Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
KONSEP DASAR RANGKAIAN LISTRIK
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu :
Mengenal syarat rangkaian listrik dasar
Menjadi familiar dengan simbol rangkaian
Menjadi familiar dengan skema rangkain listrik
Mengetahui konsep arus dan tegangan
Mengetahui hamabtan dan karakteristiknya
Menjadi familiar dengan ammeter, voltmeter dan ohmmeter
Mengetahui perbedaan antara aliran elektron dan aliran arus konvensional
Mengenal konsep arah referensi tegangan dan arus
Mengenal aplikasi hukum Ohm

Energi listrik/kelistrikan memiliki aplikasi langsung pada kehidupan manusia
karena terkait dengan fungsi listrik sebagai sumber dari berbagai peralatan rumah tangga
maupun industri. Berbicara mengenai rangkaian listrik, rangkaian listrik merupakan dasar
dari teori rangkaian pada bidang kelistrikan yang menjadi dasar bagi ilmu-ilmu lainnya
seperti elektronika, sistem komputer, dan semua bidang terkait.
Saat ini, teknologi kelistrikan, elektronika, dan teknologi komputer berkembang
sangat pesat sehingga terdapat banyak pilihan karir dalam bidang ini, antara lain adalah
engineer dalam bidang kelistrikan, engineer dalam bidang elektronik, engineer dalam
bidang instrumentasi, engineer dalam bidang proses dan system, dan lain-lain. Nama-nama
pada Tabel 1 di bawah ini merupakan ilmuwan yang memberikan kontribusi yang sangat
besar dalam mengembangkan teorema rangkaian listrik.

1.1 Konsep Dasar Rangkaian Listrik
Rangkaian listrik adalah interkoneksi dari sekumpulan elemen atau komponen
listrik pada suatu lintasan tertutup dimana muatan listrik mengalir melewatinya. Yang
dimaksud dengan satu lintasan tertutup adalah satu lintasan saat kita mulai dari titik yang
dimaksud akan kembali lagi ke titik tersebut tanpa terputus dan tidak memandang
seberapa jauh atau dekat lintas an yang kita tempuh.



2

Tabel 1. Daftar ilmuwan yang berkontribusi pada kelistrikan

Rangkaian listrik yang paling dasar terdiri dari 3 komponen seperti ditunjukkan dalam
Gambar 1.1, yaitu
a) Catu daya (Power supply)
b) Beban (Load)
c) Kawat penghantar (wire)

Gambar 1.1. Tiga unsur dalam sebuah rangkaian listrik
Catu daya atau power supply adalah alat untuk menyediakan energi listrik kepada load
(beban) pada rangkaian listrik. Contoh dari power supply adalah:
Baterai, mengubah energi kimia menjadi energi listrik.
Hydroelectric generator, mengubah energi dari pergerakan air menjadi energi
listrik.
Thermo generator, mengubah energi panas menjadi energi listrik.
3

Beban (load) adalah alat yang terhubung ke output terminal pada suatu rangkaian
listrik, dan mengkonsumsi energi listrik. Sebuah beban dapat berupa semua alat yang
dapat menerima energi listrik dan mengubahnya menjadi bentuk energi yang lain. Contoh
dari load (beban) adalah:
Lampu listrik, mengubah energi listrik menjadi energi cahaya.
Motor listrik, mengubah energi listrik menjadi energi gerak.
Speaker, mengubah energi listrik menjadi energi suara.
Kawat penghantar (wire) berfungsi menghubungkan komponen-komponen pada
rangkaian, dan membawa muatan listrik melewati rangkaian tersebut.
1.2 Skema (Diagram) Rangkaian dan Simbol
Lazimnya, suatu rangkaian listrik biasa direpresentasikan oleh sebuah skema.
Skema merupakan diagram yang menyajikan interkoneksi dari komponen-komponen
pada suatu rangkaian dengan lebih sederhana sehingga dapat lebih mudah untuk
dimengerti, dianalisa, dan dihitung. Dalam membuat skema digunakan simbol rangkaian
sesuai dengan tata letak sambungan rangkain yang sebenarnya. Simbol rangkaian adalah
idealisasi dan pendekatan dari komponen rangkaian yang sebenarnya.
Contoh dari penyederhanaan ini dapat dilihat pada rangkaian senter berikut.

Gambar 1.2. Rangkaian flashlight



Gambar 1.3. Skema rangkaian flashlight
4

Tabel 1.2 di bawah ini merupakan simbol dari semua komponen pada rangkaian
listrik yang dikenal
Tabel 1.2 Simbol-simbol komponen listrik yang umum digunakan.
.
1.3 Arus Listrik
Arus listrik adalah aliran muatan listrik pada suatu rangkaian listrik, atau muatan
listrik yang mengalir pada suatu rangkaian listrik tiap satuan waktu. Jika Q
merepresentasikan banyaknya muatan yang bergerak pada selang waktu t, maka besarnya I
adalah:


5


Alat untuk mengukur kuat arus adalah Ammeter. Alat ini harus dipasang secara
seri pada rangkaian sehingga arus yang akan diukur dapat mengalir melalui Ammeter.

Gambar 1.4. rangkaian pengukuran arus menggunakan Ammeter
Arah arus listrik
Terdapat 2 versi untuk menunjukkan arah dari arus listrik, yaitu:
a. Aliran arus konvensional, arus didefinisikan sebagai aliran dari muatan positif
(proton) dari kutubl positif power supply menuju kutub negatifnya.
b. Aliran elektron, arus didefinisikan sebagai aliran muatan negatif (elektron) dari
kutub negatif power supply menuju kutub positifnya.

(a) (b)
Gambar 1.5. Arah arus listrik. (a) arah arus konvensional, (b) arah arus elektron
1.4 Tegangan Listrik
Tegangan / Electromotive force (EMF) / Gaya Gerak Listrik (GGL)
Prinsip kerja tegangan dapat dianalogikan dengan prinsip kerja pistol air. Jika tidak
ada tekanan dari pistol (trigger tidak ditekan), maka tidak akan ada air yang keluar dari
6

moncongnya. Sama seperti tekanan air yang dibutuhkan pada pistol air, tekanan listrik
atau tegangan juga dibutuhkan pada rangkaian listrik. Tegangan memiliki tanggung jawab
untuk mendorong dan menarik elektron atau arus dalam melewati suatu rangkaian.
Semakin tinggi tegangan, maka akan semakin besar arus yang mengalir.
Baterai adalah salah satu contoh sumber tegangan yang menghasilkan
electromotive force (EMF) diantara dua terminalnya. Ketika EMF diberikan pada suatu
rangkaian, dia akan menggerakkan elektron di sekitar rangkaian atau menyebabkan arus
mengalir melalui rangkaian karena EMF sendiri merupakan gaya gerak elektron / gaya
gerak listrik. Tegangan disimbolkan dengan V, dan memiliki satuan volt (V). EMF
disimbolkan dengan E, dan memiliki satuan volt (V).

Beda potensial
Diasumsikan bahwa terdapat 2 buah tangki air A dan B, air hanya akan dapat
mengalir dari tangki A ke tangki B apabila tinggi air di tangki A lebih tinggi daripada
tinggi air di tangki B. Begitu juga dengan rangkaian listrik, arus hanya akan dapat
mengalir di antara 2 titik apabila terdapat beda potensial listrik.
Beda potensial atau tegangan ini dihasilkan oleh GGL pada sumber tegangan, dan
itu merupakan banyaknya energi (work) yang dibutuhkan untuk memindahkan elektron
diantara 2 titik. Jika energi (work) direpresentasikan oleh W, dan muatan yang
dipindahkan dari titik A ke B adalah Q, maka beda potensial antara 2 titik tersebut adalah



EMF disebut juga source voltage atau applied voltage karena EMF di supply oleh
sumber tegangan dan diterapkan pada load (beban) pada rangkaian. Tegangan antara 2
terminal load (beban) disebut load voltage (tegangan beban). Tegangan di antara suatu
komponen pada rangkaian kadang disebut voltage drop (tegangan turun), yaitu ketika arus
listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah pada rangkaian, atau disebut
7

voltage rise (tegangan naik), yaitu ketika arus listrik mengalir dari potensial rendah ke
potensial tinggi pada rangkaian.
Alat untuk mengukur tegangan adalah voltmeter. Alat ini harus dihubungkan
secara paralel pada rangkaian listrik agar bisa digunakan untuk mengukur tegangan.

Gambar 1.6. Rangkaian pengukur tegangan dengan volmeter
1.5 Resistansi dan Hukum Ohm
Resistor
Hambatan atau resistansi suatu penghantar berguna untuk mengatur besarnya kuat
arus listrik yang mengalir melalui suatu rangkaian listrik. Semakin besar nilai
resistansinya, maka arus yang mengalir akan semakin kecil.
Lampu, kompor listrik, dan motor listrik adalah beberapa contoh komponen listrik
yang biasanya direpresentasikan oleh resistor R karena apabila salah satu dari komponen
tersebut dihubungkan pada suatu rangkaian listrik, maka dia akan mengkonsumsi energi
listrik, menyebabkan resistansi, dan mengurangi besarnya arus yang mengalir pada
rangkaian.
Resistor dibagi menjadi 2 kategori, yaitu fixed resistor dan variable resistor.
Fixed resistor memiliki nilai resistansi yang tetap dan tidak dapat diubah-ubah.
Variable resistor memiliki nilai resistansi yang dapat diubah dengan mudah atau
diatur secara manual maupun otomatis.



8

Kode warna pada resistor


Gambar 1.7. Kode warna pada resistor
Faktor yang mempegaruhi resistansi
Ada 4 faktor utama yang menyebabkan besarnya resistansi pada suatu penghantar,
yaitu luas penampang kawat penghantar (A), panjang kawat penghantar (), temperatur
(T), dan resistivitas material tersebut ().

Gambar 1.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya hambatan resistor
Secara matematis, resistansi dari suatu konduktor dapat dinyatakan dengan,

(1.1)
R = 2500 5% R = 25 5%
9

Tabel 1.3 menunjukkan daftar nilai resistivitas beberapa material pada suhu 20 C.
Tabel 1.3. Nilai hambatan beberapa material

Dari Persamaan (1) maka:
Semakin besar diameter dari suatu penghantar/konduktor, semakin besar luas
penampangnya, maka semakin kecil resistansi konduktor tersebut, dan semakin banyak
pula arus yang mengalir.
Semakin panjang suatu penghantar/konduktor, semakin besar resistansi dan semakin
banyak waktu yang dibutuhkan arus untuk mengalir.
Resistansi bergantung pada jenis konduktornya / resistivitas dari konduktor tersebut.
Temperatur di sekitar konduktor juga mempengaruhi besar resistivitas material
tersebut.
Alat untuk mengukur besarnya resistansi adalah Ohmmeter. Untuk mengukur
resistansi, resistor harus dikeluarkan dari rangkaian.

Gambar 1.9 Rangkaian pengukur hambatan dengan ohmmeter
Konduktansi
Konduktansi merupakan kebalikan dari resistansi. Konduktansi merupakan
kemampuan material untuk melewatkan arus listrik. Konduktansi merupakan
konduktivitas suatu material, semakin kecil nilai resistansi R suatu material, semakin
10

besar nilai konduktansi G, sehingga akan semakin baik konduktivitas material tersebut,
begitu juga sebaliknya. Secara matematis, konduktansi dapat dinyatakan sebagai berikut.

) (1.2)
dengan meningkatkan luas penampang (A) atau mengurangi panjang suatu
penghantar/konduktor tersebut (), maka akan semakin baik konduktivitasnya.
Satuan dari konduktansi adalah siemens (S) dan mho ().
Hukum Ohm
Hukum Ohm menunjukkan hubungan antara hubungan antara I, V, dan R. Arus
listrik I melewati suatu konduktor adalah sebanding dengan V, dan berbanding terbalik
dengan R.

(1.3)
Karakteristik I-V dari hokum Ohm
Menggunakan sistem koordinat kartesian, tegangan V (sumbu x) di plot terhadap
arus I (sumbu y), grafik yang terbentuk berupa garis lurus, seperti yang ditunjukkan pada
gambar berikut.

Gambar 1.10 Karakteristik arus-tegangan (R = 20 )
Ketika tegangan V sebesar 10 V dan arus I sebesar 0,5 A



(1.4)
Ketika tegangan V sebesar 5 V dan arus I sebesar 0,25 A



(1.5)
Jadi garis lurus yang terbentuk pada grafik di atas menggambarkan hubungan antara arus
dan tegangan pada resistor 20 .
Garis lurus yang terbentuk pada karakteristik I-V menggambarkan perilaku dari
resistor linear, bahwa resistansi tidak berubah karena perubahan tegangan dan arus. Ketika
11

tegangan turun dari 10 V menjadi 5 V, resistansi akan tetap sama yaitu sebesar 20
seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.15 di atas. Ketika hubungan antara tegangan dan
arus bukan merupakan garis lurus, maka resistor yang dihasilkan adalah resistor non-
linear.
Konduktansi pada hokum Ohm
Hukum Ohm dapat menyajikan besar konduktansi yang diberikan melalui hubungan,
(

)
1.6 Referensi Arah Arus dan Tegangan
Referensi arah arus
Diasumsikan suatu arah arus dipilih secara sembarang, kemudian dijadikan sebagai
referensi arah untuk arus I.
Jika diperoleh I > 0, artinya arah arus yang sebenarnya sesuai/konsisten dengan
referensi arah arus yang telah diasumsikan sebelumnya.
Jika diperoleh I < 0, artinya arah arus yang sebenarnya tidak konsisten/berlawanan
dengan referensi arah arus yang telah diasumsikan sebelumnya.
Pada gambar di bawah ini, anak panah dengan garis yang utuh menunjukkan referensi arah
arus, sedangkan anak panah dengan garis putus-putus menunjukkan arah arus yang
sebenarnya.

Gambar 1.11 Arah arus listrik dalam rangkaian
Terdapat 2 metode untuk merepresentasikan referensi arah arus listrik:
a. Ditunjukkan dengan anak panah, arah dari anak panah tersebut menunjukkan
referensi arah arus.
12

b. Ditunjukkan dengan dobel subscript, misalnya I
ab
, menunjukkan referensi untuk
arah arus dari titik a ke titik b.

Gambar 1.12 Arah arus listrik, (a) dari atas ke bawah atau (b) dari titik a ke b
Referensi polaritas tegangan
Diasumsikan muatan kutub suatu tegangan dipilih secara sembarang, kemudian dijadikan
sebagai referensi untuk muatan kutub tegangan.
Jika diperoleh V > 0, artinya muatan kutub tegangan yang sebenarnya sesuai
dengan referensi muatan kutub tegangan yang telah diasumsikan sebelumnya.
Jika diperoleh V < 0, artinya muatan kutub tegangan yang sebenarnya berlawanan
arah dengan referensi muatan kutub tegangan yang telah diasumsikan sebelumnya.
Pada gambar di bawah ini, kutub positif (+) dan negatif (-) merepresentasikan referensi
muatankutub suatu tegangan, dan anak panah merepresentasikan muatan kutub tegangan
yang sesungguhnya.

Gambar 1.13 Arah arus listrik dan polarisasinya
Terdapat 3 metode untuk merepresentasikan referensi muatan kutub tegangan:
13

a. Ditunjukkan dengan anak panah, arah dari anak panah tersebut menunjukkan arah
dari kutub positif ke kutub negatif.
b. Ditunjukkan dengan polaritas / muatan kutub, tanda pofitif (+) menunjukkan
potensial yang lebih tinggi, tanda negatif (-) menunjukkan potensial yang lebih
rendah.
c. Ditunjukkan dengan dobel subscript, misalnya V
ab
, menunjukkan bahwa di titik a
potensialnya lebih tinggi daripada di titik b.

Gambar 1.14 Arah dan polaritas tegangan
Keterkaitan antara referensi polaritas arus / tegangan
Jika referensi arah arus ditetapkan sebagai aliran dari sisi positif ke sisi negatif dari
tegangan suatu komponen (arah anak panah menunjukkan arah dari + ke - ), maka
referensi arah arus dan referensi polaritas tegangan adalah konsisten.

Gambar 1.15 Arah dan polaritas arus dan tegangan
Rangkuman
Rangkaian listrik adalah interkoneksi dari sekumpulan elemen atau komponen
listrik pada suatu lintasan tertutup dimana muatan listrik mengalir melewatinya.
Komponen dasar rangkaian listrik : catu daya (power supply), beban dan kawat
penghantar.
Simbol rangkaian adalah idealisasi dan pendekatan dari komponen rangkaian yang
sebenarnya.
14

Arus listrik adalah aliran muatan listrik pada suatu rangkaian listrik, atau muatan
listrik yang mengalir pada suatu rangkaian listrik tiap satuan waktu (I=Q/t).
Ada dua arah aliran arus : aliran arus konvensional dan aliran elektron.
Electromotive force (EMF) merupakan gaya gerak elektron / gaya gerak listrik.
Beda potensial : banyaknya energi (work) yang dibutuhkan untuk memindahkan
elektron diantara 2 titik.
Hambatan atau resistansi suatu penghantar berguna untuk mengatur besarnya kuat
arus listrik yang mengalir melalui suatu rangkaian listrik.
Ada 4 faktor utama yang menyebabkan besarnya resistansi pada suatu penghantar,
yaitu luas penampang kawat penghantar (A), panjang kawat penghantar (),
temperatur (T), dan resistivitas material tersebut ().
Konduktansi merupakan kemampuan material untuk melewatkan arus listrik.
Hukum Ohm menunjukkan hubungan antara hubungan antara I, V, dan R (I= V/R).

Tes formatif. Berupa kuis . Kuis berupa pertanyaan pendek tentang bahan kuliah,
digunakan untuk melihat apakah mahasiswa sudah membaca bahan ajar. Contoh
kuis adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan arus listrik?
2. Sebutkan nilai tahanan dari resistor yang memiliki cincin warna berikut :
a. Jingga, biru, dan coklat.
b. Hijau, biru, dan kuning.
c. Coklat, hitam dan merah
d. Mera, merah dan jingga.
3. Apakah warna cincin-cincin pada badan resistor yang nilai tahanannya adalah 33
, 200 , 750 , 43 M 1,2 .
Petunjuk penilaian. Nilai kuis ditentukan dengan skor berdasarkan jawaban yang
benar.
Tindak lanjut. Bagian-bagian yang kurang dipahami akan dibahas lebih lanjut,
baik dengan cara ceramah maupun dengan diskusi.

Anda mungkin juga menyukai