya, masing-masing beban akan mendapatkan tegangan yang sama,
sehingga arus yang mengalir pada setiap beban akan berbeda-beda. Itulah
mengapa rangkaian paralel disebut sebagai rangkaian pembagi arus. [2]

Rangkaian pararel memiliki sifat-sifat tertentu yang membedakannya dengan


rangkaian seri. Adapun sifat-sifat rangkaian pararel adalah sebagai berikut:

 Tegangan pada masing-masing beban listrik sama dengan tegangan


sumber. [2]
 Masing-masing cabang dalam rangkaian pararel adalah rangkaian individu.
Arus masingmasing cabang adalah tergantung besar tahanan cabang. [2]
 Sebagaian besar tahanan dirangkai dalam rangkaian paralel, tahanan total
rangkaian mengecil, oleh karena itu arus total lebih besar. (Tahanan total
dari rangkaian parallel adalah lebih kecil dari tahanan yang terkecil
dalamrangkaian.). [2]
 Jika terjadi salah satu cabang tahanan parallel terputus, arus akan terputus
hanya pada rangkaian tahanan tersebut. Rangkaian cabang yang lain tetap
bekerja tanpa terganggu oleh rangkaian cabang yang terputus tersebut. [2]

2.2.5. Kelebihan dan Kekurangan


a. Kelebihan[2]
 Seluruh lampu yang dirangkai paralel akan menyala sama terang.
 Jika salah satu lampu padam, lampu yang lain tidak akan terpengaruh.
b. Kekurangan[2]
 Kabel yang dibutuhkan lebih banyak, sehingga biaya yang dibutuhkan
lebih besar daripada instalasi rangkaian seri.
 Besarnya arus yang mengalir di setiap beban tidak sama, bergantung
besarnya hambatan pada beban
2.2.6. Persamaan untuk Rangkaian Pararel
Persamaan untuk rangkaian pararel sebagai berikut: [2]

Gambar 2.3 Rangkaian pararel 3 resistor

Untuk mencari nilai hambatan total:

1/Rtot = 1/R1 + 1/R2 +…1/Rn

Untuk mencari nilai Kuat arus total:

Itot = IAB + ICD + IEF

Untuk mencari nilai tegangan total:

Vtot = VAB = VCD = VEF

2.2.7. Rangkaian Seri

Rangkaian seri adalah rangkaian listrik yang seluruh komponen atau beban
listriknya disusun secara berurutan. Artinya, inputan satu komponen atau beban
berasal dari output komponen yang lain. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar
rangkaian seri berikut. [2]
Gambar 2.3 Rangkaian Seri

Rangkaian seri memiliki sifat-sifat tertentu yang membedakannya dengan


rangkaian paralel. Adapun sifat-sifat rangkaian seri adalah sebagai berikut: [2]

 Besarnya kuat arus yang mengalir pada masing-masing komponen atau beban
adalah sama.
 Rangkaian seri disebut juga rangkaian pembagi tegangan. Hal itu karena
sumber tegangan akan dibagi ke dalam banyaknya komponen yang dirangkai
secara seri.

2.2.8. Kelebihan dan Kekurangan Rangkaian Seri


a. Kelebihan rangkaian seri [2]
 Jumlah kabel penghantar yang dibutuhkan pada rangkaian seri lebih
sedikit atau hemat kabel.
 Biaya pemasangan lebih murah.
 Meskipun hambatan pada masing-masing beban tidak sama, beban tetap
dilalui besar arus yang sama.
b. Kekurangan rangkaian seri [2]
 Apabila salah satu beban putus atau padam, maka beban yang lain akan
ikut padam.
 Lampu yang dirangkai secara seri tidak bisa menyala sama terang. Hal
itu karena tegangan yang ada di setiap lampu berbeda-beda, bergantung
besarnya hambatan
2.2.9. Persamaan untuk Rangkaian Seri

Persamaan untuk rangkaian seri sebagai berikut: [2]

Gambar 2.3 Rangkaian pararel 3 resistor

Untuk mencari nilai hambatan total: [2]

Rtot = R1 + R2 +…Rn

Untuk mencari nilai Kuat arus total:

Itot = IAB = IBC = ICD

Untuk mencari nilai tegangan total:

Vtot = VAB + VBC + VCD

2.2.10. Rangkaian Campuran

Rangkaian listrik campuran merupakan kombinasi dari rangkaian seri dan


rangkaian paralel. Biasanya untuk karakteristik maupun hukum yang berlaku pada
rangkaian campuran juga mengikuti kedua rangkaian. Pemakaian rangkaian
campuran adalah untuk mengantisipasi kekurangan yang dimiliki oleh rangkaian
seri dan rangkaian paralel. [3]
BAB III PROSEDUR PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


1. Modul Praktikum
2. Project Board
3. Resistor
4. Multimeter
5. Kabel Jumper

3.2. Langkah Kerja

Gambar 3.1 Rangkaian Seri-Pararel

1. Rangkaian di atas dirangkai pada project board seperti gambar rangkaian


di atas.
2. Sumber tegangan dihubungkan dengan rangkaian.
3. Pengukuran arus dan tegangan tiap komponen dilakukan pada rangkaian
tersebut, catat hasil pengukuran.
4. Langkah di atas diulangi untuk nilai resistor lainnya, catat hasil
pengukuran.
5. Dibuatlah laporan sesuai dengan hasil pengukuran yang didapatkan.
BAB IV ANALISIS

4.1. Hasil Praktikum

Gambar 4.1 Mengukur nilai tegangan pada hambatan 1kΩ, 470Ω dan 150Ω

Gambar 4.2 Mengukur nilai kuat arus pada hambatan 1kΩ, 470Ω dan 150Ω
Gambar 4.3 Mengukur nilai tegangan pada hambatan 1k2Ω, 690Ω dan 150Ω

Gambar 4.4 Mengukur nilai kuat arus pada hambatan 1k2Ω, 690Ω dan 150Ω
Gambar 4.5 Mengukur nilai tegangan pada hambatan 2k7Ω, 470Ω dan 100Ω

Gambar 4.6 Mengukur nilai kuat arus pada hambatan 2k7Ω, 470Ω dan 100Ω
Tabel 4.1 Hasil pengukuran rangkaian seri-pararel
No R1 R2 R3 Vtot VR1 VR2 VR3 Itot IR1 IR2 IR3
0,8 0,85 1,15
1 1kΩ 470Ω 150Ω 3,8V 3V 0,8V 0,8V 0,8mA
mA mA mA
3
2 1k2Ω 690Ω 150Ω 3,4V 1,8V 1,6V 1,6V 3mA 2,5mA 1,5mA
mA
16,5 16,5 16,5
3 2k7Ω 470Ω 100Ω 3,8V 2,4V 1,4V 1,4V 1,5mA
mA mA mA

Tabel 4.2 Hasil perhitungan rangkaian seri-pararel


No Vtotal Itotal Rtotal
1 3,8 V 0,8 mA 1113,7 Ω
2 3,4V 3 mA 1323,2 Ω
3 3,8 V 16,5 mA 2782,4 Ω

4.2. Analisis
4.2.1. Analisis Matematis
A. Mencari nilai Vtotal, Itotal dan Rtotal Pada percobaan 1
a. Mencari nilai Vtotal
Dikarenakan VR2 dan VR3 membentuk rangkaian pararel maka nilai
Vnya sama, oleh karena itu menjadi:

Vtotal = VR1 + VPararel

Vtotal = 3 + 0,8

Vtotal = 3,8 V

b. Mencari nilai Itotal


Dikarenakan IR1 merupakan rangkaian seri, maka nilai Itotal diambil dari
nilai IR1 dikarenakan menurut kaidah rangkaian seri, nilai kuat arus untuk
semua rangkaian sama.
Itotal = IR1

Itotal = 0,8 mA

c. Mencari nilai Rtotal


.
Rtotal = R1 +

.
Rtotal = 1000 +

Rtotal = 1000 +

Rtotal = 1000 + 113,7

Rtotal = 1113,7 Ω

B. Mencari nilai Vtotal, Itotal dan Rtotal Pada percobaan 2


a. Mencari nilai Vtotal
Dikarenakan VR2 dan VR3 membentuk rangkaian pararel maka nilai
Vnya sama, oleh karena itu menjadi:

Vtotal = VR1 + VPararel

Vtotal = 1,8 + 1,6

Vtotal = 3,4 V

b. Mencari nilai Itotal


Dikarenakan IR1 merupakan rangkaian seri, maka nilai Itotal diambil dari
nilai IR1 dikarenakan menurut kaidah rangkaian seri, nilai kuat arus untuk
semua rangkaian sama.

Itotal = IR1

Itotal = 3 mA
c. Mencari nilai Rtotal
.
Rtotal = R1 +

.
Rtotal = 1200 +

Rtotal = 1200 +

Rtotal = 1200 + 123,2

Rtotal = 1323,2 Ω

C. Mencari nilai Vtotal, Itotal dan Rtotal Pada percobaan 3


a. Mencari nilai Vtotal
Dikarenakan VR2 dan VR3 membentuk rangkaian pararel maka nilai
Vnya sama, oleh karena itu menjadi:

Vtotal = VR1 + VPararel

Vtotal = 2,4 + 1,4

Vtotal = 3,8 V

b. Mencari nilai Itotal


Dikarenakan IR1 merupakan rangkaian seri, maka nilai Itotal diambil dari
nilai IR1 dikarenakan menurut kaidah rangkaian seri, nilai kuat arus untuk
semua rangkaian sama.

Itotal = IR1

Itotal = 16,5 mA

c. Mencari nilai Rtotal


.
Rtotal = R1 +
.
Rtotal = 2700 +

Rtotal = 2700 +

Rtotal = 2700 + 82,4

Rtotal = 2782,4 Ω
D. Menghitung Nilai IR tiap Hambatan pada Percobaan 1, 2, dan 3
a. Nilai IR pada Percobaan 1

IR1 =

IR1 = = 0,005 A

IR2 =

IR2 = = 0,01 A

IR3 =

IR3 = = 0,033 A

b. Nilai IR pada Percobaan 2

IR1 =

IR1 = = 0,004 A

IR2 =

IR2 = = 0,007 A

IR3 =

IR3 = = 0,033 A

c. Nilai IR pada Percobaan 3

IR1 =
IR1 = = 0,0018 A

IR2 =

IR2 = = 0,01 A

IR3 =

IR3 = = 0,05 A

E. Menghitung Nilai VR tiap Hambatan pada Percobaan 1, 2, dan 3


a. Nilai VR pada percobaan 1

VR1 = V . ( )=5.( ,
) = 4,45 V

VR2 = V . ( )=5.( ,
) = 2,11 V

VR3 = V . ( )=5.( ,
) = 0,67 V

b. Nilai VR pada percobaan 2


VR1 = V . ( )=5.( ,
) = 4,53 V

VR2 = V . ( )=5.( ,
) = 2,6 V

VR3 = V . ( )=5.( ,
) = 0,56 V

c. Nilai VR pada percobaan 3


VR1 = V . ( )=5.( ,
) = 4,85 V

VR2 = V . ( )=5.( ,
) = 0,84 V

VR3 = V . ( )=5.( ,
) = 0,18 V

4.2.2. Analisis Data

Pada tabel 4.1 semua nilai perhitung diambil dari hasil percobaan yang dilakukan
oleh asisten labolatorium dalam sebuah video, divideo tersebut Asleb melakukan
6 kali perhitungan dimana percobaan didominasi dengan mencari nilai tegangan
dan kuat arus pada setiap rangkaian dengan hambatan yang berbeda, dipercobaan
pertama asleb mencari nilai kuat arus dan tegangan pada rangkaian seri-pararel
dengan nilai hambatan R1=1kΩ , R2=470Ω dan R3=150Ω, dipercobaan kedua
asleb mencari nilai kuat arus dan tegangan pada rangkaian seri-pararel dengn nilai
hambatan R1=1k2 Ω , R2=690Ω dan R3= 150Ω, dan dipercobaan ketika dan
terakhir asleb mencari nilai kuat arus dan tegangan pada rangkaian seri-pararel
dengan nilai hambatan R1=2k7Ω , R2= 470Ω dan R3=100Ω.

Dari data yang telah didapatkan di tabel 4.1 dan hasil perhitungan di atas antara
hasil percoban dengan hasil perhitungan di analisis matematis menghasilkan data
yang berbeda, ditilik dari error yang didapat , data yang diperoleh memiliki error
yang kemungkinan besar, kesalahan-kesalahan teknis maupun non-teknis yang
terjadi meyebabkan error menjadi besar adalah kurangnya ketelitian dalam
menggunakan alat. Selain itu, ada ketidaksinkronan data-data pada percobaan
dengan data perhitungan. menyebabkan selisih pada arus dan tegangan menjadi
cukup besar.

Dari tabel 4.2 didapatkan bahwa nilai yang tertera pada tabel tidak sinkron nilai
yang diberikan dimana nilai yang diberikan saat percobaan untuk tegangan
sebesar 5V dan untuk kuat arus 1A tetapi ketika dilakukan percobaan nilai total
yang dihasilkan pada setiap percobaan tegangan dan kuat arus tidak sama dan
memiliki selisih yang cukup jauh. ini terjadi, kemungkinan dikarenakan
ketidaktelitian saat melakukan percobaan dan membaca penunjukan ataupun
disebabkan oleh alat pengukuran yang error.

Nilai VR dan IR pada tabel 4.1 didapatkan dari hasil pengukuran menggunakan
multimeter analog, dengan menggunakan rumus penunjukan jarum x skala
ukur/skala maksimal. Nilai IR dengan I mempunyai selisih yang sangat jauh
dimana nilai I pada percobaan adalah 1A dan nilai hasil IR adalah dikisaran
milliAmpere, ini yang membuat praktikan bingung, mungkin ini terjadi
dikarenakan adanya kesalahan pengukuran ataupun perhitungan yang dilakukan
oleh praktikan tersebu1
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum percobaan ini saya dapat menyimpulkan beberapa poin
diantaranya:
1. Pada saat perhitungan nilai total yang terdapat pada tabel yang diambil dari
rangkaian campuran harus melihat kaidah-kaidah rangkaian sesuai
rangkaiannya yaitu kaidah rangkaian seri dan pararel
2. Rangkaian campuran terbentuk atau tersusun dari gabungan rangkaian seri dan
rangkaian pararel yang didalamnya terkandung karakteristik rangkaian seri dan
rangkaian pararel.
3. Dalam percobaan kali ini terdapat ketidaksinkronan data yang dihitung dengan
data hasil pengukuran, ini kemungkinan terjadi disebabkan oleh ketidaktelitian
saat melakukan percobaan maupun perhitung.
4. Penggunaan rangkaian campuran adalah untuk mengantisipasi kekurangan
yang dimiliki oleh rangkaian seri dan rangkaian paralel.

5.2. Saran
Selama praktikum ini. Saran yang dapat sampaikan untuk praktikum selanjutnya
sebagai berikut:
1. Semoga untuk kedepannya pelaksanaan praktikum dilaksanakan secara offline,
dikarenakan saya selaku praktikan merasa kurang menangkap dari hasil
praktikum ini yang membuat praktikum ini kurang memaksimalkan.
2. Teruntuk kaka asleb, dimohon untuk tidak salah dalam penyebutan hasil
penunjukan jarum pada multimeter dikarenakan ada beberapa penyebutan hasil
penunjukan yang berbeda antara penunjukan dengan ucapan, contohnya dalam
percobaan ke-6 kaka asleb menyebutkan hasil penunjukan untuk kuat arus
bernilai 5,6 tetapi yang ditunjukan oleh jarum penunjuk yaitu 6,6 itu salah
satunya.
3. Ada beberapa hal yang yang tidak bisa dilaksanakan secara online tetapi secara
offline bisa, ini menjadi kendala besar bagi kami para praktikan.
4. Untuk praktikum selanjutnya dimohon untuk kejelasan informasi, karena ada
beberapa informasi yang membuat praktikan kebingungan, mungkin ini juga
salah satu effect dari dilaksanakannya praktikum secara offline.
DAFTAR PUSTAKA

Asra, (2014). Rangkaian Listrik 1. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,


Universitas Malikussaleh. (e-book)

Anonim. “Rangkaian Seri dan Pararel-Fisika Kelas 12”. www.quipper.com .


(Pukul 22.44 WIB Selasa, 15 Juni 2021.

Anonim. “Rangkaian Listrik Seri, Pararel dan Campuran”.


www.sekolahotomasi.com . (Pukul 00.09 WIB Rabu,16 Juni 2021).

Listrik Dinamik 1, Hukum Ohm, Rangkaian Hambatan dan hukum kirchoff.


Fisika Dasar II

Anda mungkin juga menyukai