Anda di halaman 1dari 82

Pendahuluan

Listrik adalah suatu tenaga yang tidak dapat dilihat, tetapi akibat yang ditimbulkan
dapat dilihat atau dirasakaan, misalnya panas, cahaya, gerak dan masih banyak yang
lagi, pengaruh-pengaruh fisika lainnya.

Tenaga tersebut adalah tarik menarik atau tolak menolak yang terjadi antara muatan
listrik.

Lebih spesifik lagi listrik dapat dijelaskan dalam bentuk muatan listrik, arus, tegangan,
dan tahanan, yang mempunyai satuan-satuan : Columb untuk muatan listri, Ampere
untuk arus listrik, Volt untuk tegangan Listrik dan Ohm untuk Tahanan Listrik.

Elektron

Ada tiga macam bentuk zat, yaitu zat padat, zat cair dan gas, yang masing-masing
tersusun dari moeleku-moelekul dalam jumlah besar.

Di dalam zat padat moelekul-moelekul berdekatan sangat rapat dan mempunyai gaya
tarik menarik yang kuat,sehingga menyebabkan kecenderungan untuk
mempertahankan bentuknya.

Didalam zat cair moelekul-moelekul bedekatan, tetapi kurang terikat rapat dan kohesi
antara molekul-molekul tersebut lemah, oleh karenanya molekul-molekul tersebut
dapat bebeas bergerak, sehingga konsekuensinya untuk zat cair selalu mengambil
bentuk sesuai dengan tempat yang diisinya.

Didalam zat gas moelekul-molekul letaknya berjauhan satu sama lainnya, sehingga
molekul-molekul tersebut dapat bergerak bebas. Kohesi antara masing-masing
molekul sangat kecil sehingga zat gas mudah mengembang dan menyusut

Molekul-molekul dapat dipecah lagi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, yang
disebut dengan atom, dimana atom sudah tidak mempunyai sifat yang sama dengan
molekul lagi. Jadi atom adalah bagian yang paling kecil dari suatu zat yang bila
melalui proses kimia ,atom-atom tersebut dapat membentuk suatu moelekul.

Molekul dapat terdiri dari satu, dua atau lebih atom-atom dari bermacam-macam
corak. Atom yang sangat kecil ini pun masih dapat dipecah lagi, yang disebut
elektron, proton dan neutron.

Elektron adalah partikel partikel yang bermuatan negatif dan mempunyai massa
sangat kecil, yaitu 9,11 x 10-28 gram. Elektron dari bermacam-macam zat adalah sama
atau serupa.

Proton adalah partikel yang bermuata positif yang mempunyai massa sama dengan
massa inti atom hidrogen, yaitu sama dengan 1,63 x 10-24gram. Besarnya muatan
listrik pada proton sama dengan muatan listrik pada elektron tetapi berlawanan.
Neutron adalah partikel yang tidak bermuatan atau netral dan mempunyai massa
sama dengan massa proton.

Muatan mempunyai sifat bila sama ( positif atau negatif dengan negatif ) akan saling
tolak menolak, dan bila berlawanan (positif dengan negatif ) akan saling taarik
menarik.

Kelebihan elektronnya dan karena nya atom Chlorine ini menjadi atom netral.
Demikian pula dengan atom Sodium,waktu mencapai elektroda negatif,ion ini
memperoleh elektron dari elektroda negative dan karenanya atom sodium ini menjadi
atom netral. Akibat dari sumber tegangan yang di berikan pada elektroda-elektroda
ini menyebabkanterjadinya gerakan ion negatif melalui larutan ke elektroda positif
dan bersamaan waktunya sejumlah muatan yang sama besarnya dari ion positif
melalui larutan ke elektroda negative. Dan dikatakan arus listrik mengalir dalam zat
cair yang di sebabkan oleh gerakan-gerakan dari partikel-partikel yang bermuatan
listrik.

3. Di dalam gas

Molekul-molekul gas selalu bergerak karena kohesi (tarik menarik antar molekul yang
sejenis) antar molekul sangat lemah sekali sehingga molekul-molekul tersebut terus
menerus saling bertubrukan satu sama lain. Tubrukan yang secara pukulan ini
menimbulkan elektron-elektron terbebas dari atom-atom dan menyebabkan atom-
atom tersebut kehilangan elektronnya menjadi ion positif,ion-ion bebas menjadi ion
negatif. Jadi di dalam gas terjadi ion positif dan ion negatif seperti pada elektrolit.
Kemudian apabila elektroda positif dan elektroda negatif di tempatkan dalam gas
tersebut,maka elektron-elektron bebas akan menuju ke elektroda positif dan ion
positif menuju ke elektroda negatif. Dengan demikian timbale suatu arus listrik di
dalam gas.

Tekanan gas sangat berpengaruh pada kecepatan aliran elektron. Pada suatu harga
arus tertentu yang sangat tinggi dapat terjadi suatu timbunan elektron yang sangat
banyak sehingga

timbul suatu busur api (spark/arc).

4. Di dalam ruang hampa

Di dalam tabungyang betul-betul hampa, tidak ada satupun elektron di dalamnya


yang dapat di gerakan oleh suatu gaya yang berasal dari listrik luar. Jika sejumlah
elektron di masukan ke dalam tabung hampa tersebut diantaranya dengan cara emisi
thermionic, yaitu dengan pemanasan pada filament sehingga terjadi awan elektron
pada sekitar katoda tabung hampa tersebut dan elektroda elektrodanya di beri
sumber tegangan maka elektron-elektron pada anoda ke rangkaian luar, sehingga
terjadi aliran elektron.

Pada gambar 1.6. adalah prinsip dasar dari tabung elektron.

Elektroda
Positif

Tabung +
Sumber
gelas ggl
Elektron _

Bebas

Ruang hampa

Elektroda

negatif

Gb. 1.6 Tabung electron


5. Di dalam tabung hampa yang diisi gas

Dalam tabung hampa yang diisi gas bila elektroda-elektrodanya diberi medan listrik,
maka elektron-elektron dari atom-atom gas akan tertarik oleh elektroda positif, atom-
atom akan menjadi ion positif terdesak ke elektroda negatif. Sehingga terjadi aliran
elektron dan prosesnya hampir sama dengan proses pada elektrolit. Gambar 1.7.
menunjukan aliran listrik pada tabung hampa yang berisi gas.

+ + + + + + + + + ANODA

Emisi sekunder

Atom gas yang

+ +
Teionisasi
+
+

Muatan

Elektron

- - - - - - - - - KATODA

Gb. 1. 7. Aliran listrik pada tabung hampa yang berisi gas

01.3. SUMBER-SUMBER ENERGI LISTRIK

Bila ada dua buah tempat (titik) mempunyai banyak elektron yang berbeda maka
akan timbul gaya gerak listrik diantara kedua tempat tersebut. Besarnya gaya gerak
listrik tegantung dari besarnya perbedaan jumlah elektron, semakin besar
perbedaannya maka gaya gerak listrik yang di hasilkan akan semakin besar pula.
Dalam gambar 1.8. adalah merupakan perbandingan gaya listrik yang timbul dengan
perumpamaan elektron dengan air.

Kekurangan elektron

Kelebihan electron Pompa air

Gb. 1. 8. Baterai dan pompa air

Perbedaan tekanan air disebabkan karena air pada tempat yang satu di pompakan ke
tempat yang lainnya. Sumber-sumber energy listrik seperti diatas dapat dihasilkan
dari bermacam-macam cara diantaranyasebagai berikut:

1.Mechanical Electro Magnetic - misalnya generator.

Cara ini yang paling banyak di pakai sampai sekarang.

2. Mechanical Electro Static cara yang paling tua

3. Chemical misalnya baterai, aki dan lain-lain.

Umumnya berwujud kecil dan mudah di bawa-bawa sehingga lebh praktis.

4. Thermal yang masih di kembangkan sebagai ilmu listrik dari energi panas.
5. Photo Electric solar sel, merupakan sumber energi listrik yang berasal dari sumber
energi cahaya.

01.4. ARUS DISPLACEMENT DAN POLARISASI

Jika suatu medan listrik di berikan pada suatu bahan isolator, baik yang berbentuk
padat, cair maupun gas, karena pengaruh gaya tarik menarik dan tolak menolak dari
muatan listrik mengakibatkan atom-atom membentang dengan arah positif dan
negatif yang berlawanan. Pada gambar 1.9a. adalah bahan isolator sebelum di beri
medan listrik. Tampak bahwa atom-atom netral dan tak terjadi perbentangan. Apabila
kemudian diberikan medan listrik seperti pada gambar 1.9b. maka atom-atom akan
membentang dengan arah seperti pada gambar.

+ -
-+ -+
-+

-+ -+

-+
-+

Gb. 1. 9. Pengaruh medan listrik pada isolator

Peristiwa ini di sebut polarisasi, dimana muatan-muatan positif dan negatif


berlawanan terbentang kea rah medan listrik, dan selama proses polarisasi ini terjadi
pemindahan muatan. Muatan negatif akan mendekati sumber tegangan positif dan
sebaliknya muatan positif akan bergerak ke sumber tegangan negatif. Arus
pemindahan muatan ini di sebut dengan arus displacement. Apabila Kemudian
tegangan (medan listrik) di naikan terus atom-atom akan terionisasi dan sampai batas
kemampuan isolator tersebut menahan tegangan maka isolator akan berubah
menjadi konduktor. Saat kritis ini disebut dengan breakdown.

01.5. KARAKTERISTIK ARUS DAN TEGANGAN

Jika elektron mengalir dengan arah satu jurusan setiap saat maka arus yang terjadi
kita namakan arus searah ( Direct Current = DC), penyebab arah arus yang tetap ini
adalah polarisasi tegangan sumber yang tetap pula, misalnya baterai. Gambar 1.10.
menunjukan karakteristik dari arus searah

Arus

Gb. 1.10. Karakteristik arus searah

Sesungguhnya besarnya arus bisa diubah-ubah setiap saat tetapi arahnya akan tetap
konstan, dengan kata lain bahwa banyaknya elektron yang mengalir bisa berubah
tetapi arahnya tidak akan berbalik arah. Apabila elektron mengalir dengan arah
berubah-ubah setiap saat secara periodik maka kita namakan arus bolak-balik
(Alternating Current = AC). Gambar 1.11. menunjukan karakteristik arus bolak-balik.

+ - wave-length

- + 1 peride/second

Gb. 1.11. Karakteristik arus bolak-balik

Jika besarnya amplitudo tidak tetap demikian juga perubahan arah arus tidak tetap
kita namakan arus bolak-balik upperiodik (tidak periodik)

Untuk arus bolak-balik periodik, apabila tiap detik arus berubah arah 100 kali, maka
akan membuat 50 bentuk gelombang sinusoida maka dikatakan arus tersebut
mempunyai frekwensi 50 Herzt.

Di Indonesia, tegangan listrik yang dipakai dirumah-rumah menggunakan arus bolak-


balik dengan frekwensi 50 Hertz.

Gelombang radio mempunyai frekwensi bervariasi antara 100 KHz sampai Giga Hertz
9
( 1 GHz = 10 HZ).

Pada gambar 1.12. menunjukan alokasi frekwensi.


R I N G K A S A N

1. Listrik ada pada setiap benda dalam bentuk elektron dan proton.
2. Elektron adalah listrik bermuatan negatip dan proton adalah listrik bermuatan
positip. Keduanya mempunyai jumlah muatan yang sama hanya beda
polaritasnya.
3. Muatan yang sama akan saling tolak menolak dan muatan yang berlainan akan
saling tarik menarik.
4. Sebuah atom pada umumnya mempunyai jumlah elektron yang sama dengan
jumlah protonnya, hal ini disebut dalam keadaan seimbang.
Jika suatu sebab atom tersebut kehilangan elektronnya atau ketambahan
elektron maka dikatakan atom tersebut terionisasi.
5. Arus listrik akan mengalir jika ada perbedaan potensial didua tempat yang
berbeda dan ada hubungan rangkaian dari kedua tempat tersebut.
6. Arus listrik akan mengalir pada setiap zat padat, cair, maupun gas.
7. Bahan yang mudah dialiri listrik disebut konduktor dan yang sulit dialiri arus
listrik disebut isolator.
Bahan yang mempunyai sifat diantara sifat-sifat diatas disebut bahan
semikonduktor.
8. Arus searah hanya mengalirkan arus satu arah saja. Sedangkan arus bolak-balik
secara periodik berbalik arah demikian pula berbalik polaritasnya.
9. Frekwensi 50 Hz dipakai untuk sumber listrik dirumah-rumah.
Frekwensi 50 Hz 15 KHz untuk sinyal suara.
Frekwensi 100 KHz 3 MHz untuk sinyal radio gelombang panjang dan medium.
Frekwensi 3 MHz 30 MHz untuk gelombang pendek.
Frekwensi 88 MHz 108 MHz untuk gelombang radio FM.

SOAL-SOAL DAN JAWABAN .

1. Sebutkan ada berapa macam bentuk zat di alam yang kita tempati ini ?
2. Mengapa bentuk dari zat padat relative tidak berubah ?

3. Melalui proses kimia beberapa atom dapat membentuk suatu molekul.


Dapatkah satu macam atom membentuk molekul suatu benda ? Bila dapat
berikan contohnya ?

4. Menurut teori atom modern atom terdiri dari proton, neutron dan elektron.
Gambarkan struktur/susunan atom yang saudara ketahui ?

5. Dengan cara bagaimanakah elektron bergerak di dalam zat padat?

6. Arus Listrik dapat mengalir di dalam zat cair, gas dan ruang hampa. Berikan
contoh pada pemakaian sehari-hari?

7. Apa yang menyebabkan terjadinya polarisasi dalam bahan isolator ?

8. Apakah yang terjadi bila medan listrik yang diberikan pada bahan isolator
dinaikkan terus ?

9. Sebutkan sumber-sumber energi listrik yang saudara ketahui ?

10. Coba gambarkan bentuk gelombang sinusoidal dari tegangan yang


mempunyai frekwensi 50 Hz ?

02. SATUAN SATUAN

Karena banyaknya bahasan dalam elektro-dinamika maupun elektronika, maka


diperlukan standard dari satuan.

Satuan yang dipakain adalah Satuan Internasional ( SI ) .

02 . 1 . SISTIM SATUAN INTERNASIONAL .

Sistim Satuan Internasional atau disingkat SI sebenarnya suatu sistim yang


dikembangkan dari sistim matriks.

Sistim ini disebut juga MKS yang mempunyai satuan-satuan dasar sebagai berikut:

SINGKATAN
BESARAN SIMBOL SATUAN
SATUAN
Panjang l meter m
Massa m kilogram kg
Waktu t detik det
oK
Temperatur T Kelvin
Arus I,i Ampere A
Tabel 2.1. Satuan Standard Internasional .

Jadi tiap-tiap besaran mempunyai satuan-satuan pengukuran yang sesuai dengan


simbol-simbol satuan dari SI .

02 . 2 . Gaya .

Satuan Dari gaya adalah Newton (N) yang diambil dari nama Sir Isaac Newton ( 1642
1727 ) yang menyatakan bahwa :

A net force of one newton acting on a 1 kilogram mass will give it an


m
Acceleration of 1 s 2 .

1 Newton adalah besarnya gaya yang memberikan percepatan 1 meter per


Detik kuadrat pada suatu benda yang massanya 1 kilogram.

F=m.a

m
Newton = kg . det 2

= kg . m . det 2

02 . 3 . MUATAN LISTRIK .

Dalam Sistim Satuan Internasional, satuan dari muatan listrik adalah Coulomb ( C )
yang diambil dari nama : Charles Augustin de Coulomb (1736 1806) yang
menyatakan bahwa :

One coulomb is the quantity of electricity passing a given point in a circuit


When a current of one ampere is maintened for one second.

Satu coulomb adalah jumlah muatan listrik yang melalui suatu titik dalam
rangkaian yang diakibatkan oleh mengalirnya arus listrik sebesar satu Am-
pere selama satu detik.

Q = I.t
Coulomb = Ampere . detik
Satuan praktis yang umum dipakai untuk muatan listrik adalah Ampere jam (ampere
hour, Ah) .

1 Ah = 3600 coulomb .

02.4. ARUS.

Dalam suatu bahan, jika ada pengaruh dari luar sehingga menyebabkan elektron-
elektron bergerak ke satu arah, maka dikatakan terjadi arus listrik yang arahnya
berlawanan dengan arah gerakan elektron-elektron tadi.

Satuan dari arus adalah Ampere yang diambil dari nama : Andre Marie Ampere (1775
1836) yang menyatakan bahwa :

When the charge moves at the rate of 6,24 10 18 electrons flowing pass a

given point per second, the value of the current is one ampere.

Satu Ampere adalah jumlah muatan listrik dari 6,24 10 18 elektron yang

mengalir melalui suatu titik tertentu selama 1 detik.

Karena 6,24 10 18 elektron adalah 1 Coulomb, maka :

Q
I=
T

Ampere = Coulomb/detik

Definisi lain yang dihubungkan dengan mekanik adalah :

The ampere is that current which, when flowing in each of two infinitely
long parallel conductors situated in a vacum and separated by one metre
-7
between contres, produces on each conductors a force of 2 10 newton

per metre of lenght.

Dua buah penghantar yang sejajar yang panjangnya tak terhingga dengan
jarak dua meter pada ruang hampa udara masing-masing dialiri oleh arus
yang sa
besarnya sehingga pada tiap-tiap penghantar tersebut akan dihasilkan gaya sebesar

2 10 -7 newton per meter ; berarti arus yang menyebabkannya itu sebesar satu

Ampere.

02.5. TEGANGAN.

Tegangan adalah suatu beda potensial antara dua titik yang mempunyai perbedaan
jumlah muatan.

Sistim Satuan Internasional untuk tegangan adalah Volt (V), yang diambil dari nama :
Alexander Volta (1748 1827) yang menyatakan bahwa :

The volt is the change potential of one coulomb of electric charge


undergoing an energy change of one joule.

Satu Volt adalah perubahan energi sebesar satu Joule yang dialami oleh satu
Coulomb muatan listrik.

W= Q .V

Joule = Coulomb . Volt

Atau :

W
v =
Q

Volt = Joule/Coulomb

02.6. RESISTANSI

Jika beda potensial diberikan pada ujung-ujung suatu konduktor listrik, maka terjadilah
penyaluran muatan listrik atau dengan kata lain terjadi arus listrik. Besarnya arus
berbanding lurus dengan besarnya perbedaan potensial pada konduktor tersebut
(pada temperatur konstan).
V
= konstanta
I

Volt
= Ohm
Ampere

Nilai konstanta ini dinamakan tahanan/hambatan/pelawan (resistor) dari konduktor


itu.

Satuan untuk tahanan adalah Ohm () yang diambil dari nama George Simon Ohm
(1787 - 1854)

"Jadi tahanan satu Ohm adalah besarnya tahanan yang menyebabkan


menglirnya arus sebesar satu Ampere, bila pada kedua ujung tahanan
rersebut dihubungkan dengan sumber tegangan sebesar satu Volt."

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa :

jika tegangan konstan, maka bila tahanan diperbesar arus akan menjadi lebih
kecil.
jika tahanan konstan, maka bila tegangan diperbesar arus akan menjadi lebih
besar pula.
V= I.R

Volt = Ampere . Ohm

Persamaan diatas terkenal dengan Hukum Ohm yang merupakan hukum dasar
untuk Ilmu Listrik, yang merupakan hubungan antara tegangan, arus, dan tahanan.

02.8. DAYA

Daya adalah besarnya energi tiap satuan waktu.


Satuan Internasional untuk daya adalah Watt yang diambil dari nama : James Watt
(1736-1819) yang menyatakan bahwa
W
P=
t
Watt = Joule/detik

P = Daya (watt)
W = Usaha (joule)
t = Waktu (detik)

Dalam satuan lain yang umumnya dipakai pada mekanik adalah tenaga kuda (Horse
Power, HP ) .

1 HP = 746 Watt = 550 ft.lb/s


Dengan mensubtitusikan rumus energi, maka akan diperoleh :

W V . I .t
P= = =VI
t t

Watt= Volt x Ampere

Juga dengan mensubtitusikan Hukum Ohm kedalam persamaan di atas, maka akan
diperoleh :

P=V . I =( I . R ) . I =I . R

P=V . I =V . ( VR )= VR

02.9. KAPASITANSI

Kapasitansi terdapat pada dua buah pelat/lempengan yang sejajar. Besarnya


kapasitansi tersebut tergantung dari luas penampang pelat dan jarak antara kedua
pelat serta zat perantara diantara kedua pelat tersebut.

Besarnya kapasitansi juga merupakan perbandingan antara muatan kedua pelat dan
tegangandari kedua pelat tersebut . Satuan Internasional untuk kapasitansi adalah
Farad (F) yang diambil dari nama Michael Faraday yang menyatakan bahwa :

When one couloumb is stored in the dielectric with a potential difference of one volt,
the capacitance is one farad

Satu Farad adalah jumlah muatan listrik sebesar satu Coulomb yang disimpan
didalam dielektrika (zat perantara) dengan beda potensial sebesar satu Volt

Q
C=
V
Farad = Coulomb/Volt
Pada prakteknya kapasitansi menggunakan satuan mikro-Farad, nano-Farad dan piko-
Farad .

1 mikro-Farad = 1 F = 10 F.
1 nano-Farad = 1 F = 10 F.
1 piko-Farad = 1 F = 10 F.

02.10. INDUKTANSI

Induktansi adalah kemampuan suatu penghantar untuk menghasilkan tegangan


induksi bila arus berubah-ubah.
Satuan Internasional untuk induktansi adalah Henry yang diambil dari nama : Joseph
Henry yang menyatakan bahwa :

One henry is the amount of inductance that allowe one volt to be induced when the
current changes at the rate of one amper per second.

Satu Henry adalah besarnya induktansi yang menimbulkan tegangan sebesar satu
volt akibat perubahan arus sebesar satu ampere tiap detik.

V
L=
di
dt

Volt Volt . detik


Henry= =
Ampere Ampere
detik

Untuk suatu kumparan, besarnya induktansi tergantung dari banyaknya lilitan,


diameter lingkaran kumparan dan panjang kumparan.

02.11. MEDAN MAGNET

Pengaruh dari listrik selain tegangan dan arus juga menghasilkan medan magnet.
Yang dimaksud dengan medan magnet adalah daerah yang umumnya berada didekat
magnet. Yang masih dipengaruhi oleh magnet yang bersangkutan.
Sebenarnya medan magnet adalah daerah yang dilalui oleh garis garis gaya magnet
(fluksi) .
Satuan Internasional untuk medan magnet adalah Weber yang diambil dari nama :
Wilhelm Webber (1803-1890) yang menyatakan bahwa :

A uniform magnetic field has a flux of one weber if a conductor cutting through the
field at a uniform rae in 1 second generates an e.m.f of one volt
Suatu medan magnet serba sama mempunyai fluksi sebesar satu weber bila suatu
konduktor yang digerakan memotong medan magnet serba sama selama satu detik
akan membangkitkan ggl sebesat satu volt.

Weber = Volt . detik

RINGKASAN

1. Satuan satuan listrik yang dipakai adalah Satuan Internasional.


2. Satuan Internasional untuk gaya adalah Newton.
Satuan Internasional untuk muatan listrik adalah Coulomb.
Satuan Internasional untuk arus listrik adalah Ampere.
Satuan Internasional untuk tegangan adalah Volt.
Satuan Internasional untuk tahanan listrik adalah Ohm.
Satuan Internasional untuk energi adalah Joule.
Satuan Internasional untuk untuk daya adalah Watt.
Satuan Internasional untuk kapasitor adalah Farad.
Satuan Internasional untuk induktor adalah Henry.
Satuan Internasional untuk garis gaya magnet adalah Weber.
3. Hukum ohm merupakan hukum dasar dari ilmu listrik yang menyatakan
hubungan antara tegangan, arus, dan tahanan.
4. Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja.
5. Daya adalah energi rata-rata pada tiap-tiap satuan waktu.
6. Kapasitansi adalah perbandingan antara muatan listrik dan tegangan pada dua
buah pelat yang sejajar.
7. Induktansi adalah kemampuan dari suatu penghantar untuk menghasilkan
tegangan induksi pada perubahan arus.
8. Untuk mempermudah kelipatan-kelipatan dari besaran suatu satuan dipakai
notasi seperti tabel dibawah ini :

NAMA SIMBOL FAKTOR PENGALI

Tera T 10
Giga G 10
Mega M 10
Kilo K 10
hecto h 10
decca da 10
deci d 10
centi c 10
milli m 10
micro u 10
nano n 10
pico p 10
femto f 10
atto a 10

05. RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH

Di dalam penggunaan praktisnya komponen-komponen seperti tahanan , kapasitor,


induktor maupun komponen-komponen lainnya biasanya tidak dapat berdiri sendiri,
tetapi membentuk suatu rangkaian yang mempunyai sifat-sifat tertentu. Untuk itulah
dalam bab ini kita akan mempelajari hukum-hukum dasar dari Ilmu Listrik dan
metoda-metoda penyelesaian suatu rangkaian.

05.1. HUKUM OHM

1. Hukum Ohm.

Bila ada dua buah titik mempunyai potensial yang berbeda berarti kedua titik
tersebut mempunyai beda potensial.
Kemudian bila kedua titik tersebut dihubungkan dengan suatu pengantar. Maka pada
penghantar tersebut akan mengalir arus listrik. Besarnya arus listrik tersebut
tergantung dari besarnya beda potensial kedua titik tersebut dan nilai tahanan
penghantarnya.
Besarnya arus listrik tersebut ternyata berbanding lurus dengan beda potensial dan
berbanding terbalik dengan tahanan penghantarnya.

V
I=
R

Dimana :
I = arus listrik dalam Ampere.
V = beda potensial atau tegangan dalam Volt.
R = tahanan penghantar dalam Ohm.

Pernyataan diatas dikenal dengan Hukum Ohm.

03. TAHANAN / RESISTANSI

Tahanan adalah satu parameter dasar dari suatu rangkaian listrik maupun
rangkaian elektronika. Dalam setiap pemakaian atau perencanaan rangkaian, tahanan
selalu diikutsertakan dalam maksud-maksud tertentu.
Ada dua sifat utama pada tahann, yaitu besarnya resistansi dan power rating-
nya. power rating ini sangat penting karena menyatakan daya maksimum yang
dapat ditanggung oleh tahan tersebut.

Tahanan-tahanan yang dipakai untuk rangkaian elektronika umumnya terbuat


dari karbon atau lilitan kawat (wire-wound) dan dapat dibuat tetap atau dapat pula
dibuat variable (nilainya dapat diubah-ubah), seperti potensiometer.

Karena tahanan-tahanan terbuat dari bahan konduktor, oleh karena itu nilai
resistansinya sangat dipengaruhi oleh temperaatur di sekelilingnya. Dalam bab ini kita
akan membahas pengaruh temperatur tersebut.

3.1. TAHANAN DAN TAHANAN JENIS

Salahsatu sifat dari bahan (zat) adalah menahan arus listrik (dalam hal ini yang
dilawan/ditahan adalah aliran elektron). Nilai hambatan/tahanan ini tergantung pada
macam bahan dan ukuran fisiknya. Dalam banyak pemakaian, tahanan dibuat khusus
dari karbon atau lilitan kawat dengan maksud untuk memperkecil arus listrik atau
memperoleh tegangan listrik pada suatu rangkaian. Dalam pemakaian beberapa
pesawat seperti televisi, radio dan lai-lainnya, tahanan merupakan komponen yang
paling banyak digunakan.

Satuan Internasional untuk tahanan adalah Ohm () dengan symbol R.


tahanan sebsar 1 (satu) Om didefinisikan sebagai berikut :

Tahanan suatu penghantar dikatakan mempunyai nilai sebesar


satu Ohm, bila perbedaan tegangan antara ujung-ujung
penghantar tersebut sebesar satu Volt yang menyebabkan
mengalirnya arus sebesar satu Ampere pada temperatur
konstan.

Sedangkan tahanan jenis (resistivitas) adalahkoefisien bahan yang


menunjukkan besarnya hambatan/perlawanan terhadap arus listrik.

Penetapan tahanan jenis () dilakukan dengan memakai suatu bahan yang


mempunyai panjang satu meter dengan luas penampang satu millimeter persegi.
Gambar 3.1. Pentapan Tahanan Jenis

Satuan internasional untuk tahanan jenis adalah m, sedangkan satuan yang


umum digunakan di Indonesia adalah mm_2/m.

Bahan yang mempunyai tahanan jenis yang besar adalah penghantar yang jelek
atau sebagai isolator. Sebaliknya, bahan yang mempunyai tahanan jenis yang kecil
adalah penghantar yang baik atau sebagai konduktor.

Table 3.1. dibawah ini merupakan daftar tahanan jenis dan koefisien
temperature dari bermacam-macam bahan yang diukur pada temperature 20 C.

TAHANAN JENIS ( m) KOEFISIEN TEMPERATUR


BAHAN
(x 10_-6) (1/C)

Tembaga 0,0175 0,004

Alumunium 0,032 0,004

Seng 0,06 0,004

Besi 0,12 0,005

Timah Hitam 0,204 0,004

Mangan 0,45 0,00002

Constantan 0,5 0,000008

Mecury 0,954 0,0009

Platina 0,1 0,0038


Perak 0,38 0,0002

Tabel 3.1. Daftar tahanan jenis dan koefisien Temperatur.

Besarnya harga tahanan suatu kawat dihitung dengan menggunakan rumus


sebagai berikut :

Dimana :

R = Tahanan kawat ()

= Tahanan Jenis dari bahan kawat ( m)

l = panjang kawat (m)

A = penzmpzng kawat (m_2)

Contoh:

Hitunglah tahanan suatu kawat tembaga yang panjangnya 20 m dengan diameter 0,5
mm dan tahanan jenis tembaga adalah 0,0175 x 10_-6 ?

Penyelesaian :

Penampang kawat = A = . r = d

= x 3,14 x (0,5 x 10)

= x 3,14 x 0,25 x 106

= 0,19625 x 106

Tahanan Kawat = R = l .

= 20 x 0,0175 x 106

0,19625 x 106

R = 1, 783 Ohm

03.2. DAYA HANTAR DAN DAYA HANTAR JENIS


Daya hantar (konduktansi) dengan symbol G adalah merupakan kebalikan dari
tahanan, jadi :

G = 1
Dengan satuan mho.
R

Jika harga tahanan mengecil, maka daya hantarnya terhadap arus listrik membesar.
Jadi konduktor yang baik mempunyai tahanan kecil dan konduktor yang jelek
mempunyai tahanan yang besar.

Daya hantar jenis juga merupakan kebalikan dari tahanan jenis, jadi :

= 1
Dengan satuan mho/m.

Dengan demikian didapat harga konduktansi dalam suatu penghantar sebagai


berikut :

G= .A

03.3. PENGARUH TEMPERATUR PADA TAHANAN

Harga tahanan suatu bahan ternyata ikut berubah setiap temperature dari tahanan
tersebut berubah. Perubahan harga tahanan untuk setiap perubahan temperature 1C
disebut koefisien temperature dari tahanan tersebut dengan symbol .

Jika positif, maka harga/nilai tahanan bahan akan bertambah bila temperaturnya
naik.

Jika negative, maka harga/nilai tahanan bahan akan berkurang bila temperaturnya
naik.

Jika nol, maka harga/nilai tahanan bahan akan tetap besarnya walaupun
temperaturnya berubah-ubah.

Pada umunya logam mempunyai positif, semikonduktor dan isolator mempunyai


negative dan bahan-bahan campuran = 0 .

Grafik di bawah ini menunjukkan hubungan harga/nilai tahanan tiap waktu pada suatu
logam (tembaga) yang mempunyai positif.
Apabila garis lurus pada grafik kita teruskan ke kiri, maka akan memotong sumbu X
negative pada temperature -234C yang artinya secara teori tahanan tembaga
menjadi nol.

Dalam prakteknya kurva tersebut adalah menyimpang dari garis lurus pada
temperature yang sangat rendah.

Dari dua buah segitiga yang sebangun diperoleh :

Ro = 234,5

Rt 234,5 + T

Rt = Ro ( L + 1 .
T)
234,5
Persamaan di atas memperlihatkan hubungan perubahan temperature terhadap
kenaikan nilai tahanan pada konduktor tembaga.

Nilai 1/234,5 atau 0,004 adalah nilai koefisien temperature, jadi :

Rt = Ro ( 1 + .
Dimana :

Rt = tahanan pada temperature t

Ro = tahanan pada temperature t0

= koefisien temperature bahan

T = perbedaan temperature

Contoh :

Suatu tahanan yang terbuat drai kawat tembaga pada temperature kamar (20C)
adalah 0,625 Ohm.

Hitunglah nilai tahanan kawat tembaga tersebut pada temperature 50C,sedangkan


koefisien temperature tembaga adalah 0,004 ?

Penyelesaian :

Rt = 20 ( 1 + . T)

= 0,625 ( 1 + 0,004 x 30 )

= 0,7 Ohm
03.4. DAYA DAN ENERGI PADA TAHANAN

Jika suatu arus listrik mengalir melalui tahanan, maka akan ada daya yang diserap
oleh tahanan tersebut yang umumnya diubah menjadi panas.

Besarnya daya yang diserap adalah :

P = V . I
Watt
P = I . R Watt

P = V Watt
R

Sedangkan energy panas yang dihasilkan adalah :

W = P . t = r . R . t Watt
detik (Joule)
Oleh karena itu betapa pentingnya pemilihan power rating suatu tahanan, karena bila
daya yang diserap pada tahanan lebih besar daripada Power rating-nya, maka
tahanan trsebut akan rusak/terbakar. Untuk selanjutnya pemilihan Power rating ini
akan dijelaskan di dalam Electronic Devices.

RINGKASAN :

1. Salah satu sifat dari bahan adalah menahan arus listrik.

2. besarnya tahanan tergantung dari macam bahan dan bentuk

fisiknya.

3. koefisien bahan yang menunjukkan hambatannya terhadap

arus listrik disebut tahanan jenis (resistivitas)

4. suatu bahan yang mempunyai tahanan jenis yang besar

adalah isolatordan yang mempunyai tahanan yang kecil


adalah konduktor

5. daya hantar adalah kebalikan dari tahanan , demikian juga daya hantar jenis adalah
kebalikan dari tahanan jenis

6. nilai suatu tahanan banyak dipengaruhi oleh temperature

7. logam umumnya mempunyai koefisien temperature positif, sedangkan bahan


isolator dan semi konduktor mempunyai koefisien temperatur nol

8. bila suatu tahanan dialiri arus listrik, maka ada daya yang diserap dan diubah
menjadi panas

9. pemilihan power rating suatu tahanan harus diperkirakan dua kali daya yang
akan diserap oleh tahanan tersebut.

SOAL-SOAL DAN JAWABAN :

1. Hitung tahanan suatu kawat tembaga yang mempunyai panjang 1608 m,


penampang 6,45 mm2, dan tahanan jenis tembaga 0,0175? (4,4 )

2. suatu kawat tembaga yang panjangnya 1000 m, mempunyai nilai tahanan


sebesar 1,5 pada suhu normal . hitung diameter kawat tersebut ? (3,9 mm)

3. suatu kawat manganin mempunyai tahanan sebesar 20 dan tahanan jenis


0,42 . hitung panjang kawat tersebut bila diameter nya 0,88 mm ? (29 m)

4. suatu kawat mempunyai panjang 30 m, penampang 0,6 mm2 dan nilai


tahanannya 20 hitung tahanan jenis kawat tersebut? (0,4)

5. nilai tahanan suatu kumparan dynamo dari kawat tembaga adalah 250 pada
suhu 15 C. setelah dynamo itu bekerja selama 6 jam pada beban penuh,
tahannanya menjadi 305 . Hitung kenaikan suhunya jika koefisien temperature
tembaga adalah 0,004 (55). Hitung pula suhunya setelah bkerja slama 6 jam
itu (70C)
6. Suatu tahanan dynamo mempunyaii tahanan 38 pada suhu 16 C, setelah
dynamo tersebut bekerja selama beberapa jam suhunya naik mnjadi 45 .
hitung tahannannya pada suhu 45 C itu bilakumparan trsebut menggunakan
kawat tembaga? (42,408 )
7. A) suatu kawat penghantar dari tembaga panjangnya 100 m dan diameternya 2
mm serta tahanan jenisnya 0,0175. Hitunglah besarnya tahanan kawat tersebut
?(0,6 )
b) kawat kedua yang menggunakan bahan yang sama mempunyai panjang 100
meter pula dan diameter nya 2 kali diameterkawat pertama . hitunglah pula
besarnya kawat kedua tersebut ? (0,1)
8.diketahui suatu kumparan dari kawat tembaga sebanyak 450 lilitan, diameter
kawat 0,4 mm dan diameter kumparan sebelah dalam 4 cm pada suhu 25C .
hitunglah besarnya tahanan kumparan tersebut ? (7,9)

Hitung pula tahanannya bila suhu meningkat menjadi 75C ? (9,5 ).

(pergunakan dan dari table yang tersedia)

9.Suatu filament lampu yang dibuat dari konstanta mempunyai tahanan 240
pada suhu 2800C. hitung besarnya tahanan filament tersebut pada suhu kamar
(20C)? (235)

10. jarak suatu sumber tegangan dan beban (motor listrik) adalah 67,5 meter.
Agar tegangan yang diterima oleh motor listrik tersebut tidak banyak berkurang
maka tahanan kawat yang di dunakan maksimum 0,2 , sedangkan kawat yang
digunakan adalah kawat aluminium. Hitung diameter kawat yang digunakan
sebagai penghubung tersebut? (13,8 mm)

11.diketahui tahanan suatu kumparan dari suatu relay adalah 0,15 pada suhu
21 C. setelah dipergunakan untuk beberapa saat kemudian dilepas dari
rangkaiannya dan di ukur. Tahanannya ternyata sekarang menjadi 0,17 . Bila
kawat tersebut adalah kawat tembaga , hitunglah kenaikan temperature/suhu
pada saat dipergunakan tadi ? (33)

04. KAPASITOR.

04.1. KUAT MEDAN LISTRIK

1.Gaya elektrostatik

Apabila dua benda bermuatan listrik terletak berdekatan satu sama lain, maka
akan terjadi suatu gaya tarik menarik atau tolak menolak pada kedua benda tersebut.
Bila muatan kedua benda tersebut sama akan saling tolak menolak dan bila kedua
muatan benda tersebut berlawanan akan saling tarik menarik.

Gaya yang terjadi itu disebut gaya elektrostatik yang diselidiki oleh coulomb pada
abad ke-18 yang kemudian terkenal dengan nama hukum coulomb, yaitu

the force of attraction or repulsion beetwen two point charges is directly


proportional of the product of the charges and inversely proportional to the square of
the distance beetwe them

Besarnya gaya tarik menarik atau tolak menolak antar dua muatan listrik Q1 dan Q2
adalah berbandinng lurus dengan hasil kali dua muatan tersebut dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jaraknya

Gaya tersebut juga berbanding terbalik dengan factor dielektrika( premitivitas) dari
bahan yang disisipkan antara kedua benda dikalikan 4 .

Sedangkan yang dimaksud dengan dielektrika / permitivitas


(permittivity) adalah suatu konstanta dari suatu bahan yang menyatakan kemampuan
bahan tersebut untuk menerima medan listrik .

Jadi :
F=1 X q1.q2
4 r2

Dimana :

F= gaya (Newton)

q1 dan q2 = muatan listik (coulomb)

R = jarak antara kedua muuatan listri (meter)

E = factor dielektrika ( Farad /meter)

umummnya pada suatu bahan yang diketahui adalah permitivitas relatifnya


(Er) yang merupakan angka perbandingan antara permitivitas bahan dan permitivitas
hampa udara (Eo).

Jadi :
E E
Er = Er =
E0 E0

Sedangkan harga permitivitas hampa udara sudah tertentu besarnya, yaitu :

1
E0 = = 8,854 x 10-12 Farad/meter
36

1
E0 = = 8,854 x 10 -12
Farrad / meter
36
BAHAN
Er
DIELEKTRIKA

Ruang hampa 1,0

Udara 1,006
Teflon 2,0

2 sampai
Kertas, paraffin 3

Karet 3,0

Minyak trafo 4,0

4 sampai
Mika 7

Porselin 6,0

Bakelit 7,0

5 sampai
Gelas 10

Air suling 80,0

Tabel 4.1. permitivitas bahan

2. Medan Listrik

Bila kita mempunyai dua buah pelat A dan B yang dipisahkan oleh suatu bahan
isolator yang kita sebut pula dengan bahan dielektrika, lalu kedua pelat tersebut kita
hubungkan dengan suatu sumber tegangan V melalui saklar S dan tahanan R.

Maka pada saat saklar S ditutup elektron elektron pada pelat A akan dipompakan
oleh sumber teganganke pelat B. Dengan demikian akan terjadi arus sesaat sebesar I
= V/R dan tegangan VAB sama dengan nol.

karena antara pelat A dan B dipisahkan oleh suatu bahan dielektrika yang bukan
penghantar, maka elektron elektron pada pelat B tidak kan melompat ke pelat A,
yang berarti elektron elektron itu ditimbun pada pelat B. Akibatnya tegangan V AB
akan bertambah dan arus akan berkurang sampai tegangan V AB sama dengan
tegangan sumber V (arus I = nol).

Bila kemudian saklar dibuka, berarti energi listrik tersimpan pada kedua pelat dan
tegangan antara kedua pelat adalah VAB. Elektron elektron pada pelat B akan ditarik
oleh ion-ion positif pada pelat A,tetapi kejadian ini tidak akan bersirkulasi. Kita
katakan bahwa terdapat medan listrik antara kedua pelat A dan B.

arah medan listrik tersebut adalah dari muatan positif ke muatan negatif.

3. Kuat medan listrik


Misalkan kita mempunyai dua buah muatan listrik Q 1 dan Q2 yang sama besarnya
tetapi berlawanan (lihat gambar 4.2.).

Kemudian bila kita tempatkan pada suatu titik A suatu partikel bermuatan positif (+q)
dalam pengaruh medan listrik Q1 dan Q2, maka partikel tersebut akan mengalami
suatu gaya seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.2. , yaitu akan ditolak oleh
muatan yang sama dan akan ditarik oleh muatan yang berlawanan, sehingga kan
diperoleh gaya resultan dan partikel tersebut akan bergerak sesuai dengan arah gaya
resultan.

Bila kita sekarang partikel tersebut dipindahkanke titik B, maka arah dan besarnya
gaya resultan juga kan berubah (lihat gambar 4.2.).

apabila lintasan dari gaya gaya resultan itu kita gambarkan, maka akan diperoleh
garis garis gaya seperti pada gambar 4.2b. Garis garis gaya tersebut adalah
merupakan medan listrik yang mempunyai arah dari muatan positif ke muatan negatif
dan dalam tiga dimensi.

Besarnya kuat medan listrik pada suatu titik/partikel adalah :

F
E=
q

dimana :

E = kuat medan lisrik dalam Newton/Coloumb.


F = gaya resultanta pada suatu titik/partikel dalam Newton.
q = besarnya muatan listrik pada suatu titik/partikel dalam Coloumb.

Contoh :

Hitunglah kuat medan listrik pada titik P pada gambar 4.3. di atas (titik P mempunyai
muatan positif sebesar 1 satuan muatan) ?

Penyelesaian :

F 1 Q.q 1
Ea = = . =
q 4 r 2 q

1 8 . 106
.
4 . 3,14 . 8,854 .1012 (0,5)2

4
28,8. 10 N /C (tanda berarti terjadi gaya tarik menarik).

1 2. 106
Eb = .
4 . 3,14 . 8,854 .1012 (0,5)2
4
7,2. 10 N /C

1 12 .106
Ec = .
4 .3,14 . 8,854 . 1012 (0,5)2

43,2 .10 4 N /C

E p= E 2a+(E c Eb )2

{ ( 28,8 ) + ( 43,27,2 ) . 10
2 2 4

4
46,1 .10 N /C

Ea 28,8 .10 4
tan = = =0,6
E c Eb 36 .10 4

=39

=180 39=141

04.2. KAPASITOR.

Kapasitor adalah merupakan satu komponen yang penting dalam elektronika, karena
mempunyai sifat sifat :

Dapat menyimpan muatan listrik


Dapat menahan arus searah (DC)
Dapat melakukan/melewatkan arus bolak balik (AC)

Kapasitor terdiri dari dua buah pelat konduktif yang sjajar dan dipisahkanoleh suatu
bahan dielektrika. Muatan didalam kedua pelat tersebut didistribusikan secara merata
ke seluruh permukaan pelat.

Fungsi dari bahan dielektrika itu adalah :

Untuk memisahkan kedua pelat secara mekanis, sehingga walaupun jaraknya


dekat tetapi satu sama lain tidak saling berhubungan
Untuk memperbesar kemampuan kedua pelat didalam menerima tegangan
Untuk memperbesar nilai kapasitansi

Jadi dengan pemberian suatu bahan dielektrika, maka besarnya kapasitansi akan
beberapa kali lebih besar dari pada kedua pelat itu hanya dipisahkan oleh ruang
hampa udara.
gambar 4.4. dibawah ini menunjukan bila kedua pelat dari suatu kapasitor masing
masing diberi muatan +Q dan Q.

Sebelum diberi bahan dielektrika (dalam ruang hampa udara) daun daun
elektrostop akan membuka kedua pelat diberi beda potensial V0.

apabila suatu bahan dielektrika disisipkan diantara kedua pelat, maka membukanya
daun daun elektrostop hanya kecilsaja dan beda potensial menjadi V. Sedangkan
muatan masing masing pelat tetap sama.

karena besarnya kapasitansi C= Q/V, maka dengan menurunya tegangan antara


kedua pelat kapasitansinya akan bertambah besar. Jadi nilai kapasitansi dari suatu
kapasitor adalah berbanding langsung dengan permitivitas dari bahan dielektrika
yang digunakan untuk memisahkan kedua pelat itu.

Faktor faktor lain yang mempengaruhi besarnya nilai kapasitansi suatu kapasitor
adalah jarak antara kedua pelat dan luas penampang pelat, berarti makin besar
kemampuan untuk menyimpan muatan listrik yang berarti pila makin besar
kapasitansinya.

Tetapi sebaliknya bila jarak antra kedua pelat semakin jauh maka kapasitansinya akan
semakin kecil.

Rumus kapasitansi dapat dituliskan sebagai berikut:

A

C= o . r . d

C = Kapasitansi dalam Farad (F)

= Permitivitas Ruang Hampa (8,854 x 10-12 F/m)


o

= Permitivitas Relatif dari bahan dielektrika


r

A = Luas penampang pelat ( m2 )

d = Jarak antara kedua pelat (m)

Untuk kapasitor yang mempunyai jumlah pelat lebih dari dua (umumnya digunakan
untuk kapasitor variabel) dapat dituliskan bahwa luas efektif dari pelat-pelat (n pelat)
adalah (n-1) dikalikan luas penampang masing-masing pelat.
(n1) A

C= o . r . d

n = banyaknya pelat paralel (bagian luar)

Contoh:

Diketahui dua bua pelat sejajar yang masing-masing mempunyai luas penampang
2000 cm2 dengan jarak 1 cm.

Besarnya tegangan antara kedua pelat tersebut 3000 volt. Bila diantara kedua pelat
tersebut disisipkan suatu bahan dielektrika, ternyata tegangan antara kedua pelat
menjadi 1000 volt. = 8,85 x 10-12 F/m
o

Ditanyakan:

a) besarnya nilai kapasitansi kedua plat tersebut pada keadaan awal


b) muatan pada kedua pelat
c) besarnya nilai kapasitansi setelah dipasang bahan dielektrika
d) permitivitas relatif dari bahan dielektrika
e) permitivitas absolute dari bahan dielektrika

Penyelesaian:

A
a) C = o . d

2000 . 104
= 8,85 . 10-12 . 102

= 177 . 10-12 Farad = 177 pF

b) Qo = Co . Vo

= 177 . 10-12 . 3000


= 531 . 10-9

Q
c) C = V

531 . 109
= 1000

= 531 . 10-12 Farad = 531 Pf

( Ingat Q selalu tetap, Q = Qo )

C
d) = CO
r

531. 1012
= 177 . 10
12 = 3

e) =
r . o

= 3 . 8,85 . 10-12

= 26,6 . 10-12 F/m.

Pdrop Rdrop

VO = 3000V
V = 1000V

A B

Gambar 04.6 Percobaan penyisipan bahan dielektrika

04.3 HUBUNGAN SERI KAPASITOR

Hubungan seri dari kapasitor dapat dilihat pada gambar 4.7 dibawah ini.

C1 C2 C3

V1 V2 V3

V
Gambar 4. 7 Hubungan Seri Kapasitor

Maksud dari kapasitor dihubungkan seri adalah untuk meningkatkan kemampuan


menahan tenaga listrik.

Kapasitor pengganti dari kapasitor-kapasitor yang dihubungkan seri adalah sama


dengan sebuah kapasitor yang bertambah tebal bahan dielektriknya, sehingga nilai
kapasitansi totalnya selalu lebih kecil dari masing-masing kapasitor itu sendiri. Hal ini
dapat kita uraikan sebagai berikut:

Dengan induksi elektrostatis, jumlah total muatan yang diberikan pada suatu sistim
adalah sama dengan muatan pada masing-masing kapasitor (Qt = Q1 + Q2 + Q3).

Jadi dapat digambarkan sebagai muatan Q yang dipindahkan melalui setiap titik
dalam rangkaian di dalam proses pengisian kapasitor (dibayangkan seolah-olah
sebagai suatu arus yang mengalir).

Rumus C = Q .V berlaku untuk seluruh sistim dan untuk tiap-tiap kapasitor

Dalam hubungan seri, jumlah perbedaan potensial tiap-tiap kapasitor adalah sama
dengan pemberian tegangan pada sistem.

Jadi:

Vt = V1 + V2 + V3

Qt Q 1 Q 2 Q3
= + +
Ct C 1 C 2 C3

Karena Qt = Q1 = Q2 = Q3 , maka akan diperoleh:

1 1 1 1
+ +
Ct = C1 C2 C3

Ternyata harga kapasitor pengganti dari kapasitor-kapasitor yang dihubungkan seri


dapat diperoleh dengan cara yang sama dengan cara untuk memperoleh harga
tahanan total dari beberapa tahanan yang dihubungkan paralel.

Contoh:

Bila tiga buah kapasitor yang masing-masing mempunyai nilai 2 F, 3 F, dan 5 F


dihubungkan seri, hitunglah nilai kapasitor penggantinya.
Kemudian bila rangkaian tersebut dihubungkan dengan tegangan sebesar 30V,
hitunglah tegangan dan muatan pada tiap-tiap kapasitor itu.

Penyelesaian:

1 1 1 1
+ +
Ct = C1 C2 C3

1 1 1
+ +
= 2 3 5

15+ 10+ 6
= 30

30
C1 = 31 = 0,968 F

Qt = Q1 + Q2 + Q3

Qt = Ct . Vt

= 0,968 . 10-6 . 30

= 29,04. 10-6 Coulomb

= 29,04 Coulomb

Q1
V1 = C1

29,04 .106
= 2. 106 = 14,52 V

Q2
V2 = C2

29,04 .106
= 3. 106 = 9,68 V

Q3
V3 = C3

6
29,04 .10
= 5. 106 = 5,81 V
04 . 4. HUBUNGAN PARALEL KAPASITOR.

Bila beberapa kapasitor dihubungkan secara parallel dan kemudian dihubungkan pula
dengan suatu tegangan V, maka jumlah muatan seluruhnya adalah sama dengan
jumlah muatan kapasitor-kapasitor itu.

V + C1 C2 C3

- Q1 Q2 Q3

Gambar 4 . 8 . Hubungan parallel kapasitor

Salah satu sifat dari rangkaian parallel adalah tegangan pada tiap-tiap kapasitor sama
dengan tegangan sumber yang dihubungkan kepadanya (V = V1 = V2 = V3 ).

Qt = Q1 + Q2 + Q3

Ct . Vt = C1 . V1 + C2 . V2 + C3 . V3

Karena Vt = V1 = V2 = V3 = V , maka akan diperoleh :

Ct = C1 +
C2 + C3

Ternyata harga kapasitor pengganti dari beberapa kapasitor yang dihubungkan secara
paralel dapat diperoleh dengan cara yang sama dengan cara untuk memperoleh
tahanan total dari beberapa tahanan yang digunakan secara seri.

Contoh :

Tiga buah kapasitor masing-masing 2 F ,3 F, dan 5 F dihubungkan secara parallel,


kemudian rangkaian tersebut dihubungkan pula dengan suatu sumber tegangan
sebesar 30 V. Hitunglah harga kapasitor pengganti dari ketiga kapasitor tersebut dan
hitung pula muatan pada tiap-tiap kapasitor itu ?

Penyelesaian :

Ct = C1 + C2 + C3

= 2 + 3 + 5 = 10 F

Q1 = C1 . V1
-6
= 2 x 10 x 30 = 60 Coulomb

Q2 = C2 . V2
-6
= 3 x 10 x 30 = 90 Coulomb

Q3 = C3 . V3
-6
= 5 x 10 x 30 = 150 Coulomb

04 . 5 . ENERGI PADA KAPASITOR.

Kapasitor yang sudah diisi (charged) adalah semacam reservoir energy dan dalam
pengisiannya (charging) dibutuhkan suatu kerja. Hal ini jelas sebab apabila pelat-pelat
kapasitor tersebut kita hubung singkat dengan suatu penghantar, maka akan terjadi
pengosongan (discharging) pada kapasitor yang akan menimbulkan panas pada
tersebut.

Kita sudahtahu bahwa energi yang dibutuhkan untuk memindahkan muatan 1


Coulomb pada tegangan 1 Volt adalah sebesar 1 Joule.

W = Q .
V
Tetapi kita harus ingat bahwa sewaktu kita mengisi danmembuang muatan kapasitor,
ternyata tegangan pada kapasitor itu akan berubah-ubah seperti pada table dan
gambar di bawah ini.

V(v)

C = 1 F 10 V

8
V (Volt) Q (Coulomb)
0 0 6
2 2
4 4 4
W
6 6 c
2
8 8
10 10 2 4 6 8 10 Q (C)

Gambar 4 . 9 . Hubungan antara Q dan V pada kapasitor konstan.

Kita lihat bahwa hubungan antara Q dan V merupakan garis lurus (linier) , maka
energy yang tersimpan dalam kapasitor adalah merupakan luas daerah grafik sebelah
bawah (yang diarsir) .

Jadi :

Q.V
Wc = 2 (luas segitiga)

Dan karena Q = C . V , maka akan diperoleh :


Wc = . C
. V2
Q2
Wc = 2

Dimana :

Wc = energy yang disimpan oleh kapasitor dalam Joule.

C = kapasitansi dalam Farad.

V = tegangan kapasitor dalam Volt.

Q = muatan kapasitor dalam Coulomb.


04 . 6 . PENGISIAN DAN PENGOSONGAN KAPASITOR .

Ada dua hal yang harus kita perhatikan pada kapasitor, yaitu pada saat pengisian dan
pengosongan muatan.

Untuk menyelidiki pengaruh yang terjadi pada saat-saat tersebut dapat kita gunakan
rangkaian seperti pada gambar di bawah ini .

1 S R

0 2

V=10V C

Gambar 4 . 10 .Rangkaian pengisian dan pengosongan kapasitor.

Pada saat saklar S dihubungkan ke posisi 1, maka ada rangkaian tertutup antara
tegangan V, saklar S, tahanan R dan kapasitor C. Arus akan mengalir dari sumber
tegangan ke kapasitor melalui tahahan R. Hal ini akan menyebabkan naiknya
perbedaan potensial pada kapasitor, tetapi dengan demikian arus akan menurun
sehingga pada suatu saat tegangan sumber akan sama dengan perbedaan potensial
pada kapasitor dan arus akan berhenti mengalir (I = 0) .

Proses tersebut dinamakan pengisian kapasitor. Bentuk-bentuk arus dan tegangan


pada proses pengisian kapasitor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

PENGISIAN DAN PENGOSONGAN KAPASITOR .

Ada dua hal yang harus kita perhatikan pada kapasitor , yaitu pada saat pengisian dan
pengosongan kapasitor muatan.

Untuk menyelidiki pengaruh yang terjadi pada saat-saat tersebut dapat kita gunakan
rangkain sepertipada gambar di bawah ini :
Gambar 4.10 . Rangkaian pengisian dan pengosongan kapasitorPada saat saklar S di
hubungkan ke posisi 1 maka ada rangkaian tertutup antara tegangan V , saklar S ,
tahanan R dan kapasitor C . arus akan mengalir dari sumber tegangan ke kapasitor
melalui tahanan R hal ini akan menyebabkan naiknya perbedaan potensial pada
kapasitor,tetapi dengan demikian arus akan menurun sehingga pada suatu saat
tegangan sumber akan sama dengan perbedaan potensial pada kapasitor dan arus
akan berhenti mengalir (I =0) . Proses tersebut dinamakan pengisian kapasitor

WAKTU VC VR9(VOLT)
(VOLT)
t0 0 10
t1 6,3 3,7
t2 8,6 1.4
t3 9,5 0,5
t4 10 0
Pada saat t0 saklar s di hubungkan ke posisi 1 sehingga arus akan mengalir di dalam
rangkaian sedangkan vc = 0 , pada saat t1 sampai t3 terjadi prosen pengisian
kapasitor (vc) bertambah besar .

Pada saat t4 perbedaan potensial pada kapasitor sama dengan tegangan sumber ,
jadi arus I sama dengan 0 (ini berarti kapasitor telah di muati/diisi muatan

Grafik arus dan tegangan yang terjadi merupakan fuksi eksponsial yang akan di bahas
pada bab lain

WAKTU VC(VOLT
)
t0 10
t1 3,7
t2 1,4
t3 0,5
t4 0

Gambar 4.12.
grafik arus tegangan pada pengosongan kapasitor .

Proses yang terjadi sekarang adalah pengosongan kapasitor , perhatikan bahwa arus
yang mengalir sekarang adalah dengan arah yang berlawanan (negatif) terhadap arah
arus pada saat pengisian sehingga besarnya pada R (VR) juga negatif

Kapasitor akan mengeluarkan kembali energi listrik yang di simpannya dan kemudian
disipasikan ke tahanan R , pada saat t5 , saklar S di hubungkan ke posisi 2 di mana
pada saat itu kapasitor masih penuh muatannya , karena itu arus akan mengalir
melalui tahanan R

Pada saat t6 sampai t8 terjadi proses pengosongan kapasitor dimana tegangan


kapasitor akan menurun sehingga arus yang akan melalui tahanan R juga akan
menurun

Pada saat t9 kapasitor sudah membuang seluruh muatannya (VC=0) ,sehingga


dengan demikian aliran aruspun berhenti (I=0)

Di dalam penyelidikan ternyata waktu yang di perlukan untuk pengisian kapasitor dan
waktu yang di perlukan untuk pengosongan kapasitor tergantung dari pada besarnya
kapasinstansi yang bersangkutan dan tahanan yang dipasang secara seri terhadap
kapasitor tersebut

Waktu pengisian kapasitor dan waktu pengosongan kapasitior tersebur di sebut


konstanta waktu (time counstant) yang rumusnya adalah sebagai berikut:
=R . C

Dimana :
=konstanta waktu dalam detik

R = tahanan seri dalam ohm

C = kapasistansi dalam fard

Setelah = R .C detik besarnya tegangan pada kapasitor yang sedang diisi muatn
akan mencapai 63% dari harga tegangan pada saat pengisian penuh , sedangkan
tegangan yang terdapat pada kapasitor yang sedang membuang muatan setelah

= R. C detik akan turun hingga mencapai 37% dari harga tegangan pada saat
pengisian penuh .

= R . C detik

V0
=0,37=37 . V 0
V1 = e

V1
=0,37 . 0,37 . V 0=14 .V 0
V2 = e

V2
=0,37 . 0,37 . 0,37 .V 0=5 . V 0
V3 = e

V1 = 100% . V0 V1 = 100% . V0 37% . V0 = 63% . V0


V2 = 100% . V0 V2 = 100% . V0 14% . V0 = 86% . V0

V3 = 100% . V0 V3 = 100% . V0 5% . V0 = 95% . V0

SOAL-SOAL DAN JAWABAN :

1. Hitung gaya tarik menarik antara satu proton dan satu elektron yang berjarak

5 10 -9 meter pada ruang hampa bila muatan proton dan elektron itu sama

-19 -19
tetapi berlawanan yaitu 1,6 10 coulomb ?( 9,2 10 N)
2. Dua belah pelat sejajar yang berjarak 0,5 mm mempunyai muatan yang sama
tetapi berlawanan. Beda potensial antara kedua pelat tersebut adalah 250 V.
Hitung kuat medan listrik (gradient potensial) pada ruangan di antara kedua
pelat tersebut ? (500 Kv/m)
3. Kapasitor udara yang mempunyai 15 pelat yang masing-masing mempunyai
luas penampang 5 cm2, delapan pelat diantaranya dihubungkan ke suatu
terminal dan tujuh pelat lainnya dihubungkan ke suatu terminal lain lagi.
a.) Hitung kapasitansinya bila jarak antara tiap-tiap pelat adalah 1 mm ? (62
pF)
b.) Bila kapasitor tersebut dimasukkan ke dalam minyak yang mempunyai

permitivitas 3,0, hitung kapasitansinya sekarang ? o = 8,854 10-12 F/m

(186 pF)
4. Hitunglah :
a.) Kapasitansi total dari rangkaian di atas. (0,24 F)
b.) Tegangan pada masing-masing kapasitor. (80 V, 20 V)
c.) Muatan masing-masing kapasitor. (8 C, 16 C, 2r C)

5. Sebuah kapasitor yang terdiri dari dua buah pelat sejajar yang berjarak 2 mm
dan masing-masing mempunyai luas penampang 0,1 m2.

Hitunglah kapasitansinya bila ruang diantara kedua pelat tersebut diisi :

a.) Udara. (442,7 pF)


b.) Mika yang mempunyai permitivitas relatif 6. (2,7 nF)

6. a) Faktor-faktor apakah yang menentukan kapasitansi


dari suatu kapasitor ?

b) Hitung kapasitansi di atara dua buah pelat sejajar yang masing-masing


mempunyai luas penampang 0,40 m2 dan dipisahkan oleh bahan
dielektrika setebal 0,10 mm yang mempunyai permitivitas 5,0 ? (177,08
nF).

c) Bila beda potensial di antara kedua pelat pada soal b) sebesar 50 V,


hitunglah :
i) energi yang disimpannya. (221,35 mJ)
ii) gradient potensial pada bahan dielektrika.

(0,5 MV/m)

7. Hitunglah :
a) kapasitansi totalnya. (4 C)
b) tegangan pada tiap-tiap kapasitor. (60 V, 60 v)
c) muatan pada tiap-tiap kapasitor. (240 C, 240 C,
480C)

8. Hitunglah nilai kapasitansi suatu kapasitor yang dikombinasikan dengan suatu


kapasitor 20 F untuk memperoleh suatu kapasitansi ekivalen sebesar 1,5 F,
bila kedua kapasitor itu dihubungkan secara :
a) seri. (1,6 F)
b) paralel. (tidak mungkin)

9. Suatu kapasitor yang terdiri dari 2 buah pelat sejajar berjarak 1 mm dan
masing-masing berukuran 100 mm x 50 mm di udara. Beda potensial di antara
kedua pelat adalah 600 V. Hitunglah :
a) gradient potensial. (600 kV/m)
b) kapasitansinya. (44,27 pV)
c) energi yang disimpan. (7,29) J

10. Definisikanlah yang dimaksud dengan Farad, dan terangkan pula yang dimaksud
dengan kuat medan listrik dan kekuatan dielektrika.
Suatu kapasitor 20 F diisi muatan selama 30 ms oleh arus kontan sebesar 0,05 A.
Hitung beda potensial pada kapasitor tersebut setelah 30 ms ? (75 V)

11. Hitunglah :
a) kapasitansi ekivalennya. (15,67 F)
b) energi total yang disimpannya. (313,4 mJ)
c) tegangan pada kapasitor 1 F. (133,33 V)
d) Berapakah voltage rating yang dibutuhkan oleh kapasitor 1 F itu ? (160 V)
12. Tiga buah kapasitor yang sama yang dihubungkan secara seri mempunyai
kapasitansi total 0,2 F.
a) Hitung nilai kapasitansi tiap-tiap kapasitor tersebut ? (0,6 F)
b) Bila ketiga kapasitor tersebut dihubungkan dengan sumber tegangan 600 V,
hitunglah tegangan pada tiap-tiap kapasitor. (200 V)

13. Suatu kapasitor 10 F diisi muatan dari sumber tegangan 100 V. Hitung muatan
yang disimpan pada kapasitor tersebut setelah sumber tegangan dilepas ? (1
mC) Kemudian kapasitor tersebut dihubungkan dengan suatu kapasitor 5
F secara paralel. Bila dianggap tidak ada kebocoran muatan, hitunglah :
a) Kapasitansi total. (15 F)
b) Beda potensial pada kapasitor itu. (66,67 V)
14. Suatu kapasitor 2 F bermuatan 50 C, kemudian dihubung kan dengan suatu
kapasitor 3 F. Bila tidak ada kebocoran muatan, hitunglah :
a) energi mula-mula yang disimpan oleh kapasitor 2 F. (625 J)
b) tegangan pada kapasitor. (10 V)
c) energi yang disimpan oleh tiap-tiap kapasitor. (0,1 mJ, 0,15 mJ)

0.5 RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH.

Didalam penggunaan praktisnya komponen-komponen seperti tahanan, kapasitor,


induktor maupun komponen-komponen lainnya biasanya tidak dapat berdiri sendiri,
tetapi membentuk suatu rangkaian yang mempunyai sifat-sifat tertentu. Untuk
itulah dalam bab ini kita akan mempelajari hukum-hukum dasar dari Ilmu Listrik dan
metoda-metoda penyelesaian suatu rangkaian.

05.1. HUKUM OHM.

1. Hukum Ohm.

Bila ada dua buah titik mempunyai potensial yang berbeda berarti kedua titik tersebut
mempunyai beda potensial. Kemudian bila kedua titik tersebut dihubungkan dengan
suatu penghantar, maka pada penghantar tersebut tergantung dari besarnya beda
potensial kedua titik tersebut dan nilai tahanan penghantarnya.
Besarnya arus listrik tersebut ternyata berbanding lurus dengan beda potensial dan
berbanding terbalik dengan tahanan penghantarnya.

V
I =
R

dimana :

I = arus listrik dalam Ampere.

V = beda potensial atau tegangan dalam Volt.

R = tahanan penghantar dalam Ohm.

Pernyataan di atas dikenal dengan Hukum Ohm.

Contoh :

1. Sebuah pemanas dengan tahanan 8 Ohm dihubungkan dengan tegangan jala-


jala 120 Volt. Berapa besarnya arus yang mengalir pada pemanas tersebut ?

Jawab :

V 120
I = = = 15 A
R 8

2.
Pada suatu rangkaian penguat, kita mengukur tegangan pada R = 1 Kohm (R-
kolektor), dimana hasil yang ditunjukkan Voltmeter adalah 2,54 Volt. Berapa arus
yang mengalir melalui R tersebut (arus kolektor) ?

Jawab :

V 2,54
I = = = 2,54 mA
R 1000

Hubungan V, I dan R pada salah satu parameter konstan.

Sekarang kita selidiki hubungan dasardari hokum ohm ini dengan mengambil
salah satu parameter konstan, yang berarti parameter yang lainnya akan
merupakan fungsi dari parameter yang lainnya lagi.

a) Pada R konstan
Pada umumnya R konstan terdapat pada rangkaian-rangkaian dengan beban
tang tetap, seperti gambar berikut :

Terang dan redupnya nyala lampu tergantung dari besarnya tegangan sumber,
semakin besar tegangan sumber maka akan semakin terang nyalanya atau
dengan kata lain arusnya semakin besar (sesuai dengan hokum ohm) .
Sifat diatas terjadi pula pada beban lain .
Bila tahanan dalam dari amperemeter diabaikan, maka hasil pengukuran dapat
dituliskan dalam table berikut :

TEGANGAN ARUS PADA R = ARUS PADA R = ARUS PADA R =


SUMBER (VOLT) 50 (mA) 100 (mA) 1 k (mA)
0 0 0 0
2 40 20 2
4 80 40 4
6 120 60 6
8 160 80 8
10 200 100 10
12 240 120 12
Karena dalam elektronika kita banyak menggunakan grafik-grafik fungsi, maka
bila hasil di atas kita buat grafiknya akan diperoleh sebagai berikut :
300

250

ARUS PADA R = 50
200
(mA)
ARUS PADA R = 100
150
(mA)
ARUS PADA R = 1 k
100 (mA)

50

0
1 2 3 4 5 6 7

Kesimpulan dari hasil di atas adalah :


Besarnya arus berbanding lurus dengan tegangannya pada R konstan.
Grafik I=f(v) merupakan garis lurus (linier)
Bila harga R semakin besar, mka sudut kemiringan grafik semakin kecil(
> > ) atau grafik mendekati sumbu v (horizontal).
1 2 3

b) Pada I konstan
I pada umumnya terdapat pada sumber arus konstan, tetapi dapat kita buat
rangkaian sebagai berikut :

Pada rangkaian di atas besar arusnya dibuat tetap.


Jadi bila R diperbesar, maka arus yang ditunjukkan amperemeter cenderung
untuk mengecil. Supaya besarnya arus tetap bila R diperbesar, maka tegangan
sumber harus dinaikkan. Bila kemudian ditentukan bahwa arus sebesar 10 mA
tetap setiap saat, maka dapat kita buat table sebagai berikut :

R (Ohm) V (Volt) V (Volt) V (Volt)


PADA PADA PADA
I = 5 mA I = 10 mA I = 15 mA
100 0.5 1 1.5
200 1 2 3
400 2 4 6
600 3 6 9
800 4 8 12
1000 5 10 15

Dan bila grafiknya digambar adalah sebagai berikut :


16

14

12
V (Volt) PADA I = 5
10
mA
8 V (Volt) PADA I = 10
mA
6
V (Volt) PADA I = 15
4 mA

0
100 200 400 600 800 1000

Kesimpulan dari grafik di atas :


Besarnya tegangan berbanding lurus dengan tahanan pada arus konstan.
Bila harga arus semakin besar, maka sudut kemiringan grafik semakin
besar pula ( > > ) atau grafik mendekati sumbu
1 2 3

v(vertical) .
Grafik V =f (R) merupakan garis lurus (linier) .

c) Pada V konstan
Pada umumnya V konstan terdapat pada sumber tegangan konstan dan
rangkaian stabulisasi tegangan (stabilisator).
Bila tegangan sumber tetap (missal 6 Volt) dan besarnya R (beban) diubah-
ubah, maka akan diperoleh hasil seperti table di bawah ini :

R (Ohm) I (mA) I (mA) I (mA)


PADA PADA PADA
V=5 V V=6 V V = 12 V
100 50 60 120
200 25 30 60
400 12.5 15 30
600 8.33 10 20
800 6.25 7.5 15
1000 5 6 12

Dan bila grafiknya digambarkan akan diperoleh sebagai berikut :


140

120

100

80 I (mA) PADA V = 5 V
I (mA) PADA V = 6 V
60
I (mA) PADA V = 12 V
40

20

0
100 200 400 600 800 1000

Kesimpulan yang diperoleh dari grafik di atas adalah :


Besarnya arus berbanding terbalik dengan tahanan pada tegangan
konstan (sesuai dengan hokum ohm).
Grafik I=f (R) merupakan grafik fungsi pecah :
kostanta
I= R , dengan batasan sumbu I dan sumbu R.
Bila tegangan semakin kecil, maka kelengkungan grafik semakin tajam
atau grafik mendekati titik (0,0).

05.2. KONFIGURASI TAHANAN.

Dalam rangkaian-rangkaian elektronika jarang sekali tahanan berdiri sendiri sebagai


beban, tetapi pada umumnya membentuk susunan-susunan tertentu, seperti
hubungan deret (seriel), hubungan jajar (parallel), hubungan deret-jajar (serie-
parallel) dan sebagainya yang mempunyai sifat-sifat khusus dan penyelesaian yang
khusus pula pada setiap soal.

1. Tahanan dalam hubungan deret (serie).

Yang disebut dengan hubungan deret/seri ialah : Misalkan ada 3 buah tahanan
masing-masing R1, R2, dan R3, dimana ujung dari R1 terhubung dengan ujung dari R2
dan ujung lain dari R2 terhubung dengan ujung R3, sedangkan ujung-ujung lain dari
R1 dan R3 sebagai terminal keluaran (output). Lihat gambar 5.8. dimana terdapat 3

R 1 , R 2 , dan R 3
buah tahanan masing-masing dalam hubungan deret dan

dihubungkan dengan sumber tegangan V

Gambar Tahanan Hubungan Deret

Karena rangkaian di atas tidak mempunyai jalur lain, maka seluruh komponen
mempunyai arus yang sama. Jadi pada setiap rangkaiannya deret/seri

I = I 1 = I2 = I3
mempunyai arus yang sama pada setisp komponennya :
Bila Rt adalah tahanan total dari ketiga tahanan tersebut, maka dengan menggunakan
hukum Ohm akan diperoleh persamaan :

V = I . Rt

Sedangkan :

V 1 = I . R 1 ; V2 = I . R 2 ; V 3 = I . R 3

Dalam rangkaian deret tegangan V merupakan penjumlahan dari V1, V2 dan V3.

Jadi :

V = V1 + V2 + V3

I.Rt = I.R1 + I.R2 + I.R3

= I . ( R1 + R2 + R3 )

Rt = R1 + R2 + R3.

Jadi dalam rangkaian deret, harga tahanan total (Rt) adalah sama dengan jumlah
masing-masing tahanan. Rumus umumnya :

Rt = R1 + R2 + R3 + ........ + Rn

Jadi dalam rangkaian di atas :

Rt = R1 + R2 + R3

. =1k+2k+6k=9k

Sedangkan tegangan pada masing-masing tahanan adalah :

V 6
=
Kuat arus I = R t 9 103 = 0,66 . 10-3 A

= 0,66 m

a. Transformasi hubungan segitiga ke bintang


Rangkaian segitiga : R ca ( Rab + R bc )
RAC = R ab + R bc + Rca
R ab ( R bc + Rca )
RAB = R ab + R bc + Rca
Rangkaian bintang :

RAB = Ra + Rb ........... 1)
R bc ( R ab + Rca )
RBC = R ab + R bc + Rca
RBC = Rb + Rc ........... 2)

RAC = Ra + Rc ........... 3)
Kemudian persamaan 1) 3) :

R ab ( R bc + Rca ) - R ca ( Rab + R bc )
= R a + R b - Ra - R c
R ab + R bc + R ca

R ab R bc - Rca R bc
= R b - Rc ............ 4)
R ab + R bc + R ca

Dan persamaan 2) 4) :

R bc ( R ab + Rca ) - ( R ab + R bc - Rca R bc )
= ( R b + Rc (R b - Rc
R ab + R bc + R ca

2 Rca R bc
= 2 Rc
R ab + R bc + R ca

Jadi :

R bc R ca
Rc =
Rab + R bc + Rca

Dengan cara yang sama :

Rab R ca
Ra =
Rab + R bc + Rca
R ab R bc
Rb =
R ab + R bc + R ca

Jadi tahanan pengganti (equivalent) dari hubungan segitiga ke bintang adalah


perkalian dua buah tahanan yang mengapitnya dibagi dengan jumlah ketiga buah
tahanan pada hubungan segitiga

b. Transformasi hubungan bintang ke segitiga.

Dengan mengalikan persamaam-persamaan 1) dan 2), 2) dan 3), serta 3) dan 1),
kemudian dijumlahkan bersama-sama dan di sederhanakan maka akan diperoleh :

R a R b + R b R c + Rc Ra R R
R ab = = Ra + R b a b
Rc Rc

Ra R b + R b Rc + R c R a R R
R bc = = Rb+ Rc b c
Ra Ra

R a R b + R b R c + Rc R a R R
R ca = = R c + Ra c a
Rb Rb

Jadi tahanan pengganti (equivalent) dari hubungan bintang ke segitiga adalah julah
dua buah tahanan yang mengapitnya ditambah perkalian dari kedua buah tahanan
tersebut yang dibagi dengan tahanan yang ketiga (yang ada didepannya).

4. Jembatan Wheatstone
Prinsip jembatan Wheatstone sering dipakai dalam pengukuran-pengukuran
tahanan atau impedansi, juga dipakai dalam peralatan-peralatan meter, karena sifat
hembatan ini dapat dibuat setimbang (Balance)

V1 V2

A B

Prinsip Jembatan Wheatstone.

Bila Voltmeter V1 untuk mengukur tegangan antara tegangan antara terminal A


dan terminal C, dan Voltmeter V2 untuk mengukur tegangan antara terminal B dan
terminal C, maka bila terminal C berimpit dengan terminal A akan diperoleh :

V1 = 0
Volt

V2 = Vb
Kemudian bila terminal C digeser dari A ke B, maka V1 akan menaik dan V2 akan
menurun hingga :

V1 = Vb
Volt

V2 = 0
Terlihatlah bahwa tegangan yang ditunjukkan oleh meter sebanding dengan
tahanannya, yaitu:

V1 sebanding dengan
tahanan AC
Sehingga secara matematika dapat dituliskan:
V2 sebanding dengan
V 1 R Ac
=
V 2 RBC

Kemudian rangkaian diatas diganti seperti dibawah ini


A B

F
D E

Prinsip Jembatan Wheatstone

Diketahui RAB RBC dan terminal C serta F dapat digeser sepanjang tahanan AB
dan DE. Pada saat tegangan pada AC sama dengan tegangan pada DF, VAC = VDF.

Maka : VCB = VFE

VCF = 0 Volt, Voltmeter tidak menunjuk.

Sehingga :

V AC V DF R R
= ATAU AC = DF
V CB V FE RCB R FE

Pada saat keadaan tegangan CF sama dengan nol (VCF = 0 Volt) dikatakan
sebagai keadaan setimbang (Balance Condition). Konfigurasi jembatan Wheatstone
sering dibentuk seperti dihalaman selanjutnya:

P Q

R
X
Prinsip Jembatan Wheatstone

Galvometer yang digunakan pada rangkaian diatas sangat sensitive sekali,


persamaan pada keadaan setimbang :

P X
=
Q R

Sehingga besarnya tahanan X adalah :

P
X= .R
Q

Rangkaian seperti gambar diatas dipakai untuk mengukur tahanan yang belum
diketahui (misalnya tahanan kabel tanah).

Pada saat ini jembatan Wheatstone berada dalam keadaan setimbang yang
berarti berlaku rumus:

P
X= .R
Q

05.3. POTENSIOMETER DAN PEMBAGI TEGANGAN

Rangkaian dengan menggunakan potensiometer dan pembagi tegangan sering


digunakan dalam rangkaian-rangkaian elektronika untuk memperoleh tegangan
sesuai yang dikehendaki. Rangkaian dengan menggunakan potensiometer atau
tahanan geser sering dipakai seperi dalam volume radio, TV dan lain-lainya.

Lihat gambar 5.15 di bawah ini.

V a

c out
b
Gambar 5.15. potensiometer

Besarnya tegangan output dapat diatur dengan menggerakan terminal c sepanjang a-


b.
Bila terminal c mendekati b, maka harga tegangan output mengecil dan sebaliknya
bila terminal c mendekati a, maka tegangan output membesar.
pada rangkaian seri seperti di atas arus yang mengalir melalui setiap rangkaian
komponen adalah sama.

jadi :

Vab : vcb = Rab : Rcb

vcb = Vout = Rcb . V

Rab

Dalam gambar di atas bila V = 100 volt, potensiometer ab = 1 k (linier), sedangkan


terminal c dari potensiometer terletak pada kedudukan bagian dari bawah
(mendekati B) ,maka besarnya tegangan output adalah :

Vout = Rcb . V

Rab

=1/4 x 1K . 100 V

1K

= 25 Volt

Rangkaian dengan menggunakan potensiometer dapat di gunakan untuk rangkaian


arus searah maupun rangkaian arus bolak-balik, tetapi dengan mempeerhatikan
power rating daari tahanan geser yang dipakai.

Dalam penggunaan lainnya, rangkaian seperti diatas dipakai untuk memperoleh


tegangan bias pada transistor agar transistor tersebut dapat bekerja. Untuki pakai
rangkaian sejenis yang disebut pembagi tegangan.

I1

R1 V1

V I2

+
R2 V2

Gambar 5.16 pembagi tegangan tanpa beban

Dua tahanan R1 dan R2 tang terhubung seri kemudian dihubungkan dengan baterai
dan tegangan output diambil dari salah satu tahan tersebut.

Pada saat tanpa beban :

I2 = 0, maka :

I1 = v
R1 + R2

Tegangan output diperoleh:

V2 = i1 R2
x

= v . R2
R1 + R2

V2 = R2 .V V2 = R2
R1 + R2 v R1 + R 2

Dengan cara yang sama akan diperoleh :

V1 = R2 .V V1 = R2
R1 + R2 v R1 + R2

Dari kedua persamaan diatas diperoleh :

V1 = R1
V2 R2
Dimana bedapotensial pasa kedua tahanan terbagi sebanding dengan nilai
tahanannya .
Pada saat rangkaian diatas dibebani Rx ,maka :

I2 0

i1

R1

V i2

i3

R2 R3
Gambar 5.17 pembagi tegangan dengan beban

Rtotal= R1 +R2 // RX
= R1 + R2 . RX
R2 + RX

Maka: I1 = V = V
Rtotal R1 + R2. Rx
R2 + Rx

Penurunan tegangan pada R1 ( tegangan jatuh pada R1)

V1 = i1 . R1
= V . R1
R1+ R2. Rx
R2 + Rx

Penurunan tegangan pada beban Rx.

V2 = V - V1

V . R1
V- R . Rx
= R1+ 2
R2 + R x

R2Rx
= R 1 R 2 + R 1 R X + R2 R X . V [V]

Dengan membuat tahanan R2 jauh lebih kecil dari pada tahanan beban Rx, maka
tegangan V2 akan lebih konstan terhadap perubahan beban Rx, karena arus yang
mengalir pada R2 (i3) jauh lebih besar dari pada i2 (arus yang mengalir pada beban Rx).
Hal ini sering dilakukan pada sumber tegangan untuk memperoleh tegangan output
yang konstan (stabil), dan dalam hal ini R2 disebut dengan tahanan "bleeder".

Contoh pemakaian rangkaian dengan menggunakan potensiometer dan pembagi


tegangan :

ke
IT TRAFO rangkaian
selanjutnya

390k
CT

P1 C
-
B
6V
2 SB 175
5
pick
K E +
up
VO VB

VE

Gambar 5.18. Rangkaian penguat awal/mula phonograph

Potensiometer P1 berfungsi sebagai pembagi tegangan bolak-balik yag berasal dari


pick-up. Besarnya tegangan output atau tegangan terminal
tengah dari potensiometer(Vo) tergantung dari kedudukan terminal yang
bersangkutan, semakin ia mendekati terminal bawah (ground) maka tegangan
outputnya semakin kecil. Sebaliknya bila ia semakin ke atas, tegangan outputnya
semakin besar. Dan bila ia tepat diatas, maka semua tegangan dari pick-up
dipindahkan ke terminal output. Oleh karena itu rangkaian
semacam ini sering dipakai sebagai volume pengeras suara (amplifier) untuk
mengeraskan dan mengecilkan suara. Serkarang kita lihat
rangkaian berikutnya. Karena tegangan basis VB merupakan tegangan bias
transistor yang menentukan kerja dari transistor tersebut, maka di dalam
perencanaannya kita harus mengetahuinya, demikian pula tegangan emiter VE.
Dengan mengabaikan rangkaian-rangkaian lainnya, untuk basis dapat kita buat
seperti gambar berikut :

R1
390K

V=6V 2SB175

+ E
R2
27K

Gambar 5.19. Pembagi tegangan pada rangkaian transistor


Atau :

V = (I.R)
R2 E2
I2
I1 I3
R1
R3

I4 R4 E4
Gambar 5.22. Rangkaian tertutup

Gambar diatas adalah bagian dari sutu rangkaian, dimana arah arus dapat ditentukan
dengan memakai hukum Kirchhoff I.

2. Pemakaian Hukum Kirchhoff.

Di dalam pemakaian Hukum Kirchhoff ini kita harus memenuhi persyaratan dan
urutan langkah tertentu sebagai berikut :

R1= 12 R2= 10
a b c

V1=8V R3= 6 V2=6


V
g
V3=2V

d e f
Gambar 5.32. Rangkaian dengan tiga sumber tegangan

Pada suatu rangkaian dengan tiga buah sumber tegangan seperti pada gambar 5.23.
diatas ditanyakan berapa besarnya arus yang melalui tiap-tiap tahanan?

Langkah-langkah yang harus diambil :

1. Mula-mula arah arus yang melalui tiap-tiap tahanan di misalkan terlebih dahulu
secara sembarang dengan catatan bila menurut hasil perhitungan ternyata arus
tersebut positif berarti arah arus yang dimisalkan benar, sebaliknya bila
menurut perhitungan ternyata arus tersebut negatif berarti arah arus yang
sesungguhnya berlawanan dengan arah arus yang dimisalkan.
2. Kemudian tentukan arah loop (arah rangkaian tertutup) secara sembarang pula,
dengan catatan bahwa arus-arus yang mempunyai arah yang sama dengan
arah loop berarti berharga positif dan yang berlawanan berharga negatif.
Demikian juga untuk sumber tegangan yang mempunyai arah yang dama
dengan arah loop berharga positif dan yang berlawanan berharga negatif.
Misalkan arah loop I : a b e - d ; . dan arah loop II : b c f
e.
3. Diketahui rangkaian diatas mempunyai 7 "node" , yaitu a, b, c, d, e, f dan g
serta mempunyai 2 "junction", yaitu b dan c.
"Node" adalah suatu titik pertemuan dari 2 buah elemen rangkaian atau lebih.
"Junction" adalah suatu titik pertemuan dari 3 buah elemen atau lebih.
4. Bila ada n loop, maka soal tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan n
persamaan dari hukum Kirchhoff II. Dan bila ada n junction, maka soal tersebut
dapat di selesaikan dengan menggunakan (n-1) persamaan dari hukum
Kirchhoff I.

Selanjutnya persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan aljabar


biasa.

Penyelesaian:

Hukum Kirchhoff I (KCL): I = 0.

Karena hanya ada 2 buah node, maka yang dibutuhkan cukup 1 persamaan.

Misalkan pada node b:

I1 + I2 + I3 = 0 . . . . . . . . . . (1)

Hukum Kirchhoff II (KVL): v = (I.R)

Karena ada 2 buah loop, maka dibutuhkan 2 persamaan, yaitu:


Pada loop I:
V = (I.R)
V1 V3 = I1.R1-I3.R3
8-2 = I1.12-I3.6
6 = 12I16I3. . . . . . . . . . (2)
Pada loop II:
V = (I.R)
V3 V2= -I2.R2+ I3.R3
2-6 = -I2.10+ I3.6
-4 = -10 I2+ 6I3 . . . . . . . . . . (3)

(1) I1 + I2 + I3 = 0

I1 = -I2 I3 . . . . . . . . . . (4)

(4) disubstitusikan ke (2):

12 I1 6 I3 = 6

12 (-I2 I3) 6 I3 = 6

-12 I2 12 I3 6 I3 = 6

-12 I2 18 I3 = 6 . . . . . . . . . . (5)

(5) -12 I2 18 I3 = 6

(3) -10 I2 + 6 I3 = -4

Dengan menggunakan determinan akan diperoleh:

12 18
= = -72 180 = -252
10 6

618
I2 3672
I2 = = 4 6 = = 0,143 A
252
252

12 6
I3 48+60
I3 = = 14 = = -0,429 A
252
252

(arah arus sebenarnya berlawanan arah dengan arah arus yang dimisalkan)

(4) I1 = -I2 I3

= -0,143 (-0,429)

= -0,143 + 0,429

= 0,286 A
Jadi: I1 = 0,286 A

I2 = 0,143 A

I3 = -0,429 A

Koreksi:

Didalam setiap penyelesaian soal usahakanlah selalu ada koreksi, apakah hasil
perhitungan sudah benar atau belum.

Contoh:

VR1 = I1 . R1 = 0,286 . 12 = 3,432 V

Vbe = V1 - VR1 = 8 3,432 = 4,568 V

VR2 = I2 . R2 = 0,143 . 10 = 1,43 V

Vbe = V2 - VR2 = 6 1,43 = 4,57 V

VR3 = I3 . R3 = -0,429 . 6 = -2,574 V

Vbe = V3 - VR3 = 2 (-2,574) = 4,574 V

Ternyata besarnya Vbe menurut perhitungan diatas adalah hampir sama (seharusnya
sama, hal ini karena adanya pembulatan angka), berarti perhitungan diatas adalah
benar.

Bila kita tidak ingin menggunakan determinan, soal diatas juga dapat diselesaikan
dengan aljabar biasa seperti dibawah ini:

(3) -10 I2 + 6 I3 = -4 x3

(5) -12 I2 18 I3 = 6 x1

-30 I2+ 18 I3 = -12

-12 I2 18 I3 = 6 +

-42 I2 = -6

6
I2 = 42 = 0,143 A

(3) -10 I2 + 6 I3 = -4

-10 . 0,143 + 6 I3 = -4

-1,43 + 6 I3 = -4

6 I3 = -4 + 1,43
2,57
I3 = 6 = -0,428 A

(4) I1 = -I2 I3

= -0,143 + 0,428

= 0,285 A

Jadi: I1 = 0,286 A

I2 = 0,143 A

I3 = -0,429 A

5.5. TEORI LOOP

Penyelesaian suatu persoalan dari suatu rangkaian yang kompleks juga dapat
menggunakan teori loop.

Teori loop sebenarnya merupakan perkembangan dari hukum Kirchhoff, hanya


pemisalan arusnya bukan arus yang sebenarnya (arus terukur) tetapi arus yang
dimisalkan bersirkulasi dalam suatu rangkaian tertutup (loop). Sedangkan arus
sebenarnya adalah jumlah aljabar dari masing-masing arus loop. Ketentuan-ketentuan
lain sama dengan penyelesaian dengan menggunakan hukum kirchhoff.

Sebagai contoh kita ambil gambar 5.23. yang akan kita selesaikan dengan teori loop.

R1=12 R2=10

+ +
R3=6
II V2=6V
V1=8 I
+ I2 -
- I1
V3=2V
-

Gambar 5.24. penyelesaian persoalan dengan teori loop.

Penyelesaian:

Pada loop I:
V = (I.R)
V1 V3 = I1(R1 + R3) I2 . R3
8-2 = I1(12 + 6) I2 .6
6 = 18 I1 6 I2. . . . . . . . . . (1)
Pada loop II:
V = (I.R)
V3 V2= -I2(R2 + R3) I1.R3
2-6 = -I2(10 + 6) I1 .6
-4 = -6 I2 + 16I2. . . . . . . . . . (2)

(1) 18 I1 6 I2 = 6

(2) -6 I2 + 16 I2 = -4

Dengan menggunakan determinan maka akan diperoleh:

18 6
= = 288 36 = 252
6 16

66
I1 9624
I1 = = 4 16 = = 0,286 A
252
252

186
I2 72+36
I2 = = 64 = = -0,143 A
252
252

Arus sebenarnya pada:

R1: IR1 = I1 = 0,286 A

R2 : IR2= I2 = -0,143 A

(tanda () menunjukkan bahwa arah arus yang sebenarnya berlawanan dengan arah
pemisah loop)

05. 6. TEORI SUPERPOSISI.

Kemungkinan lain untuk menyelesaikan persoalan suatu rangkaian yang mempunyai


lebih dari suatu sumber tegangan/arus ialah dengan memakai prinsip superposisi,
yaitu :

The current flowing in any branch of a network is the algebraic sum of


the currents due to each source of e.m.f. taken separately.

When one e.m.f. is being considered the other e.m.f.s are assumed to
be replaced by their internal resistances.

Arus yang mengalir pada suatu sistim adalah jumlah aljabar semua arus
yang disebabkan oleh tiap-tiap sumber tegangan yang diambil secara
terpisah.
Jadi apabila satu sumber tegangan diambil sebagai sumber, maka
sumber-sumber tegangan lainnya diganti dengan tahanan dalamnya.

Catatan :Bila ada sumber arus maka pada saat suatu sumber tegangan
menjadi sumber, sumber arus tersebut dibuka (open circuit).

Pada rangkaian di bawah ini akan dihitung harga arus yang melalui RC.

RA i i RB
1 3

i
1

R1 RC R2

+ +

- -

Gambar 5.25. Rangkaian dengan dua sumber tegangan.

Dengan memakai teori superposisi dapat diselesaikan dalam dua bagian seperti
berikut ini :

RA I1 I3RB RA I1 I3 RB

R1 RC R2 R1 RC R2

E1 E2

Gambar 5.26. Penyelesaian rangkaian dengan teori superposisi


Arus yang mengalir melalui tahanan RC adalah jumlah aljabar arus i2 (arus yang
dihasilkan oleh E1 dengan E2 = 0) dan arus i2 (arus yang dihasilakan oleh E2
dengan E1 = 0), maka

i2 = i2 + i2

Dengan cara yang sama akan diperoleh arus pada cabang yang lain, yaitu :

i1 = i1 i1

i3 = i3 i3

Persamaan menjadi negatif, karena arah arus antara i 1 dan i2 serta i3 dan i3
saling berlawanan.

Contoh :

Kita selesaikan soal pada gambar 5.23 dengan teori superposisi.

Penyelesaian :

Pada gambar V1 aktif, rangkaian menjadi sebagai berikut :

R1=12 i1 A i2R2=10

i3

V1=8V R3=6

Gambar 5.27. Penyelesaian rangkaian dengan teori superposisi pada

V1 aktif.

Karena tahanan dalam dari sumber tegangan V 2 dan V3 adalah nol, maka
sumber tegangan V2 dan V3 dihubung singkat.

RAB= R2// R3

6 x 10
= 6+10 = 3,75 Ohm
V1
i1 = R 1+ R AB

8 8
= 12+3,75 = 15,75 = 0,508 A .

R3
I2 = R 2+ R 3 x i1

6
= 6 +10 x 0,508 = 0,191 A .

I3 = i1 - i2

= 0,508 0,191 = 0,317 A .

Pada sumber V2 aktif, rangkaian menjadi sebagai berikut :

R1=12 i1 A i2R2=10

i3

R3=6 V2=6V

Gambar 5.27.b. Penyelesaian rangkaian dengan teori superposisi pada V2 aktif

RAB = R1// R3

12 x 6 72
= 12+6 = 18 = 4 Ohm

R 2+ R AB }
i2 = V2

6 6
= 10+ 4 = 14 = 0,429 A .
R3
i1 = R 1+ R 3 x i2

6
= 12+6 x 0,429 = 0,143 A .

i3 = i2 i1

= 0,429 0,143 = 0,286 A .

Pada gambarV3 aktif, rangkaian menjadi sebagai berikut :

R1=12 i1A i2R2=10

i3

R3=6

V3=2V

Gambar 5.27. Penyelesaian rangkaian dengan teori superposisi padaV3 aktif.

RAB= R1// R2

12 x 10 120
= 12+10 = 22 = 5,46 Ohm

R 3+ R AB '}
i3 = V3

2 2
= 6 +5,46 = 11,46 = 0,175 A .
R1
i2 = R 1+ R 2 x i3

12
= 12+10 x 0,175 = 0,096 A .

i1 = i3 i2

= 0,175 0,096 = 0,079 A .

Arus sebenarya :

i1 = i1 i1 - i1

= 0,508 0,143 0,079

= 0,286 A .

i2 = i2 i2 i2

= 0,191 0,429 + 0,096

= -0,142 A .

(tanda negatif berarti arah arus i 2 sama dengan arus i2 atau


berlawanan dengan arah arus i2 atau i2).

i3 = i3 + i3 i3

= 0,317 + 0,286 0,175

= 0,428 A .

Jadi :

IR1 = i1 = 0,286 A .

IR2 = i2 =-0,142 A .

IR = i3 = 0,428 A .
3

05.7. METODA NODE VOLTAGE.

Dalam suatu pengukuran suatu rangkaian diperlukan suatu titik acuan (reference)
yang umumnya disebut dengan groud, dengan simbol seperti pada gambar 5.28.
Pada gambar 5.28 terlihat bahwa node e mempunyai tegangan sebesar V1 dan node c
mempunyai tegangan sebesar V2 yang diukur terhadap ground.

a R1 I1 b I2 R2 c

I3

V1R3 V1

Gambar 5.28. penyelesaian rangkaian dengan metoda node voltage.

Tegangan pada junction b belum diketahui (V bd = Vb), dan tegangan ini dapat
dicari dengan mempergunakan arus-arus cabang. Persamaan yang dipergunakan
adalah dengan hukum Kirchhoff I (KCL) pada junction b. Dan untuk mempermudah
persamaan berikutnya, arus pada cabang-cabang dari junction b dibuat meninggalkan
junction tersebut.
Jadi :

I=0
-I1 - I2 - I3 = 0
I1 + I2 + I3 =0
Tetapi tegangan pada R1 adalah merupakan perbedaan potensial/tegangan antara titik
a dan b. Dari sini kita dapatkan :
V b V1
I1 = R 1

Demikian pula yang terjadi pada R2 dan R3.


V b V1
I1 = R2

Vb 0 Vb
I1 = R 3 = R3

Bila hasil-hasil tersebut di atas disubstitusikan ke persamaan sebelumnya, maka akan


diperoleh :
I 1 + I2 + I3 = 0
V b V1 V b V2 Vb
R1 + R2 + R3 =0

Contoh :
Sebagai contoh kita selesaikan gambar 5.23 dengan metode node voltage :

Gambar 5.29. Penyelesaian Rangkaian dengan metode node voltage

Pada Gambar diatas sebagai titik acuan adalah titik-titik d, e dan f.

Pada node b :

I 1 + I 2 + I 3=0

V bV 1 V b V 2 V bV 3
+ + =0
R1 R2 R3

V b8 V b6 V b2
+ + =0
12 10 6

5 V b 40+6 V b36+10 V b 20
=0
60

21V b96=0

96
V b= =4,57 Volt
21

V b V 1 4,578
I1 = = =0,286 A
R1 10
(tanda negatif berarti arus yang sebenarnya berlawanan arah dengan arah arus
pemisalan)

V b V 2 4,576
I2 = = =0,143 A
R2 10

V bV 3 4,572
I3 = = =0,428 A
R3 6

I 1 =0,286 A
Jadi :

I 2 =0,143 A

I 3 =0,428 A .

Dari hasil di atas disimpulkan bahwa :

1. Dengan Metode node voltage penyelesaian akan lebih sederhana.


2. Jumlah persamaan yang dipergunakan oleh metode node voltage adalah jumlah
junction dikurangi satu, n = j - 1

05.8 TEORI THEVENIN

Teori Thevenin sangat berguna untuk menyederhanakan suatu rangkaian, khususnya


rangkaian elektronia.

Teori ini ditemukan oleh seorang Perancis, M.L. Thevenin (1883) yang mengatakan
bahwa :

Any two terminals of a network composed of linear passive and active circuit
elements may be replaced by a equivalent voltage source and an equivalent
series resistance.

he voltage source is equel to the potential difference between the two terminals
points caused by the active network with no external elements connected to
these terminals. The series resistance is the equivalent resistance looking into
the two terminal points with all power source within the pain in active.

Pada setiap dua terminal yang terdapat pada suatu rangkaian yang terdiri dari
elemen-elemen rankaian pasif dan aktif dapat digantikan oleh satu sumber
tegangan dan satu tahanan pengganti yang dihubungkan seri denga sumber
tegangan.
Sumber tegangan itu adalah sama dengan perbedaan potensial yang terdapat
pada kedua titik terminal tersebut yang disebabkan oleh adanya elemen aktif
dan dengan syarat tanpa adanya elemen tambahan (yang berasal dari luar)
yang dihubunhkan pada kedua terminal tersebut. Sedangkan tahanan seri
adalah tahanan pengganti pada kedua terminal tersebut dengan syarat
menghubungsingkatkan seluruh sumber daya.

Kotak hitam pada gambar 5.30. mempunyai terminal keluaran (output)a dan b.
Dengan teori Thevenin kotak hitam tersebut dapat dibuat rangkaian
penggantinya dengan suatu sumber tegangan VTH dan tahanan dalam sumber
tegangan RTH yang terpasang seri (lihat gambar 5.30.b.).

KOTAK HITAM

+ a

RL

- b

RTH +a

RL

VTH

-b

Gambar 5.30. suatu kotak hitam dengan rangkaian penggantinya menurut teori
Thevenin.

VTH adalah tegangan pada rangkaian terbuka (open cicuit voltage VOC) pada terminal a-
b, dengan kata lain VTH adakah tegangan yang dihasilkan kotak hitam tersebut yang
keluar pada terminal a-b.

Sedangkan RTH adalah besarnya tahanan yang diukur/dilihat dari terminal a-b (Internal
Resistance Ri) .

Jadi urutan langkah untuk memperoleh rangkaian pengganti Thevenin adalah :

1. Hitung tegangan Vab dengan membuka terminal a-b


2. Hitung tahanan pengganti Rab yang dilihat dari terminal a-b tersebut.
3. Jadi Vab = VTH dan Rab = RTH

Contah:
Suatu rangkaian dengan konfigurasi seperti pada gambar 5.31. akan dihitung
besarnya arus yang mengalir melalui

Beban RL sebesar 10 Ohm, 50 Ohm dan 200 Ohm.

a R1 = 40 b R3 = 60 S Ri = 73,33 c

V= 120 V R2 = 20 RL Voc = 40 V RL

d d

(a) (b)

Gambar 5. 31. Rangkaian sebenarnya dan rangkaian pengganti Thevein.

Penyelesaian :

Buat rangkaian pengganti (equivalent) dari rangkaian sebenarnya (lihat


gambar 5.31.).

Tegangan Voc adalah sama dengan tegangan Vcd (= Vbd).

R2
Vbd = Vcd = Voc = R 1+ R 2 x v

20
x 120
= 40+20

= 40 Volt.

Ri adalah tahanan yang dilihat dari titik c-d dengan sumber tegangan V
diganti tahanan dalamnya (Rd = 0).

Ri = R3 + R1 / / R2

40 x 20
= 60+ 40+ 20 = 73,33 Ohm .

Jadi rangkaian pengganti Thevenin dilihat dari titik c-d adalah seperti pada
gambar 5.31.b. di atas.

Pada RL = 10 Ohm :
Voc
I= Ri + RL

40
= 73,33+10 = 0,48 A .

Pada RL = 50 Ohm :

40
I = 73,33+50 = 0,353 A .

Pada RL = 200 Ohm :

40
I = 73,33+200 = 0,146 A .

5.9. TEORI NORTON.

Teori Norton ini sebenarnya mengubah sumber tegangan menjadi summber arus.

S S

Ri Ri RL

Vs
I=
V RL Ri

vS

(a) (b)

Gambar 5. 32. Rangkaian sumber tegangan sederhana dan rangkaian pengganti


Norton.

Bila besarnya RL pada rangkaian di atas dibuat sama dengannol, arus akan mengalir
melalui terminal output. Besarnya arus yang mengalir sama dengan arus maksimum
yang dapat diberikan oleh sumber tegangan.

Vs
I = Ri
Arus inilah yang disebut arus Norton (short circuit current), dan rangkaian pegganti
Norton adalah seperti pada gambar 5. 32.b. di atas.

Teori Norton menyatakan sebagai berikut :

Any two terminals of a network compossed of linear passive and active


circuit element may be replaced by an equivalent current source and a
parallel resistance.

The current of the source is the current measured in the short circuit
placed across the terminal pair. The parallel resistances is the equivalent
resistance looking into the terminal pair with all independent power
sources in active.

pada setiap dua terminal yang terdapat pada suatu rangkaian yang
terdiri dari elemen-elemen rangkaian aktif dan pasif akan dapat
digantikan oleh suatu sumber arus dan satu tahanan pengganti yang
dihubungkan parallel terhadap sumber arus. Sumber arus itu diukur
dengan cara menghubungsingkatkan kedua terminal tersebut. Sedangkan
tahanan parallel adalah tahanan pengganti yang dilihat dari kedua
terminal tersebut dengan menghubungsingkatkan sumber daya.

Contoh :

Dengan menggunakan teori Norton, hitunglah arus yang mengalir melalui R 3 pada
rangkaian di bawah ini.

I S I S

Ri=40 R2=60 Ii I3

R3=11
I
V1=120V V2=65V R3= 11 I=4,083 Ri=24

(a) (b)

Gambar 5.33. Rangkaian sebenarnya dan rangkaian pengganti Norton

Penyelesaian :

Untuk mendapatkan rangkaian pengganti sumber arus, terminal output


dihubungsingkatkan. Dalam hal ini ada dua buah arus yang menglir dan saling
menjumlah, yaitu dari sumber V1 dan dari sumber V2 .

I = I1 + I2
V1 V2
= R1+ R2

120 65
+
= 40 60

= 4,083 A .

Besarnya tahanan dalam Ri dilihat dari terminal output (sumber tegangan


diganti dengan tahanan dalamnya masing-masing) adalah :

Ri = R1 / / R2

40 x 60
= 40+ 60 = 24 Ohm .

Dengan demikian rangkaian pengganti Norton seperti pada gambar 5.33.b.

Bila kemudian saklar S ditutup, arus I akan berbagi dua menjadi I i dan I3 yang
masing-masing mengalir melalui Ri dan beban R3.

Jadi besarnya arus yang mengalir melalui beban R3 adalah :

Ri
I3 = Ri + R 3 x I

24
= 24 +21 x 4,083 = 2,8 A .

05.10. TEORI DAYA MAKSIMAL

Sumber tegangan dan sumber arus sebenarnya adalah suatu sumber tenaga.
Masalahnya sekarang apakah daya yang di hasilkan sumber bisa dimanfaatkan
seluruhnya oleh beban? Ini penting sekali dalam perencanaan beban suatu rangkaian
elektronika (misalnya : amplifier). Beban pada umumnya tidak konstan, tetapi
bervariasi pada harga-harga tertentu. Daya yang di berikan sumber pada beban harus
semaksimal mungkin. Pada saat itu di katakana beban telah matching dengan
sumber.
Kalau kita mempunyai rangkaian sumber tegangan seperti pada gambar 5.34. di
bawah ini, hitunglah nilai RL agar daya pada RL maksimum?

I S

Ri=100 RL

V=12V

Gb. 5.34. Rangkaian sumber tegangan dengan bebab yang variabel

5. Pada suatu transformasi hubungan segitiga ke bintang :


Tahanan penggani /ekivalen pada hubungan bintang
adalah hasil kali dua buah tahanan pada hubungan
segitiga yang mengapitnya dibagi dengan jumlah ketiga
buah tahanan pada hubungan segitiga tersebut.

6. Pada suatu transformasi hubungan bintang ke segitiga :


Tahanan pengganti/ekivalen pada hubungan segitiga
adalah jumlah dua buah tahanan pada hubungan bintang
yang mengapitnya ditambah dengan hasil kali dua buah
tahanan tersebut yang dibagi dengan tahanan yang
ketiga pada hubungan bintang (yang ada didepannya).

7. Pada suatu rangkaian jembatan wheatstone :


Hasil kali tahanan atau tegangan yang
berseberangan akan sama besarnya bila pada saat itu
dalam keadaan setimbang.

P . R = Q. X

8. Pada suatu rangkaian yang terdiri dari suatu sumber tegangan (V) dan dua buah
tahanan (R1 dan R2) yang dihubungkian seri, tegangan pada tiap-tiap tahanan
tersebut adalah :

9. Hokum kirchhoff I (kirchhoff Current La , KCL) :


Jumlah aljabar dari semua arus yang melalui suatu
titik atau junction dalam suatu rangkaian adalah nol ( I
= 0)

10. Hukum Kirchoff II (Kirchoff Voltage Law, KVL) :


Jumlah aljabar dari semua tegangan pada suatu lintasan/rangkaian tertutup
adalah sama dengan jumlah tegangan jatuh (voltage drop) pada masing-masing
tahanannya.

V = (I.R)\

11. Teori Superposisi :

Arus yang mengalir pada suatu system adalah jumlah aljabar dri semua arus
yang disebabkan oleh tiap-tiap sumber tegangan yang diambil secara terpisah.
Jadi apabila suatu sumber tegangan diambil sebagai sumber, maka sumber-
sumber tegangan lainnya diganti dengan tahanan dalamnya. Tetapi bila ada
sumber arus, maka pada saat suatu sumber tegangan menjadi sumber aktif
sumber arus tersebut dibuka (open circuit).

12. Teori Thevenin :

Pada setiap dua terminal yang terdapat pada suatu rangkaian yang terdiri dari
elemen-elemen rangkaian pasif dan aktif dapat digantikan oleh satu sumber
tegangan (VTH) dan satu tahanan pengganti (RTH) yang dihubungkan seri.

SOAL SOAL DAN JAWABAN

1. Hitung arus yang melalui R = 12 pada problem 5.1. ? (2A).


2. Hitung arus arus cabang pada problem 5.2. dengan menggunakan :
a) Metoda arus loop.
b) Metoda node voltage.
c) Metoda superposisi.
(4A, -1A, 3A).
3. Hitung arus I yang melalui R = 10 pada problem 5.3. dengan menggunakan :
a) Metoda arus loop.
b) Metoda node voltage.
(3A)

6 3 1 \

60V 3 10 4

Problem 5. 7

7 . Hitung arus I yang melalui R = 10 pada problem 5.7 (2A)

10

Ria = 12 Rib = 3 1 2
2
RL = 6
50V 3A 5

Va = 42V
Vb = 35V
Problem 5. 8 Problem 5. 9

8 . Dua buah baterai A dan B dalam hubungan parallel diberi beban RL = 6.


Tegangan baterai A dan B pada keadaan terbuka (open circuit) masing-masing adalah
42V dan 35V. Sedangkan tahanan dalamnya masing-masing adalah 12 dan 3 .

a) Hitung arus yang diberikan oleh baterai A dan hitung pula daya yang
didisipasikan pada tahanan dalamnya. (1,33 A , 21,33W)
b) Hitung arus yang diberikan oleh baterai B dan hitung pula daya yang
didisipasikan pada tahanan dalamnya. (3 A , 27 W)
c) Hitung arus yang melalui beban RL dan daya yang didisipasikannya. (4,33 A ,
112,67 W)

17. 6 12V 14

B
5 A 6 24 10

Hitunglah :

a) Tahanan total dari rangkaian di atas. (18 )


b) Arus yang dikeluarkan batere. (0,67 A)
c) Beda potensial antara titik A dan titik B. (4 V)

6K 12K

18. 1K6 12K

4K 3K

+ 120V -

Hitunglah :

a) Tegangan pada tahanan 1k6 . (32 V)


b) Arus yang melalui resistor 4 k. (12 mA)
c) Daya yang didisipasikan pada resistor 6 k. (384 mW)

19. Dua buah lampu masing-masing 100 V, 75 W dihubunngkan secara seri. Bila
kedua lampu itu dihubungkan dengan sumber tegangan sebesar 240 V, hitunglah
:

a) tahanan total dari kedua lampu tersebut. (266,66 )

b) daya yang didisipasikan pada kedua lampu. (216 W)

Anda mungkin juga menyukai