PENDAHULUAN
Para ahli memperkirakan umur bumi berkisar 4,4 milyar tahun. Akan tetapi
perkembangan teknologi yang begitu pesat baru terjadi sekitar lebih kurang 80 tahun
terakhir, terutama setelah perang dunia kedua terakhir.
Sejarah tentang listrik berawal pada Januari 1882, dimana pusat tenaga listrik
pertama dioperasikan di Inggris (Londen). Dalam tahun yang sama pada bulan
Desember, hal yang sama dibuat di New York (Amerika Serikat). Kedua-duanya
menggunakan arus searah (DC) dan tegangan rendah.
Sistem kelistrikan di Indah Kiat Pulp & Paper Corp. juga mengalami
pengembangan yang cukup pesat. Diawali dengan menggunakan Steam Turbin
Generator 60 HZ pada pabrik 300 T/D, kemudian berkembang dengan selesainya
dibangun pabrik 500 T/D dengan menambah 2 unit Steam Turbine Generator dengan
frekwensi 50 HZ. Sistem ini kemudian berkembang terus hingga saat ini dengan total
dengan 9 unit Steam Turbine Generator dengan daya terpakai lebih kurang 160 MW.
3
Selain sistem tenaga yang berkembang pesat, juga terjadi perkembangan pada
sistem kontrol. Kalau pada pabrik 300 T/D hanya menggunakan sistem kontrol dengan
manual (Push Button), pada pabrik-pabrik yang dibangun berikutnya sudah
menggunakan PLC dan DCS. Begitu juga dengan peralatan kontrol, seperti untuk
pengaturan speed mesin-mesin. Pada mulanya hanya menggunakan pengatur magnetic
coupling (motor VS) ataupun pengaturan speed dari gear box, maka pada pabrik
berikutnya sudah menggunakan DC drive dan frequency Converter untuk pengaturan
speed dari mesin-mesin yang dikontrol.
B. Electron
Pada dasarnya bentuk zat yang ada di dunia ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Zat padat
2. Zat cair
3. Gas
Pada zat cair, molekul-molekul juga berdekatan tetapi ikatan antara molekul
lemah. Hal ini menyebabkan zat cair akan mengambil bentuk sesuai dengan tempat
dimana ia berada.
Pada zat gas, letak molekul-molekulnya sangat berjauhan satu sama lainya yang
mengakibatkanya dapat bergerak lebih bebas. Ikatan antara molekul sangat kecil,
sehingga gas mempunyai sifat mudah mengembang dan mudah menyusut.
Molekul-molekul yang berkumpul dan membentuk suatu zat, dapat dipecah lagi
menjadi beberapa bagian yang lebih kecil lagi yang disebut dengan atom,dimana atom
ini tidak lagi mempunyai sifat yang sama seperti molekul. Atom-atom inilah yang terdiri
dari bermacam-macam jenis yang bersatu menjadi molekul.
Atom masih dapat dipecah-pecah lagi menjadi beberapa partikel-partikel yang
lebih kecil yang disebut Electron, Proton, dan Neutron. Electron adalah partikel kecil
yang bermuatan neatif dan mempunyai massa 9,11 x 10-28 gram. Proton adalah partikel
yang bermuatan positif dan mempunyai dan mempunyai masa 1,63 x10-24 gram.
Besarnya muatan listrik pada Proton sama dengan muatan listrik pada Electron tetapi
berlawanan (satu positif, satu negatif). Neutron adalah partikel yang tidak bermuatan
(netral) yang massanya sama dengan massa Proton.
4
C. Arus Lisrik
Arus listrik secara umum selalu mengalir pada benda/zat padat seperti
penghantar (cable dari jenis tembaga ataupun allumunium). Bagaimana cara arus listrik
dapat mengalir pada zat padat, dapat dijelaskan dengan ilustrasi gambar di bawah ini
(lihat gambar 1.1).
Begitu juga gerakan elektron di dalam penghantar. Adanya pengaruh gaya dari
luar mengakibatkan elektron bebas di dalam kawat penghantar bergerak perlahan-lahan
dan menempuh jarak yang singkat sebelum bersentuhan /bertubrukan dengan atom lain.
Tubrukan ini mengakibatkan adanya elektron-elektron yang terbebas dari atom.
Kejadian ini berlangsung sambung menyambung secara estafet sehingga berakhir
dibagian paling akhir dari penghantar.
Jadi terlihat adanya aliran electron pada penghantar secara perlahan-lahan, tetapi
walaupun perlahan-lahan kecepatan yang ditimbulkan mendekati kecepatan cahaya,
yaitu 3 x 105 Km/detik.
5
Pada kenyataanya pengaruh gaya dari luar yang diterangkan di atas, dapat terjadi
karena adanya perbedaan potensial pada kedua ujung penghantar, seperti yang di
perlihatkan pada gambar 1.2 berikut ini.
Ingat bahwa sifat muatan yang sejenis akan tolak menolak dan yang tidak
sejenis akan tarik menarik pada gambar 1.2 diatas electron S pada sebelah kiri akan
tetolak oleh muatan -Q yang berasal dari sumber tegangan dan tertarik oleh muatan +Q,
sehingga terlihat adanya aliran electron dari kiri ke kanan yang disebut oleh adanya
perbedaan potensial dari sumber tegangan. Arah arus listrik mengalir dari sisi yang
mempunyai tegangan yang lebih tinggi ke tegangan yang lebih rendah (dari positif ke
negatif), akan tetapi aliran electron adalah sebaliknya.
Susunan atom dari penghantar akan menentukan kemampuan penghantar
mengalirkan electron dan bahan yang mempunyai kemampuan besar untuk mengalirkan
electron disebut dengan konduktor, sedangkan bahan tidak mudah menghantarkan arus
disebut dengan isolator.
6
Gbr 1.3 Gerakan Ion Pada Zat Cair
Saat akan mencapai elektroda positif, ion negatif (CI) akan melepaskan
kelebihan elektronya dan oleh sebab itu atom chlorine ini akan menjadi atom netral.
Begitu juga dengan ion positif (Na+), saat akan mencapai elektroda negatif ion ini akan
nemperoleh electron dari elektroda negatif dan ion ini akan menjadi atom sedium yang
netral.
Akibat adanya sumber tegangan listrik yang diberikan pada larutan garam
melalui 2 buah elektroda ini, menyebabkan adanya gerakan ion negatif menuju
elektroda positif dan pada waktu yang sama ion positif yang sama banyaknya bergerak
menuju elektroda negatif. Hal inilah yang dikatakan arus listrik mengalir di dalam zat
cair yang disebabkan oleh pergerakan dari atom-atom yang bermuatan listrik.
3. Di Dalam Gas
Jumlah electron yang berada pada 2 buah tempat akan mengakibatkan adanya
gaya gerak listrik Tersebut tergantung dari besarnya perbedaan jumlah elektronnya,
maka akan semkin besar pula gaya gerak listrik yang ditimbulkannya.
Ada bermacam-macam cara untuk menghasilkan energi listrik, diantaranya :
1. Mechanical Electro Magnetic, misalnya dengan generator listrik
2. Mechanical Electro Static
3. Chemical, misalnya baterai
4. Thermal
5. Photo Electric (solar cell)
7
Dari kelima cara di atas, yang saat ini paling sering digunakan adalah
Mechanical Electro Magnetic. Saat ini seluruh pusat-pusat pembangkit listrik, baik itu
PLTD, PLTU, PLTA, PLTG dan lain sebagainya menggunakan generator untuk
membangkitkan tenaga listrik.
Di IKPP sendiri, seluruh pembangkit listrik baik yang digerakkan oleh disel
ataupun uap, menggunakan generator untuk membangkitkan tenaga listrik.
Suatu bahan isolator yang terdiri dari atom-atom netral baik berbentuk padat,
cair maupun gas, jika kepadanya diberikan suatu medan listrik maka disebabkan oleh
gaya tarik menarik maupun tolak menolak dari muatan listrik mengakibatkan atom-
atom membentang dengan arah positif dan negatif yang berlawanan.
Pada gambar 1.4 (a) di atas ditunjukkan bagaimana susunan atom-atom netral
sebelum diberikan medan listrik. Atom-atom netral tersusun secara acak tidak ada
pengaturan. Jika diberikan medan listrik akan tampak seperti gambar 1.4 (b). atom-atom
tersusun rapi, muatan positif dan negatif terbentang berlawanan kearah medan listrik.
Proses ini disebut dengan polarisasi.
Selama proses polarisasi, terjadi pemindahan muatan. Muatan negatif mendekati
sumber tegangan positif dan sebaliknya, muatan positif akan mendekati sumber
tegangan negatif. Arus perpindahan muatan inilah yang disebut dengan arus
displacement.
Jika tegangan terus dinaikkan, atom-atom akan terionisasi dan sampai batas
kemampuanya maka bahan isolator akan menjadi konduktor ini disebut dengan
breakdown.
Sering sekali dijumpai isolator-isolator yang tidak lagi berfungsi sebagai
isolator. Hal ini disebabkan isolator-isolator tersebut sudah rusak, yang disebabkan
tingginya tegangan yang harus ditahan oleh isolator tersebut melampaui tegangan
nominalnya. Tegangan yang melampai batas nominalnya ini dapat disebabkan oleh
sambaran petir ataupun switching. Selain itu bisa juga disebabkan oleh kemampuan
isolator menurun yang disebabkan oleh kotornya isolator oleh debu dan bahan kimia.
Jika electron mengalir dengan satu arah saja maka arus listrik pun akan
mengalir satu arah juga. Arus yang mengalir satu arah saja dinamakan arus searah (DC
= Dirrect Current). Arus ini hanya mengalir satu arah saja disebabkan karena sumber
tegangan mempunyai polaritas yang tetap, misalnya baterai (lihat gambar 1.5).
8
Gbr 1.5 Karakteristik Arus Searah
Sementara itu, gelombang radio yang biasa kita gunakan berkisar antara 100
KHz sampai dengan Giga Hz (1 GHz = 109 Hz).
Besaranya atau tingginya gelombang sinus seperti gambar di atas disebut dengan
amplitudo. Jika besaran amplitudo tidak tetap dan perubahan arah arus tidak tetap maka
dinamakan arus bolak-balik apriodik (tidak periodik).
9
BAB II
SATUAN-SATUAN LISTRIK
Panjang Meter m
Massa Kilogram Kg
Waktu Second s
Arus Listrik Ampere A
Temperature Kelvin K
Intensitas Cahaya Candela Cd
Jumlah Zat Mol Mol
Semua satuan dasar di atas merupakan satuan dasar untuk terciptanya satuan
satuan lain, termasuk kesatuan ilmu kelistrikan.
B. Satuan Gaya
Satuan SI dari gaya adalah Newton (N) yang mana apabila gaya sebesar 1
Newton diberikan pada benda dengan massa 1 Kg, maka benda akan bergerak dengan
percepatan 1 m/s2 . jadi suatu gaya F dibutuhkan untuk memberikan percepatan sebesar
a pada masa m.
F (Newton) = (Kilogram) x a (m/s2)
Kerja adalah satuan hal yang tercapai dari suatu gerakan yang melawan suatu
aksi dari suatu gaya. Dengan kata lain, kerja dibentuk apabila suatu energi dirubah dari
suatu bentuk ke bentuk yang lain. Sedangkan energi adalah kapasitas atau kemampuan
untuk melakukan kerja.
10
Suatu SI untuk kerja adalah Joule yang didefinisikan sebagai kerja yang tercapai
dalam suatu gerakan dari suatu object yang melalui jarak 1 meter melawan suatu gaya 1
Newton. Symbol W kerja atau energi.
Power atau daya didefinisikan sebagai nilai dari suatu kerja yang dilakukan atau
energi yang didissipasikan dan pada dasarnya dinyatakan dalam joule per second akan
tetapi oleh james Watt diputuskan bahwa suatu untuk power atau daya listrik adalah
Watt, yang sama nilainya dengan joule/s. Symbol untuk daya ini dinyatakan dengan
huruf P. Jadi 1 watt adalah nilai dari suatu kerja yang dilakukan apabila kerja sebesar 1
Joule dilakukan selama 1 second.
P = W/s
Watt = Joule/second
Joule = Watt x second
W=Pxs
Satuan ini kemudian dikembangkan lagi dengan ditemukan satuan daya mekanik
dari output motor yaitu : horse power, yang sering disingkat dengan HP, sehingga perlu
dirubah menjadi satuan SI (Watt)
1 HP = 746 watt
E. Satuan Arus
11
F. Satuan Muatan Listrik
Dalam sistem SI, satuan muatan listrik adalah Coulomb (C) yang diambil dari
nama Charles Augustin de Coulomb. Definisi 1 (satu) coulumb adalah banyaknya listrik
yang melalui suatu titik dalam rangkaian bila arus 1(satu) ampere bekerja dalam 1(satu)
detik.
Simbol dari muatan listrik adalah Q, dan dari definisi di atas dapat dibuat suatu
perumusan :
Q=Ixs
Coulumb = Ampere x detik
Satuan praktik yang paling umum sekali dipakai untuk muatan listrik ini, yang
didasarkan atas perkalian arus dan waktu adalah Ampere hours (Ah), yang selalu
dipakai sebagai ukuran kapasitas dari storage batrai.
1 Jam (hours) = 60 x60 = 3600 detik
1 Ah = 1 Ampere x 3600 detik
1 Ah = 3600 Ampere detik
1 Ah = 3600 Coulumb
12
Total daya yang didissipasikan pada R dan r :
P = I (R + r) watt
EMF dari sel (baterai) mempunyai tegas untuk mensupplai dan memelihara arus
listrik dalam rangkaian. Dan harga dari EMF adalah E volt sebagai daya yang
dibangkitkan oleh reaksi kimia di dalam sel sama panas yang didissipasikan di dalam
tahanan dari rangkaian.
I x E = (R + r)
E = I (R + r)
Jadi beda potensial V volt antara terminal AB adalah :
V = IR = E Ir
H. Satuan Tahanan
Satuan tahanan listrik adalah ohm (), Yang didefinisikan sebagai tahanan
antara 2 ujung konduktor, jika beda potensial adalah 1 volt antara kedua ujung
konduktor maka akan memproduksi arus listrik sebesar 1 Ampere dan konduktor itu
tidak akan menjadi sumber EMF.
Dengan kata lain, satuan ohm dapat didefinisikan sebagai tahanan dari rangkaian
yang mana arus 1 Ampere akan menimbulkan panas sebesar 1 watt.
Jika V menyatakan beda potensial dalam satuan volt pada panjang rangkaian
yang mempunyai tahanan R dalam ohm dengan arus yang mengalir I dalam satuan
ampere dan selama waktu t second (detik), maka :
Dasar satuan dari energi listrik adalah joule, yang sangatlah terlalu kecil untuk
dipakai dalam praktek sehari-hari (daya listrik). Oleh karena itu dipakai satuan
megajoule (MJ). Tetapi untuk tujuan komersial dipakai satuan kilowatthour (Kwh) yang
juga diakui sebagai satuan SI.
P = W/t W=Pt
Dimana P adalah daya dalam watt dan t adalah waktu dalam second, maka W
kerja dalam wattsecond atau joule.
Tetapi jika P adalah daya dalam kilowatt (Kw) dan t dalam hour (jam) maka
satuan untuk kerja W adalah kilowatthour (Kwh). Kwh merupakan satuan praktis yang
paling sering digunakan dalam pekerjaan sehari-hari.
13
BAB III
RUMUS-RUMUS DASAR LISTRIK
A. Hukum Ohm
Satuan saat switch suatu rangkaian seperti di bawah ini ditutup, maka nilai
arusnya adalah tetap dan pada saat tersebut temperature konduktor juga tidak berubah.
E/I=K
Selanjutnya dengan merubah konduktor atau beban dengan nilai tahanan yang
berbeda maka akan dihasilkan nilai k yang berbeda pula. Nilai k dapat turun dan naik.
Sifat inilah yang disebut pelawan atau resistansi.
Resistansi adalah pelawan atau tahanan dari arus listrik dalam rangkaian. Simbol
dari resistansi ini adalah R. Dan satuan SI untuk resistansi adalah ohm yang
disimbolkan dengan () (omega)
HUKUM OHM : R = V/ I
14
B. Hukum Kirchof I
Bunyi hukum kirchoff I sangatlah sederhana yaitu : jumlah arus yang melalui
suatu sistim adalan nol (perhatikan gambar 3.2 berikut ini)
dari pernyataan hukum kirchoff 1 di atas dapat ditetapkan bahwa arus yang masuk
menuju suatu titik percabangan adalah positif dan arus yang keluar dari percabangan
adalah negatif. Oleh karena tanda-tanda untuk arus di atas adalah
I1 + I2 + I3 + I4 + I5 = 0
I1 + I3 + I5 = I3 + I4
Jadi total arus yang masuk ke suatu titik percabangan sama dengan total arus yang
keluar dari titik percabangan tersebut.
C. Hukum Kirchoff 2
Total EMF adalah sama dengan total rugi tegangan disekeliling suatu rangkaian
tertutup (lihat gambar 3.3 berikut ini)
15
Gambar tersebut menunjukkan suatu rangkaian yang besar yang terdiri dari
beberapa sumber tegangan. Arah arus ditentukan dengan memakai hukum kirchoff 1,
yaitu : arus yang masuk ke suatu titik percabangan adalah positif dan arus yang keluar
dari percabangan adalah negatif.
Langkah selanjutnya untuk penyelesaiannya adalah penentuan arah, yaitu : searah
jarum jam. Arus yang searah dengan arah patokan (arah jarum jam) adalah positif dan
yang tidak searah adalah negatif.
Untuk sumber tegangan, arus yang keluar adalah searah dengan jarum jam adalah
positif dan yang kebalikannya adalah negatif. Jadi dengan melihat arah arus dan sumber
tegangan pada gambar 3.3, maka :
E 1 E 2 = 14 R4 11 R1 12 R2 + 13 R3
Atau dapat ditulis : E=IR
D. Teori Superposisi
Selain menggunakan hukum kirchoff 2, teori super posisi adalah suatu teori untuk
menyelesaikan permasalahan dengan rangkaian yang mempunyai sumber tegangan
lebih dari satu. Caranya ialah dengan menggunakan satu saja sumber tegangan yang
lainnya diganti dengan tahanan dalamnya. Rangkaian pada gambar 3.4 berikut ini
memudahkan pengertian di atas.
Dengan memakai teori superposisi, rangkaian pada gambar 3.4 (a) dirubah
menjadi 2 rangkaian, masing-masing rangkaian (b) dan (c). Arus dalam tahanan Rc (I2)
adalah jumah aljabar dari arus I2 dan I2 . Apa bila keduanya arah yang sama, maka:
I2 = I2 + I2
16
Dengan cara yang sama, maka arus pada cabang-cabang yang lain dapat
diselesaikan menurut jumlah aljabar dari arah-arah tersebut.
Jadi :
I1 = I1 I1
I3 = I3 I3
Komponen-komponen dari aus I1 dan 13 adalah I1 , dan I1 dan I3 dan 13. Tanda positif
berarti searah dengan I1 ataupun I3 dan tanda negatif menunjukkanberlawanan arah
dengan I1 ataupu I3
E. Jembatan Wheatstone
Sering kali alat ukur yang menggunakan resistansi yang kecil dan akurat
digunakan pada praktek sehari-hari, misalnya untuk mengukur tahanan coil motor
ataupun transformer. Alat ukur ini menggunakan prinsip jembatan Wheatstone karena
jembatan ini dapat dibuat setimbang (balance). Perhatikan gambar 3.5 di bawah ini.
V1 = 0 volt
V2 = Vb volt
Kemudian bila terminal C digeser dari A ke B maka V1 akan naik dan V2 akan menurun,
sehingga saat C berimpitan dengan terminal B akan terjadi :
V1 = Vb volt
V2 = 0 volt
Jika dapat dilihat bahwa tegangan yang dapat ditunjukkan oleh voltmeter V1 dan V2
akan sebanding dengan tahanannya, yaitu :
17
Secara matematis persamaan ini dapat dituliskan :
V1 / V2 = RAC / RBC
Rangkaian pada gambar 3.5 dapat diganti menjadi rangkaian pada gambar 3.6
Diketahui bahwa RAB tidak sama dengan tahanan Rbc dan terminal C dapat digeser
sepanjang tahanan AB dan DE. Pada saat tegangan pada AC sama dengan tegangan
pada DF atau
VAC = VDF
Maka :
VCB = VFE
VCF = 0 volt
Atau dapat dilihat bahwa voltmeter tidak menunjuk, sehingga :
VAC / VCB = VDF / VFE atau
RAC / RCB = RDF / RFE
Pada saat tegangan VCF = 0 volt disebut sebagai keadaan setimbang (balance condition).
18
Galvanometer yang digunakan adalah dari jenis yang sangat sensitive sekali.
Pada keadaan setimbang akan didapat persamaan seperti berikut :
P /Q = X / R
X = (P / Q) x R
X = (P /Q) x R
19
BAB IV
RESISTANSI, KAPASITANSI
DAN INDUKTANSI
Ataupun kombinasi dari ketiga jenis beban di atas. Untuk mengetahui hasil dari suatu
rangkaian listrik, maka perlu mempelajari terlebih dahulu karakteristik/sifat dari ketiga
jenis beban tersebut.
A. Resistansi
Resistansi adalah pelawan atau tahanan dari arus dalam suatu rangkaian listrik.
Dalam praktik sehari-hari, resistansi adalah beban listrik yang sering dijumpai,
misalnya : lampu pijar, tahanan coil (motor dan trasformator), tahanan cable dan lain-
lainya.
1. Tahanan Jenis
Tahanan jenis atau spesific resistance atau resistivity adalah resistansi atau
tahanan suatu bahan tertentu dalam suatu panjang luas penampang. Simbol dari tahanan
jenis adalah (rho).
Untuk mendapatkan satuan yang mempunyai standart SI dari resistifity, maka
dipakai analisa teknik dari hukum ohm.
Tegangan diukur diantara 2 ujung-ujung konduktor dan arus diukur melalui luas
penampang. Atau secara matematika dapat ditulis :
Jadi satuan SI untuk resistivity adalah ohm meter, yang sering disimbolkan dengan .m.
Jadi dapat dirumuskam bahwa tahanan listrik untuk setiap konduktor pada suhu
kamar normal :
R = x l /A
20
Dimana :
R = resistansi konduktor dalam satuan ohm
l = panjang konduktor dalam meter
A = luas penampang konductor dalam meter
= resistivity konduktor dalam ohm meter pada suhu 200 C.
Berikut ini dapat dilihat dari resistivity untuk bahan-bahan konduktor yang umum
dipakai :
2. Koefisiensi Temperature
21
Gbr. 4.1 Grafik Perubahan Resistansi
Terhadap Perubahan Temperature
Untuk konduktor dari bahan copper selalu dioperasikan sesuai dengan grafik di
atas. Untuk konduktor copper yang mempunyai tahanan 1 ohm pada temperature 0 0C,
perubahan resistansi untuk 1 oC perubahan temperature adalah 0,004264 ohm.
Perubahan-perubahan ini tidak sama untuk semua bahan, tergantung pada
koefisien temperature dari bahan. Berikut ini dapat dilihat tebel untuk koefisien
temperature beberapa bahan. Koefisien temperature disimbolkan dengan (alpha)
Material konduktor 20 0C
Alumenium 0.0039
Tungsten 0.0045
Alumenium 0.0039
Tungsten 0.0045
Nickle 0.006
Iron(basi) 0.0055
Nichrom II 0.00016
Constantan 0.000008
Carbon 0.0005
Secara umum jika suatu bahan dengan resistansi Ro ohm pada 0 0C mempunyai
resistansi R1 pada suhu t1 dan resistansi R2 pada t2. Jika a0 adalah koefisien temperature
dari tahanan pada 0 0C, maka:
R1 = R0 ( 1 + 0 t1 )
R2 = R0 ( 1 + 0 t2 )
Dari penurunan rumus diatas akan didapat :
R1 = R2 (1 + 0 (t1 t2)}
Jika suatu bahan yang mempunyai resistansi R 20 pada temperatur 20 0C dan
koefisien temperature 20 pada 20 0C, maka resistansi Rt pada temperatur t dapat
dihitung dengan memakai rumus beikut ini :
R = R20 {1 + 20 (t 20)}
22
3. Konduktansi dan konduktivity
G=1/R
Dalam rangkaian paralel, konduktansi dari suatu bahan adalah jumlah total dari
semua konduktansi.
Konduktivity atau daya hantar jenis dari suatu bahan adalah konduktansi dari
satuan panjang dan luas penampang konduktor dari bahan itu. Simol konduktivity
adalah .. (baca sigma).
Konduktivity adalah kebalikan dari resistivity. Secara matematis dapat ditulis
seperti berikut :
.= 1 /.
Konduktifity diberikan satuan SI yaitu : Siemens per meter
4. Rangkaian Seri
Kalau rangkaian resistor yang dihubungkan seri, maka resistansi total dari
rangkaian dapat dihitung dengan menjumlahkan semua nilai tahanan dari resistor yang
dihubungkan seri tersebut. Perhatikan gambar 4.2 berikut ini :
V = V1 + V2 +. + Vn
= IR1 + IR2 +..+ IRn
= I (R1+ R2 +.+Rn)
V / I = R1+ R2 +.+ Rn jadi : Rt = R1+ R2 ++Rn
23
5. Rangkaian Paralel
Hubungan pararel dari beberapa resistor adalah kebalikan dari rangkain seri. Hal
ini dapat dijelaskan pada gambar rangkaian 4.3 berikut ini.
Arus total I adalah jumlah arus yang melalui tiap-tiap cabang tahanan, sehingga
dapat dirumuskan sebagai berikut :
I = I1 + I2 + I3+.........+ In
V / Rtotal = V / R1+ V / R2+ V / R3+.............+ V / Rn
1 /Rtotal = 1 /R1 + 1 /R2 + 1 /R3 +...................+ 1 /Rn
Jadi tahanan total Rtotal :
Rtotal = (R1. R2. R3.......... Rn) / (R1. R2 + R2. R3 + R3. R4+......... + Rn. R1)
Untuk rangkaian ini yang biasanya disebut dengan rangkaian campuran. Untuk
mencari nilai tahanan total dari rangkaian harus melewati cara penyelesaian seri dan
pararel. Pertama sekali selesaikan yang terhubung pararel kemudian selesaikan secara
seri atau sebaliknya, tergantung pada bentuk/configurasi rangkaian.
24
Gbr 4.4 Transformasi -Y
Untuk mendapatkan tahanan ganti (R1. R2. R3) setiap resistor pada hubungan Y
dapat dipakai rumus-rumus dibawah ini. Akan tetapi yang paling penting dalam
menggunakan rumus ini adalah memperhatikan tanda untuk resistor dalam hubungan
(Ra, Rb, Rc) dan tanda resistor pada saat terhubung (R1. R2. R3).
Juga yang perlu diperhatikan titik dimana hubungan dirubah (lihat titik A, B, C)
Rumus-rumus Transformasi Y
B. Kapasitansi
Kuat medan listrik ialah sesuatu pengaruh gaya yang diterima oleh suatu partikel
yang berada di suatu medan listrik. Hal ini dapat dicontohkan sebagai berikut (lihat
gambar 4.6) :
Misalkan ada dua buah muatan listrik yang sama besar akan tetapi berlawanan arah.
Keduanya diberi nama +Q1 dan Q2. Diantara kedua muatan listrik tersebut ditempatkan
suatu partikel bermuatan positif, katakanlah +q pada posisi A. Disebabkan partikel
tersebut berada pada suatu medan listrik Q1 dan Q2, maka partikel tersebut akan
mengalami suatu gaya, yaitu : akan ditolak oleh muatan yang sejenis (+Q1) dan akan
ditarik oleh muatan yang berlawanan (-Q2).
25
Gbr 4.6 Medan Listrik dan Pengaruhnya
Besarnya kuat medan listrik pada suatu gaya dapat dinyatakan dengan rumus
berikut ini :
E=F/q
dimana :
E = Kuat medan listrik (newton/coulomb)
F = Gaya resultan pada suatu titik/partikel (Newton)
q = Besarnya muatan listrik pada suatu titik/partikel (Coulomb)
2. Kapasitor
Secara umum kapasitor adalah komponen listrik yang dapat menyimpan muatan
listrik. Selain dapat menyimpan muatan listrik, kapasitor juga mempunyai sifat lain,
yaitu :
- Dapat menahan arus searah
- Dapat melalukan arus bolak-balik
26
Konstruksi kapasitor terdiri dari dua buah plat konduktor yang sejajar yang
dipisahkan oleh suatu bahan dielektrika. Muatan pada kedua plat tersebut
didistribusikan secara merata ke seluruh permukaan plat.
Fungsi dari bahan dielektrika itu adalah :
1. Untuk memisahkan kedua plat secara mekanis sehingga walaupun jaraknya
sangat dekat tetapi dapat terisolir oleh bahan dielektrika tersebut.
2. Untuk memperbesar kemampuan kedua plat dalam menerima tegangan.
3. Untuk memperbesar nilai kapasitansi.
3. Rangkaian Seri
Rumus Q = C.V, berlaku untuk semua kapasitor dan seluruh sistem. Dan jumlah
perbedaan tegangan dari tiap-tiap kapasitor adalah sama dengan tegangan sumber yang
diberikan ke rangkaian.
Jadi :
V = V1 + V2 + ..+ Vn
(Qt / Ct) = (Q1 / C1) + (Q2 / C2) + . + (Qn / Cn)
karena :
Qt = Q1 = Q2 = Q3 = Qn
maka :
(1 / Ct) = (1 / C1) + (1 / C2) + + (1 / Cn)
27
4. Rangkaian Paralel
Jadi :
Qt = Q1 + Q2 + + Qn
(Ct . Vt) = (C1. V1) + (C2 . V2) + . + (Cn . Vn)
karena :
Vt = V1 = V2 = = Vn
maka :
Ct = C1 + C2 + + Cn
Kapasitor yang sudah diisi (charged) sama saja dengan semacam reservoar
energi dan saat pengisiannya (charging) dibutuhkan suatu kerja. Hal ini akan jelas
dilihat saat plat-plat kapasitor dihubungsingkatkan dengan sebuah penghantar, maka
akan terjadi suatu pengosongan kapasitor (discharging) yang akan mengakibatkan arus
sesaat dan panas pada penghantar.
Energi yang dibutuhkan untuk memindahkan muatan 1 coulomb pada tegangan
1 volt adalah sebesar 1 joule. Hal ini didapatkan dari rumus berikut :
W=Q.V
28
C = 1 F
0 0
2 2
4 4
6 6
8 8
10 10
atau :
WC = (Q2 / C)
dimana :
WC = Energi yang disimpan oleh kapasitor (Joule)
C = Kapasitansi (Farad)
V = Tegangan Kapasitor (Volt)
Q = Muatan kapasitor (Coulomb)
29
Pada saat saklar S pada posisi 1, rangkaian tertutup dan arus akan mengalir dari
sumber tegangan ke kapasitor C melalui tahanan R. hal ini akan mengakibatkan naiknya
tegangan pada kapasitor dan arus yang semula tinggi akan turun. Pada saat tegangan
sumber sama dengan tegangan kapasitor, maka arus akan berhenti mengalir. Pada
keadaan ini kapasitor telah penuh.
Jika saklar S dipindahkan ke posisi 2, yang terjadi adalah rangkaian tertutup
tanpa mengikutkan tegangan sumber. Akan tetapi, pada saat ini arus akan mengalir
berlawanan arah dan yang menjadi sumber tegangan adalah kapasitor yang telah diisi
sebelumnya. Pada saat pengosongan ini, tegangan pada kapasitor dan juga arus yang
mengalir dari kapasitor akan turun perlahan-lahan (lihat gambar 4.11).
Pada saat t4, kapasitor dalam keadaan bermuatan penuh (saklar S masih dalam
posisi 1). Pada saat saklar S diubah ke posisi 2 (sesaat sesudah waktu t 4), arus akan
mengalir melalui tahanan R. Perhatikan waktu sesudah t4 sampai dengan t7. Saat ini juga
terjadi pengosongan muatan kapasitor, dimana tegangan (V) akan turun. Begitu juga
dengan arus I. Akhirnya pada saat t7, kapasitor benar-benar dalam keadaan kosong
dimana tegangan V = 0 dan arus I = 0.
Waktu yang diperlukan untuk pengisian dan pengosongan kapasitor sangat
tergantung pada besarnya kapasitansi kapasitor dan juga besarnya tahanan dari resistor
R yang dihubungkan seri terhadap kapasitor. Waktu yang diperlukan untuk pengisian
dan pengosongan kapasitor ini disebut dengan konstanta waktu (time constant), yang
rumusny adalah :
=R.C
dimana :
Setelah waktu tersebut di atas, besarny tegangan pada kapasitor yang sedang
diisi muatannya akan mencapai 63% dari harga tegangan pada saat pengisian penuh.
Sedangkan pada saat pengosongan, setelah waktu di atas tegangan akan mencapai
hanya 37% dari nilai tegangan saat terisi penuh.
Untuk keamanan bekerja pada kapasitor, maka switch-off power ke kapasitor
dan tunggu beberapa menit, kemudian check dengan tester atau check indikasi pada
peralatan yang menandakan muatan kapasitor sudah dibuang semuanya, barulah mulai
bekerja.
30
C. Induktansi
- Perubahan fluksi, jika tidak terdapat gerakan tetapi hanya perubahan dari
kerapatan fluksi magnet yang diinduksikan.
Perhatikan gambar 4.12 berikut ini, yang merupakan prinsip dari motor.
31
Dari gambar 4.12 tersebut akan muncul beberapa gejala, yaitu :
1. Gaya yang ditimbulkan sebanding dengan arus.
2. Arah dari gaya yang timbul adalah tegak lurus dengan fluksi
3. Bila kerapatan fluksi bertambah (dengan meletakkan kutub-kutub sedekat
mungkin), maka gaya yang muncul juga semakin besar.
4. Jika jumlah penghantar yang dihubungkan seri diganti, maka gaya yang
dibangkitkan sebanding dengan jumlah penghantar.
5. Jika arus mengalir dibalik arahnya, gaya yang timbul juga akan berbalik
arahnya.
F=BxlxI
dimana,
F = Gaya (Newton)
B = Kerapatan fluksi (Tesla)
l = Panjang penghantar (m)
I = Arus (Ampere)
Hubungan dua arah antara medan magnet, arus listrik dan gaya dapat dinyatakan
dengan hukum tangan kiri Fleming, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.13 berikut
ini.
Perhatikan gambar 4.14 berikut ini, yang merupakan prinsip dari generator.
32
Dari gambar 4.14 tersebut akan muncul beberapa gejala, yaitu :
1. Gaya gerak listrik yang ditimbulkan terpengaruh oleh bertambahnya gerakan
relatip antara magnet dan kumparan.
2. Gaya gerak listrik yang ditimbulkan terpengaruh oleh bertambah kuatnya medan
magnet.
3. Gaya gerak listrik yang ditimbulkan terpengaruh oleh bertambahnya lilitan.
4. Gaya gerak listrik yang dihasilkan berlawanan arah saat kutub utara magnet
dimasukkan dengan satu kutub selatan magnet dimasukkan.
5. Gaya gerak listrik yang dihasilkan berlawanan arah saat kutub utara magnet
dimasukkan dengan saat kutub selatan magnet dimasukkan.
Sudut potong antara penghantar dan garis-garis gaya magnet adalah hal yang
penting juga. Gaya gerak listrik akan maksimal saat penghantar tegak lurus (90o) dan
akan mencapai nol pada saat penghantar sejajar (0 o) dengan garis-garis gaya magnet. Ini
menunjukkan adanya hubungan ggl yang dihasilkan sebanding dengan Sin , dimana
adalah sudut yang dibentuk antara garis-garis gaya magnet dan penghantar.
Secara matematis, hubungan-hubungan di atas dapat disimpulkan menjadi suatu
rumus seperti berikut ini :
e = B l v Sin
dimana :
33
Gbr 4.16 Percobaan Induksi
Hukum dasar induksi elektromagnetik yang pertama dan kedua, lebih dikenal
dengan nama hukum Faraday dan yang ke tiga dikenal dengan sebutan hukum Lenz,
yang ditemukan oleh Heinrich Lenz. Ketiga hukum dasar induksi electromagnetik
tersebut sangatlah penting dalam ilmu listrik. Pada kenyataanya, perubahan fluksi
umumnya didapat dengan mengubah besarnya arus listrik.
Induksi sendiri yang dimiliki pada suatu rangkaian dapat diterangkan secara
matematis. Jika N adalah jumlah lilitan dan perubahan rata-rata medan magnet setiap
saat /t dalam satuan weber/detik, maka ggl yang diinduksikan adalah :
-e = N x (/t) volt
Persamaan di atas merupakan gabungan dari hukum Faraday dan hukum Lenz.
Persamaan tersebut dapat diubah dengan mengalikannya dengan 1 atau i/i.
Jadi :
-e = N x (/t) x (i/i)
-e = N x (/i) x (i/t)
N x (/i), merupakan nilai yang dimiliki oleh lilitan dan ditentukan dari
perencanaannyas serta konstruksinya. Nilai ini biasa disebut dengan induksi sendiri (self
inductance) atau dapat juga disebut dengan induktansi saja. Biasanya disimbolkan
dengan L.
-e = L x (i/t)
Pada persamaan ini merupakan persamaan dasar yang paling penting yang dapat
digunakan untuk mencari induktansi pada saat arus dan ggl tertentu.
34
Satuan induktansi adalah Henry yang didefinisikan sebagai induktansi pada
suatu rangkaian dengan perubahan arus rata-rata 1 ampere setiap detik dan akan
menghasilkan ggl sebesar 1 volt.
-e2 = N2 x (/t)
-e2 = N2 x (/t) x (i/i)
-e2 = N2 x (/i) x (i/t)
N2 x (/i), merupakan nilai dari induktansi bersama dari kedua lilitan tersebut, dan
biasanya disimbolkan dengan M.
-e2 = M x (i/t)
4. Perhitungan Induktansi
Untuk lilitan dengan inti udara, nilai induktansi adalah sebanding dengan
kwadrat dari jumlah lilitan dan berbanding terbalik dengan hambatan magnet
(reluktansi). Secara matematis dapat ditulis :
L = (N2/S)
dimana :
L = Induktansi (Henry)
N = Jumlah lilitan
S = Reluktansi (Amper lilit/weber)
35
Rumus di atas berlaku jika menganggap bahwa hubungan antara fluksi dan
jumlah lilitan serta permeabilitas (kemampuan suatu bahan mengalirkan fluksi magnet)
adalah tetap. Untuk selenoid dengan lapisan tunggal seperti pada gambar 4.18, berlaku
rumus empiris :
dimana :
5. Perbandingan Lilitan
e1 = N1 x (/t)
e2 = N2 x (/t)
(e1/e2) = (N1/N2)
Jumlah induktansi dari dua atau lebih induktor yang dihubungkan bersama
secara seri dapat ditentukan dengan resultan ggl yang diinduksikan. Perhatikan
gambar 4.19 berikut ini.
36
e1 = L1 x (i/t)
e2 = L2 x (i/t)
etotal = e1 + e2
Ltotal x (i/t) = (L1 + L2) x (i/t)
Ltotal = L1 + L2
Jika beberapa induktor yang terhubung seri mempunyai posisi yang berdekatan,
sehingga medan magnetnya saling dapat melingkup keduanya, maka mutual induktansi
(induktansi bersama) dari keduanya dapat dikabulkan. Inilah yang dikatakan sebagai
pengaruh dari mutual induktansi. Perhatikan gambar 4.20 berikut ini.
Pada keadaan ini akan terdapat dua kemungkinan pengaruh yang timbul dari
mutual insuktansi, yaitu :
a. Bila ggl yang diinduksikan bersama mempunyai arah yang sama dengan ggl
yang diinduksikan sendiri (seri yang searah).
b. Bila ggl yang diinduksikan bersama mempunyai arah yang berlawanan dengan
ggl yang diinduksikan sendiri (seri yang berlawanan).
37
Hal ini sangat berguna dan menjadi pedoman bahwa induktansi total dari 2
kumparan yang dihubungkan seri mempunyai mutual induktansi M, dapat diubah
sampai dengan 4M, yaitu antara searah dan berlawanan. Prinsip ini merupakan dasar
dari induktor yang variable dimana kumparan dapat bergerak 1800 pada kumparan lain.
Jika sebuah baterai memberikan arus pada suatu rangkaian induktif, seperti pada
gambar 4.21. Arus akan mengalir ke kumparan (induktor). Jika switch dipindahkan
posisinya sehingga induktor tidak terhubung lagi ke sumber tegangan tetapi terhubung
ke resistor, maka arus akan mengalir sesaat melewati sebuah tahanan dan amperemeter
yang dijadikan sebagai petunjuk.
Gaya gerak listrik yang diinduksikan, seperti yang disebutkan hukum Lenz, akan
diserap resistor sebagai panas. Sumber energi pada induktor ada disebabkan pengaruh
dari medan magnet yang masih terdapat sesaat setelah switch dipindahkan ke rangkaian
tahanan. Sehingga dapat dianggap bahwa induktor yang memberikan arus, sebagai
penyimpan energi.
Dalam praktek sehari-hari, sesudah menggunakan megger pada coil motor selalu
muatan listrik masih tersimpan pada coil tersebut. Untuk membuangnya, digunakan
cable ke pentanahan (grounding).
Gejala dari penyimpanan energi pada induktor ini dapat dilihat pada arus yang
lewat ketika kontak diputuskan, yang akan turun dengan cepat. Gaya gerak listrik yang
diinduksikan akan hilang berupa percikan bunga api diantara kontak-kontak switch
(lihat gambar 4.22). sehingga menyebabkan sebahagian dari logam kontak meleleh dan
setelah dioperasikan berkali-kali kontak tidak akan bekerja dengan baik.
Pengaruh lain yang ditimbulkannya ialah terhadap radiasi gelombang
elektromagnetic pada jalur frekwensi yang dapat mengganggu penerimaan radio.
38
Percikan bunga api tersebut dapat dikurangi dengan menghubungkan paralel
sebuah kapasitor dengan kontaknya. Ketika rangkaian diputuskan energi dipindahkan
dengan aman ke kapasitor dan tidak berubah menjadi panas pada kontak-kontaknya.
Bunga api tersebut dipadamkan dengan memasang kapasitor dan tahanan seri sebagai
pembatas arus (lihat gambar 4.22)
39
BAB V
DASAR MAGNET
Saat ini teknologi modern mempergunakan efek magnetis dari arus listrik
dengan berbagai macam cara. Beberapa contoh yang terlihat sehari-hari di dunia
industri ialah : membangkitkan tegangan pada generator, yang menghasilkan momen
putar pada motor listrik, transformasi tegangan pada transformator, sistem control,
isntrument dan lain sebagainya. Tak satuoun dari tugas tersebut yang dapat dilaksanakan
tanpa bantuan magnet. Dengan cara yang sama seperti arus listrik yang merupakan
peran utama dalam rangkaian listrik, medan magnetpun mempunyai peranan utama
pada rangkaian magnet.
Selain dengan arus listik, sebenarnya medan magnet bisa didapatkan melalui
pengginaan magnet permanen. Akan tetapi pada bab dasar magnet ini cendrung akan
membahas magnet yang dihasilkan melalui arus listrik. Kenyataanya membuktikan
bahwa efek magnetis dari arus listrik yang sering terpakai di industri.
Gbr. 5.1 Kompas di sisi penghantar Gbr. 5.2 Kompas di sisi penghatar
Yang tidak di aliri arus yang di aliri arus
Dengan cara meletakkan serbuk besi di sekitar penghantar yang dialiri arus
listrik, akan dapat dilihat adanya medan magnet. Medan magnet digambarkan sebagai
garis-garis fluks magnet yang membentuk loop tertutup. Jumlah gari-garis tersebut
dalam suatu medan magnet disebut dengan fluks magnet.
40
Di dalam sistem satuan internasional (SI), satuan untuk fluks magnet adalah
Weber, disingkat dengan Wb, yang di ambil dari nama Wilhelm Edward Weber. Satu
weber didefinisikan sebagai :
Jika medan magnet mempunyai fluks magnet sebesar 1 Wb,
dan sebuah konduktor yang bergerak memotong medan
magnet tersebut dalam waktu 1 detik akan membangkitkan
emf sebesar 1 volt.
Jadi :
Weber = volt x detik
Selain Weber, satuan lain yang sering digunakan untuk fluks magnet adalah Maxwell
yang sering disingkat dengan M.
1 Wb = 108 M
Perhatikan gambar 5.3. dan 5.4 di atas. Gambar ini menerangkan arah dari
garis-garis fluks untuk suatu penghantar yang dialiri arus listrik. Garis-garis fluks
magnet akan timbul melingkari penghantar searah dengan jarum jam, jika arus
meninggalkan titik pandang. Tanda X pada gambar 5.4 menunjukkan bahwa arus
meninggalkan titik pandang.
Jika diamati gejala listrik dan mekanik yang dihasilkan oleh suatu medan
magnet, akan terlihat bahwa keefektifan medan magnet bukan ditentukan oleh
banyaknya jumlah fluks akan tetapi ditentukan oleh kerapatannya.
Fluks yang menyebar melalui penampang yang luas akan menghasilkan medan
magnet dengan intensitas yang kecil. Jika fluks yang sama dapat dipusatkan ke suatu
penampang yang kecil, medan magnet yang dihasilkan akan mempunyai intensitas yang
besar dan ini lebih efektif pada penggunaan sehari-hari.
41
Rapat fluks didefinisikan sebagai jumlah fluks per satuan luas, dan disimbolkan
dengan B.
B = /A
dimana :
Satuan dari rapat fluks adalah Tesla, yang diambil dari nama Nikola Tesla. Dari
definisi rapat fluks, maka :
Tesla = Weber / m2
Selain Tesla, satuan lain untuk kerapatan fluks, yang biasanya disebut dengan induksi
magnet adalah Gauss, disingkat dengan G.
Perhatikan gambar 5.6 di atas. Sebuah cincin besi dikeliling rata-rata 1 meter,
dililit kumparan sebanyak N belitan. Kemudian belitan tersebut dialiri oleh arus listrik
sebesar I ampere. Pada cincin akan timbul fluksi magnet. Besarnya medan magnet yang
dihasilkan disebut dengan kuat medan magnet yang disimbolkan dengan H.
42
Besarnya medan magnet H dihitung berdasarkan rumus :
H = (N x I) / l
dimana :
Satuan untuk kuat medan magnet adalah ampere turn/ meter atau amper lilit/
meter, disingkat dengan At/m. Selain itu kuat medan magnet juga mempunyai satuan
Oersted, yang disingkat dengan Oe
1 At/m = 0,01256 Oe
C. Permeabilitas
Rapat fluks yang dihasilkan oleh kuat medan magnet tertentu berubah-ubah
besarnya tergantung pada medium tempat magnet tersebut berada. Bahan-bahan magnet
dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu :
- ferro-magnetic
- para-magnetic
- dia-magnetic
Bahan-bahan feromagnet menghasilkan rapat fluks yang jauh lebih besar dari
pada yang dihasilkan oleh udara untuk harga kuat medan yang sama. Sedangkan bahan
paramagnet dan diamagnet menghasilkan rapat fluks yang hampir sama besarnya
dengan yang dihasilkan udara. Yang menghasilkan rapat fluks sedikit lebih besar disebut
paramagnet, dan yang menghasilkan rapat fluks lebih sedikit disebut dengan diamagnet.
Perbandingan antar rapat fluks B dan kuat medan H untuk suatu medium
tertentu disebut dengan permeabilitas absolut () medium tersebut. Untuk udara, angka
ini dikenal sebagai permeabilitas udara (0), yang dalam sistim SI sama dengan
1,257 x 10-6.
Permeabilitas bahan-bahan lain dihubungkan dengan 0 oleh suatu faktor r,
yang disebut permeabilitas relatip. Untuk suatu bahan tertentu :
r = / 0
dimana :
= B / H = r x 0
Satuan untuk permeabilitas absolut dapat diturunkan dari satuan rapat fluks dan
satuan dasar kuat medan magnet, yaitu :
43
Sedangkan permeabilitas relatip tidak mempunyai satuan. Untuk kebanyakan bahan,
harga r mendekati 1 sehingga permeabilitasnya praktis sama dengan 0. pengecualian
pada bahan-bahan feromagnet, permeabilitas relatipnya jauh lebih besar dari satu.
Bahan-bahan feromagnet adalah :
Kobalt r sampai 70
Nikel r sampai 200
Besi dan besi panduan r sampai 100000
Jika cincin besi mempunyai permeabilitas relatip r, keliling rata-rata l dan luas
penampang A, maka :
r x 0 = B / H
= ( /A) / (H/l)
= (l / NIA)
= (Nl) / (1/ r 0 A) ....... persamaan hukum ohm untuk magnet
NI (Ampere-lilit) disebut dengan magneto motive force (mmf), yang analog dengan emf
pada rangkaian listrik. Sedangkan (l / r 0 A) disebut dengan reluktansi, yang disingkat
dengan S, yang analog dengan resistansi pada rangkaian listrik. Fluks () analog
dengan arus pada rangkaian listrik.
44
Jadi :
S = 1 / r 0 A
dan
=NI/S
S =NI/
- Leakage (kebocoran)
- Fringing (pengembangan)
- Saturation (jenuh)
Gambar 5.9 di bawah ini menunjukkan gejala leakage dan fringing dari suatu rangkaian
magnet.
45
Kebocoran bagaimanapun akan merugikan pada rangkaian magnet. Besarnya
faktor kebocoran (leakage factor) ditentukan berdasarkan rumus di bawah ini :
Fringing adalah memencarnya fluks pada celah udara sehingga luas penumpang
menjadi lebih besar. Akibatnya kerapatan fluks akan berkurang. Untuk celah udara yang
sangat kecil, efek ini dapat diabaikan.
Suatu bahan yang digunakan sebagai bahan inti magnet, misalnya besi. Jika
padanya diberikan kuat medan magnet yang besar secara perlahan-lahan, maka
kerapatan fluksinya akan bertambah juga secara perlahan-lahan sampai pada suatu saat
penambahan kuat medan magnet tidak akan mempunyai pengaruh kerapatan fluksi pada
inti besi tersebut. Pada keadaan ini maka inti besi tersebut telah jenuh atau dikenal
dengan istilah saturasi.
Kemudian jika kuat medan yang menyebabkan adanya fluksi dihilangkan. Fluksi
tidak langsung hilang. Ini disebabkan adanya kemampuan untuk menahan fluksi. Inilah
yang disebut dengan remanensi.
Dalam praktek sehari-hari yang paling mudah mengenal kemampuan kerja dari
magnet adalah pada peralatan kontaktor. Pada kontaktor ada coil yang berfungsi untuk
menghasilkan fluksi pada inti besi kontaktor. Untuk jelasnya lihat gambar 5.10 berikut.
Fluks magnet akan mengakibatkan inti besi berbentuk U terbalik akan tertarik ke
bawah, sehingga tuas yang dihubungkan ke kontak-kontak kontaktor juga ikut tertarik
ke bawah yang mengakibatkan kontak-kontak utama pada kontaktor akan terhubung.
Begitu juga kontak-kontak bantunya, kontak NO akan terhubung dan kontak NC akan
terbuka.
Selain contoh unjuk kerja magnet seperti di atas banyak lagi contoh-contoh lain
dari fungsi magnet di dunia listrik. Yang jelas tidak ada peralatan listrik yang
mempunyai peranan penting di industri tanpa bantuan medan magnet.
46
BAB VI
ARUS BOLAK-BALIK
47
Jenis gelombang ini dapat dianggap terdiri dari 2 jenis komponen, yaitu :
- Komponen tetap DC, yang harga rata-ratanya berubah-ubah
- Komponen bolak-balik AC yang berganti-ganti arah berkenaan dengan
komponen DC.
Setelah para ahli tenaga listrik maupun ahli komunikasi mengetahui bentuk
gelombang yang dihasilkan pembangkit-pembangkit listrik maka banyak yang
merekayasanya sesuai dengan kebutuhan peralatan-peralatan listrik yang digunakan
baik pada industri maupun pada peralatan komunikasi.
Contoh 1
Sebuah arus berpulsa sebesar 200 mA, seperti yang terlihat pada gambar 6.3. Lebar
pulsa 20 milidetik dan dengan interval 50 milidetik. Tentukan harga komponen DC dari
bentuk gelombang ini dan gambarkan bentuk komponen AC nya !
Penyelesaian :
Harga rata-ratanya adalah daerah di bawah grafik dibagi oleh basenya. Sehingga arus
rata-rata tiap 100 milidetik periode diberikan oleh :
Untuk komponen AC, harga + 100 mA merupakan puncak positif dan 100 mA
merupakan puncak negatifnya. Lihat gambar 6.4, yang memperlihatkan komponen DC
dan AC dari contoh 1 di atas.
48
Untuk mempermudah pengertian terhadap pembangkitan arus bolak-balik dapat
digambarkan oleh sebuah loop penghantar yang berbentuk segi empat di antara kutub-
kutub magnet (lihat gambar 6.5)
Gaya gerak listrik yang dibangkitkan di dalam loop menyebabkan arus mengalir
ke sebuah rangkaian yang dihubungkan dengan memakai cincin geser dan sikat. Dalam
hal ini loop berputar tanpa memutuskan kontinuitas aliran ke rangkaian. Disebabkan
perputaran dari loop maka ggl (gaya gerak listrik) diinduksikan pada tiap-tiap sisi dari
loop tersebut. Ini terjadi akibat adanya perpotongan sebuah penghantar lurus terhadap
garis-garis fluks.
e = B x l x V x Sin
Arah dari ggl ini ditentukan dengan kaidah tangan kanan fleming. Dari gambar
6.5 di atas dapat dilihat saat sisi pertama dari loop bergerak turun memotong medan
magnet, sementara di sisi kedua dari loop naik, maka arah dari ggl yang dibangkitkan
oleh masing-masing sisi loop berlawanan arahnya satu dengan yang lain. Akan tetapi
ggl di dalam loop itu sendiri mempunyai arah berurutan sebab loop merupakan
rangkaian yang sisinya berhubungan.
Harga maksimum dari ggl akan dicapai pada saat penampang loop bergerak pada
posisi horizontal. Demikian juga sisi dari loop akan memotong fluks dengan arah tegak
lurus. Harga minimum (nol) dari ggl akan dicapai pada saat penampang dari loop
bergerak dalam posisi vertical, dan disini sisi dari loop sedang bergerak sejajar terhadap
garis-garis fluks sehingga tidak akan ada garis fluks yang terpotong.
49
Disini dapat disimpulkan bahwa ggl yang dibangkitkan akan berubah-ubah
harganya dari maksimum ke minimum dan sebaliknya, sebab loop berputar terus
menerus.
Kejadian di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik yang difungsikan
terhadap waktu, inilah yang disebut bentuk gelombang sinus. Garis-garis fluks
dianggap seragam dan kecepatan konstan. Grafik ini dapat juga disebut sebagai fungsi
Sin , dimana adalah sudut antara garis fluks magnet dengan posisi konduktor setiap
saatnya (lihat gambar 6.6).
Tegangan dan arus berbentuk sinus seperti gambar 6.6 dapat juga dinyatakan
dalam derajat maupun radian. Satu siklus penuh sebesar 360 o ataupun 2 rad. Kecepatan
putar diukur dalam rad/detik dan dinyatakan dalam kecepatan sudut ().
e = B l V Sin t
t = /2 rad ; Sin t = 1
EMAX = B l V
dimana :
Sehingga :
e = EMAX Sin t
Amplitudo dari gelombang sinus baik arus maupun tegangan itulah yang
dinyatakan sebagai harga maksimum, IMAX dan EMAX. Jumlah siklus gelombang arus dan
tegangan dalam 1 detik disebut Frequency (f) dan dinyatakan dalam hertz (Hz).
50
Jadi,
Bentuk gelombang arus bolak-balik sinus dalam fungsi rad dan juga waktu ditunjukkan
pada gambar 6.7.
Contoh 2
Sebuah tegangan bolak-balik sinus mempunyai amplitudo 100 volt dan frequency 1000
Hz. Tuliskan harga sesaat tegangannya dan hitung harga sesaat tersebut setelah berputar
selama 0,2 detik.
Penyelesaian
f = 1000 Hz
= 2f
= 2 x 1000 x rad/detik
= 2000 rad/detik
Harga sesaatnya :
e = EMAX Sin t
= 100 Sin (2000 t) volt
0,4 = 72o
e = 100 Sin 72o
= 100 x 0,951
= 72 Volt
51
B. Harga Masks, Efektif dan Rata-Rata
Perhitungan yang lebih teliti didapat harga rata-rata dari gelombang sinus
sebesar 0,6364 EMAX atau 2/ EMAX. Harga efektif atau rms (Root-Mean-Square) dari
tegangan ataupun arus merupakan harga ekuivalennya dari harga tegangan atau arus DC
yang mendissipasikan daya yang sama dalam sebuah tahanan.
Untuk mendapatkan harga efektif rms, yaitu untuk pengukuran daya maka
fungsi grafik sinusnya adalah fungsi dari I 2 ataupun E2. Maka semua grafiknya akan
berada pada sisi positif. Juga frequency yang diperoleh adalah 2 kali dari frequency
semula. Harga rata-rata dari grafik tersebut menjadi kuadrat dan ekivalen harga DC-nya,
sehingga harga efektif menjadi akar kuadrat dari harga rata-rata grafik (lihat
gambar 6.9).
52
Contoh 3
Penyelesaian :
i = IMAX Sin t
Karena T = 20 milidetik, waktu selama 12 milidetik menyatakan 12/20 atau 0,6 dari
suatu siklus atau 0,6 x 360o = 216o
i = 25 Sin 216o
= 25 x (- 0,588) = - 14,7 ampere.
C. Beda Phasa
Bila dua harga sinusioda berperiodik bersamaan serta bertepatan saatnya dengan
yang lain maka kedua harga tersebut dikatakan mempunyai phasa yang sama atau
sephasa dan seandainya tidak bersamaan atau terjadi perbedaan saat antara keduanya
maka dikatakan mempunyai beda phasa.
53
Besaran yang mencapai puncak gelombang terlebih dahulu dinamakan
mendahului (leading) dan yang tertinggal dikatakan logging. Perhatikan gambar 6.10
berikut ini.
Dari gambar 6.10 tersebut dapat dilihat bahwa posisi harga puncak dari
gelombang arus tercapai lebih lambat waktunya dari gelombang tegangannya. Sehingga
arus dikatakan tertinggal terhadap tegangan. Jarak ketertinggalan tersebut diukur dalam
sumbu horizontal dan dalam satuan rad atau derajat.
Dari gambar tersebut tampak bahwa arus tertinggal sejauh /4 rad atau 45o
terhadap tegangan. Hal ini dapat dituliskan secara matematis dari persamaan
sebelumnya :
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa berapapun tegangan sesaat yang diberikan
gelombang arus akan tetap tertinggal sebesar /4 radian.
Besaran dan arus bolak-balik ini dapat dijumlahkan melalui 2 jalan, yaitu :
54