Anda di halaman 1dari 16

LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

PERCOBAAN I
HUKUM OHM DAN RANGKAIAN RESISTOR
SERI-PARALEL

Aditya Perdana Putra Purnomo


1805541040
Kelompok B4

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
PERCOBAAN I
HUKUM OHM DAN RANGKAIAN RESISTOR
SERI-PARALEL

1.1 Tujuan
1. Mendefinisikan hubungan antara tegangan, arus dan resistansi dalam
suatu rangkaian.
2. Mempelajari hubungan melalui percobaan.
3. Mengembangkan hubungan antara resistansi total dan resistor individu
ketika mereka dihubungkan secara seri atau paralel.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Muatan Listrik
Menurut teori atom, setiap atom terdiri atas tiga macam partikel. Ketiga
macam partikel tersebut digambarkan dengan model atom seperti gambar di
bawah ini.

Gambar 1.1 Model Atom

Ketiga macam partikel penyusun atom yaitu proton, neutron, dan


elektron. Proton dan neutron terletak di pusat atom, sedangkan elektron selalu
bergerak mengelilingi proton dan neutron dengan lintasan tertentu. Hal ini terjadi
karena massa proton dan neutron jauh lebih besar daripada elektron. Oleh karena
itu, proton dan neutron disebut sebagai inti atom (nukleon). Inti atom mempunyai
gaya tarik. Hal inilah yang menyebabkan proton dan neutron dapat rekat menjadi
satu serta elektron dapat bergerak mengelilingi inti pada lintasannya.
Kekuatan ikatan elektron pada atomnya berbeda untuk bahan yang
berbeda. Karena sesuatu hal, elektron suatu atom dapat lepas dan berpindah ke
atom lain. Hal ini mengakibatkan perubahan sifat atom. Berdasarkan kenyataan
ini, maka dapat dibedakan atom menjadi tiga macam :
1. Atom netral, yaitu atom yang mempunyai jumlah proton sama dengan
elektron,
2. Atom bermuatan positif, yaitu atom netral yang melepaskan elektron
(kekurangan elektron).
3. Atom bermuatan negatif, yaitu atom netral yang menangkap elektron
(kelebihan elektron).

1.2.2 Tegangan
Tegangan Listrik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk
memindahkan unit muatan listrik dari satu tempat ke tempat lainnya. Tegangan
listrik yang dinyatakan dengan satuan Volt ini juga sering disebut dengan beda
potensial listrik karena pada dasarnya tegangan listrik adalah ukuran perbedaan
potensial antara dua titik dalam rangkaian listrik. Suatu benda dikatakan memiliki
potensial listrik lebih tinggi daripada benda lain karena benda tersebut memiliki
jumlah muatan positif yang lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah
muatan positif pada benda lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Potensial
listrik itu sendiri adalah banyaknya muatan yang terdapat dalam suatu benda.
Tegangan listrik dapat juga dianggap sebagai gaya yang mendorong
perpindahan elektron melalui konduktor dan semakin tinggi tegangannya semakin
besar pula kemampuannya untuk mendorong elektron melalui rangkaian yang
diberikan. Muatan listrik dapat kita analogikan sebagai air di dalam sebuah tangki
air, sedangkan Tegangan listrik dapat kita analogikan sebagai tekanan air pada
sebuah tangki air, semakin tinggi tangki air di atas outlet semakin besar tekanan
air karena lebih banyak energi yang dilepaskan. Demikian juga dengan tegangan
listrik, semakin tinggi tegangan listriknya maka semakin besar energi potensial
yang dikarenakan semakin banyak elektron yang dilepaskan.
Apabila pada saat dua distribusi muatan listrik yang dipisahkan oleh
jarak tertentu, maka akan terjadi kekuatan listrik diantara keduanya. Jika
distribusinya memiliki muatan yang sama (kedua-duanya positif atau kedua-
duanya negatif) maka saling berlawanan atau saling tolak menolak. Namun
apabila dua distribusi muatan berbeda (satu positif dan satunya lagi negatif) maka
akan menyebabkan gaya yang saling tarik-menarik. Pada saat kedua distribusi
muatan tersebut disambungkan dengan rangkaian atau beban yang unit positifnya
sedikit maka unit positif tersebut akan dipengaruhi oleh kedua distribusi muatan
tersebut.
Sebuah sumber tegangan listrik yang konstan biasanya disebut dengan
tegangan DC (tegangan searah) sedangkan sumber tegangan listrik yang bervariasi
secara berkala dengan waktu disebut dengan tegangan AC (tegangan bolak balik).
Tegangan listrik diukur dengan satuan Volt yang dilambangkan dengan simbol
huruf “V”. 1 Volt (satu Volt) dapat didefinisikan sebagai tekanan listrik yang
dibutuhkan untuk menggerakan 1 Ampere arus listrik melalui konduktor yang
beresistansi 1 Ohm. Istilah “VOLT” ini diambil dari nama fisikawan Italia yang
menemukan baterai volta (Voltaic Pile) yaitu Alessandro Volta (1745-1827).

Gambar 1.2 Tegangan AC dan DC

Rangkaian-rangkaian Elektronik pada umumnya beroperasi dengan


menggunakan tegangan DC yang rendah seperti 1,5V hingga 24V DC. Simbol
sumber tegangan DC pada rangkaian-rangkaian elektronik biasanya adalah simbol
baterai dengan tanda positif (+) dan tanda negatif (-) yang menunjukan arah
polaritasnya. Sedangkan simbol tegangan AC pada rangkaian listrik atau
rangkaian elektronik adalah sebuah lingkaran bulat dengan gelombang Sinus
didalamnya.

1.2.3 Arus
Arus listrik atau dalam bahasa Inggris sering disebut dengan Electric
Current adalah muatan listrik yang mengalir melalui media konduktor dalam tiap
satuan waktu. Muatan listrik pada dasarnya dibawa oleh elektron dan proton di
dalam sebuah atom. Proton memiliki muatan positif, sedangkan elektron memiliki
muatan negatif. Namun, proton sebagian besar hanya bergerak di dalam inti atom.
Jadi, tugas untuk membawa muatan dari satu tempat ke tempat lainnya ini
ditangani oleh Elektron. Hal ini dikarenakan elektron dalam bahan konduktor
seperti logam sebagian besar bebas bergerak dari satu atom ke atom lainnya.
Atom dalam bahan konduktor memiliki banyak elektron bebas yang
bergerak dari satu atom ke atom lainnya dengan arah yang acak (random atau
tidak teratur) sehingga tidak mengalir ke satu arah tertentu. Namun ketika
diberikan tegangan pada konduktor tersebut, semua elektron bebas akan
bergerak ke arah yang sama sehingga menciptakan aliran arus listrik. Arus listrik
atau Electric Current biasanya dilambangkan dengan huruf “I” yang artinya
“intesity (intensitas)”. Sedangkan satuan Arus Listrik adalah Ampere yang biasa
disingkat dengan huruf “A” atau “Amp”. 1 Ampere arus listrik dapat didefinisikan
sebagai jumlah elektron atau muatan (Q atau Coulombs) yang melewati titik
tertentu dalam 1 detik (I = Q/t). Pada teori aliran arus listrik, kita mengenal ada
dua teori tentang aliran arus listrik yaitu aliran arus listrik konvensional
(conventional current flow) dan aliran elektron (electron flow).

Gambar 1.3 Aliran Arus dan Aliran Elektron


1.2.4 Komponen Elektronika
Komponen elektronika adalah elemen terkecil dalam suatu rangkaian
elektronika. Dalam rangkaian elektronika pada umumnya terdiri dari komponen
aktif dan komponen pasif. Setiap komponen elektronika dibuat dengan nilai dan
fungsi yang berbeda berdasarkan produsen pembuat komponen
elektronika tersebut. Setiap komponen elektronika memiliki tipe, nilai dan simbol
yang berbeda-beda. Tipe dan nilai yang melekat pada suatu komponen
elektronika memberikan arti fungsi dan pabrikan pembuatnya. Sedangkan simbol
komponen elektronika ditentukan berdasarkan jenis dan fungsinya tanpa
membedakan pabrik pembuat komponen elektronika tersebut.Berikut adalah jenis
jenis komponen elektonika;

1. Komponen Elektronika Pasif


Komponen pasif adalah komponen elektronika yang dalam
pengoperasiannya tidak membutuhkan suber tegangan atau sumber arus tersendiri.
Komponen pasif pada umumnya digunakan sebagai pembatas arus, pembagi
tegangan, tank circuit dan filter pasif. Komponen elektronika yang digolongkan
sebagai komponen pasif diantarnya adalah resistor, kapsitor, induktor,saklar dan
diode.

Gambar 1.4 Komponen elektronika beserta symbol (a) Resistor (b) Kapasitor (c)Induktor (d)
Dioda
2. Komponen Elektronika Aktif
Adalah komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya
membutuhkan sumber tegangan atau sumber arus dari luar. Ada banyak tipe
komponen aktif yang digunakan dalam rangkaian atau sitem elektronika. Secara
umum komponen aktif dibangun mengunakan bahan semikonduktor yang
didesain sedemikian rupa sehingga memiliki fungsi, nilai dan kapasitas sesuai
kebutuhan yang diinginkan. Beberapa contoh komponen aktif adalah. Transistor
dan thyristor.

Gambar 1.5 Komponen elektronika beserta symbol (a) BJT Transistor (b) Thyristor

1.2.5 Resistor
Pada dasarnya Resistor adalah komponen elektronika pasif yang
memiliki nilai resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi
dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian elektronika. Resistor atau dalam
bahasa Indonesia sering disebut dengan hambatan atau tahanan dan biasanya
disingkat dengan huruf “R”. Satuan hambatan atau resistansi resistor adalah ohm
(Ω). Sebutan “OHM” ini diambil dari nama penemunya yaitu George Simon Ohm
yang juga merupakan seorang fisikawan Jerman.
Resistansi adalah sifat natural dari resistor, resistansi memungkinkan
muatan yang bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah bergesekan atau
berhimpitan satu dengan yang lainnya sehingga aliran arus listrik dapat
dikendalikan. Jenis resistor dapat dibagi ke 3 sub utama yaitu ; fixed resistor,
variable resistor dan thermistor.

Gambar 1.6 Resistor


1. Fixed Resistor
Adalah komponen hambatan yang nilai resistansinya tetap dan tidak
berubah ubah ; contoh dari fixed resistor adalah : carbon film resistor, dan metal
film resistor.

Gambar 1.7 Macam Fixed Resistor

2. Variable resistor
Adalah komponen hambatan yang nilai resistansinya dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Contoh dari variable resistor adalah trimpot,
potensiometer slider dan lain lain.

Gambar 1.8 Macam Variabel Resistor


3. Thermistor atau thermal resistor
Adalah komponen hambatan yang nilai resistansnya berubah ubah atau
bervariasi sesuai dengan suhu yang mempengaruhi struktur dari thermistor.
Thermistor dapat kita kategorikan lagi ke dalam dua sub kategori, yaitu positive
temperature coefficient, dan negative temperature coefficient. Berikut adalah
symbol pun gambar dari thermistor.

Gambar 1.9 Macam Thermostat

1.2.6 Resistansi
Resistansi adalah sifat bahan untuk menahan arus . Hal ini mirip dengan
hubungan antara jumlah air bergerak di dalam pipa dan diameter pipa . Sebagai
diameter pipa menjadi lebih kecil , air lebih banyak perlawanan dan lebih sedikit
air mengalir pada waktu tertentu . Simbol untuk resistansi adalah R dan satuan
pengukuran resistansi adalah Ὠ ( ohm ) . Satu ohm didefinisikan sebagai jumlah
resistensi ketika salah satu ampere arus mengalir dalam konduktor dengan
potensial satu volt diterapkan pada konduktor. Hubungan antara arus , tegangan
dan resistensi didefinisikan oleh Hukum Ohm sebagai berikut:
E=R×I ..................................................... (1.1)
I=E/R ...................................................... (1.2)
R=E/I ...................................................... (1.3)
Hukum ohm adalah berlaku tidak hanya di sirkuit DC , tetapi juga di
sirkuit AC . Sebuah rangkaian DC dengan tegangan input V dan beban resistansi
R ditunjukkan pada Gambar 1.10.
Gambar 1.10 Contoh Rangkaian DC

1.2.7 Rangkaian Resistor


Sebuah bola lampu terhubung ke 100V 60 Hz satuan arus listrik . Ketika
bola lampu kedua ditambahkan ke satuan yang sama , bola lampu kedua adalah
secara paralel dengan bola lampu pertama . Oleh karena itu, arus listrik pada
saluran akan meningkat kali dua. Untuk sumber 100V , ini sama dengan
menyatakan bahwa resistansi beban berkurang dengan ½ kali .
Jika resistor dimasukkan secara seri dengan bola lampu , resistor akan
membatasi jumlah arus yang mengalir melalui bola lampu . Peningkatan resistensi
akan mengurangi arus dan membuat redup lampu . Sebuah contoh dari rangkaian
paralel ditunjukkan pada Gambar 1.11 , dan bahwa dari rangkaian seri
ditunjukkan pada Gambar 1.12 . Asumsikan bahwa resistor pada gambar 1.2
sebuah R1 pada Gambar 1.3 adalah tahanan dari lampu.

Gambar 1.11 Rangkaian Resistor Paralel

Total resistensi RT pada gambar 1.11 diperoleh sebagai berikut:


Gambar 1.12 Rangkaian Resistor Seri

Pada gambar 1.12, ketika R2 diatur ke 100 ohm, resistansi totalnya adalah:

Secara umum, untuk n - resistor yang dihubungkan secara paralel seperti


pada gambar 1.13, total resistansi adalah:

Gambar 1.13 Hubungan Paralel n-Resistor

Dengan cara yang sama, resistansi total n-resistor dihubungkan secara seri,
seperti pada gambar 1.14, adalah

Gambar 1.14 Hubungan Seri n-Resistor


1.2.8 Hukum Ohm
Dalam ilmu elektronika, hukum dasar elektronika yang wajib dipelajari
dan dimengerti oleh setiap engineer elektronika ataupun penghobi elektronika
adalah hukum ohm, yaitu hukum dasar yang menyatakan hubungan antara arus
listrik (I), tegangan (V) dan hambatan (R). Hukum Ohm dalam bahasa Inggris
disebut dengan “Ohm’s Laws”. Hukum Ohm pertama kali diperkenalkan oleh
seorang fisikawan Jerman yang bernama Georg Simon Ohm (1789-1854) pada
tahun 1825. Georg Simon Ohm mempublikasikan hukum ohm tersebut pada
Paper yang berjudul “The Galvanic Circuit Investigated Mathematically” pada
tahun 1827. Pada dasarnya, bunyi dari hukum ohm adalah :

“Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau Konduktor
akan berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan
kepadanya dan berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”
.
Secara Matematis, hukum ohm dapat dirumuskan menjadi persamaan seperti
dibawah ini :
V = I x R……………………………………..(1.4)
I = V / R……………………………………...(1.5)
R = V / I………………………..…………….(1.6)
Dimana
V = Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
I = Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
R = Resistance (Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω))
Dalam aplikasinya, kita dapat menggunakan teori hukum ohm dalam
rangkaian elektronika untuk memperkecilkan arus listrik, memperkecil tegangan
dan juga dapat memperoleh nilai hambatan (resistansi) yang kita inginkan. Hal
yang perlu diingat dalam perhitungan rumus hukum ohm, satuan unit yang dipakai
adalah volt, ampere dan ohm. Jika kita menggunakan unit lainnya seperti milivolt,
kilovolt, miliampere, megaohm ataupun kiloohm, maka kita perlu melakukan
konversi ke unit Volt, Ampere dan Ohm terlebih dahulu untuk mempermudahkan
perhitungan dan juga untuk mendapatkan hasil yang benar.

1.2.9 Daya Listrik


Daya listrik adalah tingkat waktu kerja yang dilakukan oleh Arus listrik.
Daya disimbolkan huruf P. Satuan pengukuran daya adalah watt (W). dan daya
dihitung sebagai:
P = I2 x R = E2 / R = E x I ..................................(1.7)
Catatan:
Persamaan di atas sama berlaku untuk sirkuit DC. Namun, dalam sirkuit AC, daya
selanjutnya diidentifikasi sebagai salah satu kekuatan yang efektif, daya nyata (VI
Cos ᵩ Watt) dan daya reaktif (VI Sin ᵩ Vars).

Gambar 1.15 Hukum OHM pada Percobaan


1.3 Alat dan Bahan
1. Board mount rack BR – 3
2. Papan Percobaan NO – 01 Hukum Ohm
3. DC power supply 0-10 V, 2A max .
4. Multimeter digital
5. Kabel koneksi.

1.4 Cara Kerja


1.4.1 Hukum OHM
1. Pasang board percobaan (hukum Ohm , No- 01) ke Board-mount .
2. Jaga S1 dan S2 switch di board off.
3. Mengatur Catu daya ke 10V dan menghubungkan output ke terminal
listrik (+,-) dari papan.
4. Mengacu pada gambar 1-2 , menghubungkan ammeter ke tempat yang
dimitasikan “ A “ , dan menghubungkan voltmeter ke tempat yang
dinotasikan “ V “. voltmeter harus terbaca 10V.
5. Hidupkan saklar S1 ON untuk memasukkan 10 ohm resistor ke sirkuit .
Periksa pembacaan Ammeter . Buktikan bahwa hukum ohm adalah
terpenuhi.
6. Matikan S1 off dan hidupkan S2 l . Lihat apabila ammeter menunjukkan
nilai yang benar . Pembacaan saat ini harus 10V / 20 Ὠ = 0,5 A.
7. Matikan S2 off dan menghidupkan S1. Mengubah output DC setiap kali
untuk 2 , 3 , dan 5V dan pastikan saat mengikuti perubahan sesuai
dengan hukum ohm itu.
8. Sesuaikan tegangan input sehingga ammeter menunjukkan 1A .
menggunakan multimeter digital , mengukur tegangan yang meliputi
ammeter . Jelaskan pengukuran tegangan.
Catatan :
Pertimbangkan resistansi internal dari ammeter yang kira-kira 0,2 ohm.
Nilai ini termasuk hambatan shunt .
9. Hitung daya yang dikonsumsi dalam beban resistor 10 dan 20 ohm ketika
10V diterapkan di masing-masing beban resistor . Bandingkan hasil
dengan daya dihitung dari arus yang diukur pada setiap resistor .
Pertimbangkan persamaan berikut.
P = E2 / R = I2 R=ExI

1.4.2 Rangkaian Resistor Seri dan Paralel


1. Konfigurasi “Hukum Ohm” sebagaimana tercantum pada, tabel di
bawah. Isi kolom “resistansi terukur” dengan nilai baru Yang diperoleh
dari multimeter digital. Volt-dan ammeter di papan regular tidak Perlu
digunakan.
Tabel 1.1 Pengukuran Resistansi
saklar jumper yang Resistor yang Yang terukur
diperlukan dihubungkan resistensi
S1 on Tidak ada R1 10 ohm
S1, S2 on Kedua ujung R3 R1, R2 paralel
S1, S2 on jumper R1 dan (R2 + R3)
dihilangkan secara paralel

2. Buktikan pengukuran di atas dengan menghubungkan volt - dan ammeter


seperti yang ditunjukkan oleh garis putus-putus pada Gambar 1.6, dan
dengan menggunakan hukum ohm dan nilai yang diukur dari tegangan
dan arus. Gunakan tegangan input 5V dc.
Tabel 1.2 Pengukuran Arus
Switch Jumper yang resistor yang arus yang akan
diperlukan dihubungkan diukur

S1,S2 on Kedua ujungR3 Dua 10 Ὠsecara


paralel
S1,S2 on jumperdihilangkan 10dan20ohmsecara
paralel
Catatan: Resistansi paralel Total harus diperoleh dari

………………………………….(1.8)

Anda mungkin juga menyukai