Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum

Daya Hantar Listrik dan Elektrolisis dari Berbagai Jenis Obat

Disusun oleh:

Nama : Clarista Windi Ulandari

NIM : 14820119008

Semester : III ( Tiga )

Mata Kuliah : Praktikum Analisa Fisiokimia

Dosen Pengampu : Aung Sumbono, M.Si

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PRODI FARMASI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH

SORONG

2020
COVER ………………………………………………………………………..

I. PENDAHULUAN ………………………………………………………..

II. TUJUAN ………………………………………………………………….

III. LANDASAN TEORI ………………………………………………………...

IV. PROSEDUR PRAKTIKUM …………………………………………………….

V. ALAT DAN BAHAN …………………………………………………………..

VI. HASIL PENGAMATAN ……………………………………………………

VII. PEMBAHASAN………………………………………………….

VIII. KESIMPULAN ……………………………………………………………………

IX. DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………

X. LAMPIRAN ………………………………………………………………………
I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daya hantar listrik adalah kemapuan benda dalam menghantarkan listrik (Rosella,2010).
Listrik dapat berjalan disebabkan oleh adanya arus listrik. Arus listrik dapat mengalir karena
adanya aliran elektron yang dapat mengalir melalui larutan-larutan yang bersifat elektrolit.
Larutan ada yang dapat menghantarkan arus listrik dan tidak dapat menghantarkan arus
listrik, hal ini disebut larutan elektrolit dan non elektrolit. Sifat daya hantar listrik melalui
larutan dapat diketahui menggunakan serangkaian uji elektrolit.

a). Elektrokimia

Elektrokimia adalah serangkaian pemisahan muatan yang terjadi di dalam media cair seperti
larutan. Pemisahan larutan homogen dengan elektrokimia menerapkan prinsip dari reaksi
oksidasi dan reaksi reduksi dimana salah satu zat yang dipisahkan nantinya akan mengalami
pengendapan menjadi bentuk padatan sehingga dapat dipisahkan dari larutannya. Dalam
elektrokimia juga melibatkan dua buah elektroda penghantar yaitu anoda dan katoda.

Pertukaran antara energi listrik dan reaksi kimia memiliki aplikasi yang sangat luas dalam
kehidupan manusia seperti penerapan pada prinsip kerja baterai yang memberi daya pada
smartphone anda saat ini. Prinsip yang digunakan pada baterai juga menerapkan reaksi redoks
dimana oksidasi menyebabkan hilangnya satu atau lebih elektron pada satu spesies kimia
sedangkan reduksi adalah penambahan satu atau lebih elektron dalam satu spesies kimia.

Ketika reaksi oksidasi dan reduksi dipasangkan bersama dalam suatu reaksi redoks, elektron
dapat mengalir dari spesies ter-oksidasi ke spesies ter-reduksi. Aliran elektron tersebut dapat
secara spontan dihasilkan oleh reaksi dan menyebabkan energi listrik dalam satu sel. Hal itulah
yang dimanfaatkan pada prinsip kerja baterai yang ada hingga saat ini.

b). Elektrolisis

Elektrolisis adalah proses penguraian suatu elektrolit dengan arus listrik, dimana energi
listrik (arus listrik) tersebut akan diubah menjadi energi kimia (reaksi oksidasi-reduksi) melalui
elektroda-elektrodanya.

Elektroda yang menerima elektron dari sumber arus listrik adalah katoda yang akan
mengalami reaksi reduksi dimana elektrodanya bermuatan negatif (-), sedangkan elektroda yang
mengalirkan elektron kembali ke sumber arus adalah anoda yang akan mengalami reaksi oksidasi
dimana elektrodanya bermuatan positif (+).
II. TUJUAN

1. Untuk melihat daya hantar listrik dan elektrolisis dari berbagai jenis obat
2. Untuk mengetahui apa itu elektrokimia dan elektrolisis
3. Untuk mengetahui perbedaan dari elektrokimia dan elektrolisis
4. Untuk mengetahui apa saja yang terjadi pada larutan setelah direaksikan

III. LANDASAN TEORI

Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi rendahnya
berkaitan erat dengan nilai salinitas. Kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik yang
dinyatakan dalam µmhos/cm (µS/cm).

Konduktivitas (Daya Hantar Listrik / DHL) adalah gambaran numeric darikemampuan air
untuk meneruskan listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat
terionisasi, semakin banyak pula nilai DHL. Reaktivitas, bilangan valensi, dan kosentrasi
ion-ion terlarut sangat dipengaruhi oleh nilai-nilaiDHL. Senyawa organic adalah penghantar
listrik (konduktor) yang baik, sedangkansenyawa anorganik adalah penghantar listrik
(konduktor) yang lemah. Alat yangdigunakan adalah SCT (SALINO CONDUCTIVITY
METER).

Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terbagi menjadi dua golongan yaitu larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit adalah suatu zat apabila dilarutkan
dalam air menghasilkan suatu larutan yang dapat mengahantarkan arus listrik. Daya hantar
listrik larutan elektrolit bergantung pada jenis dan konsentrasinya. Beberapa larutan elektrolit
dapat menghantarkan arus listrik dengan baik meskipun konsentrasinya lemah, larutan ini
disebut larutan elektrolit kuat.

Air yang murni tidak akan menghantarkan listrik, tetapi jika ada zat bersifat asam, basa,
maupun garam yang dilarutkan maka larutan tersebut akan menghantarkan listrik. Secara
sederhana, kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan listrik dapat diuji dengan alat uji
elektrolit. Alat uji elektrolit terdiri dari sebuah bejana yang dihubungkan dengan dua buah
elektrode. Elektrode dihubungkan pada saklar dan lampu. Jika larutan elektrolit dimasukkan
ke dalam bejana tersebut, lampu akan menyala. Namun, jika larutan nonelektrolit yang
dimasukkan, lampu tidak akan menyala. Selain menguji coba dengan bejana, larutan elektrolit
juga bisa diamati perubahan kimianya. Salah satunya dengan perubahan timbulnya
gelembung-gelembung gas, perubahan warna larutan, dan terbentuk endapan.
Elektrokimia dan Elektrolisis
a). Elektrokimia
Elektrokimia adalah studi mengenai hubungan antara reaksi kimia dan listrik yang
menyertainya. Hal ini termasuk studi tentang arti perubahan kimia yang disebabkan karena
keberadaan arus listrik ataupun produksi energi listrik oleh reaksi kimia tertentu.

Terdapat dua jenis sel elektrokimia yaitu sel volta dan sel elektrolisis. Berikut adalah
penjelasannya ;

- Sel Volta

Sel volta atau dikenal sebagai sel galvanik merupakan sel elektrokimia yang pertama kali
ditemukan pada tahun 1800-an oleh Alessandro Volta dan Luigi Galvani. Hingga saat ini, sel
volta ini telah berkembang menjadi komponen baterai seperti yang sudah dibahas sebelumnya.

Dalam pengertiannya, sel volta adalah sel elektrokimia yang didalamnya terjadi reaksi kimia
yang menghasilkan energi listrik proporsional.

Sel volta memiliki prinsip kerja yaitu ketika dua plat logam yang berbeda sebagai elektroda
secara bersamaan direndam dalam larutan elektrolit yang memiliki reaktivitas lebih tinggi
dengan plat tersebut, maka hal ini akan menyebabkan ion logam didalamnya larut sebagai ion
bermuatan positif dan meninggalkan elektron bebas pada plat, oleh karena itu plat logam menjadi
bermuatan negatif.

Pada plat logam yang lain dimana reaktivitasnya lebih rendah akan cenderung menarik ion
positif yang ada pada larutan elektrolit untuk menempel pada permukaannya sehingga
menyebabkan plat ini menjadi bermuatan positif. Jika kedua plat ini terhubung melalui sebuah
konduktor, maka elektron akan mengalir dan menyebabkan arus listrik terbentuk mengalir
melaluinya.

Besar arus listrik yang dihasilkan akan sebanding dengan jumlah muatan positif dan negatif
yang ada pada masing-masing plat logam.

Contoh penerapan sel Volta


Gambar tersebut menunjukkan sel volta sederhana dimana asam sulfat H2SO4 menjadi larutan
elektrolit dalam reaksi tersebut. Sedangkan dua logam sebagai elektroda yaitu zinc (Zn) dan juga
tembaga (Cu). Kedua elektroda tersebut dihubungkan dengan sebuah konduktor yang terdapat
lampu untuk membuktikan keberadaan arus listrik.

Reaksi yang terjadi didalam sel volta

Pada larutan : H2SO4 –> 2H+ + SO42-

Pada larutan : Zn2+ + SO42- –> ZnSO4

Pada elektroda Zn : Zn –> Zn2+ + 2 e–

Pada elektroda Cu : 2H+ + 2e– –> H2 (gas)

- Sel Elektrolisis

Sel elektrolisis adalah jenis lain dari sel elektrokimia dimana sel elektrolisis ini bekerja
dengan prinsip yang berlawanan dengan sel volta. Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia
yang mendorong terjadinya reaksi kimia dengan adanya aliran listrik di dalamnya.

Sel elektrolisis bekerja dengan digunakan juga dua elektroda yang direndam dalam larutan
elektrolit dimana kedua elektroda yang digunakan memiliki perbedaan potensial dengan adanya
sumber listrik sehingga menyebabkan salah satu elektroda bermuatan positif sedangkan satu
yang lainnya bermuatan negatif.

Adanya listrik menyebabkan usur elektrolit cair dipecah menjadi ion positif dan ion negatif
dimana ion negatif akan tertarik ke dalam elektroda positif sedangkan ion positif akan
diendapkan menjadi padatan yang menempel pada elektroda yang bermuatan negatif. Dengan
prinsip demikian, sel elektrolisis dapat digunakan dalam pemisahan suatu zat dari senyawa
tertentu.

Contoh dari sel elektrolisis


Digunakan larutan NaCl sebalai larutan elektrolit dan dua buah elektroda sebagai anoda dan
katoda serta dialiri oleh listrik melalui sebuah baterai. Ketika arus listrik dialirkan, maka
elektroda akan bermuatan positif dan negatif. Elektroda positif akan menarik ion Cl– dalam
larutan, sedangkan elektroda negatif akan menarik ion Na+ dalam larutan NaCl.

Reaksi yang terjadi didalam sel Elektrolisis

Pada katoda : Na+ + e– –> Na (endapan)

Pada anoda : 2Cl– –> + Cl2 + e–

Total reaksi : 2 NaCl –> 2Na (padat) + Cl2 (gas)

b). Elektrolisis

Elektrolisis adalah proses penguraian suatu elektrolit dengan arus listrik, dimana energi
listrik (arus listrik) tersebut akan diubah menjadi energi kimia (reaksi oksidasi-reduksi) melalui
elektroda-elektrodanya.

Elektroda yang menerima elektron dari sumber arus listrik adalah katoda yang akan
mengalami reaksi reduksi dimana elektrodanya bermuatan negatif (-), sedangkan elektroda yang
mengalirkan elektron kembali ke sumber arus adalah anoda yang akan mengalami reaksi oksidasi
dimana elektrodanya bermuatan positif (+).

Sel Elektrolisis

Dalam sel elektrolisis, terdapat ciri-ciri utama, yaitu :

1. Terdapat larutan elektrolit yang mengandung ion bebas, dimana salah satu komponen
ionnya terkandung ion dari anoda. Ion-ion tersebut nantinya akan memberi atau
menerima elektron yang akan mengalir melalui larutan elektrolit.
2. Terdapat sumber arus listrik dari luar untuk selanjutnya akan diubah menjadi energi
kimia.
3. Terdapat dua elektroda, dimana katoda (-) akan mengalami reduksi sedangkan anoda (+)
akan mengalami oksidasi.
Perbedaan antara sel volta atau elektrokimia dan sel elektrolisis ada pada perubahan energi
yang terjadi, proses terjadinya reaksi redox, pembagian sel, sifat anoda dan katoda serta sumber
elektron untuk sel.

Sel volta atau sel galvanik atau sel elektrokimia menghasilkan energi listrik secara spontan
atau langsung dari reaksi kimia yang terjadi di dalam larutan kimia di sel tersebut. Contoh sel
volta adalah baterai listrik.

Sedangkan sel elektrolisis adalah sel yang mengalami reaksi kimia ketika arus listrik
dialirkan ke sel tersebut. Contoh sel elektrolisis adalah penguraian garam menjadi unsur
pembentuknya, yaitu natrium dan chlorin, ketika larutan garam dialiri listrik.

IV. PROSEDUR PRAKTIKUM


A. Elektrokimia
1. Buatlah rangkaian arus listrik seperti pada gambar 1
2. Hancurkan dan larutkan obat dalam air dan masukkan kedalam gelas. Jumlah larutan
sekitar setengah volume gelas.
3. Masukkan kawat rangkaian listrik kedalam gelas yang telah berisi larutan obat.
4. Amati apapun kejadiannya selama 5 menit.
5. Lakukan kegiatan 1 sampai 4 untuk masing-masing obat

B. Elektrolisis
1. Buatlah rangkaian arus listrik seperti pada gambar 2
2. Hancurkan dan larutkan obat dalam air dan masukkan kedalam gelas. Jumlah larutan
sekitar setengah volume gelas.
3. Masukkan kawat rangkaian listrik kedalam gelas yang telah berisi larutan obat.
4. Amati apapun kejadiannya selama 5 menit.
5. Lakukan kegiatan 1 sampai 4 untuk masing-masing obat
V. ALAT DAN BAHAN

ALAT :

1. Kabel
2. Kawat atau tembaga ( bisa juga paku )
3. Gelas bening
4. Alat penumbuk
5. Isolator
6. Gunting
7. Solder ( jika diperlukan )

BAHAN :

1. Obat A ( Entrostop) 6 bh
2. Obat B ( Bodrex / Paracetamol ) 6 bh
3. Obat C ( Bodrexin ) 6 bh
4. Obat D ( Antalgin ) 6 bh
5. Obat E ( Oralit ) 2 sachet
6. Air Mineral kemasan 1500 ml
7. Baterai 1,5 volt ( 9 bh ) / aki motor 12 volt
8. Balon lampu 6 volt

VI. HASIL PENGAMATAN

A. Elektrokimia ( tanpa lampu )

No Jenis Obat Reaksi


1. Obat A ( Entrostop ) Bergas, bergelembung dan terjadi perubahan
warna pada larutan.
2. Obat B ( Bodrex / Paracetamol ) Ada gelembung
3. Obat C ( Bodrexin ) Ada gelembung
4. Obat D ( Antalgin ) Berbusa, ada gelembung, dan terjadi
perubahan warna pada larutan
5. Obat E ( Oralit ) Bergas dan terjadi perubahan warna pada
larutan.
B. Elektrolisis ( dengan balon lampu )

No. Jenis Obat Reaksi


1. Obat A ( Entrostop ) Lampu tidak menyala. Ada gelembung dan
bergas. Terjadi perubahan warna dari coklat
menjadi kehijauan
2. Obat B ( Bodrex / Paracetamol ) Lampu menyala redup. Ada gelembung kecil
3. Obat C ( Bodrexin ) Bergas diarea kawat yang positif ( Katoda )
4. Obat D ( Antalgin ) Lampu menyala redup. Bergelembung
banyak dan berbusa. Terjadi perubahan warna
pada larutan.
5. Obat E ( Oralit ) Lampu menyala terang, adanya uap dan
bergas banyak.

VII. PEMBAHASAN

Daya hantar listrik adalah kemapuan benda dalam menghantarkan listrik (Rosella,2010).
Listrik dapat berjalan disebabkan oleh adanya arus listrik. Arus listrik dapat mengalir karena
adanya aliran elektron yang dapat mengalir melalui larutan-larutan yang bersifat elektrolit.
Larutan ada yang dapat menghantarkan arus listrik dan tidak dapat menghantarkan arus listrik,
hal ini disebut larutan elektrolit dan non elektrolit. Sifat daya hantar listrik melalui larutan dapat
diketahui menggunakan serangkaian uji elektrolit.

Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia fisik yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi
kimia. Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan dengan banyaknya
elektron yang dimiliki. Secara umum elektronika terbagi dalam dua kelompok, yaitu sel galvani
dan sel elektrolisis. Reaksi elektrokimia dapat berlangsung secara spontan, yaitu ketika dua
elektrode yang direndam di dalam cairan elektrolit dihubungkan dengan untai listrik.

Elektrolisis adalah penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik. Pada sel elektrolisis. Reaksi
kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan melalui larutan elektrolit, yaitu energi listrik (arus
listrik) diubah menjadi energi kimia (reaksi redoks). Tiga ciri utama, yaitu:

 Ada larutan elektrolit yang mengandung ion bebas. Ion-ion ini dapat memberikan atau
menerima elektron sehingga elektron dapat mengalir melalui larutan.

 Ada sumber arus listrik dari luar, seperti baterai yang mengalirkan arus listrik searah
(DC).

 Ada 2 elektroda dalam sel elektrolisis.


Elektroda yang menerima elektron dari sumber arus listrik luar disebut Katoda, sedangkan
elektoda yang mengalirkan elektron kembali ke sumber arus listrik luar disebut Anoda. Katoda
adalah tempat terjadinya reaksi reduksi yang elektrodanya negatif (-) dan Anoda adalah tempat
terjadinya reaksi oksidasi yang elektrodanya positif (+)

Pembahasan pada praktikum yaitu :

A. Elektrokimia ( tanpa lampu )


1. Pada obat A ( Entrostop ) saat dilarutkan dan direaksikan bersama kawat selama 5
menit, terjadi reaksi pada larutan. Adanya perubahan kimia yaitu timbul
gelembung pada larutan serta adanya gas yang muncul. Warna pada larutan juga
berubah.
2. Pada obat B ( Paracetamol ) saat dilarutkan dan direaksikan bersama kawat
selama 5 menit, terjadi perubahan kimia yaitu adanya gelembung yang muncul.
3. Pada obat C ( Bodrexin ) saat dilarutkan dan direaksikan bersama kawat selama 5
menit, terjadi perubahan kimia yaitu adanya gelembung yang muncul dan obat
mengendap di dasar gelas.
4. Pada obat D ( Antalgin ) saat dilarutkan dan direaksikan bersama kawat selama 5
menit, terjadi perubahan kimia seperti adanya gelembung, berbusa dan perubahan
warna pada larutan.
5. Pada obat E ( Oralit ) saat dilarutkan dan direaksikan bersama kawat selama 5
menit, terjadi perubahan kimia seperti adanya perubahan warna pada larutas dan
adanya gas.
B. Elektrolisis ( dengan balon lampu )
1. Pada obat A ( Entrostop ) saat dilarutkan dan direaksikan bersama kawat selama 5
menit, terjadi perubahan kimia yaitu adanya gelembung dan muncul gas pada
larutan. Warna pada larutan juga berubah dari keecoklatan ke kehijauan. Pada
Obat A lampu tidak menyala karena bisa dikatakan larutan ini adalah larutan non
elektrolit. Yang artinya larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik ke balon
lampu.
2. Pada obat B ( Paracetamol ) saat dilarutkan dan direaksikan bersama kawat
selama 5 menit, terjadi perubahan kimia seperti adanya gelembung kecil. Lampu
pada larutan obat B juga menyala redup. Hal ini disebabkan karena adanya
kandungan elektrolit pada larutan meskipun larutan tersebut adalah larutan
elektrolit lemah. Larutan dapat menghantarkan listrik ke balon lampu dengan
kekuatan yang lemah. Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik dengan konsentrasi lemah dan terionisasi sebagian.
3. Pada obat C ( Bodrexin ) saat dilarutkan dan direaksikan bersama kawat selama 5
menit, terjadi perubahan kimia seperti adanya gas diarea kawat yang positif
(Katoda). Artinya pada kawat di area positif memiliki kekuatan yang lebih
mendominasi dan menarik ion-ion pada larutan sehingga berkumpul pada area
positif. Lampu tidak menyala karena merupakan larutan non elektrolit.
4. Pada obat D ( Antalgin ) saat dilarutkan dan direaksikan bersama kawat selama 5
menit, terjadi perubahan kimia yaitu adanya gelembung yang banyak, dan
berbusa. Terjadi perubahan warna pada larutan. Lampu pada larutan obat D
menyala redup. Yang artinya terdapat kandungan elektrolit pada larutan meskipun
konsentrasinya lemah.
5. Pada obat E ( Oralit ) saat dilarutkan dan direaksikan bersama kawat selama 5
menit, terjadi perubahan kimia seperti adanya gas dan uap. Lampu pada larutan
obat E menyala terang. Hal ini berarti pada larutan obat E terdapat kandungan
elektrolit yang konsentrasinya tinggi. Larutan dengan konsentrasi tinggi dan dapat
menghantarkan arus listrik dengan baik sehingga lampu dapat menyala dengan
baik termasuk dalam larutan elektrolit kuat. Larutan elektrolit kuat adalah larutan
yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik dan terionsasi sempurna.
VIII. KESIMPULAN

Air yang murni tidak akan menghantarkan listrik, tetapi jika ada zat bersifat asam, basa,
maupun garam yang dilarutkan maka larutan tersebut akan menghantarkan listrik. Secara
sederhana, kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan listrik dapat diuji dengan alat uji
elektrolit. Alat uji elektrolit terdiri dari sebuah bejana yang dihubungkan dengan dua buah
elektrode. Elektrode dihubungkan pada saklar dan lampu. Jika larutan elektrolit dimasukkan
ke dalam bejana tersebut, lampu akan menyala. Namun, jika larutan nonelektrolit yang
dimasukkan, lampu tidak akan menyala. Selain menguji coba dengan bejana, larutan elektrolit
juga bisa diamati perubahan kimianya. Salah satunya dengan perubahan timbulya gelembung-
gelembung gas, perubahan warna larutan, dan terbentuk endapan.
Contoh larutan yang termasuk larutan elektrolit kuat adalah pada obat E ( oralit ), larutan
elektrolit lemah yaitu pada obat B ( paracetamol ) dan D ( antalgin ) dan obat yang termasuk
larutan non elektrolit adalah obat A ( Entrostop ) dan C ( Bodrexin ).

IX. DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokimia
https://www.pakarkimia.com/pengertian-elektrokimia/
https://id.wikipedia.org/wiki/Elektrolisis
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/15/191907569/pengertian-prinsip-kerja-dan-
stoikiometri-sel-elektrolisis?page=all

https://brainly.co.id/tugas/308685

https://www.harapanrakyat.com/2020/06/perbedaan-sel-volta-dan-sel-elektrolisis/

https://rumuspintar.com/elektrolisis/

https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/03/110000669/definisi-larutan-dan-daya-
hantar-larutan?page=all

https://vlab.belajar.kemdikbud.go.id/Konten/VirtualLab/225

https://adhimertha.wordpress.com/2014/10/26/daya-hantar-listrik/
X. LAMPIRAN ( FOTO PADA SAAT PRAKTIKUM )

Alat dan Bahan

1. Obat A ( Entrostop )
2. Obat B ( Paracetamol )

3. Obat C ( Bodrexin )

4. Obat D ( Antalgin )
5. Obat E ( Oralit )

Anda mungkin juga menyukai