LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA DASAR
Oleh :
Nama/NIM : Kania Trieswanda/221810401083
Fakultas/Jurusan : MIPA/Biologi
Kelompok : 07
Asisten : Taufik Firman Nurdiawan
Koordinator Asisten : Qurrota A’yun
Tanggal Praktikum/Jam : 1 November 2022/14.20 – 17.00 WIB
2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan-rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana perbandingan nilai tegangan dan arus listrik yang
dihasilkan terhadap variasi tegangan catu daya?
b. Bagaiman perbandingan nilai tegangan dan arus listrik yang dihasilkan
terhadap variasi resistor?
c. Bagaimana perbandingan arus listrik yang mengalir pada rangkaian seri
dan paralel?
d. Bagaimana perbandingan tegangan yang dihasilkan pada rangkaian seri
dan paralel?
e. Bagaimana perbandingan hasil praktikum dengan referensi yang ada?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui perbandingan nilai tegangan dan arus listrik yang
dihasilkan pada tiap variasi tegangan catu daya
b. Untuk membandingkan nilai tegangan dan arus listrik terhadap variasi
resistor
c. Untuk membandingkan arus listrik yang mengalir pada rangkaian seri
dan paralel
d. Untuk membandingkan tegangan rangkaian seri dan paralel
e. Untuk membandingkan hasil praktikum dan referensi yang ada
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui perbandingan nilai tegangan dan arus listrik tiap variasi
tegangan catu daya
b. Mengetahui nilai tegangan dan arus listrik terhadap variasi resistor
c. Mengetahui arus listrik yang mengalir pada rangkaian seri dan paralel
d. Mengetahui tegangan rangkaian seri dan paralel
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
yang diberikan diperkecil maka semakin kecil pula arus yang mengalir. Rumus
matematis Hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan :
V= I . R (2.1)
b. Rangkaian Paralel
(Kuntoro, 2019), Rangkaian paralel disebut juga rangkaian yang berjajar.
Rangkaian paralel berbeda dengan rangkaian seri, dikarenakan pada rangkaian
paralel resistor, arus dari sumber terbagi menjadi cabang-cabang terpisah.
Rangkaian paralel, merupakan rangkaian yang menghubungkan lebih dari dua
elemen listrik. Nilai arus yang melalui tiap-tiap elemen tersebut bernilai beda, tetapi
memiliki nilai tegangan yang sama. Nilai hambatan yang terdapat pada rangkaian
5
paralel tersebut, merupakan seper hambatan total sama dengan seper jumlah
hambatan-hambatan yang ada. Rumus matematis rangkaian paralel, yaitu:
1 1 1 1 1
= 𝑅1𝑙 + 𝑅2 + 𝑅3 + ... 𝑅𝑛 (2.5)
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
6
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
7
b. Mengetahui Karakteristik Hukum Ohm
8
a. Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik
Catu Daya (E) I V
3V
6V
b. Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm
Resistor Catu Daya (E) I V
3
6
100
9
12
3
6
47
9
12
9
• Menentukan K (%) :
100%-1 (3.2)
• Menentukan AP :
1-log 1 (3.3)
Diubah rangkaian
Selesai
10
3.4.2 Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm
Mulai
Disusun rangkaian
Dihubungkan rangkaian dengan catu daya dalam keadaan off (saklar terbuka),
dipilih skala 3 VDC
Selesai
11
3.4.3 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
Rangkaian Bercabang dan Tak Bercabang
3.4.3.1 Rangkaian Seri
Mulai
Disusun rangkaian
Ditutup saklar, dibaca nilai kuat arus listrik (Ia) pada amperemeter. Dicatat
hasilnya
Dibuka saklar, dipindahkan amperemeter pada posisi b, ditutup saklar dan dibaca
nilai kuat arus listrik (Ib) pada amperemeter, dicatat
Dilakukan langkah diatas untuk kombinasi seri dari resistor 47, 56, 100
Selesai
12
3.4.3.2 Rangkaian Paralel
Mulai
Ditutup saklar, dibaca nilai kuat arus listrik (I) pada amperemeter,dicatat hasilnya
Dibuka saklar, dipindahkan amperemeter pada posisi a, ditutup saklar dan dibaca
nilai kuat arus listrik (Ia) pada amperemeter, dicatat
Dibuka saklar, dipindahkan amperemeter pada posisi b, dibaca nilai kuat arus
listrik pada amperemeter dan dicatat hasilnya
Dilakukan langkah diatas untuk kombinasi seri dari resistor 47, 56, 100
Selesai
13
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
- Paralel
Posisi R1 R2 Catu Daya (E) I ± I V ± V
6 1,05 ± 1,35 3 ± 5,7
A
9 1,65 ± 1,35 8,4 ± 5,7
6 0,95 ± 1,225 5,2 ± 6,65
B 4,7 47
9 1,5 ± 1,225 8,1 ± 6,65
6 0,55 ± 0,575 5,2 ± 6,6
C
9 0,6 ± 0,575 8 ± 6,6
4.2 Pembahasan
Pengukuran besar tegangan dan kuat arus listrik dilakukan dengan
menggunakan voltmeter dan amperemeter. Amperemeter adalah alat yang
digunakan untuk mengukur besarnya kuat arus pada rangkaian listrik.
Amperemeter dalam penggunaannya dilakukan dengan menghubungkan secara
seridengan sebuah beban (bola lampu) yang akan dihitung kuat arusnya. Voltmeter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya tegangan pada rangkaian.
Voltmeter dalam pengggunaannya diletakkan secara paralel dengan sebuah
beban (bola lampu) yang akan dihitung besar tegangannya.
Percobaan pengukuran tegangan dan kuat arus listrik diperoleh beberapa
perbandingan. Percobaan dilakukan dengan menghubungkan rangkaian listrik pada
catu daya menggunakan skala yang berbeda, yaitu 3 V dan 6 V. percobaan ini
dilakukan pada dua rangkaian yang berbeda. Perbandingan hasil antara tegangan
dengan kuat arus adalah sama. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang diperoleh pada
saat pengukuran. Pengukuran dengan catu daya 3 V didapatkan hasil dengan besar
arus listrik 0,4 A serta tegangan sebesar 3,2 V. pengukuran kedua menggunakan
catu daya 6 V didapatkan hasil dengan besar arus listrik 0,05 A serta tegangan
sebesar 6,2 V. Pengukuran tadi membuktikan bahwa apabila besar tegangan
meningkat maka kuat arus ikut meningkat.
Percobaan selanjutnya adalah menyelidiki karakteristik Hukum Ohm.
Percobaan dilakukan dengan menyusun dua rangkaian berbeda. Rangkaian
dipasang dengan resistor 100 Ω dan 47 Ω. Catu daya juga digunakan skala yang
berbeda, yaitu 3 V, 6 V, 9 V, dan 12 V. Besar tegangan berbanding lurus dengan
15
kuat arus pada saat resistor yang sama. Rangkaian dengan resistor 100 Ω dengan
catu daya 3 V memiliki besar arus listrik 0,07 A dan tegangan sebesar 3,2 V; dengan
catu daya 6 V besar arus listrik 0,12 A dan tegangan sebesar 6 V; dengan catu daya
9 V besar arus listrik 0,2 A dan tegangan sebesar 9 V; dan catu daya 12 V besar
arus listrik 0,28 A serta tegangan 12 V. Nilai hambatan tetap, maka besar kuat arus
tidak tetap karena terdapat hambatan yang mempengaruhi besar kuat arus. kuat arus
berbading terbalik dengan hambatan. Hal ini terlihat pada hasil praktikum dimana
pada hambatan 100 Ω besar kuat arus lebih kecil daripada kuat arus pada hambatan
47 Ω.
Percobaan terakhir adalah menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan
listrik dari rangkaian bercabang dan tidak bercabang. Percobaan ini dilakukan
dengan rangkaian yang berbeda jenis, yaitu rangkaian seri dan rangkaian paralel.
Rangkaian seri dibuat menjadi 3 posisi yang berbeda serta resistor yang digunakan
ada dua, yaitu 4,7 Ω dan 47 Ω. Catu daya yang digunakan juga berjumlah dua, yaitu
6 V dan 9 V. Rangkaian posisi a diperoleh besar arus 1,05 A dan tegangan 6,2 V
menggunakan catu daya 6 V. Rangkaian dan posisi yang sama diperoleh besar arus
1,6 A dan tegangan 9,2 V menggunakan catu daya 9 V. Rangkaian seri untuk posisi
b diperoleh besar arus 0,11 A dan tegangan 0,8 V menggunakan catu daya 6 V.
Rangkaian yang sama diperoleh besar arus 0,13 V dan tegangan 1 V menggunakan
catu daya 9 V. Rangkaian seri untuk posisi c diperoleh besar arus 0,1 A dan
tegangan 5,9 V menggunakan catu daya 6 V. Rangkaian yang sama diperoleh besar
arus 0,18 A dan tegangan 8,3 V menggunakan catu daya 9 V. Hasil tersebut
membuktikan bahwa pada rangkaian seri besar arus dan tegangan yang dihasilkan
cukup tinggi.
Rangkaian selanjutnya adalah rangkaian paralel. Rangkaian paralel dibuat
menjadi 3 posisi yang berbeda serta resistor yang digunakan ada dua, yaitu 4,7 Ω
dan 47 Ω. Catu daya yang digunakan juga berjumlah dua, yaitu 6 V dan 9 V.
Rangkaian posisi a diperoleh besar arus 1,05 A dan tegangan 3 V menggunakan
catu daya 6 V. Rangkaian dan posisi yang sama diperoleh besar arus 1,65 A dan
tegangan 8,4 V. Rangkaian paralel untuk posisi b diperoleh besar arus 0,95 A dan
tegangan 5,2 V menggunakan catu daya 6 V. Rangkaian dan posisi yang sama
16
diperoleh besar arus 1,5 A dan tegangan 8,1 V menggunakan catu daya 9 V.
Rangkaian posisi c diperoleh besar arus 0,55 A dan tegangan 5,2 V menggunakan
catu daya 6 V. Rangkaian dan posisi yang sama diperoleh besar arus 0,6 A dan
tegangan 8 V menggunakan catu daya 9 V. Hasil dan perhitungan tadi membuktikan
bahwa rangkaian paralel memiliki besar arus serta tegangan yang lebih kecil
daripada rangkaian seri. Hal ini dipengaruhi oleh panjang lintasan serta letak
rangkaian yang mengakibatkan listrik yang dibutuhkan akan menyebar pada
seluruh rangkaian yang ada.
17
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
a. Rangkaian seri merupakan rangkaian berderet yang tidak memiliki
percabangan pada kabel-kabel maupun resistor dalam penyusunannya.
Rangkaian paralel merupakan rangkaian berjajar yang memiliki
percabangan pada kabel-kabel maupun resistor dalam penyusunannya.
b. Resistor memiliki pengaruh terhadap besar kuat arus listrik dan tegangan
pada suatu rangkaian, baik rangkaian seri maupun paralel. Keberadaan
resistor memiliki pengaruh untuk mengecilkan angka yang tercatat pada
proses pengamatan menggunakan Amperemeter dan Voltmeter.
5.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah praktikan harus membaca
modul dan mengikuti instruksi dari asisten. Kegiatan ini dilakukan agar
praktikan dapat bekerja dengan baik dan lancar selam proses praktikum
dilaksanakan. Hal ini juga diharapkan dapat meminimalisir kesalahan
ataupun kerusakan yang sangat rentan terjadi oleh para praktikan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Dirgantara, Bhernanda Logan. 2015. Aplikasi simulasi hukum ohm berbasis html.
Jurnal Fisika. 1 (1): 2-3.
Durbin. 2015. Rangkaian Listrik .Jakarta:Erlangga.
Kuntoro, Tri. 2019. Fisika Dasar. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Purwandari, E.2013. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember: Universitas
Jember.
Tim Penyusun. 2022. Modul Praktikum Fisika Dasar: Hukum Ohm dan Rangkaian
Seri-Paralel. Jember: Universitas Jember.
Tipler, Paul A. 2018. Fundamentals of Physics for University. Jakarta: Erlangga.
19
LAMPIRAN
20