Anda di halaman 1dari 323

training center

ELECTRICAL ENGINERING

MODUL BASIC

ELECTRICAL DIVISION
1/1/2020

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”

1
DAFTAR ISI

MODUL I
PENGENALAAN ISTILAH KELISTRIKAN DAN ALAT UKUR LISTRK 1

MODUL II
LISTRIK 1 PHASA DAN 3 PHASA
RUMUS DASAR KELISTRIKAN DAN RANGKAIAN LISTRIK 25

MODUL III
MENGHITUNG FAKTOR DAYA
MEMAHAMI SIFAT BEBAN LISTRIK (RESISTIF,INDUKTIF,KAPASITIF)
MENGHITUNG KEBUTUHAN PEMAKAIAN LISTRIK 36

MODUL IV
JENIS KABEL DAN KEGUNAANNYA
MENGHITUNG UKURAN KABEL 53

MODUL V
GAMBAR LISTRIK 69

MODUL VI
INSTALASI LISTRIK 110

MODUL VII A
MEGGER 205

MODUL VII B
INSTALASI LISTRIK (Grounding) 218

2
MODUL VIII A
MOTOR LISTRIK 231

MODUL VIII B
MOTOR LISTRIK 277

3
MODUL I
PENGENALAAN ISTILAH KELISTRIKAN
DAN ALAT UKUR LISTRK

‫ِبْس ِم ِهللا الَّرْح مِن الَّرِح يِم‬

1.1. Kegiatan Belajar 1 (Waktu Belajar 120 menit)


A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta pelatihan diharapkan dapat :
1. Memahami teori dasar kelistrikan.
2. Mengetahui istilah dan alat ukur listrik.

B. Teori Dasar
1. Molekul dan Atom
Benda padat, cair dan gas terdiri dari molekul-molekul. Molekul
merupakan bagian yang terkecil dari bahan dan masih mempunyai sifat- sifat
yang sama dengan bahannya. Molekul itu sendiri tersusun dari atom dan
atom tersusun dari sebuah inti (nukleus) yang dikitari oleh elektron dengan
kecepatan yang amat tinggi. Gambar 1 merupakan ilustrasi dari sebuah atom.

Gambar 1. Elektron-elektron yang bermuatan negatif mengitari inti yang bermuatan positif.
Dilintasan yang terluar terdapat elektron bebas.

Elektron merupakan suatu partikel listrik yang mengandung muatan


negatif (-). Karena kecepatannya dalam mengitari inti, maka elektron
mempunyai tenaga (energi) yang amat besar. Inti atom terdiri dari proton
dan elektron. Proton memiliki massa ± 1836 kali massa elektron dan
4
mempunyai muatan listrik positif (+) yang sama besarnya dengan muatan listrik
seluruh elektron yang mengitarinya, tetapi arahnya berlawanan sifatnya. Neutron
tidak bermuatan listrik (netral). Muatan listrik yang senama (positif dan positif
atau negatif dan negatif) mempunyai sifat tolak menolak. Muatan listrik yang
tidak senama (positif dan negatif) mempunyai sifat tarik menarik. Proton di
dalam inti saling menolak, tetapi dengan elektron saling tarik menarik.
Karena gaya tarikan yang kuat inilah elektron tidak terlepas dari lintasannya.
Tetapi pada lintasan terluar yang terjauh jaraknya dari inti, tarikan antara
elektron dan proton kurang kuat. Elektron pada lintasan terluar dapat keluar dari
ikatan atomnya bila terpengaruh oleh suatu energi. Elektron yang keluar dari
ikatan atomnya disebut elektron bebas. Jumlah proton di dalam atom sama
dengan jumlah elektron yang mengitari inti, maka atom itu netral (tidak
bermuatan). Susunan atom disegala macam zat itu sama. Perbedaannya hanya
di dalam jumlah proton, neutron dan elektronnya. Misalnya atom zat air
mempunyai satu proton dan tidak ada neutron didalam intinya. Hanya ada satu
elektron yang mengitari inti (Gambar 2). Atom Helium mempunyai dua proton
dan dua neutron didalam intinya, dikelilingi oleh dua elektron (Gambar 3).
Sedangkan inti atom Lithium tersusun dari tiga proton dan empat neutron
dikelilingi oleh tiga elektron (Gambar 4). Jumlah protonnya dan elektronnya
menunjukkan urutan nomor atau zat. Jadi zat air mempunyai nomor
atom satu, Helium dua, Lithium tiga, begitu seterusnya dengan zat lainnya.

Gambar 2. Atom zat air, satu proton, satu elektron.

5
Gambar 3. Atom Helium, dua proton, dua neutron, dan dua elektron.

Gambar 4. Atom Lithium, tiga proton, empat neutron, tiga elektron.

2. Pengertian Tegangan (Beda Potensial) Listrik

Benda yang bermuatan listrik bila dihubungkan dengan tanah (bumi)


akan menjadi netral kembali, karena memberikan kelebihan elektronnya kepada
bumi atau mengambil elektron dari bumi untuk menutup kekurangan
elektronnya. Jadi benda yang bermuatan itu dalam keadaan tidak seimbang
muatannya atau tegang, maka benda yang bermuatan tersebut juga
bertegangan atau berpotensial. Dua benda yang tidak sama muatannya
mempunyai tegangan yang tidak sama. Antara dua benda yang tidak sama
besar muatannya atau tidak sama sifat muatannya terdapat beda potensial listrik
(biasa sebagai tegangan listrik).

3. Pengertian Arus Listrik


Perpindahan elektron bebas dalam suatu penghantar yang dihubungkan
pada kutub positif (kekurangan elektron) sebuah batery dan kutub negatif
(kelebihan elektron) sebuah baterai disebut arus elektron. Gambar 5
menunjukkan jalannya elektron bebas yang berpindah dari atom ke atom di
dalam penghantar.

6
Gambar 5. Atom no 2 yang kekurangan elektron menarik elektron bebas dari atom
pertama. Atom no 3 yang kekurangan elektron menarik elektron bebas tadi dari atom no 2,
begitu seterusnya elektron bebas berpindah dari atom ke atom sepanjang penghantar,
merupakan arus elektron.

Jadi arus elektron terjadi bila ada proses perpindahan elektron. Arus
listrik mengalir dari titik positif ke titik negatif. Arah arus listrik berlawanan
dengan arah perpindahan elektron. Kuat arus listrik tergantung pada banyak
sedikitnya elektron bebas yang pindah melewati suatu penampang dalam
satu satuan waktu. Satuan untuk banyaknya elektron ialah coulomb. Satu

coulomb sama dengan 6,28x1018 elektron. Kuat arus listrik mempunyai


satuan amper (coulomb/second).
Jadi Kuat Arus Listrik adalah arus yang tergantung pada banyak
sedikitnya elektron bebas yang pindah melewati suatu penampang kawat dalam
satuan waktu. “Kuat arus listrik biasa juga disebut dengan arus listrik” “muatan
listrik memiliki muatan positif dan muatan negatif. Muatan positif dibawa oleh
proton, dan muatan negatif dibawa oleh elektron. Satuan muatan ”coulomb (C)”,
muatan proton +1,6 x 10^-19C, sedangkan muatan elektron -1,6x 10^-19C.
Muatan yang bertanda sama saling tolak menolak, muatan bertanda berbeda
saling tarik menarik.

7
4. Pengertian Hambatan Listrik
Perjalanan elektron dalam penghantar (kawat penghantar) amat berliku-
liku di antara berjuta-juta atom. Dalam perjalanannya elektron bertumbukan satu
dengan yang lainnya dan juga bertumbukan dengan atom. Rintangan yang
terdapat di dalam penghantar ini disebut tahanan penghantar itu. Satuan
tahanan penghantar ialah ohm diberi lambang Ω (omega). Satu ohm ialah satu
2
kolom air raksa yang panjangnya 1,063 m dan berpenampang 1 mm pada
o
suhu 0 celcius. Penghantar yang mempunyai tahanan kecil amat mudah dialiri
arus listrik, dikatakan mempunyai daya hantar listrik yang besar. Penghantar
yang mempunyai tahanan besar, sulit dialiri arus listrik, dan dikatakan
mempunyai daya hantar listrik yang kecil. Jadi kita katakan bahwa besarnya nilai
tahanan berbanding terbalik dengan besarnya nilai arus yang mengalir.

5. Listrik DC dan AC
Pengenalan Arus searah (DC/Direct Current), Arus Listrik DC merupakan
jenis arus yang mengalir secara searah. Awalnya arus DC dikira mengalir dari
kutub positif menuju kutub negatif. Namun kini banyak ilmuwan yang mengatakan
bahwa sebenarnya arus listrik DC mengalir dari Kutub negatif ke kutub positif.
Aliran inilah yang menyebabkan terjadinya lubang-lubang bermuatan positif yang
membuatnya seperti terlihat mengalir dari kutub positif ke kutub negatif. Pada
arus DC, tegangan listrik memiliki nilai dan arah yang tetap. Contoh penggunaan
dari arus DC dalam kehidupan sehari-hari juga cukup banyak. Seperti pada
handphone, laptop, radio, dan komputer. Biasanya, arus listrik DC disimpan
dalam bentuk baterai yang umum digunakan pada jam dinding, remot TV, atau
dalam bentuk aki yang tersedia pada mobil dan motor.

Kelebihan Arus Listrik DC (Direct Current)


 Arus Listrik DC dapat kita temui disetiap peralatan elektronik seperti
remote dan segala jenisnya. Yang dapat disimpan dalam bentuk baterai
atau aki.

8
 Arus Listrik DC dapat diisi ulang supaya kita mudah untuk membawa dan
menyimpannya dalam waktu yang lama.

Kekurangan Arus Listrik DC (Direct Current)


 Arus DC hanya bisa digunakan dalam daya yang rendah dan tidak dalam
daya yang tinggi.

Gambar 6. Direct Current Curve

Pengertian Arus Listrik Bolak Balik (AC/Alternating Current)


adalah merupakan jenis arus yang tidak mengalir secara searah, Melainkan
bolak-balik. Arus AC memiliki nilai dan arah yang selalu berubah-ubah dan akan
membentuk suatu gelombang yang bernama gelombang sinusoida, Namun
dalam aplikasi-aplikasi spesifik yang lain, bentuk gelombang lain puu dapat
digunakan, misalnya bentuk gelombang segitiga (triangular wave) atau bentuk
gelombang segi empat (square wave)

Gambar 7. Alternaing Current Curve

9
10
Pada arus listrik AC, dikenal yang namanya frekuensi. Yang mana
besarnya frekuensi ini berbeda-beda di setiap negara. Di Indonesia, arus listrik
AC yang ditetapkan oleh PLN memiliki frekuensi sebesar 50 Hertz. Sedangkan
tegangan standar untuk arus bolak-balik 1 fasa di Indonesia adalah 220 Volt.
Contoh penggunaan dari arus listrik AC pun sangat banyak.

Kelebihan Arus Listrik AC (Alternating Current)


 Arus Listrik AC biasanya dipergunakan untuk menyalurkan listrik menuju
tempat yang jauh dikarenakan arus AC memiliki kerugian yang lebih kecil
dibandingkan arus DC. Listrik disalurkan menggunakan voltage yang tinggi
yang sudah distep up dari trafo sehingga menjadi pilihan yang tepat untuk
menyalurkan listrik menuju ketempat yang jauh sehingga berbeda dengan
arus DC.
 Arus AC sangat mudah untuk didapatkan hanya dengan menggunakan
generator sedangkan untuk arus DC sulit.

Kekurangan Arus Listrik AC (Alternating Current)


 Arus AC tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama dan juga tidak dapat
dipindahkan untuk keperluan yang tiba-tiba. Berbeda dengan arus DC
yang bisa kita dapatkan atau kita pindahkan dalam bentuk aki dan baterai.

6. Alat Ukur Listrik


6.1. Pengertian Pengukuran
Pengukuran adalah suatu pembandingan antara suatu besaran dengan
besaran lain yang sejenis secara eksperimen dan salah satu besaran dianggap
sebagai standar. Dalam pengukuran listrik terjadi juga pembandingan, dalam
pembandingan ini digunakan suatu alat bantu (alat ukur). Alat ukur ini sudah
dikalibrasi, sehingga dalam pengukuran listrikpun telah terjadi pembandingan.
Sebagai contoh pengukuran tegangan pada jaringan tenaga listrik dalam hal ini
tegangan yang akan diukur diperbandingkan dengan penunjukkan dari
Voltmeter.

11
Pada pengukuran listrik dapat dibedakan dua hal:
a. Pengukuran besaran listrik, seperti arus (ampere), tegangan (volt), daya
listrik (watt), dll.
b. Pengukuran besaran nonlistrik, seperti suhu, luas cahaya, tekanan, dll.

Dalam melakukan pengukuran, pertama harus ditentukan cara


pengukurannya. Cara dan pelaksanaan pengukuran itu dipilih sedemikian rupa
sehingga alat ukur yang ada dapat digunakan dan diperoleh hasil dengan
ketelitian seperti yang dikehendaki. Juga cara itu harus semudah mungkin,
sehingga diperoleh efisiensi setinggi-tingginya. Jika cara pengukuran dan alatnya
sudah ditentukan, penggunaannya harus dengan baik pula. Setiap alat harus
diketahui dan diyakini cara kerjanya. Dan harus diketahui pula apakah alat-alat
yang akan digunakan dalam keadaan baik dan mempunyai kelas ketelitian sesuai
dengan keperluannya. Jadi jelas pada pengukuran listrik ada tiga unsur penting
yang perlu diperhatikan yaitu:
 cara pengukuran
 orang yang melakukan pengukuran
 alat yang digunakan

Sehubungan dengan ketiga hal yang penting ini sering juga harus
diperhatikan kondisi dimana dilakukan pengukuran seperti suhu,
kelembapan, medan magnet, dll. Mengenai alat ukur itu sendiri penting
diperhatikan mulai dari pembuatannya sampai penyimpanannya. Karena
sejak pembuatannya, alat itu ditentukan ketelitiannya sesuai dengan yang
dikehendaki . Setela h itu dalam pemakaian , pemeliharaa n dan
penyimpanan memerlukan perhatian kita agar ketelitiannya tetap
terpelihara.

12
Besaran, Satuan, dan Dimensi
Alat ukur adalah alat yang dapat digunakan untuk mendapatkan /
mengetahui hasil perbandingan antara suatu besaran / ukuran yang ingin
diketahui dengan standar yang dipakai. Fungsi penting dari alat ukur baik alat
ukur listrik maupun mekanik adalah untuk mengetahui nilai yang telah
ditentukan sebagai batasan laik atau tidaknya peralatan / jaringan akan
dioperasikan. Dalam pengukuran kita membandingkan suatu besaran dengan
besaran standar. Sehingga dalam pengukuran perlu mengetahui besaran,
satuan dan dimensi.

Besaran
Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur. Besaran terdiri dari:
 Besaran dasar: besaran yang tidak tergantung pada besaran lain.
 Besaran turunan: besaran yang diturun-kan dari besaran-besaran
dasar. Jadi merupakan kombinasi dari besaran dasar.
 Besaran pelengkap: besaran yang diperlukan untuk membentuk
besaran turunan.

Satuan
Satuan adalah ukuran dari pada suatu besaran. Dalam sistem
internasional (SI) digunakan enam sistem satuan dasar. Keenam besaran dasar
SI dan satuan-satuan pengukuran beserta simbolnya diberikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Besaran Dasar dan Satuan SI

BESARAN SATUAN ALAT UKURLISTRIK

Tegangan Volt Volmeter


Tahanan Ohm Ohmmeter
Arus Amper Ampermeter
Daya Energi Watt Jam Wattmeter/Kwhmeter
Frekuensi Hertz Frekuensimeter
Induktansi Henry Induktasimeter
Kapasitansi Farad Kapasitasmeter

13
Dimensi
Dimensi adalah cara penulisan dari besaran-besaran dengan
menggunakan simbol-simbol (lambang-lambang) besaran dasar.
Kegunaan dimensi adalah:

 Untuk menurunkan satuan dari suatu besaran.

 Untuk meneliti kebenaran suatu rumus atau persamaan.


Contoh:

Dimensi Gaya (F) → F = m.a = M.L.T-2

Dimensi Kecepatan (v) Panjang meter


→ V = Waktu = detik = = L.T -1

6.2. Macam-Macam Alat Ukur Listrik


1. Multimeter
Multimeter sering disebut AVO meter atau multitester, alat ini biasa dipakai
untuk mengukur harga resistansi (tahanan), tegangan AC (Alternating Current),
tegangan DC (Direct Current), dan arus DC. Bagian-bagian multimeter
seperti ditunjukkan gambar di bawah.

14
Gambar 8. Multimeter / AVO meter dan Simbol Voltmeter

15
Dari gambar multimeter dapat dijelaskan bagian-bagian dan fungsinya :

1. Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk (Zero Adjust Screw), berfungsi


untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar
sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih
kecil.
2. Tombol pengatur jarum penunju pada kedudukan zero (Zero Ohm Adjust
Knob), berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol. Caranya
: saklar pemilih diputar pada posisi (Ohm), test lead + (merah
dihubungkan ke test lead – (hitam), kemudian tombol pengatur
kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan sehingga menunjuk pada
kedudukan 0.
3. Saklar pemilih (Range Selector Switch), berfungsi untuk memilih posisi
pengukuran dan batas ukurannya. Multimeter biasanya terdiri dari empat
posisi pengukuran, yaitu :
a. Posisi (Ohm) berarti multimeter berfungsi sebagai ohmmeter, yang
terdiri dari tiga batas ukur : x 1; x 10; dan K.
b. Posisi ACV (Volt AC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter
AC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
c. Posisi DCV (Volt DC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter
DC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
d. Posisi DcmA (miliampere DC) berarti multimeter berfungsi sebagai
mili amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur : 0,25; 25;
dan 500. Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe multimeter
yang satu dengan yang lain batas ukurannya belum tentu sama.
4. Lubang kutub + (V A Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya
test lead kutub + yang berwarna merah.
5. Lubang kutub – (Common Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya
test lead kutub - yang berwarna hitam.
6. Saklar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch), berfungsi untuk memilih
polaritas DC atau AC.
7. Kotak meter (Meter Cover), berfungsi sebagai tempat komponen-
komponen multimeter.
16
8. Jarum penunjuk meter (Knife –edge Pointer), berfungsi sebagai
penunjuk besaran yang diukur.
9. Skala (Scale), berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

2. Ampere Meter / Tang Ampere


Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui besarnya arus/aliran listrik baik
berupa:
 Arus listrik yang diproduksi mesin pembangkit.
 Arus listrik yang didistribusikan ke jaringan distribusi.

Cara penyambungan dari ampere meter adalah dengan menghubungkan


seri dengan sumber daya lisitrik (power source). Ampere meter harus
dihubungkan seri dengan rangkaian yang akan diukur karena mempunyai
tahanan dalam (RA) yang kecil sehingga apabila amperemeter dihubungkan
paralel akan terjadi dua aliran (I1 dan I2), karenanya pengukuran tidak benar
(salah) akan tetapi merusak ampere meter karena dihubung singkat dengan
baterai/tegangan sumber alat ukur tersebut.

Gambar 9. Tang Ampere dan Simbol Amperemeter

17
Gambar 10. Ampere Meter Dan Beban

3. Oscilloscope
Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal
listrik. Pada kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan
bagaimana sinyal berubah terhadap waktu. Contoh beberapa kegunaan
osiloskop :
 Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
 Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
 Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik.
 Membedakan arus AC dengan arus DC.
 Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap
waktu.

Gambar 11. Oscilloscope

18
Bagian-Bagian Osiloskop
 On/Off : Untuk menghidupkan/mematikan Oscilloscope.
 Ilumination : Untuk menyalakan lampu latar.
 Intensity : Untuk mengatur terang/gelapnya garis frekuensi.
 Focus : Untuk mengatur ketajaman garis frekuensi.
 Rotation : Untuk mengatur posisi kemiringan rotasi garis frekuensi.
 CAL : Frekuensi sample yang dapat diukur untuk mengkalibrasi
Oscilloscope.

Tombol di Vertikal Block :


 Position : Untuk mengatur naik turunnya garis.
 V. Mode : Untuk mengatur Channel yg dipakai.
 Ch1 : Menggunakan Input Channel 1.
 Ch2 : menggunakan Input Channel 2.
 Alt : (Alternate) menggunakan bergantian Channel 1 dan Channel 2.
 Chop : Menggunakan potongan dari Channel 1 dan Channel 2.
 Add : Menggunakan penjumlahan dari Channel 1 dan Channel 2.
 Coupling : Dipilih sesuai input Channel yg digunakan.
 Source : Sumber pengukuran bisa dari Channel 1 atau Channel 2.
 Slope : Normal digunakan yang +. Gunakan yang – untuk kebalikan
gelombang.
 AC-GND-DC :
a. Pilih AC untuk gelombang bolak-balik (peak to peak).
b. Pilih DC untuk gelombang/tegangan searah DC.
c. Pilih GND untuk menonaktifkan gelombang misal : Untuk
menentukan posisi awal.
 VOLTS/DIV : Untuk menentukan skala vertikal tegangan dalam satu
kotak/DIV Vertikal.

19
Tombol di Horizontal Block :
 Position : Untuk mengatur posisi horizontal dari garis gelombang.
 TIME/DIV : Untuk megatur skala frekuensi dalam satu kotak/DIV
Horizontal.
 X10 MAG : Untuk memperbesar/ Magnificient frekuensi menjadi 10x
lipat.
 Variable : Untuk mengatur kerapatan gelombang horizontal.
 Trigger Level : Untuk mengatur agar frekuensi tepat terbaca.

20
1.2. Praktikum (Waktu 180 menit)
1. Menggunakan Multimeter
Pertama-tama, jarum penunjuk meter diperiksa apakah sudah tepat pada
angka 0 pada skala DCmA, DCV atau ACV posisi jarum nol di bagian kiri (lihat
gambar 1.a), dan untuk skala ohm meter posisi jarum nol di bagian kanan (lihat
gambar 1. b). Jika belum tepat harus diatur dengan memutar sekrup
pengatur kedudukan jarum penunjuk meter ke kiri atau ke kanan dengan
menggunakan obeng pipih (-) kecil.

Gambar 1. Kedudukan Normal Jarum Penunjuk Meter

1.1. Multimeter Digunakan Untuk Mengukur Resistansi


Untuk mengukur resistansi suatu resistor, posisi saklar pemilih multimeter
diatur pada kedudukan dengan batas ukur x 1. Test lead merah dan test lead
hitam saling dihubungkan dengan tangan kiri, kemudian tangan kanan
mengatur tombol pengatur kedudukan jarum pada posisi nol pada skala.
Jika jarum penunjuk meter tidak dapat diatur pada posisi nol, berarti baterainya
sudah lemah dan harus diganti dengan baterai yang baru.

21
Langkah selanjutnya, kedua ujung test lead dihubungkan pada ujung-ujung
resistor yang akan diukur resistansinya. Cara membaca penunjukan jarum
meter sedemikian rupa sehingga mata kita tegak lurus dengan jarum meter
dan tidak terlihat garis bayangan jarum meter. Supaya ketelitian tinggi,
kedudukan jarum penunjuk meter berada pada bagian tengah daerah tahanan.
Jika jarum penunjuk meter berada pada bagian kiri (mendekati maksimum),
maka batas ukurnya di ubah dengan memutar saklar pemilih pada posisi x 10.
Selanjutnya dilakukan lagi pengaturan jarum penunjuk meter pada kedudukan nol,
kemudian dilakukan lagi pengukuran terhadap resistor tersebut dan hasil
pengukurannya adalah penunjukan jarum meter dikalikan 10. Apabila dengan
batas ukur x 10 jarum penunjuk meter masih berada di bagian kiri daerah
tahanan, maka batas ukurnya diubah lagi menjadi K dan dilakukan proses
yang sama seperti waktu mengganti batas ukur x 10. Pembacaan hasilnya pada
skala K, yaitu angka penunjukan jarum meter dikalikan dengan 1 K.

22
Langka
h Kerja

Percobaan Mengukur Hambatan menggunakan Multimeter


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengukur
beberapa resistor dengan berbagai macam hambatan.
2. Sesuaikan batas ukur dengan besar resistor yang akan diukur.
3. Aturlah kedudukan jarum penunjuk pada posisi nol ohm dengan
menghubungkan test lead (+) dan test lead negatif kemudian memutar
tombol pengatur pada kedudukan nol ke kanan atau ke kiri.
4. Ukurlah hambatan tersebut dan masukan hasilnya dalam tabel.

5. Ulangilah langkah 2 sampai 4 untuk resistor dengan nilai yang


berbeda.
6. Bandingkan hasilnya antara yang tertera pada body resistor dengan
hasil pengukuran.

Tabel 1. Percobaan Mengukur Hambatan (Range) Menggunakan Multimeter

Harga yang tertulis pada body


No. Pengukuran (ohm) Selisih (ohm)
(ohm)

23
2

24
1.2. Multimeter Digunakan Untuk Mengukur Tegangan DC
Untuk mengukur tegangan DC (misal dari baterai atau power supply
DC), saklar pemilih multimeter diatur pada kedudukan DCV dengan batas ukur
yang lebih besar dari tegangan yang akan diukur. Test lead merah pada kutub
(+) multimeter dihubungkan ke kutub positif sumber tegangan DC yang akan
diukur, dan test lead hitam pada kutub (-) multimeter dihubungkan ke kutub negatif
(-) dari sumber tegangan yang akan diukur. Hubungan semacam ini disebut
hubungan paralel. Untuk mendapatkan ketelitian yang paling tinggi, usahakan
jarum penunjuk meter berada pada kedudukan paling maksimum, caranya
dengan memperkecil batas ukurnya secara bertahap dari 1000 V ke 500 V; 250 V
dan seterusnya. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bila jarum sudah
didapatkan kedudukan maksimal jangan sampai batas ukurnya diperkecil lagi,
karena dapat merusakkan multimeter.

Langkah Kerja
Percobaan Mengukur Tegangan DC (Range DCV) dengan multimeter
1. Siapkanlah beberapa buah batu baterai yang akan diukur
tegangannya.
2. Aturlah saklar pemilih pada posisi DCV dan sesuaikan batas ukur
Voltmeter dengan tegangan baterai yang akan diukur.
3. Ukurlah tegangan baterai dengan cara kutub positif meter dihubungkan
dengan kutub positif baterai dan kutub negatif meter dihubungkan dengan
kutub negatif baterai, hasilnya masukan dalam tabel 2 (lihat gambar 2).

25
Gambar 2. Multimeter Untuk Mengukur Tegangan DC

4. Ulangilah langkah 2 sampai dengan 3 untuk batu baterai dengan


tegangan yang berbeda.
5. Bandingkan hasilnya antara yang tertulis di baterai dengan hasil
pengukuran.

Tabel 3. Percobaan Mengukur Tegangan (Range DCV) dengan Multimeter


Tegangan Trafo Pengukuran Selisih
No.
(Volt) (Volt) (Volt)

1 3

2 4.5

3 6

4 9

5 12

26
1.

27
1.3. Multimeter Digunakan Untuk Mengukur Tegangan AC
Untuk mengukur tegangan AC dari suatu sumber listrik AC, saklar pemilih
multimeter diputar pada kedudukan ACV dengan batas ukur yang paling besar
misal 1000 V. Kedua test lead multimeter dihubungkan ke kedua kutub sumber
listrik AC tanpa memandang kutub positif atau negatif. Selanjutnya caranya
sama dengan cara mengukur tegangan DC di atas.

Tabel 2. Percobaan Mengukur Tegangan AC (Range ACV) dengan Multimeter

Pengukuran Multimeter
Pengukuran Multimeter
No. Sumber Tegangan AC Digital
Analog (Volt)
(Volt)

28
1.4. Multimeter Digunakan Untuk Mengukur Arus DC
Untuk mengukur arus DC dari suatu sumber arus DC, saklar pemilih pada
multimeter diputar ke posisi DCmA dengan batas ukur 500 mA. Kedua test lead
multimeter dihubungkan secara seri pada rangkaian sumber DC (perhatikan
gambar.2 di bawah).

Gambar 2. Multimeter Untuk Mengukur Arus DC

Ketelitian paling tinggi akan didapatkan bila jarum penunjuk multimeter


pada kedudukan maksimum. Untuk mendapatkan kedudukan maksimum, saklar
pilih diputar setahap demi setahap untuk mengubah batas ukurnya dari 500 mA;
250 mA; dan 0,25 mA. Yang perlu diperhatikan adalah bila jarum sudah
didapatkan kedudukan maksimal jangan sampai batas ukurnya diperkecil lagi,
karena dapat merusakkan multimeter.

29
2. Menggunakan Tang Ampere

Langkah Kerja
Percobaan Mengukur Kuat Arus AC dan DC dengan Multimeter
1. Posisikan switch pada posisi ampre (A), karena selain untuk mengukur
arus, tang ampere juga bisa di pakai untuk pengukuran tahanan dan
tegangan.
2. Adjust tang ampere sehingga menunjukan angka nol.
3. Pilih skala yang paling besar dulu, bila hasil pengukuran lebih kecil maka
pindahkan ke skala yang lebih kecil untuk hasil pengukuran yang lebih
akurat.
4. Pilihlah jenis pengukuran yang akan kita lakukan, arus AC atau Arus DC.
Tapi ada juga tang ampere yang hanya untuk mengukur AC saja,
biasanya tang ampere jenis analog.
5. Kalungkan tang ampere ke salah satu kabel. Hasil pengukuran akan
segera terlihat.
6. Geser tombol hold untuk menahan hasil pengukuran tersebut.
7. Matikan posisi hold, untuk melakukan pengukuran kembali.
8. Ulangilah beberapa kali dengan menggunakan motor listrik 3 phasa
sebagai beban dayanya.

30
3. Menggunakan Oscilloscope
Langkah Kerja
Percobaan Mengukur Gelombang AC dan DC dengan Oscilloscope
1. Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol
Volt/Div pada posisi tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup
besar, gunakan skala Volt/Div yang besar. Jika sulit memperkirakan
besarnya tegangan masukan, gunakan attenuator 10 x (peredam sinyal)
pada probe atau skala Volt/Div dipasang pada posisi paling besar.
2. Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal
masukan.
3. Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran
yang stabil.
4. Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
5. Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.
6. Ukurlah bentuk gelombang dari Trafo AC 6 volt dan 12 volt melalui
rangkaian filter.
7. Ukurlah bentuk gelombang dari baterai dan adaptor (dengan nilai
tegangan baterai 9 volt dan adaptor 12 volt).

31
MODUL II
LISTRIK 1 PHASA DAN 3 PHASA,
RUMUS DASAR KELISTRIKAN
DAN RANGKAIAN LISTRIK

‫ِبْس ِم ِهللا الَّر ْح مِن الَّر ِحيم‬

1.1. Kegiatan Belajar 1 (Waktu Belajar 60 menit)


A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta pelatihan diharapkan dapat:
1. Memahami listrik 1 phasa dan 3 phasa.
2. Memahami rumus dasar kelistrikan.

B. Teori Dasar
1. Listrik 1 Phasa
Listrik 1 phasa adalah listrik yang menggunakan dua buah penghantar,
yakni penghantar phasa dan penghantar netral (0). Jadi secara sederhana, listrik
1 phasa dapat diartikan sebagai listrik yang terdiri dari 1 kabel bertegangan dan 1
kabel netral. Dengan tegangan 220 Volt, listrik 1 phasa biasa digunakan untuk
listrik perumahan. Meskipun kabel yang ada di jalan pada jaringan PLN
menggunakan 3 phasa, namun kabel yang masuk ke rumah hanya 2 buah, yaitu
1 kabel phasa dan 1 kabel netral. Hal itu dikarenakan pada perumahan tidak
memerlukan daya listrik yang terlalu besar sehingga 1 phasa sudah dianggap
cukup untuk mengakomodasi kebutuhan listrik sehari-hari.

32
Fungsi listrik 1 phasa adalah :
 Digunakan di sebagian besar rumah dan usaha kecil.
 Mampu memasok banyak tenaga untuk sebagian besar pelanggan yang
lebih kecil, termasuk rumah dan usaha kecil non-industri.
 Cukup untuk menjalankan motor hingga sekitar 5 horsepower; sebuah
motor phasa tunggal menarik arus yang jauh lebih besar daripada motor 3
phasa yang setara, hal itu membuat daya 3 phasa menjadi pilihan yang
lebih efisien untuk aplikasi industri.

Gambar 1. Arus Bolak Balik (AC) 1 Phasa

2. Listrik 3 Phasa
Listrik 3 phasa adalah listrik (alternating current) yang menggunakan 3
penghantar yang mempunyai tegangan sama tetapi berbeda dalam sudut phase
sebesar 120 degree (lihat gambar 2). Listrik 3 phasa menggunakan 3 buah
penghantar phasa dan 1 buah penghantar netral (0). Jadi total ada 4 kabel yang
masuk ke instalasi listriknya. Listrik 3 phasa memiliki tegangan listrik sebesar 380
Volt dan banyak digunakan pada industri, pabrik, hotel, dan tempat-tempat yang
membutuhkan daya listrik besar lainnya. Ada 2 macam hubungan dalam koneksi
penghantarnya, yaitu Hubungan bintang (star atau ‘Y’) dan hubungan Segitiga
(delta).

33
Ada 2 macam tegangan listrik yang dikenal dalam sistem 3 phasa, yaitu :
1. Tegangan antar phase (Vpp : Voltage phase to phase atau voltage line to line).
2. Tegangan phasa ke netral (Vpn : Voltage phase to netral atau voltage line to
netral).

Keuntungan menggunakan listrik 3 phasa, yaitu :

 Memiliki daya listrik yang besar sehingga mampu memenuhi kebutuhan


listrik pada tempat-tempat yang membutuhkan daya listrik besar
seperti industri dan hotel.
 Kabel yang digunakan bisa lebih kecil sehingga lebih hemat biaya. Hal ini
dikarenakan listrik 3 phase menggunakan tegangan yang lebih tinggi
sehingga menyebabkan arus listrik yang mengalir menjadi lebih rendah.
 Karena dayanya yang sudah besar, maka antuk menjalankan motor 3 fasa
tidak lagi memerlukan kapasitor.

Bila suatu alat alat membutuhkan catu daya listrik 3 phasa, maka
hubungan dengan catu daya = R S T (phase to phase 380 Volt). Bila alat
membutuhkan catu daya 1 phasa maka hubungannya dengan catu daya = R
dengan N atau S-N atau T-N (phasa to netral 220 Volt). RST adalah phasa dan N
adalah Netral.

34
Gambar 2. Arus Bolak Balik (AC) 3 Phasa

3. Rumus Dasar Kelistrikan


3.1. Hukum Ohm
Jika sebuah penghantar atau resistansi atau hantaran dilewati oleh
sebuah arus, maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan muncul beda
potensial, atau Hukum Ohm menyatakan “Kuat arus yang mengalir pada suatu
penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung penghantar
itu dengan syarat suhunya konstan/tetap.”
Secara matematis :
V = I .R
Keterangan :
V = Beda potensial atau Tegangan (V)
I = Kuat Arus (A)
R = Hambatan (ohm)

35
3.2. Daya Listrik
Bila Anda perhatikan sebuah setrika listrik yang dihubungkan dengan
sumber tegangan listrik, maka tidak berapa lama akan menjadi panas. Hal
ini terjadi karena adanya usaha untuk memindahkan muatan listrik setiap saat
pada rangkaian listrik yang besarnya sama dengan energi listrik yang diubah
menjadi energi kalor. Besarnya energi setiap satuan waktu disebut daya listrik.
Secara matematis, daya listrik dapat ditulis sebagai berikut :
W
P=
t
Dari rumus hukum Ohm dapat dituliskan persamaan untuk daya listrik,
yaitu:
P=VxI
dimana :
V = tegangan dalam satuan volt
I = arus dalam satuan amper
P = daya dalam satuan Watt

P = V2 / R
P = I2 x R

3.3 Hukum Kirchoff 1 (Kirchoff’s Current Law (KCL))


Jumlah arus yang memasuki suatu percabangan atau node atau simpul
sama dengan arus yang meninggalkan percabangan atau node atau simpul,
dengan kata lain, jumlah aljabar semua arus yang memasuki sebuah
percabangan atau node atau simpul sama dengan nol.
Secara matematis :
Σ Arus pada satu titik percabangan = 0
atau

36
Gambar 3. Loop Arus Kirchoff

Jadi :
I1 + (-I2) + (I3) + I4 + (-I5) = 0

I1 + I4 = I2 + I3 + I5

3.4 Hukum Kirchoff 2 (Kirchoff’s Voltage Law (KVL))

Jumlah tegangan pada suatu lintasan tertutup sama dengan nol, atau
penjumlahan tegangan pada masing-masing komponen penyusunnya yang
membentuk satu lintasan tertutup akan bernilai sama dengan nol. Hukum ini
didasarkan pada hukum kekekalan energi. Secara matematis hukum II
Kirchhoff dapat dinyatakan sebagai berikut.
Contoh :

37
Lintasan a-b-c-d-a :
Vab + Vbc + Vcd + Vda = 0

− V1 + V 2 − V3 + 0 = 0

V 2 − V1 − V3 = 0

Lintasan a-d-c-b-a :
Vad + Vdc + Vcb + Vba = 0

V3 − V 2 + V1 + 0 = 0

V3 − V 2 + V1 = 0

38
1.2. Kegiatan Belajar 2 (Waktu Belajar 60 menit)
A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta pelatihan diharapkan dapat :
1. Memahami rangkaian terbuka dan rangkaian tertutup.
2. Memahami rangkaian seri dan paralel.

B. Teori Dasar
1. Rangkaian Terbuka dan Tertutup
Pada dasarnya rangkaian listrik dibedakan menjadi dua, yaitu rangkaian
listrik terbuka dan rangkaian listrik tertutup. Rangkaian listrik terbuka adalah suatu
rangkaian yang belum dihubungkan dengan sumber tegangan, sedangkan
rangkaian listrik tertutup adalah suatu rangkaian yang sudah dihubungkan
dengan sumber tegangan.

(a) Rangkaian Terbuka (b) Rangkaian Tertutup

Gambar 4. Rangkaian Listrik

 Rangkaian Terbuka (Open Circuit)


Sifat : arus selalu sama dengan 0 atau I = 0 (tidak ada arus yang mengalir),Rd =

Tidak tergantung pada tegangan a-b.

 Rangkaian Tertutup / Hubung Singkat (Short Circuit)


Sifat : Vab selalu sama dengan 0 (Vab = 0) Rd = 0
Tidak tergantung pada arus I yang mengalir padanya.

39
1. Rangkaian Seri dan Paralel
Secara umum digolongkan menjadi 2 :
a) Hubungan seri
Jika salah satu terminal dari dua elemen tersambung, akibatnya arus
yang lewat akan sama besar.
b) Hubungan paralel
Jika semua terminal terhubung dengan elemen lain dan akibatnya
tegangan diantaranya akan sama.

Resistor ( R )
Hubungan seri :

KVL : ∑ V = 0

V1 + V 2 + V3 − V = 0

V = V1 + V2 + V3 = iR1 + iR2 + iR3

V = i(R1 + R2 + R3 )

V R +R +R
= 1 2 3
I
Rek = R1 + R2 + R3

Pembagi tegangan :
V1 = iR1

V2 = iR2

V3 = iR3
40
dimana :

Resistor ( R )
Hubungan paralel :

KCL : ∑I = 0
i − i1 − i2 − i3 = 0

i = i1 + i2 + i3

V V V V
= + +
Rek R 1 R 2 R 3
1 1 1 1
= + +
Rek R 1 R 2 R 3

41
42
MODUL III
MENGHITUNG FAKTOR DAYA
MEMAHAMI SIFAT BEBAN LISTRIK (RESISTIF,INDUKTIF,KAPASITIF)
MENGHITUNG KEBUTUHAN PEMAKAIAN LISTRIK

‫ِبْس ِم ِهللا الَّر ْح مِن الَّر ِحيِم‬

1.1. Kegiatan Belajar 1 (Waktu Belajar 120 menit)


A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta pelatihan diharapkan dapat:
1. Memahami daya listrik dan faktor daya listrik.
2. Memahami sifat beban listrik (resistif, induktif dan kapasitif).
3. Menghitung kebutuhan pemakaian daya listrik.

B. Teori Dasar
1. Daya Listrik
Pengertian Daya
Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam
sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk
melakukan kerja atau usaha. Daya listrik biasanya dinyatakan dalam satuan
Watt atau Horsepower (HP), Horsepower merupakan satuan daya listrik dimana
1 HP setara 746 Watt atau lbft/second. Sedangkan Watt merupakan unit daya
listrik dimana 1 Watt memiliki daya setara dengan daya yang dihasilkan oleh
perkalian arus 1 Ampere dan tegangan 1 Volt.
Daya dinyatakan dalam P, Tegangan dinyatakan dalam V dan Arus
dinyatakan dalam I, sehingga besarnya daya dinyatakan :
P=VxI
P = Volt x Ampere x Cos φ
P = Watt

43
Gambar 1. Arah Aliran Arus Listrik

Daya Aktif
Daya aktif (Active Power) adalah daya yang terpakai untuk melakukan
energi sebenarnya. Satuan daya aktif adalah Watt. Misalnya energi panas,
cahaya, mekanik dan lain – lain.
P = V . I . Cos φ
P = √ 3 . VL . IL . Cos φ
Daya ini digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan
dalam bentuk kerja.

Daya Reaktif
Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan
medan magnet. Dari pembentukan medan magnet maka akan terbentuk fluks
medan magnet. Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif adalah
transformator, motor, lampu pijar dan lain – lain. Satuan daya reaktif adalah Var.

Q = V . I . Sin φ
Q = √ 3 . VL . IL . Sin φ

Daya Nyata
Daya nyata (Apparent Power) adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian
antara tegangan rms dan arus rms dalam suatu jaringan atau daya yang
merupakan hasil penjumlahan trigonometri daya aktif dan daya reaktif. Satuan
daya nyata adalah VA.

44
Gambar 2. Penjumlahan Trigonometri Daya Aktif, Reaktif dan Semu

S2 = P2 + Q2, mempunyai nilai/besar dan sudut


S=S φ
S = √ P2+Q 2 ∠ φ
Untuk mendapatkan daya satu phasa, maka dapat diturunkan
persamaannya seperti dibawah ini :
S2 = P2 + Q 2
P = V . I . Cos φ
Q = V . I . Sin φ
Sedangkan untuk rangkaian tiga phasa mempunyai 2 bentuk hubungan
yaitu :

Hubungan Wye (Y)

Gambar 3. Hubungan Bintang


Dimana :
VRS = VRT = VST = VL ; Tegangan antar phasa
VRN = VSN =VTN = VP ; Tegangan phasa
IR = IS = IT = IL (IP) ; Arus phasa/Arus saluran

45
Bila IL adalah arus saluran dan IP adalah arus phasa, maka akan berlaku
hubungan :
IL = IP
VL = V P . √3

Hubungan Delta (∆)

Gambar 4. Hubungan Delta


Dimana :

Bila VL adalah tegangan antar phasa dan VP adalah tegangan phasa,


maka berlaku hubungan :
VL = VP
IL = Ip . √ 3

Dari kedua macam rangkaian di atas, untuk mendapatkan daya tiga


phasanya maka dapat digunakan rumus :

S(3) = VL . IL . √ 3

46
Segitiga Daya
Segitiga daya merupakan segitiga yang menggambarkan hubungan
matematika antara tipe-tipe daya yang berbeda (Apparent Power, Active Power
dan Reactive Power) berdasarkan prinsip trigonometri.

Gambar 5. Diagram Faktor Daya

S = √ P2+Q 2 ∠ φ
P = S / Cos φ
Q = S / Sin φ

2. Faktor Daya
Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan
antara daya aktif (Watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC
atau beda sudut fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam cos φ.
Faktor Daya = Daya Aktif (P) / Daya Nyata (S)
= kW / kVA
= V.I Cos φ / V.I
= Cos φ

Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan dapat juga


dinyatakan dalam persen. Faktor daya yang bagus apabila bernilai mendekati
satu.
Tan φ = Daya Reaktif (Q) / Daya Aktif (P)
= kVAR / kW

Karena komponen daya aktif umumnya konstan (komponen kVA dan


kVAR berubah sesuai dengan faktor daya), maka dapat ditulis seperti berikut :
Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) x Tan φ
47
Sebuah contoh, rating kapasitor yang dibutuhkan untuk memperbaiki
faktor daya adalah sebagai berikut :
Daya reaktif pada pf awal = Daya Aktif (P) x Tan φ1
Daya reaktif pada pf diperbaiki = Daya Aktif (P) x Tan φ2

Sehingga rating kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor daya


adalah :
Daya reaktif (kVAR) = Daya Aktif (kW) x (Tan φ1 - Tan φ2)

Faktor daya terdiri dari dua sifat yaitu faktor daya “leading” dan faktor
daya “lagging”. Faktor daya ini memiliki karakteristik seperti berikut :
Faktor Daya “leading”
Apabila arus mendahului tegangan, maka faktor daya ini dikatakan
“leading”. Faktor daya leading ini terjadi apabila bebannya kapasitif, seperti
capacitor, synchronocus generators, synchronocus motors dan synchronocus
condensor.

Gambar 6. Faktor Daya “Leading”

48
Gambar 7. Segitiga Daya Untuk Beban Kapasitif

Faktor Daya “lagging”


Apabila tegangan mendahului arus, maka faktor daya ini dikatakan
“lagging”. Faktor daya lagging ini terjadi apabila bebannya induktif, seperti motor
induksi, AC dan transformator.

Gambar 8. Faktor daya “lagging”

Gambar 9. Segitiga Daya Untuk Beban Induktif

3. Sifat Bebab Listrik


Dalam suatu rangkaian listrik selalu dijumpai suatu sumber dan beban.
Bila sumber listrik DC, maka sifat beban hanya bersifat resistif murni, karena
frekuensi sumber DC adalah nol.

49
Reaktansi induktif (XL) akan menjadi nol yang berarti bahwa induktor
tersebut akan short circuit. Reaktansi kapasitif (XC) akan menjadi tak berhingga
yang berarti bahwa kapasitif tersebut akan open circuit. Jadi sumber DC akan
mengakibatkan beban beban induktif dan beban kapasitif tidak akan
berpengaruh pada rangkaian. Bila sumber listrik AC maka beban dibedakan
menjadi 3 sebagai berikut :
3.1 Beban Resistif
Beban resistif yang merupakan suatu resistor murni, contoh : lampu pijar,
pemanas. Beban ini hanya menyerap daya aktif dan tidak menyerap daya reaktif
sama sekali. Tegangan dan arus se-fasa. Secara matematis dinyatakan :
R=V/I

Gambar 10. Arus Dan Tegangan Pada Beban Resistif

3.2 Beban Induktif


Beban induktif adalah beban yang mengandung kumparan kawat yang
dililitkan pada sebuah inti, biasanya inti besi, contoh : motor – motor listrik,
induktor dan transformator. Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1
“lagging”. Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan daya reaktif (kVAR).
Tegangan mendahului arus sebesar φ°. Secara matematis dinyatakan sebagai
berikut :

XL = 2πfL
Gambar 11. Arus, Tegangan Dan GGL Induksi-Diri Pada Beban Induktif

50
3.3 Beban Kapasitif
Beban kapasitif adalah beban yang mengandung suatu rangakaian
kapasitor. Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1 “leading”. Beban ini
menyerap daya aktif (kW) dan mengeluarkan daya reaktif (kVAR). Arus
mendahului tegangan sebesar φ°. Secara matematis dinyatakan :

XC = 1 / 2πfC
Gambar 12 Arus, Tegangan Dan GGL Induksi-Diri Pada Beban Kapasitif

4. Meningkatkan Faktor Daya


Beberapa keuntungan meningkatkan faktor daya adalah :
 Tagihan listrik akan menjadi kecil (PLN akan memberikan denda jika pf
lebih kecil dari 0,85).
 Kapasitas distribusi sistem tenaga listrik akan meningkat.
 Mengurangi rugi – rugi daya pada sistem.
 Adanya peningkatan tegangan karena daya meningkat.

Jika pf lebih kecil dari 0,85 maka kapasitas daya aktif (kW) yang
digunakan akan berkurang. Kapasitas itu akan terus menurun seiring dengan
menurunnya pf sistem kelistrikan. Akibat menurunnya pf maka akan timbul
beberapa persoalan diantaranya :
 Membesarnya penggunaan daya listrik kWH karena rugi – rugi.
 Membesarnya penggunaan daya listrik kVAR.
 Mutu listrik menjadi rendah karena jatuh tegangan (voltage drops).

51
Denda atau biaya kelebihan daya reaktif dikenakan apabila jumlah
pemakaian kVARH yang tercatat dalam sebulan lebih tinggi dari 0,62 jumlah
kWH pada bulan yang bersangkutan, sehingga pf rata – rata kurang dari 0,85.
Sedangkan perhitungan kelebihan pemakaian kVARH dalam rupiah
menggunakan rumus sebagi berikut :
Kelebihan pemakaian kVARH = [ B – 0,62 ( A1 + A2 )] Hk
dimana :
B = pemakaian kVARH
A1 = pemakaian kWH WPB
A2 = pemakaian kWH LWBP
Hk = harga kelebihan pemakaian kVARH

Gambar 13. Hubungan Daya Aktif, Reaktif dan Kapasitansi

Seperti terlihat pada gambar 13, daya reaktif yang dibutuhkan oleh
induktansi selalu mempunyai beda fasa 90° dengan daya aktif. Kapasitor
menyuplai kVAR dan melepaskan energi reaktif yang dibutuhkan oleh induktor.
Ini menunjukan induktansi dan kapasitansi mempunyai beda fasa 180°.

52
Beberapa strategi untuk koreksi faktor daya adalah :
 Meminimalkan operasi dari beban motor yang ringan atau tidak bekerja.
 Menghindari operasi dari peralatan listrik diatas tegangan rata – ratanya.
 Mengganti motor – motor yang sudah tua dengan energi efisien motor.
Meskipun dengan energi efisien motor, bagaimanapun faktor daya
diperngaruhi oleh beban yang variasi. Motor ini harus dioperasikan sesuai
dengan kapasitas rata – ratanya untuk memperoleh faktor daya tinggi.
 Memasang kapasitor pada jaringan AC untuk menurunkan medan dari
daya reaktif.

Selain itu, pemasangan kapasitor dapat menghindari :


 Trafo kelebihan beban (overload), sehingga memberikan tambahan daya
yang tersedia.
 Voltage drops pada line ends.
 Kenaikan arus / suhu pada kabel, sehingga mengurangi rugi – rugi.

Untuk pemasangan Capasitor Bank diperlukan :


 Kapasitor, dengan jenis yang cocok dengan kondisi jaringan.
 Regulator, dengan pengaturan daya tumpuk kapasitor (Capasitor Bank)
otomatis.
 Kontaktor, untuk switching kapasitor.
 Pemutus tenaga, untuk proteksi tumpuk kapasitor.

Pada gambar 14, segitiga daya menunjukan faktor daya 0,7 untuk 100 kW
(daya aktif) beban induktif. Daya reaktif yang dibutuhkan oleh beban adalah 100
kVAR. Dengan memasang 67 kVAR kapasitor, daya nyata akan berkurang dari
142 menjadi 105 kVA. Hasilnya terjadi penurunan arus 6% dan faktor daya
meningkat menjadi 0,95.

53
Energi listrik digunakan berbanding lurus dengan biaya produksi yang
dikeluarkan. Semakin besar energi listrik yang digunakan, maka semakin besar
biaya produksi yang dibutuhkan. Dengan menggunakan power monitoring
system dapat diketahui pemakaian energi listrik dan kondisi energi listrik dari
peralatan listrik sehingga menigkatkan efisiensi dari energi listrik yang digunakan
dalam pekerjaan dan meminimalkan rugi – rugi pada sistem untuk penyaluran
energi listrik yang lebih efisien dari sumber listrik ke beban.

Gambar 14. Kompensasi Daya Reaktif

5. Kompensasi Daya
Terdapat beberapa cara untuk melakukan koreksi daya reaktif,
cara–cara yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :

5.1 Metoda Perhitungan Biasa


Data yang diperlukan antara lain adalah daya aktif (kW). Power factor
lama (Cos φ 1) dan Power factor baru (Cos φ 2). Daya yang diperoleh dari
persamaan :

54
S = P / Cos φ 1
keterangan :
S = Daya nyata (kVA)
P = Daya aktif (kW)

Daya reaktif dari pf lama dan pf baru diperoleh dari persamaan :


QL = P Tan φ 1
QB = P Tan φ 2
keterangan :
QL = Daya reaktif pf lama (kVAR)
QB = Daya reaktif pf baru (kVAR)

Daya reaktif yang dikompensasi oleh capacitor bank adalah :

Q C = Q L - QB
keterangan :
QC = Daya yang dikompensasi kapasitor (kVAR)

Contoh perhitungan :
Data yang diketahui :
Daya nyata 22 MVA, Tegangan 20 kV, 3 Phasa, 50 Hz, Cos φ 1 = 0.5 lag, Cos
φ 2 = 0.95 lag.

Perhitungan :
Cos φ 1 = 0.5 ----------------------------- Tan φ 1 = 1.732
Cos φ 2 = 0.95 ---------------------------- Tan φ 2 = 0.3287

P = S Cos φ 1

P = 22 x 106 x Cos 0.5


P = 11 MW

55
56
maka :
QC = QL - Q B
QC = P [ Tan φ 1 - Tan φ 2 ]

QC = 11 x 106 [ 1.732 – 0.3287 ]

QC = 15.4363 MVAR

5.2 Metoda Tabel Kompensasi


Untuk menghitung besarnya daya reaktif dapat dilakukan melalui tabel
kompensasi, tabel ini menyajikan suatu data dengan input faktor daya mula –
mula sebesar Cos φ 1 dan faktor daya yang diinginkan Cos φ 2, maka besarnya
faktor pengali dapat dilihat melalui tabel kompensasi. Dengan kasus yang
sama tetapi diselesaikan dengan Tabel Cos φ Untuk Kompensasi.

Data semula adalah :


Daya nyata 22 MVA, Tegangan 20 kV, 3 Phasa, 50 Hz, Cos φ 1 = 0.5 lag, Cos
φ 2 = 0.95 lag.

Perhitungan :
Dari nilai Cos φ 1 = 0.5 lag sebelum dan Cos φ 1 = 0.95 lag yang diinginkan,
maka dapat dilihat dalam Tabel Cos φ Untuk Kompensasi Cos φ nilainya adalah
1.4. (lihat tabel dibawah)
Kemudian tentukan nilai beban daya aktif :
P = S Cos φ 1

P = 22 x 106 x Cos 0,5


P = 11 MVA

Setelah nilai beban aktif diketahui, maka tinggal dikalikan dengan hasil
pengali yang diperoleh dari Tabel Cos φ , yaitu :
P = 11 MVA x faktor pengali
P = 11 MVA x 1,4

57
P = 15,4 MVAR

Dari hasil perhitungan yang berbeda didapat diperoleh hasi yang sama.
Berikut data tabel kompensasi :

Tabel 1. Tabel Cos θ Untuk Kompensasi

58
6. Menghitung Kebutuhan Pemakaian Daya Listik Yang Terdapat
Dirumah
Rumus yang digunakan ialah :
S = V x I, hasilnya menggunakan satuan VA (Volt Ampere).

Misalkan :
Listrik dirumah anda menggunakan tegangan 1 phase (220 Volt) dengan
MCB 10A, maka untuk menghitung daya listriknya menggunakan rumus
dibawah ini :
S = 220V x 10A = 2200VA.

Seharusnya, untuk 1 Phase :


P = V x I x Cos φ (phi), untuk cos φ (power factor) bisa bernilai 0.8 atau 1.
P = 220V x 10A x 0,8 = 1760 watt.
P = 220V x 10A x 1 = 2200 watt.
Jadi kalau di rumah, beban pemakaian mempunyai Cos φ (Power factor)
0.8, maka dengan berlangganan 2200 VA (Limiter 10A), kita hanya bisa
memakai 1760 watt saja. Sedangkan jika Cos φ (power factor) 1, maka anda
bisa memakai 2200 watt.

Untuk 3 Phase :
P = V x I x √ 3 x Cos φ.
Contoh :
P = 380 V x 10 Amp x 1.73 x 0.8 = 5259.2 watt.
P = 380 V x 10 Amp x 1.73 x 1 = 6574 watt.

Catatan :
1. Dalam perhitungan 3 phase harus selalu disertakan √ 3 (akar tiga).
2. Cos φ adalah Power Factor.
3. Satuan VA untuk daya semu sedangkan Watt untuk daya nyata.

59
1.2. Praktikum (Waktu 120 menit)
Cara Hitung Kwh Perbulan
Daya x jam pemakaian x 1 bulan = Total KWH per bulan.
Untuk berapa rupiah biayanya, tergantung dari daya langganan listrik di
tempat kita. tiap langganan daya mempunyai tarif yang berbeda-beda satu sama
lain. dengan daya 1000 watt/jam (= 1 KWH) dan misal lama pemakaian 1
jam/hari, maka bisa dihitung sebagai berikut :
1 KWH x 1 jam x 30 hari = 30 KWH/bulan

Apabila kita berlangganan daya listrik dengan daya 1.300 VA sesuai


dengan ketentuan tarif dasar listrik baru tahun 2019, biaya per KWH yaitu Rp
1.400.
Kurang lebih biaya yang dikeluarkan adalah :
Biaya listrik/Bulan = Total KWH/Bulan x Tarif/KWH
= 30 kwh x Rp 1.400 = Rp 42.000

Mungkin kurang lebih biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 42.000,-

60
MODUL IV
JENIS KABEL DAN KEGUNAANNYA
MENGHITUNG UKURAN KABEL

‫ِبْس ِم ِهللا الَّر ْح مِن الَّر ِحيم‬

1.1. Kegiatan Belajar 1 (Waktu Belajar 120 menit)


A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta pelatihan diharapkan dapat :
1. Memahami jenis kabel dan kegunaannya.
2. Menghitung ukuran kabel.

B. Teori Dasar
1. Pengertian Kabel Listrik
Kabel listrik adalah media untuk menghantarkan arus listrik ataupun
informasi. Bahan dari kabel ini beraneka ragam, khusus sebagai pengantar arus
listrik, umumnya terbuat dari tembaga dan umumnya dilapisi dengan pelindung.
Selain tembaga, ada juga kabel yang terbuat dari serat optik, yang disebut
dengan fiber optic cable.
Penghantar atau kabel yang sering digunakan untuk instalasi listrik
penerangan umumnya terbuat dari tembaga. Penghantar tembaga setengah
keras (BCC ½ H = Bare Copper Conductor Half Hard) memiliki nilai
tahanan jenis 0,0185 ohm mm²/m dengan tegangan tarik putus kurang dari
41 kg/mm². sedangkan penghantar tambaga keras (BCCH = Bare Copper
Conductor Hard), kekuatan tegangan tariknya 41 kg/mm². Pemakaian
tembaga sebagai penghantar adalah dengan pertimbangan bahwa tembaga
merupakan suatu bahan yang mempunyai daya hantar yang baik setelah perak.
Penghantar yang dibuat oleh pabrik terdapat beraneka ragamnya.
Berdasarkan konstruksinya, penghantar diklasifikasikan sebagai berikut :

61
a) Penghantar pejal (solid); yaitu penghantar yang berbentuk kawat pejal yang
berukuran sampai 10 mm². Tidak dibuat lebih besar lagi dengan maksud untuk
memudahkan penggulungan maupun pemasangannya.

b) Penghantar berlilit (stranded); penghantarnya terdiri dari beberapa urat


kawat yang berlilit dengan ukuran 1 mm² – 500 mm².

c) Penghantar serabut (fleksibel); banyak digunakan untuk tempat-tempat yang


sulit dan sempit, alat-alat portabel, alat-alat ukur listrik dan pada kendaraan
bermotor. Ukuran kabel ini antara 0,5 mm² - 400 mm².

d) Penghantar persegi (busbar); penampang penghantar ini berbentuk persegi


empat yang biasanya digunakan pada PHB (Papan Hubung Bagi) sebagai rel-rel
pembagi atau rel penghubung. Penghantar ini tidak berisolasi.

62
Adapun bila ditinjau dari jumlah penghantar dalam satu kabel, penghantar
dapat diklasifikasikan menjadi :
a) Penghantar simplex ; ialah kabel yang dapat berfungsi untuk satu
macam penghantar saja (misal: untuk fasa atau netral saja). Contoh
penghantar simplex ini antara lain: NYA 1,5 mm²; NYAF 2,5 mm² dan
sebagainya.

b) Penghantar duplex ; ialah kabel yang dapat menghantarkan dua aliran


(dua fasa yang berbeda atau fasa dengan netral). Setiap penghantarnya
diisolasi kemudian diikat menjadi satu menggunakan selubung. Penghantar jenis
ini contohnya NYM 2x2,5 mm², NYY 2x2,5mm².

c) Penghantar triplex ; yaitu kabel dengan tiga pengantar yang dapat


menghantarkan aliran 3 fasa (R, S dan T) atau fasa, netral dan arde. Contoh
kabel jenis ini: NYM 3x2,5 mm², NYY 3x2,5 mm² dan sebagainya.

d) Penghantar quadruplex ; kabel dengan empat penghantar untuk


mengalirkan arus 3 fasa dan netral atau 3 fasa dan pentanahan. Susunan
hantarannya ada yang pejal, berlilit ataupun serabut. Contoh penghantar
quadruplex misalnya NYM 4x2,5 mm², NYMHY 4x2,5mm² dan sebagainya.

2. Beberapa Jenis Kabel Yang Biasa Dipakai Dalam Instalasi Listrik


1) Kabel NYA
Kabel NYA berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, untuk instalasi luar
atau kabel udara. Kode warna isolasi adalah warna merah, kuning, biru dan
hitam sesuai dengan peraturan PUIL. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga
mudah cacat, tidak tahan air (NYA adalah tipe kabel udara) dan mudah digigit
tikus. Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang dalam
pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga tidak mudah menjadi
sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak tersentuh
langsung oleh orang.

63
2) Kabel NYM
Kabel NYM memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih atau abu-
abu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis,
sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA (harganya lebih mahal
dari NYA). Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah,
namun tidak boleh ditanam.

3) Kabel NYAF
Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar tembaga
serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-panel yang
memerlukan fleksibelitas yang tinggi.

64
4) Kabel NYY
Kabel NYY memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya berwarna hitam), ada
yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYY dipergunakan untuk instalasi tertanam
(kabel tanah), dan memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM
(harganya lebih mahal dari NYM). Kabel NYY memiliki isolasi yang terbuat
dari bahan yang tidak disukai tikus.

5) Kabel NYFGbY
Kabel NYFGbY ini digunakan untuk instalasi bawah tanah, di dalam
ruangan di dalam saluran-saluran dan pada tempat-tempat yang terbuka dimana
perlindungan terhadap gangguan mekanis dibutuhkan, atau untuk tekanan
rentangan yang tinggi selama dipasang.

6) Kabel ACSR (Aluminum Conduct Steel Reinforced)


Kabel ACSR merupakan kawat penghantar yang terdiri dari aluminium
berinti kawat baja. Kabel ini digunakan untuk saluran-saluran transmisi
tegangan tinggi, dimana jarak antara menara atau tiang berjauhan, mencapai
ratusan meter, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, untuk itu digunakan
kawat penghantar ACSR.

65
7) Kabel AAAC ( All Aluminium Alloy Conductor)
Kabel ini terbuat dari aluminium-magnesium-silicon campuran logam,
keterhantaran elektris tinggi yang berisi magnesium silicide, untuk memberi sifat
yang lebih baik. Kabel ini biasanya dibuat dari paduan aluminium 6201. AAAC
mempunyai suatu anti karat dan kekuatan yang baik, sehingga daya hantarnya
lebih baik.

66
Tabel 1 : Nomenklatur Kode – Kode Kabel Di Indonesia

HURUF KETERANGAN
N Kabel standard dengan penghantar/inti tembaga.
NA Kabel dengan aluminium sebagai penghantar.
Y Isolasi PVC
G Isolasi Karet
A Kawat Berisolasi
Y Selubung PVC (polyvinyl chloride) untuk kabel luar
M Selubung PVC untuk kabel luar
R Kawat baja bulat (perisai)
Gb Kawat pipa baja (perisai )
B Pipa baja
I Untuk isolasi tetap diluar jangkauan tangan
re Penghantar padat bulat
rm Penghantar bulat berkawat banyak
Se Penghantar bentuk pejal (padat)
Sm Penghantar dipilin bentuk sektor
f Penghantar halus dipintal bulat
ff Penghantar sangat fleksibel
Z Penghantar z
D Penghantar 3 jalur yang di tengah sebagai
pelindung.
H Kabel untuk alat bergerak
Rd Inti dipilih bentuk bulat
Fe Inti pipih
-1 Kabel dengan system pengenal warna urat dengan
hijau – kuning
-0 Kabel dengan system pengenal warna urat tanpa
hijau –kuning.

67
3. Membaca Kode Kabel
Contoh :
1) Kabel NYA 4 re 1000 V
Menyatakan suatu kawat berisolasi untuk tegangan nominal 1000V,
berisolasi PVC dan mempunyai penghantar tembaga padat bulat dengan luas
penampang nominal 4 mm ².

2) Kabel NYM – 0 4 x 2,5 rm 500 V


Menyatakan suatu kabel berinti banyak untuk tegangan nominal 500 V,
berisolasi dan berselubung PVC dan mempunyai penghantar tembaga bulat
berkawat banyak dengan luas penampang nominal 2,5 mm ², dengan sistim
pengenal warna urat tanpa hijau- kuning.

4. Identifikasi Kabel Dengan Warna


Peraturan warna selubung penghantar dan warna isolasi inti penghantar
harus diperhatikan pada saat pemasangan. Hal tersebut di atas diperlukan untuk
mendapatkan kesatuan pengertian mengenai penggunaan sesuatu warna atau
warna loreng yang digunakan untuk mengenal penghantarnya guna
keseragaman dan mempertingi keamanan.

1) Penggunaan Warna Loreng Hijau – Kuning


Warna hijau-kuning hanya boleh digunakan untuk menandai penghantar
pembumian, pengaman dan penghantar yang menghubungkan ikatan penyama
tegangan ke bumi.

68
2) Pengunaan Warna Biru
Warna biru digunakan untuk menandai penghantar netral atau kawat
tengah, pada instalasi listrik dengan penghantar netral. Untuk menghindarkan
kesalahan, warna biru tersebut tidak boleh digunakan untuk menandai
penghantar lainnya. Warna biru hanya dapat digunakan untuk maksud lain, jika
pada instalasi tersebut tidak terdapat penghantar netral atau kawat tengah.
Warna biru tidak untuk kabel pentanahan.

3) Penggunaan Warna Kabel Berinti Tunggal


Untuk pengawatan di dalam perlengkapan listrik disarankan hanya
mengunakan kabel dengan satu warna., khususnya warna hitam. Jika diperlukan
warna lain untuk penandaan disarankan mengunakan warna cokelat.
Untuk kabel dengan isolasi dari bahan polyethylene disingkat dengan PE,
polyvinyl chloride disingkat dengan PVC, cross linked polyethylene disingkat
dengan XLPE.

4) Warna Untuk Kabel Berselubung Berinti Tunggal


Kabel berselubung berinti tunggal boleh digunakan untuk fase, netral,
kawat tengah atau penghantar pembumian asalkan isolasi kedua ujung kabel
yang terlihat ( bagian yang dikupas selubungnya ) dibalut isolasi khusus yang
berwarna.

Untuk instalasi listrik (PUIL 2000) PUIL 2011


- Fasa R merah - Fasa R hitam
- Fasa S kuning - Fasa S coklat
- Fasa T hitam - Fasa T abu-abu
- Netral biru

Untuk pelengkapan listrik


- U / X merah
- V / Y kuning
- W / Z hitam

69
- Arde/Pembumian/PE loreng hijau – kuning

5) Warna Selubung Kabel


Warna selubung kabel ditentukan sebagai berikut :
 Kabel berisolasi tegangan pengenal (500 V) putih
 Kabel udara berisolasi PE, PVC, XPLPE (600 – 1000 V) hitam
 Kabel tanah berselubung PE dan PVC (600 – 1000 V) hitam
 Kabel tanah berselubung PE, PVC > 1000 V merah

5. Pemilihan Luas Penampang Penghantar


Pemilihan luas penampang penghantar harus mempertimbangkan hal-hal
berikut ini:
1) Kemampuan Hantar Arus (KHA)
Menurut PUIL 2000 pasal 5.5.3.1 bahwa “penghantar sirkit akhir yang
menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA kurang dari 125% arus
pengenal beban penuh.”
- Untuk Arus Searah : In = P/V (A)
- Untuk Arus Bolak-balik Satu Fasa: In = P/(V.Cos φ) (A)
- Untuk Arus Bolak-balik tiga Fasa: In = P/( .V.Cos φ) (A)
KHA = 125% X In
Dimana:
I = Arus Nominal Beban Penuh (A)
P = Daya Aktif (W)
V = Tegangan (V)
Cos φ = Faktor Daya

2) Drop Voltage
Drop voltage atau disebut dengan susut tegangan merupakan perbedaan
antara tegangan sumber dengan tegangan di beban, karena tegangan di
beban tidak sama dengan tegangan sumber yaitu tegangan di beban lebih
kecil dari tegangan sumber, dapat disebabkan oleh faktor arus dan impedansi
saluran.

70
71
3) Sifat Lingkungan
Sifat lingkungan merupakan kondisi dimana penghantar itu dipasang.
Faktor-faktor berikut harus diperhatikan:
 Penghantar dapat dipasang atau ditanam dalam tanah dengan
memperhatikan kondisi tanah yang basah, kering atau lembab. Ini akan
berhubungan dengan pertimbangan bahan isolasi penghantar yang
digunakan.
 Suhu lingkungan seperti suhu kamar dan suhu tinggi, penghantar
yang digunakan akan berbeda.
 Kekuatan mekanis, misalnya: pemasangan penghantar di jalan raya
berbeda dengan di dalam ruangan atau tempat tinggal. Penghantar yang
terkena beban mekanis, harus dipasang di dalam pipa baja atau
pipa beton sebagai pelindungnya.

4) Kemungkinan Lainnya
Kemungkinan lainnnya merupakan kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi di masa yang akan datang. Seperti penambahan beban yang akan
mengacu pada kenaikan arus beban sehingga perhitungan KHA penghantar
untuk memilih luas penampang penghantar akan berbeda. Drop tegangan
maksimum yang diizinkan adalah dua persen untuk penerangan dan lima persen
untuk instalasi daya.

Tabel 2. Warna Selubung Luar Kabel PVC


Jenis Kabel Tegangan Nominal Warna Selubung Luar
Kabel berselubung PVC 500 V Putih
untuk instalasi tetap
Kabel udara berselubung 500 V Hitam
PVC,PE,XLPE
Kabel tanah berselubung 600-1000 V Hitam
PVC
Kabel tanah berselubung Diatas 1000 V Merah
PVC

72
Tabel 3. Kemampuan Hantar Arus Kabel Instalasi Berisolasi Dan Berselubung
PVC

6. Rumus Untuk Menentukan Diameter Kabel


Dalam merencana sebuah instalasi tenaga listrik, maka langkah awal
setelah kita mengetahui berapa tegangan listrik serta daya yang dibutuhkan
adalah menentukan diameter kabel yang akan digunakan. Dibawah ini adalah
rumus dalam menentukan diameter kabel :

73
Dari rumus diatas, secara garis besar dapat kita lihat bahwa
penampang kabel berbanding lurus dengan panjang kabel dan berbanding
terbalik dengan tegangan, artinya semakin panjang kabel yang digunakan serta
untuk memperoleh tegangan yang konstan, maka semakin besar pula
penampang kabelnya. Akan tetapi pada prakteknya selalu ada saja rugi
tegangan pada penghantar, maka dalam rumus diatas disertakan juga rugi
tegangan yang kita inginkan (ev), yang nantinya rugi tegangan inilah yang
akan berhubungan dengan hukum ohm, menentukan I (arus) yang dihasilkan.
Jenis konduktor yang dalam rumus di atas dituliskan sebagai y atau daya
hantar jenis, juga akan menentukan penampang kabel, 56 untuk daya hantar
jenis tembaga, 32.7 untuk daya hantar jenis alumunium dan 7 untuk daya hantar
jenis besi. Akan tetap tembaga adalah jenis penghantar yang paling umum
digunakan maka dalam rumus di atas yang dituliskan adalah daya hantar jenis
tembaga.

Contoh soal 1 :
Sebuah pemanas heater 380 volt 10000 watt rencananya akan
disambungkan dengan kabel tembaga dengan panjang 350 meter dari sumber
listrik (panel), rugi tegangan yang diinginkan adalah 5 volt. Hitung berapa
diameter kabel yang dibutuhkan ?

Penyelesaian :
q = ( L . N ) : ( y . ev . E )
q = (350 . 10.000) : ( 56 . 5 . 380 )
q = (3.500.000) : (106.400)
q = 32,8 mm2

Jadi, penampang kawat tembaga yang dibutuhkan untuk pemanas heater


dengan instalasi sepanjang 350 meter adalah 32.8 mm atau bila memakai
ukuran kabel yang umum dijual di pasaran adalah dengan ukuran kabel 35 mm2.

74
7. Rumus Untuk Mengetahui Resistansi (Hambatan) Dalam Kabel
Hal yang perlu kita ketahui selanjutnya setelah menentukan diameter
kabel adalah mengetahui resistansinya, karena seperti yang telah kita ketahui
bersama bahwa resistansi inilah dalam hukum ohm nilainya akan berbanding
terbalik dengan tegangan (V) dan arus (I).
Rumus untuk mengetahui resistansi dalam kabel adalah :

Karena pada umumnya yang kita ketahui pada kabel adalah diameter
penampang, sedangkan untuk menggunakan rumus di atas harus diketahui luas
penampang, maka kita dapat mencarinya dengan rumus :

dimana :
r adalah setengah dari diameter penampang kabel

Contoh soal 2 :
Dari contoh soal 1 di atas, selanjutnya akan dapat kita ketahui berapa
resistansinya dengan memakai rumus berikut.
Penyelesaian :

75
Pada suatu rangkaian tertutup, seperti gambar di bawah ini :

Gambar 1. Gambar Arah Arus

Besarnya arus I berubah sebanding dengan tegangan V dan


berbanding terbalik dengan beban tahanan R, atau dapat dinyatakan dengan
rumus :

Contoh soal 3 :
Dari contoh soal gabungan no.1 dan 2 di atas, dengan menggunakan
hukum ohm, maka kita akan dapat mengetahui kerugian daya listrik yang ada
pada penghantar sepanjang 350 meter tersebut.

76
Untuk mengetahui rugi daya yang ada pada penghantar, maka yang kita
gunakan adalah R total, R total adalah penjumlahan R1 dan R2 yaitu =
14,4404332 + 0,175 = 14,6154332
Daya (P) keseluruhan setelah dihubungkan kabel 35 mm2 adalah = I2.R
P total = (26,3152)2 . 14,6154332
P total = 692,479225 . 14,6154332
P total = 10120 watt
Rugi daya pada penghantar adalah :
P total – P beban = 10120 – 10000 = 120 watt
Jadi, dengan demikian dapat diketahui bahwa heater pemanas 10000 watt
380 volt yang dihubungkan dengan kawat tembaga diameter 32.8 mm2
sepanjang 350 meter, rugi dayanya adalah sebesar 120 watt.

77
MODUL V
GAMBAR LISTRIK

‫ِبْس ِم ِهللا الَّر ْح مِن الَّر ِحيِم‬

1.1. Kegiatan Belajar 1 (Waktu Belajar 8 jam)


A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta pelatihan diharapkan dapat :
1. Memahami standarisasi gambar teknik ketenagalistrikan.
2. Menafsirkan gambar instalasi ketenagalistrikan industri.
3. Mampu merancang atau mendesain instalasi listrik bangunan.

B. Teori Dasar
1. Pengertian Gambar Teknik
Gambar teknik adalah gambar yang dibuat dengan menggunakan cara-
cara, ketentuan-ketentuan, aturan-aturan yang telah disepakati bersama oleh
para ahi teknik. Menggambar teknik adalah alah satu unsur pokok dalam
perencanaan, dan merupakan suatu metode penuangan ide yang harus dapat
dibaca dan dimengerti oleh pihak-pihak yang terkait. Dengan tujuan sebagai
suatu alat komunikasi, yang berisi perintah-perintah atau informasi dari pembuat
gambar (perencana), untuk disampaikan kepada pelaksana atau pekerja di
lapangan (bengkel) dalam bentuk gambar kerja yang dilengkapi dengan
keterangan-keterangan berupa kode-kode, simbol-simbol yang memiliki satu arti,
satu maksud, dan satu tujuan.

2. Gambar Teknik Dalam Perencanaan Instalasi Listrik


Gambar teknik listrik berfungsi sebagai bahasa tertulis dalam bentuk
gambar antara perencana dan pelaksana, sebagai konsekuensinya kedua pihak
harus betul-betul memahami dalam arti harus dapat membuat, membaca dan
mengoreksi gambar. Gambar teknik juga mengandung unsur seni, tetapi juga
harus memperhatikan aturan-aturan tertentu, seperti di Indonesia dalam dunia
teknik listrik aturan yang ada antara lain PUIL (Persyaratan Umum Instalasi

78
Listrik). Dalam suatu perancangan, produk yang dihasilkan adalah gambar dan
analisa. Gambar adalah bahasa teknik yang diwujudkan dalam kesepakatan
simbol. Gambar ini dapat berupa gambar sket, gambar perspektif, gambar
proyeksi, gambar denah serta gambar situasi. Gambar denah ruangan atau
bangunan rumah (gedung) yang akan dipasang instalasi digambar dengan
menggunakan lambing lambang (simbol-simbol) yang berlaku untuk instalasi
listrik.
Ada beberapa jenis gambar yang harus dikerjakan dalam tahap
perancangan suatu proyek pemasangan instalasi listrik penerangan dan
tenaga yang baku menurut PUIL 2000. Rancangan instalasi listrik terdiri dari :

2.1. Gambar Situasi


Gambar situasi adalah gambar yang menunjukkan dengan jelas letak
bangunan instalasi tersebut akan dipasang dan rencana penyambungannya
dengan jaringan listrik PLN.

Gambar 1.1 Contoh Gambar Situasi

79
2.2. Gambar Instalasi
Gambar instalasi meliputi :
 Rancangan tata letak yang menunjukkan dengan jelas tata letak
perlengkapan listrik beserta sarana pelayanannya (kendalinya), seperti titik
lampu, saklar, kotak kontak, motor listrik, panel hubung bagi dan lain-lain.
 Rancangan hubungan peralatan atau pesawat listrik dengan
pengendalinya.
 Gambar hubungan antara bagian-bagian dari rangkaian akhir, serta
pemberian tanda yang jelas mengenai setiap peralatan atau pesawat
listrik.

Gambar 1.2 Contoh Gambar Instalasi

80
2.3. Gambar Detail
Gambar detail meliputi :
 Perkiraan ukuran fisik dari panel.
 Cara pemasangan alat listrik.
 Cara pemasangan kabel.
 Cara kerja instalasi kontrolnya.

Gambar 1.3 Contoh Gambar Detail Pengawatan

3. Skala dan Ukuran Gambar Listrik


3.1. Skala Gambar Teknik
Skala gambar teknik adalah cara yang digunakan untuk memperlihatkan
objek gambar dalam ukuran yang berbeda, baik diperbesar maupun diperkecil.
Tujuan skala gambar teknik yaitu untuk memperkecil atau memperbesar ukuran
suatu objek di atas media gambar, memudahkan membuat gambar dan agar
gambar benda dapat proporsional ukurannya di atas media gambar. Lalu dengan
pengertian itulah bisa disimpulkan bahwa skala adalah perbandingan antara
ukuran linier benda A ( gambar pada kertas ), dengan ukuran benda B ( benda
sebenarnya ) atau bisa disebut juga perbandingan antara jarak pada gambar

81
dengan jarak sebenarnya. Misalkan : Pada gambar ditulis skala 1:100 artinya
setiap 1 cm pada gambar mewakili 100 cm pada jarak sebenarnya atau setiap 1
cm mewakili 1 meter pada jarak sebenarnya, Lalu untuk skala sendiri di dalam
gambar teknik dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Skala Pembesaran
Skala pembesaran di sini di gunakan jika gambar yang di buat tersebut
lebih besar, dari pada benda sebenarnya. Dan biasanya skala ini di gunakan
apabila benda sebenarnya itu kecil dan juga rumit , dan membutuhkan
keterangan yang lengkap untuk masalah ukurannya. Dalam mengunakan skala
ini lebih dianjurkan dengan keterangan : X:1 ( ukuran gambar pada kertas :
ukuran asli benda ) Standarisasi untuk menggunakan skala ini; 50:1 ; 20:1 ; 10:1 ;
5:1 ; 2:1.

2. Skala Penuh
Skala penuh digunakan jika gambar pada kertas dengan benda
sebenarnya itu memiliki ukuran yang sama. Dan lebih dianjurkan untuk bisa
mengunakan skala ini agar bisa mambayangkan benda sebenarnya, juga agar
memudahkan dalam pemeriksaannya. Standarisai gambar teknik untuk skala ini
adalah 1:1 dengan ketentuan gambar sama dangan benda asli.

3. Skala Pengecilan
Skala pengecilan digunakan jika benda asli lebih besar dari pada gambar.
Untuk skala ini lebih sering digunakan dalam menggambar teknik pada
umumnya. Tapi ingat, lebih dianjurkan lagi menggunakan skala penuh dalam
gambar teknik. Dalam menggunakan skala ini menggunakan keterangan 1:X
( ukuran gambar pada kertas : ukuran asli benda ) Standarisasi yang dianjurkan ;
1:2 ; 1:5 ; 1:10 ; 1:20 ; 1:50 ; 1:100 ; 1:200 ; 1:500 ; 1:1000 ; 1:2000 ; 1:5000 ;
1:10000.

82
Dalam zaman sekarang, pengolahan gambar teknik boleh dikatakan 99%
memakai bantuan komputer, sehingga dalam pen-skala-an gambar dapat dengan
mudah dilakukan tanpa harus melalui perhitungan dahulu dan kita tinggal
menuliskan saja angka yang kita inginkan untuk di-skala-kan. Tetapi terlepas dari
semua kemudahan yang ada, tetap ada aturan yang disarankan dipakai dalam
gambar teknik seperti yang disebutkan di atas, jika dikelompokkan maka seperti
terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1 Skala Yang Disarankan

Skala pembesaran Skala penuh Skala pengecilan


50 : 1 1:1 1:2
20 : 1 1 : 20
10 : 1 1 : 200
5:1 1: 2000
2:1 1:5
1 : 50
1 : 500
1 : 5000
1 : 10
1 : 100
1 : 1000
1 : 10000

83
Gambar 1.4 Denah Rumah Dengan Skala 1:100

Contoh membaca skala :


1. Lihat gambar denah rumah pada gambar 1.4 diatas. Pada denah tertulis
skala 1 : 100. Jika panjang ruang tamu pada gambar 3,5 cm , berapakah
panjang sebenarnya ?

Jawab :
Panjang sebenarnya = panjang pada denah x penyebut skala
= 3,5 x 100 cm
= 350 cm
= 3,5 m
Jadi panjang ruang tamu sebenarnya adalah 3,5 meter.

84
2. Pak Obed membangun rumah setinggi 6 m. Pada gambar rencana, tinggi
rumah itu digambarkan setinggi 4,8 cm. Bila pada gambar rencana tampak
kosen pintu setinggi 2,2 cm, berapakah tinggi kosen pintu itu sebenarnya ?

Jawab :
Langkah pertama, carilah skala terlebih dahulu.
Skala = tinggi rumah di gambar rencana / tinggi rumah sebenarnya
= 4,8 cm / 600 cm
= 1/125

Kemudian cari tinggi kusen pintu sebenarnya.


Tinggi kusen pintu sebenarnya = penyebut skala x tinggi kosen
= 125 x 2,2
= 275 cm
= 2,75 m
Jadi tinggi kosen pintu itu sebenarnya adalah 2,75 m.

3.2. Ukuran Gambar Teknik


Ukuran dan layout kertas gambar diatur dalam standar ISO 5457 yang
berjudul Technical product documentation — Sizes and layout of drawing
sheets. Edisi terbaru dari standar ini (saat ini Maret 2015) adalah edisi kedua
yang dikeluarkan tahun 1999 (sering dituliskan menjadi ISO 5457:1999). Edisi ini
menggantikan edisi sebelumnya (ISO 5457:1980) yang secara teknis telah
direvisi.

85
Beberapa aturan yang dicantumkan di standar ISO 5457:1999 ini, antara
lain:
1. Ukuran kertas berdasarkan kertas seri ISO-A (standar ISO 216:2007).
2. Ukuran frame, yaitu garis tepi kertas, berhubungan dengan drawing space.
3. Posisi kertas. A3 sampai A0 harus mendatar (landscape), kertas A4 harus
tegak (portrait).
4. Letak title block.
5. Letak size designation/ tulisan A0, A1, A2, dst.
6. Aturan pembuatan frame/border, dll.

3.2.1 Ukuran Standar Kertas Gambar


Kertas gambar yang digunakan untuk penyajian gambar teknik telah
mempunyai ukuran yang sudah distandarkan, ukuran yang banyak di gunakan
adalah seri A. Ukuran ini mempunyai ukuran standar yang dinyatakan dengan
angka nol di belakang huruf A (A0).

Tabel 1.2 Ukuran Standar Kertas


No Seri Ukuran
1 A0 841 mm x 1189 mm

2 A1 594 mm x 841 mm

3 A2 420 mm x 594 mm

4 A3 297 mm x 420 mm

5 A4 210 mm x 297 mm

Semua ukuran kertas sudah proporsional, sehingga memudahkan


pengerjaan pengecilan dan pembesaran gambar. Lembaran tersebut akan
dengan mudah dilipat guna penyusunan dokumen dan pencariannya
kembali. Ukuran yang lebih kecil relatif lebih mudah dilipat dan disimpan baik
dikantor maupun di lapangan. Usahakan untuk melipat sekecil mungkin,
sehingga memudahkan penyusunan dan pencariannya (memeriksanya).
86
Ukuran pokok dari kertas gambar adalah A0 (baca A nol) mempunyai luas
1 m2. Apabila kertas A0 dibagi menjadi dua bagian sama besar, kita dapatkan
ukuran kertas yang lebih kecil yaitu A1. Arti A1 adalah kertas A0 yang dibagi satu
kali. Begitu seterusnya, apabila kertas A1 dibagi menjadi dua sama besar
menjadi kertas ukuran A2, Kertas A2 menjadi kertas A3, kertas A3 menjadi kertas
A4, kertas A4 menjadi kertas A5, seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar 1.5 Pembagian Kertas, Cara membagi kertas Ukuran besar


(seri A0) menjadi ukuran kecil (seri A1,A2,A3,A4,A5).

3.2.2 Ukuran Garis Tepi


Pada gambar sketsa yang mengacu kepada standarisasi gambar teknik,
ketika kita akan melakukan penggambaran pada sebuah kertas, kita harus
mempunyai batas wilayah kerja gambar, yang dibatasi dengan garis tepi. Batas
garis tepi yang dibuat adalah sisi kiri, kanan, atas dan bawah. Ukuran batas garis
tepi sisi kiri biasanya lebih lebar, ini dimaksudkan agar ketika gambar kerja
tersebut berjumlah banyak, maka diperlukan suatu penjepitan gambar, sehingga
ketika gambar tersebut dibundel atau dijilid, gambar yang dibuat tidak tertutup
oleh jilidan tepi kertasnya.
87
Gambar 1.6 Gambar 1 Format Garis Tepi Untuk Kertas A0 - A3

Gambar 1.7 Gambar 2 Format Garis Tepi Untuk Kertas A4

88
Pada penggunaan posisi kertas gambar, dikenal dengan 2 posisi kertas,
yaitu landscape (Horisontal) dan portrait (Vertical). Sedangkan batas dari tepi
gambar berubah, yang terpenting batas kiri kertas lebih lebar dibandingkan batas
atas, kanan dan bawah kertas. Untuk ukuran kertas A4, posisi yang
diperbolehkan hanyalah posisi tegak/portrait, sedang untuk ukuran A3, A2, A1
dan A0, diperbolehkan menggunakan kedua posisi kertas. Berikut tabel data
batas margin/garis tepi yang sesuai dengan standar ISO.

Tabel 1.3 Batas Margin Kertas Gambar Type A

3.2.3. Ukuran Kepala Gambar atau Etiket


Kepala gambar atau etiket adalah suatu identitas yang dapat menjelaskan
berbagai keterangan pendukung sebagai pelengkap gambar. Di dalam etiket
biasanya tercantum : nama penggambar, nama pemeriksa gambar, nama
instansi yang mengeluarkan / menerbitkan rancangan gambar tersebut, nomor
gambar kerja, tahun pembuatan gambar, skala dari gambar kerja, ukuran dari
kertas gambar, satuan ukuran yang digunakan, lambang proyeksi yang
digunakan, Judul gambar, kebutuhan material beserta jumlah, jenis dan
ukurannya dan berbagai data yang diperlukan sebagai pelengkap. Berikut contoh
jenis etiket yang sering kita jumpai lengkap dengan ukurannya :

89
Gambar 1.6 Contoh Etiket

90
3.3. Peralatan Gambar
Walaupun keterampilan tangan dan kemampuan sendiri yang akan
menentukan hasil gambarnya. Tetapi kualitas peralatan dan bahan-bahan
yang digunakan ikut membantu proses penggambaran sehingga dapat
menjadikan pengalaman yang menyenangkan dan akhirnya akan lebih mudah
untuk mencapai hasil gambar yang berkualitas. Kualitas gambar yang disajikan
tergantung dari media gambar, alat gambar dan alat bantu gambar lainnya
serta teknik komunikasi gambar yang digunakan.

3.3.1. Media Gambar


1 . Kertas Gambar
Macamnya (kertas HVS, kertas manila, kertas padalarang, kertas roti,
kertas kalkir). Kertas yang kita dipakai untuk menggambar harus berkualitas baik,
permukaannya rata, putih dan bersih. Selain kertas gambar dalam menggambar
teknik dikenal juga kertas kalkir yang kelihatan transparan, di samping itu ada
juga kertas milimeter. Kertas milimeter dapat berguna untuk membuat pola atau
merencanakan gambar. Kertas gambar putih biasa dipakai bila menggambar
menggunakan pensil atau tinta. Kalau menggunakan tinta kita harus lebih hati-
hati karena kalau ada kesalahan sulit menghapusnya. Dan penghapus yang
digunakan biasanya yang lembut agar tidak merusak kertas. Kertas gambar kalkir
biasanya dipakai bila menggambar dengan menggunakan rapido.

2 . Cara Menempatkan Kertas Gambar


Kertas gambar biasanya diletakkan dengan permukaan yang halus,
dihadapkan ke atas. Ukuran kertas harus disesuaikan dengan yang akan
digambar. Kertas gambar diletakkan dekat pada sisi kiri dan dekat pada sisi
bawah papan gambar.

91
Gambar 1.7 Posisi Kertas Ada Papan Gambar

Gunakan perekat kertas yang mudah dilepas pada saat selesai


menggambar, kertas gambar tidak boleh sobek atau rusak. Perekat kertas juga
tidak boleh mengganggu kegiatan menggambar, misalkan menghalangi
penggaris saat menarik garis atau yang lainnya. Pada saat menggambar, tangan
dalam keadaan bersih dan kering.

3.3.2. Alat Gambar Manual


1. Pensil
Pensil untuk menggambar berbeda dengan pensil yang digunakan untuk
menulis, baik spek maupun kualitasnya. Pensil gambar umumnya tidak disertai
karet penghapus pada salah satu ujungnya. Selain itu kekerasannya
dicantumkan pada salah satu ujung pensilnya.
Standar kekerasan pensil, seperti tabel berikut ini :

92
Tabel 1.4 Standar Kekerasan Pensil
Kekerasan Sedang Lunak

4H 3H 2B

5H 2H 3B

6H H 4B

7H F 5B

8H HH 6B

9H B 7B

Keterangan :
H = Hard (keras)
B = Black (hitam)
HB = Half black (setengah hitam)
F = Firm (tetap)

Angka didepan huruf H menunjukkan tingkat kekerasannya ( semakin


besar angkanya semakin keras ). Angka didepan huruf B menunjukkan
kelunakan ( semakin besar angkanya semakin lunak ).

2. Mistar Gambar Penggaris Segitiga (Segitiga Set)


Mistar gambar mempunyai dua bagian, yaitu bagian mistar yang panjang,
disebut daun mistar, dan bagian mistar yang pendek, disebut kepala mistar.
Sudut antara bagian daun dan bagian kepala mistar sebesar 90 0 (siku-siku).
Sepasang penggaris segitiga siku-siku terdiri dari dua buah penggaris segitiga
siku-siku, yang satu bersudut 450 – 450 dan yang lainnya bersudut 600 – 300.
Pada sisi siku-siku penggaris segitiga diberi garis-garis skala ukuran. Salah satu
sisi siku-sikunya berskala ukuran milimeter dan pada sisi siku-siku yang lain
berskala ukuran inchi. Dengan demikian disamping dapat digunakan untuk
menarik garis, penggaris segitiga dapat berfungsi sebagai mistar ukur. Tetapi
untuk menghasilkan pengukuran yang baik dianjurkan menggunakan mistar
ukur / mistar skala.
93
3. Jangka
Jangka digunakan untuk menggambar lingkaran atau busur lingkaran.
Biasanya jangka ditempatkan dalam suatu kotak. Satu kotak jangka yang
sederhana paling sedikit harus berisi : sebuah jangka besar, sebuah alat
penyambung untuk membuat lingkaran besar, sebuah jangka orleon (jangka
pegas) dan sebuah pena penggaris (trek pen). Untuk keperluan meninta bentuk
lingkaran biasanya jangka dilengkapi dengan ring (cincin) yang berfungsi untuk
menyambung atau mengganti mata pensil dengan rapido. Di samping kotak
jangka yang sederhana, ada kotak jangka yang sedang dan kotak jangka yang
lengkap. Pada sisi siku-siku penggaris segitiga diberi garis-garis skala ukuran.
Salah satu sisi siku-sikunya berskala ukuran milimeter dan pada sisi siku-siku
yang lain berskala ukuran inchi.

4. Simbol-Simbol Elektro Teknik Arus Kuat

Perhatikan dan pelajari secara seksama sehingga Anda dapat memahami


dengan baik, simbol–simbol elektro teknik arus kuat sesuai dengan normalisasi
Belanda No. 227 s/d 280 seperti ditunjukkan pada Tabel 1.5. Sedangkan simbol
peralatan elektro teknik arus kuat yang sesuai dengan Persyaratan Umum Instalasi
Listrik ditunjukkan pada Tabel 1.6.

Tabel 1.5 Simbol Peralatan Elektro Teknik Arus Kuat Sesuai Normalisasi Belanda

94
95
96
Tabel 1.6 Simbol Peralatan Elektro Teknik Arus Kuat Sesuai PUIL (Peraturan
Umum Instalasi Listrik)

97
SIMBOL
BENTUK NAMA
INTERNASIONAL

Sakelar kutub satu

Sakelar kutub dua

Sakelar kutub tiga

Sakelar seri

Sakelar tukar

Sakelar silang

98
Sakelar kedap air
Schakelaar

Kotak-kontak
dinding

Kotak-kontak
dinding ganda

Kotak kontak
dinding dengan
kontak pengaman

Tusuk kontak

Kontak tusuk
dengan kabel yang
dapat dipindah-
pindahkan

Kotak kontak alat

Alat listrik untuk


rumah tangga

99
Elemen pemanas
alat pemanas
Armatur
penerangan kedap
air

Jalur teminal

Pengamanan
sakelar kutub tiga
tegangan nol kutub
dua

Pemisah dengan
pengaman

Pemisah sorong

Pelayanan dengan
elemen dwi logam

100
Pelayanan dengan
jam

Sakelar dengan
pelayanan
elektromagnetik

Motor

Transformator

SIMBOL
BENTUK NAMA
INTERNASIONAL

Kapasitor

Kapasitor elektrolit

101
Kapasitor variabel

Piezoelektrik kristal

Diode

Induktor/kumparan

Jack

Bola lampu (neon)

Bola lampu

Meter M

Resistor/tahanan

102
Potensiometer

Sakelar SPST

Transformator

Transformator
variabel

Transformator
variabel

Transistor

Tabung

103
5. Standarisasi Gambar Teknik
Standarisasi gambar merupakan peraturan-peraturan
gambar yang dibuat atas dasar persetujuan bersama antara orang-
orang bersangkutan. Peraturan-peraturan itu selanjutnya dijadikan
standar dalam lingkup dimana orang bersangkutan berada. Standar
yang digunakan dalam lingkup perusahaan disebut sebagai standar
perusahaan, untuk lingkup Negara disebut standar nasional.
Standarisasi gambar berarti penyesuaian atau pembakuan cara
pembuat dan membaca gambar dengan berpedoman pada standar
gambar yang telah ditetapkan. Apabila dalam suatu lingkungan
kerja teknik, antara yang membuat gambar dan yang membacanya
menggunakan standar gambar teknik yang sama, berarti
lingkungan itu telah melakukan standarisasi gambar teknik.

Fungsi Dari Standarisasi :


1. Memberikan kapasitas sesuai atau tidak sesuai kepada
pembuat dan pembaca gambar dalam menggunakan aturan-
aturan gambar menurut standar.
2. Menyeragamkan penafsiran terhadap cara-cara penunjukan
dan penggunaan simbol-simbol yang dinyatakan dalam
gambar sesuai penafsiran menurut standar.
3. Memudahkan komunikasi teknis antara perancang atau
pembuat gambar dengan pengguna gambar.
4. Memudahkan kerja sama antara perusahaan-perusahaan
dalam memproduksi benda-benda teknik dalam jumlah
banyak (produksi masal) yang harus diselesaikan dalam
waktu serempak.
5. Memperlancar produksi dan pemasaran suku cadang alat-
alat industri.

104
Macam-Macam Standarisasi :
1. JIS (Japanese Industrial Standard).
2. NNI (Netherland Normalisatie Instituut).
3. DIN (Deutsche Industrie Normen).
4. ANSI (American National Standard Institute).

Negara kitapun punya standar nasional. Dahulu namanya


Standar Industri Indonesia (SII). Tetapi sejak tebit peraturan
pemerintah nomor 15 tahun 1991 tentang Standar Nasional
Indonesia, nama SII diganti dengan SNI (Standar Nasional
Indonesia). Standar Nasional ISO, dengan semakin luasnya usaha
dimana pembagian kerja secara internasional meningkat pesat,
juga perlunya saling menimba teknologi asing, telah mengharuskan
perusahaan-perusahaan industri untuk menggunakan standar yang
bersifat internasional. Untuk keperluan ini telah dibentuk suatu
badan standar industri yang diberi nama International Organization
for Standard Standardization (ISO). Tujuan dari ISO adalah untuk
menyatukan pengertian teknik antar bangsa dengan jalan membuat
standar. Dalam badan ini, ahli-ahli teknik yang mewakili berbagai
Negara guna mencapai suatu pengertian yang disetujui bersama.
Bidang kerja ISO yang menangani standar gambar teknik disebut
ISO / TC 10 (gambar teknik), yang bertugas menstandarkan
gambar-gambar teknik agar dapat diterima oleh dunia internasional
sebagai bahasa teknik internasional. Indonesia juga merupakan
anggota ISO yang diwakili Dewan Standarisasi Nasional (DSN).

105
Istilah-Istilah Pokok Dalam Instalasi Penerangan
1. Instalasi ialah suatu saluran listrik termasuk alat-alatnya
yang terpasang di dalam atau di luar bangunan untuk
manyalurkan arus listrik setelah atau di belakang pesawat
pembatas/meter milik perusahaan (PLN).
2. Peralatan Listrik ialah pesawat-pesawat, perkakas-perkakas,
motor-motor, beserta perlengkapannya yang dapat
disambung atau dihubungkan pada instalasi.
3. Sambungan rumah ialah hantaran di bawah tanah atau di
atas tanah, termasuk alat-alatnya sampai dengan pesawat
pembatas/meter milik perusahaan yang menyalurkan arus
listrik dari jaringan distribusi tegangan rendah ke instalasi.
4. Kelompok ialah bagian dari instalasi yang di amankan
tersendiri dengan satu pesawat pengaman arus.
5. Pesawat Pengawas ialah suatu pesawat yang mengawasi
pemakain dan mengukur satuan lain Volt, Ampere, Hertz dan
Cos φ.
6. Pasawat pembatas ialah suatu pesawat yang membatasi
pemakaian arus listrik, antara lain sekering-otomatis dan
mini-circuit-breaker (MCB).
7. Meter ialah suatu pesawat yang mengukur dan menunjukkan
banyaknya tenaga listrik yang digunakan antara lain Watt-
Hour, Volt-Ampere Hour (Var-Hour) dan Volt-Ampere Hour.
8. Pengaman Arus ialah suatu pesawat yang mengamankan
instalasi dan atau bagiannya, terhadap arus lebih dan/atau
arus hubung singkat antara lain mini circuit-breaker dan
sekering.

106
9. Instalatir ialah badan hukum Indonesia yang terdaftar pada
perusahaan dan mendapat pengesahan serta izin kerja dari
perusahaan untuk merencanakan dan mengerjakan
pemasangan suatu jaringan atau instalasi dalam wilayah
kerja perusahaan yang bersangkutan.

Gambar Instalasi dan Aturan Standar Instalasinya


1. Saklar Saklar Lampu dalam Instalasi Penerangan
Saklar dipergunakan untuk menghubung dan memutuskan
rangkaian listrik. Saklar harus dipasang sedemikian rupa sehingga :
 Bagian yang bergerak tidak bertegangan pada waktu saklar
dalam keadaan terbuka.
 Kedudukan semua saklar di dalam suatu instalasi harus
seragam, misalnya semua saklar dalam keadaan terhubung
jika tungkai didorong ke atas atau jika tungkai bagian atas di
tekan.
 Terminal penghubung pada saklar dan kotak kontak, tidak
boleh digunakan untuk lebih dari 1 inti, kecuali terminal
penghubung tersebut khusus dibuat juga untuk
menyambung.

107
2. Penggunaan dan Pemasangan Kotak Kontak
 Kotak kontak dinding satu fasa harus sedemikian rupa
sehingga kontak netralnya berada disebelah kanan (PUIL
1987).
 Kontak dinding harus dipasang pada dinding/tembok
sekurang-kurangnya 1,2 m di atas lantai, kecuali kotak
kontak tertutup (PUIL 1978, pasal 2, ayat 14c).
 Kotak kontak yang dipasang di bawah jarak tersebut harus
kotak-kontak dengan konstruksi khusus (PUIL 1978, pasal 2,
ayat 14d).
 Kotak kontak dinding dengan pengaman dipasang dengan
hantaran pengaman (PUIL 1987).
 Di dalam ruangan yang dilengkapi dengan kotak kontak
dengan kontak pengaman tidak boleh dipasang kotak kontak
tanpa kontak pengaman kecuali kotak kontak untuk
tegangan rendah pengaman dan untuk pemisahan
pengaman (PUIL 1987), dan Kemampuan kotak kontak
harus sekurang-kurangnya sesuai dengan daya alat yang
dihubungkan padanya, tetapi tidak boleh kurang dari 5A
(PUIL 1987).

108
Contoh Gambar Saklar Tunggal Dengan 1 Lampu Pijar

Contoh Gambar Saklar Seri Dengan Dua Buah Lampu Pijar

109
Pemasangan Stop Kontak Pada Sumber Listrik

 Untuk instalasi rumah tinggal pasangan tetap, hantarannya


harus memiliki luas penampang tembaga sekurang-
kurangnya 1,5 mm2 berlaku. Luas penampang hantaran
minimum sebesar 1,5 mm2 berlaku hanya apabila instalasi
tersebut tanpa kotak-kontak biasa (KKB). Bila pada instalasi
terdapat KKB maka luas penampang hantaran minimum
adalah 2,5 mm2.
 Pada ruangan tertutup dengan luas 9 m2, harus terdapat
sekurang-kurangnya satu titik cahaya, dan dengan luas
sampai 20 m2 harus terdapat sekurang-kurangnya 2 (dua)
titik cahaya (PUIL 1978, pasal 2, ayat 11).
 Nilai sambungan tiap titik cahaya diperhitungkan 60 VA dan
untuk stop kontak 200 VA (PUIL 1978, pasal 2, ayat 12). Di

110
masyarakat pada umumnya, aturan ini sampai sekarang
belum sepenuhnya dapat diterapkan dengan alasan
ekonomi/biaya.

Gambar 1.8 Contoh Instalasi Ruangan 1 Fasa 1 Kelompok

Gambar 1.9 Contoh Gambar Rekapitulasi Beban Pada Gambar 1.8

Instalasi penerangan dengan jumlah kelompok sebanyak-


banyaknya 6 (enam), jumlah titik cahaya pada suatu kelompok tidak
boleh lebih dari 15 (lima belas) (PUIL 1978, pasal 2, ayat 4). Suatu
instalasi untuk penerangan, dimana terdapat kotak-kontak dengan
jumlah titik cahaya kurang dari 15 (lima belas), sedapat-dapatnya
dibagi dalam 2 (dua) kelompok (PUIL 1978, pasal 2, ayat 6).

111
6. Perencanaan Instalasi Listrik Rumah
Perencanaan instalasi listrik rumah adalah perencanaan
instalasi atau suatu bayangan untuk memulai instalasi agar apa
yang dibutuhkan dan diperlukan dalam instalasi dapat dipenuhi
untuk memulai instalasi. Dalam perencanaan instalasi diperlukan
gambar instalasi, gambar instalasi ini sangat diperlukan untuk
menunjang kebutuhan bahan dalam instalasi dan sebagai tolak
ukur dalam instalasi, tak hanya itu saja, dalam instalasi dapat
memudahkan seseorang dalam bekerja karena dengan gambar
instalasi tersebut dapat membimbing seseorang dalam
melaksanakan proses instalasi. Gambar-gambar instalasi yang
perlu diperhatikan sesuai dengan urutannya dalam rencana
instalasi rumah tinggal yaitu :
1. Gambar Situasi
Dengan gambar situasi ini instalatir dapat memperhatikan
keadaan sekeliling tempat yang akan diinstalasi dan dengan
gambar ini instalatir dapat mengisi blangko jaminan instalasi dan
kecelakaan diri.(lihat gambar 1.1)

2. Gambar Tata Letak


Dengan gambar tata letak seorang instalatir dapat
mengetahui komponen yang diperlukan dalam instalasi dan letak
komponen tersebut dengan tujuan mempermudah dalam
pemasangan.

112
Gambar 1.10 Gambar Tata Letak

3. Gambar Diagram Garis Tunggal


Dengan tujuan agar instalatir dapat mengetahui jalur
pemasangan penghantar ke komponen dan mengetahui berapa
banyak penghantar yang melewati jalur tersebut.

113
Gambar 1.11 Gambar Diagram Garis Tunggal

4. Tabel Rekapitulasi Daya


Dengan adanya tabel rekapitulasi daya seorang instalatir
dapat mengetahui berapa besar pengaman yang akan dipakai dan
pembagian kelompok yang sesuai standar.

Gambar 1.12 Gambar Tabel Rekapitulasi Daya

114
5. Gambar Diagram Pengawatan
Dengan adanya ini seorang instalatir akan lebih mengetahui
secara detail kabel yang akan dipasang dan komponen lain yang
akan di pasang.

Gambar 1.13 Gambar Diagram Pengawatan

115
6. Tabel Bahan Instalasi
Dengan adanya tabel ini akan mempermudah seorang
instalatir untuk menyediakan bahan yang akan dibutuhkan.

Tabel 1.7 Tabel Bahan Instalasi

Dengan adanya perencanaan instalasi listrik rumah ini


akan membuat dan menghasilkan instalasi rumah yang baik dan
terencana. Instalasi tersebut akan terasa lebih baik, mantap dan
untuk menghindari sebuah kesalahan dalam instalasi listrik rumah.
Jadi dapat membuat konsumen instalasi percaya, puas dan
instalatir tersebut akan merasa bangga akan hasil instalasi
tersebut.

116
1.2. Praktikum 1 (Waktu 180 menit)
1. Salinlah gambar tata letak di bawah ini ke dalam kertas A4
atau A3.

Gambar Tata Letak

2. Buatlah diagram garis tunggal.


3. Buatlah diagram pengawatan.
4. Buatlah gambar tabel rekapitulasi dayanya.

117
1.3. Praktikum 2 (kelompok) (Waktu 8 jam)
Buatlah : (gunakanlah kertas A3)
1. Gambar situasi.
2. Gambar tata letak.
3. Gambar diagram garis tunggal.
4. Gambar diagram pengawatan.
5. Gambar tabel rekapitulsi daya.
6. Tabel bahan instalasi.

Objek gambarnya yaitu salah satu bangunan Pondok


Pesantren Al Islam.

118
MODUL VI
INSTALASI LISTRIK

‫ِبْس ِم ِهللا الَّر ْح مِن الَّر ِحيم‬

1.1 Kegiatan Belajar 1 (Waktu Belajar 2 X 8 jam)


A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta pelatihan
diharapkan dapat :
1. Memahami prinsip kerja alat/komponen instalasi kelistrikan.
2. Menguasi pemasangan alat/komponen instalasi kelistrikan.

B. Teori Dasar
1. Alat/Komponen Instalasi Kelistrikan
1) Miniatur Circuit Breaker (MCB)
Pengertian MCB (Miniature Circuit Breaker)
MCB (Miniatur Circuit Breaker) adalah komponen dalam
instalasi listrik rumah tinggal mempunyai peran yang sangat
penting. Komponen ini berfungsi sebagai sistem proteksi dalam
instalasi listrik bila terjadi beban lebih dan hubung singkat arus
listrik (short circuit atau konsleting). Dasar pemilihan rating arus
MCB yang ingin dipakai di instalasi rumah tinggal tentu
disesuaikan dengan besarnya langganan daya listrik PLN yang
terpasang. Karena PLN sendiri menetapkan besar langganan listrik
sesuai rating arus dari MCB yang di produksi untuk pasar dalam
negeri.

119
Miniature Circuit Breaker memainkan peranan penting dalam
hal proteksi arus lebih dan juga sebagai alat disconnect pada
jaringan listrik. Sebuah breaker merupakan alat yang didesain
untuk mengisolasi rangkaian dari gangguan arus lebih (overload)
dan short circuit ( hubung singkat). Seperti halnya pada
Thermostat Load Relay, MCB mempuyai bimetalic, yaitu suatu
elemen yang jika terkena panas akan memuai secara langsung
maupun tidak langsung yang diakibatkan dengan adanya arus
mengalir, bimetalic ini dibuat dan direncanakan sesuai dengan
ukuran standar (arus nominal MCB), dimana dalam waktu yang
sangat singkat dapat bekerja sehingga rangkaian beban
terlindungi, MCB juga dilengkapi dengan magnet triping yang
bekerja secara cepat pada beban lebih atau arus hubung singkat
yang besar, dapat juga dioperasikan secara manual dengan
menekan tombol. Karakteristik arus waktu untuk jenis MCB,
hampir sama dengan pengaman lebur oleh karena itu sering
kali MCB dan pengaman lebur digunakan secara
bersamaan.

120
MCB 3 Phase & 1 Phase

Perlu diketahui pula kapasitas arus MCB tidak dapat


dibandingkan dengan kapasitas putus pengaman lebur sesuai
dengan peraturan yang berlaku bahwa setiap beban lebih dari
100 A harus dilengkapi dengan pengaman lebur. Bimetal yang
terdapat pada pengaman arus lebih biasanya bekerja pada suhu
0
25 C apabila temperatur ruang naik, maka salah satu cara untuk
mengatasinya adalah dengan menurunkan beban. Sehingga
dengan diturunkannya beban berarti panas disipasi yang timbul
akan berkurang.
Setiap MCB direncanakan untuk karakteristik arus waktu
yang berbeda- beda. Perhatikan gambar dimana karakteristik H,L
dan G pada hal khusus MCB hanya dapat dibebani kira-kira 1,5 x
arus kerja, misalnya pada lampu TL tegangan rendah dimana
tidak dipasang kapasitor untuk perbaikan faktor kerja sehingga
arus yang mengalir sangat besar dan menyebabkan triping
MCB akan bekerja. MCB jenis G mempunyai titik triping yang
besar.

121
Konstruksi MCB (Miniatur Circuit Breaker)
Ada dua type MCB yaitu yang 1 Phase , dan 3 Phase
Merek merek yang beredar di pasaran antara lain Meril Gerin,
ABB dan lain lain. Berdasarkan konstruksinya, maka MCB
memiliki dua cara pemutusan yaitu : pemutusan berdasarkan
panas dan berdasarkan elektromagnetik. Pemutusan berdasarkan
panas dilakukan oleh batang bimetal, yaitu perpaduan dua buah
logam yang berbeda koefisien muai logamnya. Jika terjadi arus
lebih akibat beban lebih, maka bimetal akan melengkung akibat
panas dan akan mendorong tuas pemutus tersebut untuk melepas
kunci mekanisnya. Pemutusan berdasarkan elektromagnetik
dilakukan oleh koil, jika terjadi hubung singkat maka koil akan
terinduksi dan daerah sekitarnya akan terdapat medan magnet
sehingga akan menarik poros dan mengoperasikan tuas pemutus.
Untuk menghindari dari efek lebur, maka panas yang tinggi dapat
terjadi bunga api yang pada saat pemutusan akan diredam oleh
pemadam busur api (arc-shute) dan bunga api yang timbul akan
masuk melalui bilah-bilah arc-shute tersebut.
Keuntungan sebuah pengaman otomatis adalah dapat
segera digunakan lagi setelah terjadi pemutusan, dalam
pengaman otomatis terdapat kopling jalan bebas karena kopling ini
otomatnya tidak bisa digunakan kembali kalau gangguannya belum
diperbaiki.
Elemen penting MCB yaitu :
1. Terminal trip (Bimetal)
2. Elektromagnetik trip (coil)
3. Pemadam busur api
4. Mekanisme pemutusan

122
Gambar 1.2 Kontruksi Dalam MCB

Keterangan dari gambar 1.2 bagian bagian dalam MCB


1. Tuas aktuator operasi On-Off
2. Mekanisme Actuator
3. Kontak penghubung
4. Terminal Input-Output
5. Batang Bimetal
6. Plat penahan & penyalur busur api
7. Solenoid / Trip Coil
8. Kisi-kisi pemadam busur api

Berdasarkan waktu pemutusannya, pengaman otomatis


dibagi atas :
1. Type G (General) Biasanya digunakan untuk instalasi
motor listrik. Otomat type G pada jenis ini digunakan untuk
mengamankan motor- motor kecil AC maupun DC,
mengamankan alat-alat listrik dan juga rangkaian akhir besar
untuk penerangan, seperti penerang pada bangsal, pabrik dll.
Pengaman elektro magnetiknya berfungsi pada 8 – 11 x I
nominalnya untuk AC dan 14 x I nominal untuk DC.

123
2. Type L (Line) Biasanya digunakan untuk instalasi jala-jala.
Otomat tipe L pada jenis ini pengaman thermisnya disesuaikan
dengan meningkatnya suhu hantaran, kalau terjadi beban lebih
dan suhu hantarannya melebihi suatu nilai tertentu, maka
elemen bimetalnya akan memutuskan rangkaian. Kalau terjadi
hubung singkat, maka arusnya kan diputuskan oleh pengaman
elektromagnetik. Untuk AC adalah : 4 – 6 x In dan DC adalah :
8 x In dimana pemutusan arusnya akan berlangsung dalam
waktu 2 detik.
3. Type H (Home) Biasanya digunakan untuk instalasi
rumah/gedung. Otomat type H secara thermis, jenis ini sama
dengan otomat type L, tapi pengaman elektro magnetiknya
akan memutuskan dalam waktu 0,2 detik. Untuk AC 2,5 – 3 x
In dan DC 4 x In. Jenis otomat ini digunakan untuk instalasi
rumah, dimana kondisi gangguan yang relatif kecil pun harus
diputuskan dengan cepat, jadi kalau terjadi gangguan tanah,
maka bagian – bagian yang terbuat dari logam tidak akan lama
bertegangan.
4. Type K&U Biasanya digunakan untuk rangkaian elektronika
atau trafo.

Sifat dan Kegunaan MCB (Miniatur Circuit Breaker)

Sifat dari MCB adalah :


1. Arus beban dapat diputuskan bila panas yang ditimbulkan
melebihi panas yang dijinkan.
2. Arus hubung singkat dapat diputuskan tanpa adanya
perlambatan.
3. Setelah dilakukan perbaikan, maka MCB dapat digunakan
kembali.

124
Beberapa kegunaan MCB :
1. Membatasi Penggunaan Listrik.
2. Mematikan listrik apabila terjadi hubungan singkat ( Korslet ).
3. Mengamankan Instalasi Listrik.

Spesifikasi MCB (Miniature Circuit Breaker)

Gambar 1.3 Contoh MCB (Miniature Circuit Breaker)

Ada perbedaan antara MCB milik PLN yang terpasang


di kWh meter dengan milik pelanggan yang dijual secara
umum. Yang pertama adalah warna toggle switch (tuas aktuator)
yang berbeda (dalam produk dari produsen MCB yang sama milik
PLN memiliki warna toggle switch biru dan yang dijual untuk
umum berwarna hitam) dan kedua adalah tulisan “Milik PLN” pada
MCB yang dipasang di kWh meter. Walaupun ada juga produsen
MCB lainnya yang menggunakan warna toggle switch biru untuk
produk yang dijual di pasaran.

125
Sedangkan, inilah arti dari kode dan simbol
yang tertulis dalam nameplate MCB tersebut sebagai berikut :
1. Simbol dengan angka 1 dan 2
Ini adalah simbol dari fungsi MCB sebagai proteksi beban
penuh dan hubung singkat. Dari gambar tersebut, hal ini juga
menjelaskan bahwa MCB ini adalah 1 pole (karena hanya ada 1
simbol saja). Bila ada dua simbol berdampingan, maka MCB- nya
adalah 2 poles. Yang umum dipakai di perumahan adalah tipe
MCB 1pole, yaitu hanya kabel phasa saja yang diproteksi.

2. NC45a
Merupakan MCB model number yang ditentukan dari
produsen MCB. Lain produsen berarti lain model number.
Sebagai tambahan informasi, model NC45a ini adalah MCB
yang diproduksi untuk keperluan perumahan secara umum.

3. C16
Kode ini menjelaskan tripping curve MCB yaitu tipe
“C”, dengan proteksi magnetic trip sebesar 5-10In (In : arus
nominal atau rating arus dari MCB) dan angka “16” adalah
rating arus dari MCB sebesar 16A. Rating arus ini adalah kode
paling penting dalam MCB dan berguna saat pembelian MCB.
Penjelasan selanjutnya mengenai rating arus ada di bagian
berikutnya.

4. 230/400V
Menjelaskan rating tegangan dalam operasi MCB yaitu
230V atau 400V sesuai dengan tegangan listrik PLN 220V.

126
5. 4500 dan 3
“4500” menunjukkan rated breaking capacity MCB, yaitu
kemampuan kerja MCB masih baik sampai arus maksimal
4500A, yang biasanya terjadi saat hubung singkat arus listrik.
Dimana diatas angka ini MCB akan berpotensi rusak. Dan
2
angka “3” adalah I t classification, yaitu karakteristik energi
maksimum dari arus listrik yang dapat melalui MCB.

6. 12002
Catalog Number dari produsen MCB yang tujuannya
sebagai nomor kode saat pembelian.

7. LMK; SPLN 108; SLI 175 dan IEC 898


Menandakan bahwa MCB ini sudah lolos uji di LMK PLN
(LMK : Lembaga Masalah Kelistrikan). Sedangkan tiga kode
selanjutnya menyatakan bahwa MCB dibuat dengan mengacu
kepada standard- standard teknis yang ditetapkan baik nasional
maupun internasional.

8. I-ON pada toggle switch


Menandakan bahwa MCB pada posisi “ON”. Untuk posisi
“OFF” maka simbolnya adalah “O-OFF”.

9. SNI
MCB ini sudah mendapatkan sertifikat SNI (Standard
Nasional Indonesia).

127
Sekilas info untuk para pelanggan listrik yang merasa awam
mengenai listrik, apalagi soal MCB ini, tidak perlu pusing-
pusing untuk mengerti nameplate MCB. Hal yang paling
penting dalam memilih MCB yang hendak dibeli adalah kode
rating arus MCB yang sesuai kebutuhan, seperti contoh diatas
yaitu kode “C16”, yaitu rating arus MCB sebesar 16A dengan
tripping curve tipe “C”. Kode lain yang perlu diperhatikan adalah
kode “LMK” serta “SNI” yang berarti produk ini sudah memenuhi
standard tersebut.

Rating MCB dan Daya listrik PLN


Contoh yang dibahas dalam bagian sebelumnya
menggunakan MCB dengan rating 16A dan tripping curve type
“C”. MCB yang dijual dipasaran mempunyai rating arus yang
bermacam-macam sesuai kebutuhan. Saat membeli MCB, kita
cukup menyebutkan rating arus MCB yaitu berapa ampere dan
tujuan pemakaian yaitu untuk perumahan.
Dasar pemilihan rating arus MCB yang ingin dipakai di
perumahan tentu disesuaikan dengan besarnya langganan daya
listrik PLN yang terpasang. Karena PLN sendiri menetapkan besar
langganan listrik perumahan sesuai rating arus dari MCB yang
diproduksi untuk pasar dalam negeri. Tabelnya seperti ini:

128
Tabel 1.1 Rating Arus MCB dan Daya Listrik PLN
Rating Arus Daya Listrik PLN
Miniature Circuit
Breaker

2A 450VA

4A 900VA

6A 1300VA

10A 2200VA
16A 3300VA

Rumusnya adalah : Rating Arus MCB x 220V (Tegangan


listrik PLN). Hasil perhitungannya adalah angka pembulatan. Jadi
bila langganan listrik PLN sebesar 1300VA maka MCB yang
dipasang di kWh meter memiliki rating 6A. Berikut adalah contoh
MCB dengan berbagai rating arus.

G
ambar 1.4 Macam-macam MCB dengan berbagai rating

Dari kiri ke kanan, rating arus MCB adalah 16A (dari C16),
6A (dari C6) dan 6A (dari CL6). MCB paling kanan adalah milik
PLN yang terpasang di kWh meter dengan tipe C32N dan
tripping curve tipe “CL” (hampir sama dengan tripping curve tipe
“C”). Bisa dilihat warna toggle switch biru dan tulisan “MILIK PLN”.

129
Prinsip Kerja MCB (Miniature Circuit Breaker)
Pada umumnya, MCB bekerja menggunakan prinsip
elektromekanik (Thermal/Magnetik) untuk membuka kontak
breaker ketika gangguan arus lebih terjadi. Unit thermal trip
bekerja berdasarkan kenaikan nilai temperatur, sedangkan
unit magnetik trip bekerja berdasarkan kenaikan nilai arus.

Proteksi Beban Lebih

Gambar 1.5 Operasi Proteksi Beban Lebih

Unit thermal trip digunakan untuk memproteksi jaringan


listrik dari gangguan beban lebih, Unit thermal trip menggunakan
logam bimetal yang ditempatkan di belakang trip bar circuit
breaker, dan merupakan bagian dari breaker yang dilalui arus.
Ketika terjadi gangguan beban lebih, maka nilai arus yang
melewati logam bimetal akan bertambah yang membuat
temperatur pada logam bimetal semakin besar hingga pada
suatu saat dan temperatur tertentu logam bimetal ini akan
membengkok dan menekan trip bar yang akan membuka kontak
MCB. Waktu yang dibutuhkan bimetal untuk membengkok dan
membuka kontak MCB sesuai dengan kenaikan besar arus,
semakin besar arus gangguan yang terjadi semakin cepat logam

130
bimetal membengkok.
Proteksi Arus Hubung Singkat
Unit magnetik trip bekerja untuk melindungi jaringan dari
gangguan arus hubung singkat.

Gambar 1.6 Operasi Proteksi Arus Hubung Singkat

Ketika gangguan hubung singkat terjadi, maka nilai arus


yang melewati MCB akan bertambah besar secara signifikan yang
akan menghasilkan medan magnet yang cukup besar. Medan
magnet ini akan mendorong hammer trip, hammer trip ini nantinya
akan mendorong moving contact yang membuat kontak akan
terbuka. Proses terbukanya kontak breaker ketika terjadi gangguan
hubung singkat umumnya terjadi setelah 5 milidetik setelah terjadi
gangguan.
Internasional standard IEC 60898-1 and European Standard
EN 60898-1 menyatakan bahwa besar arus rated In sebuah
MCB yang digunakan pada distribusi tegangan rendah
merupakan nilai maksimum yang mampu dihantarkan oleh MCB
pada temperatur udara sekitar 30 0C. Pada umumnya MCB di
desain dengan arus rated pada range : 6 A, 10 A, 13 A, 16 A, 20
A, 25 A, 32 A, 40 A, 50A, 63 A, 80 A, 100 A.

131
132
Terdapat tiga tipe MCB berdasarkan karakteristik
pemutusan arus gangguan yaitu : Type "B", "C" dan "D" , masing
– masing menyatakan nilai minimum arus yang melewati MCB
yang mengakibatkan terbukanya kontak MCB tanpa disengaja.

Untuk lebih jelasnya, karakteristik kerja ke tiga type MCB


dapat ditunjukkan oleh kurva karakteristik berikut :

G
ambar 1.7 Kurva Karakteristik MCB Type B,C, dan D

Memasang Unit MCB


Hal terpenting sebelum melakukan tindakan mengganti unit
MCB yang sedang terpasang dalam box MCB adalah mematikan
terlebih dahulu distribusi aliran listrik dari meteran PLN dengan
menurunkan switch unit MCB yang terpasang pada meteran.

133
Box MCB
Ada dua model box MCB yang umum ditemukan di pasaran,
inbow dan outbow. Secara fungsi, keduanya adalah sama.
Pengertian inbow adalah box terpasang menyatu ke dalam dinding,
sedangkan outbow adalah box terpasang di permukaan dinding.
Selain itu, ada beberapa ukuran box MCB. Besar ukuran box
ini disesuaikan dengan jumlah unit MCB yang hendak dipasang di
dalamnya. Mulai dari box dengan besar ukuran untuk kebutuhan
pemasangan 2 s/d 4 unit MCB. Box MCB tersebut, terbagi menjadi
dua bagian, yaitu : bagian dalam dan luar. Bagian dalam adalah
bagian yang menempel permanen pada dinding, sedangkan
bagian luar cenderung berfungsi sebagai penutup (cover) saja.
Pada model inbow, bagian dalam box MCB terpasang di dalam
dinding. Sedangkan model outbow, bagian dalam box MCB
terpasang pada permukaan dinding.
Fungsi box MCB, selain sebagai “rumah” dari unit MCB,
sebenarnya dapat diumpamakan sebagai tempat awal / pintu
gerbang dimana pemetaan distribusi jalur listrik ke dalam rumah
ditentukan. Dan ditempat ini pula anda dapat langsung
mengenali konfigurasi jaringan distribusi jalur listrik dalam
sebuah rumah. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan
terdapat lebih dari satu unit box MCB di dalam sebuah rumah.

Pada rumah berskala besar biasanya memiliki kapasitas


daya yang besar juga. Kecenderungan keberadaan box MCB
tambahan di beberapa area ruangan / tingkat rumah seperti itu
adalah wajar. Karena selain mempermudah dalam pengaturan
distribusi daya di setiap area, juga dapat mencegah terjadinya
pemakaian daya secara berlebih terfokus pada satu area saja.

134
Di bagian dalam box MCB, biasanya dilengkapi dengan
potongan besi di bagian tengah yang berfungsi sebagai tempat
unit MCB diletakkan. Sedangkan pada kedua bagian pinggirnya,
terdapat panel untuk tempat melekatkan jalur kawat arus netral
dan arde (ground). Anda dapat mengenali penempatan jenis arus
pada masing-masing sisi dari tanda / kode yang tertera pada
permukaan unit.
Gambar di bawah ini adalah contoh box MCB outbow
yang dapat menampung hingga 4 unit MCB di dalamnya.

Gambar 1.8 Box MCB Bagian Dalam

Gambar 1.9 Box MCB Bagian Depan

135
Unit MCB
Unit MCB adalah perangkat listrik yang menempati box
MCB. Ada dua model unit MCB dengan perbedaan fisik unit yang
saya miliki saat ini. Keduanya memiliki fungsi sama, yaitu sebagai
pembatas daya / arus listrik. Perbedaan fisik dari kedua unit MCB
tersebut, hanya sebatas untuk cara pemasangan di box MCB saja.
Pada bagian belakang masing-masing unit, ada bagian yang
terpotong menjorok ke dalam. Bagian ini berfungsi untuk
mengkaitkan unit pada potongan besi di box MCB.

Gambar 1.10 Unit MCB Bagian Depan

Gambar 1.11 Unit MCB Bagian Samping

136
G
ambar 1.12 Unit MCB Bagian Belakang 1

Gambar 1.13 Unit MCB Bagian Belakang 2

Kedua model unit MCB seperti diatas disebut sebagai model


“tunggal”, karena saat ini ada juga produk unit MCB dengan
model “seri”. Saya belum pernah membeli atau pun
memperhatikan detail fisik model seri ini. Namun, dari yang
sepintas terlihat, model seri dapat dikatakan sebagai dua /
beberapa model tunggal yang digabungkan menjadi satu
kemasan. Saya akan membahas unit MCB model seri ini setelah
ber-kesempatan untuk memeriksanya. Pada gambar, saya
tambahkan kotak bergaris merah putus-putus yang menandakan
perbedaan posisi bagian tuas penjepit di masing-masing model unit
MCB.

137
Memasang unit MCB pada box MCB
Sebagaimana yang saya nyatakan sebelumnya, memasang
unit MCB tidaklah terlalu rumit. Anda hanya membutuhkan obeng
min (-) sebagai alat bantu untuk mempermudah mengangkat
tuas penjepit saat unit hendak dipasangkan pada box.

Gambar 1.14 Tuas Penjepit Bagian Bawah

Gambar 1.15 Tuas Penjepit Bagian Atas

138
Gambar 1.16 Unit MCB Setelah Terpasang Pada Box

Model pertama memiliki tuas di bagian belakang bawah unit


yang berfungsi sebagai penjepit agar unit bisa menempel di
potongan besi bagian dalam box MCB. Sedangkan model kedua
memiliki tuas di bagian belakang atasnya. Saat kedua model ini
hendak dipasangkan pada potongan besi di dalam box MCB,
bagian unit MCB yang tidak ber-tuas di kaitkan terlebih dulu pada
potongan besi. Kemudian tuas ditarik sambil unit MCB ditekan
hingga posisi bagian belakang unit menempel sepenuhnya pada
potongan besi, lalu tuas dilepaskan agar menjepit potongan besi.
Jangan terbalik saat memasangkan unit MCB ini. Pastikan
switch MCB dalam keadaan turun / posisi OFF (mati) untuk
meyakinkan posisi bagian bawah dari unit MCB. Perbedaan
tekanan saat kita menaikkan switch ke posisi ON (menyala)
dapat dijadikan parameter untuk mengetahui switch MCB dalam
keadaan ON atau OFF. Setelah unit MCB terpasang dengan
benar, barulah kawat tembaga diselipkan pada bagian sekrup
yang terdapat pada bagian bawah dan atas unit MCB.

139
Pastikan kawat tembaga (kabel dari meteran PLN) yang
dipasangkan di bagian bawah unit adalah jalur kawat arus aktif
(positif). Demikian juga kawat tembaga (kabel keluaran / output ke
jaringan kabel dalam rumah) yang dipasang di bagian atas unit
diperuntukkan sebagai jalur distribusi arus aktif yang masuk ke
jaringan kabel di dalam rumah.
Gambar di atas hanyalah contoh dari cara memasang unit
MCB dengan model yang berbeda dalam satu box MCB.
Pada realita penerapannya, pemasangan unit lebih baik untuk
diseragamkan menjadi satu model dalam sebuah box MCB.
Dengan demikian, pemasangan kawat tembaga yang masuk ke
dalam unit dapat lebih mudah pengerjaannya.

140
Skema Jalur Kabel Dalam Box MCB
Di bawah ini adalah gambar skema jalur kabel keluaran
meteran PLN masuk melalui 3 unit MCB yang terpasang dalam
box MCB :

Gambar 1.17 Skema Jalur Kabel Dalam Box MCB “Dengan” Kawat
Arde Dari Meteran PLN

Pada gambar skema di atas, di asumsi-kan kondisi kabel


keluaran PLN terdiri dari 3 kawat (arde, positif dan negatif). Arus
aktif (kawat hitam), dimasukkan ke dalam unit MCB #1, kemudian
dihubungkan secara pararel ke dua unit MCB lainnya dengan
menggunakan potongan kawat tembaga berukuran sama.
Seandainya kabel keluaran meteran PLN hanya terdiri dari 2 kawat
(satu phase dua kawat) saja, maka harus dibuat grounding terpisah
/ tersendiri untuk mengakomodir kelebihan aliran listrik yang
terdapat dalam kawat arde. Ilustrasinya seperti gambar skema di
bawah ini :

141
Gambar 1.18 Skema Jalur Kabel Dalam Box MCB “Tanpa” Kawat
Arde Dari Meteran PLN

Kawat arde pada gambar skema di atas, terhubung


(dililitkan) pada “paku” yang sengaja harus kita tancapkan sendiri
pada dinding / tembok rumah. Kondisi tersebut perlu dikerjakan
dengan tujuan menyalurkan kelebihan arus listrik yang beredar
di permukaan casing perangkat elektronik seperti CPU atau
lemari es / kulkas.
Kelupas-kan bagian pembungkus kawat yang hendak
dililitkan pada paku. Media paku tersebut dapat diganti dengan
potongan plat besi atau tembaga. Namun tetap harus dalam
kondisi tertanam di dinding / tembok rumah.

MCB Induk dan MCB Anak


Gambar berikut ini adalah skema jalur pemasangan
kawat dalam box MCB dengan 1 (satu) unit MCB sebagai
pengendali (MCB induk) dari MCB 1, 2 dan 3 (MCB anak).

142
Gambar 1.19 Skema Jalur Kawat Dalam Box MCB Dengan 1
(Satu) Unit MCB (MCB #0) Sebagai Pusat / Pengendali

Cara ini, bisa digunakan seandainya dilakukan pemasangan


stabilizer pada jalur kabel antara meteran PLN dengan box MCB.
Besaran kapasitas unit MCB #0 ini, harus sama dengan
kapasitas unit MCB di meteran PLN. Sedangkan tiga unit MCB
lainnya, boleh berkapasitas sama atau lebih kecil dari MCB #0.
Dengan demikian, berapa pun total pemakaian daya
dari ketiga unit MCB anak, akan selalu terbatasi oleh kapasitas
MCB induk. Jadi, seandainya terjadi pemakaian daya di atas
kapasitas listrik terpasang oleh salah satu MCB anak, maka MCB
induk akan “trip” terlebih dulu sebelum berefek ke stabilizer.

143
Selain MCB jenis Circuit Breaker ada beberapa jenis yang
diklasifikasikan sebagai berikut :
Berdasarkan Pemakaian:
1. LVCB (Low Voltage Circuit Breaker, < 600 V)
2. MVCB (Medium Voltage Circuit Breaker, 600 V – 1000 V)
3. HVCB (High Voltage Circuit Breaker, > 1000 V )

Berdasarkan Konstruksi:
1. MCCB (Molded Case Circuit Breaker)
2. ICCB (Insulated Case Circuit Breaker)

Berdasarkan Medium:
1 Air : Medium pemutus udara (ACB)
2 Oil : Medium pemutus minyak
3 Gas : Medium pemutus gas (SF6)

144
Gambar 1.20 MCCB dan ICCB

B. KWH Meter
KWH Meter Analog
Kwh meter adalah alat yang digunakan oleh pihak PLN
untuk menghitung besar pemakaian daya konsumen. Alat ini
sangat umum dijumpai di masyarakat. Bagian utama dari sebuah
KWH meter adalah kumparan tegangan, kumparan arus,
piringan aluminium, magnet tetap yang tugasnya menetralkan
piringan aluminium dari induksi medan magnet dan gear mekanik
yang mencatat jumlah perputaran piringan aluminium.
Alat ini bekerja menggunakan metode induksi medan
magnet dimana medan magnet tersebut menggerakkan piringan
yang terbuat dari aluminium. Putaran piringan tersebut akan
menggerakkan counter digit sebagai tampilan jumlah KWH nya.

145
Gambar 1.21 KWH Meter Analog

a. Medan Magnet pada KWH Meter b. Model Fisik KWH Meter


Gambar 1.22 KWH Meter Listrik

146
Gambar di atas menggambarkan kepada kita bagaimana
medan magnet memutarkan piringan alumunium. Arus listrik yang
melalui kumparan arus mengalir sesuai dengan perubahan arus
terhadap waktu. Hal ini menimbulkan adanya medan di
permukaan kawat tembaga pada koil kumparan arus. Kumparan
tegangan membantu mengarahkan medan magnet agar menerpa
permukaan alumunium sehingga terjadi suatu gesekan antara
piringan alumunium dengan medan magnet disekelilingnya.
Dengan demikian maka piringan tersebut mulai berputar dan
kecepatan putarnya dipengaruhi oleh besar kecilnya arus listrik
yang melalui kumparan arus.
Gambar 1.22 b merupakan koneksi KWH Meter dimana ada
empat buah terminal yang terdiri dari dua buah terminal masukan
dari jala – jala listrik PLN dan dua terminal lainnya merupkan
terminal keluaran yang akan menyuplai tenaga listrik ke
rumah. Dua terminal masukan dihubungkan ke kumparan
tegangan secara parallel dan antara terminal masukan dan
keluaran dihubungkan ke kumparan arus.

Prinsip Kerja KWH Meter


Berikut diberikan gambar KWH meter analog beserta
gambar prinsip kerja dari KWH meter tersebut apabila ditinjau
dari segi fisika. Dari gambar 1.23 di bawah dapat dijelaskan
bahwa arus beban I menghasilkan fluks bolak balik C, yang
melewati piringan aluminium dan menginduksinya, sehingga
menimbulkan tegangan dan eddy current. Kumparan tegangan
B juga mengasilkan fluks bolak-balik ϕ yang memintas arus If.
Karena itu piringan mendapat gaya, dan resultan dari torsi
membuat piringan berputar.

147
6
Gambar 1.23 Prinsip Dasar KWH Meter

Torsi ini sebanding dengan fluks p dan arus IF serta harga


cosinus dari sudut antaranya. Karena p dan IF sebanding dengan
tegangan E dan arus beban I, maka torsi motor sebanding
dengan EI cos, yaitu daya aktif yang diberikan ke beban. Karena
itu kecepatan putaran piringan sebanding dengan daya aktif yang
terpakai. Semakin besar daya yang terpakai, kecepatan piringan
semakin besar, demikian pula sebaliknya. Secara umum
perhitungan untuk daya listrik dapat di bedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
Daya kompleks S(VA) = V.I
Daya reaktif Q(VAR) = V.I sin φ
Daya aktif P(Watt) = V.I cos φ

Hubungan dari ketiga daya diatas dapat dituliskan dengan


menggunakan rumus sebagai berikut :
S² = P2+Q2

Dari ketiga daya diatas, yang terukur pada KWH meter


adalah daya aktif, yang dinyatakan dengan satuan Watt.

148
Perhitungan Biaya KWH Meter
KWH Meter berarti Kilo Watt Hour Meter dan kalau diartikan
menjadi n ribu watt dalam satu jamnya. Jika membeli sebuah KWH
Meter maka akan tercantum X putaran per KWH, artinya untuk
mencapai 1 KWH dibutuhkan putaran sebanyak x kali putaran
dalam setiap jamnya. Contohnya jika 900 putaran per KWH maka
harus ada 900 putaran setiap jamnya untuk dikatakan sebesar
satu KWH. Jumlah KWH itu secara kumulatif dihitung dan pada
akhir bulan dicatat oleh petugas besarnya pemakaian lalu dikalikan
dengan tarif dasar listrik atau TDL ditambah dengan biaya
abodemen dan pajak menghasilkan jumlah tagihan yang harus
dibayarkan setiap bulannya.

KWH Meter Prabayar PLN


Kwh meter prabayar ini dirancang dengan menggunakan
kwh meter elektrik yang baru. Sistem pembayaran atau pengisian
rekening listrik adalah dengan menggunakan aplikasi chip card.
Aplikasi ini sangat memudahkan masyarakat dan PLN dalam hal
proses pengisian rekening listrik yang efektif. Chip card adalah
suatu jenis kartu alat pembayaran yang semakin populer seiring
dengan kemajuan teknologi mikroelektronika serta semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap alat pembayaran
yang praktis. Kehadiran chip card tidak dapat dihindari dimana
penggunaannya semakin luas baik volume maupun lingkup
aplikasinya. Salah satu kemungkinan aplikasi chip card adalah
sebagai alat bayar konsumsi energi listrik.

149
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh oleh Pengelola
Gedung dari penggunaan KWh meter pra-bayar di antaranya
adalah:
1. Mendapatkan uang kas lebih awal sebelum listrik diproduksi
dan digunakan, sehingga dapat menambah likuiditas
perusahaan ini.
2. Pengendalian transaksi lebih mudah sehingga mengurangi
kemungkinan tagihan yang tidak terbayar dan pencurian
listrik. Pemasaran listrik prabayar ini dapat juga diserahkan
pada pihak ketiga.
3. Pengurangan overhead atau biaya yang diperlukan untuk
pengecekan konsumsi listrik ke rumah-rumah atau
konsumen lainnya.

Sedangkan bagi konsumen, sistem ini juga dapat


menguntungkan yaitu :
1. Pengendalian penggunaan listrik dapat lebih baik, karena
pembayaran yang dilakukan diawal dapat digunakan untuk
membatasi konsumsi.
2. Perbaikan sistem pengukuran karena perangkat elektronik yang
digunakan adalah elektronis dengan ketelitian dan keamanan
yang lebih tinggi.
3. Mengurangi kesalahan penagihan yang disebabkan human
error.

150
Prinsip Kerja Kwh Meter Prabayar Chip Card
Chip card dapat digunakan sebagai alat pembayaran
rekening listrik dengan mengembangkan Kwh meter Elektronik
Digital yang dilengkapi dengan perangkat pembaca kartu serta
perangkat transaksi lunak berbasis smart card. Kwh meter akan
beroperasi berdasarkan nilai kredit yang dimasukkan (download)
dari chip card kedalam register Kwh, dan selanjutnya nilai kredit
tersebut dijadikan acuan untuk mengontrol bekerjanya Kwh meter.
Nilai kredit didalam register akan dikurangi secara bertahap
sebanding dengan nilai energi listrik yang telah dikonsumsi
(digunakan).
Jika isi register telah habis maka Kwh meter harus segera
diisi kembali (register sisa pulsa sama dengan 10%) maka ada
alarm (LED ON), dan jika setelah jangka waktu yang telah
ditetapkan belum juga diisi nilai kreditnya maka Kwh meter
akan memutus saklar pemutus atau Internal Contactor
sehingga supply daya terputus. Pengisian pulsa listrik kedalam
smart card menggunakan Portable Terminal yang koneksi dengan
Perangkat Lunak Sinkronisasi Dan Billing Sistem yang telah
diinstal di Komputer (Master Station).

Perbedaan Kwh Meter Prabayar Rakitan Dengan Kwh


Meter Prabayar PLN.
Perbedaan yang dapat dilihat dari kedua alat yaitu antara
Kwh Meter Prabayar Rakitan dengan Kwh Meter Prabayar PLN
adalah :
 Kwh Prabayar Rakitan mengguakan Kwh Meter analog,
sedangkan Kwh Meter Prabayar PLN menggunakan Kwh
Elektronik.

151
 Kwh Prabayar Rakitan menggunakan sensor optocoupler untuk
menghitung daya beban pemakaian, sedangkan Kwh Prabayar
PLN langsung menggunakan rangkaian otomaris yang sudah
digabungkan dengan Kwh elektronik.
 Kwh Prabayar Rakitan menggunakan Keypad 4x4 sebagai
interface untuk pengisian voucher listrik, sedangkan pada Kwh
Prabayar PLN menggunakan perangkat pembaca kartu (Chip
Card Reader) dan ada juga yang menggunakan keypad 4x4
sebagai interface nya.

C. Magnetic Contactor (MC)


Pengertian dan Prinsip Kerja
Kontaktor magnet adalah gawai elektromekanik yang dapat
berfungsi sebagai penyambung dan pemutus rangkaian, yang
dapat dikendalikan dari jarak jauh. Pergerakan kontak-kontaknya
terjadi karena adanya gaya elektromagnet. Kontaktor magnet
merupakan sakelar yang bekerja berdasarkan kemagnetan, artinya
lat ini bekerja bila ada gaya kemagnetan. Magnet berfungsi
sebagai penarik dan pelepas kontak- kontak. Arus kerja normal
adalah arus yang mengalir selama pemutaran tidak terjadi.
Kumparan atau belitan magnet (coil) suatu kontaktor magnet
dirancang untuk arus searah (DC) saja atau arus bolak-balik (AC)
saja.
Kontaktor arus searah (DC) kumparannya tidak
menggunakan kumparan hubung singkat, sedang kontaktor arus
bolak-balik (AC), pada inti magnetnya dipasang kumparan hubung
singkat. Bila kontaktor untuk arus searah digunakan pada arus
bolak- balik, maka kemagnetannya akan timbul dan hilang setiapa
saat mengikuti bentuk gelombang arus bolak-balik. Sebaliknya
jika kontaktor yang dirancang untuk arus bolak-balik digunakan
pada arus searah, maka pada kumparan itu tidak timbul induksi

152
listrik, sehingga kumparan menjadi panas. Jadi kontaktor yang
dirancang untuk arus searah, digunakan untuk arus searah saja
begitu juga untuk arus bolak-balik. Umumnya kontaktor magnet
akan bekerja normal bila tegangannya mencapai 85% tegangan
kerjanya, bila tegangan turun kontaktor akan bergetar. Ukuran dari
kontaktor magnet ditentukan oleh batas kemampuan arusnya.

Gambar 1.24 Kontruksi Magnetik Kontaktor

Kontak-Kontak Yang Terdapat Pada Kontaktor Magnet


1. Kontak utama : menghubungkan dan memutuskan arus listrik
yang menuju ke beban atau motor.
Input kontaktor utama Output kontaktor utama
bersimbol bersimbol
1 atau L1 atau R 2 atau T1 atau U
3 atau L2 atau S 4 atau T2 atau V

2. Kontak bantu : kontak ini hanya digunakan pada rangkaian


control. Terdiri dari 2 jenis kontak, yakni normally open (NO) dan
normally close (NC).

153
 Kontak NO : cirinya, bernomor ganda dan nomor terakhir
adalah 3-4
Contoh : 13-14, 23-24, 33-34

 Kontak NC : cirinya, bernomor ganda dan nomor terakhir


adalah 1-2
Contoh : 11-12, 21-22, 31-32

Gambar 1.25 Symbol Kontak-Kontak Pada Magnetic Kontaktor

154
Untuk mengetahui adanya kontak bantu yang dimiliki
kontaktor utama biasanya tertera pada tabel data kontaktor
tersebut, yaitu ditulis dengan angka 01 artinya terdapat satu kontak
bantu NC dan atau dengan angka 10 yaitu terdapat satu kontak
bantu NO. Untuk lebih jelasnya kontak NO ditunjukkan pada angka
puluhannya sedangkan kontak NC dilihat pada angka satuannya.

Untuk memilih kontaktor harus memperhatikan beberapa


hal:
a) Tegangan kerja
b) Besarnya daya
c) Kemampuan hantar arus (kontaknya)
d) Jumlah kontak bantu yang dimiliki.

155
Gambar 1.26 Konstruksi Magnetic Contactor (MC)
4) Current Transformer (CT)
Current Transformer atau yang biasa disebut trafo arus (CT)
adalah tipe instrumen trafo yang didesain untuk mendukung arus
yang mengalir pada kumparan sekunder yang sebanding dengan
arus bolak-balik yang mengalir pada sisi primer. Secara umum
trafo ini digunakan untuk mengukur dan melindungi relay pada
industri yang memakai tegangan tinggi di mana trafo ini
mempunyai fasilitas pengukuran yang aman dalam mengukur
jumlah arus yang besar begitu juga dengan tegangan yang tinggi.
Cara kerja dari trafo arus ini adala jika pada kumparan
primer mengalir arus I1, maka pada kumparan primer akan timbul
gaya gerak magnet sebesar N1 X I1. Gaya gerak magnet ini
memproduksi fluks pada inti dimana fluks ini membangkitkan gaya
gerak listrik pada kumparan sekunder. Jika kumparan sekunder
tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir arus I2. arus ini
menimbulkan gaya gerak magnet N2 X I2 pada kumparan
sekunder.
CT umumnya terdiri dari sebuah inti besi yang dililiti oleh
konduktor beberapa ratus kali. Output dari skunder biasanya
adalah 1 atau 5 ampere, ini ditunjukan dengan ratio yang dimiliki
oleh CT tersebut. Misal 100:1, berarti sekunder CT akan
mengeluarkan output 1 ampere jika sisi primer dilalui arus 100
Ampere. Jika 400:5, berarti sekunder CT akan mengeluarkan
output 5 ampere jika sisi primer dilalui arus 400 Ampere. Dari
kedua macam output tersebut yang paling banyak ditemui,
dipergunakan dan lebih murah adalah yang 5 ampere.
Pada CT tertulis class dan burden, dimana masing masing
mewakili parameter yang dimiliki oleh CT tersebut. Class
menunjukan tingkat akurasi CT, misalnya class 1.0 berarti CT
tersebut mempunyai tingkat kesalahan 1%. Burden menunjukkan

156
kemampuan CT untuk menerima sampai batas impedansi tertentu.
CT standart IEC menyebutkan burden 1.5 VA (Volt
Ampere), 3 VA, 5 VA dst. Burden ini berhubungan dengan
penentuan besar kabel dan jarak pengukuran.
Aplikasi CT selain disambungkan dengan alat meter seperti
ampere meter, kWh meter Cos Phi meter dan lain sebagainya,
sering juga dihubungkan dengan alat proteksi arus. Dengan
mempergunakan bermacam ratio CT didapatkan proteksi arus
dengan beragam range ampere hanya dengan satu unit proteksi
arus. Yang perlu dipersiapkan adalah unit proteksi arus dengan
range dibawah 5 ampere dan CT dengan ratio XXX: 5. Misal unit
proteksi mempunyai range 0,5 ~ 5 Amp, dengan mempergunakan
CT dengan ratio 1000:5 maka range proteksi arus yang bisa
dijangkau adalah 100 ~ 1000 Amp.
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Range : 0,5 ~ 5 Amp
Ratio CT : 1000/5 = 200
Range dengan CT : (0,5 X 200) ~ (5 X 200) Amp = 100 ~ 1000
Amp
Note : Terminal CT sebaiknya dihubung singkat, jika tidak
terhubung dengan beban saat line primer dialiri arus. Ini mencegah
pembebanan dengan impedansi yang terlalu besat dan
mengakibatkan percikan bunga api listrik.
Untuk lebih jelasnya dapat diamati pada gambar berikut:

157
Gambar di atas adalah gambar trafo arus. Dapat dilihat pada
trafo tersebut terdapat name plate, yaitu :
 Ratio : 50/5A, setiap 50 A arus yang lewat pada kumparan
primer akan dihasilkan arus 5 A pada kumparan sekunder
(10% dari masukan).
 VA : 5, daya yang diserap dari CT tersebut.

Setiap fase yaitu R (merah), S (kuning), dan T (hitam)


melewati bagian tengah dari CT. Selanjutnya pada CT tersebut
terdapat 2 buah terminal yang digunakan untuk dihubungkan ke
amperemeter.
Trafo arus dipasang pada setiap phase, yaitu R, S, T.
Pemasangan ini hanya melewatkan saja kabel dari fase-fase
tersebut di tengah-tengah CT.
Untuk lebih jelas pemasangan CT adalah saperti gambar
berikut :

158
Pemasangan CT Dengan Amperemeter

Konstruksi CT
Gambar 1.27 Pemasangan dan Konstruksi CT

Pada gambar di atas yang melewati CT adalah fase R.


Untuk fase yang lainnya cara pemasangannya juga sama.

Contoh Soal :
Diketahui : Sistem 3 phasa dengan spesifikasi tegangan 220/380
volt, frekuensi 50Hz, beban total 66 kVa, cos ø 0,9. Dipasang CT
150 : 5 ampere. Berapa arus yang mengalir pada sisi sekunder CT
?

159
Penyelesaian : Dari soal di atas dapat diketahui bahwa Diketahui
beban penuh 66 KVA, tegangan sumber 220/380 V, cos θ=0.9,
spesifikasi CT 150:5 A, maka arus primernya dapat dicari dengan
rumus.

P = V.I cos φ 66.000 = 220.I.0,9

I = 333,33 A Arus yang mengalir pada sisi sekunder


Is = (333,33/150) x 5 Is = 11,11 A

5) Time Delay Relay (TDR)


Pengertian TDR
Time Delay relay atau relai penunda waktu digunakan untuk
memperoleh periode waktu yang dapat diatur atau di set menurut
kebutuhan. Setelah di set ia tidak boleh dirubah sampai pada saat
yang ditentukan, posisinya akan berubah sendiri.
Relai ini dapat digunakan untuk instalasi otomatis seperti:
1. Mengubah hubungan bintang segitiga secara otomatis pada
motor.
2. Mengubah arah putaran motor secara otomatis.
3. Mengubah kecepatan putaran motor secara otomatis dan
sebagainya.

Konstruksi TDR

160
Socket
Gambar 1.28 Konstruksi TDR

Gambar 1.28 Rangkaian kelistrikan Time Delay Relay (TDR)

Terminal Kontak

2-7 Source

1-3, 6-8 NO
1-4, 8-5 NC

Hubungan Terminal

161
Cara kerja relai penunda waktu (lihat gambar diatas)
Apabila arus listrik mengalir pada terminal 2 dan 7
(kumparan) dan waktu sudah diatus maka posisi semula titik 3–1
dan 6–8 terbuka sedangkan titik 4–1 dan titik 5-8 tertutup. Setelah
waktunya sudah tercapai maka posisi sekarang menjadi: titik 3–1
dan 6-8 menutup dan titik 4–1 dan 5–8 membuka. Posisi
tersebut akan tidak berubah, kecuali aliran listriknya terputus
posisinya kembali ke semula.

6) Thermal Over Load Relay (TOLR)


Pengertian TOLR
Thermal Over Load Relay (TOLR) adalah suatu pengaman
beban lebih. Menurut PUIL 2000 bagian 5.5.4.1; proteksi beban
lebih (arus lebih) dimaksudkan untuk melindungi motor dan
perlengkapan kendali motor, terhadap pemanasan berlebihan
sebagai akibat beban lebih atau sebagai akibat motor tak dapat
diasut. Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor berjalan bila
bertahan cukup lama akan mengakibatkan kerusakan atau
pemanasan yang berbahaya pada motor tersebut. TOLR memiliki
rating yang berbeda-beda tergantung dari kebutuhan, biasanya
tiap-tiap TOLR mempunyai batas rating yang dapat diatur.

Gambar 1.29 Konstruksi Thermorelay

162
Cara Kerja TOLR
TOLR pada prinsipnya terdiri dari 2 buah macam logam
yang berbeda serta tingkat pemuaian juga berbeda pula. Kedua
logam tersebut dilekatkan menjadi satu yang disebut bimetal.
Apabila bimetal tersebut dipanasi maka akan membengkak karena
perbedaan tingkat pemuaian kedua logamnya. Bimetal tersebut
diletakan didekat sebuah elemen pemanas yang dilalui oleh arus
menuju beban ujung yang satu dipasang tetap sedangkan yang
lainnya dipasang bebas bergerak dan membengkok dan dapat
membukakan kontak-kontaknya, dengan demikian rangkaian
beban atau motor akan terputus. Besarnya arus yang diperlukan
untuk mengerjakan bimetal sebanding dengan besarnya arus yang
diperlukan untuk membuat alat pengaman terputus. Di dalam
penggunaannya sesuai dengan PUIL 2000 pasal 5.5.4.3 bahwa
gawai proteksi beban lebih yang digunakan adalah tidak boleh
mempunyai nilai pengenal, atau disetel pada nilai yang lebih tinggi
dari yang diperlukan untuk mengasut motor pada beban penuh.
Oleh karena itu, waktu tunda gawai proteksi beban lebih tersebut
tidak boleh lebih lama dari yang diperlukan untuk memungkinkan
motor diasut dan dipercepat pada beban penuh.

Pemilihan Termorelai, Yang Harus Diperhatikan:


1. Kemampuan hantar arus (KHA)
2. Tegangan kerja nominal
3. Nilai nominal arus beban lebih (seting arus beban lebih).

163
Termorelai hanya mempunyai kontak bantu saja dan
diagram kontak-kontak termorelai diberi penomoran seperti berikut:
 Kontak nomor 95-96 disebut kontak pembuka (NC)

 Kontak nomor 97-98 disebut kontak penutup (NO)

 Kontak nomor 95–96–98 disebut kontak tukar (NO/NC)

Perhatikan diagram kontak dan konstruksi dari termorelai


pada gambar berikut ini:

Konstruksi Termorelay

Diagram Kontak-Kontak
Gambar 1.30 Konstruksi dan Diagram Kontak Termorelai dan
Kontaktor Magnet

164
TOLR Sebagai Pengaman Motor
Sesuai dengan namanya, proteksi motor ini menggunakan
panas sebagai pembatas arus pada motor. Biasanya disebut
TORL, Thermis atau overload relay. Cara kerja alat ini adalah
dengan mengkonversi arus yang mengalir menjadi panas untuk
mempengaruhi bimetal. Bimetal inilah yang menggerakkan tuas
untuk menghentikan aliran listrik pada motor melalui suatu control
motor starter. Pembatasan dilakukan dengan mengatur besaran
arus pada dial di alat tersebut. Jadi alat tersebut memiliki range
adjustment misal TOR dengan range 1 ~ 3,2 Amp disetting 2,5
Amp. Artinya, kita membatasi arus dengan TOR pada level 2,5
Amp saja.
Over Load atau saklar thermis selalu dipasang seri dengan
beban yang berfungsi sebagai pengaman. Apabila terjadi
kelebihan beban, hubung singkat atau gangguan lainnya yang
mengakibatkan naik arus secara otomatis, saklar termis akan
bekerja memutuskan arus listrik dengan beban sehingga
keamanan beban terjaga.
Adapun saklar termis bekerja atas dasar panas. Saklar
termis ini dibuat dari dua logam yang disatukan yang dikenal
dengan bimetal yang masing-masing mempunyai koefisien muai
yang berbeda (yang satu mudah memuai dan yang lainya tidak
mudah memuai). Dengan demikian apabila terkena panas
akibat arus listrik melewati ketentuan, plat bimetal akan
membengkok menjauhi plat yang tidak mudah memuai akhirnya
plat tidak sambung, dan apabila arus yang mengalir normal atau
panas normal maka plat tersebut akan ke posisi semula yang
akhirnya arus listrik akan mengalir lagi.

165
Gambar 1.31 Simbol dan Konstruksi Sakelar Termis (OL)

TOLR Untuk Stater Motor


Berikut ini adalah contoh aplikasi overload untuk stater
motor dengan data seperti berikut :
Motor : 40 kW Voltage : 3 phase 380 VAC
FLA : 79 Amp Freq : 50 Hz

Penyelesaian :
Pada saat terjadi phase loss ( salah satu fasa putus ) arus
akan naik + 1,73 dari arus nominal. Sebagai contoh adalah seperti
berikut: Jika setting overload pada 85 Amp, motor runing In
dengan arus 60 Amp kemudian terjadi phaseloss, maka :
Arus naik sehingga = 60 X 1,73 = 103 Amp
Multiple of current setting = 103 A / 85A = 1.22
Dari titik pertemuan di grafik (garis merah), maka overload
akan trip dalam waktu maksimal 90 detik jika pada kondisi hot
start, dan jika motor dalam kondisi cold start maka overload akan
trip setelah 400 detik atau lebih dari 6 menit.

166
Contoh berikutnya :
Data motor :FLA = 79 Amp
Setting over (Is) = 85 Amp
Pada saat In motor 51 Amp kemudian terjadi phaseloss maka :
Arus akan naik sehingga = 51 X 1.73 = 87 Amp
Kecepatan trip overload dapat dihitung sbb : 87 Amp/85 Amp =
1,02

7) Fuse atau Sekering


Pengetian Fuse
Fuse atau sekering adalah suatu alat yang digunakan
sebagai pengaman dalam suatu rangkaian listrik apabila terjadi
kelebihan muatan listrik atau suatu hubungan arus pendek. Cara
kerjanya apabila terjadi kelebihan muatan listrik atau terjadi
hubungan arus pendek, maka secara otomatis fuse tersebut akan
memutuskan aliran listrik dan tidak akan menyebabkan kerusakan
pada komponen yang lain.

Karaktersistik Fuse
Karakteristik fuse menunjukan hubungan antara arus dan
waktu putus berbanding terbalik, artinya bila arus yang melalui
patron lebur makin besar maka waktu pemutusann semakin
singkat, sehingga patron lebur ini merupakan gawai proteksi arus
lebih ( GPAL ) dengan karakteristik waktu terbalik (invers). Satuan
sekering atau fuse adalah mA (mili Ampere) dan A (Ampere). Fuse
dengan nilai limit 500 mA akan putus ketika dialiri arus lebih dari
500 mA, demikian juga jika fuse 15 A akan putus jika dialiri arus
lebih dari 15 A. Jika sebuah fuse tidak putus ketika dialiri arus lebih
dari nilai yang tercantum (I Output > I Fuse Limit) , fuse tersebut
harus segera diganti karena kemungkinan rusak dan dapat
membahayakan.

167
Gambar 1.32 Simbol Fuse

Cara Kerja Fuse


Jika dalam sebuah sistem rangkaian elektonik atau
rangkaain listrik terjadi arus lebih maka sekering (fuse) akan putus
sehingga arus listrik tidak lagi mengalir dalam sistem tersebut untuk
mengamankan komponen elektronikalain. Kelebihan arus tersebut
dapat disebabkan karena adanya hubung singkat atau karena
kelebihan beban output. Banyak terjadi kebakaran karena hubung
singkat akibat sekering tidak berfungsi, rusak, atau bahkan karena
tidak dipasang sama sekali.

Macam Fuse atau Sekering


Sekering/fuse yang umum digunakan adalah:
1. Sekering Lebur
Sekering lebur akan bekerja ketika ada tegangan lebih (over
voltage) sehingga meleburkan elemen lebur yang memutus aliran
arus pada rangkaian.

Gambar 1.33 Fuse Lebur

168
Untuk mengetahui kapasitas sekering bisa dilihat pada
bodinya, disana tertera angka yang menunjukkan kapasitas,
sebagai contoh F3A 250V atau F5A 250V dll. Untuk Fuse
mempunyai tanda khusus, kode warna untuk sekering atau patron
lebur :
 6A =warna Hijau
 10A =warna Merah
 15A =warna Kelabu
 20 A =warna Biru
 25A= warna Kuning
 35A= warna Hitam
 50A= warna Tembaga

6/500 artinya untuk kekuatan kuat arus 6 Ampere pada


tegangan 500 Volt.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sekering


( Syarat Sekering ):
1. Arus nominal sekering (current rating) adalah arus yang
mengalir secara terus menerus tanpa terjadi panas yang
berlebihan dan kerusakan.
2. Tegangan nominal (voltage rating) yaitu tegangan kerja antar
konduktor yang diproteksi atau peralatan.
3. Time current protection yaitu suatu lengkung karakteristik
untuk menentukan waktu pemutusan.
4. Pre arcing time adalah waktu yang diperlukan oleh arus yang
besar untuk dapat meleburkan elemen sekering.
5. Arcing time adalah waktu elemen sekering melebur dan
memutuskan rangkaian sehingga arus jatuh menjadi nol.

169
6. Minimum fusing current adalah suatu harga minimun dari
arus yang akan menyebabkan elemen sekering beroperasi
(melebur).
7. Fusing factor adalah suatu perbandingan antara minimum
fusing current dengan curret rating dari sekering. Umumnya
sekering yang tergolong pada semi enclosed mempunyai
faktor 2 dan untuk type HRC mempunyai faktor serendah
mungkin 1,2.
8. Total operating time adalah waktu total yang diambil oleh
sekering secara lengkap dapat mengisolasi dengan
gangguan.
9. Cut off ini adalah satuan fungsi yang penting sekering HRC.
Jika elemen sekering melebur dan membatasi harga arus
yang dicapai ini kita kenal dengan sebutan “arus cut off”.
10. Categori of duty. Sekering diklasifikasikan pada kategori
kesanggupan dalam menangani gangguan sesuai dengan
harga arus prospective pada rangkaian. Katagori A1 dan A2
untuk arus propectif. 1.O.kA dan 4.0 kA. Sedangkan untuk
kategori AC3, AC4 dan AC5 untuk arus 16,5 kA, 33 kA dan
46 kA.

2. Sekering Suhu (Termal Fuse)


Sekering suhu bekerja ketika sistem over head atau panas
lebih sehingga mengakibatkan sekering trip (memutus arus).

Gambar 1.34 Thermal Fuse

170
3. Sekering Waktu (Timer Fuse)
Sekering dengan waktu tertentu, bisa menset waktu sesuai
dengan program yang kita tentukan agar sekering tersebut bekerja.

Gambar 1.35 Fuse Waktu

8) Switch
Pengertian Switch
Switch/saklar adalah komponen elektikal yang berfungsi
untuk memberikan sinyal atau untuk memutuskan atau
menyambungkan suatu sistem kontrol. Switch berupa komponen
kontaktor mekanik yang digerakan karena suatu kondisi tertentu.
Switch merupakan komponen yang mendasar dalam sebuah
rangkaian listrik mauapun rangkaian kontrol sistem. Komponen ini
sederhana namun memiliki fungsi yang paling vital di antara
komponen listrik yang lain. Jadi switch/saklar pada dasarnya
adalah suatu alat yang dapat atau berfungsi menghubungkan atau
memutuskan aliran listrik (arus listrik) baik itu pada jaringan
arus listrik kuat maupun pada jaringan arus listrik lemah. Yang
memebedakan saklar arus listrik kuat dan saklar arus listrik lemah
adalah bentuknya kecil jika dipakai untuk peralatan elektronika
arus lemah, demikian pula sebaliknya semakin besar saklar yang
digunakan jika aliran arus listrik semakin besar.

171
Jenis-Jenis Switch
Dari berbagai macam sakelar / switch yang di buat oleh
produsen sakelar, sebenarnya bisa di klasifikasi-kan dalam
beberapa jenis antara lain:
1. Menurut jumlah kaki/ kutub-nya : SP, DP, 3P.
2. Menurut jumlah posisi tertutup : Single Trow, double Trow.
3. Menurut jenis kontaknya : knife blade, butt contact, mercury.
4. Menurut jumlah breaks-nya: tunggal dan ganda.
5. Menurut metode isolasinya: air-break, oil immersed.
6. Menurut metode operasinya: manual, magnetik, motor,
lever, dial, drum, snap.
7. Menurut kecepatan operasinya: quick break, quick make,
slow break.
8. Menurut tempatnya/ casingnya: terbuka dan tertutup.
9. Menurut tingkat perlindungan terhadap perangkat.
10. Menurut jenis penggunaannya: sakelar daya, sakelar kabel/
wiring, sakelar kontrol,sakelar instrumental.

Switch Magnetik PE-905


Switch magnetik merupakan saklar yang dapat merespon
medan magnet yang berada disekitarnya. Magnetik switch ini
seperti halnya sensor limit switch yang diberikan tambahan plat
logam yang dapat merespon adanya magnet. (Heranudin, Rancang
Bangun Sistem Keamanan Ruangan Menggunakan Radio
Frequency Identifikasi (RFID) Berbasis Mikrokontroler AT89C51,
2008 hal: 5). Salah satu contoh switch magnetik dapat dilihat pada
gambar 2.1.

172
(a) Switch Magnetik (b) Simbol Switch Magnetik
Gambar 1.36 (a) Switch Magnetik dan (b) Simbol Switch Magnetik

Switch magnetik tersebut biasa digunakan untuk


pengamanan pada pintu dan jendela. Dalam pemasangannya
switch magnetik ini dapat dipasang dengan cara ditanam di
bagian pintu atau hanya ditempelkan saja di jendela.
Pemasangannya pun dapat dilakukan pada pintu atau jendela
dengan berbagai bahan, dapat di pasang pada pintu atau jendela
yang terbuat dari kayu atau dari logam, seperti aluminium.
Spesifikasi switch magnetik, switch magnetic yang digunakan type
PE-905, suatu perangkat pengendalian otomatis, sangat cocok
untuk menggunakan di sirkuit sampai tegangan maksimal 4 Volt
dan arus sampai 100mA sampai 500mA.

Saklar Push Button

Gambar 1.37 Saklar Push Button

173
Pada umumnya saklar push button adalah tipe saklar yang
hanya kontak sesaat saja saat ditekan dan setelah dilepas maka
akan kembali lagi menjadi NO, biasanya saklar tipe NO ini
memiliki rangkaian penguncinya yang dihubungkan dengan
kontaktor dan tipe NO digunakan untuk tombol on. Push button ada
juga yang bertipe NC, biasanya digunakan untuk tombol off.
Terdapat 4 konfigurasi saklar push button:
1. Tanpa-pengunci (no guard),
2. Pengunci-penuh (full guard),
3. Extended guard, dan
4. Mushroom button.

Cara Kerja Saklar Push Button


Alat ini befungsi sebagai pemberi sinyal masukan pada
rangkaian listrik, ketika / selama bagian knopnya ditekan maka alat
ini akan bekerja sehingga kontak-kontaknya akan terhubung untuk
jenis normally open dan akan terlepas untuk jenis normally close,
dan sebaliknya ketika knopnya dilepas kembali maka kebalikan
dari sebelumnya, untuk membuktikannya pada terminalnya bisa
digunakan alat ukur tester / ohm meter. pada umumnya pemakaian
terminal jenis NO digunakan untuk menghidupkan rangkaian dan
terminal jenis NC digunakan untuk mematikan rangkaian, namun
semuanya tergantung dari kebutuhan.

174
Emergency Switch
Emergency switch digunakan untuk mematikan sumber
secara langsung saat terjadi gangguan pada system yang telah
dirangkai. Sesuai dengan fungsinya emergency switch beroperasi
saat rangkaian mengalami gangguan yang dapat membahayakan
peralatan dan manusia. Emergency switch digunakan dengan cara
memutar switch untuk menghubungkan rangkaian dan kemudian
ditekan untuk melepaskanya.

Gambar 1.38 Konstruksi Emergency Switch

Gambar 1.39 Kontak Emergency Switch

175
Saklar Toggle

Gambar 1.40 Saklar Toggle

Saklar toggle adalah bentuk saklar yang paling sederhana,


dioperasikan oleh sebuah tuas toggle yang dapat ditekan ke atas
atau ke bawah. Menurut konvensinya, posisi ke bawah
mengindikasikan keadaan ‘hidup’, atau ‘menutup’ atau
‘disambungkan’. Saklar toggle yang diperlihatkan di dalam foto
memiliki tuas dengan posisi ke atas. Di belakang tuas terdapat
sebuah alur sekrup (dolly) yang dilengkapi dengan sebuah mur
besar. Alur dan mur ini digunakan untuk memasangkan saklar
disebuah panel. Di bagian belakang saklar terdapat dua buah ta
(cantolan) terminal, tempat dimana kawat-kawatlistrik disambung
dan disolder.
Saklar beban besar (heavy duty), memiliki kemampuan
untuk menyambungkan arus hingga sebesar 10 A AC. Saklar-
saklar toggle beban-besar seringkali digunakan untuk
mensaklarkan pasokan listrik dari sumber PLN ke berbagai
peralatan dan perangkat listrik. Akan tetapi, saklar-saklar jenis ini
juga dapat digunakan untuk menyambungkan arus listrik yang
lebih kecil. Saklar toggle berukuran kecil (miniatur) disebelah
ini cocok untuk digunakan pada sebuah panel kontrol.

176
Saklar-saklar toggle yang lebih besar memiliki dua buah tag
terminal, yang mengindikasikan bahwa saklar ini memiliki kontak-
kontak jenis single-pole, single-throw (satu- kutub, satu arah-
SPST). Simbol untuk saklar-saklar ini memperlihatkan bagaimana
cara kerjanya. Saklar hanya menyambungkan sebuah rangkaian
listrik tunggal dan berada dalam keadaan menutup atau membuka.

Selector Switch

Gambar 1.41 Selector Switch

Saklar pemilih ini menyediakan beberapa posisi kondisi


on dan kondisi off, ada dua, tiga, empat bahkan lebih pilihan
posisi, dengan berbagai tipe geser maupun putar. Saklar pemilih
biasanya dipasang pada panel kontrol untuk memilih jenis
operasi yang berbeda, dengan rangkaian yang berbeda pula.
Saklar pemilih memiliki beberapa kontak dan setiap
kontak dihubungkan oleh kabel menuju rangkaian yang berbeda,
misal untuk rangkaian putaran motor cepat dan untuk rangkaian
putaran motor lambat. Atau pada rangkaian audio misalnya memilih
posisi radio, tape dan lainnya.

177
Saklar Mekanik
Saklar mekanik umumnya digunakan untuk automatisasi dan
juga proteksi rangkaian. Saklar mekanik akan on atau off secara
otomatis oleh sebuah proses perubahan parameter, misalnya
posisi, tekanan, atau temperatur. Saklar akan On atau Off jika set
titik proses yang ditentukan telah tercapai. Terdapat beberapa tipe
saklar mekanik, antara lain: Limit Switch, Flow Switch, Level
Switch, Pressure Switch dan Temperature Switch. Contoh
pengunaannya seperti pada magic com adalah saklar Temperature
Switch.

Limit Switch (LS)

Gambar 1.42 Limit Switch (LS)

Limit switch termasuk saklar yang banyak digunakan di


industri. Pada dasarnya limit switch bekerja berdasarkan sirip
saklar yang memutar tuas karena mendapat tekanan plunger
atau tripping sirip wobbler. Konfigurasi yang ada dipasaran
adalah: (a).Sirip roller yang bisa diatur, (b) plunger, (c) Sirip roller
standar, (d) sirip wobbler, (e) sirip rod yang bisa diatur. Pada
saat tuas tertekan oleh gerakan mekanis, maka kontak akan
berubah posisinya. Contoh aplikasi saklar ini adalah pada PMS
(Disconecting Switch) untuk menghentikan putaran motor lengan
PMS.

178
Temperature Switch

Gambar 1.43 Temperature Switch

Saklar temperatur disebut thermostat, bekerja


berdasarkan perubahan temperatur. Perubahan kontak elektrik di-
trigger (dipicu) oleh pemuaian cairan yang ada pada chamber
yang tertutup (sealed chamber) chamber ini terdiri dari tabung
kapiler dan silinder yang terbuat dari stainless steel. Cairan di
dalam chamber mempunyai koefisiensi temperatur yang tinggi,
sehingga jika silinder memanas, cairan akan memuai, dan
menimbulkan tekanan pada seluruh lapisan penutup chamber.
Tekanan ini menyebabkan kontak berubah status. Secara fisik
saklar ini terdiri dari dua komponen, yaitu bagian yang
bergerak/bergeser (digerakkan oleh tekanan) dan bagian kontak.
Bagian yang bergerak dapat berupa diafragma atau piston.
Kontak elektrik biasanya terhubung pada bagian yang
bergerak, sehingga jika terjadi pergeseran akan menyebabkan
perubahan kondisi (On ke Off atau sebaliknya).

179
Flow Switch (FL)

Gambar 1.44 Flow Switch (FL)

Saklar ini digunakan untuk mendeteksi perubahan aliran


cairan atau gas di dalam pipa, tersedia untuk berbagai viskositas.
Pada saat cairan dalam pipa tidak ada aliran, maka kontak
tuas/piston tidak bergerak karena tekanan disebelah kanan dan kiri
tuas sama. Namun pada saat ada aliran, maka tuas/piston akan
bergerak dan kontak akan berubah sehingga dapat menyambung
atau memutusklan rangkaian.

Float Switch (FS)

Gambar 1.45 Float Switch (FS)

Saklar level atau float switch, merupakan saklar diskret yang


digunakan untuk mengontrol level permukaan cairan di dalam
tangki. Posisi level cairan dalam tangki digunakan untuk men-
trigger perubahan kontak saklar. Posisi level switch ada yang
horizontal dan ada yang vertikal. Pada posisi horizontal, apabila
permukaan cairan turun, pelampung juga akan turun, sehingga
kontak akan berubah dari posisinya. Jika permukaan cairan naik
lagi, maka pelampung akan naik dan kontak akan berubah lagi.

180
Pada posisi vertikal, di dalam pelampung terdapat magnet tetap,
yang bergerak naik turun mengikuti tinggi permukaan cairan. Di dalam
pipa bagian tengah pelampung terdapat saklar yang membuka dan
menutupnya dikerjakan oleh piston yang bergerak mengikuti magnet tetap
di dalam pelampung. FS tersedia dua konfigurasi, yaitu open tank dan
closed tank. Open tank digunakan untuk tanki terbuka sehingga terbuka
juga terhadap tekanan atmosfir. Sedangkan closed tank digunakan untuk
tanki tertutup dan bertekanan.

Saklar Tekanan atau Pressure Switch


Gambar 1.46 Pressure Switch

Pressure switch merupakan saklar yang kerjanya


tergantung dari tekanan pada perangkat saklar. Tekanan tersebut
berasal dari air, udara atau cairan lainnya, misalnya oli. Terdapat
dua macam Pressure Switch: absolut (trigger (pemicu) terjadi pada
tekanan tertentu) dan konfigurasi diferensial (trigger terjadi karena
perbedaan tekanan).

181
Saklar Penerangan Manual
Saklar penerangan adalah sebuah perangkat yang
digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan aliran listrik ke
alat atau sistem penerangan. Jadi saklar pada prinsipnya sama
dengan Switch yaitu suatu alat yang dapat atau berfungsi
menghubungkan atau pemutus aliran listrik (arus listrik) baik itu
pada jaringan arus listrik kuat maupun pada jaringan arus listrik
lemah. Secara garis besar, saklar memiliki 2 macam penggunaan,
yaitu untuk instalasi penerangan dan instalasi tenaga. Yang
membedakan saklar arus listrik kuat dan saklar arus listrik lemah
adalah bentuknya kecil jika dipakai untuk alat peralatan elektronika
arus lemah, demikian pula sebaliknya, semakin besar saklar yang
digunakan jika aliran listrik semakin kuat. Secara sederhana, saklar
terdiri dari dua bilah logam yang menempel pada suatu rangkaian,
dan bisa terhubung atau terpisah sesuai dengan keadaan sambung
(on) atau putus (off) dalam rangkaian itu. Material kontak
sambungan umumnya dipilih agar supaya tahan terhadap korosi.
Kalau logam yang dipakai terbuat dari bahan oksida biasa,
maka saklar akan sering tidak bekerja. Untuk mengurangi efek
korosi ini, paling tidak logam kontaknya harus disepuh dengan
logam anti korosi dan anti karat. Saklar sangatlah bermanfaat
dalam menunjang keselamatan penggunaan tenaga listrik. Karena
penggunaan saklar dalam instalasi sangat membantu mengurangi
risiko korseleting.

182
Macam-macam saklar manual yang digunakan untuk
instalasi penerangan menurut hubungannya antara lain:
1. Saklar tunggal
Umum dijumpai pada rumah, apartemen, hotel, ataupun
industri. Fungsi dari saklar tunggal ialah untuk menghidupkan dan
mematikan satu buah lampu atau lebih. Saklar ini hanya terdiri dari
atas sebuah tuas, jadi anda bisa menghubungkan ataupun
mematikan banyak lampu hanya dengan sekali tekan.

2. Saklar kutub dua


Merupakan jenis saklar listrik yang berfungsi untuk
menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik pada sumber
dan pada beban. Penggunaan saklar kutub 2 yang paling mudah
kita temui ialah pada papan hubung bagi (PHB) 1 fasa (Phase).
Selain itu, saklar jenis ini juga sering digunakan pada ruangan yang
lembab dan basah.

3. Saklar kutub tiga


Dipakai pada golongan yang terdiri dari sejumlah lampu-
lampu besar. Misalnya: Untuk penerangan lantai, penerangan
bagian atas dan gedung-gedung pertemuan untuk dihubungkan
dengan tiga fasa. Hubungan ini disambung dan diputuskan dengan
saklar kutub tiga.

4. Saklar seri
Merupakan dua buah saklar tunggal yang dihubungkan
secara seri. Anda bisa menghidupkan satu buah lampu atau lebih
secara bersamaan ataupun bergantian. Biasanya saklar ini
dipasang pada area yang memiliki lebih dari satu lampu. Misalnya
ruang keluarga dengan ruang tamu.

183
5. Saklar tukar
Digunakan untuk menghidupkan dan mematikan lampu dari
2 tempat yang berbeda. Selain itu anda juga bisa menggunakannya
untuk menyalakan 2 buah lampu atau lebih secara bergantian.
Saklar tukar bisa dengan mudah anda temui pada gudang bawah
tanah, lorong-lorong, dan tangga pada rumah bertingkat.

6. Saklar silang
Digunakan apabila kita harus dapat melayani satu lampu dan
tiga tempat, maka kita pakai saklar silang waktu memasang.
Hendaklah diingat, bahwa saklar yang pertama dan penghabisan
haruslah dipasang saklar tukar, saklar di antaranya adalah saklar
silang.

7. Saklar tarik
Digunakan pada kamar tidur, dan kamar mandi yang dapat
dihidupkan dan dimatikan dengan menarik saklarnya dengan
perantaraan tali sebagai penariknya.

8. Saklar tombol tekan


Digunakan untuk mengontrol motor-motor listrik dan juga
banyak digunakan untuk melayani bel, dan lain-lain.

9. Saklar kelompok
Digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan dua
lampu atau dua golongan lampu secara bergantian, tetapi kedua
golongan tidak dapat menyala bersama. umumnya saklar ini
dipakai sebagai penghubung yang hemat pada hotel, kamar-kamar,
dan tempat yang memerlukan.

184
Cara pemasangan saklar dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Saklar ditanam dalam tembok sistem IN-BOUW.
2. Saklar tidak ditanam di dalam tembok sistem OUT-BOUW.

Dalam pemasangan saklar juga terdapat beberapa


persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang instalatir listrik,
antara lain:
1. Harus dapat melayani secara aman tanpa memerlukan alat
bantu.
2. Saklar harus dipasang sedemikian rupa sehingga bagian yang
bergerak (tangkai atau pengumpil) saklar tidak bertegangan
pada waktu saklar dalam keadaan terbuka atau tidak terhubung
(Puil 1977 Pasal 206 B1).
3. Dudukan semua saklar di dalam suatu instalasi harus seragam,
misalnya: semua saklar dalam keadaan terhubung: Jika tangkai
saklar didorong ke atas atau jika pengumpil saklar bagian atas
ditekan (Puil 1977 Pasal 206.B1).

185
Gambar 1.47 Saklar Tuggal, Seri dan Tukar

186
Gambar 1.48 Saklar Silang , Saklar Kutub Dua , dan Saklar Kutub
Tiga

187
Gambar 1.49 Saklar Tarik dan Saklar Tombol Tekan

Pada gambar tabel di atas, tepatnya pada kolom skema


hubungan pelaksanaan, masing-masing jenis saklar dihubungkan
dengan lampu (bersimbol X, pada gambar). Pada penggambaran
skema tersebut, gambar saklar yang digunakan adalah gambar
konstruksi saklar. Dengan adanya penggambaran skema hubungan
pelaksanaan ini, menjadikan penggambaran instalasi penerangan
nantinya akan lebih mudah dan dapat dipahami.

188
9) Steker dan Stop Kontak
Mungkin Anda mengenal nama aksesoris listrik ini dengan
‘colokan listrik’ tak ada salahnya memang, namun, alat listrik
tersebut punya nama yakni steker. Fungsinya adalah sebagai
penghantar listrik menuju tempat lain atau stop kontak. Sedangkan
stop kontak adalah tempat steker dipasang, pada aplikasinya stop
kontak ada yang dipasang langsung pada tembok ada pula yang
dipasang langsung pada kabel.
Jenis Steker dan Stop kontak dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
1. Steker 1 Phasa

Gambar 1.50 Steker 1 Phasa

189
2. Steker Kombinasi (Adapter dan T)

Gambar 1.51 Steker Kombinasi

3. Steker Dan Stop Kontak Arde 1 Phasa

Gambar 1.52 Steker Arde 1 Phasa

190
4. Steker 3 Phasa

Gambar 1.53 Steker Arde 3 Phasa

10)Fitting Lampu

Fitting lampu adalah alat yang berfungsi untuk


menghubungkan bola lampu dengan kawat jaringan. Tujuannya
supaya sambungan ini bersifat aman. Secara sederhana, bentuk

fitting lampu sama seperti tempat dudukan lampu. Modelnya


bermacam-macam, demikian pula kualitasnya. Jenis fitting ada dua,
berulir dan ‘sumpit’ yang mana lampu tidak diulirkan tetapi
ditusukkan ke tempatnya.

Gambar 1.54 Fiting Plafon Dan Fitting Gantung

191
11)Blok Terminal

Blok terminal adalah sekumpulan dua atau lebih titik koneksi


ulir yang serupa. Anda dapat menghubungkan kabel pada titik-titik
ini. Strip terminal menggabungkan banyak blok serupa dalam satu
perangkat. Dalam sebuah strip, balok-balok tersebut diisolasi satu
sama lain. Fungsi utama blok terminal adalah untuk terhubung dan
mengisolasi. Badan balok utama terbuat dari bahan yang keras,
seperti plastik atau keramik, yang secara elektrik mengisolasi blok
yang berdekatan. Bagian konduktor terbuat dari tembaga dan
logam tahan korosi yang kompatibel dengan tembaga. Blok
terminal pertama-tama harus dipasang di lokasi yang aman dan
stabil, jauh dari kelembaban. Untuk menggunakannya, lepaskan
isolasi ½ inci dari dua kabel yang ingin Anda sambungkan. Anda
kemudian memasukkan kabel telanjang ke konektor logam blok dan
sekrup mereka sampai terpasang dengan aman.

Gambar 1.55 Terminal Blok

12)Busbar
Busbar adalah konduktor telanjang berupa plat logam
berjenis tembaga (Cu) atau aluminium (Al). Berbentuk persegi
panjang dengan ukuran tertentu. Fungsi busbar yaitu

menghantarkan atau mendistribusikan listrik antara feeder ,

incomer dan komponen listrik lainnya dalam panel listrik.

192
193
Berdasarkan standar PUIL 2000 dengan ketentuan sebagai
berikut:

 Warna merah untuk fasa R


 Warna kuning untuk fasa S
 Warna hitam untuk fasa T
 Warna biru untuk kawat Netral
Kenapa menggunakan busbar pada panel listrik? Busbar
mempunyai peranan penting pada sistem kerja sebuah panel listrik,
dalam hal desain busbar lebih mudah di instalasi. Bentuk dari
busbar juga lebih rapi dan tersusun dibandingkan kabel. Juga, jika
kita ingin mendistribusikan listrik misal di 2000 A, kalau
menggunakan kabel maka kabel yang digunakan akan besar,
akibatnya panel listrik akan terlihat berantakan, tapi dengan busbar
akan rapi. Busbar lebih efektif mengatasi panas berlebih saat
dilewati arus listrik yang besar. Jika suatu saat ada perubahan
beban atau lokasi beban, busbar akan lebih mudah di terapkan
dibandingkan menggunakan kabel yang harus dipotong dan
disambung. Untuk menyambungkan kabel ke busbar digunakan
lugs kabel, Lugs adalah material yang terbuat dari tembaga atau
aluminium dimana kabel listrik dapat dihubungkan dengan busbar
dan dikunci dengan baut.

Gambar 1.56 Lugs Connetor Kabel ke Busbar

194
13)Skun
Skun kabel sering juga disebut sepatu kabel, atau Cable lug.
Skun kabel adalah salah satu accessories kabel yang berfungsi
untuk penyambungan kabel ke terminal atau panel dengan
dibautkan pada bussbar atau panel. Kabel Skun Ring (ring kabel)
adalah kepala kabel, kabel terminating atau lebih dikenal dengan
sepatu kabel (Cable Shoes) terbuat dari tembaga Skun kabel atau
cable schoen atau kabel lug adalah sama sama sepatu kabel, yang
berfungsi untuk penyambungan kabel ke terminal atau dengan
dibautkan pada busbar atau panel. Ada berbagai jenis skun
Almunium, tembaga, maupun almunium-tembaga, serta berbagai
ukuran 35mm, 50mm, 70mm, 95mm, 120mm, 150mm, 240mm,
300mm, 400mm, 500mm, 630mm. Tergantung jenis kabel dan
ukuran.

Untuk kebutuhan penyambungan kabel jaringan listrik


(Terminasi), Skun kabel terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
 Kabel skun AL (aluminium).
 Kabel skun CU (tembaga).
 Kabel skun AL-CU (bimetal).

Ada beberapa jenis skun yang sering dipakai, yaitu:


Skun Garpu
Adalah jenis skun yang digunakan sebagai penyambung dan
koneksi antara kabel dengan alat listrik dan instrument. Kabel skun
terbuat dari tembaga, sehingga memiliki daya hantar listrik yang
baik. Kebanyakan skun bentuk garpu telah melalui proses krom
sehingga tidak mudah oksidasi dan berkarat. Skun garpu biasanya
digunakan untuk menghubungkan kabel dengan instrument pada
berbagai instalasi listrik, panel listrik, electronic dan otomotif.
Bentuk kepala seperti garpu sengaja dibuat sehingga mudah untuk

195
dipasang dan dilepas. Skun garpu biasanya juga sering di press
menggunakan tang crimping.

Gambar 1.57 Skun Garpu

Skun Ring (Ring Kabel)


Sambungan bulatan mata itik sebenarnya bukanlah
sambungan untuk menghubungkan kabel satu degan kabel lainnya.
Sambungan ini adalah penghubung kabel berinti tunggal (NYA)
yang tidak dilengkapi skun (kaki kabel) pada suatu komponen
kelistrikan yang sambunganya menggunakan baud atau skrup.
Biasanya pada piting lampu. Cara membuat bulatan mata ititk bisa
menggunakan tang pembulat atau tang lancip. Nantinya ketika
pemasangan, usahakan posisi penyimpanan sambungan ini searah
dengan jarum jam. Karena pada posisi seperti itu, ketika baud
diputarkan maka sambungan bulatan mata itik akan ikut
mengencangkan. Contoh pengunaan skun ring pada mata Itik
Pengupasan kabel yaitu melepaskan sebagian isolasi, sehingga
terlihat urat tembaganya, panjang kupasan disesuaikan dengan
kebutuhan. Penekuk kabel yaitu pembentukan kabel sesuai dengan
bentuk yang diinginkan. Sedang sambung mata itik yaitu
sambungan yang menggunakan media mm bow, maka diameter
mata itik disesuaikan dengan diameter bow.

196
Pada pengaturan kabel NYA ini perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Arah lingkar mata kabel harus sesuai dengan anar putar
anak baut penyekrup.
2. Tekukan kabel tidak boleh luka.
3. Diameter sambungan mata itik sama dengan diameter luar
baut penyekrup.
4. Jarak sama antara tiap kabel harus sejajar.
5. Jarak kumparan mata kabel pada tiap mata kabel harus
sama.
6. Tekukan vertikal antara tiap kabel harus sejajar.

2. Sambungan Kabel
Sistem sambungan adalah cara melakukan terminating
terhadap peletakan peralatan yang akan dipakai dalam
penginstalasian. Dalam melakukan sambungan hal-hal yang harus
diperhatikan antara lain, adalah kekokohan sambungan yang bebas
dari gaya tarik mekanik dan elektrik serta bahan kimiawi, serta jenis
sambungan terminal, dan penempatan peralatannya dalam
pemakaian yang sesuai dengan kegunaannya. Sambungan
instalasi tidak boleh dilakukan di dalam pipa, harus dilakukan di
dalam kotak sambung, begitu juga terhadap perlengkapan listrik,
harus dirancang sedemikian rupa sehingga dalam kondisi kerja
normal tidak membahayakan atau merusak, dipasang dengan baik
dan tahan terhadap kerusakan mekanis, termal, dan kimiawi.

197
Sambungan pada Gambar dibawah ini, digunakan untuk
menyambung atau mencabangkan satu atau beberapa kabel pada
satu titik, penyambungan cara ini sering dijumpai pada kotak
sambung dan umumnya diisolasi dengan isolasi lakban dan
dipasang "lasdop" atau terminal sebagai pengikat dan sekaligus
sebagai isolasi. Gambar dibawah ini memperlihatkan cara
melakukan sambungan dua kabel yang baik.

Gambar 1.58 Sambungan Kabel Dengan Lasdop

Sambungan kabel puntiran dengan lakban. Pada Gambar


dibawah ini memperlihatkan media sambungan kabel puntiran, di
mana kotak sambung sebagai sarana untuk koneksi kabel dalam
instalasi listrik, dengan menggunakan isolasi plastik sebagai
penutup sambungan untuk menghindari terjadinya hubungan
singkat listrik. Cara ini sangat sering dilakukan dilokasi
pemasangan instalasi listrik, terutama dalam sambungan kabel,
perlu diperhitungkan jumlah sambungan pada kotak sambungnya.

Gambar 1.59 Sambungan Kabel Dengan Isolasi Lakban

198
Faktor pengisian kabel dalam pipa dan sambungan kabel di
dalam kotak sambung, sangat mempengaruhi keandalan dan
keamanan sistem dari instalasi listrik tersebut. Instalasi tidak
memenuhi standar terhadap pemasangan sambungan pada kotak
sambung, jika melebihi dari faktor pengisian pipa atau kotak
sambung yang telah ditetapkan. Ketidak standarannya akan
terjawab oleh contoh pemakaian rumus faktor jumlah pengisian
kabel di dalam pipa atau kotak sambung.
Contoh: kabel yang dipakai pada saluran instalasi listrik
rumah, berdiameter inti 2,5 mm dan jika berisolasi berdiameter 3,9
mm, faktor pengisian terhadap pipa yang digunakan jika lebih dari 3
kabel diisi terhadap diameter pipa adalah 35%, dan diameter pipa
PVC yang digunakan pada instalasi tersebut adalah 5/8 inch
(15,875 mm), maka jumlah kabel yang boleh diisikan terhadap pipa
PVC tersebut 5,8 (dibulatkan menjadi 6 kabel NYA yang
berdiameter 3,9 mm).

Jenis sambungan Kabel

Gambar 1.60 Sambungan Kabel Bernadi Banyak

199
Gambar 1.61 Sambungan Kabel Bernadi Banyak

Gambar 1.62 Sambungan Kabel Ekor Babi

Gambar 1.63 Sambungan Datar

Gambar Sambungan Cara Puntir

200
Gambar 1.64 Sambungan Cara Simpul

3. Pemasangan Alat Pengukur Besaran Listrik


1) Pemasangan Volt Meter

Gambar 1.65 Volt Meter


Gambar diatas adalah gambar Voltmeter yang digunakan
untuk panel box. Voltmeter ini befungsi untuk mengukur seberapa
besar tegangan yang masuk pada box panel tersebut. Untuk
memasang volt meter pada rangkaian box panel sebenarnya cukup
mudah, jika sobat paham bagaimana cara mengukur tegangan
menggunakan AVO meter. Karena, sebetulnya cara tersebut
memiliki kesamaan, hanya saja, bentuk, besar dan posisi
penerapannya berbeda.

201
Gambar 1.66 Koneksi Voltmeter Pada Sistem 3 Fasa, Maka Setiap
Fasa Memiliki Alat Ukurnya Masing- Masing.

Cara memasang
Pemasangan Voltmeter disusun secara paralel pada setiap
fasa, sebetulnya pemasangan voltmeter bisa dimana saja asalkan
menghubungkan antara fasa pada voltmeter. Seperti pada gambar
diatas, kabel dari voltmeter pertama dihubungkan ke kontak hubung
MCB tepatnya pada kabel R, dan pada kabel T. Ini
menginstruksikan bahwa voltmeter akan mengukur tegangan R dan
T, begitupun seterusnya.

202
Ada juga sistem pengukuran yang menggunakan satu
Voltmeter namun ditambah komponen lain, yaitu selektor switch
yang berfungsi untuk memindahkan fasa yang akan diukur, apakah
itu R dan S, atau S dan T atau R dan T, bisa disesuaikan dengan
menggunakan selektor swtich (saklar pemilih).
Perhatikan gambar berikut :

Gambar 1.67 Pemasangan Volt Meter Dengan Selector Switch

Jadi, sebelum kabel hasil pengukuran tegangan menuju


Voltmeter, kabel-kabel tersebut harus melalui selektor switch yang
nantinya akan memilih apakah akan mengukur tegangan R dan T,
S dan T atau R dan s dan kemudian hasilnya akan ditunjukkan
pada layar voltmeter.

203
2) Pemasangan Ampere Meter

Gambar 1.68 Ampere Meter


Jika sudah paham cara mengukur ARUS menggunakan
avometer, cara tersebut tidak akan digunakan pada pengukuran
ampere (arus) listrik panel box. Karena alat ukur ampere meter
tidak akan mampu menahan beban besar dari motor listrik 3 fasa
jika dihubungkan seri.
Oleh kerena itu, metode pengukuran yang digunakan sama dengan
metode pengukuran tang ampere, dimana pengukuran dilakukan
dengan memasukkan kabel pada lingkaran pengukuran tang
ampere sehingga nilai arus dapat terlihat pada layar tang ampere.
Oleh sebab itu, untuk melakukan pengukuran ampere (arus) harus
ditambah komponen tambahan yaitu Trafo Arus atau bahasa
inggrisnya Current Transformer (CT). Komponen CT tersebut
bertugas sama seperti lingkaran tang ampere. Komponen yang
bernama CT tersebut disimpan didalam panel untuk dilalui oleh
kabel RST (3Fasa) sebelum menuju beban (motor listrik 3 fasa)
Perhitungan dari CT tersebut langsung ditampilkan dilayar ammeter
sehingga dapat ditinjau oleh teknisi.

204
Gambar 1.69 Koneksi Ampere Meter Dengan CT

Cara Memasang
Untuk memasang ammeter pada rangkaian kontrol cukup
dengan memasukkan kabel atau, biarkan kabel R, S dan T (3 fasa
power) melewati tengah-tengah CT sehingga CT dapat mengukur
berapa besar arus listrik yang digunakan. Pemasangan CT dan
ampere meter harus sesuai dengan nilai arus yang dihasilkan oleh
beban (motor listrik 3 fasa). Misanya motor listrik berkapasitas 100
Ampere, maka amperemeter dan current transformer yang
digunakan harus dapat mengukur dari 10A hingga lebih dari 100A.

205
Selain untuk pengukuran arus, Current transformer juga
dapat dikombinasikan dengan pengaman arus lebih dan beban
lebih sehingga dapat mengamankan rangkaian dari kerusakan.

3) Pemasangan Frekuensi Meter

Gambar 1.70 Frekuensi Meter

Untuk memasang frekensi meter sebetulnya sama persis


dengan cara memasang voltmeter, jadi kita tinggal mengikuti
langkah pemasangan volt meter untuk mengetahui cara memasang
frekuensi meter.

4. Lampu Penerangan
Lampu Pijar
Dikembangkan Thomas Alfa Edison, memakai filamen
tungsten, sejenis kawat pijar dalam bola kaca terisi gas nitrogen,
kripton, argon, hidrogen. Lampu pijar ini memakai energi lebih
banyak daripada lampu TL dengan tingkat cahaya setara. Bohlam
hanya berumur 1000 jam atau perkiraan pemakaian 10 jam perhari
dalam semalam, dan bertahan sekitar 3-4 bulan.

206
Gambar 1.71 Lampu Pijar

Biasanya kebanyakan orang memakai bohlam ini karena


cahaya yang dihasilkan. Warna kuning bohlam ini terasa hangat.
Dan orang memakai bohlam ini karena harganya yang murah.
Tetapi perlu diperhatikan bohlam ini pada umumnya hanya berumur
3-4 bulanan. Cahaya yang dihasilkan lampu pijar ini berwarna
kuning. Derajat suhu warna 2'500 - 2'700 K (Kelvin).

Lampu Fluorescent atau lampu TL


Sering disebut lampu neon. Sekarang ini lampu neon
bentuknya bervariasi, ada yang memanjang umum, berbentuk ulir
atau spiral, dan ada yang berbentuk vertikal dengan fitting (instalasi
KAP lampu) persis lampu pijar. Lampu TL lebih irit energi
dibandingkan lampu pijar, dan lebih terang. Pada umumnya lampu
TL yang baik, bisa berumur 15.000 jam atau perkiraan 10 tahun,
dengan biaya 10x lebih mahal dari lampu pijar. Sebaliknya lampu
TL berkualitas buruk bisa berumur 4-6 bulan.

207
Gambar 1.72 Lampu Tl Dengan Fitting Ulir

Gambar 1.73 Lampu TL Model Fittng Khusus Panjang

Lampu TL memiliki varisi dan corak, dengan fitting spiral atau


ulir yang biasa dipakai untuk lampu bohlam biasa. Sejak lama
lampu TL yang banyak digunakan dengan fitting khusus untuk
lampu TL yang berbentuk panjang. Dengan pemakaian watt/listrik
yang efesien, lampu TL/neon lebih mudah dipakai dibandingkan
lampu pijar, cahaya tersedia putih, kuning, dan lainnya. lampu TL
pada umumnya banyak dipakai untuk penerangan toko, mall, dan
tempat yang memerlukan cahaya terang & hemat energi.

208
Cahaya lampu TL:
 Kuning (2'700 K - 3'000 K)
 Netral (3'500 K - 4'500 K)
 Putih (5'500 K - 6'500 K)

Lampu Halogen
Lampu halogen biasanya memiliki reflektor (cermin
dibelakangnya) untuk memperkuat cahaya yang keluar. Fittingnya
biasanya khusus, namun saat ini ada pula yang dengan jenis fitting
biasa. Lampu jenis ini merupakan lampu spot yang baik. Lampu
spot adalah lampu yang cahayanya mengarah ke satu area saja,
misalnya lampu untuk menerangi benda seni secara terfokus.
Lampu ini baik untuk digunakan sebagai penerangan taman untuk
membuat kesan dramatis dari pencahayaan terpusat seperti
menerangi patung, tanaman, kolam atau area lainnya. Jenis lampu
ini sebenarnya merupakan lampu filamen yang sudah berhasil
dikembangkan menjadi lebih terang, namun juga kebutuhan energi
(watt) yang relatif sama.

Gambar 1.74 Lampu Halogen

Warna cahaya lampu halogen adalah:


 Halogen biasa: kuning 3'000 K
 Halogen high pressure: putih 6'000

209
Lampu LED
Lampu ini merupakan sirkuit semikonduktor yang
memancarkan cahaya ketika dialiri listrik. Sifatnya berbeda dengan
filamen yang harus dipijarkan (dibakar) atau lampu TL yang
merupakan pijaran partikel. Lampu LED memancarkan cahaya
lewat aliran listrik yang relatif tidak menghasilkan banyak panas.
Karena itu lampu LED terasa dingin dipakai karena tidak
menambah panas ruangan seperti lampu pijar. Lampu LED juga
memiliki warna sinar yang beragam, yaitu putih, kuning, dan warna-
warna lainnya. Satu varian bentuk lampu LED, dimana bentuk
lampu LED yang menggantikan bohlam bisa bermacam-macam.
Yang pasti adalah lampu LED merupakan lampu berisi kumpulan
LED kecil dengan warna putih atau kuning.

Gambar 1.75 Lampu LED

210
Lampu LED merupakan lampu paling hemat energi diantara
jenis lampu lainnya, meskipun harganya relatif mahal. Meskipun
demikian, lampu LED disarankan bagi Anda yang memperhatikan
bahwa energi (watt) yang dipakai sangat kecil sehingga
menggunakan lampu LED sama dengan menghemat listrik hingga
1/5 dari biasanya Warna cahaya lampu LED banyak meliputi semua
warna, bisa merah, putih, hijau, biru, kuning, dan sebagainya.

5. Pilot Lamp Indikator Panel Listrik


Pilot lamp adalah sebuah lampu indikator yang menandakan
jika pilot lamp ini menyala, maka terdapat sebuah aliran listrik
masuk pada panel listrik tersebut. Pilot Lamp merupakan sebuah
bagian penting dari komponen panel listrik.

Prinsip Kerja Pilot Lamp


Pilot lamp bekerja ketika ada tegangan masuk (Phase-
Netral) dengan menyalanya sebuah lampu atau led pada pilot lamp.

Tegangan Kerja Pada Pilot Lamp


Pilot Lamp sekarang banyak sekali macamnya dahulu
menggunakan bolam atau dop dan sekarang sudah eranya sebuah
teknologi LED. Yang mempunyai kelebihan lebih terang dan hemat
energi. Dari LED tersebut mempunyai banyak tegangan kerja untuk
bisa menyalakan sebuah pilot lamp.
 24 V AC/DC
 110 … 120 V AC
 230 … 240 V AC

211
Pilihan Warna pada Pilot Lamp
Warna sangat berpengaruh untuk memudahkan manusia
untuk menganalisa sebuah informasi, dalam pilot lamp ada
beberapa warna yang sudah distandartkan untuk sebuah indikator
panel listrik. Berikut macam-macam warna pada pilot lamp.
 Putih
 Hijau
 Merah
 Jingga atau kuning
 Biru

Gambar 1.76 Pilot Lamp

Warna di atas sering kali digunakan oleh panel maker,


berikut contoh penggunaan warna pilot lamp pada industri.

Indikator Phase R, S, T pada panel distribusi :


 R menggunakan lampu led warna Merah
 S menggunakan lampu led warna Kuning
 T menggunakan lampu led warna Hijau

Indikator pada tombol kontrol :


 Run / jalan menggunakan warna Hijau.
 Stop / berhenti menggunakan warna Merah.
 Alarm / Fault menggunakan warna kuning.

212
Diameter Lubang Pilot Lamp
Terdapat diameter lubang yang bisa disesuaikan, berikut
beberapa diameter umum pada pilot lamp.
 Ø 22 mm
 Ø 25 mm
 Ø 30 mm
 Ø 30.5 mm

Gambar 1.77 Konstruksi Pilot Lamp

Feature Pilot Lamp


 Conformity with IEC, UL, CSA standards
 CE marking
 IP 65, NEMA 4 dust and damp proofing
 “Protected LED” illuminated lens units
 Low-load electrical contact
 Screw clamp connection, pins for printed circuit
 Insulation displacement connector
 Complete products

213
Wiring Pilot Lamp

Gambar 1.78 Wiring Pilot Lamp Pada Kontak N/O atau N/C pada
Kontaktor

214
1.2. Praktikum (waktu 3 X 8 jam)
1. Buatlah rangkaian di dalam panel box yang berisi semua komponen
yang sudah disediakan (lengkap dengan wiring dan semua
indikatornya).
2. Buatlah instalasi penerangan 1 phasa dan 3 phasa (3 kelompok)
dengan semua bahan instalasi yang sudah disediakan (ambil power
instalasi tersebut dari panel box yang sudah dibuat pada soal
nomor 1).

215
MODUL VII A
MEGGER

‫ِبْس ِم ِهللا الَّر ْح مِن الَّر ِحيم‬

1.1 Kegiatan Belajar 1 (Waktu Belajar 2 X 8 jam)


A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta pelatihan
diharapkan dapat :
1. Memahami prinsip kerja alat ukur tahanan isolasi.
2. Mengukur tahanan isolasi menggunakan megger.

B. Teori Dasar
1. Pengukuran Tahanan Isolasi
Mengetahui besarnya tahanan isolasi dari suatu peralatan listrik
merupakan hal yang penting untuk menentukan apakah peralatan
tersebut dapat dioperasikan dengan aman.
Secara umum jika akan mengoperasikan peralatan tenaga listrik
seperti generator, transformator dan motor, sebaiknya terlebih dahulu
memeriksa tahanan isolasinya, tidak peduli apakah alat tersebut baru
atau lama tidak dipakai.
Untuk mengukur tahanan isolasi digunakan Megger (Mega Ohm
Meter). Isolasi yang dimaksud adalah isolasi antara bagian yang
bertegangan dengan bertegangan maupun dengan bagian yang tidak
bertegangan seperti body/ground. Meger adalah alat untuk mengukur
besarnya nilai tahanan isolasi.

216
2. Jenis Megger
a) Megger dengan engkol sebagai pembangkit tegangan. Sumber
tenaga pada megger jenis ini berasal dari generator pembangkit
tenaga listrik yang ada dalam alat ukur ini dan untuk
membangkitkannya poros megger harus diputar, dengan alat
penunjukannya berupa jarum.
b) Megger dengan sumber tenaga dari baterai dan alat
penunjukkanya berupa jarum juga.

Salah satu contoh penggunaan dari alat ukur ini adalah untuk
mengukur kemungkinan gangguan lain seperti terjadinya hubung singkat
pada belitan antar phasa, antara phasa dengan bodi dan antar belitan
pada phasa yang sama. Megger digunakan untuk mengukur tahanan
isolasi instalasi tegangan menengah maupun tegangan rendah.
a) Untuk instalasi tegangan menengah, digunakan Megger dengan
batas ukur Mega sampai Giga Ohm dan tegangan alat ukur antara
5.000 sampai dengan 10.000 Volt arus searah.
b) Untuk instalasi tegangan rendah, digunakan Megger dengan batas
ukur sampai Mega Ohm dan tegangan alat ukur antara 500 sampai
1.000 Volt arus searah.
Ketelitian hasil ukur dari Megger ditentukan oleh cukup tidaknya
tegangan generator/baterai yang dipasang pada alat ukur tersebut.
Dewasa ini telah banyak pula Megger yang mengeluarkan tegangan
tinggi, yang didapatkan dari baterai sebesar 8 – 12 volt (megger dengan
sistem elektronis).
Megger dengan baterai umumnya membangkitkan tegangan tinggi
yang jauh lebih stabil dibanding megger dengan generator yang diputar
dengan tangan.

217
3. Meter Tahanan Isolasi

Prinsip pengukuran Megger sama dengan ohmmeter, yaitu


memberikan tegangan dari alat ukur ke isolasi peralatan, dan karena nilai
resistansi isolasi ini cukup tinggi, maka diperlukan tegangan yang cukup
tinggi pula agar arus dapat mengalir.
Tegangan pengukuran yang digunakan tergantung pada tegangan
kerja dari alat yang akan diukur.

Tegangan untuk mengetes isolasi dapat diubah-ubah tergantung


pada kelas isolasi yang digunakan seperti :
a) Tegangan DC 500 Volt untuk mengukur rangkaian tegangan
rendah.
b) Tegangan DC 1000 Volt s/d DC 5000 Volt untuk mengukur
rangkaian tegangan sampai dengan 6000 Volt.

Besar tegangan tersebut pada umumnya adalah : 500, 1000,


2000 atau 5000 volt. Batas pengukuran dapat bervariasi antara 0,02
sampai 20 ohm dan 5 sampai 5000 ohm, dan lan-lain sesuai dengan
sumber tegangan dari megger tersebut.

218
Dengan demikian, maka sumber tegangan megger yang dipilih
tidak hanya tergantung dari batas pengukur, akan tetapi juga terhadap
tegangan kerja (system tegangan) dari peralatan ataupun instansi yang
akan diuji isolasinya.
a) Besar tahanan isolasi yang memenuhi persyaratan secara umum,
ditentukan oleh tegangan kerja dari peralatan tersebut.
b) Harga tahanan isolasi bervariasi tergantung dari kelembaban
udara, kotoran dan kualitas material isolasi.
Adapun untuk mengetahui standar harga minimal hasil pengukuran
tahanan isolasi suatu peralatan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus pendekatan :

Dimana :
R = Tahanan isolasi minimal.
U = Tegangan kerja.
Q = Tegangan Megger.
1000 = Bilangan tetap.
2,5 = Faktor Keamanan (apabila baru).

219
220
4. Fungsi Megger
Selain untuk memeriksa tahanan isolasi Generator atau Motor listrik,
Megger juga digunakan untuk mengukur tahanan isolasi dari alat-alat listrik
atau instalasi-instalasi tenaga listrik misalnya : kabel, trafo, OCB, Jaring SUTM,
dan lain-lain.
Tegangan alat ukur ini umumnya tegangan tinggi arus searah yang
besarnya berkisar 500 sampai dengan 10000 Volt.
Tegangan megger dipilih berdasarkan tegangan kerja daripada sistem
tegangan kerja peralatan atau instalasi yang akan diuji. Hasil pengujian
ditetapkan bahwa harga penahan isolasi minimum = 1000 X tegangan kerja
peralatan yang akan diuji.

5. Prosedur Pengukuran
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan pengukuran
adalah alat yang diukur harus bebas tegangan AC/DC atau tegangan
induksi, karena tegangan tersebut akan mempengaruhi hasil pengukuran.
Perhatikan Gambar Megger Metriso 5000 berkikut :

221
Keterangan gambar :
1. Socket output + (positip).
2. Socket output – (negatip).
3. Lampu indikator skala pengukuran 3.
4. Lampu indikator skala pengukuran 2.
5. Lampu indikator skala pengukuran 1.
6. Selektor skala pengukuran.
7. Selektor tegangan pengukuran.
8. Switch/tombol on-off.
9. Pengatur posisi awal jarum penunjuk.
10. Pengatur posisi jarum zero calibrasi pada test hubung singkat.

6. Prosedur Pengukuran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan pengukuran
adalah alat yang diukur harus bebas tegangan AC/DC atau tegangan induksi,
karena tegangan tersebut akan mempengaruhi hasil ukur.
Perhatikan gambar Megger Merk METRISO 5000 dan laksanakan
sesuai prosedur pengukuran sebagai berikut :
a) Cek baterai, apakah masih dalam kondisi baik.
b) Mekanikal zero cek pada kondisi megger off, jarum penunjuk harus tepat
berimpit dengan garis skala. Bila tidak tepat, atur pointer zero pada alat
ukur.
c) Lakukan elektrikal zero cek :
 Pasang kabel test pada megger terminal (1) dan (3), serta hubung
singkatkan ujung yang lain.
 Letakkan sakelar pemilih (8) di posisi 500.
 Letakkan sakelar pemilih skala (7) pada posisi skala 1.
 On-kan megger, jarum akan bergerak dan harus menunjuk tepat
keangka nol, bila tidak tepat atur pointer. Bila dengan pengaturan
pointer tidak berhasil (penunjukan tidak mencapai nol) periksa/ganti
baterai.
 Off-kan megger dan ulangi poin pengecekan elektrikal zero.

222
d) Pasang kabel test ke peralatan yang diukur.
e) Pilih tegangan ukur melalui saklar (8) sesuai tegangan kerja alat yang
diukur.
f) On-kan megger, baca tampilan pada skalanya.

Bila skala 1 hasil ukur menunjuk, pindahkan ke pemilih skala 2, bila


hasilnya sama pindahkan ke skala 3, dan tunggu sampai waktu pengukuran
yang ditentukan (0,5 – 1 menit) atau jarum penunjuk tidak bergerak lagi.
Catat hasil ukur dan kalikan dengan factor kali alat ukur, bandingkan
hasil ukur dengan standard tahanan isolasi. Harga terendah 1 MΩ / kV.

7. Insulation Tester Elektronik

223
Bagian-bagian Insulation Tester Elektronik dan fungsinya :
a) Function Selector Switch : Sebagai pemilih fungsi pengukuran tegangan
AC atau DC Mega Ohm.
b) Line Test Lead with Probe : Kabel test Yg pada probenya dilengkapi
tombol untuk mengaktifkan alat.
c) Earth Lead : Kabel test ke ground/earth.
d) Tombol lampu pada Skala : Sebagai tombol untuk menghidupkan lampu
pada papan.
e) skala.
f) Skala Ukur : Sebagai papan skala pembacaan pengukuran.

224
8. Insulation Tester Engkol

Bagian-bagian Insulation Tester Engkol dan fungsinya adalah :


a) Skala Ukur : Papan pembaca skala pengukuran.
b) Skala Selector Switch : Skala ukur pemilih skala petunjuk/jangkauan.
c) Engkol : Untuk mengaktifkan generator atau sebagai pembangkit
sumber tegangan alat ukur.
d) Range Selector Switch : Sakelar pemilih tegangan keluaran.
e) Load Terminal : Terminal untuk kabel-kabel pengujian/pengukuran.

225
9. Megger

Keterangan gambar :
a) Socket out put + (positip).
b) Socket out put – (negatip).
c) Lampu indicator skala pengukuran 3.
d) Lampu indicator skala pengukuran 2.
e) Lampu indicator skala pengukuran 1.
f) Selektor skala pengukuran.
g) Selektor tegangan pengukuran.
h) Switch / tombol on-off.
i) Pengatur posisi awal jarum penunjuk.
j) Pengatur posisi jarum zero calibrasi.
k) pada test hubung singkat.

226
10. Gambar Rangkaian Dalam Megger

Cara kerjanya :
a) Penahan isolasi dipasang pada apitan A dan E.
b) Tangkai generator D diputar dengan cepat.
c) Saklar P dipijat hingga jarum petunjuk menyimpang kekanan ke angka
Nol.
d) Bila kondisi ini sudah tercapai saklar P dilepas sambil memutar terus
tangkai generator dengan kecepatan yang sama, maka jarum akan
bergerak kembali dan berhenti pada suatu harga penahan isolasi
dengan satuan Mega Ohm.

227
Gambar rangkaian dasar megger adalah seperti berikut :

Megger banyak digunakan petugas dalam mengukur tahanan isolasi


pada :
a) Kabel instalasi pada rumah-rumah / bangunan.
b) Kabel tegangan rendah.
c) Kabel tegangan tinggi.
d) Transformator, OCB dan peralatan listrik lainnya.

228
MODUL VII B
INSTALASI LISTRIK (Grounding)

‫ِبْس ِم ِهللا الَّر ْح مِن الَّر ِحيِم‬

1.1 Kegiatan Belajar 1 (Waktu Belajar 2 X 8 jam)


A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta pelatihan diharapkan
dapat:
1. Memahami sistem pentanahan/Grounding.
2. Menguasai cara penggunaan eart tester.

B. Teori Dasar
a. Pengertian Sistem Grounding
Sistem pentanahan atau Grounding merupakan hal yang sangat
vital fungsinya untuk sebuah instalasi maupun objek objek yang lainnya,
karena dengan dibuatnya sistem pentanahan yang baik maka akan
terjamin mutu keselamatan baik itu manusia maupun perangkat
perangkat elektronik yang digunakan. Lalu, apa sebenarnya Sistem
Grounding itu ? Grounding system atau sistem pentanahan adalah
sebuah mekanisme instalasi yang dibuat oleh manusia untuk
menghubungkan bagian bagian tertentu dari sebuah instalasi itu sendiri
dengan permukaan bumi. Tujuan dari dibuatnya sistem pentanahan yaitu
untuk keselamatan manusia itu sendiri serta aspek fungsional perangkat
elektronik.
Pentanahan atau Grounding biasanya dipasang untuk
mengamankan suatu instalasi listrik dari bahaya sambaran petir. Namun
sebelum kita membahas mengenai Grounding dan bagaimana
sebenarnya Grounding yang baik, ada baiknya terlebih dahulu kita
mengenal bahaya dari petir itu sendiri. Apakah anda mengetahui bahwa
petir memiliki energi listrik yang sangat besar? bahkan ada petir yang
menghasilkan listrik mencapai ratusan ribu bahkan jutaan Volt. Apakah
listrik dengan tegangan mencapai ratusan ribu volt itu berbahaya, dan

229
seberapa besar bahaya listrik dari petir tersebut ? Kita bayangkan saja
jika kita tersengat listrik yang ada di rumah kita, listrik yang ada dirumah
kita saja dapat menyebabkan bahaya terhadap manusia dan dapat
menyebabkan kebakaran. Padahal tegangan listrik yang biasa kita
gunakan di rumah masih tergolong listrik dengan tegangan rendah yaitu
sebesar 220 Volt. Apalagi jika tersambar petir yang menghasilkan listrik
dengan tegangan sampai ratusan ribu volt. "Listrik 220 Volt saja bisa
membahayakan keselamatan, apalagi petir dengan tegangan listrik
ribuan Volt".

b. Pengertian Petir
Petir adalah suatu gejala alam yang sering terjadi pada saat akan
turun hujan, Petir biasa juga disebut dengan Halilintar atau kilat, Petir
dapat menimbulkan energi listrik yang sangat besar, bahkan bisa
mencapai jutaan Volt. Energi listrik yang dihasilkan Petir ini terjadi
karena adanya pergerakan awan secara terus menerus yang
menyebabkan bergesekan antara dua lempengan, baik itu antara
lempengan awan dengan awan maupun lempengan awan dengan bumi.
Yang masing-masing dari dua lempengan yang bergesekan tersebut
memiliki nilai potensial yang berbeda. Lempengan awan ada yang
memiliki energi potensial yang bermuatan Positif dan ada yang
bermuatan Negatif, sedangkan lempengan bumi memiliki energi
potensial yang bermuatan negatif. Petir yang memiliki energi listrik
dengan tegangan yang sangat besar ini, dapat menyambar ke segala
arah dan bahkan sampai menyambar ke bumi.

2.1. Dampak Petir Pada Instalasi Listrik


Sambaran petir yang mengarah ke bumi dapat mengenai berbagai
benda yang ada di bumi, gedung, bangunan, pohon – pohon, jaringan
listrik, dan lainnya.

230
Sambaran Petir ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
 Sambaran Petir Langsung
Sambaran petir langsung adalah sambaran petir yang langsung
mengenai benda yang ada dibumi, seperti gedung, tower, rumah, pohon,
jaringan listrik dan lainnya. Sambaran listrik langsung memiliki dampak
kerusakan yang sangat besar. Untuk mencegah bahaya dari sambaran
listrik langsung ini, biasanya dipasang Penangkal Petir (Lightning
Protection) disekitar area atau tempat yang ingin dilindungi dari
sambaran petir langsung. Sistem pengaman yang biasa digunakan untuk
mencegah kerusakan jaringan dan perlengkapan listrik akibat sambaran
petir langsung adalah dengan memasang peralatan penangkal petir
(Ligthning Protection). Penangkal petir akan menerima tegangan listrik
dari sambaran petir dan mengalirkan tegangan listrik tersebut ke tanah
(Bumi) melalui pentanahan (Grounding).

 Sambaran Petir Tidak Langsung.


Selain sambaran petir yang langsung menyambar benda yang
ada di bumi, sambaran petir ada juga secara tidak langsung. Saat terjadi
sambaran petir di dekat rumah kita, terkadang dapat menyebabkan
kerusakan berbagai alat listrik atau alat elektronik seperti televisi,
komputer, dan lainnya. Padahal petir tersebut tidak langsung mengenai
rumah atau peralatan listrik kita. Lalu bagaimana sambaran petir tersebut
dapat menyebabkan kerusakan ?. Ini yang disebut dengan sambaran
petir tidak langsung, sambaran petir tersebut tidak mengenai benda-
benda yang ada dibumi, namun gelombang induksi dari listrik yang
dibawa petir tersebut mengalir melalui kabel-kabel di rumah kita dan
sampai pada peralatan listrik yang kita miliki. Induksi listrik dari petir
inilah yang menyebabkan kerusakan peralatan listrik tersebut.

231
Dan untuk menghindari kerusakan peralatan listrik dari sambaran
petir tidak langsung ini, instalasi listrik dan peralatan listrik harus
dilengkapi dengan Surge Arrester. Sistem pengaman yang biasa
digunakan untuk mencegah kerusakan jaringan dan perlengkapan listrik
akibat sambaran listrik tidak langsung (Induksi) adalah dengan
memasang peralatan Arrester (Surge Arrester). Arrester berfungsi untuk
membuang tegangan listrik yang melebihi batasan normal dan akan
mengalirkan tegangan listrik berlebih tersebut menuju pentanahan
(Grounding). Bagaimana petir yang memiliki tegangan listrik yang besar
dapat dinetralisir atau dinetralkan ?

3. Surge Arrester
Bumi adalah sistem netral yang paling baik, dan dapat meredam
dan membuang tegangan listrik dari sambaran petir tersebut. Oleh
karena itulah, baik Lightning Protection (Penangkal petir) dan surge
Arrester takkan dapat berfungsi dengan baik, jika sistem pentanahan
atau Grounding tidak terpasang dengan baik dan benar. Untuk
mendapatkan suatu sistem grounding, pentanahan (pembumian) yang
baik, maka kabel penghantar yang ditanamkan harus benar-benar
terhubung ke bumi. Untuk mengetahui apakah sistem Grounding atau
pentanahan yang kita pasang sudah benar-benar terhubung ke bumi,
yaitu sebisa mungkin harus tidak memiliki hambatan atau resistan antara
kabel grounding dengan bumi. Namun jika tidak bisa dipastikan benar-
benar 100% persen terhubung ke bumi, maka dibuatlah nilai standar
maksimum dari hambatan atau resistan kabel grounding ke bumi, yaitu
dibawah 2 ohm atau dibawah 1 ohm sesuai dengan standard PUIL,
2000.

232
Bagaimana caranya kita mengetahui apakah nilai hambatan atau
resistan pentanahan atau Tahanan grounding yang kita pasang sudah
mencapai nilai standar, sehingga dapat dikatakan sistem grounding yang
kita pasang sudah baik dan benar. Untuk mengetahui hal ini, maka kita
harus melakukan pengukuran sistem grounding atau pentanahan
(pembumian) yang kita pasang dengan menggunakan alat ukur
grounding atau pentanahan (pembumian). Alat ukur ini biasa disebut
dengan Grounding Tester atau Earth Tester. Alat ini mengukur resistansi
yang ada pada bumi dan menampilkannya dalam bentuk data OHM.
Terdapat banyak merk yang beredar di pasaran akan tetapi
menurut saya yang paling bagus itu KYORITSU atau SANWA selain nilai
pembacaan yang bagus merk merk yang saya sebutkan ini mempunyai
harga yang cukup kompatibel atau mudah terjangkau. Ada 2 Tipe Earth
Tester ini ada yang Tipe Analog dan Tipe Digital ,Perbedaannya adalah
jika yang analog kita akan mendapatkan hasil nilai pembacaaan dalam
wujud arah jarum ,sedangkan untuk yanng digital kita dapat langsung
membaca nilainya dalam bentuk angka di papan display yang tersedia.
Secara garis besar tidak ada perbedaan antara Earth Tester Digital
ataupun Analog. Berbagai jenis tipe, merek dan model alat ukur
grounding atau pentanahan yang dijual di pasaran. Salah satunya kita
dapat menggunakan Grounding tester atau Earth Tester merek Kyoritsu
dengan model 4102A.
Berikut akan dijelaskan cara menggunakan alat ukur grounding
tester atau earth tester untuk mengetahui kondisi sistem grounding atau
pentanahan (pembumian) yang kita pasang. Pengukuran sistem
grounding atau pentanahan memang harus dilakukan dengan benar
untuk mendapatkan hasil pengukuran yang benar.

233
3.1. Cara menggunakan alat ukur grounding Earth tester atau grounding
tester yang benar

Gambar. Alat Ukur Pentanahan (Grounding)

Alat ukur grounding Earth tester atau grounding tester ini,


dilengkapi 3 (tiga) buah lubang konektor dan 3(tiga) kabel ukur yang
akan digunakan. Ketiga kabel tersebut yaitu:
 Kabel berwarna merah (C), dihubungkan ke lubang konektor
berwarna merah pada alat ukur, dan ujung satunya dihubungkan
ke stick/tongkat besi yang tersedia dan sudah ditancapkan ke
bumi/tanah. Usahakan jarak antara stick atau tongkat besi yang
satu dengan yang lainnya sekitar 5m – 10 m.

 Kabel berwarna kuning (P), dihubungkan ke lubang konektor


berwarna kuning pada alat ukur, dan ujung satunya dihubungkan
ke stick/tongkat besi yang tersedia dan sudah ditancapkan ke
bumi/tanah. Usahakan jarak antara stick atau tongkat besi yang
satu dengan yang lainnya sekitar 5m – 10 m. Begitu juga jarak
antara masing-masing stick / tongkat besi dengan titik grounding
atau pentanahan yang diukur juga harus memiliki jarak antara 5m
– 10 m.

234
 Kabel berwarna hijau (E), Kabel berwarna Hijau (E), dihubungkan
ke lubang konektor berwarna Hijau pada alat ukur (Earth Tester),
dan ujung satunya dihubungkan ke kabel penghantar pada titik
Grounding atau pentanahan yang sudah kita pasang.

Gambar. Cara Menggunakan Earth Tester

 Setelah itu putar selektor pada alat ukur (Earth Tester) untuk kita
arahkan pada pengukuran dengan nilai tertinggi (skala 100 Ω)
terlebih dahulu, lalu tekan tombol test.

 Jika jarum ukur belum bergerak atau bergerak namun sangat


kecil, putar selektor untuk mengubah satuan skala yang lebih kecil
(10 Ω).

 Jika jarum ukur masih bergerak hanya sedikit juga, maka bisa kita
coba lagi dengan skala ukur yang lebih kecil (1 Ω), untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang lebih akurat.

Menghitung Hasil Pengukuran:


 Jika pada skala ukur 1 Ω, jarum ukur bergerak pada angka 2,
maka hasil pengukuran adalah : 2 x 1 Ω = 2 Ω. (Tahanan
grounding baik dan benar memenuhi nilai standar)

235
 Jika skala ukur yang kita gunakan pada pilihan selektor 10 Ω, dan
jarum ukur bergerak menunjuk angka 2, maka hasil pengukuran
adalah : 2 x 10 Ω = 20 Ω. (Tahanan Grounding buruk)

 Jika skala ukur yang kita gunakan pada pilihan selektor 100 Ω,
dan jarum ukur bergerak menunjuk angka 2, maka hasil
pengukuran adalah : 2 x 100 Ω = 200 Ω. (Tahanan Grounding
sangat Buruk, bahkan mungkin tidak terpasang)

 Ingat, saat akan mulai melakukan pengukuran, jangan lupa untuk


menekan Tombol test pada alat tersebut untuk mulai pengukuran.

4. Nilai Tahanan
Nilai Tahanan pentanahan pada suatu tempat berbeda – beda
yang disebabkan oleh : komposisi tanah, kandungan air tanah,
kelembapan tanah dan juga jenis tanah yang terdiri atas tanah liat ,
tanah rawa, tanah pasir, tanah kerikil, tanah ladang dan tanah berbatu.
Hal ini mempengaruhi nilai tahanan pentanahan dan berpengaruh pada
hantaran listriknya.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh ahli kelistrikan, mengenai
sistem pentanahan Sistem Tenaga Listrik sebagai berikut :
a) Dengan cara mengasumsikan bahwa lapisan tanah tediri atas lapisan-
lapisan yang mempunyai nilai tahanan jenis berbeda, maka dalam
memilih dan memasang sistem pentanahan perlu diketahui kondisi -
kondisi pada lapisan tanah yang dalam. Mengingat keterbatasan dari
alat-alat pengukuran tahanan tanah untuk menyelidiki kondisi spesifik
tanah tersebut, maka dikembangkan suatu metode atau pola pemikiran
yang menggambarkan nilai tahanan jenis tanah pada kedalaman
tertentu.

236
b) Apabila struktur dari tanah dianggap homogen maka tahanan elektroda
untuk 1 batang rod akan semakin kecil bila elektroda tersebut ditanam
semakin jauh dari permukaan tanah. Untuk 2 batang elektroda, bila jarak
antara keduanya menjadi lebih besar dari panjang elektroda, maka nilai
tahanan pentanahan akan menjadi semakin kecil. Bilamana jumlah
elektroda semakin banyak maka tahanannya semakin kecil, baik pada
tanah yang homogen maupun tak homogeny.

c) Elektrode batang dimasukkan tegak lurus ke dalam tanah dan


panjangnya disesuaikan dengan resistans pembumian yang diperlukan
(lihat Tabel 3.18-2). Resistans pembumiannya sebagaian besar
tergantung pada panjangnya dan sedikit bergantung pada ukuran
penampangnya. Jika beberapa elektrode diperlukan untuk memperoleh
resistans pembumian yang rendah, jarak antara elektrode tersebut
minimum harus dua kali panjangnya. Jika elektrode tersebut tidak
bekerja efektif pada seluruh panjangnya, maka jarak minimum antara
elektrode harus dua kali panjang efektifnya.

d) Sistem pentanahan yang baik, apabila diukur beda potensialnya antara


titik nol jaringan dengan grounding mempunyai nilai tegangan tidak lebih
dari 5 volt.

Tabel. 1. Resistansi Pembumian Pada Resistans Jenis Rho 1 = 100


Ωm. Diambil Dari Tabel. 3.18.-2

237
Menurut IEEE Std 142™-2007 4, tujuan sistem pembumian
adalah :
1. Membatasi besarnya tegangan terhadap bumi agar berada dalam
batasan yang diperbolehkan.
2. Menyediakan jalur bagi aliran arus yang dapat memberikan
deteksi terjadinya hubungan yang tidak dikehendaki antara
konduktor sistem dan bumi. Deteksi ini akan mengakibatkan
beroperasinya peralatan otomatis yang memutuskan suplai
tegangan dari konduktor tersebut.

Oleh karenanya pemasangan elektrode pentanahan yang baik


dan sesuai dengan standard akan memperoleh hasil – hasil
sebagaimana telah disebutkan diatas.
Metode-metode yang digunakan dalam mereduksi nilai R untuk
elektroda batang pembumian, telah direkomendasikan menurut IEEE
Std. 142-1982 yaitu :
1. Penambahan jumlah batang pembumian.
2. Memperpanjang ukuran batang pembumian.
3. Membuat perlakuan terhadap tanah (soil treatment) terbagi atas :
a. Metode bak ukur (Container Method).
b. Metode parit (Trench Method).
4. Menggunakan batang Pembumian khusus.
5. Metode kombinasi.

238
Nilai tahanan tanah bisa diketahui dengan mempergunakan
persamaan sebagai berikut :

Dimana :
R = Tahanan pasak ke tanah (Ohm).
ρ = Tahanan tanah rata – rata (Ohm – Cm).
L = Panjang pasak ke tanah (cm).
a = Jari – jari penampang pasak (cm).

Rumus Dwight di atas menunjukkan, bahwa tahanan tanah


merupakan faktor kunci yang menentukan tahanan elektroda dan pada
kedalaman berapa elektroda tersebut harus ditanam di dalam tanah
untuk memperoleh tahanan pentanahan yang rendah.Nilai tahanan tanah
sangat bervariasi. Hal ini tergantung pada iklim, kandungan elektrolit dan
jenis tanahnya.
Metode pentanahan dalam hal ini yang dipakai adalah Driven
Ground, yaitu menanamkan batang elektroda tegak lurus ke dalam tanah
atau beberapa buah batang yang merupakan kelompok elektroda
biasanya berdiameter ¾ inchi sampai dengan 2 inchi, dan panjangnya
antara 3 meter sampai 15 meter.

Tabel. 2. Tahanan Jenis Beberapa Jenis Tanah Diambil Dari


(3.18.3.1. PUIL, 2000)

239
Nilai tahanan pentanahan untuk beberapa jenis tanah berbeda.
Hal ini dikarenakan karena struktur tanah yang berlainan antara satu
jenis tanah dengan jenis tanah yang lain. Tanah lempung mempunyai
nilai tahanan pentanahan yang rendah, ini disebabkan oleh
komposisinya yang mempunyai bentuk partikel halus sehingga mudah
untuk menyerap air atau mineral – mineral lain dan kemudian
menyimpannya. Sifat inilah yang menyebabkan tanah lempung memiliki
nilai tahanan jenis rendah bila dibandingkan dengan jenis tanah lainnya
seperti tanah pasir dan tanah berbatu. Secara lebih jelas dapat dilihat
dari tabel. 2.

240
1.2 Praktikum (waktu 1 X 8 jam)
1. Pasangkan koneksi Earth Tester ke titik grounding (Ax), dan ke
elektroda pentanahan.(B dan C)

2. Lakukan pengukuran tahanan pentanahan sesuai dengan jarak


yang ditentukan asisten. (jarak A-B = 5 – 10 Meter , jarak B-C =
>10 Meter)
3. Catat hasil pengukuran yang didapat pada lembar data percobaan
yang disediakan.
4. Ulangi langkah 1 dan 2 untuk kawat pentanahan pada tempat
yang berbeda.
5. Buat analisis hasil pengukuran dan simpulkan.

241
MODUL VIII A
MOTOR LISTRIK

‫ﻢﻴﺣﺮﻟﺍ ﻦﻤﺣﺮﻟﺍ ﷲ ﻢﺴﺑ‬

1.1. Kegiatan Belajar 1 (Waktu Belajar 2 X 8 jam)


A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini , siswa diharapkan dapat:
1. Mengetahui jenis dan prinsip kerja motor listrik.
2. Mengetahui pengoperasian motor listrik.

B. Uraian Materi
1. Pengertian Motor Listrik
Motor listrik termasuk kedalam kategori mesin listrik dinamis
dan merupakan sebuah perangkat elektromagnetik yang mengubah
energi listrik menjadi energi mekanik, Alat yang berfungsi sebaliknya,
mengubah energi mekanik menjadi energi listrik disebut generator atau
dinamo. Energi mekanik yang dihasilkan motor listrik ini dapat
digunakan untuk memutar impeller pompa, fan atau blower,
menggerakan kompresor, mengangkat beban, dll. Motor listrik
kadangkala disebut “kuda kerja” nya industri sebab diperkirakan
bahwa motor-motor menggunakan sekitar 70% beban listrik total di
industri. Motor listrik digunakan juga pada peralatan rumah tangga
seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air dan penyedot debu.

242
Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor secara umum sama,
yaitu:

Gambar 1.1 Prinsip Dasar Kerja Motor Listrik.

Batang kawat penghantar yg dialiri listrik I (A), berada dalam


garis gaya magnet (B), pada penghantar timbul gaya (F), secara rinci
dijelaskan sbb:
a. Arus listrik (I) dalam medan magnet akan memberikan gaya (F)

b. Jika kawat penghatar yang membawa arus dibengkokkan


menjadi sebuah lingkaran / loop, maka kedua sisi loop, yaitu pada
sudut kanan medan magnet, akan mendapatkan gaya pada arah yang
berlawanan.

243
c. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/ torque untuk memutar
kumparan.

d. Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk


memberikan tenaga putaran yang lebih seragam dan medan magnetnya
dihasilkan oleh susunan elektromagnetik yang disebut kumparan
medan.

Dari penjelasan diatas didapat kesimpulan bahwa sebuah


kawat berarus yang diletakkan antara kutub magnet (N – S), maka
pada kawat itu akan bekerja suatu gaya yang menggerakan kawat
itu. Maka di dapat persamaan :
F = B I L (Newton)

Dimana :
B = kerapatan fluksi magnet (Weber)
I = arus listrik (A)
L = Panjang penghantar (m)

Jika penghantarnya mempunyai jumlah lilitan kumparan N,


maka:
F=BILN

244
Dimana :
N = Jumlah lilitan kawat

Sedangkan arah gerak kawat itu dapat ditentukan dengan


“Kaidah Tangan Kiri “

Gambar 1.2 “ Kaidah Tangan Kiri”

2. Jenis Motor Listrik


Dalam dunia penggerak atau daya, motor listrik sangat
berperan penting, dan menjadi keperluan yang mendasar. Disamping
karena tidak terlalu memakan tempat yang lebar. Juga tidak berisik
pada saat dioperasikan. Berikut pengelompokan motor listrik ;

245
Gambar 2.1 Klasifikasi Motor Listrik.

3. Motor Arus Bolak-Balik (AC)


Motor arus AC adalah jenis motor listrik yang bekerja
menggunakan tegangan AC (Alternating Current). Motor listrik
memiliki dua buah bagian dasar listrik: "stator" dan "rotor". Stator
merupakan komponen yang statis, atau bagian pada motor listrik atau
dinamo listrik yang berfungsi sebagai stasioner dari sistem rotor. Jadi
penempatan stator biasanya mengelilingi rotor, stator bisa berupa
gulungan kawat tembaga yang berinteraksi dengan angker dan
membentuk medan magnet untuk mengatur perputaran rotor, Stator
menghasilkan medan magnet berputar yang sebanding dengan
frekwensi yang dipasok.
Sedangkan rotor merupakan komponen motor listrik yang
bergerak untuk memutar as motor atau bisa disebut juga bagian dari
motor listrik yang berputar pada sumbu rotor. Perputaran rotor di
sebabkan karena adanya medan magnet dan lilitan kawat pada rotor.
Sedangkan torsi dari perputaran rotor di tentukan oleh banyaknya lilitan
kawat dan juga diameternya. Keuntungan utama motor DC terhadap
motor AC adalah bahwa kecepatan motor AC lebih sulit
dikendalikan. Untuk mengatasi kerugian ini, motor AC dapat
dilengkapi dengan penggerak frekwensi variabel untuk meningkatkan
kendali kecepatan sekaligus menurunkan dayanya.

246
3.1.Motor Sinkron
Synchronous Motor atau motor sinkron atau motor serempak
didefinisikan sebagai motor yang memiliki output kecepatan putaran
motornya yg sinkron/sebanding (tanpa slip) dengan frekuensi listrik yg
masuk ke statornya. Karakteristik dari motor ini adalah putarannya
konstan meskipun beban motor berubah-ubah. Motor akan melepaskan
kondisi sinkronnya apabila beban yang ditanggung terlalau besar (Torsi
Pull-out).
Kekurangan motor sinkron adalah, ketidakmampuannya
melakukan start awal. Hal ini dikarenakan motor sinkron tidak
memiliki torsi start awal. Oleh karena itu, motor sinkron memerlukan
beberapa alat bantu untuk membantu proses start awal sehingga
masuk didalam kondisi sinkron. Berbeda dengan motor induksi dimana
rotor memiliki slip terhadap stator. Kecepatan rotor terlambat
dari perputaran fluks stator supaya arus induksi terjadi pada rotor.
Jika induksi rotor motor tersebut itu bertujuan untuk mencapai
kecepatan sinkron, maka tidak ada garis gaya yang memotong melalui
rotor, sehingga tidak ada arus yang akan diinduksikan ke rotor dan tidak
ada torsi yang akan ditimbulkan. Setelah kecepatan motor sinkron
mendekati/mencapai kecepatan sinkron, barulah kemudian eksitasi
dimasukan.
Selain digunakan sebagi motor penggerak, motor sinkron sering
pula dipergunakan sebagai perbaikan faktor daya, yaitu dengan
jalan memberi penguatan lebih pada motor tersebut, sehingga sering
digunakan pada sistim yang menggunakan banyak listrik.

247
3.1.1. Konstruksi Motor Sinkron
Komponen utama motor sinkron dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :

1. Rotor

Gambar 3.1 Motor Sinkron

Perbedaan utama antara motor sinkron dengan motor induksi


adalah bahwa rotor mesin sinkron berjalan pada kecepatan yang sama
dengan perputaran medan magnet. Hal ini memungkinkan sebab
medan magnit rotor tidak lagi terinduksi. Rotor memiliki magnet
permanen atau arus DC-excited, yang dipaksa untuk mengunci pada
posis tertentu bila dihadapkan dengan medan magnet lainnya.

2. Stator.
Stator menghasilkan medan magnet berputar yang
sebanding dengan frekwensi yang dipasok. Motor ini berputar pada
kecepatan sinkron (Ns), yang diberikan oleh persamaan berikut
(Parekh, 2003):
N S = 120 f / P
Dimana:
f = Frekuensi dari pasokan frekuensi
P = Jumlah kutub

248
3.1.2. Prinsip Kerja Motor Sinkron
Bila field winding dihubungkan dengan sumber tegangan
tiga fasa maka akan mengalir arus tiga fasa pada kumparan. Arus tiga
fasa pada field winding ini menghasilkan medan putar homogen (Bs).
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, motor sinkron berbeda
dengan motor induksi, yaitu motor sinkron mendapat eksitasi dari
sumber DC eksternal yang dihubungkan ke rangkaian rotor melalui slip
ring dan sikat. Arus DC pada rotor ini menghasilkan medan magnet
rotor (Br) yang tetap. Kutub medan rotor mendapat tarikan dari
kutub medan putar stator hingga turut berputar dengan kecepatan
yang sama (sinkron). Torsi yang dihasilkan motor sinkron
merupakan fungsi sudut torsi (δ). Semakin besar sudut antara kedua
medan magnet, maka torsi yang dihasilkan akan semakin besar
seperti persamaan berikut :
T = k .Br .Bnet sin δ

Pada beban nol, sumbu kutub medan putar berimpit dengan


sumbu kumparan medan (δ = 0). Setiap penambahan beban membuat
medan motor “tertinggal” dari medan stator, berbentuk sudut kopel (δ);
untuk kemudian berputar dengan kecepatan yang sama lagi.
Beban maksimum tercapai ketika δ = 90. Penambahan beban lebih
lanjut mengakibatkan hilangnya kekuatan torsi dan motor disebut
kehilangan sinkronisasi. Oleh karena pada motor sinkron terdapat dua
sumber pembangkit fluks yaitu arus bolak-balik (AC) pada stator dan
arus searah (DC) pada rotor. Ketika arus medan pada rotor cukup
untuk membangkitkan fluks (ggm) yang diperlukan motor, maka
stator tidak perlu memberikan arus magnetisasi atau daya reaktif dan
motor bekerja pada faktor daya = 1,0. Ketika arus medan pada rotor
kurang (penguat bekurang), maka baru stator akan menarik arus
magnetisasi dari jala-jala, sehingga motor bekerja pada faktor daya
terbelakang (lagging). Sebaliknya bila arus pada medan rotor
berlebih (penguat berlebih), kelebihan fluks (ggm) ini harus

249
diimbangi, dan stator akan menarik arus yang bersifat kapasitif dari
jala-jala, dan karenanya motor bekerja pada faktor daya mendahului
(leading). Dengan demikian, faktor daya motor sinkron dapat diatur
dengan mengubah-ubah harga arus medan (IF).

3.1.3. Pengaplikasian Motor Sinkron


Motor Sinkron biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari
dan juga industry seperti pada generator, conveyor, mesin penggilingan,
mesin penghancur, kompresor, kompa-kompa sentrifugal.

Keuntungan penggunaan motor sinkron:


1. Daya motor sinkron lebih baik sehingga efisiensi energi sangat
besar.
2. Putaran tidak berkurang meskipun beban bertambah.
3. Bila terjadi overload, motor akan langsung berhenti
sehingga akan lebih aman.
4. Dapat memperbaiki faktor daya.
5. Dapat beroperasi pada penyetelan arus penguat medan.

Kerugian penggunaan motor sinkron:


1. Motor sinkron lebih mahal dari motor induksi.
2. Tidak mampu menstart sendiri.
3. Tidak praktis bila digunakan sebagai pemutar.

3.2.Motor Asinkron
Motor induksi sering juga disebut motor tidak serempak atau
motor asinkron. Motor induksi merupakan motor yang paling umum
digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena
rancangannya yang sederhana, murah dan mudah didapat, dan dapat
langsung disambungkan ke sumber daya AC.

250
Motor induksi AC cukup murah (harganya setengah atau
kurang dari harga sebuah motor DC) dan juga memberikan rasio
daya terhadap berat yang cukup tinggi (sekitar dua kali motor DC).
Motor induksi adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran
rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain
putaran rotor dengan putaran medan stator terdapat selisih
putaran yang disebut slip. Pada umumnya motor induksi dikenal ada
dua macam berdasarkan jumlah fasa yang digunakan, yaitu: motor
induksi satu fasa dan motor induksi tiga fasa.

3.2.1. Motor Induksi Satu Fasa


Sesuai dengan namanya motor induksi satu fasa dirancang untuk
beroperasi menggunakan suplai tegangan satu fasa. Motor induksi
satu fasa sering digunakan sebagai penggerak pada peralatan yang
memerlukan daya rendah dan kecepatan yang relatif konstan. Hal ini
disebabkan karena motor induksi satu fasa memiliki beberapa
kelebihan yaitu konstruksi yang cukup sederhana, kecepatan putar
yang hampir konstan terhadap perubahan beban, dan umumnya
digunakan pada sumber jala-jala satu fasa yang banyak terdapat
pada peralatan domestik. Walaupun demikian motor ini juga
memiliki beberapa kekurangan, yaitu kapasitas pembebanan yang
relatif rendah, tidak dapat melakukan pengasutan sendiri tanpa
pertolongan alat bantu dan efisiensi yang rendah.
Konstruksi motor induksi satu fasa hampir sama dengan
konstruksi motor induksi tiga fasa, yaitu terdiri dari dua bagian utama
yaitu stator dan rotor. Keduanya merupakan rangkaian magnetik
yang berbentuk silinder dan simetris. Di antara rotor dan stator ini
terdapat celah udara yang sempit.

251
Gambar 3.2 Konstruksi Umum Motor Induksi Satu Fasa

Stator merupakan bagian yang diam sebagai rangka tempat


kumparan stator yang terpasang. Stator terdiri dari : inti stator,
kumparan stator, dan alur stator. Motor induksi satu fasa dilengkapi
dengan dua kumparan stator yang dipasang terpisah, yaitu kumparan
utama (main winding) atau sering disebut dengan kumparan
berputar dan kumparan bantu (auxiliary winding) atau sering disebut
dengan kumparan start.
Rotor merupakan bagian yang berputar. Bagian ini terdiri dari :
inti rotor, kumparan rotor dan alur rotor. Pada umumnya ada dua
jenis rotor yang sering digunakan pada motor induksi, yaitu rotor
belitan (wound rotor) dan rotor sangkar (squirrel cage rotor).
Sejauh ini motor ini merupakan jenis motor yang paling umum
digunakan dalam peralatan rumah tangga, seperti fan angin, mesin
cuci dan pengering pakaian, dan untuk penggunaan hingga 3 sampai 4
Hp.

252
Prinsip kerja motor induksi satu fasa dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori medan putar silang (cross-field theory). Jika
motor induksi satu fasa diberikan tegangan bolak-balik satu fasa maka
arus bolak- balik akan mengalir pada kumparan stator. Arus pada
kumparan stator ini menghasilkan medan magnet seperti yang
ditunjukkan oleh garis putus- putus pada Gambar di bawah ini.

Gambar 3.3 Medan Magnet Stator Berpulsa Sepanjang Garis AC.

Arus stator yang mengalir setengah periode pertama akan


membentuk kutub utara di A dan kutub selatan di C pada
permukaan stator. Pada setengah periode berikutnya, arah kutub-
kutub stator menjadi terbalik. Meskipun kuat medan magnet stator
berubah-ubah yaitu maksimum pada saat arus maksimum dan nol
pada saat arus nol serta polaritasnya terbalik secara periodik, aksi ini
akan terjadi hanya sepanjang sumbu AC. Dengan demikian, medan
magnet ini tidak berputar tetapi hanya merupakan sebuah medan
magnet yang berpulsa pada posisi yang tetap (stationary).
Seperti halnya pada transformator, tegangan terinduksi pada
belitan sekunder, dalam hal ini adalah kumparan rotor. Karena rotor dari
motor induksi satu fasa pada umumnya adalah rotor sangkar dimana
belitannya terhubung singkat, maka arus akan mengalir pada
kumparan rotor tersebut. Sesuai dengan hukum Lenz, arah dari arus
ini (seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4) adalah sedemikian
rupa sehingga medan magnet yang dihasilkan melawan medan
magnet yang menghasilkannya. Arus rotor ini akan menghasilkan
medan magnet rotor dan membentuk kutub-kutub pada permukaan
rotor. Karena kutub-kutub ini juga berada pada sumbu AC dengan

253
arah yang berlawanan terhadap kutub-kutub stator, maka tidak ada
momen putar yang dihasilkan pada kedua arah sehingga rotor tetap
diam. Dengan demikian, motor induksi satu fasa tidak dapat diasut
sendiri dan membutuhkan rangkaian bantu untuk menjalankannya.

Gambar 3.4 Motor Dalam Keadaan Berputar

Motor AC satu phasa berbeda cara kerjanya dengan motor


AC tiga phasa. Pada motor AC tiga phasa, belitan stator terdapat tiga
belitan yang menghasilkan medan putar dan pada rotor sangkar
terjadi induksi dan interaksi torsi yang menghasilkan putaran.
Pada motor satu phasa memiliki dua belitan stator, yaitu belitan
phasa utama (belitan U1-U2) dan belitan phasa bantu (belitan Z1-
Z2) gambar-3.5.

Gambar 3.5 Prinsip Medan Magnet Utama dan Medan Magnet Bantu
Motor Satu Phasa

254
Belitan utama menggunakan penampang kawat tembaga
lebih besar sehingga memiliki impedansi lebih kecil. Sedangkan
belitan bantu dibuat dari tembaga berpenampang kecil dan jumlah
belitannya lebih banyak, sehingga impedansinya lebih besar
dibanding impedansi belitan utama. Grafik arus belitan bantu
Ibantu dan arus belitan utama Iutama berbeda phasa sebesar ij
gambar-3.6, hal ini disebabkan karena perbedaan besarnya
impedansi kedua belitan tersebut. Perbedaan arus beda phasa ini
menyebabkan arus total, merupakan penjumlahan vektor arus
utama dan arus bantu. Medan magnet utama yang dihasilkan
belitan utama juga berbeda phasa sebesar ij dengan medan magnet
bantu.

Gambar 3.6: Gelombang Arus Medan Bantu dan Arus Medan Utama

Belitan bantu Z1-Z2 pertama dialiri arus Ibantu menghasilkan fluk


magnet Ɏ tegak lurus, beberapa saat kemudian belitan utama U1-
U2 dialiri arus utama Iutama. yang bernilai positip. Hasilnya adalah
medan magnet yang 0 bergeser sebesar 45 dengan arah berlawanan
jarum jam gambar-3.7.
Kejadian ini berlangsung terus sampai satu siklus sinusoida,
sehingga menghasilkan medan magnet yang berputar pada belitan
statornya.

255
Gambar 3.7 : Medan Magnet Pada Stator Motor Satu Phasa

Rotor motor satu phasa sama dengan rotor motor tiga phasa
berbentuk batang- batang kawat yang ujung-ujungnya dihubung
singkatkan dan menyerupai bentuk sangkar tupai, maka sering disebut
rotor sangkar gambar-3.8. Belitan rotor yang dipotong oleh
medan putar stator, menghasilkan tegangan induksi, interaksi
antara medan putar stator dan medan magnet rotor menghasilkan
torsi putar pada rotor.

Gambar 3.8 Rotor Sangkar

256
Jenis Motor Induksi Fasa Tunggal
1. Motor Shaded Pole
Pada motor shaded pole selain kutub-kutubnya digulung juga
setengah dari kutubnya diberi cincin yang tebal sehingga merupakan
kumparan bantu. Pada saat fluks dalam inti kutubnya naik induksi
akan terjadi dan pada cincin akan terjadi arus mengalir. Arus ini akan
membangkitkan fluks di bagian yang bercincin yang ketinggalan.
Perubahan ini mengakibatkan kuat kutub berpindah tempat dari
bagian yang tidak bercincin ke bagian yang bercincin secara berkala
(periodik) sehingga menimbulkan momen kopel yang lemah pada
bagian kutub yang bercincin. Sehingga kutub-kutub yang tidak
bercincin akan menghasilkan momen kopel yang berlawanan yang
akhirnya motor berputar seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.9 Motor Shaded Pole

Motor shaded pole banyak dipakai untuk keperluan alat-alat


rumah tangga karena dayanya kecil misalnya kipas angin, mixer, dan
sebagainya. Konstruksinya sangat sederhana, pada kedua ujung
stator ada dua kawat yang terpasang dan dihubung singkatkan
fungsinya sebagai pembelah phasa gambar-3.10 Belitan stator
dibelitkan sekeliling inti membentuk seperti belitan transfor mator.
Rotornya berbetuk sangkar tupai dan porosnya ditempatkan pada
rumah stator ditopang dua buah bearing.

257
Gambar 3.10 Bentuk Fisik Motor Shaded Pole

Irisan penampang motor shaded pole memperlihatkan dua


bagian, yaitu bagian stator dengan belitan stator dan dua kawat
shaded pole. Bagian rotor sangkar ditempatkan di tengah- tengah
stator. Torsi putar dihasilkan oleh adanya pembelahan phasa oleh
kawat shaded pole gambar-3.11.

Gambar 3.11 Penampang Motor Shaded Pole

Konstruksi yang sederhana, daya yang kecil, handal,


mudah dioperasikan, bebas perawatan dan cukup di supply dengan
AC 220 V jenis motor shaded pole banyak digunakan untuk peralatan
rumah tangga kecil.

258
2. Motor Split Phasa
Motor split phasa/motor phasa belah biasa disebut juga motor
resistansi start/motor dengan tahanan. Motor ini termasuk motor
induksi. Seperti motor listrik lainnya motor splet phasa terdiri dari dua
bagian, yaitu stator dan rotor. Rotor dalam bentuk rotor sangkar,
sedangkan dalam stator terdapat dua gulungan, yaitu gulungan
utama dan gulungan bantu. Kumparan utama dibuat dari kawat yang
lebih besar daripada kawat untuk kumparan bantunya.

Gambar 3.12 Skema Gulungan

Gambar 3.13 Konstruksi sakelar sentrifugal Gambar 3.14 Sakelar


sentrifugal

Hal ini akan memberikan induktansi yang tinggi dan tahanan


yang rendah. Kumparan bantu dibuat dari kawat yang lebih kecil dan
dipasang di atas kumparan utama. Dalam hal ini akan memberikan
tahanan yang tinggi dan induktansi yang rendah ini berarti arus dalam
kumparan bantu akan mendahului daripada kumparan utama seperti
terlihat dalam diagram.

259
Sudut yang tepat antara kedua arus harus 900 listrik, akan
tetapi hal ini tidak memungkinkan dalam motor spllit phasa. Karena
adanya sudut phasa antara maka akan timbul medan putar yang
tidak sempurna tapi cukup untuk start motor tersebut. Ini berarti
bahwa tipe motor ini mempunyai kopel star yang buruk.
Untuk mendapatkan medan putar yang baik maka kumparan
bantu harus diputuskan jika motor sudah berputar normal. Untuk hal
tersebut digunakan sakelar sentrifugal yang dipasang pada poros rotor.
Sakelar sentrifugal akan bekerja (membuka) karena gaya sentrifugal
seperti pada gambar-3.13. Kumparan bantu yang dihubungkan deret
dengan sakelar sentrifugal akan membuka pada saat putaran mencapai
75% dari putaran penuh.

3. Motor Capasitor
Motor capasitor dibuat umumnya sama seperti motor
splet phasa, perbedaan yang pokok pada motor kapasitor
menggunakan condensator. Jenis motor ini lebih populer dibanding
dengan motor 1 phasa lainnya karena motor kapasitor lebih tahan
lama. Moto kapasitor satu phasa banyak digunakan dalam peralatan
rumah tangga seperti motor pompa air, motor mesin cuci, motor
lemari es, motor air conditioning gambar-3.15 Konstruksinya
sederhana dengan daya kecil dan bekerja dengan suplay
PLN 220 V menjadikan motor kapasitor banyak dipakai pada
peralatan rumah tangga.

Gambar 3.15 Bentuk Fisik Motor Kapasitor

260
Belitan stator terdiri atas belitan utama dengan notasi
terminal U1-U2, dan belitan bantu dengan notasi terminal Z1-Z2
gambar-3.16. Jala-jala L1 terhubung dengan terminal U1, dan
kawat netral N terhubung dengan termial U2. Kondensator kerja
berfungsi agar perbedaan sudut phasa belitan utama dengan belitan

bantu mendekati 900

Gambar 3.16 : Medan Magnet Pada Stator Motor Satu Phasa

Untuk menghasilkan putaran ke kiri (berlawanan jarum jam)


kondensator kerja CB disambungkan ke terminal U1 dan Z2 dan
terminal Z1 dikopel dengan terminal U2 gambar-3.17a). Putaran ke
kanan (searah jarum jam) kondensator kerja disambung kan ke
terminal Z1 dan U1 dan terminal Z2 dikopel dengan terminal U1.
gambar-3.17b). Motor kapasitor dengan daya diatas 1 KW di
lengkapi dengan dua buah kondensator dan satu buah saklar
sentrifugal. Belitan utama U1-U2 dihubungkan dengan jala-jala L1
dan Netral N. Belitan bantu Z1-Z2 disambungkan seri dengan
kondensator kerja CB, dan sebuah kondensator starting CA diseri
dengan kontak normally close dari saklar sentrifugal gambar-3.18.

261
Gambar 3.17 Pengawatan Motor Pasitor Pembalikan Putaran

Gambar 3.18 : Pengawatan Dengan Dua Kapasitor

Awalnya belitan utama dan belitan bantu mendapat suply dari


jala-jala L1 dan Netral. Dua buah kondensator CB dan CA kedua
membentuk loop tertutup, rotor mulai berputar ketika putaran mendekati
70% putaran nominalnya saklar sentrifugal kan membuka dan kontak
normally close memutuskan kondensator bantu CA. Fungsi
dari dua kondensator disambungkan paralel CA+CB untuk
meningkatkan nilai torsi awal untuk mengangkat beban. Setelah
putaran motor men- capai 70% putaran, saklar sentrifugal terputus
sehingga hanya kondensator kerja CB saja yang tetap bekerja. Jika
kedua konden- sator rusak maka torsi motor akan menurun drastis
gambar-3.19 .

262
Gambar 3.19 : Karakteristik Torsi Motor kapasitor

Motor capasitor ada 2 macam, yaitu :


1. Motor Capasitor Type I
Motor capasitor type I mempunyai yang dihubungkan deret
dengan kumparan bantu tanpa sakelar sentrifugal. Jadi motor ini
pada saat dialiri arus kumparan bantu, kondensator bersama-sama
dengan kumparan utama menerima aliran arus tersebut. Hasil
kompensasi kumparan bantu dengan kondensator ternyata sudut antara

fasa tidak begitu tepat 900 listrik. Walaupun karakteristik motor ini lebih
baik daripada motor splet phasa. Daya motor ini paling besar 1,5 HP

Gambar 3.20 Motor Capasitor Tipe 1

Gambar 3.21 Diagram dan Vektor

263
2. Motor Capasitor Type II
Motor capasitor type II sama seperti motor capasitor type I,
hanya pada motor ini dilengkapi dengan sakelar sentri-fugal yang
dihubungkan deret dengan kumparan bantu dan kondensator. Sakelar
sentrifugal akan memutuskan kumparan bantu dan kondensator
pada saat putaran mencapai penuh (+ 75%). Kumparan bantu pada
motor ini dibuat dari kawat yang agak besar dari kumparan utama dan
oleh kompensasi dari kondensator maka sudut fasa antara kumparan

utama dan kumparan bantu harus mendapat sudut 900 listrik dengan
nilai yang tepat dari kondensator. Motor ini mempunyai karakteristik star
maupun kopelstart lebih baik daripada motor splet phasa. Daya
motor ini dibuat sampai 2 HP. Selanjutnya, bila kumparan bantu
sudah terputus motor akan berputar oleh bantuan medan magnet
putar dari medan utama dan medan rotor. Keburukan motor ini
pada saat berputar bergetar. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
kekuatan dari kedua medan, yaitu medan utama dan medan rotor. Akan
tetapi, motor ini mudah dalam perawatannya maupun perbaikannya.
Biasanya motor ini dapat dibuat dari 2 sampai 8 kutub dan
kecepatannya dapat dibuat lebih dari 1 kecepatan dengan kekuatan 1
HP.

264
3. Motor Capasitor Type III
Motor capasitor type III mempunyai dua buah kondensator yang
kedua condensatornya bekerja sewaktu star. Akan tetapi, seteleh
motor berputar hampir mencapai putaran penuh salah satu dari
kondensator diputuskan oleh sakelar sentrifugal. Hal ini akan membuat

sudut antara fasa kumparan bantu dan utama pada saat star 900 listrik.
Sewaktu berputar motor hanya dengan satu condensator yang
terhubung akan tetapi garis-garis gaya tetap mempunyai perbedaaan

sudut 900 satu sama lainnya. Selama berputar garis-garis gaya


rotor dan garis-garis gaya kumparan bantu merupakan suatu
kombinasi untuk membuat garis-garis gaya dengan pembuatan
yang sama terhadap garis-garis gaya kumparan utama. Dan kedua

garis gaya tersebut tetap mempunyai perbedaan sudut 900 terhadap


satu sama lainnya. Seperti yang terlihat dalam vektor diagram dan
gelombang sinus. Ini berarti bahwa tife motor ini berputar lebih baik/
halus dibandingkan dengan motor kondensator tipe lainnya. Motor ini
dayanya dapat dibuat sampai 3 HP. Motor kondensator banyak
digunakan untuk alat-alat rumah tangga (mesin cuci, kipas angin,
kulkas, pompa air, dan sebagainya) dan mesin perkakas yang
berkapasitas kecil (mesin bor, mesin gerinda, dan sebagainya). Untuk
hal tertentu motor capasitor dibuat untuk dua kecepatan atau lebih.
Selain itu, dibuat juga untuk dua tegangan.

Gambar 3.22 Beberapa Jenis Motor Kapasitor

265
4. Motor Komutator
1. Motor Deret
Seperti telah kita ketahui bahwa motor deret DC mempunyai
gulungan rotor dihubungkan deret dengan gulungan statornya sehingga
kedua arus tersebut sefasa. Ini berarti motor deret DC memungkinkan
dapat dihubungkan dengan sumber AC. Meskipun demikian kita tidak
akan melakukannya karena reaktansi impedansinya akan
menjadi tinggi sehingga momen kopel akan turun dibandingkan bila
motor tersebut dihubungkan dengan sumber DC. Dari hal tersebut
di atas maka motor deret untuk AC harus mempunyai gulungan yang
dapat mengurangi reaktansi dan menjadikan z dalam AC sama
dengan R dalam DC. Agar motor tersebut momen kopelnya tidak
menurun apabila dialiri sumber AC. Ini berarti pula motor deret AC tidak
dapat dipergunakan pada sumber DC. Jika hal ini dilakukan motor
tersebut akan mendapat arus terlampau tinggi dan motor akan panas
yang berkelebihan.

2. Motor Universal
Motor universal termasuk motor comutator yang dihubungkan dan
dibuat sama seperti dalam motor-motor deret DC maupun AC. Gulungan
dai kumparan medan dibuat sedemikian rupa sehingga motor tersebut
dapat dipergunakan untuk sumber AC maupun DC. Jumlah gulungan
untuk motor DC lebih sedikit dibandingkan untuk motor AC. Motor
universal adalah motor deret AC/DC. Motor universal biasanya
mempunyai daya kurang dari 1 HP. Daya yang dikeluarkan oleh motor
pada saat diberikan sumber AC lebih kecil bila pada saat diberikan
sumber DC. Type motor ini mempunyai kecenderungan mudah panas
bila digunakan dalam waktu yang agak lama terutama bila dialiri
sumber DC. Perlu diperhatikan motor ini tidak boleh dibiarkan panas
yang berkelebihan.

266
Motor Universal termasuk motor satu phasa dengan
menggunakan belitan stator dan belitan rotor. Motor universal dipakai
pada mesin jahit, motor bor tangan. Perawatan rutin dilakukan
dengan mengganti sikat arang yang memendek atau peas sikat
arang yang lembek. Kontruksinya yang sederhana, handal, mudah
dioperasikan, daya yang kecil, torsinya yang cukup besar motor
universal dipakai untuk peralatan rumah tangga.

Gambar 3.23 Komutator pada Motor Universal

Bentuk stator dari motor universal terdiri dari dua kutub


stator. Belitan rotor memiliki dua belas alur belitan gambar-3.24,
dilengkapi komutator dan sikat arang yang menghubungkan secara
seri antara belitan stator dengan belitan rotornya. Motor universal
memiliki kecepatan tinggi sekitar 3000 rpm. Aplikasi motor universal
untuk mesin jahit, untuk mengatur kecepatan dihubungkan dengan
tahanan geser dalam bentuk pedal yang ditekan dan dilepaskan.

Gambar 3.24 Stator dan Rotor Motor Universal

267
3. Motor Repulsi
Motor repulsi tergolong motor komutator. Seperti halnya motor DC
motor repulsi mempunyai gulungan angker dan sekat-sekat.
Perbedaanya sekat-sekat pada motor repulsi dapat digeser-
geser dengan komutator. Pada motor repulsi terminal statornya
dihubungkan langung dengan sumber tegangan konstan, sedangkan
terminal sekatnya dihubungkan singkat. Kedudukan sekat dapat
digeser-geser baik ke kiri maupun ke kanan. Sekat dipasang
horizontal dengan medan magnet. Jika arus statornya dinaikkan
sehingga arus gaya dibangkitkan maka akan terjadi induksi ggl dalam
kawat rotor. Ggl ini saling membantu setia sisi sekat sehingga
mengalir arus yang besar baik dari sisi atas maupun bawah
bersama-sama mauk ke sekat yang kiri mengalir ke sekat yang kanan.
Momen kopel tidak dibangkitkan karena dimuka masing-masing kutub
setengah dari jumlah kawatnya mempunyai yang arah arusnya ke atas
dan yang setengahnya lagi ke bawah.
Pada kedudukan ggl saling melawan jadi arusnya nol. Jika
posisi sekat digeser arah arus ditentukan oleh kedudukan sekatnya
(dibagi dua oleh sekat-sekatnya). Sekarang kawat yang ada
dimuka kutub lebih banyak yang arah arusnya ke atas sehingga
momen kopel lebih kuat. Momen kopel akan memutarkan rotor ke
arah tertentu sesuai dengan kaidah tangan kiri. Jadi dapat
disimpulkan besar kecilnya sudut pergeseran akan mempengaruhi
kecepatan putaran. Bila sekat digeser ke kiri maka rotor akan
berputar berlawanan dengan jarum jam.

Gambar 3.25 Bagian-Bagian Motor Repulse

268
Gambar 3.26 Contoh Motor Repulse 220 V

3.2.2. Motor Induksi Tiga Fasa


Motor induksi 3 phase merupakan motor arus bolak-balik
(AC) yang paling banyak digunakan untuk keperluan dalam
kelangsungan proses suatu industry. Konstruksinya yang sederhana
dan kuat mendasari alasan keluasan pemakaianya. Dengan
menggunakan motor induksi 3 phase, banyak hal yang bisa
dilakukan. Salah satunya adalah dengan membalik arah putarannya
sesuai dengan yang diinginkan. Cara yang sering dilakukan dalam
pembalikan arah putaran adalah dengan menukar salah satu phase
dengan phase yang lainnya yang terhubung pada lilitan stator motor.

Gambar 3.27. Lilitan Stator Motor 3 Fasa

269
Motor induksi 3 fasa berputar pada kecepatan yang pada
dasarnya adalah konstan. Kecepatan putaran motor ini dipengaruhi
oleh frekuensi, dengan demikian pengaturan kecepatan tidak dapat
dengan mudah dilakukan terhadap motor ini, namun motor induksi 3
phase merupakan jenis motor listrik yang paling banyak digunakan
pada dunia industri karena sesuai kebutuhan dan memiliki banyak
keuntungan.

1. Konstruksi Motor 3 Phasa


Konstruksi motor induksi tiga fasa tidak berbeda dengan
motor induksi satu fase yaitu terdiri dari bagian startor dan bagian
rotor.
a. Bagian Stator
Startor terdiri dari rumah dengan saluran - saluran yang dibuat
dari plat- plat yang dipejalkan, berikut tutupnya. Dalam saluran tersebut
dililitkan kawat- kawat/penghantar yang merupakan gulungan
statornya. Bentuk gulungan stator pada dasarnya ada dua macam, yaitu
bentuk konsentrik dan bentuk gelung. Kumparan-kumparan tersebut
dapat dihubungkan bintang/star dan atau segitiga/delta.
Yang dimaksud hubungan bintang apabila ujung-ujung
awal dari kumparan dihubungkan dengan jala-jala sedangkan ujung
lainnya dihubung singkatkan. Hubungan segitiga apabila ujung
kumparan awal salah satu kumparan lainnya sehingga membentuk
segitiga dan dari titik sambung kumparan lainnya dihubungkan dengan
jala-jala seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.28. Hubungan Star dan Delta

270
Perlu diingat bahwa untuk motor induksi 3 fasa yang
bertenaga kecil kira-kira sampai 2 HP dapat dihubungkan langsung
dengan jala-jala dengan sakelar biasa. Sedangkan untuk motor yang
lebih besar harus menggunakan sakelar star/delta atau menggunakan
penghambat mula.

Prinsip Dasar Timbulnya Medan Putar Motor Arus Putar.


Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber
tegangan tiga fasa akan menghasilkan medan magnet yang berputar
dengan kecepatan sinkron (ns = 120f/P). Medan putar pada
stator tersebut akan memotong konduktor- konduktor pada sisi
rotor, akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi
(ggl) sebesar :
E 2 s  44,4 fN

Dimana :
E = tegangan induksi ggl
f = frekkuensi
N = banyak lilitan
Φ = fluks

Karena kumparan rotor merupakan kumparan rangkaian


tertutup, maka tegangan induksi akan menghasilkan arus (I). Adanya
arus dalam medan magnet akan menimbulkan gaya (F) pada rotor. Bila
torsi awal yang dihasilkan oleh gaya F pada rotor cukup besar
untuk memikul torsi beban, maka rotor akan berputar searah
dengan arah medan putar stator. Karena kumparan rotor
merupakan kumparan rangkaian tertutup, maka tegangan induksi
akan menghasilkan arus (I). Adanya arus dalam medan magnet akan
menimbulkan gaya (F) pada rotor. Bila torsi awal yang dihasilkan
oleh gaya F pada rotor cukup besar untuk memikul torsi beban, maka
rotor akan berputar searah dengan arah medan putar stator.
Untuk membangkitkan tegangan induksi E2s agar tetap ada, maka

271
diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar
stator (ns) dengan kecepatan putar rotor (nr). Perbedaan antara
kecepatan nr dengan ns atau perbedaan putaran relatif antara stator
dan rotor disebut dengan slip (S ) yang dinyatakan dengan
persamaan:

Silp =
Dimana :
ns = kecepatan sinkron medan stator (rpm)
f = frekuensi Hz)
nr = kecepatan poros rotor (rpm)
slip = selisih kecepatan stator dan rotor

Jika ns = nr tegangan akan terinduksi dan arus tidak


mengalir pada rotor, dengan demikian tidak ada torsi yang dapat
dihasilkan. Torsi suatu motor akan timbul apabila ns > nr.

Bentuk gelombang 3 fasa.

Gambar 3.29. Timbulnya Medan Putar

Dengan ilustrasi gambar diatas disimpulkan bahwa setiap


perubahan gelombang (Sinusoida) menyebabkan berputarnya arah
medan magnet. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan
dibawah ini :

272
Ketika tegangan phasa U masuk ke belitan stator menjadikan
kutub S (south = selatan), garis-garis gaya magnet mengalir melalui
stator, sedangkan dua kutub lainnya adalah N (north = utara) untuk
phasa V dan phasa W. Kompas akan saling tarik-menarik dengan
kutub S. Berikutnya kutub S pindah ke phasa V, kompas berputar
120°, dilanjutkan kutub S pindah ke phasa W, sehingga pada belitan
stator timbul medan magnet putar Buktinya kompas akan memutar lagi
menjadi 240°. Kejadian berlangsung silih berganti membentuk medan
magnet putar sehingga kompas berputar dalam satu putaran
penuh, proses ini berlangsung terus menerus. Dalam motor induksi
kompas digantikan oleh rotor sangkar yang akan berputar pada
porosnya. Karena ada perbedaan putaran antara medan putar stator
dengan putaran rotor, maka disebut motor induksi tidak serempak
atau motor asinkron.

Susunan belitan stator motor induksi dengan dua kutub, memiliki


tiga belitan yang masing-masing berbeda sudut 120°. Ujung belitan
phasa pertama U1-U2, belitan phasa kedua V1-V2 dan belitan
phasa ketiga W1-W2. Prinsip kerja motor induksi dijelaskan Dengan
gelombang sinusoidal, terbentuknya medan putar pada stator motor
induksi. Tampak stator dengan dua kutub, dapat diterangkan dengan
empat kondisi.

273
1. Saat sudut 0°. Arus I1 bernilai positip dan arus I2 dan arus I3
bernilai negatip dalam hal ini belitan V2, U1 dan W2 bertanda silang
(arus meninggalkan kita), dan belitan V1, U2 dan W1 bertanda
titik (arus listrik menuju kita). Terbentuk fluks magnet pada garis
horizontal sudut 0°. Kutub S (south = selatan) dan kutub N (north =
utara).

2. Saat sudut 120°. Arus I2 bernilai positip sedangkan arus I1 dan


arus I3 bernilai negatif, dalam hal ini belitan W2, V1, dan U2 bertanda
silang (arus meninggalkan kita), dankawat W1, V2, dan U1 bertanda
titik (arus menuju kita). Garis fluks magnit kutub S dan N
bergeser 120° dari posisi awal.

3. Saat sudut 240°. Arus I3 bernilai positip dan I1 dan I2 bernilai


negatip, belitan U2, W, dan V2 bertanda silang (arus meninggalkan
pembaca), dan kawat U1, W2, dan V1 bertanda titik (arus menuju
pembaca). Garis fluk magnit kutub S dan N bergeser 120° dari posisi
kedua.

274
4. Saat sudut 360°. posisi ini sama dengan saat sudut 0°, di mana
kutub S dan N kembali keposisi awal sekali.

Dari keempat kondisi di atas saat sudut 0°, 120°, 240°, dan 360°,
dapat dijelaskan terbentuknya medan putar pada stator, medan
magnet putar stator akan memotong belitan rotor.

b. Bagian Rotor
Bentuk rotor motor induksi 3 fasa sama dengan rotor motor
DC, yaitu terdiri dari plat-plat yang dipejalkan berbentuk slinder. Di
sekelilingny terdapat saluran saluran, dalam saluran tersebut
ditempatkan batang-batang kawat. Batang kawat tersebut biasanya
dibuat dari tembaga atau loyang campur alumunium. Ujung-ujungnya
batang itu dikelilingi pada kepingan logam yang berbentuk cincin yang
dibuat dari bahan yang sama seperti batang-batang kawat.

Gambar 3.33. Lilitan Gelung

2. Jenis Motor Induksi 3 Phase Berdasarkan Bentuk Rotornya


a. Motor Induksi 3 Fasa Rotor Belitan
Jenis motor induksi ini mempunyai belitan kumparan 3 phase
sama seperti kumparan statornya serta kumparan stator dan rotornya
mempunyai jumlah kutub yang sama. Belitan 3 phase pada motor jenis
ini biasanya terhubung Y/bintang dan ujung 3 kawat belitan rotor
tersebut di hubungkan pada slipring yang terdapat pada poros
rotor. Belitan-belitan rotor ini kemudian di hubung singkatkan melalui
sikat (brush) yang menempel pada slipring dengan sebuah
perpanjangan kawat untuk tahanan luar. Slipring dan sikat merupakan

275
penghubung belitan rotor ke tahanan luar (fungsi tahanan luar yaitu
membatasi arus awal yang besar). Tahanan luar ini kemudian perlahan
dikurangi hingga nol sebagaimana kecepatan motor yang bertambah
telah mencapai kecepatan penuh. Setelah mencapai kecepatan
penuhnya, 3 buah sikat akan terhubung singkat (tanpa tahanan luar)
maka rotor belitan ini akan bekerja mirip seperti rotor sangkar. Motor
induksi jenis ini mempunyai arus awal yang rendah dan torsi awal
yang tinggi.

Gambar 3.34. Rotor Belitan

b. Motor Indusi 3 Phase Rotor Sangkar


Jenis motor induksi ini terdiri dari tumpukan lempengan besi tipis
yang dilaminasi dan batang konduktor yang mengitarinya, tumpukan
besi yang dilaminasi tersebut disatukan untuk membentuk inti rotor.
Alumunium (sebagai batang konduktor) dimasukan ke dalam slot dari
inti rotor untuk membentuk serangkaian konduktor yang mengelilingi inti
rotor. Rotor yang terdiri dari sederetan batang-batang konduktor yang
terletak pada alur-alur sekitar permukaan rotor, ujung-ujungnya
dihubung singkat dengan menggunakan cincin hubung singkat
(shorting ring) atau disebut juga dengan end ring. Motor induksi jenis
ini tidak terdapat komutator sehingga tidak memercikan bunga api.

276
Motor induksi jenis ini mempunyai arus awal tinggi, torsi awal rendah
dan Kapasitas Overload tinggi. serta Efesiensi dan faktor kerjanya
lebih tinggi dibanding rotor belitan.

Gambar 3.35. Bentuk Rotor Sangkar

3. Rangkaian Motor 3 Phasa


3.1.Forward-Reverse (Bolak Balik)
Motor Bolak Balik ini adalah salah satu kerja motor induksi 3
phasa yang sering digunakan pada mesin mesin produksi oleh banyak
kalangan industri, baik industri kecil maupun industri besar. Secara
spesifik penggunaannya tidaklah terlalu penting, karena mesin mesin
produksi terus mengalami perkembangan dari segi pemanfaatan dan
kontruksi mesinnya itu sendiri. Namun secara prinsipalnya adalah
sama, yaitu membolak balikkan arah putaran motor induksi dengan
tombol tombol atau rangkaian interlock tertentu.

Gambar 4.1 Koneksi Fasa Motor Bolak Balik

277
Dalam gambar diatas dijelaskan:
 Gambar A: arah putaran motor ke arah kanan bila urutan
phasa input R-S-T masuk dalam rangkaian Breaker dan
Kontaktor ke motor.
 Gambar B: arak putaran motor ke arah kiri bila urutan phasa
input yang masuk dalam rangkaian dan ke motor adalah
kebalikannya, yaitu T-S-R.

Gambar 4.2 Koneksi Motor Bolak Bali Dengan Kontaktor

Dalam gambar diatas dijelaskan


 Gambar A: terdapat penambahan thermal overload dan 2
kontaktor dalam rangkaian, yaitu K1 dan K2. Dalam gambar A ini
K1 dalam posisi NC atau sedang dalam kondisi ON, dan K2
dalam posisi Off. Lihatlah bagaimana urutan phasa input R-S-T
masuk dalam rangkaian, sehingga putaran motor menjadi kearah
kanan.
 Gambar B: Dalam gambar B ini urutan phasa input yang
masuk dalam rangkaian adalah kebalikannya, yaitu T-S-R bila
K2 dalam posisi NC atau ON, dan K1 dalam posisi Off. Dan
membuat arah putaran motor menjadi kearah kiri.

278
a. urutan phasa input motor R-S-T

b. urutan phasa input motor T-S-R


Gambar 4.3 Urutan Fasa Motor Bolak-Balik

3.2.Rangkaian Star-Delta
Untuk mengurangi besarnya arus start pada motor induksi 3
phase yang mendekati 7x arus nominal maka dapat dengan
menggunakan metode start Star-Delta. Dengan metode ini motor
awalnya disetting pada asutan Star, setelah motor mencapai
kecepatan 80% kecepatan maksimal, sambungan diubah ke
sambungan Delta. Dengan cara ini maka torsi dapat dipertahankan
sedangkan lonjakan arus start dapat ditekan. Star delta adalah sebuah
sistem starting motor yang paling banyak dipergunakan untuk starting
motor listrik. Dengan menggunakan star delta starter Lonjakan arus
listrik yang terlalu tinggi bisa dihindarkan. cara kerjanya adalah saat
start awal motor tidak dikenakan tegangan penuh hanya 0.58 dengan
cara dihubung bintang/ star. Setelah motor berputar dan arus sudah
mulai turun dengan menggunakan timer arus dipindahkan menjadi
segitiga/ delta sehingga tegangan dan arus yang mengalir ke

279
motor penuh.
Bentuk dari rangkaian kendali dan rangkaian star-deltanya
dapat dilihat dari gambar berikut

Gambar 4.4 Rangkaian Star Delta

Rangkaian star delta ini diawali dengan hubung star terlebih


dahulu, setelah itu baru terhubung delta. Penggambarannya sebagai
berikut:

Gambar 4.5 Koneksi Urutan Rangkaian Star Delta

Pada gambar, ketika K1 dan K2 aktif atau berubah


menjadi NC maka hubungan yang terjadi pada motor menjadi hubung
star, dan ketika K2 menjadi NO maka K3 pada saat yang bersamaan
menjadi NC. Dan perubahan ini menyebabkan rangkaian pada motor
menjadi hubung delta.

280
Gambar 4.6 Wiring Diagram Lilitan Stator Star Delta

4. Motor Arus Searah (DC)


Motor arus searah, sebagaimana namanya, Motor Listrik
Arus Searah DC adalah jenis motor listrik yang beroperasi dengan
sumber tegangan arus listrik searah (Direct Current). Motor DC
digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan
torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran
kecepatan yang luas.

Gambar 5.1 Motor DC

281
Gambar di atas memperlihatkan sebuah motor DC yang
memiliki tiga komponen utama:
1. Kutub Medan. Secara sederhada digambarkan bahwa interaksi dua
kutub magnet akan menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor
DC memiliki kutub medan yang stasioner dan dinamo yang
menggerakan bearing pada ruang diantara kutub medan. Motor DC
sederhana memiliki dua kutub medan: kutub utara dan kutub selatan.
Garis magnetik energi membesar melintasi bukaan diantara
kutub-kutub dari utara ke selatan. Untuk motor yang lebih besar
atau lebih komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet.
Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya dari luar sebagai
penyedia struktur medan.
2. Rotor/Dinamo. Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini
akan menjadi elektromagnet. Dinamo yang berbentuk silinder,
dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban. Untuk
kasus motor DC yang kecil, dinamo berputar dalam medan
magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara
dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi, arusnya
berbalik untuk merubah kutub- kutub utara dan selatan dinamo.
3. Commutator. Komponen ini terutama ditemukan dalam motor
DC. Kegunaannya adalah untuk membalikan arah arus listrik
dalam dinamo. Commutator juga membantu dalam transmisi arus
antara dinamo dan sumber daya.

Keuntungan utama motor DC adalah sebagai pengendali


kecepatan, yang tidak mempengaruhi kualitas pasokan daya. Motor
ini dapat dikendalikan dengan mengatur :
 Tegangan dinamo, yaitu meningkatkan tegangan dinamo
akan meningkatkan kecepatan.
 Arus medan, menurunkan arus medan akan meningkatkan
kecepatan.

282
4.1. Klasifikasi Motor DC
Motor listrik arus searah DC dibedakan berdasarkan sumber
dayanya sbb:
1. Motor DC sumber daya terpisah/ Separately Excited
Adalah jenis motor DC yang sumber arus medan disupply
dari sumber terpisah, sehingga motor listrik DC ini disebut motor DC
sumber daya terpisah (separately excited).

2. Motor DC sumber daya sendiri/ Self Excited


Adalah jenis motor DC yang sumber arus medan disupply dari
sumber yang sama dengan kumparan motor listrik, sehingga motor
listrik DC ini disebut motor DC sumber daya sendiri (self excited).

Motor DC Self Excited terdiri dari :


• Motor DC shunt
• Motor DC Seri
• Motor DC Kompon/Gabungan

Tabel 5.1 Rangkaian Motor-Motor DC

283
1. Motor Belitan Seri
Motor DC Seri mudah dikenali dari terminal box memiliki belitan
jangkar notasi A1-A2 dan belitan seri notasi D1-D2. Dalam rangkaian
jangkar A1-A2 terdapat dua belitan penguat yaitu kutub bantu dan kutub
kompensasi keduanya berfungsi untuk memperbaiki efek reaksi
jangkar.
Aliran sumber DC positif (+), melewati tahanan depan RV yang
fungsinya untuk starting awal motor seri, selanjutnya ke terminal A1,
melewati jangkar ke terminal A2, dikopel dengan D1, melewati belitan
seri, ke terminal D2 menuju ke terminal negatif (-). Belitan seri D1-D2
memiliki penampang besar dan jumlah belitannya sedikit. Karena
dihubungkan seri dengan belitan jangkar, maka arus eksitasi belitan
sebanding dengan arus beban. Ketika beban dinaikkan, arus beban
meningkat dan justru putaran akan menurun.
Motor seri harus selalu dalam kondisi diberikan beban, karena
saat tidak berbeban dan arus eksitasinya kecil yang terjadi putaran
motor akan sangat tinggi sehingga motor akan ”terbang”, dan sangat
berbahaya. Motor seri banyak dipakai pada beban awal yang berat
dengan momen gaya yang tinggi putaran motor akan rendah,
contohnya pada pemakaian motor stater mobil.

Gambar 5.2 Rangkaian motor belitan seri

284
2. Motor DC Penguat Terpisah
Motor DC penguat terpisah dikenal pada terminal box
dimana belitan jangkarnya A1-A2 dan belitan penguat terpisah F1-
F2. Aliran listrik dari sumber DC positif (+) melewati tahanan geser
untuk starting awal, menuju terminal A1, ke belitan jangkar ke terminal
A2 menuju negatif (-). Penguat terpisah dari sumber DC positif
(+), menuju F2 belitan terpisah terminal F1 melewati tahanan
geser pengatur arus eksitasi menuju negatif (-). Tahanan depan
digunakan saat starting agar arus jangkar terkendali dan tidak merusak
belitan jangkar atau merusak komutatornya. Tahanan geser pengatur
arus eksitasi penguat terpisah F1-F2 mengatur putaran dalam range
yang sempit, misalnya dari putaran maksimum 1500 rpm sampai 1400
rpm saja.

Gambar 5.3 Rangkaian Belitan Motor DC Penguat Terpisah

3. Motor DC Belitan Shunt


Motor DC belitan Shunt dilihat dari terminal box terdapat
rangkaian jangkar A1-A2 dan belitan Shunt E1-E2. Pengendali
motor DC Shunt terdiri dua tahanan geser yang memiliki fungsi
berbeda. Satu tahanan geser difungsikan untuk starting motor
DC, disambungkan seri dengan jangkar A1- A2 tujuannya agar arus
starting terkendali. Satu tahanan geser dihubungkan dengan
belitan Shunt E1-E2, untuk mengatur arus eksitasi Shunt. Aliran
dari sumber DC positif (+) melewati tahanan geser ke terminal A1,

285
melewati rangkaian jangkar dengan beliatan bantu, ke terminal A2,
menuju sumber DC negatif (-). Dari positif sumber DC setelah melewati
tahanan geser, menuju terminal E1, ke belitan Shunt, ke terminal
E2 selanjutnya kembali ke sumber DC negatif (-).

Gambar 5.4 Rangkaian Belitan Motor Shunt

4. Motor DC Belitan Compound


Motor DC Belitan Kompound merupakan penggabungan dua
karakteristik dari motor DC belitan seri dengan motor DC belitan
Shunt. Pada terminal box memiliki enam terminal, terdiri rangkaian
jangkar A1-A2, belitan Shunt E1-E2 dan belitan seri D1-D2. Memiliki
dua tahanan geser, satu tahanan geser untuk mengatur starting
motor diseri dengan rangkaian jangkar A1-A2. Tahanan geser
satunya mengatur arus eksitasi menuju belitan Shunt E1- E2. Aliran
sumber DC positif (+) melewati tahanan geser untuk starting,
menuju terminal A1, ke rangkaian jangkar dan belitan kutub bantu, ke
terminal A2, dikopel terminal D1, ke belitan seri, ke terminal D2 ke
sumber DC negatif (-).Sumber DC positif (+) melewati tahanan
geser mengatur arus eksitasi ke terminal E1, ke belitan Shunt,
ke terminal E2, dikopel terminal D2 kembali ke sumber DC negatif (-).

286
Gambar 5.5 Rangkaian Motor Belitan Compound/Gabungan

Tabel 5.2 Pemakaian dan Sifat-Sifat Motor DC

287
MODUL VIII B
MOTOR LISTRIK

‫ِبْس ِم ِهللا الَّر ْح مِن الَّر ِحيِم‬

1.1 Kegiatan Belajar 1 (Waktu Belajar 2 X 8 jam)


A. Tujuan pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini , siswa diharapkan dapat:
1. Mengetahui cara membaca name plate motor listrik.
2. Mengetahui sistem pengendali motor listrik.

B. Uraian materi
1. Cara Membaca Name Plate Motor Listrik
Pada setiap motor listrik biasanya selalu ditemukan name plate
yang berisi informasi informasi umum yang penting tentang motor
tersebut. Seorang instalatir motor seyogyanya harus tahu bagaimana
cara membaca dan memahaminame plate motor tersebut sehingga
motor bisa bekerja sebagaimana mestinya sesuai name plate yang telah
diberikan produsen motor tersebut. Ada banyak informasi yang disajikan
dari nameplate tersebut, mulai dari sisi elektrik, kinerja, kontruksi,
kehandalan, dan lain-lain. Setidaknya dari banyak informasi yang
disediakan, ada beberapa informasi yang wajib kita ketahui.

Gambar 1.1 Contoh Name Plate Motor Listrik

288
Berikut ini akan kita bahas tentang name plate motor sesuai
dengan nomor yang sudah dtandai pada gambar diatas:
1. Fasa
Symbol angka 3 dan gelombang sinus sebagaimana tertera di
gambar name plate motor diatas adalah menandakan bahwa motor
tersebut merupakan motor 3 phasa, maka instalasinya pun harus
memakai sumber 3 phasa. Standar untuk penamaan ini biasanya antara
1phasa atau 3 phasa berdasarkan jenis motornya.

2. Frekuensi
Merupakan besaran frekuensi yang harus diterima motor agar
motor berputar denganjumlah putaran sesuai name plate nya. Frekuensi
masukan untuk motor pada umumnya adalah 50 Hz dan 60 Hz. Jika
mempunyai variable frekuensi pada name plate harus tertulis juga. Untuk
name plate motor di atas menggunakan frekuensi sumber 50 Hz. Untuk
standar sumber yang ada di Indonesia angka 50 Hz sudah memenuhi.

3. Daya
Menunjukkan besarnya output daya motor dalam satua kW (kilo
Watt), pada motor lain terdapat juga satuan daya HP (Horse Power). Jika
anda menemukan satuan daya dalam HP, anda tidak perlu bingung,
silahkan konversikan satuan HP tersebut kedalam watt, dimana konversi
1 HP = 746 Watt. Name plate motor di atas menunjukkan besarnya
output daya motor = 1,50 kW. Adapun besarnya input daya yang
dibutuhkan bisa mengacu pada besarnya efisiensi motor. Efisiensi motor
= (P out / P in)x100% maka P in = P out x 100 / Efisiensi motor. Jadi
berdasarkan name plate motor diatas P in = 1.8 kW, ini menandakan
bahwa daya yang diserap tidak seluruhnya dikonversi menjadi energi
mekanik, ada rugi rugi daya motor seperti panas dan lain-lain.

289
4. Tegangan Kerja Motor
Dilambangkan dengan simbol U atau pada name plate lain sudah
dilambangkan dalam simbol V. Nilai tegangan pada name plate ini
menunjukan tegangan kerja motor untuk bisa beroperasi normal. Jika
tegangan kerja tersebut tidak terpenuhi maka kinerja motor akan
terpengaruh. Karena name plate motor tersebut untuk sistem 3 phase,
maka penunjukan tegangan yang tertera merupakan tegangan sumber
Line to Line ( VLL ) bukan Line to netral (VLN) yang besarnya
menyesuaikan berdasarkan hubungan belitan motor ketika diinstalasi.
Nilai V hubungan delta berbeda dengan V hubungan bintang. Sangat
penting mengetahui parameter tegangan ini sebagai acuan anda
menentukan hubungan belitan apa yang akan diinstalasi pada motor
disesuaikan antara name plate tegangan dengan tegangan sumber yang
ada. Ketidaksesuaian penyambungan belitan motor terhadap tegangan
sumber bisa mempengaruhi kinerja motor bahkan bisa menyebabkan
motor terbakar.
Kita akan membahas lebih detail tentang pembacaan tegangan
kerja motor, sebelum itu kita harus benar benar memahami apa yang
dimakud dengan;
a. Tegangan Sumber
Salah satu tegangan sumber standar PLN yaitu 220V / 380V. Apa
arti dibalik angka tersebut? Kita yakin semuanya tahu, yaitu 220V untuk
tegangan 1 phasa atau tegangan Line to Netral (VLN) dan 380V untuk
tegangan 3 phasa atau tegangan Line to Line (VLL), dalam
pengukurannya kita bisa mencari VLL ini dengan cara mengukur
tegangan R-S, R-T,S-T maka kita akan peroleh nilai tegangan 380V.
Secara teoritis nilai 380V ini adalah hasil dari tegangan 1 fasa dikalikan
√3. Jadi 380V berasal dari 220Vx√3, sekarang kita sudah pahami
persepsi pembacaan 220V/380V seperti ini hanya untuk tegangan
sumber saja.

290
b. Tegangan Motor 3 Phasa
Agar mudah dalam membandingkan dengan tegangan sumbe
standar PLN, maka tegangan motor 3 phasa pun akan kita ambil contoh
tegangan motor 3 phasa pada suatu name plate motor lain yaitu :
220V/380V; / Y, apa dibalik angka tersebut? Disinilah yang sering
terjadi banyak kesalahan, karena angka tersebut mempunyai format
yang sama dengan tegangan sumber (1 phasa/3phasa), maka ada yang
menyimpulkan bahwa ;
1) Motor dengan name plate 220V/380V adalah bahwa motor
tesebut bisa disupply dari tegangan sumber PLN 1 phasa yaitu
220 Volt untuk hubunga delta dan disupplay tegangan sumber
PLN 3 phasa yaitu 380 Volt untuk hubungan bintang.
2) Motor 3 phasa tersebut bisa difungsikan menjadi motor 1 phasa
karena di name plate motor tertulis 220V/380V, dan 220V adalah
tegangan 1 phasa VLN, inilah kesalahan yang perlu diluruskan.

Ketika kita membaca sebuah name plate tegangan motor 3 phasa,


maka kita pun harus membaca tegangan di name plate tersebut adalah
tegangan 3 phasa. Untuk name plate motor 220V/380V; / Y maka kita
bisa baca 220V adalah tegangan 3 phasa VLL untuk hubungan delta,
dan 380V adalah tegangan VLL untuk hubungan bintang. Sekali lagi
jangan samakan persepsi dalam memahami tegangan 220V/380V antara
tegangan sumber dengan tegangan motor meskipun angkanya sama tapi
maknanya sangat berbeda. Jadi untuk tegangan motor 220V/380V; / Y
dengan sumber PLN 220V/380V maka motor hanya bisa dihubungkan
bintang saja, kenapa? Karena tegangan sumber PLN yang dipakai
untuk supply motor 3 phasa adalah tegangan 3 phasa PLN yaitu VLL
380V, abaikan angka 220V sumber PLN jika berbicara supply motor 3
phasa. Angka 220V sumber PLN adalah tegangan 1 phasa VLN yang
bisa kita jadikan acuan hanya untuk rangkaian kontrol motor saja, tidak
ada hubungannya dengan name plate tegangan motor.

291
Berikut ini adalah tabel tegangan sumber vs tegangan motor untuk
menentukan hubungan belitan motor.

Tabel 1. Tegangan Sumber Vs Tegangan Motor Untuk Menentukan


Hubungan Belitan Motor.

Apa yang terjadi jika tegangan motor 220V/380V; / Y dengan


sumber PLN 220 V/380V, hubungan belitan motor dibuat delta? Maka
jawabannya adalah isolasi lilitan motor akan jebol dan meyebabkan short
circuit karena lilitan motor dengan spesifikasi tegangan tersebut akan
menerima tegangan melebihi tegangan kerjanya. Pada hubungan delta
kapasitas lilitan motor meneima tegangan adalah 220 Volt sedangkan
sumber yang masuk adalah VLL 380 Volt, artinya terjadi over voltage.
Bicara tegangan terhadap material adalah bicara kemampuan isolasi
material. Berbeda dengan bicara arus terhadap material adalah bicara
luas penampang material.
Kemudian bagaimana jika sumber PLN 220V/380V digunakan
untuk supplay motor 3 phasa dengan name plate tegangan 380V/660V;
/ Y ? Maka motor bisa dihubung dengan hubungan belitan delta dengan
alasan karena sumber PLN 3 phasa adalah VLL 380V sesuai dengan
tegangan kerja motor delta VLL 380V. Apa yang terjdi jika motor
dihubungkan bintang? Maka motor akan aman aman saja, tetapi putaran
motor tidak maksimal atau dibawah putaran nominalnya (dibawah rpm
yang tertera di name plate motor), dan daya input motor kecil. Hal ini
terjadi karena lilitan motor pada hubungan bintang hanya menerima
tegangan sumber dengan nilai tegangan dibawah nilai kapasitas
tegangan bintang. Tegangan sumber VLL 380V akan mensupply lilitan

292
bintang dengan kapasitas tegangan lilitan VLL 660V. Tentu saja hal ini
tidak akan menyebabkan jebolnya isolasi seperti kasus sebelumnya,
tetapi dengan hubungan bintang pada motor dengan spesifikasi
tegangan 380V/660V; / Y dan sumber PLN 220V/380V hanya akan
membuat motor bekerja tidak optimal. Tapi dengan alasan motor dengan
spesifikasi tersebut ketika dihubung bintang maka daya inputnya menjadi
kecil dan arus asut/start pun kecil, maka hubungan bintang ini pada
motor 380V/660V; / Y dan sumber PLN 220V/380V bisa dimanfaatkan
untuk proses start motor saja, ketika putaran motor sudah stabil baru
hubungan lilitan motor dipindah menjadi delta agar motor bisa bekerja
optimal dengan proses start tidak menyedot arus yang besar.

Sekali lagi dijelaskan bahwa hubungan bintang pada motor diatas


diijinkan untuk membantu proses start saja agar arus start tidak terlalu
besar, adapun kerja motor normal adalah hubungan delta.

293
Gambar 1.2 Hubungan Belitan Motor Bintang Vs Delta

Kenapa tegangan kerja hubungan belitan bintang √3x lebih besar


dari delta? Gambar 1.2 diatas semoga bisa menjawab pertanyaan
tersebut. Pada gambar diatas menjelaskan bahwa kapasitas tegangan 1
belitan motor dirancang sama untuk delta ataupun bintang yaitu sebesar
Vph. Belitan yang ditandai dengan kotak merah adalah alfabet A untuk
satu belitan bintang dan B untuk satu belitan delta. Kembali ke
pertanyaan kenapa tegangan kerja kerja hubungan belitan bintang √3
kali lebih besar dari delta? Perhatikan kembali gambar diatas, andai saja
motor yang digunakan mempunyai data namame plate 380V/660V; / Y
maka agar satu belitan delta menerima tegangan sesuai kapasitas
kerjanya yaitu Vph 380V, motor harus disupplay dengan VLL 380V (Vph
= VLL atau lihat gambar hubungan delta alfabet B). Tetapi pada belitan
bintang 1 belitan motor menerima tegangan yang besarnya senilai
Vph=VLN dari sumber VLL Motor (Vph=VLL/√3 atau lihat gambar
hubungan bintang alfabet A). Jadi agar Vph belitan bintang tersebut
sesuai yaitu 380V maka otomatis VLL untuk mensupplay motor dengan
hubungan tersebut harus 660V (√3 kali Vph). Jadi untuk membaca name

294
plate tegangan motor 3 phasa yaitu (V delta / V bintang), maka bisa kita
simpulkan bahwa kapasitas tegangan kerja satu belitan motor adalah
sama yaitu sebesar tegangan kerja V delta.
Contoh ; Name plate motor 220V/380V ; / Y, artinya kapasitas
tegangan kerja 1 belitan motor tersebut adalah sebesar V delta yaitu
220V. Jadi dengan sumber PLN VLL 380V maka 1 belitan motor akan
menerima tegangan 380V jika dihubung delta (over voltage). Sedangkab
jika dihubung bintang maka 1 belitan motor akan menerima tegangan
380V/√3 = 220V sesuai dengan kapasitas 1 belitan motor yaitu 220V.
Jadi name plate motor 220V/380V ; / Y dengan sumber PLN VLL 380V
maka motor hanya bisa dihubung bintang saja.

c. Arus
Menunjukkan besarnya arus nominal saat motor bekerja pada
beban penuh. Parameter arus ini penting untuk diketahui sebagai acuan
untuk pemilihan jenis dan besar kabel untuk instalalasi motor dan juga
untuk proteksi motor. Pada name plate diatas terdapat 2 parameter arus
dimana 1/1 menunjukkan nominal saat motor bekerja beban penuh, dan
Imax merupakan batas arus maximal yang bisa diterima motor. Jika arus
motor melebihi batas I max maka kinerja motor akan terpengaruhi
bahkan motor tersebut bisa rusak atau terbakar.

d. Power Factor / Cos Phi


Power factor atau cos phi yang tertulis pada name plate
merupakan power factor yang didapat pada test motor pada beban
penuh, besarnya power factor akan berubah sesuai dengan berapa
persen motor tersebut memikul beban, semakin tinggi persen beban
yang dipikul motor maka semakin tinggi pula persen power factor yang
dihasilkan.

295
e. Effisiensi
Menunjukkan nilai perbandingan antara daya output terhadap
daya input. dinyatakan dalam persen. Secara tidak langsung effisiensi
menunjukan besarnya rugi - rugi motor yang tidak bisa dikonversikan
dalam bentuk energi mekanik. Penjelasan singkatnya bisa dilihat pada
poin 3 tentang daya.

f. Putaran Per Menit Atau RPM


Menunjukkan jumlah putaran motor permenit pada saat motor
bekerja normal. Lni juga merupakan batas max putaran yang diijinkan
untuk motor. Jumlah putaran ini dipengaruhi langsung oleh jumlah kutub
dan frekuensi. Karena jumlah kutub tetap sesuai desain motor maka
putaran motor akan berubah sesuai dengan besarnya frekuensi. Putaran
yang tertera di name plate adalah nilai yang bisa dicapai saat motor
dihubungkan pada besaran frekuensi sesuai name plate juga.
Putaran motor (n) = 120 x f / p
dimana :
n = putaran motor (Rpm)
f = frekuensi sumber (Hz)
p = jumlah kutub motor

g. Kelas Isolasi
Menunjukan klasifikasi standar toleransi thermal dari isolasi belitan
motor. Kelas isolasi menunjukan kemampuan isolasi belitan bertahan
pada suhu operasi tertentu, semakin jauh alfabetnya maka kehandalan
isolasi semakin tinggi. Misalkan pada name plate ini kelas isolasinya
adalah 'F' tentu saja lebih baik kelas isolasinya daripada kelas 'B'.

296
Demikianlah penjelasan tentang cara membaca dan memahami
name plate motor yang berisi tentang penjelasan dari beberapa poin
yang tertera pada name plate motor. Sebenarnya masih banyak
parameter lain dari sebuah name plate motor. 9 poin dalam name plate
ini sudah lebih dari cukup untuk tahap awal dalam pemilihan motor dan
instalasi motor serta melengkapi proteksinya. Adapun data-data
tambahan lainnya yang mungkin dibutuhkan bisa dilihat pada manual
book atau data sheet motor tersebut.

5. Sistem Pengendalian Motor Listrik


Dalam sistem kelistrikan dikenal dua istilah yaitu sistem
pengendalian dan sistem pengaturan. Sistem pengendalian yang akan
dibahas yang menggunakan perangkat kontaktor dan alat kendali saklar
ON, saklar OFF, timer, dsb.

Gambar 2.1 : Sistem Pengendalian Terdiri Rangkaian Daya Dan


Rangkaian Kontrol
Dalam sistem pengendalian ada dua bagian yaitu yang disebut
rangkaian kontrol (DC 24V) dan sistem daya (AC 230 V) gambar-7.1.
Ketika saklar S1 di ON kan relai Q1 akan energized sehingga kontak
1-2 tertutup dan lampu menyala karena mendapat supply listrik AC 230
V. Jika saklar S1 di-OFF-kan maka Q1 dan lampu akan OFF.

297
Dalam sistem pengaturan dikenal pengaturan loop terbuka dan
loop tertutup dengan feedback. Sistem pengaturan loop terbuka hasil
keluaran tidak bisa dikendalikan sesuai dengan setting, karena dalam
sistem loop terbuka tidak ada umpan balik. Sistem pengaturan loop
tertutup, terdapat umpan balik yang menghubungkan masukan dengan
hasil keluaran. Sehingga hasil akhir keluaran akan selalu dikoreksi
sehingga hasilnya selalu mendekati dengan besaran yang diinginkan
gambar-2.2.

Gambar 2.2 : Dasar Sistem Pengaturan Otomatis


Setrika Listrik atau Rice Cooker adalah contoh sistem pengaturan
loop tertutup temperatur dengan Bimetal gambar-2.3. Kondisi awal
bimetal pada kondisi masih dingin akan menutup sehingga kontak
tertutup sehingga arus listrik mengalir ke elemen pemanas. Sampai
temperatur setting dicapai, maka bimetal akan terputus dan arus listrik
terputus pula. Bila temperatur kembali dingin bimetal terhubung kembali
dan kembali pemanas akan bekerja lagi, kejadian berulang-ulang kondisi
ON dan OFF secara otomatis.

298
Gambar 2.3 : Kontrol ON-OFF Dengan Bimetal

1.1. Komponen Sistem Pengendalian


Dalam sistem pengendalian ada dua kelompok komponen listrik
yang dipakai, yaitu komponen kontrol dan komponen daya. Yang
termasuk komponen kontrol diantaranya : saklar ON, saklar OFF,
timer, relay overload dan relay. Komponen daya diantaranya
kontaktor, kabel daya, sekering atau circuit breaker. Berikut ini akan
dijelaskan konstruksi beberapa komponen kontrol dan komponen daya
yang banyak digunakan dalam sistem pengendalian. Tabel di bawah
menunjukkan ada empat tipe kontak yang umum dipakai pada sistem
pengendalian, yaitu Normally Open (NO), Normally Close (NC), Satu
Induk dua Cabang gambar 2-4.

Gambar 2.4 : Jenis-Jenis Kontak

299
 Kontak Normally Open (NO), saat koil dalam kondisi tidak
energized kontak dalam posisi terbuka (open, OFF) dan saat
koil diberikan arus listrik dan 1 maka kontak dalam posisi
menutup ON.
 Kontak Normally Close (NC), kebalikan dari kontak NO saat koil
dalam kondisi tidak energized kontak dalam posisi tertutup (close,
ON) dan saat koil diberikan arus listrik dan energized maka
kontak dalam posisi membuka OFF.
 Kontak Single pole double trough, memiliki satu kontak utama
dan dua kontak cabang, saat koil tidak energized kontak utama
terhubung dengan cabang atas, dan saat koil energized justru
kontak utama terhubung dengan kontak cabang bawah.
 Kontak bantu, Dikenal dua jenis ujung kontak, jenis pertama
kontak dengan dua kontak hubung dijumpai pada kontak
relay gambar-2.5. Jenis kedua adalah kontak dengan empat
kontak hubung, ada bagian yang diam dan ada kontak yang
bergerak ke bawah jenis kedua ini terpasang pada kontaktor.

Gambar 2.5 : Bentuk Fisik Kontak Diam Dan Kontak Begerak

300
1.2.1. Komponen Relay
Komponen relay ini bekerja secara elektromagnetis, ketika koil K
terminal A1 dan A2 diberikan arus listrik angker akan menjadi magnet
dan menarik lidah kontak yang ditahan oleh pegas, kontak utama 1
terhubung dengan kontak cabang 4 gambar-2.6. Ketika arus listrik
putus (unenergized), elektromag- netiknya hilang dan kontak akan
kembali posisi awal karena ditarik oleh tekanan pegas, kontak utama
1 terhubung kembali dengan kontak cabang 2. Relay menggunakan
tegangan DC 12V, 24V, 48V dan AC 220V.

Gambar 2.6 : Simbol Dan Bentuk Fisik Relay

Bentuk fisik relay dikemas dengan wadah plastik transparan,


memiliki dua kontak SPDT (Single Pole Double Throgh gambar-2.7,
satu kontak utama dan dua kontak cabang). Relay jenis ini
menggunakan tegangan DC 6V, 12V, 24V dan 48V. Juga tersedia
dengan tegangan AC 220V. Kemampuan kontak mengalirkan arus listrik
sangat terbatas kurang dari 5 Amper. Untuk dapat mengalirkan arus
daya yang besar untuk mengendalikan motor induksi, relay dihubungkan
dengan kontaktor yang memiliki kemampuan hantar arus dari 10–100
Amper.

301
Gambar 2.7 : Relay Dikemas Plastik Tertutup

1.2.2. Komponen Timer


Digunakan dalam rangkai kontrol pengendalian, gunanya untuk
mengatur kapan suatu kontaktor harus energized atau mengatur
berapa lama kontaktor energized. Ada empat jenis timer yang sering
digunakan yang memiliki karakteristik kerja seperti pada gambar-2.8.

Gambar 2.8 : Simbol Timer Dan Karakteristik Timer

302
1.2.3. Kontaktor
Merupakan saklar daya yang bekerja dengan prinsip
elektromagnetik gambar-2.9. Sebuah koil dengan inti berbentuk huruf E
yang diam, jika koil dialirkan arus listrik akan menjadi magnet dan
menarik inti magnet yang bergerak dan menarik sekaligus kontak
dalam posisi ON. Batang inti yang bergerak menarik paling sedikit 3
kontak utama dan beberapa kontak bantu bisa kontak NC atau NO.
Kerusakan yang terjadi pada kontaktor, karena belitan koil terbakar
atau kontak tipnya saling lengket atau ujung2 kontaknya terbakar.

Gambar 2.9 : Tampak Samping Irisan Kontaktor

Susunan kontak dalam Kontaktor gambar-2.10 secara


skematik terdiri atas belitan koil dengan notasi A2-A1. Terminal ke
sisi sumber pasokan listrik 1/L1, 3/L2, 5/L3, terminal ke sisi beban
motor atau beban listrik lainnya adalah 2/T1, 4/T2 dan 6/T3. Dengan
dua kontak bantu NO Normally Open 13-14 dan 43-44, dan dua kontak
bantu NC Normally Close 21-22 dan 31-32. Kontak utama harus
digunakan dengan sistem daya saja, dan kontak bantu difungsikan untuk
kebutuhan rangkaian kontrol tidak boleh dipertukar kan. Kontak bantu
sebuah kontaktor bisa dilepaskan atau ditambahkan secara modular.

303
Gambar 2.10 : Simbol, Kode Angka Dan Terminal Kontaktor

Bentuk fisik Kontaktor terbuat dari bahan plastik keras yang kokoh
gambar-2.11. Pemasangan ke panel bisa dengan menggunakan rel atau
disekrupkan. Kontaktor bisa digabungkan dengan beberapa pengaman
lainnya, misalnya dengan pengaman bimetal atau overload relay. Yang
harus diperhatikan adalah kemampuan hantar arus kontaktor harus
disesuaikan dengan besarnya arus beban, karena berkenaan dengan
kemampuan kontaktor secara elektrik.

Gambar 2.11 : Bentuk Fisik Kontaktor

304
1.2. Pengendalian Kontaktor Elektromagnetik
Komponen kontrol relay impuls bekerja seperti saklar toggle
manual, bedanya relay impuls bekerja secara elektromagnetik gambar-
2.12. Ketika saklar S1 di-ON-kan relay impuls K1 dengan terminal A1
dan A1 akan energized sehingga kontak posisi ON. maka lampu E1
akan menyala. ketika saklar S1 posisi OFF mekanik pada relay
impuls tetap mengunci tetap ON. Saat S1 di ON yang kedua, mekanik
impuls lepas dan kontak akan OFF, lampu akan mati.

Gambar 2.12 : Kontrol Relay Impuls

Komponen timer OFF-delay bekerja secara elektromagnetik


gambar-2.13. Saklar S2 di-ON-kan, koil timer OFF-delay K2 akan
energized dan mengakibatkan saklar akan ON dan lampu menyala.
Timer di setting pada waktu tertentu misalkan lima menit. Setelah waktu
lima menit dicapai dari saat timer energized, mekanik timer OFF delay
akan meng- OFF-kan saklar dan mengakibatkan lampu mati. Dalam
pemakaiannya timer dikombinasikan dengan kontaktor, sehingga waktu
ON dan OFF kontaktor bisa disetting sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 2.13 : Timer Off Delay

305
Koil kontaktor Q1 dalam aplikasinya dihubungkan paralel dengan
diode R1, Varistor R2 atau seri R3C1 gambar-2.14. Koil Q1 yang
diparalel dengan diode R1 gunanya untuk menekan timbulnya ggl
induksi yang ditimbulkan oleh induktor pada koil Q1. Sedangkan varistor
R2 memiliki karakteristik untuk menekan arus induksi pada koil agar
minimal dengan mengatur besaran resistansinya. Koil Q1 yang diparalel
dengan R3C1 akan membentuk impedansi sehingga arus yang mengalir
ke koil minimal dan aman.

Gambar 2.14 : Diode, Varistor dan RC Sebagai Pengaman Relay

Bentuk Koil Set-Reset dengan dua belitan dan dapat melayani


dua saklar yang berfungsi sebagai saklar Setting (tombol S) dan saklar
Reset (tombol R) gambar-2.15. Ketika tombol S di ON mekanik koil
akan meng-ON-kan saklar dan lampu akan menyala. Diode R1,
berpasangan dengan K1 dan diode R4. Ketika tombol R di ON koil
energized dan sistem mekanik akan meng OFF kan saklar dan lampu
akan mati. Diode R2, berpasangan dengan K1 dan diode R3.

Gambar 2.15 : Koil Set-Reset

306
1.2.1. Pengendalian Langsung
Pengendalian hubungan langsung dikenal dengan istilah Direct
On Line (DOL) dipakai untuk mengontrol motor induksi dengan kontaktor
Q1. Rangkaian daya gambar-2.16 memperlihatkan ada lima kawat
penghantar, yaitu L1, L2, L3, N dan PE, ada tiga buah fuse F1 yang
gunanya sebagai pengaman hubung singkat jika ada gangguan pada
rangkaian daya. Sebuah kontaktor memiliki enam kontak, sisi supply
terminal 1, 3 dan 5, sedangkan disisi beban terhubung ke motor terminal
2, 4 dan 6. notasi ini tidak boleh dibolakbalikkan.

Gambar 2.16 : Rangkaian Daya Dan Kontrol Motor Induksi

Rangkaian kontrol dipasangkan fuse F2 sebagai pengaman


jika terjadi hubung singkat pada rangkaian kontrol.
Dengan keterangan ;
Q1 Kontaktor

F1 Fuse Daya
F2 Fuse kontrol
S1 Tombol ON
S2 Tombol OFF
A1,A2 Koil kontaktor
M3~ Motor induksi 3 phasa.

307
 Posisi menghidupkan atau ON
Jika tombol Normally Open S1 di ON kan listrik dari jala-jala L akan
mengalir melewati fuse F2, S1, S2 melewati terminal koil A1A2
dari koil Q1 ke netral N. Akibatnya koil kontaktor Q1 akan energized
dan mengaktifkan kontak Normally Open Q1 terminal 13,14 akan
ON dan berfungsi sebagai pengunci. Sehingga ketika salah satu
tombol S1 posisi OFF aliran listrik ke koil Q1 tetap energized dan
motor induksi berputar.

 Posisi mematikan atau OFF


Tombol tekan Normally Close S2 ditekan, maka loop tertutup dari
rangkaian akan terbuka, hilangnya aliran listrik pada koil kontaktor
Q1 akan de-energized. Akibatnya koil kontaktor OFF maka kontak-
kontak daya memutuskan aliran listrik ke motor.

Gambar 2.17 : Rangkaian Daya dan Kontrol Direct ON Line (DOL)

Rangkaian daya dan kontrol gambar-2.17 di atas, secara prinsip


bekerja sama dengan rangkaian gambar-2.16. yang membedakan
adalah terdapat dua tombol Normally Open S1 dan S3 untuk
menghidupkan rangkaian. Juga terdapat dua tombol Normally Close S2
dan S4 untuk mematikan rangkaian.

308
1.2.2. Pengendalian Bintang Segitiga
Hubungan langsung atau Direct On Line dipakai untuk motor
induksi berdaya dibawah 5 KW. Motor induksi dengan daya menengah
dan besar antara 10 KW sampai 50 KW menggunakan pengendalian
bintang segitiga untuk starting awalnya. Saat motor terhubung bintang
arus starting hanya mengambil sepertiga dari arus starting jika dalam
hubungan segitiga.

A) Bintang B) Segitiga
Gambar 2.18 : Hubungan Terminal

Hubungan bintang sebuah motor dapat diketahui dari hubungan


kawat pada terminal motor. Terminal W2, U2 dan V2 di kopel jadi satu,
sedangkan terminal U1 dihubungkan ke jala-jala L1, terminal V1 ke jala-
jala L2 dan terminal W1 ke jala-jala L3 gambar-2.18a). Besar tegangan
yang terukur pada belitan stator, sebesar Ubelitan = 1/¥3 Uphasa-phasa
sedangkan Ibelitan = Iphasa-phasa.

309
Hubungan segitiga dalam hubungan terminal motor diketahui dari
kombinasi hubungan jala-jala L1-U1-W2, jala-jala L2- V1-U2 dan jala-jala
L3-W1-V2 gambar-2.18b). Tegangan terukur pada belitan stator sama
besarnya dengan jala-jala, Ubelitan = Uphasa-phasa. Sedangkan
besarnya Ibelitan =1/¥3 Iphasa-phasa. Perbandingan antara instalasi
Direct On Line atau sering juga disebut In-Line dan hubungan bintang
segitiga lihat gambar-2.19. Saat terhubung langsung dengan daya
motor 55 Kw dan tegangan nameplate 400 V akan ditarik arus nominal
100 A - 105 A. Motor yang sama ketika terhubung segitiga, belitan stator
hanya akan mengalirkan arus 1/¥3 x 100 A = 59 A. Dengan
penggunaan rangkaian bintang-segitiga dapat dipilih rating daya
kontaktor atau circuit breaker yang lebih kecil dan secara ekonomis
biaya instalasi lebih kecil. Alasan teknis lainnya dengan hubungan
langsung (in-line) arus starting akan mencapai 600% - 700% arus
nominalnya (700 A = 7 x 100 A).

Gambar 2.19 : Perbandingan DOL dan Bintang Segitiga

310
a. Bintang-Segitiga Tanpa Timer
Q1; Q2; Q3 Kontaktor
F1 Fuse Daya
F2 Fuse kontrol
F3 Thermal overload relay
S1,S3 Tombol ON
S2,S4 Tombol OFF
A1,A2 Koil kontaktor
M1~ Motor induksi 3 phasa

Gambar 2.20 : Pengawatan Daya Bintang – Segitiga

Rangkaian daya hubungan bintang-segitiga manual gambar2.20,


maksudnya perpindahan dari hubungan bintang ke hubungan segitiga
dilakukan secara manual oleh operator. Fuse F1 untuk mengamankan
jika terjadi hubungan singkat pada rangkaian daya, thermal overload
relay F3 berfungsi sebagai pengaman beban lebih. Saat kontaktor Q1
dan Q2 posisi ON motor terhubung secara bintang. Operator harus
menekan tombol tekan S3 ditekan maka Q1 tetap ON, kontaktor Q2
akan OFF sementara kontaktor Q3 akan ON dan motor kini terhubung
segitiga. Untuk mematikan tombol S1 ditekan, maka rangkaian kontrol
terputus, koil Q1, Q2 dan Q3 akan OFF, rangkaian daya dan kontrol

311
terputus. Jika terjadi beban lebih thermal overload relay berfungsi
kontak F3 akan membuka rangkaian kontrol dan rangkaian daya
terputus. Rangkaian kontrol bintang-segitiga manual gambar-2.21, fuse
F2 mengaman- kan hubung singkat rangkaian kontrol.

Posisi Hubungan Bintang


Tombol tekan Normally Open S1 ditekan, terjadi loop tertutup
pada rangkaian koil Q1 dan koil Q2. Saat tersebut motor terhubung
bintang. Perhatikan koil Q2 seri dengan kontak Q3 dan koil Q3 seri
dengan kontak Q2 artinya kedua koil saling terkunci dan keduanya
bekerja bergantian tidak akan pernah bekerja bersamaan.

Gambar 2.21 : Pengawatan Kontrol Bintang-Segitiga

Posisi Hubungan Segitiga


Jika operator menekan tombol Normally Close S3, Q1 tetap
ON, Q2 akan OFF dan berikutnya Q3 justru ON. Saat tersebut motor
terhubung segitiga. Pergantian dari Posisi hubungan bintang menuju
hubungan segitiga dilakukan oleh operator. Dengan menambahkan
sebuah timer maka perpindahan secara manual dapat dilakukan
secara otomatis dengan melakukan setting waktu antara 30 detik
sampai 60 detik. Untuk mematikan rangkaian dengan menekan tombol

312
Normally Close S1, rangkaian kontrol akan terbuka, akibatnya
rangkaian daya dan rangkaian kontrol terputus. Jika terjadi gangguan
beban lebih maka thermal overload relay F3 kontaknya terbuka, hasilnya
baik rangkaian daya dan rangkaian kontrol akan terputus dan motor
aman.

b. Hubungan Bintang-Segitiga Otomatis


Q1; Q2; Q3 Kontaktor
F1 Fuse Daya
F2 Fuse kontrol
F3 Thermal overload relay
S1,S3 Tombol ON
S2,S4 Tombol OFF
A1,A2 Koil kontaktor
M1~ Motor induksi 3 phasa

Gambar 2.22 : Hubungan Bintang Segitiga

Rangkaian daya hubungan bintang segitiga menggunakan tiga


buah kontaktor Q1, Q2 dan Q3 gambar-2.22. Fuse F1 berfungsi
mengamankan jika terjadi hubungsingkat pada rangkaian motor. Saat
motor terhubung bintang kontaktor Q1 dan Q2 posisi ON dan kontaktor

313
Q3 OFF. Beberapa saat kemudian timer yang disetting waktu 60 detik
energized, akan meng-OFF-kan Q1, sementara Q2 dan Q3 posisi ON,
dan motor terhubung segitiga. Pengaman beban lebih F3 (thermal
overload relay) dipasangkan seri dengan kontaktor, jika terjadi beban
lebih disisi beban, relay bimetal akan bekerja dan rangkaian kontrol
berikut kontaktor akan OFF. Tidak setiap motor induksi bisa
dihubungkan bintang-segitiga, yang harus diperhatikan adalah
tegangan name plate motor harus mampu diberikan tegangan sebesar
tegangan jala-jala gambar-2.23, khususnya pada saat motor terhubung
segitiga. Jika ketentuan ini tidak dipenuhi, akibatnya belitan stator bisa
terbakar karena tegangan tidak sesuai. Rangkaian kontrol bintang-
segitiga gambar-2.24, dipasangkan fuse F2 untuk pengaman
hubungsingkat pada rangkaian kontrol.

Gambar 2.23 : Nameplate Motor Induksi Bintang Segitiga

Hubungan Bintang
Tombol S2 di-ON-kan terjadi loop tertutup pada rangkaian koil
Q1 dan menjadi energized bersamaan dengan koil Q2. Kontaktor Q1
dan Q2 energized motor terhubung bintang. Koil timer K1 akan
energized, selama setting waktu berjalan motor terhubung bintang.

314
Gambar 2.24 : Pengawatan Kontrol Otomatis Bintang-Segitiga

Hubungan Segitiga
Saat Q1 dan Q2 masih posisi ON dan timer K1 masih
energized, sampai setting waktu berjalan motor terhubung bintang.
Ketika setting waktu timer habis, kontak Normally Close K1 dengan
akan OFF menyebabkan koil kontaktor Q1 OFF, bersamaan dengan
itu Q3 pada posisi ON. Posisi akhir kontaktor Q2 dan Q3 posisi ON
dan motor dalam hubungan segitiga. Untuk mematikan rangkaian
cukup dengan meng-OFF-kan tombol tekan S1 rangkaian kontrol akan
terputus dan seluruh kontaktor dalam posisi OFF dan motor akan
berhenti bekerja. Kelengkapan berupa lampu-lampu indikator dapat
dipasangkan, baik indikator saat rangkaian kondisi ON, maupun saat
saat rangkaian kondisi OFF, caranya dengan menambahkan kontak
bantu normally open yang diparalel dengan koil kontaktor dan sebuah
lampu indikator.

315
1.2.3. Pengendalian Putaran Kanan-Kiri
Motor induksi dapat diputar arah kanan atau putar arah kiri,
caranya dengan mempertukarkan dua kawat terminal box. Putaran
kanan kiri diperlukan misalkan untuk membuka atau menutup pintu
garasi. Rangkaian daya putaran kanan-putaran kiri motor induksi
terdiri atas dua kontaktor yang bekerja bergantian, tidak bisa bekerja
bersamaan gambar-2.25. Fuse F1 digunakan untuk pengaman
hubungsingkat rangkaian daya. Ketika kontaktor Q1 posisi ON motor
putarannya ke kanan, saat Q1 di OFF kan dan Q2 di ON kan maka
terjadi pertukaran kabel supply menuju terminal motor, motor akan
berputar ke kiri. Rangkaian daya dilengkapi pengaman thermal overload
relay F3, yang akan memutuskan rangkaian daya dan rangkaian kontrol
ketika motor mendapat beban lebih.

Q1; Q2; Kontaktor


F1 Fuse Daya
F2 Fuse kontrol
F3 Thermal overload relay
S1 Tombol OFF
S2 Tombol Putar kiri
S3 Tombol Putar kanan
A1,A2 Koil kontaktor
M1 Motor induksi 3 phasa

316
Gambar 2.25 : Pengawatan Daya Pembalikan Putaran Motor Induksi

Cara kerja rangkaian kontrol, posisi standby jala-jala mendapat


supply 220V dengan titik netral N.
Posisi Putaran Arah Kanan
Saat tombol Normally Open S3 (Forward) di tekan terjadi loop
tertutup pada rangkaian koil kontaktor Q1, sehingga kontaktor Q1
energized. Pada posisi ini motor berputar ke kanan. Perhatikan koil Q1
di serikan dengan kontak Normally Close Q2, dan sebaliknya koil Q2 di
seri dengan kontak Normally Close Q1, ini disebut saling mengunci
(interlocking). Artinya ketika koil Q1 ON, maka koil Q2 akan terkunci
selalu OFF. Atau saat koil Q2 sedang ON, maka koil Q1 akan selalu
OFF. Karena koil Q1 akan bergantian bekerja dengan Q2 atau
sebaliknya, dan keduanya tidak akan bekerja secara bersamaan.

Posisi Putaran Arah Kiri.


Kontak Normally Open S2 (Reverse) ditekan, loop tertutup terjadi
pada rangkaian koil Q2. Kontaktor Q2 akan ON dan dengan sendirinya
koil kontaktor Q1 akan OFF, terjadi pertukaran dua kabel phasa pada
terminal motor dan motor berputar ke kiri.

317
Untuk mematikan rangkaian, tekan tombol normally close S1,
maka rangkaian kontrol terbuka dan aliran listrik ke koil Q1 dan koil Q2
terputus dan rangkaian dalam kondisi mati. Jika terjadi beban lebih
kontak F3 akan terbuka, maka rangkaian akan terputus aliran listriknya
dan rangkaian kontrol dan daya akan terputus.

Gambar 2.26 : Pengawatan Kontrol Pembalikan Putaran

Sebuah lampu P1 disambungkan ke kontak 98 dari F3


berfungsi sebagai indikator beban lebih, lampu P1 akan ON jika terjadi
gangguan beban lebih gambar-2.26.

Gambar 2.27 : Kontrol Pembalikan Motor Dilengkapi Lampu Indikator

318
Rangkaian kontrol dikembangkan dengan menambahkan dua
lampu indikator E1 akan ON ketika motor berputar ke kanan, dan
lampu indikator E2 akan ON ketika motor berputar ke kiri
gambar-2.27. Pada rangkaian kontrol dikembagkan tombol NC
(Normally Close) S1 dan tombol NC S3 untuk mematikan
rangkaian. Tombol NO (Normally Open) S2 untuk meng-energized koil
Q1 (Forward), dan tombol NO S4 untuk meng-energized koil Q2
(Reverse). Tiap lampu indikator diamankan dengan fuse , F1 untuk
lampu E1 dan F2 untuk lampu E2, sedangkan fuse F3 untuk pengaman
rangkaian kontrol.

1.2.4. Pengendali Dua Motor Bekerja Bergantian


Dalam proses diperlukan kerja dua atau beberapa motor induksi
bekerja secara bergantian sesuai kebutuhan. Berikut ini dua motor
induksi dirancang untuk bekerja secara bergantian, dengan interval
waktu tertentu. Rangkaian daya dua motor bekerja bergantian, fuse
F1 berfungsi sebagai pengaman jika terjadi gangguan hubung singkat
rangkaian daya baik motor-1 dan motor-2 gambar-2.28. Kontaktor Q1
mengendalikan motor-1 dan kontaktor Q2 mengendalikan motor-2.
Masing-masing motor dipasang thermal overload F3 dan F4.
Kontaktor Q1 dan kontaktor Q2 dirancang interlocking, artinya
mereka akan bekerja secara bergantian.

319
Q1; Q2; Kontaktor
F1 Fuse Daya
F2 Fuse Kontrol
F3, F4 Thermal overload relay
B1 Tombol Proximity Switch
S2 Tombol ON
S3 Tombol OFF
A1,A2 Koil kontaktor
M1 M2 Motor induksi 3 phasa

Gambar 2.28 : Pengawatan Daya Dua Motor Bekerja Bergantian

Rangkaian kontrol motor bekerja bergantian gambar-2.29


dipasang fuse F2 sebagai pengaman gangguan di rangkaian kontrol.

320
Gambar 2.29 : Pengawatan Kontrol Dua Motor Bergantian

Menjalankan Motor-1
Tombol tekan Normally Open S2 jika ditekan akan
mengakibatkan koil Q1 energized, sehingga motor-1 bekerja. Koil Q1
diseri dengan kontak Normally Close Q2, dan koil Q2 diseri dengan
kontak Normally Close Q1, menandakan bahwa keduanya terhubung
interlocking. Jika proximity switch B1 posisi open maka aliran listrik
terputus akibatnya koil Q1 atau koil Q2 akan de-energized sehingga
rangkaian kontrol dan rangkaian daya terputus.

Menjalankan Motor-2
Tombol tekan Normally Close S3 di tekan secara bersamaan
aliran koil Q1 terputus dan aliran listrik ke koil Q2 tersambung, kontaktor
Q2 akan energized dan motor-2 bekerja. Jika terjadi gangguan beban
lebih dari salah satu motor, maka thermal overload relay F3 atau F4
akan bekerja, rangkaian daya menjadi loop terbuka, dan aliran listrik ke
rangkaian motor terputus meskipun rangkaian kontrol masih bekerja.

321
Motor-1 Dan Motor-2 Bekerja Dengan Selang Waktu
Agar tingkat keamanan lebih baik maka saat thermal overload
relay F3 dan F4 bekerja, rangkaian kontrol juga harus terputus. Maka
dilakukan kontak Normally Close F3 dan F4 di hubungkan seri dan
menggantikan fungsi dari proximity switch B1 gambar-2.30.

Gambar 2.30 : Pengaturan Selang Waktu Oleh Timer

Lampu indikator P1 diparalelkan dengan koil Q1, berfungsi


sebagai indikator saat koil Q1 energized terdeteksi. Lampu indikator
P2 juga diparalel dengan koil Q2, sehingga saat koil Q2 energized
dapat diketahui dengan nyala lampu P2. Timer K3 ditambahkan seri
dengan kontak NO koil Q1 dan NC koil Q2, artinya koil kon- aktor Q2
akan energized jika koil Q1 sudah bekerja dan setting waktu berjalan
dicapai maka koil Q2 akan energized, dan motor-1 dan motor-2 akan
bekerja bersama-sama.

322
1.2 Kegiatan Belajar 2 (Praktikum) (Waktu Belajar 2 X 8 jam)
1. Jelaskan spesifikasi motor yang tertulis pada name plate motor
yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Buatlah rangkain pengendali reverse forward
3. Buatlah rangkaian pengendali star delta.
4. Buatlah rangkaian pengendali motor bergantian.

323

Anda mungkin juga menyukai