Anda di halaman 1dari 20

HUKUM OHM DAN RANGKAIAN SERI-PARALEL

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Oleh :
Nama/NIM : Kania Trieswanda/221810401083
Fakultas/Jurusan : MIPA/Biologi
Kelompok : 07
Asisten : Taufik Firman Nurdiawan
Koordinator Asisten : Qurrota A’yun
Tanggal Praktikum/Jam : 1 November 2022/14.20 – 17.00 WIB

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rangkaian listrik adalah suatu hubungan sumber listrik dengan alat-alat
listrik lainnya yang memiliki fungsi tertentu. Berdasarkan susunan hubunganantara
alat-alat listrik, suatu rangkaian listrik dengan resistor-resistor yang tersusun
secara seri, paralel dan kombinasi antara keduanya. Rangkaian seri adalah
rangkaian yang disusun secara berderet sehingga arus yang melalui tiap-tiap
komponen adalah sama. Rangkaian paralel adalah rangkaian yang disusun secara
sejajar, sehingga tegangan atau beda potensial tiap komponen adalah sama.
Rangkaian campuran adalah rangkaian yang kombinasi antara seri dan paralel.
(Dirgantara, 2015).
Rangkaian listrik sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa
adanya suatu rangkaian listrik yang lengkap kita tidak mungkin dapat menikmati
fasilitas dari listrik. Hukum Ohm merupakan suatu hukum yang berperan dalam
suatu rangkaian listrik baik rangkaian tersebut berbentuk seri, paralel maupun
rangkaian campuran. Garis besar bunyi hukum Ohm yaitu “besarnya arus listrik
yang mengalir sebanding dengan besarnya beda potensial (tegangan)”.
Praktikum kali ini adalah contoh pengaplikasian rangkaian seri-paralel
beserta penggunaan resistor di dalamnya. Masing-masing rangkaian akan dihitung
besar tegangan dan arus listriknya menggunakan catu daya. Resistor digunakan juga
untuk membuktikan keterkaitan antara hukum Ohm dengan rangkaian listrik yang
ada.
Ilmu pengetahuan sangat berperan penting dalam kehidupan sehari – hari
terutama bidang ilmu fisika dan salah satunya hukum Ohm. Percobaan hukumOhm
dilakukan agar kita jadi tahu bahwa dalam kehidupan sehari – hari peranan hukum
Ohm juga penting. Peristiwa dalam kehidupan sehari – hari yang
berhubungan dengan hukum Ohm yaitu kompor elektrik atau lampu listrik. Manfaat
dari praktikum ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui penerapan
hukum Ohm.

2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan-rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana perbandingan nilai tegangan dan arus listrik yang
dihasilkan terhadap variasi tegangan catu daya?
b. Bagaiman perbandingan nilai tegangan dan arus listrik yang dihasilkan
terhadap variasi resistor?
c. Bagaimana perbandingan arus listrik yang mengalir pada rangkaian seri
dan paralel?
d. Bagaimana perbandingan tegangan yang dihasilkan pada rangkaian seri
dan paralel?
e. Bagaimana perbandingan hasil praktikum dengan referensi yang ada?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui perbandingan nilai tegangan dan arus listrik yang
dihasilkan pada tiap variasi tegangan catu daya
b. Untuk membandingkan nilai tegangan dan arus listrik terhadap variasi
resistor
c. Untuk membandingkan arus listrik yang mengalir pada rangkaian seri
dan paralel
d. Untuk membandingkan tegangan rangkaian seri dan paralel
e. Untuk membandingkan hasil praktikum dan referensi yang ada
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui perbandingan nilai tegangan dan arus listrik tiap variasi
tegangan catu daya
b. Mengetahui nilai tegangan dan arus listrik terhadap variasi resistor
c. Mengetahui arus listrik yang mengalir pada rangkaian seri dan paralel
d. Mengetahui tegangan rangkaian seri dan paralel

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum Ohm


Sejarah Hukum Ohm berawal dari fisikawan asal Jerman yang bernama
George Ohm. Resistansi penelitiannya dari tahun 1825 sampai 1826. Percobaan
George Ohm dapat inspirasi dari penelitian Fourier tentang heat conduction,
awalnya dari penggunaan elemen volta sebagai sumber tegangan namun beralih
menggunakan Thermocouple karena dianggap lebih stabil. Alat yang digunakan
adalah Galvanometer untuk mengukur arus pada sebuah penghantar yang diberi
suatu tegangan listrik. Hasil percobaan yang diperoleh bahwa besarnya beda
potensial yang dihasilkan berbanding lurus dengan suhu pada junction.
(Purwandari, 2013).
Percobaan selanjutnya melakukan pengukuran dengan Galvanometer dan
mengganti kabel untuk pengujian dengan berbagai panjang dan ukuran diameter
serta bahan yang berbeda. Hasil yang diperoleh bahwa besarnya pembacaan
Galvanometer berbanding lurus dengan suhu namun berbalik dengan panjang kabel
uji, kalau dijelaskan secara rincibahwa besarnya kuat arus yang nilainya dibaca oleh
Galvanometer berbanding lurus dengan beda potensial serta besarnya kuat arus juga
berbanding terbalik dengan hambatan dikarenakan panjang kabel berbanding lurus
dengan hambatan kabel. (Durbin, 2015). Hukum Ohm merupakan suatu
pernyataan yang menyebutkan bahwa arus listrik (I) yang mengalir pada
suatu kawat konduktor berbanding lurus dengan beda potensial (V) yang
diberikan pada ujung-ujungnya, artinya semakin besar beda potensial maka
semakin besar pula arus mengalir, sebaliknya jika beda potensial yang
diberikan diperkecil maka semakin kecil pula arus yang mengalir (Tipler,
2018), Hukum Ohm merupakan suatu pernyataan yang menyebutkan bahwa arus
listrik (I) yang mengalir pada suatukawat konduktor berbanding lurus dengan beda
potensial(V) yang diberikan pada ujung-ujungnya, artinya semakinbesar beda
potensial maka semakin besar pula arus mengalir. Sebaliknya jika beda potensial

4
yang diberikan diperkecil maka semakin kecil pula arus yang mengalir. Rumus
matematis Hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan :
V= I . R (2.1)

2.2 Rangkaian Listrik


Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang
saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu
lintasan tertutup. Rangkaian listrik terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Rangkaian Seri
(Kuntoro, 2019), Rangkaian seri adalah rangkaian listrik yang tidak
memiliki percabangan kabel. ketiadaan percabangan kabel pada rangkaian seri
mengakibatkan aliran listrik akan terputus jika salah satu ujung kabel terputus,
sehingga arus tidak ada yang mengalir di dalam rangkaian. Rangkaian seri
merupakan rangkaian yang hanya menghubungkan dua komponen dan memiliki
besar arus yang sama setiap komponennya. Jumlah dari hambatan-hambatan pada
rangkaian seri adalah jumlah secara langsung dari hambatan-hambatan itu sendiri.
Rumus matematis untuk rangkaian seri, yaitu:
V= V1+V2+V3=I.R1+I.R2+I.R3 (2.2)
Hambatan total pengganti susunan seri resistor (Rs) dirumuskan:
V =I.Rs (2.3)
Persamaan (2.3) disubstitusikan ke persamaan (2.2) didapat perumusan:
Rs = R1 + R2 + R3 (2.4)

b. Rangkaian Paralel
(Kuntoro, 2019), Rangkaian paralel disebut juga rangkaian yang berjajar.
Rangkaian paralel berbeda dengan rangkaian seri, dikarenakan pada rangkaian
paralel resistor, arus dari sumber terbagi menjadi cabang-cabang terpisah.
Rangkaian paralel, merupakan rangkaian yang menghubungkan lebih dari dua
elemen listrik. Nilai arus yang melalui tiap-tiap elemen tersebut bernilai beda, tetapi
memiliki nilai tegangan yang sama. Nilai hambatan yang terdapat pada rangkaian

5
paralel tersebut, merupakan seper hambatan total sama dengan seper jumlah
hambatan-hambatan yang ada. Rumus matematis rangkaian paralel, yaitu:
1 1 1 1 1
= 𝑅1𝑙 + 𝑅2 + 𝑅3 + ... 𝑅𝑛 (2.5)
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Gambar 2.3 Rangkaian Listrik

2.3 Pemanfaatan Hukum Ohm dan Rangkaian Listrik


Hukum Ohm dan rangkaian listrik, baik seri maupun paralel banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Rangkaian paralel lebih banyak
dimanfaatkan dalam kehidupan, contohnya listrik rumah tangga. Hal ini terjadi
karena biaya yang dikeluarkan lebih hemat daripada penggunaan rangkaian seri.
Hal-hal lain yang menggunakan hukum Ohm dan rangkaian listrik.
a. Kipas angin konvensional
b. Pemanas listrik
c. Desain sekring
d. Pengisi daya alat elektronik

6
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai
berikut.
a. Catu daya berfungsi sebagai pemasok energi listrik untuk satu atau
lebih beban listrik.
b. Kabel penghubung merah berfungsi sebagai penghubung rangkaian
dengan catu daya.
c. Kabel penghubung hitam berfungsi sebagai penghubung rangkaian
dengan catu daya.
d. Papan rangkaian berfungsi untuk menghubungkan komponen-
komponen elektronika dengan lapisan jalur konduktornya.
e. Saklar 1 kutub berfungsi sebagai menghubungkan atau memutuskan
suatu hantaran atau rangkaian.
f. Jembatan penghubung berfungsi untuk mengukur nilai suatu hambatan
yang tidak diketahui besarannya.
g. Meter dasar 90 berfungsi untuk mengukur arus atau tegangan DC.
h. Multimeter berfungsi untuk mengukur tiga jenis besaran, yaitu arus
listrik, tegangan listrik, dan hambatan.
i. Resistor 47  berfungsi sebagai hambatan pada rangkaian.
j. Resistor 4,7  berfungsi sebagai hambatan pada rangkaian.
k. Resistor 100  berfungsi sebagai hambatan pada rangkaian.
3.2 Desain Percobaan
a. Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik

Gambar 3.2a Desain Percobaan

7
b. Mengetahui Karakteristik Hukum Ohm

Gambar 3.2b Desain Percobaan


c. Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
Rangkaian Bercabang dan Tak Bercabang
- Rangkaian Seri

Gambar 3.2c Desain Percobaan Rangkaian Seri


- Rangkaian Paralel

Gambar 3.2c Desain Percobaan Rangkaian Paralel

3.3 Metode Penelitian


Praktikum kali ini dilakukan dengan cara eksperimen di dalam
laboratorium. Penghitungan dan pengukuran dilakukan secara kuantitatif
dikarenakan hasil hitung akan selalu terpaku pada angka yang muncul saat
eksperimen dilakukan.

8
a. Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik
Catu Daya (E) I V
3V
6V
b. Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm
Resistor Catu Daya (E) I V
3
6
100 
9
12
3
6
47 
9
12

c. Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari


Rangkaian Bercabang dan Tidak Bercabang
- Rangkaian Seri
Catu
Posisi R1 R2 I V
Daya (E)
6
A
9
6
B 4,7  47 
9
6
C
9
- Rangkaian Paralel
Catu
Posisi R1 R2 I V
Daya (E)
6
A
9
6
B 4,7  47 
9
6
C
9
d. Ralat Percobaan Hukum Ohm dan Rangkaian Seri-Paralel
Ralat pada praktikum hukum Ohm dan rangkaian seri-paralel, yaitu.
• Menentukan I (%) :
∆𝑥
𝑥̅
(3.1)

9
• Menentukan K (%) :
100%-1 (3.2)
• Menentukan AP :
1-log 1 (3.3)

3.4 Metode Kerja


3.4.1 Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik
Mulai

Disusun rangkaian listrik

Dihubungkan catu daya ke sumber tegangan, dipilih tegangan skala 3 V

Dipilih voltmeter skala 10 VDC

Ditutup/dihidupkan saklar, diamati besar tegangan pada voltmeter kemudian


dicatat

Dibuka/dimatikan saklar, diubah tegangan pada catu daya menjadi 6 VDC.


Dilakukan kembali langkah 4

Diubah rangkaian

Dihubungkan catu daya ke sumber tegangan, dipilih skala 3 V

Dipilih amperemeter skala 5 VDC

Ditutup/dihidupkan saklar, diamati besar kuat arus pada amperemeter kemudian


dicatat

Dibuka/dimatikan saklar, diubah tegangan pada catu daya menjadi 6 VDC,


dilakukan kembali langkah 9

Selesai

10
3.4.2 Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm
Mulai

Disusun rangkaian

Dihubungkan rangkaian dengan catu daya dalam keadaan off (saklar terbuka),
dipilih skala 3 VDC

Dihidupkan saklar dan diamati skala amperemeter dan voltmeter, dicatat

Dimatikan saklar, dinaikkan catu daya skala 6 VDC, diulangi langkah 3

Diganti resistor pertama dengan R2 = 47, diulangi langkah 2 – 4

Selesai

11
3.4.3 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
Rangkaian Bercabang dan Tak Bercabang
3.4.3.1 Rangkaian Seri
Mulai

Disusun rangkaian

Dihubungkan rangkaian dengan amperemeter dengan batas ukur 1A pada posisi a

Dihubungkan pula rangkaian dengan catu daya skala 9 VDC

Ditutup saklar, dibaca nilai kuat arus listrik (Ia) pada amperemeter. Dicatat
hasilnya

Dibuka saklar, dipindahkan amperemeter pada posisi b, ditutup saklar dan dibaca
nilai kuat arus listrik (Ib) pada amperemeter, dicatat

Dibuka saklar, diubah rangkaian

Diubah meter dasar menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC

Dipasang voltmeter pada posisi a

Ditutup saklar, dibaca nilai tegangan Va dan dicatat

Dibuka sakalar, diulangi langkah 7 dan 8 untuk voltmeter di b dan c, dicatat


hasilnya

Dilakukan langkah diatas untuk kombinasi seri dari resistor 47, 56, 100

Selesai

12
3.4.3.2 Rangkaian Paralel
Mulai

Disusun rangkaian, digunakan resistor R1 = 4,7 dan R2 = 47. Dipastikan saklar


dalam keadaan terbuka

Dihubungkan rangkaian dengan amperemeter dengan batas ukur 100 mA pada


posisi a

Dihubungkan pula rangkaian dengan catudaya skala 3 VDC

Ditutup saklar, dibaca nilai kuat arus listrik (I) pada amperemeter,dicatat hasilnya

Dibuka saklar, dipindahkan amperemeter pada posisi a, ditutup saklar dan dibaca
nilai kuat arus listrik (Ia) pada amperemeter, dicatat

Dibuka saklar, dipindahkan amperemeter pada posisi b, dibaca nilai kuat arus
listrik pada amperemeter dan dicatat hasilnya

Dibuka saklar, diubah rangkaian

Diubah meter dasar menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC

Dipasang voltmeter pada posisi V

Ditutup saklar, dibaca nilai tegangan V dan dicatat

Dibuka saklar, diulangi langkah 7 – 8 untuk posisi volmeter di a dan b, dicatat


hasilnya

Dilakukan langkah diatas untuk kombinasi seri dari resistor 47, 56, 100

Selesai

13
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan


4.1.1 Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik
Catu Daya
I ± I V ± V
(E)
3 0,4 ± 0,24749 3,2 ± 2,12132
6 0,05 ± 0,24749 6,2 ± 2,12132

4.1.2 Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm


Catu
Resistor I ± I V ± V
daya (E)
3 0,07 ± 0,09215 3,2 ± 1,979899
100 6 0,12 ± 0,09215 6 ± 1,979899
Ohm 9 0,2 ± 0,09215 9 ± 1,979899
12 0,28 ± 0,09215 12 ± 1,979899
3 0,04 ± 0,036515 3 ± 2,12132
6 0,06 ± 0,036515 6 ± 2,12132
47 Ohm
9 0,1 ± 0,036515 9 ± 2,12132
12 0,12 ± 0,036515 12 ± 2,12132
4.1.3 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
Rangkaian Bercabang dan Tidak Bercabang
- Seri
Posisi R1 R2 Catu Daya (E) I ± I V ± V
6 0,05 ± 1,325 6,2 ± 7,7
A
9 1,6 ± 1,325 9,2 ± 7,7
6 0,11 ± 0,12 0,8 ± 0,9
B 4,7 47
9 0,13 ± 0,12 1 ± 0,9
6 0,1 ± 0,14 5,9 ± 7,1
C
9 0,18 ± 0,14 8,3 ± 7,1

14
- Paralel
Posisi R1 R2 Catu Daya (E) I ± I V ± V
6 1,05 ± 1,35 3 ± 5,7
A
9 1,65 ± 1,35 8,4 ± 5,7
6 0,95 ± 1,225 5,2 ± 6,65
B 4,7 47
9 1,5 ± 1,225 8,1 ± 6,65
6 0,55 ± 0,575 5,2 ± 6,6
C
9 0,6 ± 0,575 8 ± 6,6

4.2 Pembahasan
Pengukuran besar tegangan dan kuat arus listrik dilakukan dengan
menggunakan voltmeter dan amperemeter. Amperemeter adalah alat yang
digunakan untuk mengukur besarnya kuat arus pada rangkaian listrik.
Amperemeter dalam penggunaannya dilakukan dengan menghubungkan secara
seridengan sebuah beban (bola lampu) yang akan dihitung kuat arusnya. Voltmeter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya tegangan pada rangkaian.
Voltmeter dalam pengggunaannya diletakkan secara paralel dengan sebuah
beban (bola lampu) yang akan dihitung besar tegangannya.
Percobaan pengukuran tegangan dan kuat arus listrik diperoleh beberapa
perbandingan. Percobaan dilakukan dengan menghubungkan rangkaian listrik pada
catu daya menggunakan skala yang berbeda, yaitu 3 V dan 6 V. percobaan ini
dilakukan pada dua rangkaian yang berbeda. Perbandingan hasil antara tegangan
dengan kuat arus adalah sama. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang diperoleh pada
saat pengukuran. Pengukuran dengan catu daya 3 V didapatkan hasil dengan besar
arus listrik 0,4 A serta tegangan sebesar 3,2 V. pengukuran kedua menggunakan
catu daya 6 V didapatkan hasil dengan besar arus listrik 0,05 A serta tegangan
sebesar 6,2 V. Pengukuran tadi membuktikan bahwa apabila besar tegangan
meningkat maka kuat arus ikut meningkat.
Percobaan selanjutnya adalah menyelidiki karakteristik Hukum Ohm.
Percobaan dilakukan dengan menyusun dua rangkaian berbeda. Rangkaian
dipasang dengan resistor 100 Ω dan 47 Ω. Catu daya juga digunakan skala yang
berbeda, yaitu 3 V, 6 V, 9 V, dan 12 V. Besar tegangan berbanding lurus dengan

15
kuat arus pada saat resistor yang sama. Rangkaian dengan resistor 100 Ω dengan
catu daya 3 V memiliki besar arus listrik 0,07 A dan tegangan sebesar 3,2 V; dengan
catu daya 6 V besar arus listrik 0,12 A dan tegangan sebesar 6 V; dengan catu daya
9 V besar arus listrik 0,2 A dan tegangan sebesar 9 V; dan catu daya 12 V besar
arus listrik 0,28 A serta tegangan 12 V. Nilai hambatan tetap, maka besar kuat arus
tidak tetap karena terdapat hambatan yang mempengaruhi besar kuat arus. kuat arus
berbading terbalik dengan hambatan. Hal ini terlihat pada hasil praktikum dimana
pada hambatan 100 Ω besar kuat arus lebih kecil daripada kuat arus pada hambatan
47 Ω.
Percobaan terakhir adalah menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan
listrik dari rangkaian bercabang dan tidak bercabang. Percobaan ini dilakukan
dengan rangkaian yang berbeda jenis, yaitu rangkaian seri dan rangkaian paralel.
Rangkaian seri dibuat menjadi 3 posisi yang berbeda serta resistor yang digunakan
ada dua, yaitu 4,7 Ω dan 47 Ω. Catu daya yang digunakan juga berjumlah dua, yaitu
6 V dan 9 V. Rangkaian posisi a diperoleh besar arus 1,05 A dan tegangan 6,2 V
menggunakan catu daya 6 V. Rangkaian dan posisi yang sama diperoleh besar arus
1,6 A dan tegangan 9,2 V menggunakan catu daya 9 V. Rangkaian seri untuk posisi
b diperoleh besar arus 0,11 A dan tegangan 0,8 V menggunakan catu daya 6 V.
Rangkaian yang sama diperoleh besar arus 0,13 V dan tegangan 1 V menggunakan
catu daya 9 V. Rangkaian seri untuk posisi c diperoleh besar arus 0,1 A dan
tegangan 5,9 V menggunakan catu daya 6 V. Rangkaian yang sama diperoleh besar
arus 0,18 A dan tegangan 8,3 V menggunakan catu daya 9 V. Hasil tersebut
membuktikan bahwa pada rangkaian seri besar arus dan tegangan yang dihasilkan
cukup tinggi.
Rangkaian selanjutnya adalah rangkaian paralel. Rangkaian paralel dibuat
menjadi 3 posisi yang berbeda serta resistor yang digunakan ada dua, yaitu 4,7 Ω
dan 47 Ω. Catu daya yang digunakan juga berjumlah dua, yaitu 6 V dan 9 V.
Rangkaian posisi a diperoleh besar arus 1,05 A dan tegangan 3 V menggunakan
catu daya 6 V. Rangkaian dan posisi yang sama diperoleh besar arus 1,65 A dan
tegangan 8,4 V. Rangkaian paralel untuk posisi b diperoleh besar arus 0,95 A dan
tegangan 5,2 V menggunakan catu daya 6 V. Rangkaian dan posisi yang sama

16
diperoleh besar arus 1,5 A dan tegangan 8,1 V menggunakan catu daya 9 V.
Rangkaian posisi c diperoleh besar arus 0,55 A dan tegangan 5,2 V menggunakan
catu daya 6 V. Rangkaian dan posisi yang sama diperoleh besar arus 0,6 A dan
tegangan 8 V menggunakan catu daya 9 V. Hasil dan perhitungan tadi membuktikan
bahwa rangkaian paralel memiliki besar arus serta tegangan yang lebih kecil
daripada rangkaian seri. Hal ini dipengaruhi oleh panjang lintasan serta letak
rangkaian yang mengakibatkan listrik yang dibutuhkan akan menyebar pada
seluruh rangkaian yang ada.

17
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
a. Rangkaian seri merupakan rangkaian berderet yang tidak memiliki
percabangan pada kabel-kabel maupun resistor dalam penyusunannya.
Rangkaian paralel merupakan rangkaian berjajar yang memiliki
percabangan pada kabel-kabel maupun resistor dalam penyusunannya.
b. Resistor memiliki pengaruh terhadap besar kuat arus listrik dan tegangan
pada suatu rangkaian, baik rangkaian seri maupun paralel. Keberadaan
resistor memiliki pengaruh untuk mengecilkan angka yang tercatat pada
proses pengamatan menggunakan Amperemeter dan Voltmeter.

5.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah praktikan harus membaca
modul dan mengikuti instruksi dari asisten. Kegiatan ini dilakukan agar
praktikan dapat bekerja dengan baik dan lancar selam proses praktikum
dilaksanakan. Hal ini juga diharapkan dapat meminimalisir kesalahan
ataupun kerusakan yang sangat rentan terjadi oleh para praktikan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dirgantara, Bhernanda Logan. 2015. Aplikasi simulasi hukum ohm berbasis html.
Jurnal Fisika. 1 (1): 2-3.
Durbin. 2015. Rangkaian Listrik .Jakarta:Erlangga.
Kuntoro, Tri. 2019. Fisika Dasar. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Purwandari, E.2013. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember: Universitas
Jember.
Tim Penyusun. 2022. Modul Praktikum Fisika Dasar: Hukum Ohm dan Rangkaian
Seri-Paralel. Jember: Universitas Jember.
Tipler, Paul A. 2018. Fundamentals of Physics for University. Jakarta: Erlangga.

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai