Semua benda padat, cair atau gas yang mempunyai massa dan menempati
ruang pada dasarnya tersusun dari molekul atau atom yang tergabung menjadi satu.
Atom merupakan bagian terkecil dari suatu benda yang memiliki properties yang sama
dari benda yang dibentuk olehnya. Inti dari sebuah atom disebut dengan nukleus yang
terbentuk dari gabungan antara proton dan neutron dan dikelelingi oleh partikel lain
yang disebut elektron. Setiap partikel atom mempunyai muatan listrik. Proton
bermuatan positif, elektron bermuatan negatif, dan neutron tidak bermuatan atau
netral.
Suatu atom berada dalam keadaan setimbang apabila banyaknya elektron
sama dengan proton. Proton yang bermuatan positif mempertahankan elektron berada
dalam orbitnya. Gaya sentrifugal mencegah elektron yang berada pada orbitnya untuk
bergerak ke dalam. Neutron mempertahankan keadaan proton dengan mencegah
atau menetralkan gaya tolak menolak proton untuk mempertahankan inti atom.
Hidrogen mempunyai atom yang paling sederhana dengan satu buah proton di dalam
nukleus dan satu buah elektron yang mengitarinya. Bentuk atom tembaga lebih
kompleks karena terdiri dari 29 elektron pada empat orbit yang berbeda yang berputar
mengitari sebuah nukleus yang di dalamnya terdiri dari 29 proton dan 29 neutron.
Sebuah atom yang mempunyai kelebihan elektron disebut dengan ion negatif
sedangkan atom yang kekurangan elektron disebut dengan ion positif. Ion-ion positif
akan menarik elektron-elektron yang ada pada atom yang berdekatan dengannya agar
menjadi seimbang. Perpindahan elektron-elektron dari atom lain akibat adanya gaya
tarik dari ion-ion positif suatu atom yang lain menyebabkan terjadinya aliran elektron.
Kemampuan mengalirkan arus listrik dari suatu atom tergantung dari jumlah
elektron pada orbit bagian luar dari atom tersebut. Elektron yang berada pada orbit
yang berdekatan dengan inti atom mempunyai gaya tarik yang kuat terhadap proton
sehingga posisinya tetap atau terikat dan ini disebut elektron terikat (bound electrons).
Elektron yang terletak pada orbit yang paling luar atau jauh dari inti atom mempunyai
gaya tarik yang lemah terhadap proton sehingga mudah berpindah-pindah dan ini
disebut elektron bebas (free elektron). Elektron dapat berpindah akibat adanya gaya
atau paksaan dari luar misalnya aksi kimia, tekanan, cahaya, gesekan, panas, dan
pengaruh magnetik. Elektron yang berpindah akibat pengaruh gaya tersebut
berpindah dari satu atom ke atom lainnya. Aliran elektron bebas ini menghasilkan
suatu arus listrik.
Jumlah elektron bebas pada orbit paling luar dari suatu atom akan
mempengaruhi sifat-sifat listrik dari suatu bahan. Sifat listrik dari suatu bahan dapat
dibagi menjadi tiga macam yaitu 1) sifat bahan yang dapat menghantarkan arus listrik
atau konduktor, 2) sifat bahan yang dapat menghantarkan dan tidak dapat
menghantarkan atau semikonduktor, dan 3) sifat bahan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik atau isolator.
Bahan yang termasuk konduktor adalah bahan yang mempunyai satu sampai
tiga elektron pada orbit terluar dari atomnya dan mempunyai sifat sebagai penghantar
listrik yang baik, misalnya tembaga, besi, aluminium, dan logam-logam lain pada
umumnya. Bahan yang termasuk semikonduktor adalah bahan yang mempunyai
empat elektron pada orbit terluar dari atomnya dan mempunyai sifat sebagai
penghantar listrik yang baik pada kondisi tertentu dan sebagai isolator yang baik juga
pada kondisi lainnya, misalnya karbon, germanium, dan silikon. Bahan yang termasuk
dalam isolator adalah bahan yang mempunyai lima sampai delapan elektron pada
orbit terluar dari atomnya dan mempunyai sifat sebagai penghantar listrik yang tidak
baik. Elektron tertahan sangat kuat dan elektron sangat sulit untuk mengalir. Bahan
yang termasuk isolator misalnya kaca, plastik, karet, kayu, dll.
Listrik terbagi menjadi dua macam, yaitu listrik statis dan listrik dinamis. Pada
listrik statis, tidak terjadi aliran elektron. Apabila dua buah bahan bukan penghantar
listrik misalnya sebatang kaca dan kain sutera saling digesekan satu sama lain,
beberapa elektron dibebaskan sehingga kedua bahan tersebut menjadi bermuatan
listrik. Salah satu bahan tersebut menjadi kekurangan elektron atau bermuatan positif,
dan bahan yang lainnya menjadi kelebihan elektron atau bermuatan negatif. Muatan-
muatan ini akan tetap berada pada permukaan kedua bahan tersebut dan tidak
bergerak kecuali kedua bahan tersebut disentuhkan. Listrik dinamis (listrik yang dapat
mengalir) terdiri dari dua macam, yaitu listrik arus searah (DC = direct current) dan
listrik arus bolak-balik (AC = alternating current). Aliran listrik terjadi pada saat
elektron-elektron lepas dari atom-atomnya dan mengalir melalui suatu penghantar
atau konduktor. Karena listrik ini dapat mengalir, maka listrik ini disebut dengan listrik
dinamis.
Jika elektron bebas mengalir dalam satu arah, maka listrik itu disebut listrik
arus searah (DC), dan jika elektron bebas mengalir berubah arah dari positif ke negatif
dan sebaliknya secara berulang-ulang maka listrik ini disebut listrik arus bolak-balik
(AC). Contoh untuk listrik arus searah adalah listrik yang dihasilkan oleh baterai (accu)
pada kendaraan, dan batu baterai. Arus yang dihasilkan adalah arus searah (DC),
sedangkan contoh arus bolak-balik adalah arus listrik yang dihasilkan oleh alternator
pada sistem pengisian baterai (charging system) pada kendaraan, dan arus listrik PLN
yang ada di rumah-rumah.
Teori aliran arus listrik yang digunakan dalam rangkaian listrik ada dua, yaitu
teori konvensional dan teori elektron. Teori konvensional yang umumnya digunakan
pada sistem-sistem otomotif menyatakan bahwan arus listrik mengalir dari positif ke
negatif atau dari daerah yang kelebihan proton atau daerah yang berpotensial tinggi
(+) ke daerah yang berpotensial rendah (-). Teori elektron yang umumnya digunakan
pada bidang elektronika menyatakan bahwa arus mengalir dari negatif ke positif atau
kelebihan elektron menyebabkan suatu daerah yang berpotensial negatif (-) mengalir
ke daerah yang kekurangan elektron (daerah +) untuk menyeimbangkan muatan.
Untuk tidak membingungkan, pembahasan rangkaian kelistrikan dalam buku ini
menggunakan teori konvensional.
2.4.1. Tegangan
Tegangan merupakan tekanan listrik yaitu suatu gaya potensial atau
perbedaan muatan listrik pada dua tempat yang berbeda. Tegangan (dalam hukum
Ohm ditulis dengan simbol E) diukur dengan satuan volt (V). Adanya perbedaan
potensial atau tegangan dapat menyebabkan arus listrik mengalir melalui suatu
penghantar yang menghubungkan antara satu titik yang berpotensial tinggi (+) ke titik
lain yang berpotensial rendah (-). Berikut adalah tabel yang menjelaskan tentang
tegangan dan satuannya.
Tegangan Satuan Satuan dalam Skala Kecil Satuan dalam Skala Besar
Simbol V µV mV kV MV
Sebutan Volt Micro-volt Mili-volt Kilo-volt Mega-volt
Pengali 1 0,000001 0,001 1.000 1.000.000
2.4.2. Arus
Tegangan atau beda potensial akan menyebabkan arus listrik mengalir. Arus
merupakan laju aliran muatan positif menuju daerah yang bermuatan negatif melalui
suatu penghantar. Arus (dalam hukum Ohm ditulis dengan simbol I) dinyatakan dalam
satuan Amper dan diukur dengan alat yang disebut amper meter. Berikut adalah tabel
yang menjelaskan tentang arus dan satuannya.
Arus Satuan Satuan dalam Skala Kecil Satuan dalam Skala Besar
Simbol A µA mA kA MA
Sebutan Amper Micro-amper Mili-amper Kilo-amper Mega-amper
Pengali 1 0,000001 0,001 1.000 1.000.000
2.4.3. Resistansi
Resistansi (dalam hukum Ohm ditulis dengan simbol R) merupakan tahanan
dari suatu bahan konduktor untuk menghambat aliran arus listrik. Setiap logam yang
digunakan sebagai penghantar mempunyai karakteristik hambatan yang berbeda.
Besar tahanan suatu konduktor tergantung pada tahanan jenis bahan, panjang bahan,
luas penampang bahan, dan temperatur. Luas penampang dan panjang konduktor
yang sama, nilai tahanannya bisa berbeda jika bahan dan tahanan jenisnya berbeda.
Berikut adalah tabel yang menjelaskan tentang tahanan dan satuannya.
Resistansi Satuan Satuan dalam Skala Kecil Satuan dalam Skala Besar
Simbol Ω µΩ mΩ kΩ MΩ
Sebutan Ohm Micro-ohm Mili-ohm Kilo-ohm Mega-ohm
Pengali 1 0,000001 0,001 1.000 1.000.000
Luas penampang konduktor yang kecil mempunyai tahanan yang lebih besar
dibanding konduktor dengan penampang yang lebih besar. Konduktor yang lebih
panjang mempunyai tahanan yang lebih besar dibanding dengan konduktor yang
pendek meskipun luas penampangnya sama. Konduktor dengan temperatur yang
tinggi mempunyai nilai tahanan yang lebih besar dibanding dengan konduktor dengan
temperatur yang rendah.
Daya Satuan Satuan dalam Skala Kecil Satuan dalam Skala Besar
Simbol W mW kW MW
Sebutan Watt Mili-watt Kilo-watt Mega-watt
Pengali 1 0,001 1.000 1.000.000
2.4.5. Kapasitansi
Kapasitansi atau kapasitas adalah kemampuan untuk menyimpan elektron-
elektron atau energi listrik. Komponen yang dapat menyimpan elektron atau energi
listrik disebut dengan kapasitor atau kondensator/kondensor. Besar kecilnya kapasitas
kondensator tergantung dari besar kecilnya luas plat pada kondensator, jenis bahan
dielektrikum, dan jarak antara kedua plat kondensator tersebut. Secara rinci
penjelasan tentang kondensator dibahas pada Bab 3. Berikut adalah tabel yang
menjelaskan tentang kapasitansi dan satuannya.
E=IxR (2.1)
atau I=E/R (2.2)
atau R=E/I (2.3)
dimana P adalah daya dalam satuan watt, E adalah tegangan dalam satuan volt, dan I
adalah arus dalam satuan amper
2. Tentukan daya dan arus listrik yang mengalir pada suatu rangkaian jika tegangan
yang diberikan sebesar 12 volt dan tahanan rangkaian tersebut 20 ohm.
3. Tentukan tahanan suatu rangkaian yang dapat mengalirkan arus sebesar 3 A jika
tegangan yang diberikan pada rangkaian tersebut 15 V.
3. Sekrup kalibrasi jarum, berfungsi untuk mengeset jarum pada posisi nol (pada sisi
sebelah kiri).
4. Tombol kalibrasi ohm, berfungsi untuk mengeset jarum ke posisi nol (pada sisi
sebelah kanan) pada setiap akan melakukan pengukuran tahanan.
5. Terminal positif, berfungsi sebagai tempat dudukan kabel penguji yang berwarna
merah (kabel positif)
6. Terminal negatif berfungsi sebagai tempat dudukan kabel penguji yang berwarna
hitam (kabel negatif)
7. Selektor, berfungsi untuk memilih mode pengukuran sesuai dengan kebutuhan.
Possisi selektor digeser ke skala Ω jika digunakan untuk mengukur tahanan, ke
skala DCmA jika digunakan untuk mengukur arus, ke skala DCV jika digunakan
untuk mengukur tegangan listrik arus searah (DC), dan ke skala ACV jika
digunakan untuk mengukur tegangan listrik arus bolak-balik (AC).
Skala yang terdapat pada multitester lebih jelas tergambar pada gambar di
bawah. Skala paling atas (skala no. 1 terdapat simbol Ω pada sisi sebelah kanan)
adalah skala untuk pembacaan nilai tahanan dari komponen yang diukur. Skala yang
kedua dari atas (skala no. 2 tertulis DCV & ACV di sisi sebelah kanan dan kiri) dapat
digunakan untuk membaca hasil pengukuran tegangan baik tegangan AC maupun DC
tergantung posisi selektor apakah di ACV atau DCV. Skala 0 – 10 dapat digunakan
untuk membaca hasil pengukuran tegangan 0 sampai 10 V DC atau 0 sampai 1000 V
DC dan AC, sedangkan untuk pembacaan 0 sampai 10 V AC digunakan skala di
bawahnya (skala no. 3 tertulis AC10V di sisi sebelah kiri dan kanan). Untuk membaca
hasil pengukuran tagangan 0 – 50 V angka yang digunakan adalah angka 0 sampai
50 dengan garis skala yang digunakan tetap garis skala no. 2, begitu pula untuk
pembacaan tegangan 0 sampai 250 V. Skala no. 4 (tertulis hFE di sisi sebelah kiri)
digunakan untuk mengukur atau menentukan perbandingan arus kolektor dan arus
basis dari suatu transistor. Skala no.5 (tertulis mA di sisi kanan) digunakan untuk
membaca hasil pengukuran arus. Skala no. 6 (tertulis LV di sisi kanan) digunakan
untuk membaca hasil pengukuran tegangan rendah antara 0 sampai 3 volt. Skala no.
7 digunakan untuk membaca hasil pengukuran decibel.
20 x 1 = 20 Ω
Jika selektor berada di Ω posisi X1k, jarum juga menunjuk angka 20 maka nilai
tahanannya adalah
Begitu seterusnya, angka yang ditunjukkan oleh jarum saat pengukuran tahanan
dikalikan dengan angka yang tertera pada selektor, sehingga diperoleh hasil
pengukuran. Perlu diingat, setiap kali mengubah posisi selektor dari posisi x1 ke
posisi x1k atau lainnya, jarum harus diset kembali ke posisi nol karena setiap
perubahan posisi akan menyebabkan posisi nol jarum pada skala Ω berubah. Hal ini
harus dilakukan agar hasil pembacaan selalu akurat.
Gambar 2.14. Contoh pengukuran tahanan dan posisi jarum multitester (garis
putus-putus)
Perlu diperhatikan, untuk mengukur tegangan DC, kabel atau kaki multitester
tidak boleh terbalik. Kaki tester yang berwarna merah harus dihubungkan dengan
terminal posisitf baterai (atau terminal positif rangkaian) dan terminal negatif tester
yang berwarna hitam dihubungkan dengan terminal negatif baterai (atau massa dari
rangkaian) yang akan diukur. Pemasangan kaki yang terbalik akan menyebabkan
jarum bergerak ke arah yang salah dan dapat menyebabkan kerusakan alat ukur.
Gambar 2.16. Contoh posisi selektor, dan posisi jarum multitester (garis putus-putus)
Pengukuran Arus.
Pengukuran arus pada suatu rangkaian listrik dilakukan dengan memasang
alat ukur secara seri dengan rangkaian tersebut. Selektor pada multitester harus
berada pada posisi DCA atau DCmA. Kabel positif tester dihubungkan dengan sumber
arus dan kabel negatif tester dihubungkan dengan rangkaian tersebut. Jadi, sebelum
masuk ke rangkaian, arus terlebih dahulu melewati ampermeter atau multitester.
Besarnya arus yang mengalir pada rangkaian dapat dibaca melalui skala.
rangkaian listrik yang merupakan suatu jalur yang lengkap sebagai tempat arus
mengalir saat tegangan diberikan pada rangkaian tersebut. Rangkaian yang lengkap
biasanya terdiri dari sumber arus, penghantar atau kabel-kabel penghubung, beban
atau komponen yang dapat bekerja bila diberi arus listrik (lampu, motor listrik,
kumparan, dll), alat atau komponen pengontrol (saklar, relay), alat pengaman
(sekering, pemutus rangkaian / circuit breaker, fusiblelink), dan massa. Gambar
berikut menunjukkan komponen-komponen dasar rangkaian kelistrikann.
Rangkaian listrik terdiri dari tiga macam, yaitu rangkaian seri, rangkaian
paralel, dan rangkaian gabungan seri dan paralel. Secara rinci masing-masing
rangkaian dijelaskan sebagai berikut.
Dua buah lampu pada rangkaian di atas merupakan beban atau tahanan listrik.
Pada rangkaian seri, total tahanan sama dengan jumlah seluruh nilai tahanan pada
pada rangkaian tersebut. Secara matematis, nilai tahanan total pada rangkaian seri
adalah
Contoh :
Jika pada rangkaian gambar 2.20 harga tahanan R1 adalah 4 Ω dan R2 adalah 2 Ω,
maka tahanan total pada rangkaian seri tersebut (tahanan pada sekering dan saklar
diabaikan) adalah
RTotal = R1 + R2
RTotal = 4 + 2
RTotal = 6 Ω
Apabila saklar pada gambar 2.20 diaktifkan (ditutup), arus akan mengalir dari
positif baterai ke semua komponen yang ada pada rangkaian tersebut (lihat gambar
2.21) kemudian ke massa / negatif baterai (maka kedua lampu menyala). Karena
terpasang secara seri, besarnya arus yang mengalir ke semua komponen dalam
rangkaian adalah sama. Hukum Ohm menyatakan bahwa intensitas arus (dalam
amper) pada suatu rangkaian listrik sama dengan perbedaan tegangan (dalam volt)
pada rangkaian dibagi dengan tahanan (dalam ohm) rangkaian tersebut atau dapat
ditulis dengan persamaan berikut.
I = E / R (2.2)
I = E / RTotal
I = 12 / 6
I = 2A
Jadi, arus yang mengalir pada rangkaian tersebut sebesar 2 A. Karena nilai tahanan
kedua beban tersebut berbeda, maka tegangan yang bekerja pada tiap beban akan
berbeda. Tegangan pada tiap beban dapat dihitung dengan persamaan 2.1. Karena
arus yang mengalir pada semua beban sama, maka I1 = I2 = I sehingga tegangan
pada beban 1 dan beban 2 dapat dinyatakan
E1 = I x R1 (2.6)
E2 = I x R2 (2.7)
Dengan demikian, E1 = 2 x 4 = 8 volt
dan E2 = 2 x 2 = 4 volt
Gambar 2.21. Aliran arus pada rangkaian seri dan tegangan pada tiap beban
Latihan :
Perhatikan gambar 2.21, jika nilai tahanan pada lampu 1 adalah 4 Ω dan tahanan
pada lampu 2 adalah 8 Ω, berapa tegangan yang bekerja pada lampu 1 dan lampu 2?
Cek jawabannya apakah jumlah tegangan pada kedua beban tersebut sama dengan
tegangan sumbernya.
Dua buah lampu pada rangkaian di atas merupakan beban atau tahanan listrik.
Pada rangkaian paralel, tahanan total dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.
Apabila saklar pada gambar 2.22 diaktifkan (ditutup), arus akan mengalir dari
positif baterai ke semua komponen yang ada pada rangkaian tersebut (lihat gambar
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 38
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
2.23) kemudian ke massa / negatif baterai (maka kedua lampu menyala). Karena
terpasang secara paralel, arus mengalir ke lampu 1 dan ke lampu 2. Berdasarkan
persamaan 2.2, maka besarnya arus yang mengalir pada rangkaian seperti pada
gambar 2.23 dapat dihitung. Dengan asumsi tegangan baterai adalah 12 volt, maka
I = E / RTotal
I = 12 / 2,4
I = 5A
Jadi, arus yang mengalir pada rangkaian tersebut sebesar 5 A. Jika dilakukan
pengukuran tegangan pada lampu 1 dan lampu 2 (lihat gambar 2.23), pengukuran
pada kedua lampu tersebut menghasilkan harga tegangan yang sama. Jadi E1 = E2
= tegangan baterai. Karena nilai tahanan kedua beban tersebut berbeda, maka arus
yang mengalir pada tiap beban berbeda (I1 ≠ I2). Arus pada tiap beban dihitung
dengan persamaan 2.2.
I = E / R
Arus ke Lampu 1 I1 = E / R1
Arus ke Lampu 2 I2 = E / R2
Dengan demikian,
arus ke lampu 1 adalah I1 = E / R1
I1 = 12 / 4
I1 = 3 A
Arus ke lampu 2 adalah
I2 = E / R2
I2 = 12 / 6
I2 = 2 A
Latihan :
Perhatikan gambar 2.23, jika nilai tahanan pada lampu 1 adalah 4 Ω dan tahanan
pada lampu 2 adalah 2 Ω, berapa arus yang mengalir pada lampu 1 dan lampu 2?
Cek jawabannya apakah penjumlahan arus pada kedua beban tersebut sama dengan
besarnya arus yang mengalir pada rangkaian paralel tersebut. Bandingkan besarnya
arus yang mengalir pada rangkaian ini dengan arus yang mengalir pada rangkaian
seperti pada contoh perhitungan pada rangkaian seri (harga R1 dan R2nya sama pada
kedua contoh ini). Buat kesimpulan hasil perbandingan tersebut.
Dua buah lampu pada rangkaian di atas merupakan beban atau tahanan listrik
yang terpasang secara paralel. Tahanan total (tahanan pengganti) dari kedua lampu
paralel tersebut adalah RPar. Antara tahanan pengganti RPar dan tahanan geser R1
terangkai secara seri. Tahanan total rangkaian seri-paralel dari rangkaian tersebut
adalah
Rtotal = R1 + RPar (2.11)
Dari persamaan 2.10 : Rtotal(paralel) = (R1 x R2) / (R1 + R2)
Persamaan 2.11 menjadi Rtotal = R1 + {(R2 x R3) / (R2 + R3)} (2.12)
Contoh :
Jika pada rangkaian gambar 2.24 harga tahanan geser (R1) adalah 2 Ω, R2 adalah 4
Ω, dan R3 adalah 6 Ω, maka tahanan total pada rangkaian tersebut adalah
Apabila saklar pada gambar 2.24 diaktifkan (ditutup), arus akan mengalir dari
positif baterai ke semua komponen yang ada pada rangkaian tersebut (lihat gambar
2.25) kemudian ke massa / negatif baterai (maka kedua lampu menyala). Berdasarkan
persamaan 2.2, maka besarnya arus yang mengalir pada rangkaian seperti pada
gambar 2.25, dapat dihitung. Dengan asumsi tegangan baterai adalah 12 volt, maka
I = E / RTotal
I = 12 / 4,4
I = 2,7273 A
Jadi, arus yang mengalir pada rangkaian tersebut sebesar 2,7273 A. Karena R1
terhubung seri pada rangkaian tersebut, maka besarnya arus yang mengalir ke R1
sama dengan arus yang mengalir pada rangkaian yaitu 2,7273 A. Jika dilakukan
pengukuran tegangan pada tahanan geser (R1) maka didapat E1 dan pengukuran
pada lampu 1 (R2) dan lampu 2 (R3) (lihat gambar 2.25), didapat E2 dan E3. Karena
lampu 1 dan lampu 2 paralel, maka E2 = E3. Dari persamaan 2.1, tegangan pada R1
adalah
E1 = I x R1
E1 = 2,7273 x 2
E1 = 5,45 V
E2,3 = I x RPar
E2,3 = 2,7273 x 2,4
E2,3 = 6,55 V
I = E / R
Karena E2 = E3, maka
I2 = 6,55 / 4
I2 = 1,64 A
Arus ke lampu 2 adalah
I3 = 6,55 / 6
I3 = 1,09
Karakteristik rangkaian paralel adalah 1) arus yang mengalir pada bagian seri
sama dengan jumlah arus cabang pada bagian paralel, 2) tahanan rangkaian
merupakan jumlah tahanan pengganti paralel dengan tahanan seri, 3) tegangan yang
bekerja pada bagian paralel sama dengan tegangan sumber dikurangi tegangan yang
ada pada bagian seri, 4) jika salah satu komponen / tahanan pada bagian seri rusak
atau putus, maka rangkaian tidak dapat bekerja.
Latihan :
Perhatikan gambar 2.25, jika nilai tahanan pada R1 adalah 4 Ω , R2 adalah 2 Ω dan
tahanan pada R3 adalah 6 Ω, berapa arus yang mengalir pada lampu 1 dan lampu 2?
Berapa tegangan R2 dan R3 ?
Jika baterai dihubungkan secara seri, maka terminal positif baterai pertama
dihubungkan dengan terminal negatif baterai kedua. Terminal negatif baterai pertama
dihubungkan dengan massa, dan terminal positif baterai kedua dihubungkan dengan
rangkaian. Jika tiap baterai mempunyai tegangan 12 volt, maka tegangan baterai yang
dihubungkan secara seri tersebut menjadi 12 + 12 = 24 volt. Jadi tegangan yang
bekerja pada rangkaian menjadi 24 volt. Dengan demikian, jika dua baterai atau lebih
dihubungkan secara seri, maka tegangan menjadi naik dan total tegangannya adalah
jumlah dari semua tegangan baterai yang dihubungkan secara seri.
Jika baterai dihubungkan secara paralel, maka terminal positif baterai pertama
dihubungkan dengan terminal positif baterai kedua dan bagian ini dihubungkan
dengan rangkaian. Terminal negatif baterai pertama dihubungkan dengan terminal
negatif baterai kedua dan dan bagian ini kemudian dihubungkan dengan massa. Jika
tiap baterai mempunyai tegangan 12 volt, maka tegangan baterai yang dihubungkan
secara paralel tersebut akan tetap 12 volt. Namun, kemampuan mengalirkan arus
pada baterai yang dihubungkan secara paralel menjadi dua kali lipat. Jadi tegangan
yang bekerja pada rangkaian tetap 12 volt tetapi arus yang mengalir pada rangkaian
dapat lebih besar. Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa baterai yang dihubungkan
secara seri tegangannya akan meningkat, sedangkan baterai yang dihubungkan
secara paralel arus yang dapat mengalir jadi meningkat.
dengan massa. Maka, akan terukur tegangan yang tersedia pada kunci kontak.
Penurunan tegangan merupakan salah satu pengujian yang penting. Pengetesan
penurunan tegangan dapat dilakukan dengan cara berikut. Tempatkan kabel merah
multitester ke bagian positif dari komponen yang dites dan kabel hitam ke bagaian
negatif atau massa. Aktifkan rangkaian saat alat ukur terpasang dan kemudian baca
hasil penunjukkan alat ukur.
2.8. Kemagnetan
Elektromagnet berarti magnet yang dihasilkan oleh adanya listrik. Hubungan
antara listrik dan magnet sangat dekat karena listrik dapat digunakan untuk
mengasilkan magnet dan magnet dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.
Pada saat arus listrik mengalir melalui suatu penghantar, terbentuk medan magnet di
sekitar penghantar tersebut. Keberadaan medan magnet tersebut tidak dapat dilihat
namun dapat diketahui dengan mendekatkan kompas ke pengahantar tersebut. Jarum
pada kompas akan bergerak akibat pengaruh medan magnet yang dihasilkan oleh
aliran arus tersebut. Fenomena lain juga akan terlihat apabila dua buah kumparan
yang dialiri arus listrik didekatkan satu sama lain. Kedua kumparan tersebut akan
saling tarik menarik atau tolak menolak tergantung kutub-kutub mana yang
berdekatan.
Gambar 2.29. Medan magnet di sekitar penghantar yang dialiri arus listrik
Arus listrik yang mengalir melewati penghantar yang lurus, medan magnet
mengitari penghantar berbentuk garis-garis gaya magnet melingkar yang tersusun
secara seri. Pada penghantar yang berbentuk melingkar (gulungan), medan magnet
dapat terkonsentrasi di pusat lingkaran dan menghasilkan medan magnet yang kuat.
Kuat medan magnet dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah kumparan dan
memperbesar arus. Contoh medan magnet yang sederhana dapat dibuat dengan
melilitkan kawat berisolasi pada sebuah paku, kemudian ujung-ujung kumparan itu
dihubungkan dengan sebuah baterai. Pada saat arus mengalir ke kumparan tersebut,
terjadi medan magnet dan bila beberapa penjepit kertas yang terbuat dari besi
didekatkan, maka penjepit kertas tersebut akan menempel pada paku tersebut.
2.9. Ringkasan
Semua benda padat, cair atau gas yang mempunyai massa dan menempati
ruang pada dasarnya tersusun dari molekul atau atom yang tergabung menjadi satu.
Atom merupakan bagian terkecil dari suatu benda yang memiliki propertis atau sifat
yang sama dari benda yang dibentuk olehnya. Inti dari sebuah atom disebut dengan
nukleus yang terbentuk dari gabungan antara proton dan neutron dan dikelelingi oleh
partike lain yang disebut elektron. Setiap patikel atom mempunyai muatan listrik.
Proton bermuatan positif, elektron bermuatan negatif, dan neutron tidak bermuatan
atau netral.
Bahan yang termasuk konduktor adalah bahan yang mempunyai satu sampai
tiga elektron pada orbit terluar dari atomnya dan mempunyai sifat sebagai penghantar
listrik yang baik, misalnya tembaga, besi, aluminium, dan logam-logam lain pada
umumnya. Bahan yang termasuk semikonduktor adalah bahan yang mempunyai
empat elektron pada orbit terluar dari atomnya dan mempunyai sifat sebagai
penghantar listrik yang baik pada kondisi tertentu dan sebagai isolator yang baik juga
pada kondisi lainnya, misalnya karbon, germanium, dan silikon. Bahan yang termasuk
dalam isolator adalah bahan yang mempunyai lima sampai delapan elektron pada
orbit terluar dari atomnya dan mempunyai sifat sebagai penghantar listrik yang tidak
baik.
Teori aliran arus listrik yang digunakan dalam rangkaian listrik ada dua, yaitu
teori konvensional dan teori elektron. Teori konvensional yang umumnya digunakan
pada sistem-sistem otomotif menyatakan bahwan arus listrik mengalir dari positif ke
negatif atau dari daerah yang kelebihan proton atau daerah yang berpotensial tinggi
(+) ke daerah yang berpotensial rendah (-). Teori elektron yang umumnya digunakan
pada bidang elektronika menyatakan bahwa arus mengalir dari negatif ke positif atau
kelebihan elektron menyebabkan suatu daerah yang berpotensial negatif (-) mengalir
ke daerah yang kekurangan elektron (daerah +) untuk menyeimbangkan muatan.
Energi listrik merupakan bentuk energi yang tidak dapat dilihat, tidak dapat
didengar, tidak dapat disentuh, dan tidak dapat dicium dengan indra penciuman
manusia. Meskipun begitu, adanya energi listrik dapat dilihat atau dirasakan dari efek-
efek yang ditimbulkannya. Misalnya lampu yang tadinya padam menjadi terang
setelah saklar diaktifkan, setrika listrik yang menjadi panas setelah dihubungkan
dengan sumber listrik, bel listrik yang menghasilkan suara setelah tombol bel ditekan,
adanya asap dan bau bahan terbakar yang keluar dari kabel listrik yang terbakar
akibat adanya hubungan singkat, loncatan bunga api di antara elektroda busi, suara
yang keras seperti bunyi petir, sengatan dan efek-efek lain yang dapat ditimbulkannya.
Tegangan merupakan tekanan listrik yaitu suatu gaya potensial atau
perbedaan muatan listrik pada dua tempat yang berbeda. Tegangan (dalam hukum
Ohm ditulis dengan simbol E) diukur dengan satuan volt (V). Adanya perbedaan
potensial atau tegangan dapat menyebabkan arus listrik mengalir melalui suatu
penghantar yang menghubungkan antara satu titik yang berpotensial tinggi (+) ke titik
lain yang berpotensial rendah (-). Arus merupakan laju aliran muatan positif menuju
daerah yang bermuatan negatif melalui suatu penghantar. Arus (dalam hukum Ohm
ditulis dengan simbol I) dinyatakan dalam satuan Amper dan diukur dengan alat yang
disebut ampermeter. Resistansi (dalam hukum Ohm ditulis dengan simbol R)
merupakan tahanan dari suatu bahan konduktor untuk menghambat aliran arus listrik.
Hubungan antara ketiga variabel tersebut dinyatakan dalam Hukum Ohm (I = E / R).
Setiap logam yang digunakan sebagai penghantar mempunyai karakteristik hambatan
yang berbeda. Besar tahanan suatu konduktor tergantung pada tahanan jenis bahan,
panjang bahan, luas penampang bahan, dan temperatur. Luas penampang dan
panjang konduktor yang sama nilai tahanannya bisa berbeda jika bahan dan tahanan
jenisnya berbeda.
Daya merupakan laju penggunaan energi atau kemampuan untuk melakukan
kerja per satuan waktu dan diukur dalam satuan watt (W). Daya pada suatu rangkaian
listrik sama dengan hasil perkalian antara tegangan dan arus atau P = E x I, dimana P
adalah daya dalam satuan watt, E adalah tegangan dalam satuan volt, dan I adalah
arus dalam satuan amper. Kerja merupakan ukuran energi yang digunakan dalam
suatu periode waktu dan ditulis dengan satuan watt-detik atau watt-jam. Kerja listrik
didapat dari hasil perkalian daya (satuan watt) dengan waktu (satuan detik atau
jam) atau W = P x t.
Kapasitansi atau kapasitas adalah kemampuan untuk menyimpan elektron-
elektron atau energi listrik. Komponen yang dapat menyimpan elektron atau energi
listrik disebut dengan kapasitor atau kondensator/kondensor. Besar kecilnya kapasitas
kondensator tergantung dari besar kecilnya luas plat pada kondensator, jenis bahan
dielektrikum, dan jarak antara kedua plat kondensator tersebut.