Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

Kenyataan membuktikan bahwa permasalahan yang sering timbul di lapangan


lebih sering disebabkan karena kita, sebagai karyawan seksi E/L tidak ataupun kurang
memiliki pengetahuan dasar di bidang kelistrikan.

Sebenarnya secara keseluruhan kita telah pernah mendapatkan pengetahuan


tentang dasar-dasar kelistrikan baik itu dari bangku pendidikan ataupun dari training-
training yang pernah diikuti. Akan tetapi sering sekali pengetahuan yang sudah dimiliki
menghandalkan pada kemampuan menghapal dan bukan dimengerti. Hal yang
mengakibatkan kita lambat ataupun tidak mampu untuk mempelajari peralatan ataupun
sistem yang baru dilihat.

Padahal perkembangan dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi


luar bisa cepatnya. Siapa yang tidak mengikuti pasti akan tertinggal dengan cara-cara
sistem yang lama.

A. Sejarah Perkembangan Kelistrikan

Para ahli memperkirakan umur bumi berkisar 4,4 milyar tahun. Akan tetapi
perkembangan teknologi yang begitu pesat baru terjadi sekitar lebih kurang 80 tahun
terakhir, terutama setelah perang dunia kedua terakhir.

Sejarah tentang listrik berawal pada Januari 1882, dimana pusat tenaga listrik
pertama dioperasikan di Inggris (Londen). Dalam tahun yang sama pada bulan
Desember, hal yang sama dibuat di New York (Amerika Serikat). Kedua-duanya
menggunakan arus searah (DC) dan tegangan rendah.

Kemudian Lucie Gaulard (Prancis) dan Jhon Gibbs (Inggris) mengembangkan


sistem tegangan bolak-balik (AC), dan mendapatkan hak patent untuk ciptaannya,
patent ini dibeli oleh George Washington pada tahun 1885 yang kemudian
mengembangkannya dengan pembuatan sebuah Generator AC dan menyempurnakan
pembuatan sebuah transformer arus bolak balik dan kemudian menjurus kepada
sistem jaringan dengan arus bolak-balik.

Di Indonesia, sejarah tenaga listrik berawal dengan selesai dibangunya pusat


tenaga listrik di Gambir (Jakarta) pada bulan Mei 1897, yang kemudian disusul oleh
kota-kota besar lainya, seperti : Medan (1899), Surakarta (1902), Bandung ( 1909),
Surabaya (1921), Banjarmasin (1992).

Sistem kelistrikan di Indah Kiat Pulp & Paper Corp. juga mengalami
pengembangan yang cukup pesat. Diawali dengan menggunakan Steam Turbin
Generator 60 HZ pada pabrik 300 T/D, kemudian berkembang dengan selesainya
dibangun pabrik 500 T/D dengan menambah 2 unit Steam Turbine Generator dengan
frekwensi 50 HZ. Sistem ini kemudian berkembang terus hingga saat ini dengan total
dengan 9 unit Steam Turbine Generator dengan daya terpakai lebih kurang 160 MW.

3
Selain sistem tenaga yang berkembang pesat, juga terjadi perkembangan pada
sistem kontrol. Kalau pada pabrik 300 T/D hanya menggunakan sistem kontrol dengan
manual (Push Button), pada pabrik-pabrik yang dibangun berikutnya sudah
menggunakan PLC dan DCS. Begitu juga dengan peralatan kontrol, seperti untuk
pengaturan speed mesin-mesin. Pada mulanya hanya menggunakan pengatur magnetic
coupling (motor VS) ataupun pengaturan speed dari gear box, maka pada pabrik
berikutnya sudah menggunakan DC drive dan frequency Converter untuk pengaturan
speed dari mesin-mesin yang dikontrol.

B. Electron

Pada dasarnya bentuk zat yang ada di dunia ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Zat padat
2. Zat cair
3. Gas

Zat-zat tersebut tersusun dari molekul-molekul. Pada zat padat, molekul-


molekul tersebut berdekatan dan sangat rapat, sehingga zat padat lebih sulit
menguraikanya dan akan cenderung untuk mempertahankan bentuknya.

Pada zat cair, molekul-molekul juga berdekatan tetapi ikatan antara molekul
lemah. Hal ini menyebabkan zat cair akan mengambil bentuk sesuai dengan tempat
dimana ia berada.

Pada zat gas, letak molekul-molekulnya sangat berjauhan satu sama lainya yang
mengakibatkanya dapat bergerak lebih bebas. Ikatan antara molekul sangat kecil,
sehingga gas mempunyai sifat mudah mengembang dan mudah menyusut.

Molekul-molekul yang berkumpul dan membentuk suatu zat, dapat dipecah lagi
menjadi beberapa bagian yang lebih kecil lagi yang disebut dengan atom,dimana atom
ini tidak lagi mempunyai sifat yang sama seperti molekul. Atom-atom inilah yang terdiri
dari bermacam-macam jenis yang bersatu menjadi molekul.
Atom masih dapat dipecah-pecah lagi menjadi beberapa partikel-partikel yang
lebih kecil yang disebut Electron, Proton, dan Neutron. Electron adalah partikel kecil
yang bermuatan neatif dan mempunyai massa 9,11 x 10-28 gram. Proton adalah partikel
yang bermuatan positif dan mempunyai dan mempunyai masa 1,63 x10-24 gram.
Besarnya muatan listrik pada Proton sama dengan muatan listrik pada Electron tetapi
berlawanan (satu positif, satu negatif). Neutron adalah partikel yang tidak bermuatan
(netral) yang massanya sama dengan massa Proton.

Muatan mempunyai sifat tarik menarik bila berlawanan (positif-negatif) dan


tolak-menolak bila sama (positif-positif atau negatif-negatif). Suatu atom mempunyai
jumlah elektron sama dengan jumlah proton, yang disebut setimbang (balance). Bahan
yang dibentuk oleh atom-atom yang setimbang tidak mempunyai sifat utuk
menarik/menolak bahan klain yang juga terbentuk oleh atom-atom yang setimbang.
Suatu atom, yang dikarenakan sesuatu hal mempunyai jumlah elektron yang
lebih banyak dari jumlah protonnya (tidak seimbang lagi), atom ini disebut dengan ion
negatif. Begitu juga sebaliknya, jika jumlah protonnya lebih banyak dari jumlah
elektronya, maka atom ini disebut ion positif.

4
C. Arus Lisrik

Elektron-elektron pada suatu bahan pada kenyataanya mempunyai gerakan-


gerakan dengan arah yang tidak menentu yang terjadi secara alamiah. Oleh karena
pengaruh dari luar, arah gerakan elektron-elektron ini bisa menjadi satu arah yang
dikatakan sebagai arus lisrik.

1. Di Dalam Zat Padat

Arus listrik secara umum selalu mengalir pada benda/zat padat seperti
penghantar (cable dari jenis tembaga ataupun allumunium). Bagaimana cara arus listrik
dapat mengalir pada zat padat, dapat dijelaskan dengan ilustrasi gambar di bawah ini
(lihat gambar 1.1).

Tabung diisi bola

Gambar 1.1 Ilusrasi gerakan elektron pada penghantar

Pada gambar 1.1 di atas, penghantar diilustrasikan sebagai tabung sedangkan


elektron diperankan oleh bola. Jika sebuah bola dimasukkan di salah satu ujung dari
suatu tabung yang penuh berisi dengan bola, maka bola yang di dalam tabung akan
menolak bola yang ada didepanya. Begitulah seterusnya sehingga bola yang berada di
bagian paling akhir dari tabung akan terjatuh.

Begitu juga gerakan elektron di dalam penghantar. Adanya pengaruh gaya dari
luar mengakibatkan elektron bebas di dalam kawat penghantar bergerak perlahan-lahan
dan menempuh jarak yang singkat sebelum bersentuhan /bertubrukan dengan atom lain.
Tubrukan ini mengakibatkan adanya elektron-elektron yang terbebas dari atom.
Kejadian ini berlangsung sambung menyambung secara estafet sehingga berakhir
dibagian paling akhir dari penghantar.

Jadi terlihat adanya aliran electron pada penghantar secara perlahan-lahan, tetapi
walaupun perlahan-lahan kecepatan yang ditimbulkan mendekati kecepatan cahaya,
yaitu 3 x 105 Km/detik.

5
Pada kenyataanya pengaruh gaya dari luar yang diterangkan di atas, dapat terjadi
karena adanya perbedaan potensial pada kedua ujung penghantar, seperti yang di
perlihatkan pada gambar 1.2 berikut ini.

Gbr 1.2 Aliran Elektron pada penghantar

Ingat bahwa sifat muatan yang sejenis akan tolak menolak dan yang tidak
sejenis akan tarik menarik pada gambar 1.2 diatas electron S pada sebelah kiri akan
tetolak oleh muatan -Q yang berasal dari sumber tegangan dan tertarik oleh muatan +Q,
sehingga terlihat adanya aliran electron dari kiri ke kanan yang disebut oleh adanya
perbedaan potensial dari sumber tegangan. Arah arus listrik mengalir dari sisi yang
mempunyai tegangan yang lebih tinggi ke tegangan yang lebih rendah (dari positif ke
negatif), akan tetapi aliran electron adalah sebaliknya.
Susunan atom dari penghantar akan menentukan kemampuan penghantar
mengalirkan electron dan bahan yang mempunyai kemampuan besar untuk mengalirkan
electron disebut dengan konduktor, sedangkan bahan tidak mudah menghantarkan arus
disebut dengan isolator.

2. Di Dalam Zat Cair

Disebabkan kemampuanya menghantarkan listrik, zat cair dikelompokkan


menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Non Elektron, tidak menghantarkan arus listrik
2. Elektrolit, menghantarkan arus listrik

Di dalam proses pembentukan bahan kimia untuk pengolahan kayu menjadi


pulp, garam (NaCl) merupakan bahan utama yang diproses menjadi bahan-bahan kimia
yang diperlukan dalam proses pembuatan pulp.
Bila molekul garam NaCl dilarutkan didalam air, akan terjadi ion positif yaitu
ion sodium (Na+) yang berasal dari atom Na yang kehilangan satu electron dan ion
negatif yaitu ion Chlorine (Cl-) yang berasal dari atom Chlorine yang mendapat
tambahan electron.
Pada gambar 1.3 berikut ini, dapat dilihat jika pada larutan garam tersebut
diberikan suatu perbedaan tegangan ataupun medan listrik melalui dua buah electrodea
(electrode positif dan electrode negatif)
Sejumlah ion, baik itu ion positif ataupun ion negatif akan bergerak dengan arah
yang berlawanan. Ion negatif, dalam hal ini Cl- akan ditarik oleh electrode positif dan
ion positif, dalam hal ini Na+ akan ditarik oleh electrode negatif. Ingat bahwa, muatan
sejenis akan tolak menolak dan muatan yang berlawanan akan tarik menarik.

6
Gbr 1.3 Gerakan Ion Pada Zat Cair

Saat akan mencapai elektroda positif, ion negatif (CI) akan melepaskan
kelebihan elektronya dan oleh sebab itu atom chlorine ini akan menjadi atom netral.
Begitu juga dengan ion positif (Na+), saat akan mencapai elektroda negatif ion ini akan
nemperoleh electron dari elektroda negatif dan ion ini akan menjadi atom sedium yang
netral.
Akibat adanya sumber tegangan listrik yang diberikan pada larutan garam
melalui 2 buah elektroda ini, menyebabkan adanya gerakan ion negatif menuju
elektroda positif dan pada waktu yang sama ion positif yang sama banyaknya bergerak
menuju elektroda negatif. Hal inilah yang dikatakan arus listrik mengalir di dalam zat
cair yang disebabkan oleh pergerakan dari atom-atom yang bermuatan listrik.

3. Di Dalam Gas

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa ikatan antara molekul-molekul gas


sangatlah lemah. Hal ini menyebabkan molekul-molekul tersebut saling bertubrukan
satu sama lain. Tubrukan-tubrukan ini menimbulkan akibat terbebasnya electron-
electron dari atom-atom yang mengakibatkan atom-atom ini menjadi ion positif dan dan
ion bebas menjadi ion negatif. Di dalam gas akan terjadi ion positif dan ion negatif,
seperti halnya pada elektrolit (zat cair).
Juga aliran arus listrik akan terjadi jika elektroda positif dan negatif ditempatkan
pada gas tersebut. Tekanan dari gas sangat mempengaruhi kecepatan dari aliran electron
tersebut. Pada suatu harga arus tertentu yang sangat tinggi dapat terjadi timbunan
electron yang banyak sehingga menimbulkan suatu busur api (spark/arc).

D. Sumber-Sumber energi listrik

Jumlah electron yang berada pada 2 buah tempat akan mengakibatkan adanya
gaya gerak listrik Tersebut tergantung dari besarnya perbedaan jumlah elektronnya,
maka akan semkin besar pula gaya gerak listrik yang ditimbulkannya.
Ada bermacam-macam cara untuk menghasilkan energi listrik, diantaranya :
1. Mechanical Electro Magnetic, misalnya dengan generator listrik
2. Mechanical Electro Static
3. Chemical, misalnya baterai
4. Thermal
5. Photo Electric (solar cell)

7
Dari kelima cara di atas, yang saat ini paling sering digunakan adalah
Mechanical Electro Magnetic. Saat ini seluruh pusat-pusat pembangkit listrik, baik itu
PLTD, PLTU, PLTA, PLTG dan lain sebagainya menggunakan generator untuk
membangkitkan tenaga listrik.
Di IKPP sendiri, seluruh pembangkit listrik baik yang digerakkan oleh disel
ataupun uap, menggunakan generator untuk membangkitkan tenaga listrik.

E. Arus Displacement Dan Polarisasi

Suatu bahan isolator yang terdiri dari atom-atom netral baik berbentuk padat,
cair maupun gas, jika kepadanya diberikan suatu medan listrik maka disebabkan oleh
gaya tarik menarik maupun tolak menolak dari muatan listrik mengakibatkan atom-
atom membentang dengan arah positif dan negatif yang berlawanan.

Gbr 1.4 Pengaruh Medan Listrik Pada Isolator

Pada gambar 1.4 (a) di atas ditunjukkan bagaimana susunan atom-atom netral
sebelum diberikan medan listrik. Atom-atom netral tersusun secara acak tidak ada
pengaturan. Jika diberikan medan listrik akan tampak seperti gambar 1.4 (b). atom-atom
tersusun rapi, muatan positif dan negatif terbentang berlawanan kearah medan listrik.
Proses ini disebut dengan polarisasi.
Selama proses polarisasi, terjadi pemindahan muatan. Muatan negatif mendekati
sumber tegangan positif dan sebaliknya, muatan positif akan mendekati sumber
tegangan negatif. Arus perpindahan muatan inilah yang disebut dengan arus
displacement.
Jika tegangan terus dinaikkan, atom-atom akan terionisasi dan sampai batas
kemampuanya maka bahan isolator akan menjadi konduktor ini disebut dengan
breakdown.
Sering sekali dijumpai isolator-isolator yang tidak lagi berfungsi sebagai
isolator. Hal ini disebabkan isolator-isolator tersebut sudah rusak, yang disebabkan
tingginya tegangan yang harus ditahan oleh isolator tersebut melampaui tegangan
nominalnya. Tegangan yang melampai batas nominalnya ini dapat disebabkan oleh
sambaran petir ataupun switching. Selain itu bisa juga disebabkan oleh kemampuan
isolator menurun yang disebabkan oleh kotornya isolator oleh debu dan bahan kimia.

F. Karakteristik Arus dan Tegangan

Jika electron mengalir dengan satu arah saja maka arus listrik pun akan
mengalir satu arah juga. Arus yang mengalir satu arah saja dinamakan arus searah (DC
= Dirrect Current). Arus ini hanya mengalir satu arah saja disebabkan karena sumber
tegangan mempunyai polaritas yang tetap, misalnya baterai (lihat gambar 1.5).

8
Gbr 1.5 Karakteristik Arus Searah

Walaupun arahnya tidak berubah-ubah, namun besarnya arus bias diubah.


Dengan kata lain, banyaknya electron yang mengalir dapat diubah walaupun arahnya
tetap.
Apabila aliran electron berubah-ubah arahnya setiap saat secara berkala, maka
arus yang mengalir juga akan berubah-ubah arahnya setiap saat secara berkala. Arus ini
dinamakan arus bolak-balik (AC = Alternating Current). Bentuk arus AC dapat dilihat
pada gambar 1.6 tersebut adalah bentuk gelombang sinus.
Dari gambar tersebut juga didapatkan bahwa panjang gelombang dimulai dari 0 0
sampai dengan 3600. Sedangkan jumlah gelombang yang terjadi dalam 1 detik tersebut
dengan frekwensi. Kalau dalam satu detik terjadi 50 bentuk gelombang sinus (100 kali
berubah arah) maka frekwensinya adalah 50 Hz atau sering juga disebut 50 cycle.
Listrik yang disupply oleh PLN atau tegangan listrik yang dipakai dirumah-
rumah di Indonesia menggunakan arus bolak-balik dengan frekwensi 50 Hz. Sama
halnya dengan yang ada di IKPP, yang menggunakan arus bolak-balik (AC) untuk
tegangan sumber utamanya, namun dengan frekwensi 50 HZ dan 60 Hz.

Gbr 1.6 Karakteristik Arus Bolak-Balik

Sementara itu, gelombang radio yang biasa kita gunakan berkisar antara 100
KHz sampai dengan Giga Hz (1 GHz = 109 Hz).
Besaranya atau tingginya gelombang sinus seperti gambar di atas disebut dengan
amplitudo. Jika besaran amplitudo tidak tetap dan perubahan arah arus tidak tetap maka
dinamakan arus bolak-balik apriodik (tidak periodik).

9
BAB II
SATUAN-SATUAN LISTRIK

A. Sistem Satuan International

Dengan berkembang ilmu pengetahuan, pengukuran yang teliti menjadi


bertambah penting. Agar para ilmuan, pelajar, pekerja dan lain-lainya yang bekerja pada
bidang yang berbeda-beda dapat membandingkan hasil kerjanya, maka diperlukan suatu
penyeragaman satuan-satuan dasar yang disebut dengan sistem satuan international.
Sistem satuan ini lebih dikenal dengan SI, singkatan dalam bahasa Prancis, Systeme
International dunites.
Sistem SI ini menetapkan semua satuan dalam berbagai macam teknologi.
Sistem ini dianjurkan untuk digunakan secara international (menurut dokumen ISO
R.1000). Sistem ini juga banyak digunakan.
Ada 7 satuan yang dipakai oleh SI, yaitu :

Jenis besaran satuan simbol

Panjang Meter m
Massa Kilogram Kg
Waktu Second s
Arus Listrik Ampere A
Temperature Kelvin K
Intensitas Cahaya Candela Cd
Jumlah Zat Mol Mol

Semua satuan dasar di atas merupakan satuan dasar untuk terciptanya satuan
satuan lain, termasuk kesatuan ilmu kelistrikan.

B. Satuan Gaya

Satuan SI dari gaya adalah Newton (N) yang mana apabila gaya sebesar 1
Newton diberikan pada benda dengan massa 1 Kg, maka benda akan bergerak dengan
percepatan 1 m/s2 . jadi suatu gaya F dibutuhkan untuk memberikan percepatan sebesar
a pada masa m.
F (Newton) = (Kilogram) x a (m/s2)

C. Satuan Kerja atau Energi

Kerja adalah satuan hal yang tercapai dari suatu gerakan yang melawan suatu
aksi dari suatu gaya. Dengan kata lain, kerja dibentuk apabila suatu energi dirubah dari
suatu bentuk ke bentuk yang lain. Sedangkan energi adalah kapasitas atau kemampuan
untuk melakukan kerja.

10
Suatu SI untuk kerja adalah Joule yang didefinisikan sebagai kerja yang tercapai
dalam suatu gerakan dari suatu object yang melalui jarak 1 meter melawan suatu gaya 1
Newton. Symbol W kerja atau energi.

W (Joule) = F (Newton) x d (meter)


= Newton x meter
= Kg m/s2 x m
= Kg m2 /s2

D. Satuan Power atau Daya

Power atau daya didefinisikan sebagai nilai dari suatu kerja yang dilakukan atau
energi yang didissipasikan dan pada dasarnya dinyatakan dalam joule per second akan
tetapi oleh james Watt diputuskan bahwa suatu untuk power atau daya listrik adalah
Watt, yang sama nilainya dengan joule/s. Symbol untuk daya ini dinyatakan dengan
huruf P. Jadi 1 watt adalah nilai dari suatu kerja yang dilakukan apabila kerja sebesar 1
Joule dilakukan selama 1 second.

P = W/s
Watt = Joule/second
Joule = Watt x second
W=Pxs

Satuan ini kemudian dikembangkan lagi dengan ditemukan satuan daya mekanik
dari output motor yaitu : horse power, yang sering disingkat dengan HP, sehingga perlu
dirubah menjadi satuan SI (Watt)

1 HP = 746 watt

E. Satuan Arus

Dalam menghubungkan satuan sistem mekanik dengan sistem listrik, perlulah


dibuat suatu besaran listrik dalam peristilahan mekanik. Andre Marie Ampere telah
menemukannya pada suatu konduktor yang paralel apabila dilalui arus dengan arah
yang sama maka akan timbul gaya tarik menarik dan apabila arah arus berlawanan maka
akan timbul gaya tolak menolak.
Dari penemuan ini dibuat suatu definisi dari satuan ampere, yaitu : apabila suatu
arus dialirkan dalam masing-masing konduktor yang paralel (panjang tak terhingga)
dengan jarak masing-masing 1 meter dari pusat, yang terletak pada ruang vakum maka
pada masing-masing konduktor akan dihasilkan gaya sebesar 2 x 10 -7 Newton/m.
Simbol dari arus listrik ialah I dan simbol untuk satuan Ampere adalah A

11
F. Satuan Muatan Listrik

Dalam sistem SI, satuan muatan listrik adalah Coulomb (C) yang diambil dari
nama Charles Augustin de Coulomb. Definisi 1 (satu) coulumb adalah banyaknya listrik
yang melalui suatu titik dalam rangkaian bila arus 1(satu) ampere bekerja dalam 1(satu)
detik.
Simbol dari muatan listrik adalah Q, dan dari definisi di atas dapat dibuat suatu
perumusan :
Q=Ixs
Coulumb = Ampere x detik

Satuan praktik yang paling umum sekali dipakai untuk muatan listrik ini, yang
didasarkan atas perkalian arus dan waktu adalah Ampere hours (Ah), yang selalu
dipakai sebagai ukuran kapasitas dari storage batrai.
1 Jam (hours) = 60 x60 = 3600 detik
1 Ah = 1 Ampere x 3600 detik
1 Ah = 3600 Ampere detik
1 Ah = 3600 Coulumb

G. Satuan Beda Potensial dan E.M.F


Satuan beda potensial adalah Volt, yaitu perbedaan potensial antara 2 ujung
kawat konduktor apabila diliri oleh arus sebesar 1 ampere dan daya yang didissipasikan
antara kedua ujung itu adalah :
Sedang gaya gerak listrik (EMF = Electric Magnetic Force) adalah yang
memproduksi arus listrik dalam rangkaian dan satuan untuk EMF juga Volt.
Prinsip-prinsip yang dapat menghasilkan EMF adalah :
- 2 buah elektroda yang berbeda dicelupkan dalam larutan elektrolit (prinsip
baterai)
- Gerakan relatif dari fluks magnet dan konduktor (prinsip generator)
- Dan sebagainya
Pada gambar berikut ini ditunjukkan suatu beban R ohm yang terhubung pada
sebuah bateraidengan tegangan E dan tahaan dalam r ohm.

Gbr 2.1 Rangkaian dengan tegangan E dan


tahanan dalam r dan beban R

Beda potensial antara terminial R = I x R volt


Beda potensial antara r (didalam baterai) = I xr volt

12
Total daya yang didissipasikan pada R dan r :

P = I (R + r) watt

EMF dari sel (baterai) mempunyai tegas untuk mensupplai dan memelihara arus
listrik dalam rangkaian. Dan harga dari EMF adalah E volt sebagai daya yang
dibangkitkan oleh reaksi kimia di dalam sel sama panas yang didissipasikan di dalam
tahanan dari rangkaian.

I x E = (R + r)
E = I (R + r)
Jadi beda potensial V volt antara terminal AB adalah :
V = IR = E Ir

H. Satuan Tahanan

Satuan tahanan listrik adalah ohm (), Yang didefinisikan sebagai tahanan
antara 2 ujung konduktor, jika beda potensial adalah 1 volt antara kedua ujung
konduktor maka akan memproduksi arus listrik sebesar 1 Ampere dan konduktor itu
tidak akan menjadi sumber EMF.
Dengan kata lain, satuan ohm dapat didefinisikan sebagai tahanan dari rangkaian
yang mana arus 1 Ampere akan menimbulkan panas sebesar 1 watt.
Jika V menyatakan beda potensial dalam satuan volt pada panjang rangkaian
yang mempunyai tahanan R dalam ohm dengan arus yang mengalir I dalam satuan
ampere dan selama waktu t second (detik), maka :

V = IR atau I = V/R (hukum ohm)


Daya = IV = I2R = V2 /R
Panas yang dibangkitkan = I2 Rt = IV t Joule

I. Satuan Konsumsi Daya

Dasar satuan dari energi listrik adalah joule, yang sangatlah terlalu kecil untuk
dipakai dalam praktek sehari-hari (daya listrik). Oleh karena itu dipakai satuan
megajoule (MJ). Tetapi untuk tujuan komersial dipakai satuan kilowatthour (Kwh) yang
juga diakui sebagai satuan SI.

P = W/t W=Pt
Dimana P adalah daya dalam watt dan t adalah waktu dalam second, maka W
kerja dalam wattsecond atau joule.
Tetapi jika P adalah daya dalam kilowatt (Kw) dan t dalam hour (jam) maka
satuan untuk kerja W adalah kilowatthour (Kwh). Kwh merupakan satuan praktis yang
paling sering digunakan dalam pekerjaan sehari-hari.

1 Kw = 1000 watt dan 1 hour = 3600 detik


1 Kw = 1000 x 3600
= 3.6 x 16 Joule
= 3,6 Megajoule

13
BAB III
RUMUS-RUMUS DASAR LISTRIK

A. Hukum Ohm

Satuan saat switch suatu rangkaian seperti di bawah ini ditutup, maka nilai
arusnya adalah tetap dan pada saat tersebut temperature konduktor juga tidak berubah.

Gbr 3.1 Rangkaian Sederhana Untuk


Membuktikan Hukum ohm

Dengan menduakalikan tegangan, arusnya akan menjadi 2 kali dan dengan


mentigakalikan tegangan maka arusnya juga akan menjadi 3 kali, begitulah seterusnya.
Jadi perbandingan arus dan tegangan akan selalu konstant (tetap). Pernyataan inilah
yang dikenal dengan nama hukum ohm , yang dikemukakan oleh George Simon Ohm.
Secara matematis dirumuskan dengan rumus berikut :

E/I=K

Dimana : E = tegangan yang diberikan dalam volt


I = besar arus dalam ampere
K= konstant

Selanjutnya dengan merubah konduktor atau beban dengan nilai tahanan yang
berbeda maka akan dihasilkan nilai k yang berbeda pula. Nilai k dapat turun dan naik.
Sifat inilah yang disebut pelawan atau resistansi.
Resistansi adalah pelawan atau tahanan dari arus listrik dalam rangkaian. Simbol
dari resistansi ini adalah R. Dan satuan SI untuk resistansi adalah ohm yang
disimbolkan dengan () (omega)

HUKUM OHM : R = V/ I

Dimana : R = Resistansi dalam ohm()


V = Tegangan jatuh antara tahanan dalam satuan volt
I = Arus yang melalui tahanan dalam satuan ampere

14
B. Hukum Kirchof I

Bunyi hukum kirchoff I sangatlah sederhana yaitu : jumlah arus yang melalui
suatu sistim adalan nol (perhatikan gambar 3.2 berikut ini)

Gbr 3.2 hukum Kirchoff

dari pernyataan hukum kirchoff 1 di atas dapat ditetapkan bahwa arus yang masuk
menuju suatu titik percabangan adalah positif dan arus yang keluar dari percabangan
adalah negatif. Oleh karena tanda-tanda untuk arus di atas adalah
I1 + I2 + I3 + I4 + I5 = 0
I1 + I3 + I5 = I3 + I4
Jadi total arus yang masuk ke suatu titik percabangan sama dengan total arus yang
keluar dari titik percabangan tersebut.

C. Hukum Kirchoff 2

Total EMF adalah sama dengan total rugi tegangan disekeliling suatu rangkaian
tertutup (lihat gambar 3.3 berikut ini)

Gbr 3.3 Hukum Kirchoff 2

15
Gambar tersebut menunjukkan suatu rangkaian yang besar yang terdiri dari
beberapa sumber tegangan. Arah arus ditentukan dengan memakai hukum kirchoff 1,
yaitu : arus yang masuk ke suatu titik percabangan adalah positif dan arus yang keluar
dari percabangan adalah negatif.
Langkah selanjutnya untuk penyelesaiannya adalah penentuan arah, yaitu : searah
jarum jam. Arus yang searah dengan arah patokan (arah jarum jam) adalah positif dan
yang tidak searah adalah negatif.
Untuk sumber tegangan, arus yang keluar adalah searah dengan jarum jam adalah
positif dan yang kebalikannya adalah negatif. Jadi dengan melihat arah arus dan sumber
tegangan pada gambar 3.3, maka :

E 1 E 2 = 14 R4 11 R1 12 R2 + 13 R3
Atau dapat ditulis : E=IR

D. Teori Superposisi

Selain menggunakan hukum kirchoff 2, teori super posisi adalah suatu teori untuk
menyelesaikan permasalahan dengan rangkaian yang mempunyai sumber tegangan
lebih dari satu. Caranya ialah dengan menggunakan satu saja sumber tegangan yang
lainnya diganti dengan tahanan dalamnya. Rangkaian pada gambar 3.4 berikut ini
memudahkan pengertian di atas.

Gbr. 3.4 Rangkaian dengan 2 sumber tebangan


Dan rangkaian equivalennya

Dengan memakai teori superposisi, rangkaian pada gambar 3.4 (a) dirubah
menjadi 2 rangkaian, masing-masing rangkaian (b) dan (c). Arus dalam tahanan Rc (I2)
adalah jumah aljabar dari arus I2 dan I2 . Apa bila keduanya arah yang sama, maka:

I2 = I2 + I2

16
Dengan cara yang sama, maka arus pada cabang-cabang yang lain dapat
diselesaikan menurut jumlah aljabar dari arah-arah tersebut.
Jadi :
I1 = I1 I1
I3 = I3 I3
Komponen-komponen dari aus I1 dan 13 adalah I1 , dan I1 dan I3 dan 13. Tanda positif
berarti searah dengan I1 ataupun I3 dan tanda negatif menunjukkanberlawanan arah
dengan I1 ataupu I3

E. Jembatan Wheatstone

Sering kali alat ukur yang menggunakan resistansi yang kecil dan akurat
digunakan pada praktek sehari-hari, misalnya untuk mengukur tahanan coil motor
ataupun transformer. Alat ukur ini menggunakan prinsip jembatan Wheatstone karena
jembatan ini dapat dibuat setimbang (balance). Perhatikan gambar 3.5 di bawah ini.

Gbr 3.5 Prinsip jembatan Wheatstone

Bila voltmeter V1 untuk mengukur antara tegangan terminal A dan terminal C,


dan voltmeter V2 untuk mengukur tegangan antara terminal B dan C. maka bila terminal
C berimpit dengan terminal A akan diperoleh :

V1 = 0 volt
V2 = Vb volt

Kemudian bila terminal C digeser dari A ke B maka V1 akan naik dan V2 akan menurun,
sehingga saat C berimpitan dengan terminal B akan terjadi :

V1 = Vb volt
V2 = 0 volt

Jika dapat dilihat bahwa tegangan yang dapat ditunjukkan oleh voltmeter V1 dan V2
akan sebanding dengan tahanannya, yaitu :

V1 sebanding dengan tahanan AC dan


V2 sebanding dengan tahanan BC

17
Secara matematis persamaan ini dapat dituliskan :
V1 / V2 = RAC / RBC

Rangkaian pada gambar 3.5 dapat diganti menjadi rangkaian pada gambar 3.6

Gbr 3.6 Rangkaian eqivalen jembatan Wheatstone

Diketahui bahwa RAB tidak sama dengan tahanan Rbc dan terminal C dapat digeser
sepanjang tahanan AB dan DE. Pada saat tegangan pada AC sama dengan tegangan
pada DF atau

VAC = VDF
Maka :
VCB = VFE
VCF = 0 volt
Atau dapat dilihat bahwa voltmeter tidak menunjuk, sehingga :
VAC / VCB = VDF / VFE atau
RAC / RCB = RDF / RFE
Pada saat tegangan VCF = 0 volt disebut sebagai keadaan setimbang (balance condition).

Configurasi jembatan Wheatston sering dibentuk seperti pada gambar 3.7


berikut ini.

Gbr 3.7 Gambar rangkaian jembatan Wheathstone


yang sering digunakan

18
Galvanometer yang digunakan adalah dari jenis yang sangat sensitive sekali.
Pada keadaan setimbang akan didapat persamaan seperti berikut :

P /Q = X / R

Sehingga besarnya tahanan X adalah :

X = (P / Q) x R

Pada karakternya, rangkaian jembatan wheatstone ini untuk mengukur tahanan


yang belum diketahui, misalnya tahanan coil motor. Jalanya mengukur adalah seperti
berikut :
- buat rangkaian seperti gambar diatas (gambar 3.7)
- misalkan tahanan coil yang akan diukur adalah X ohm
- tahanan geser (variable resistor) diatur agar galvanometer menunjukkan
angka 0 volt
- pada saat ini jembatan Wheatstone berada dalam keadaan yang seimbang
yang berarti berlaku rumus :

X = (P /Q) x R

- dari rumus tersebut besarnya tahanan X dapat dihitung


Pada peralatan pengukuran yang menggunakan jembatan Wheatstone, besarnya
tahanan X tidak perlu lagi dihitung akan tetapi cukup membaca posisi dari selector
switch yang ada.

19
BAB IV
RESISTANSI, KAPASITANSI
DAN INDUKTANSI

Beban dari suatu rangkaian listrik hanya dimungkinkan oleh :


1. Resistansi
2. Kapasitansi
3. Induktansi

Ataupun kombinasi dari ketiga jenis beban di atas. Untuk mengetahui hasil dari suatu
rangkaian listrik, maka perlu mempelajari terlebih dahulu karakteristik/sifat dari ketiga
jenis beban tersebut.

A. Resistansi

Resistansi adalah pelawan atau tahanan dari arus dalam suatu rangkaian listrik.
Dalam praktik sehari-hari, resistansi adalah beban listrik yang sering dijumpai,
misalnya : lampu pijar, tahanan coil (motor dan trasformator), tahanan cable dan lain-
lainya.

1. Tahanan Jenis

Tahanan jenis atau spesific resistance atau resistivity adalah resistansi atau
tahanan suatu bahan tertentu dalam suatu panjang luas penampang. Simbol dari tahanan
jenis adalah (rho).
Untuk mendapatkan satuan yang mempunyai standart SI dari resistifity, maka
dipakai analisa teknik dari hukum ohm.

Hukum ohm : R = V / I Ohm = Volt : Ampere

Tegangan diukur diantara 2 ujung-ujung konduktor dan arus diukur melalui luas
penampang. Atau secara matematika dapat ditulis :

= volt per satuan panjang : amper per satuan luas penampang


= (volt / meter) : (ampere / meter2)
= (volt / meter) : (meter2 / ampere)
= (volt / ampere) x meter
= ohm x meter

Jadi satuan SI untuk resistivity adalah ohm meter, yang sering disimbolkan dengan .m.

Jadi dapat dirumuskam bahwa tahanan listrik untuk setiap konduktor pada suhu
kamar normal :

R = x l /A

20
Dimana :
R = resistansi konduktor dalam satuan ohm
l = panjang konduktor dalam meter
A = luas penampang konductor dalam meter
= resistivity konduktor dalam ohm meter pada suhu 200 C.

Berikut ini dapat dilihat dari resistivity untuk bahan-bahan konduktor yang umum
dipakai :

Material conductor Resistivity (ohm meter pada 200 C)


Silver (perak) ............................... 1.64 x 10-8
Copper (tembaga) ........................ 1.72 x 10-8
Allumunium ................................ 2.83 x 10-8
Tungsten ...................................... 5.5 x 10-8
Nickel .......................................... 7.8 x 10-8
iron (besi) .................................... 12.0 x 10-8
Constantan ................................... 49 x 10-8
Nichrom II ................................... 110 x 10-8
Tabel di atas akan terasa tidak begitu efektif menggunakannya disebabkan
ukuran luas penampang kabel biasanya dalam ukuran mm 2. Untuk itu dapat dilihat tabel
di bawah ini.

Material konductor Resistivity (ohm mm2 / m pada 200 C)


Silver (perak) ............................... 0,0164
Copper (tembaga) ........................ 0.0172
Allumunium ................................ 0.0283
Tungsten ...................................... 0.0550
Nickel .......................................... 0.0780
iron (besi) .................................... 0.0120
Constantan ................................... 0.0490
Nichrom II ................................... 1.000

2. Koefisiensi Temperature

Hampir semua bahan logam murni, apabila temperaturnya naik maka


resistansinya juga ikut naik. Electrolyte dan bahan-bahan dielectric resistensinya akan
berkurang apabila temperaturenya naik.
Ada juga bahan yang resistensinya tidak akan mengalami perubahan walaupun
temperaturnya mengalami perubahan, yaitu seperti dari bahan alloy seperti manganin.
Untuk bahan copper, yang selalu dipakai dalam praktek sehari-hari (bahan utama
konduktor pada kelistrikan ) resistansinya akan menjadi nol pada suhu 234.5 oC (lihat
gambar 4.1 berikut ini).

21
Gbr. 4.1 Grafik Perubahan Resistansi
Terhadap Perubahan Temperature

Untuk konduktor dari bahan copper selalu dioperasikan sesuai dengan grafik di
atas. Untuk konduktor copper yang mempunyai tahanan 1 ohm pada temperature 0 0C,
perubahan resistansi untuk 1 oC perubahan temperature adalah 0,004264 ohm.
Perubahan-perubahan ini tidak sama untuk semua bahan, tergantung pada
koefisien temperature dari bahan. Berikut ini dapat dilihat tebel untuk koefisien
temperature beberapa bahan. Koefisien temperature disimbolkan dengan (alpha)

Material konduktor 20 0C

Alumenium 0.0039
Tungsten 0.0045
Alumenium 0.0039
Tungsten 0.0045
Nickle 0.006
Iron(basi) 0.0055
Nichrom II 0.00016
Constantan 0.000008
Carbon 0.0005

Secara umum jika suatu bahan dengan resistansi Ro ohm pada 0 0C mempunyai
resistansi R1 pada suhu t1 dan resistansi R2 pada t2. Jika a0 adalah koefisien temperature
dari tahanan pada 0 0C, maka:

R1 = R0 ( 1 + 0 t1 )
R2 = R0 ( 1 + 0 t2 )
Dari penurunan rumus diatas akan didapat :
R1 = R2 (1 + 0 (t1 t2)}
Jika suatu bahan yang mempunyai resistansi R 20 pada temperatur 20 0C dan
koefisien temperature 20 pada 20 0C, maka resistansi Rt pada temperatur t dapat
dihitung dengan memakai rumus beikut ini :

R = R20 {1 + 20 (t 20)}

22
3. Konduktansi dan konduktivity

Konduktansi adalah ukuran kemampuan dari rangkaian listrik untuk melakukan


arus. Simbol untuk konduktansi adalah G dengan satuan SI adalah siemens dan simbol
satuan S. Jadi konduktansi adalah kebalikan dari resistansi, sehingga sering satuan
siemens tidak dipakai. Yang dipergunakan adalah satuan mho (kebalikan dari ohm).

G=1/R

Dimana : G = konduktansi dari rangkaian dalam satuan siemens atau mho


R = resistansi dari rangkaian dalam suatu ohm

Dalam rangkaian paralel, konduktansi dari suatu bahan adalah jumlah total dari
semua konduktansi.
Konduktivity atau daya hantar jenis dari suatu bahan adalah konduktansi dari
satuan panjang dan luas penampang konduktor dari bahan itu. Simol konduktivity
adalah .. (baca sigma).
Konduktivity adalah kebalikan dari resistivity. Secara matematis dapat ditulis
seperti berikut :
.= 1 /.
Konduktifity diberikan satuan SI yaitu : Siemens per meter

4. Rangkaian Seri

Kalau rangkaian resistor yang dihubungkan seri, maka resistansi total dari
rangkaian dapat dihitung dengan menjumlahkan semua nilai tahanan dari resistor yang
dihubungkan seri tersebut. Perhatikan gambar 4.2 berikut ini :

Gbr 4.2 Resistor dihubungkan seri

V = V1 + V2 +. + Vn
= IR1 + IR2 +..+ IRn
= I (R1+ R2 +.+Rn)
V / I = R1+ R2 +.+ Rn jadi : Rt = R1+ R2 ++Rn

23
5. Rangkaian Paralel

Hubungan pararel dari beberapa resistor adalah kebalikan dari rangkain seri. Hal
ini dapat dijelaskan pada gambar rangkaian 4.3 berikut ini.

Gbr 4.3 Resistor dalam hubungan pararel

Arus total I adalah jumlah arus yang melalui tiap-tiap cabang tahanan, sehingga
dapat dirumuskan sebagai berikut :
I = I1 + I2 + I3+.........+ In
V / Rtotal = V / R1+ V / R2+ V / R3+.............+ V / Rn
1 /Rtotal = 1 /R1 + 1 /R2 + 1 /R3 +...................+ 1 /Rn
Jadi tahanan total Rtotal :
Rtotal = (R1. R2. R3.......... Rn) / (R1. R2 + R2. R3 + R3. R4+......... + Rn. R1)

6. Kombinasi Seri Paralel

Untuk rangkaian ini yang biasanya disebut dengan rangkaian campuran. Untuk
mencari nilai tahanan total dari rangkaian harus melewati cara penyelesaian seri dan
pararel. Pertama sekali selesaikan yang terhubung pararel kemudian selesaikan secara
seri atau sebaliknya, tergantung pada bentuk/configurasi rangkaian.

7. Transformasi Hubungan Delta Start dan Sebaliknya

Dalam penyelesaian suatu rangkaian yang kompleks, dimana terdapat 3 buah


resistor yang terhubung secara delta () ataupun (Y), maka secara penyelesaianya tidak
bias hanya menggunakan cara seri dan pararel saja. Akan tetapi diselesaikan dengan
tranformasi star-delta ataupun sebaliknya (perhatikan gambar rangkaian 4.4 dan gambar
4.5)

24
Gbr 4.4 Transformasi -Y

Gbr 4.5 Transformasi Y-

Untuk mendapatkan tahanan ganti (R1. R2. R3) setiap resistor pada hubungan Y
dapat dipakai rumus-rumus dibawah ini. Akan tetapi yang paling penting dalam
menggunakan rumus ini adalah memperhatikan tanda untuk resistor dalam hubungan
(Ra, Rb, Rc) dan tanda resistor pada saat terhubung (R1. R2. R3).
Juga yang perlu diperhatikan titik dimana hubungan dirubah (lihat titik A, B, C)

Rumus-rumus Transformasi Y (perhatikan gambar 4.4)

1. R1 = (Rb . Rc) / (Ra + Rb + Rc)


2. R2 = (Ra . Rc) / (Ra + Rb + Rc)
3. R3 = (Ra . Rb) / (Ra + Rb + Rc)

Rumus-rumus Transformasi Y

1. Ra = {(R1 . R2) + (R2 . R3) + (R3 . R1)} / R1


2. Rb = {(R1 . R2) + (R2 . R3) + (R3 . R1)} / R2
3. Rc = {(R1 . R2) + (R2 . R3) + (R3 . R1)} / R3

B. Kapasitansi

1. Kuat Medan Listrik

Kuat medan listrik ialah sesuatu pengaruh gaya yang diterima oleh suatu partikel
yang berada di suatu medan listrik. Hal ini dapat dicontohkan sebagai berikut (lihat
gambar 4.6) :
Misalkan ada dua buah muatan listrik yang sama besar akan tetapi berlawanan arah.
Keduanya diberi nama +Q1 dan Q2. Diantara kedua muatan listrik tersebut ditempatkan
suatu partikel bermuatan positif, katakanlah +q pada posisi A. Disebabkan partikel
tersebut berada pada suatu medan listrik Q1 dan Q2, maka partikel tersebut akan
mengalami suatu gaya, yaitu : akan ditolak oleh muatan yang sejenis (+Q1) dan akan
ditarik oleh muatan yang berlawanan (-Q2).

25
Gbr 4.6 Medan Listrik dan Pengaruhnya

Besarnya kuat medan listrik pada suatu gaya dapat dinyatakan dengan rumus
berikut ini :

E=F/q

dimana :
E = Kuat medan listrik (newton/coulomb)
F = Gaya resultan pada suatu titik/partikel (Newton)
q = Besarnya muatan listrik pada suatu titik/partikel (Coulomb)

2. Kapasitor

Secara umum kapasitor adalah komponen listrik yang dapat menyimpan muatan
listrik. Selain dapat menyimpan muatan listrik, kapasitor juga mempunyai sifat lain,
yaitu :
- Dapat menahan arus searah
- Dapat melalukan arus bolak-balik

26
Konstruksi kapasitor terdiri dari dua buah plat konduktor yang sejajar yang
dipisahkan oleh suatu bahan dielektrika. Muatan pada kedua plat tersebut
didistribusikan secara merata ke seluruh permukaan plat.
Fungsi dari bahan dielektrika itu adalah :
1. Untuk memisahkan kedua plat secara mekanis sehingga walaupun jaraknya
sangat dekat tetapi dapat terisolir oleh bahan dielektrika tersebut.
2. Untuk memperbesar kemampuan kedua plat dalam menerima tegangan.
3. Untuk memperbesar nilai kapasitansi.

3. Rangkaian Seri

Tujuan dari menghubungkan seri beberapa kapasitor ialah untuk meningkatkan


kemampuan menahan tegangan listrik. Sebagai pengganti dari kapasitor yang
dihubungkan seri adalah sama dengan sebuah kapasitor yang bertambah tebal bahan
dielektriknya. Sehingga nilai total kapasitansinya lebih kecil dari nilai kapasitansi
masing-masing kapasitor.
Hal ini bisa disebabkan dengan dihubungkan secara seri, induksi elektrostatis
jumlah total muatan yang diberikan pada suatu sistem adalah sama dengan muatan pada
masing-masing kapasitor (lihat gambar 4.7)

Gbr 4.7 Capasitor dalam Hubungan Seri

Rumus Q = C.V, berlaku untuk semua kapasitor dan seluruh sistem. Dan jumlah
perbedaan tegangan dari tiap-tiap kapasitor adalah sama dengan tegangan sumber yang
diberikan ke rangkaian.

Jadi :
V = V1 + V2 + ..+ Vn
(Qt / Ct) = (Q1 / C1) + (Q2 / C2) + . + (Qn / Cn)
karena :
Qt = Q1 = Q2 = Q3 = Qn
maka :
(1 / Ct) = (1 / C1) + (1 / C2) + + (1 / Cn)

27
4. Rangkaian Paralel

Kapasitor yang terhubung paralel yang diberikan tegangan sumber V, maka


jumlah muatan total yang didistribusikan akan sama dengan jumlah muatan dari
kapasitor-kapasitor yang diparalel tersebut. Pada hubungan paralel, tegangan pada
setiap kapasitor sama dengan tegangan sumbernya (lihat gambar 4.8)

Gbr 4.8 Capasitor dalam Hubungan Paralel

Jadi :
Qt = Q1 + Q2 + + Qn
(Ct . Vt) = (C1. V1) + (C2 . V2) + . + (Cn . Vn)
karena :
Vt = V1 = V2 = = Vn
maka :
Ct = C1 + C2 + + Cn

5. Energi pada Kapasitor

Kapasitor yang sudah diisi (charged) sama saja dengan semacam reservoar
energi dan saat pengisiannya (charging) dibutuhkan suatu kerja. Hal ini akan jelas
dilihat saat plat-plat kapasitor dihubungsingkatkan dengan sebuah penghantar, maka
akan terjadi suatu pengosongan kapasitor (discharging) yang akan mengakibatkan arus
sesaat dan panas pada penghantar.
Energi yang dibutuhkan untuk memindahkan muatan 1 coulomb pada tegangan
1 volt adalah sebesar 1 joule. Hal ini didapatkan dari rumus berikut :

W=Q.V

Saat-saat pengisian dan pengosongan pada kapasitor, tegangan pada kapasitor


akan berubah-ubah seperti ditunjukkan pada gambar 4.9. Hubungan antara muatan Q
dan tegangan V akan merupakan suatu garis linier (lurus). Energi yang tersimpan pada
kapasitor merupakan bidang yang diarsir pada gambar tersebut (bidang W C, lihat
gambar 4.9).

WC = (Q . V) / 2 (luas segitiga yang diarsir)


karena : Q=C.V
maka : WC = C. V2

28
C = 1 F

0 0
2 2
4 4
6 6
8 8
10 10

Gbr 4.9 Energi yang Tersimpan pada Kapasitor

atau :
WC = (Q2 / C)
dimana :
WC = Energi yang disimpan oleh kapasitor (Joule)
C = Kapasitansi (Farad)
V = Tegangan Kapasitor (Volt)
Q = Muatan kapasitor (Coulomb)

Dalam praktek sehari-hari, sering kali penggunaan kapasitor pada beberapa


rangkaian, seperti pada pengaturan power faktor pada suatu sistem, juga pada peralatan-
peralatan frekwensi converter dan lain-lainnya.
Pada frekwensi converter, kapasitor dengan kemampuan yang besar digunakan
untuk memperbaiki bentuk tegangan DC sesudah rectifier (penyearah). Dan di setiap
peralatan frekwensi converter ataupun pada manualnya selalu ditulis tanda
PERHATIAN, agar berhati-hati walaupun main power sudah dioffkan. Hal ini
diakibatkan, masih adanya energi listrik yang tersimpan pada kapasitor. Jadi jangan
coba-coba menyentuh bagian rangkaian, sebelum dipastikan energi yang tersimpan
sudah terbuang semuanya.

6. Pengisian dan Pengosongan dalam Kapasitor

Dari penjelasan-penjelasan di atas, sudah diketahui bahwa kapasitor menyimpan


energi listrik. Bagaimana karakteristik penyimpanannya ? Gambar 4.10 berikut dan
penjelasannya akan memudahkan pengertian tentang karakteristik pengisian dan
pengosongannya.

Gbr 4.10 Rangkaian Pengisian dan Pengosongan Kapasitor

29
Pada saat saklar S pada posisi 1, rangkaian tertutup dan arus akan mengalir dari
sumber tegangan ke kapasitor C melalui tahanan R. hal ini akan mengakibatkan naiknya
tegangan pada kapasitor dan arus yang semula tinggi akan turun. Pada saat tegangan
sumber sama dengan tegangan kapasitor, maka arus akan berhenti mengalir. Pada
keadaan ini kapasitor telah penuh.
Jika saklar S dipindahkan ke posisi 2, yang terjadi adalah rangkaian tertutup
tanpa mengikutkan tegangan sumber. Akan tetapi, pada saat ini arus akan mengalir
berlawanan arah dan yang menjadi sumber tegangan adalah kapasitor yang telah diisi
sebelumnya. Pada saat pengosongan ini, tegangan pada kapasitor dan juga arus yang
mengalir dari kapasitor akan turun perlahan-lahan (lihat gambar 4.11).

Gbr. 4.11 Karakteristik Tegangan dan Arus Pengosongan Kapasitor

Pada saat t4, kapasitor dalam keadaan bermuatan penuh (saklar S masih dalam
posisi 1). Pada saat saklar S diubah ke posisi 2 (sesaat sesudah waktu t 4), arus akan
mengalir melalui tahanan R. Perhatikan waktu sesudah t4 sampai dengan t7. Saat ini juga
terjadi pengosongan muatan kapasitor, dimana tegangan (V) akan turun. Begitu juga
dengan arus I. Akhirnya pada saat t7, kapasitor benar-benar dalam keadaan kosong
dimana tegangan V = 0 dan arus I = 0.
Waktu yang diperlukan untuk pengisian dan pengosongan kapasitor sangat
tergantung pada besarnya kapasitansi kapasitor dan juga besarnya tahanan dari resistor
R yang dihubungkan seri terhadap kapasitor. Waktu yang diperlukan untuk pengisian
dan pengosongan kapasitor ini disebut dengan konstanta waktu (time constant), yang
rumusny adalah :

=R.C

dimana :

= Konstanta waktu (detik)


R= Tahanan seri (ohm)
C= Kapasitansi kapasitor (Farad)

Setelah waktu tersebut di atas, besarny tegangan pada kapasitor yang sedang
diisi muatannya akan mencapai 63% dari harga tegangan pada saat pengisian penuh.
Sedangkan pada saat pengosongan, setelah waktu di atas tegangan akan mencapai
hanya 37% dari nilai tegangan saat terisi penuh.
Untuk keamanan bekerja pada kapasitor, maka switch-off power ke kapasitor
dan tunggu beberapa menit, kemudian check dengan tester atau check indikasi pada
peralatan yang menandakan muatan kapasitor sudah dibuang semuanya, barulah mulai
bekerja.

30
C. Induktansi

1. Pemotongan Fluksi dan Perubahan Fluksi

Michael Faraday melakukan percobaan untuk pemotongan fluksi dan perubahan


fluksi ini. Jika sebuah penghantar digerakkan dalam medan magnet, fluksi magnet akan
terpotong oleh penghantar dan pada penghantar akan timbul gaya gerak listrik (ggl). Hal
ini merupakan prinsip dasar dari generator, yang ditemukan oleh Faraday pada tahun
1832.
Kemudian Faraday mencoba sebuah penghantar yang dialiri oleh arus listrik
diletakkan pada medan magnet. Penghantar akan bergerak secara mekanik di dalam
medan magnet. Hal ini merupakan prinsip dasar dari motor, yang ditemukan juga oleh
Faraday pada tahun 1821. Motor listrik baru dibuat pada tahun 1873 oleh Zenobie
Theopile Gramme.
Hubungan antara perubahan-perubahan itu dan akibat-akibat yang ditimbulkan-
nya dapat disimpulkan menjadi 2 bagian, yaitu :
- Pemotongan fluksi, jika konduktor bergerak terhadap fluksi magnet (seperti
pada prinsip motor dan generator).

- Perubahan fluksi, jika tidak terdapat gerakan tetapi hanya perubahan dari
kerapatan fluksi magnet yang diinduksikan.

2. Prinsip Dasar Motor dan Generator

Dari percobaan-percobaan yang dilakukan Faraday, muncul beberapa


hubungan antara :
- Fluksi magnet
- Ggl atau arus yang melalui penghantar
- Gaya atau gerakan pada konduktor

Perhatikan gambar 4.12 berikut ini, yang merupakan prinsip dari motor.

Gbr 4.12 Prinsip Motor

31
Dari gambar 4.12 tersebut akan muncul beberapa gejala, yaitu :
1. Gaya yang ditimbulkan sebanding dengan arus.
2. Arah dari gaya yang timbul adalah tegak lurus dengan fluksi
3. Bila kerapatan fluksi bertambah (dengan meletakkan kutub-kutub sedekat
mungkin), maka gaya yang muncul juga semakin besar.
4. Jika jumlah penghantar yang dihubungkan seri diganti, maka gaya yang
dibangkitkan sebanding dengan jumlah penghantar.
5. Jika arus mengalir dibalik arahnya, gaya yang timbul juga akan berbalik
arahnya.

Secara matematis, gejala-gejala tersebut dapat dirumuskan :

F=BxlxI

dimana,
F = Gaya (Newton)
B = Kerapatan fluksi (Tesla)
l = Panjang penghantar (m)
I = Arus (Ampere)

Hubungan dua arah antara medan magnet, arus listrik dan gaya dapat dinyatakan
dengan hukum tangan kiri Fleming, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.13 berikut
ini.

Gbr 4.13 Hukum Tangan Kiri Fleming

Perhatikan gambar 4.14 berikut ini, yang merupakan prinsip dari generator.

Gbr 4.14 Prinsip Dasar Generator

32
Dari gambar 4.14 tersebut akan muncul beberapa gejala, yaitu :
1. Gaya gerak listrik yang ditimbulkan terpengaruh oleh bertambahnya gerakan
relatip antara magnet dan kumparan.
2. Gaya gerak listrik yang ditimbulkan terpengaruh oleh bertambah kuatnya medan
magnet.
3. Gaya gerak listrik yang ditimbulkan terpengaruh oleh bertambahnya lilitan.
4. Gaya gerak listrik yang dihasilkan berlawanan arah saat kutub utara magnet
dimasukkan dengan satu kutub selatan magnet dimasukkan.
5. Gaya gerak listrik yang dihasilkan berlawanan arah saat kutub utara magnet
dimasukkan dengan saat kutub selatan magnet dimasukkan.

Sudut potong antara penghantar dan garis-garis gaya magnet adalah hal yang
penting juga. Gaya gerak listrik akan maksimal saat penghantar tegak lurus (90o) dan
akan mencapai nol pada saat penghantar sejajar (0 o) dengan garis-garis gaya magnet. Ini
menunjukkan adanya hubungan ggl yang dihasilkan sebanding dengan Sin , dimana
adalah sudut yang dibentuk antara garis-garis gaya magnet dan penghantar.
Secara matematis, hubungan-hubungan di atas dapat disimpulkan menjadi suatu
rumus seperti berikut ini :

e = B l v Sin

dimana :

e = Gaya gerak listrik yang dihasilkan (volt)


B = Kerapatan fluksi (Tesla)
v = Kecepatan relatif antara penghantar dan medan magnet (m/detik)
l = Panjang penghantar (m)
= Sudut antara medan magnet dan arah gerakan penghantar.

Hubungan antara ketiga komponen (medan magnet, arus serta gerakan


penghantar) pada prinsip generator ini mengikuti hukum tangan kanan Fleming, seperti
pada gambar 4.15 berikut ini.

Gbr 4.15 Hukum Tangan Kanan Fleming

3. Induksi Sendiri dan Induksi Bersama

Untuk membangkitkan gaya gerak listrik diperlukan gerakan relatip antara


medan magnet dan penghantar. Ini sangat penting diketahui, karena gaya gerak listrik
akan timbul jika perubahannya terjadi pada intensitas fluksi magnetnya walaupun
penghantarnya diam.
Gambar 4.16 berikut ini menunjukkan suatu percobaan yang dilakukan Faraday
pada tahun 1831. Jika switch dihubungkan, sesaat jarum Galvanometer akan bergerak
dan saat switch dilepaskan, sekali lagi jarum bergerak sesaat.

33
Gbr 4.16 Percobaan Induksi

Besarnya penunjukan pada Galvanometer akan bertambah, jika tegangan sumber


rangkaian diperbesar. Dengan memperbesar tegangan sumber rangkaian maka akan
terjadi penambahan pada intensitas medan magnet. Penunjukan pada Galvanometer juga
dapat diperbesar dengan memperbanyak jumlah lilitan pada kumparan kedua.
Dari percobaan yang sederhana, didapat 3 hukum dasar dari induksi
elektromagnetik, yaitu :
1. Apabila medan magnet berubah-ubah disekitar lilitan, maka ggl akan di
induksikan pada lilitan tersebut.
2. Harga ggl yang di induksikan adalah sebanding dengan perubahan medan
magnet dan jumlah lilitan pada kumparan.
3. Arah dari ggl yang di induksikan adalah yang berlawanan arah dengan
perubahan fluksi yang menyebabkannya.

Hukum dasar induksi elektromagnetik yang pertama dan kedua, lebih dikenal
dengan nama hukum Faraday dan yang ke tiga dikenal dengan sebutan hukum Lenz,
yang ditemukan oleh Heinrich Lenz. Ketiga hukum dasar induksi electromagnetik
tersebut sangatlah penting dalam ilmu listrik. Pada kenyataanya, perubahan fluksi
umumnya didapat dengan mengubah besarnya arus listrik.
Induksi sendiri yang dimiliki pada suatu rangkaian dapat diterangkan secara
matematis. Jika N adalah jumlah lilitan dan perubahan rata-rata medan magnet setiap
saat /t dalam satuan weber/detik, maka ggl yang diinduksikan adalah :

-e = N x (/t) volt

Persamaan di atas merupakan gabungan dari hukum Faraday dan hukum Lenz.
Persamaan tersebut dapat diubah dengan mengalikannya dengan 1 atau i/i.
Jadi :

-e = N x (/t) x (i/i)
-e = N x (/i) x (i/t)

N x (/i), merupakan nilai yang dimiliki oleh lilitan dan ditentukan dari
perencanaannyas serta konstruksinya. Nilai ini biasa disebut dengan induksi sendiri (self
inductance) atau dapat juga disebut dengan induktansi saja. Biasanya disimbolkan
dengan L.

-e = L x (i/t)

Pada persamaan ini merupakan persamaan dasar yang paling penting yang dapat
digunakan untuk mencari induktansi pada saat arus dan ggl tertentu.

34
Satuan induktansi adalah Henry yang didefinisikan sebagai induktansi pada
suatu rangkaian dengan perubahan arus rata-rata 1 ampere setiap detik dan akan
menghasilkan ggl sebesar 1 volt.

Gbr 4.17 Mutual Induktansi

Mutual induction (induksi bersama) didefinisikan sebagai ggl yang diinduksikan


pada suatu rangkaian lain yang posisinya berdekatan. Gambar 4.17 di atas dan
keterangan berikut akan menjelaskan induksi bersama tersebut.
Jika tidak terjadi kebocoran medan magnet, seluruh fluksi adalah sebanding
dengan arus pada lilitan 1 (I). Pada lilitan 2 terjadi induksi dan menghasilkan ggl e2
sebesar :

-e2 = N2 x (/t)
-e2 = N2 x (/t) x (i/i)
-e2 = N2 x (/i) x (i/t)

N2 x (/i), merupakan nilai dari induktansi bersama dari kedua lilitan tersebut, dan
biasanya disimbolkan dengan M.

-e2 = M x (i/t)

Henry mendefinisikan induksi bersama sebagai berikut :

Dua buah rangkaian akan mempunyai induksi bersama


sebesar 1 Henry jika arus berubah rata-rata sebesar 1
Ampere tiap detik pada salah satu rangkaiannya dan
akan menghasilkan ggl sebesar 1 volt pada rangkaian
yang lain.

4. Perhitungan Induktansi

Untuk lilitan dengan inti udara, nilai induktansi adalah sebanding dengan
kwadrat dari jumlah lilitan dan berbanding terbalik dengan hambatan magnet
(reluktansi). Secara matematis dapat ditulis :

L = (N2/S)

dimana :

L = Induktansi (Henry)
N = Jumlah lilitan
S = Reluktansi (Amper lilit/weber)

35
Rumus di atas berlaku jika menganggap bahwa hubungan antara fluksi dan
jumlah lilitan serta permeabilitas (kemampuan suatu bahan mengalirkan fluksi magnet)
adalah tetap. Untuk selenoid dengan lapisan tunggal seperti pada gambar 4.18, berlaku
rumus empiris :

L = (N2 x R2) / (229 r + 254 l)

dimana :

L = Induktansi (mikro Henry)


N = Jumlah lilitan
r = Jari-jari solenoid (mm)
l = Panjang lilitan (mm)

Gbr 4.18 Induktansi dari sebuah solenoid


dengan inti udara satu lapis

5. Perbandingan Lilitan

Perbandingan lilitan sangat penting pada persoalan transformator, yaitu pada


perbandingan lilitan sisi primer dan sekunder. Perbandingan lilitan dinyatakan sebagai
berikut :
Perbandingan ggl yang diinduksikan dari dua buah kumparan
yang berbeda adalah sama dengan perbandingan jumlah
lilitannya, jika medan magnet melingkupi kedua kumparan
tersebut.

Perhatikan gambar 4.17 pada halaman 36

e1 = N1 x (/t)
e2 = N2 x (/t)
(e1/e2) = (N1/N2)

6. Induktansi yang Dihubungkan Seri

Jumlah induktansi dari dua atau lebih induktor yang dihubungkan bersama
secara seri dapat ditentukan dengan resultan ggl yang diinduksikan. Perhatikan
gambar 4.19 berikut ini.

Gbr 4.19 Induktor yang Dihubungkan Seri

36
e1 = L1 x (i/t)
e2 = L2 x (i/t)

maka resultan dari ggl adalah :

etotal = e1 + e2
Ltotal x (i/t) = (L1 + L2) x (i/t)
Ltotal = L1 + L2

7. Pengaruh dari Mutual Induktansi

Jika beberapa induktor yang terhubung seri mempunyai posisi yang berdekatan,
sehingga medan magnetnya saling dapat melingkup keduanya, maka mutual induktansi
(induktansi bersama) dari keduanya dapat dikabulkan. Inilah yang dikatakan sebagai
pengaruh dari mutual induktansi. Perhatikan gambar 4.20 berikut ini.

Gbr 4.20 Pengaruh dari Mutual Induktansi

Pada keadaan ini akan terdapat dua kemungkinan pengaruh yang timbul dari
mutual insuktansi, yaitu :

a. Bila ggl yang diinduksikan bersama mempunyai arah yang sama dengan ggl
yang diinduksikan sendiri (seri yang searah).
b. Bila ggl yang diinduksikan bersama mempunyai arah yang berlawanan dengan
ggl yang diinduksikan sendiri (seri yang berlawanan).

Untuk keadaan yang searah :

Total ggl e = {L1 x (i/t)} + {M x (i/t)} + {L2x (i/t)} + {M x (i/t)}


Ltotal x (i/t) = (L1 + L2 + 2M) x (i/t)
Ltotal = (L1 + L2 + 2M)

Untuk keadaan yang berlawanan :

Total ggl e = {L1 x (i/t)} - {M x (i/t)} + {L2x (i/t)} - {M x (i/t)}


Ltotal x (i/t) = (L1 + L2 - 2M) x (i/t)
Ltotal = (L1 + L2 - 2M)

37
Hal ini sangat berguna dan menjadi pedoman bahwa induktansi total dari 2
kumparan yang dihubungkan seri mempunyai mutual induktansi M, dapat diubah
sampai dengan 4M, yaitu antara searah dan berlawanan. Prinsip ini merupakan dasar
dari induktor yang variable dimana kumparan dapat bergerak 1800 pada kumparan lain.

8. Energi yang Tersimpan dalam Induktor

Jika sebuah baterai memberikan arus pada suatu rangkaian induktif, seperti pada
gambar 4.21. Arus akan mengalir ke kumparan (induktor). Jika switch dipindahkan
posisinya sehingga induktor tidak terhubung lagi ke sumber tegangan tetapi terhubung
ke resistor, maka arus akan mengalir sesaat melewati sebuah tahanan dan amperemeter
yang dijadikan sebagai petunjuk.

Gbr 4.21 Energi yang Disimpan pada Induktor

Gaya gerak listrik yang diinduksikan, seperti yang disebutkan hukum Lenz, akan
diserap resistor sebagai panas. Sumber energi pada induktor ada disebabkan pengaruh
dari medan magnet yang masih terdapat sesaat setelah switch dipindahkan ke rangkaian
tahanan. Sehingga dapat dianggap bahwa induktor yang memberikan arus, sebagai
penyimpan energi.
Dalam praktek sehari-hari, sesudah menggunakan megger pada coil motor selalu
muatan listrik masih tersimpan pada coil tersebut. Untuk membuangnya, digunakan
cable ke pentanahan (grounding).
Gejala dari penyimpanan energi pada induktor ini dapat dilihat pada arus yang
lewat ketika kontak diputuskan, yang akan turun dengan cepat. Gaya gerak listrik yang
diinduksikan akan hilang berupa percikan bunga api diantara kontak-kontak switch
(lihat gambar 4.22). sehingga menyebabkan sebahagian dari logam kontak meleleh dan
setelah dioperasikan berkali-kali kontak tidak akan bekerja dengan baik.
Pengaruh lain yang ditimbulkannya ialah terhadap radiasi gelombang
elektromagnetic pada jalur frekwensi yang dapat mengganggu penerimaan radio.

Gbr 4.22 Rangkaian Pemadam Bunga Api

38
Percikan bunga api tersebut dapat dikurangi dengan menghubungkan paralel
sebuah kapasitor dengan kontaknya. Ketika rangkaian diputuskan energi dipindahkan
dengan aman ke kapasitor dan tidak berubah menjadi panas pada kontak-kontaknya.
Bunga api tersebut dipadamkan dengan memasang kapasitor dan tahanan seri sebagai
pembatas arus (lihat gambar 4.22)

39
BAB V
DASAR MAGNET

Saat ini teknologi modern mempergunakan efek magnetis dari arus listrik
dengan berbagai macam cara. Beberapa contoh yang terlihat sehari-hari di dunia
industri ialah : membangkitkan tegangan pada generator, yang menghasilkan momen
putar pada motor listrik, transformasi tegangan pada transformator, sistem control,
isntrument dan lain sebagainya. Tak satuoun dari tugas tersebut yang dapat dilaksanakan
tanpa bantuan magnet. Dengan cara yang sama seperti arus listrik yang merupakan
peran utama dalam rangkaian listrik, medan magnetpun mempunyai peranan utama
pada rangkaian magnet.
Selain dengan arus listik, sebenarnya medan magnet bisa didapatkan melalui
pengginaan magnet permanen. Akan tetapi pada bab dasar magnet ini cendrung akan
membahas magnet yang dihasilkan melalui arus listrik. Kenyataanya membuktikan
bahwa efek magnetis dari arus listrik yang sering terpakai di industri.

Gbr. 5.1 Kompas di sisi penghantar Gbr. 5.2 Kompas di sisi penghatar
Yang tidak di aliri arus yang di aliri arus

Gambar 5.1 dan 5.2 diatasmenunjukkan bagaimana pengaruh adri penghantar


yang dialiri oleh arus listrik. Kompas yang diletakkan di dekat suatu penghantar yang
tidak di aliri arus listrik, tidak akan berpengaruh. Jarum kompas tetap diam dan
menunjuk ke arah utara-selatan saja. Akan tetapi jika penghantar dialiri oleh arus listrik
yang besar, jarum kompas akan bergerak dari posisi dasarnya.
Semakin dekat ke penghantar maka akan semakin besar juga pengaruhnya
kepada pergerakan jarum kompas. Begitu juga sebaliknya, semakin jauh dari penghantar
maka akan semakin kecil pula pengaruh terhadap pergerakan jarum kompas. Pergerakan
jarum kompas ini dipengaruhi oleh magnet disekitar penghantar yang dialiri oleh arus
listrik. Daerah dimana pergerakan jarum kompas masih dipengaruhi oleh magnet dari
penghantar tersebut dengan medan magnet.
Dari penjelasan-penjelasan tersebut diatas jelas bahwa magnet dapat ditimbulkan
oleh arus listrik. Sebenarnya medan magnet disekitar penghantar tersebut tidak dapat
dilihat secara visual. Akan tetapi akibat-akibat yang di timbulkanya membuktikan
adanya medan magnet.

A. Fluks dan Kerapatan Fluks

Dengan cara meletakkan serbuk besi di sekitar penghantar yang dialiri arus
listrik, akan dapat dilihat adanya medan magnet. Medan magnet digambarkan sebagai
garis-garis fluks magnet yang membentuk loop tertutup. Jumlah gari-garis tersebut
dalam suatu medan magnet disebut dengan fluks magnet.

40
Di dalam sistem satuan internasional (SI), satuan untuk fluks magnet adalah
Weber, disingkat dengan Wb, yang di ambil dari nama Wilhelm Edward Weber. Satu
weber didefinisikan sebagai :
Jika medan magnet mempunyai fluks magnet sebesar 1 Wb,
dan sebuah konduktor yang bergerak memotong medan
magnet tersebut dalam waktu 1 detik akan membangkitkan
emf sebesar 1 volt.
Jadi :
Weber = volt x detik

Selain Weber, satuan lain yang sering digunakan untuk fluks magnet adalah Maxwell
yang sering disingkat dengan M.

1 Wb = 108 M

Sedangkan simbol untuk fluks magnet adalah : (baca : fi).

Gbr 5.3 Penghantar yang Dialiri Arus

Gbr 5.4 Penghantar yang Dialiri Arus


dengan Garis-Garis Fluks Magnet

Perhatikan gambar 5.3. dan 5.4 di atas. Gambar ini menerangkan arah dari
garis-garis fluks untuk suatu penghantar yang dialiri arus listrik. Garis-garis fluks
magnet akan timbul melingkari penghantar searah dengan jarum jam, jika arus
meninggalkan titik pandang. Tanda X pada gambar 5.4 menunjukkan bahwa arus
meninggalkan titik pandang.
Jika diamati gejala listrik dan mekanik yang dihasilkan oleh suatu medan
magnet, akan terlihat bahwa keefektifan medan magnet bukan ditentukan oleh
banyaknya jumlah fluks akan tetapi ditentukan oleh kerapatannya.
Fluks yang menyebar melalui penampang yang luas akan menghasilkan medan
magnet dengan intensitas yang kecil. Jika fluks yang sama dapat dipusatkan ke suatu
penampang yang kecil, medan magnet yang dihasilkan akan mempunyai intensitas yang
besar dan ini lebih efektif pada penggunaan sehari-hari.

41
Rapat fluks didefinisikan sebagai jumlah fluks per satuan luas, dan disimbolkan
dengan B.

B = /A

dimana :

B = rapat fluks (Tesla)


= fluks (weber)
A = luas penumpang (m2)

Satuan dari rapat fluks adalah Tesla, yang diambil dari nama Nikola Tesla. Dari
definisi rapat fluks, maka :

Tesla = Weber / m2

Selain Tesla, satuan lain untuk kerapatan fluks, yang biasanya disebut dengan induksi
magnet adalah Gauss, disingkat dengan G.

Gbr 5.5 Kerapatan Fluks

Gambar 5.5 di atas menjelaskan bahwa garis-garis fluks membentuk lingkaran


tertutup. Banyaknya fluks pada bagian dalam (medan homogen) akan sama besar
dengan bagian luar (medan non-homogen). Akan tetapi kerapatan fluks pada medan
homogen jelas lebih besar dari kerapatan fluks pada medan non-homogen.

B. Kuat Medan Magnet

Gbr 5.6 Kuat Medan Magnet

Perhatikan gambar 5.6 di atas. Sebuah cincin besi dikeliling rata-rata 1 meter,
dililit kumparan sebanyak N belitan. Kemudian belitan tersebut dialiri oleh arus listrik
sebesar I ampere. Pada cincin akan timbul fluksi magnet. Besarnya medan magnet yang
dihasilkan disebut dengan kuat medan magnet yang disimbolkan dengan H.

42
Besarnya medan magnet H dihitung berdasarkan rumus :

H = (N x I) / l

dimana :

H = kuat medan magnet (At/m)


N = jumlah lilitan
I = arus pada kumparan (ampere)
l = panjang rata-rata keliling cincin (m)

Satuan untuk kuat medan magnet adalah ampere turn/ meter atau amper lilit/
meter, disingkat dengan At/m. Selain itu kuat medan magnet juga mempunyai satuan
Oersted, yang disingkat dengan Oe

1 At/m = 0,01256 Oe

C. Permeabilitas

Rapat fluks yang dihasilkan oleh kuat medan magnet tertentu berubah-ubah
besarnya tergantung pada medium tempat magnet tersebut berada. Bahan-bahan magnet
dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu :

- ferro-magnetic
- para-magnetic
- dia-magnetic

Bahan-bahan feromagnet menghasilkan rapat fluks yang jauh lebih besar dari
pada yang dihasilkan oleh udara untuk harga kuat medan yang sama. Sedangkan bahan
paramagnet dan diamagnet menghasilkan rapat fluks yang hampir sama besarnya
dengan yang dihasilkan udara. Yang menghasilkan rapat fluks sedikit lebih besar disebut
paramagnet, dan yang menghasilkan rapat fluks lebih sedikit disebut dengan diamagnet.
Perbandingan antar rapat fluks B dan kuat medan H untuk suatu medium
tertentu disebut dengan permeabilitas absolut () medium tersebut. Untuk udara, angka
ini dikenal sebagai permeabilitas udara (0), yang dalam sistim SI sama dengan
1,257 x 10-6.
Permeabilitas bahan-bahan lain dihubungkan dengan 0 oleh suatu faktor r,
yang disebut permeabilitas relatip. Untuk suatu bahan tertentu :

r = / 0
dimana :

= B / H = r x 0
Satuan untuk permeabilitas absolut dapat diturunkan dari satuan rapat fluks dan
satuan dasar kuat medan magnet, yaitu :

Satuan permeabilitas absolut = (Wb / m2) / (ampere / m)


= Wb / (ampere meter)

43
Sedangkan permeabilitas relatip tidak mempunyai satuan. Untuk kebanyakan bahan,
harga r mendekati 1 sehingga permeabilitasnya praktis sama dengan 0. pengecualian
pada bahan-bahan feromagnet, permeabilitas relatipnya jauh lebih besar dari satu.
Bahan-bahan feromagnet adalah :

Kobalt r sampai 70
Nikel r sampai 200
Besi dan besi panduan r sampai 100000

Disebabkan oleh nilai permeabilitasnya yang tinggi, bahan feromagnet


dipergunakan untuk rangkaian magnet, seperti pada mesin-mesin listrik dan
transformator.

D. Rangkaian Magnet dan Reluktansi

Perencanaan alat-alat elektromagnet, seperti motor, generator, pengeras suara


dan lain sebagainya dibuat sedemikian rupa sehingga medan magnet sebahagian besar
berada di dalam inti besi. Hanya sebagian kecil saja yang berada di celah udara. Bagian
kecil yang berada di celah udara inilah yang menghasilkan gaya mekanik atau gaya
listrik yang dapat digunakan. Tempat mengalirnya garis-garis fluks disebut dengan
rangkaian magnet. Rangkaian magnet ini dapat dianalisa dengan metode yang sama
pada rangkaian listrik.

Gbr 5.7 Rangkaian Magnet

Jika cincin besi mempunyai permeabilitas relatip r, keliling rata-rata l dan luas
penampang A, maka :

r x 0 = B / H
= ( /A) / (H/l)
= (l / NIA)
= (Nl) / (1/ r 0 A) ....... persamaan hukum ohm untuk magnet

NI (Ampere-lilit) disebut dengan magneto motive force (mmf), yang analog dengan emf
pada rangkaian listrik. Sedangkan (l / r 0 A) disebut dengan reluktansi, yang disingkat
dengan S, yang analog dengan resistansi pada rangkaian listrik. Fluks () analog
dengan arus pada rangkaian listrik.

44
Jadi :
S = 1 / r 0 A

dan
=NI/S
S =NI/

dari persamaan di atas maka satuan untuk reluktansi adalah amper/weber.

Beberapa reluktansi yang dihubungkan secara seri (perhatikan gambar


5.8), maka reluktansi totalnya adalah jumlah total dari semua reluktansi yang
dihubungkan seri termasuk air gap (celah udara). Jadi sama saja dengan
resistor yang dihubungkan seri.

Gbr 5.8 Reluktansi dalam Hubungan Seri

Reluktansi total Stotal = SA + SB + SC

E. Leakage, Fringing, Saturasi dan Remanensi

Penyelesaian persoalan pada rangkaian magnet akan selalu menyangkut tiga


faktor penting, yaitu :

- Leakage (kebocoran)
- Fringing (pengembangan)
- Saturation (jenuh)

Gambar 5.9 di bawah ini menunjukkan gejala leakage dan fringing dari suatu rangkaian
magnet.

Gbr 5.9 Leakage dan Fringing

45
Kebocoran bagaimanapun akan merugikan pada rangkaian magnet. Besarnya
faktor kebocoran (leakage factor) ditentukan berdasarkan rumus di bawah ini :

Leakage factor = (fluks bocor / fluks total)

Fringing adalah memencarnya fluks pada celah udara sehingga luas penumpang
menjadi lebih besar. Akibatnya kerapatan fluks akan berkurang. Untuk celah udara yang
sangat kecil, efek ini dapat diabaikan.
Suatu bahan yang digunakan sebagai bahan inti magnet, misalnya besi. Jika
padanya diberikan kuat medan magnet yang besar secara perlahan-lahan, maka
kerapatan fluksinya akan bertambah juga secara perlahan-lahan sampai pada suatu saat
penambahan kuat medan magnet tidak akan mempunyai pengaruh kerapatan fluksi pada
inti besi tersebut. Pada keadaan ini maka inti besi tersebut telah jenuh atau dikenal
dengan istilah saturasi.
Kemudian jika kuat medan yang menyebabkan adanya fluksi dihilangkan. Fluksi
tidak langsung hilang. Ini disebabkan adanya kemampuan untuk menahan fluksi. Inilah
yang disebut dengan remanensi.

F. Magnet dalam Praktek

Dalam praktek sehari-hari yang paling mudah mengenal kemampuan kerja dari
magnet adalah pada peralatan kontaktor. Pada kontaktor ada coil yang berfungsi untuk
menghasilkan fluksi pada inti besi kontaktor. Untuk jelasnya lihat gambar 5.10 berikut.

Gbr 5.10 Magnet pada Kontaktor

Fluks magnet akan mengakibatkan inti besi berbentuk U terbalik akan tertarik ke
bawah, sehingga tuas yang dihubungkan ke kontak-kontak kontaktor juga ikut tertarik
ke bawah yang mengakibatkan kontak-kontak utama pada kontaktor akan terhubung.
Begitu juga kontak-kontak bantunya, kontak NO akan terhubung dan kontak NC akan
terbuka.
Selain contoh unjuk kerja magnet seperti di atas banyak lagi contoh-contoh lain
dari fungsi magnet di dunia listrik. Yang jelas tidak ada peralatan listrik yang
mempunyai peranan penting di industri tanpa bantuan medan magnet.

46
BAB VI
ARUS BOLAK-BALIK

A. Bentuk Gelombang Sinus

Grafik yang menggambarkan bentuk arus bolak-balik maupun tegangan yang


difungsikan terhadap waktu disebut bentuk gelombang. Bentuk gelombang yang paling
penting di bidang kelistrikan adalah gelombang sinus. Para ahli tenaga listrik banyak
menggunakan bentuk gelombang ini sebagai dasar untuk design dan analisa rangkaian
elektronika.
Arus bolak-balik ini juga banyak digunakan pada pembangkit-pembangkit
karena tegangan yang dihasilkan oleh generator mudah untuk diubah mengikuti
kebutuhan, misalnya : tegangan ditinggikan untuk digunakan pada saluran transmissi
dan direndahkan kembali untuk digunakan pada keperluan industri ataupun keperluan
rumah tangga.

Gbr 6.1 Bentuk Gelombang

Gambar 6.1 menunjukkan beberapa bentuk gelombang, diantaranya gelombang


sinus, gelombang kotak, gelombang gigi gergaji, dan gelombang nada.
Sifat bolak-balik dijumpai pada semua bentuk gelombang yang digambarkan di
atas karena gelombang-gelombang tersebut mempunyai bagian-bagian positif dan
negatif. Maksudnya arus yang mengalir dalam suatu rangkaian setiap saat berubah-ubah
arah (bolak-balik).
Bentuk gelombang bolak-balik yang tidak sempurna hanya mempunyai satu
aliran arus yang diliputi tetapi tidak mempunyai harga priodik, seperti yang terlihat pada
gambar 6.2 berikut ini.

Gbr 6.2 Bentuk Gelombang Undirectional

47
Jenis gelombang ini dapat dianggap terdiri dari 2 jenis komponen, yaitu :
- Komponen tetap DC, yang harga rata-ratanya berubah-ubah
- Komponen bolak-balik AC yang berganti-ganti arah berkenaan dengan
komponen DC.

Setelah para ahli tenaga listrik maupun ahli komunikasi mengetahui bentuk
gelombang yang dihasilkan pembangkit-pembangkit listrik maka banyak yang
merekayasanya sesuai dengan kebutuhan peralatan-peralatan listrik yang digunakan
baik pada industri maupun pada peralatan komunikasi.

Contoh 1

Sebuah arus berpulsa sebesar 200 mA, seperti yang terlihat pada gambar 6.3. Lebar
pulsa 20 milidetik dan dengan interval 50 milidetik. Tentukan harga komponen DC dari
bentuk gelombang ini dan gambarkan bentuk komponen AC nya !

Gbr 6.3 Contoh 1

Penyelesaian :

Harga rata-ratanya adalah daerah di bawah grafik dibagi oleh basenya. Sehingga arus
rata-rata tiap 100 milidetik periode diberikan oleh :

Harga rata-rata = (200 mA x 50 milidetik) / (100 milidetik)


= 100 mA

Harga inilah yang merupakan komponen DC nya.

Untuk komponen AC, harga + 100 mA merupakan puncak positif dan 100 mA
merupakan puncak negatifnya. Lihat gambar 6.4, yang memperlihatkan komponen DC
dan AC dari contoh 1 di atas.

Gbr 6.4 Komponen AC dan DC untuk Contoh 1

48
Untuk mempermudah pengertian terhadap pembangkitan arus bolak-balik dapat
digambarkan oleh sebuah loop penghantar yang berbentuk segi empat di antara kutub-
kutub magnet (lihat gambar 6.5)

Gbr 6.5 Alternator Loop Tunggal

Gaya gerak listrik yang dibangkitkan di dalam loop menyebabkan arus mengalir
ke sebuah rangkaian yang dihubungkan dengan memakai cincin geser dan sikat. Dalam
hal ini loop berputar tanpa memutuskan kontinuitas aliran ke rangkaian. Disebabkan
perputaran dari loop maka ggl (gaya gerak listrik) diinduksikan pada tiap-tiap sisi dari
loop tersebut. Ini terjadi akibat adanya perpotongan sebuah penghantar lurus terhadap
garis-garis fluks.

Harga ggl dirumuskan sebagai :

e = B x l x V x Sin

Arah dari ggl ini ditentukan dengan kaidah tangan kanan fleming. Dari gambar
6.5 di atas dapat dilihat saat sisi pertama dari loop bergerak turun memotong medan
magnet, sementara di sisi kedua dari loop naik, maka arah dari ggl yang dibangkitkan
oleh masing-masing sisi loop berlawanan arahnya satu dengan yang lain. Akan tetapi
ggl di dalam loop itu sendiri mempunyai arah berurutan sebab loop merupakan
rangkaian yang sisinya berhubungan.

Gbr 6.6 Pembangkitan GGL pada Loop yang Berputar

Harga maksimum dari ggl akan dicapai pada saat penampang loop bergerak pada
posisi horizontal. Demikian juga sisi dari loop akan memotong fluks dengan arah tegak
lurus. Harga minimum (nol) dari ggl akan dicapai pada saat penampang dari loop
bergerak dalam posisi vertical, dan disini sisi dari loop sedang bergerak sejajar terhadap
garis-garis fluks sehingga tidak akan ada garis fluks yang terpotong.

49
Disini dapat disimpulkan bahwa ggl yang dibangkitkan akan berubah-ubah
harganya dari maksimum ke minimum dan sebaliknya, sebab loop berputar terus
menerus.
Kejadian di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik yang difungsikan
terhadap waktu, inilah yang disebut bentuk gelombang sinus. Garis-garis fluks
dianggap seragam dan kecepatan konstan. Grafik ini dapat juga disebut sebagai fungsi
Sin , dimana adalah sudut antara garis fluks magnet dengan posisi konduktor setiap
saatnya (lihat gambar 6.6).
Tegangan dan arus berbentuk sinus seperti gambar 6.6 dapat juga dinyatakan
dalam derajat maupun radian. Satu siklus penuh sebesar 360 o ataupun 2 rad. Kecepatan
putar diukur dalam rad/detik dan dinyatakan dalam kecepatan sudut ().

Perpindahan = Kecepatan x Waktu

Maka sudut yang dilintasi dalam 1 detik = t rad

Sehingga persamaan ggl-nya menjadi :

e = B l V Sin t

ggl maksimum (EMAX) terjadi jika :

t = /2 rad ; Sin t = 1

untuk single loop alternator, didapatkan :

EMAX = B l V

dimana :

B = Kerapatan fluks (Tesla)


l = Jumlah panjang konduktor (m)
V = Kecepatan putar dari konduktor (rad/detik)

Sehingga :

e = EMAX Sin t

Persamaan ini juga menyatakan harga sesaat dari arus bolak-balik.

Amplitudo dari gelombang sinus baik arus maupun tegangan itulah yang
dinyatakan sebagai harga maksimum, IMAX dan EMAX. Jumlah siklus gelombang arus dan
tegangan dalam 1 detik disebut Frequency (f) dan dinyatakan dalam hertz (Hz).

1 Hz = 1 siklus per detik


f = 1/T
1 siklus penuh = 2 rad

50
Jadi,

Kecepatan sudut = 2 x Frequency


= 2f

Bentuk gelombang arus bolak-balik sinus dalam fungsi rad dan juga waktu ditunjukkan
pada gambar 6.7.

Gbr 6.7 Arus Bolak-Balik dalam Rad dan Waktu

Contoh 2

Sebuah tegangan bolak-balik sinus mempunyai amplitudo 100 volt dan frequency 1000
Hz. Tuliskan harga sesaat tegangannya dan hitung harga sesaat tersebut setelah berputar
selama 0,2 detik.

Penyelesaian

f = 1000 Hz
= 2f
= 2 x 1000 x rad/detik
= 2000 rad/detik

Harga sesaatnya :

e = EMAX Sin t
= 100 Sin (2000 t) volt

Pada saat t = 0,2 detik


e = 100 Sin (200 x 0,2 x 10-3) volt
= 100 Sin 0,4

0,4 = 72o
e = 100 Sin 72o
= 100 x 0,951
= 72 Volt

51
B. Harga Masks, Efektif dan Rata-Rata

Tegangan DC dapat ditentukan dalam harga yang konstan. Sedangkan untuk


tegangan AC, hal itu tidak mungkin dilakukan karena harga tegangan AC akan berubah
secara kontinyu. Harga maksimum tegangan maupun arus biasanya dalam kelistrikan
menjadi referensi untuk menentukan tegangan kerja suatu komponen dimana sumber
tegangan AC dihubungkan. Harga efektif dipergunakan untuk pengukuran daya dan jika
tegangan AC disearahkan maka alat ukur akan mengukur harga rata-ratanya. Tegangan
puncak ke puncak (peak to peak), yaitu tegangan maksimum positif dan tegangan
maksimum negatif biasanya digunakan pada penguat atau amplifier.
Harga rata-rata untuk suatu gelombang sinus penuh adalah nol, maka untuk
menentukan harga rata-rata biasanya dipakai nilai setengah gelombang. Perhatikan
gambar 6.8 berikut ini.

Gbr 6.8 Harga pendekatan dari harga


rata-rata suatu gelombang sinus

Perhitungan yang lebih teliti didapat harga rata-rata dari gelombang sinus
sebesar 0,6364 EMAX atau 2/ EMAX. Harga efektif atau rms (Root-Mean-Square) dari
tegangan ataupun arus merupakan harga ekuivalennya dari harga tegangan atau arus DC
yang mendissipasikan daya yang sama dalam sebuah tahanan.
Untuk mendapatkan harga efektif rms, yaitu untuk pengukuran daya maka
fungsi grafik sinusnya adalah fungsi dari I 2 ataupun E2. Maka semua grafiknya akan
berada pada sisi positif. Juga frequency yang diperoleh adalah 2 kali dari frequency
semula. Harga rata-rata dari grafik tersebut menjadi kuadrat dan ekivalen harga DC-nya,
sehingga harga efektif menjadi akar kuadrat dari harga rata-rata grafik (lihat
gambar 6.9).

Gbr 6.9 Harga Efektif dari Gelombang Sinus

Harga grafik Sin2 t = EMAX2 / 2


2
Harga efektif gelombang sinus = ( E max / 2) E max / 2 0,707 E max

52
Contoh 3

Arus bolak-balik dalam bentuk sinus yang dinyatakan dengan persamaan :

i = 25 Sin 314t ampere

Tentukan harga : a. Harga puncak, rata-rata dan harga rms


b. Kecepatan sudut, frequency dan periode
c. Harga arus sesaat pada t = 12 milidetik

Penyelesaian :

i = IMAX Sin t

dari persamaan di atas :

a. Harga maksimum (IMAX) = 25 Ampere


Harga rata-rata = 0,636 x IMAX
= 0,636 x 25
= 15,9 Ampere

Harga rms = 0,707 x 25


= 17,7 Ampere

b. Kecepatan sudut () = 314 rad/detik


= 2f
Frequency f = / 2 = 314 / 2 = 50 Hz
Periode T = 1 / f = 1 / 50 = 0,02 detik = 20 milidetik

c. Harga arus sesaat pada t = 12 milidetik


t = 314 x 12 x 10-3 rad = 3,77 rad = 216o

Karena T = 20 milidetik, waktu selama 12 milidetik menyatakan 12/20 atau 0,6 dari
suatu siklus atau 0,6 x 360o = 216o

Sin 216o = - Sin 36o = - 0,588

i = 25 Sin 216o
= 25 x (- 0,588) = - 14,7 ampere.

C. Beda Phasa

Bila dua harga sinusioda berperiodik bersamaan serta bertepatan saatnya dengan
yang lain maka kedua harga tersebut dikatakan mempunyai phasa yang sama atau
sephasa dan seandainya tidak bersamaan atau terjadi perbedaan saat antara keduanya
maka dikatakan mempunyai beda phasa.

53
Besaran yang mencapai puncak gelombang terlebih dahulu dinamakan
mendahului (leading) dan yang tertinggal dikatakan logging. Perhatikan gambar 6.10
berikut ini.

Gbr 6.10 Perbedaan Phasa

Dari gambar 6.10 tersebut dapat dilihat bahwa posisi harga puncak dari
gelombang arus tercapai lebih lambat waktunya dari gelombang tegangannya. Sehingga
arus dikatakan tertinggal terhadap tegangan. Jarak ketertinggalan tersebut diukur dalam
sumbu horizontal dan dalam satuan rad atau derajat.
Dari gambar tersebut tampak bahwa arus tertinggal sejauh /4 rad atau 45o
terhadap tegangan. Hal ini dapat dituliskan secara matematis dari persamaan
sebelumnya :

i = IMAX Sin (t /4)

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa berapapun tegangan sesaat yang diberikan
gelombang arus akan tetap tertinggal sebesar /4 radian.

Besaran dan arus bolak-balik ini dapat dijumlahkan melalui 2 jalan, yaitu :

a. Dengan penjumlahan gelombang


b. Dengan penjumlahan secara vektor, menggunakan metode jajaran genjang

Vektor-vektor yang tetap disebut phasor dan dalam penggambaran amplitudonya


serta sudut phasanya dari besaran bolak-balik telah ditetapkan suatu perjanjian bahwa
sudut berharga positif dalam arah berlawanan jarum jam. Penggambaran kedua metode
ini dapat dilihat pada gambar 6.11 dan gambar 6.12.

Gbr 6.11 Penjumlahan Gelombang Gbr 6.12 Penjumlahan Vektor

54

Anda mungkin juga menyukai